BAB II
DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA
2.1. Letak Geografis
Desa Sidodadi Batu 8 adalah salah satu desa yang berada pada Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.4 Terletak 1 km dari ibukota Kecamatan Pagar
Merbau, 4 km dari ibukota Kabupaten Lubuk Pakam, dan 34 km dari ibukota Provinsi Sumatera
Utara.5
Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk mulai tahun 1945 yang pada waktu itu masih berada
pada kawasan / wilayah Kecamatan Lubuk Pakam setelah pada tahun 1983 terbentuklah
Kecamatan Pagar Merbau, maka Desa Sidodadi Batu 8 bergabung pada Kecamatan Pagar
Merbau sampai sekarang.
Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar
Merbau. Tepatnya terletak pada tepi jalan lintas di antara Kecamatan Lubuk Pakam menuju
Kecamatan Galang, Kecamatan Dolok masihul, dan Kota Madya Tebing Tinggi.
6
Letak Desa Sidodadi Batu 8 memanjang dari Timur ke Barat dan bentuknya tidak jauh
berbeda yaitu memanjang mengikuti jalan desa sepanjang 1100 m. Batas-batas wilayahnya
adalah,
• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.
4
BPS Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pagar Merbau Dalam Angka (2012),hlm. 4.
5
Ibid, hlm. 5. 6
• Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya Lubuk Pakam menuju Galang atau
dengan PTPN II Pagar Merbau .
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jati Rejo Kecamatan Pagar Merbau.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.
Letak dan bentuk desa ini tidak jauh berbeda dengan desa-desa tetangga yang
bersebelahan dengan desa ini. Terutama untuk Desa Jati Rejo, kesamaan letak dan bentuk sangat
jelas terlihat dimana bila kita mengunjungi Desa Jati Rejo ataupun desa Sidodadi Batu 8 ini
dengan sekali lintas saja kita telah bisa melihat seluruh desa beserta isinya, karena hampir
keseluruhan bangunan rumah mereka letaknya di sepanjang jalan desa tersebut sampai ke
perbatasan di sebelah barat. Seakan-akan desa tersebut sengaja di bagi dua oleh letak jalan
desa-desa ini, tetapi kenyataannya tidak seperti itu dan keadaan ini terjadi secara kebetulan saja.7
Kesamaan bentuk kedua desa ini yaitu memanjang mengikuti jalan desa dan letaknya
berdampingan. Maka apabila kita melintasi jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Pakam
dengan Kota Galang, desa-desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Pagar Merbau terletak
pada sepanjang kawasan yang dinamakan Batu Delapan8
Kawasan yang dinamakan Batu Delapan ini merupakan nama tempat yang diberikan
untuk desa-desa yang ada pada Kecamatan Pagar Merbau, dimana letak dan bentuknya berderet
dan memanjang pada jalan lintas antara Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang. , 4 km dari kota Lubuk Pakam.
Desa Sidodadi Batu 8 terbagi atas dua lorong, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 lazim
menyebut lorong-lorong ini dengan sebutan Lorong I dan Lorong II. Tetapi sejak awal tahun
7
Sri Elliati (1985), Kehidupan Masyarakat Pengusaha Batu Bata Di Desa Jati Rejo 1974-1984, hlm.15, Skripsi S-1 Sejarah USU, Medan: Tidak Diterbitkan.
8
1984, penggunaan istilah lorong ini telah diganti oleh pemerintah menjadi Dusun. Pada tahun
1945 yang notabene sebagai awal dibukanya desa ini, masyarakat ataupun penduduk yang
berdomisili masih sedikit, maka desa ini hanya terdiri dari satu lorong saja, yakni Lorong I. Pada
lorong inilah sebahagian besar penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berdomisili.
Untuk lorong I Desa Sidodadi Batu 8 terdapat juga satu tambahan wilayah yang muncul
tidak lama setelah desa ini dibuka yakni sebuah Gang yang muncul karena perpecahan jalan
dinamakan Gang Buntu ataupun Gang Sempit, dimana pada waktu yang bersamaan setelah
muncul Gang ini masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan jumlah penduduk
sehingga Gang ini kemudian dilebarkan dan jalannya telah dibuka. Selanjutnya Gang ini
berkembang menjadi Lorong II yang merupakan bahagian dari Desa Sidodadi Batu 8 dan
memudahkan jalur transportasi di desa ini.
Jarak waktu antara pembukaan kedua lorong ataupun dusun di Desa Sidodadi Batu 8 ini
tidaklah begitu lama seperti yang diutarakan di atas, yakni hanya berbeda dalam bulan tetapi
tidak berbeda dalam tahun, yakni pada tahun 1945.
Penduduk setempat membuka lorong ini mulai dari yang terdekat dari pasar hitam di
sebelah timur dan terus memanjang ke sebelah barat dan sekaligus membuat jalan desa. Hanya
saja pada pertama kali lorong-lorong desa ini dikembangkan , rumah-rumah penduduk masih
jarang dan seiring waktu berjalan pemukiman terus bertambah dan semakin padat. Di antara
penduduk ada yang hanya memiliki lahan untuk perumahan saja, sedangkan untuk usaha batu
bata mereka mengusahakan tanah sewa kepada yang memiliki tanah lebih luas.
Luas wilayah Desa Sidodadi Batu 8 adalah 28 Ha dimana 43 % berupa wilayah
ladang sampai tahun 1954, tetapi pada tahun 1970 lebih dari 17 % daratan ini berubah fungsi
menjadi lahan yang dipergunakan sebagai kegiatan usaha batu bata, sedangkan 40% lagi
merupakan lahan tidur yang tidak bisa dipergunakan untuk usaha karena keadaan lahannya yang
berbentuk kolam-kolam yang sangat dalam semenjak tahun 1990.
Iklim atau cuaca di Desa Sidodadi Batu 8 kecamatan Pagar merbau memiliki dua musim
yaitu musim penghujan dan musim kemarau sesuai dengan iklim Indonesia yakni tropis.
2.2. Penduduk
Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk dari lahan suguhan eks garapan perkebunan PTPN IX
Pagar Merbau. Tanah PTPN IX pada waktu itu kondisi tanahnya kurang subur untuk ditanami
tembakau. Setelah diadakan penelitian tanah yang ditempati warga pada waktu itu dalam
keadaan subur maka bertukarlah fungsi dari lahan tersebut bekas lahan suguhan PTPN IX
dijadikan pemukiman warga yang pada waktu itu terdiri dari kurang lebih 26 kepala keluarga
atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah kurang lebih 28 Ha. Peristiwa alih fungsi atau
tukar lahan tersebut terjadi sekitar tahun 1943.9
Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini dahulunya adalah tanah perkebunan milik Belanda,
yang kemudian dihutankan oleh pihak perkebunan dengan komoditi utama pohon Jati karena
hasil produksi tembakau tidak memuaskan . Pohon jati ini kemudian digunakan oleh Belanda
sebagai bangsal tembakau di Perkebunan Pagar Merbau tersebut, terbukti dengan terdapatnya
sebuah gedung yang merupakan gudang penyimpan tembakau di Desa Sidodadi Batu 8 dan jalur
9
kereta api yang menghubungkan Pagar Merbau ke Bangun Purba yang juga menunjukkan adanya
transportasi perkebunan untuk mengangkut hasil produksi milik Belanda. Setelah Indonesia
merdeka, perkebunan ini dinasionalisasi menjadi milik Negara yakni PTPN IX Pagar Merbau.
Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini tidak dimiliki dengan cara jual beli, tetapi tanah ini
sengaja ditinggalkan begitu saja oleh pihak perkebunan PTPN IX Pagar Merbau dan dialih
fungsikan menjadi pemukiman untuk buruh- buruh perkebunan dan masyarakat di sekitar
wilayah ini.
Selain penduduk asli Desa Sidodadi Batu 8 ini yang merupakan bekas buruh PTPN IX
Pagar Merbau , penduduk Desa Sidodadi Batu 8 juga berasal dari berbagai daerah yang
berbeda-beda. Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran Putra Jawa yang lahir
di Provinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduk merupakan penduduk yang bermigrasi dari
daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur . Ada juga yang berasal dari daerah Sumatera
Barat/ Padang.
Masyarakat yang bermigrasi ke desa ini memiliki berbagai motivasi, selain mencari
pemukiman yang lebih jarang juga karena ingin memperbaiki keadaan ekonomi mereka.
Desa Sidodadi Batu 8 mempunyai jumlah penduduk, 1209 jiwa pada tahun 1998, yang
terdiri dari dusun I 700 jiwa, dusun II 509 jiwa. Jumlah penduduk tersebut dapat diperinci
Tabel I
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki-laki 600
2 Perempuan 609
Jumlah 1209
Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998
Keadaan penduduk di Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan yang cukup pesat
dengan jumlah keseluruhan penduduk yang terakhir pada awal desa ini dibuka yakni hanya
terdiri dari 26 KK ( Kepala Keluarga ) atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah hanya
kurang lebih 28 Hektar pada saat terjadi alih fungsi atau tukar lahan perkebunan menjadi daerah
pemukiman sekitar tahuin 1943.
Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 yang pertama kali berdomisili di desa ini ialah suku
Jawa. Mereka telah ada sejak desa ini dibuka atau mulai dialih fungsikan tanah perkebunan
PTPN IX Pagar Merbau menjadi daerah pemukiman. Mereka merupakan eks buruh PTPN IX
Pagar Merbau sekitar Tahun 1943-1945. Mayoritas penduduk desa ini memang adalah suku
Jawa. Selain dari penduduk asli yang merupakan mantan buruh PTPN IX Pagar Merbau,
penduduk lain suku Jawa juga datang dari daerah lain yakni dari daerah Batang Kuis pada tahun
1970, penduduk yang berasal dari daerah ini dan ada juga yang berasal dari daerah Medan yang
sengaja ingin membuat pemukiman di desa ini dengan kemauan sendiri di Desa Sidodadi Batu 8
dan berkebetulan telah membeli dan memiliki tanah di desa ini. Selain keinginan bermukim pada
tempat yang lebih jarang sebahagian dari mereka mengusahan usaha batu bata. Suku Minang
Pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat ini juga memilih untuk bermukim pada desa
ini dikarenakan ingin memulai usaha batubata yang cocok diusahakan karena jenis tanah yang
sesuai dengan jenis usaha batu bata. Orang yang pertama kali memulai usaha batu bata pada desa
ini ialah penduduk suku Minang yang berasal dari Sumatera Barat.
Selanjutnya distribusi penduduk berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel
berikut ini,
Tabel 2
Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah
1. 0-4 tahun 112 jiwa
2. 5-7 tahun 200 jiwa
3. 8-14 tahun 212 jiwa
4. 15-24 tahun 235 jiwa
5. 25-54 tahun 350 jiwa
6. 55 tahun ke atas 100 jiwa
Jumlah 1209 jiwa
Demikian pula distribusi penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh penduduk Desa
Sidodadi Batu 8, adalah seperti di bawah ini.
Tabel 3
Distribusi Penduduk Menurut Agama yang dianut
No Agama Yang Dianut Jumlah
1 Islam 1209
2 Kristen Prostestan -
3 Kristen Katolik -
4 Hindu -
5 Budha -
Sumber : Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998.
Melihat kepada tabel 4, ternyata 100% ataupun seluruh penduduk Desa Sidodadi Batu 8
adalah beragama Islam. Hai ini disebabkan karena penduduk yang berada pada Desa Sidodadi
batu 8 ini adalah suku-suku yang beragama Islama seperti Jawa dan suku-suku lain yang
kebanyakan identik beragama Islam seperti Minang dan Mandailing.
Suku mayoritas pada desa ini ialah suku Jawa yang pada provinsi Sumatera Utara ini
semua suku Jawa sudah barang tentu menganut agama Islam. Tidak seperti pada Pulau Jawa,
dimana suku Jawa tidak selalu identik dengan menganut agama Islam, tetapi ada juga yang
menganut agama Kristen Katolik, Budha.
2.3. Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berasal dari berbagai daerah yang berbeda- beda .
Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran putera Jawa kelahiran
Sumatera yang sebagian lagi berasal dari asli Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sum
atera Utara, sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan
lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 ini dan
hal tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok
masyarakat di desa ini.
Desa Sidodadi Batu 8 merupakan daerah bekas perkebunan jati milik PTPN IX Pagar
Merbau, maka penduduk asli daerah ini juga kebanyakan atau sebahagian besar merupakan
buruh-buruh perkebunan milik PTPN IX Pagar Merbau.
Sejak tanah di desa ini melalui poroses alih fungsi menjadi pemukiman pada tahun 1943,
masyarakat setempat mulai membuka lahan jati atau perkebunan jati untuk mulai ditanami
dengan tanaman padi dan palawija, dalam artian sejak perkebunan jati dialihfungsikan menjadi
pemukiman, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mulai mengusahakan pertanian sebagai
penunjang kehidupan perekonomian mereka. Tetapi masih ada juga sebahagian masyarakat lagi
yang masih bekerja di Perkebunan Pagar Merbau.
Selama proses alih fungsi perkebunan tersebut , sebahagian dari karyawan atau buruh
perkebunan di kebun Pagar Merbau ini mencari tambahan mereka hanya mengerjakan tanahnya
yang di perkebunan saja. Oleh pihak perkebunan sebagian daerah kebunnya diperbolehkan
kembali dengan tembakau, setelah sampai waktu panen maka buruh boleh menanaminya kembali
dengan padi. Hal ini terus dilaksanakan sebahagian buruh di Desa Sidodadi Batu 8.
Terjadinya proses alih fungsi tanah kebun menjadi pemukiman adalah karena sebahagian
penduduk menanam lahan pohon jati dengan tanaman palawija. Pada awalnya mereka hanya
mencoba membuka lahan jati ini dengan bercocok tanam saja, tetapi lama kelamaan mereka
mulai mendirikan bangunan untuk tempat tinggal. Maka bagi buruh perkebunan yang telah
membuka hutan jati tersebut kebanyakan telah memiliki tanah dan memiliki rumah di wilayah ini
walau dengan bentuk yang sangat sederhana. Mereka tetap bekerja sebagai buruh di
perkebunan, hanya saja sebagian rumah mereka sudah pindah ke Desa Sidodadi Batu 8. Keadaan
ini terus berlangsung sampai pihak perkebunan merubah tanamannya yang semula tembakau
menjadi kelapa sawit. Pihak perkebunan mengambil inisiatif untuk memindahkan sebagian
karyawannya ke cabang-cabang PTP IX Kebun yang lainnya, karena pekerjaan untuk memburuh
tidak sebanyak pada musim kebun tembakau lagi.
Bagi buruh yang telah memiliki rumah di Desa Sidodadi Batu 8, mereka tidak mau ikut
dipindahkan oleh perkebunan. Sangsi bagi buruh yang demikian adalah diberhentikan pihak
perkebunan sebagai buruh, tanpa mendapat pensiun, karena belum saatnya harus pensiun.Tetapi
ada juga sebagian dari karyawan ini kerjanya tidak dipindahkan ke tempat lain. Setelah mereka
mereka memiliki rumah di desa ini, mereka sendiri bermohon untuk pindah ke Desa Sidodadi
Batu 8 dan terus menetap sampai sekarang. Setelah adanya pemindahan ini maka banyaklah di
keadaan desa ini menjadi ramai. Hal serupa juga terjadi pada desa-desa tetangga di kawasan
Kecamatan Pagar Merbau.10
Sesuai dengan proses terbentuknya desa ini karena proses alihfungsi tanah kebun menjadi
pemukiman dan mayoritas penduduknya adalah suku Jawa maka desa ini dinamai dengan bahasa
Jawa yakni SIDODADI yang dalam Bahasa Jawanya ``sidodadi`` itu berarti makanya jadi,,atau
jadi,,atau juga terjadi. Masyarakat setempat memiliki pandangan bahwasanya desa ini terjadi
karena proses alih fuangsi tanah kebun menjadi tempat pemukiman. Penambahan kata-kata Batu
Delapan karena desa ini merupakan desa yang terdapat pada kawasan Batu Delapan, dimana
kawasan ini merupakan kawasan tempat desa-desa yang terdapat di Kecamatan Pagar Merbau
yang letaknya berderet-deret memanjang dari Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang.
Sejak awal dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 dapat disimpulkan bahwa penduduk desa ini
mata pencahariannya ialah buruh perkebunan dan sebahagian mencoba pula menanami tanaman
padi dari bagian tanah mereka dengan hasil yang tidak memadai hanya untuk kebutuhan pangan
saja. Sekitar tahun 1970, pihak perkebunan PTP IX Pagar Merbau mencoba untuk mengambil
kembali tanah di Desa Sidodadi Batu 8 dan sekaligus mau dijadikan kebun kelapa sawit.
Keadaan ini sempat membuat situasi keamanan di desa ini menjadi tidak baik, karena lahan ini
telah bertahun-tahun diusahakan dan ditempati rakyat. Persoalan ini kemudian dapat teratasi di
sekitar tahun 1970 juga oleh Pemerintah Daerah setempat dan dengan segera mendapat jalan
keluarnya , dan pada tahun 1974 telah dikeluarkan surat yang sah dari Pemerintah Daerah
tentang kepemilikan tanah yang sah untuk warga Desa Sidodadi Batu 8 ini sesuai dengan
peraturan yang dikeluarkan.
10
Selain sebagai buruh, masayarakat terus mengusahakan pertanian cukup sandang pangan
pada desa ini dengan hasil yang sangat minim yakni mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan
pangan mereka saja bahkan cenderung kekurangan. Upah menjadi buruh dirasakan sangat kurang
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sebahagian masyarakat juga memiliki
hewan ternak rumahan seperti ayam, itik, dan bebek.
Kondisi perekonomian yang kurang baik, menyebabkan sebahagian besar penduduk
Desa Sidodadi Batu 8 pada tahun 1950 hanya memiliki sepeda sebagai alat transportasi mereka.
Dahulu alat transportasi sepeda harus memiliki lampu dan plat polisi sederhana untuk menunjang
keamanan lalu lintas. Jikalau seseorang mengendarai sepeda tidak memiliki lampu maka akan
ditangkap oleh petugas kepolisian di Kecamatan Pagar Merbau.
Pada tahun 1954, perekonomian masayarakat Desa Sidodadi Batu 8 semakin terpuruk
dengan adanya bencana alam banjir yang melanda di beberapa desa di Kecamatan Pagar Merbau,
termasuk Desa Sidodadi Batu 8 akibat pecahnya benteng sungai ular yang menyebabkan
pertanian di desa ini menjadi hancur dan lahan di desa ini menjadi tidak memadai dan tidak
subur untuk ditanami lahan pertanian lagi, akibatnya perekonomian masyarakat Desa Sidodadi
semakin parah.
Di tengah kemerosotan perekonomian masyarat Desa Sidodadi Batu 8, pada tahun 1955
di bangunlah sebuah surau ( mesjid berukuran kecil) dengan nama Mesjid Sirajul Huda di daerah
dusun I Desa Sidodadi Pagar Merbau dengan kondisi darurat. Hal ini menunjukkkan tingkat
keimanan ataupun religius masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sangat besar, Di tengah situasi
membangun sebuah surau dalam rangka lebih mendekatkan diri lagi kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Perekonomian di Desa Sidodadi Batu 8 tidak juga membaik, hanya berjalan biasa-biasa
saja sehingga dalam bidang pendidikan di desa ini juga tidak terlalu baik. Kebanyakan mereka
hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Dasar atau paling tinggi hanya tingkat
Sekolah Lanjutan Pertama. Sekitar tahun 1957 sampai pada tahun 1958 oleh pemerintah daerah
dibangun sebuah Sekolah Dasar di desa ini yakni SD Negri No. 101911 Sidodadi.
Situasi ekonomi yang tidak terlalu baik berlanjut sampai dengan tahun 1965, dimana
pada tahun ini terjadi tragedi pecahnya Pergerakan G 30 S PKI yang mengakibatkan desa
menjadi tambah kacau, walaupun pada desa ini masyarakatnya tidak ada yang terlibat dengan
gerakan tersebut. Sebahagian masyarakat banyak mengalami ketakutan dan trauma terhadap
proses pembersihan atau penangkapan anggota PKI oleh mantan Presiden Soeharto pada waktu
itu. Setiap hari masyarakat menyaksikan truk Brigade Mobil mengangkut tahanan politik G30 S
PKI melewati desa mereka untuk dieksekusi di sekitar daerah Jaharun. Masyarakat sekitar
banyak menyebutnya dengan Jalan Pandu.
Pada tahun 1965 masih sedikit masyarakat yang memiliki alat-alat elektronik, seperti
televisi. Hanya sekitar dua orang penduduk yang memiliki televisi , media untuk mengetahui apa
yang terjadi di luar daerah mereka. Mereka yang memiliki televisi adalah orang yang tingkat
ekonominya sudah cukup baik. Televisi ketika itu dibeli dari Medan, karena belum ada toko
yang menjual televisi di daerah Lubuk Pakam. Oleh karena itu, maka masyarakat Desa Sidodadi
memiliki televisi tersebut. Acara yang sering ditonton oleh mereka ialah acara berita yang
disiarkan oleh TVRI.
Pada tahun 1971 dibangunlah Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 secara sangat
sederhana dengan Kepala Desa yang pertama ialah Bapak Rasimin, warga asli Desa Sidodadi
Batu 8.
Pada tahun 1972, warga Desa Sidodadi Batu 8, khususnya para petani terkena musibah,
yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga makan beras
jagung sebagai pengganti nasi. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat desa ini
semakin terpuruk. Penduduk asli desa ini pada dasarnya tidak memiliki keahlian khusus ataupun
usaha alternatif lain untuk mencari jalan keluar dari permasalahan perekonomian mereka.
Keadaan ini dibuktikan dengan mata pencaharian mereka yang sangat statis dimana sebahagian
besar dari mereka hanyalah buruh, supir atau petani padi dan palawija yang subsisten. Sehingga
pada tahun-tahun ini, dimana perekonomian masyarakat Desa Sidodadi yang semakin terpuruk,
tingkat kriminalitas juga semakin tinggi. Banyak terjadi pencurian hewan-hewan ternak oleh
pengangguran yang didominasi oleh penduduk dengan tingkat usia produktif bekerja. Tingkat
kriminalitas yang tinggi ditambah dengan tingkat pendidikan yang juga relatif rendah adalah
akibat dari kemiskinan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 yang merupakan masalah
perekonomian yang melanda masyarakat desa ini pada waktu itu dan tidak dapat diatasi oleh