• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY - TWO STRAY (TSTS) DAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI KELAS X SMK TKJ NEGERI 1 STABAT T.A 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY - TWO STRAY (TSTS) DAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI KELAS X SMK TKJ NEGERI 1 STABAT T.A 2016/2017."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY - TWO STRAY (TSTS) DAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DI KELAS X SMK TKJ NEGERI 1 STABAT T.A 2016/2017

Oleh : Nurhabibi Syarif NIM.4103311038

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY - TWO STRAY (TSTS) DAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DI KELAS X SMK TKJ NEGERI 1 STABAT T.A 2016/2017

Nurhabibi Syarif ( NIM. 4103311038 ) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah ada perbedaan kemampuan penalaran siswa yang diajarkan menggunakkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/2017, (2) bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa terkait kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TSTS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest Control Group Design. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan penalaran matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Stabat tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 625 siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 (kelas eksperimen I) sebanyak 32 siswa dan kelas X TKJ 2 (kelas eksperimen II) sebanyak 32 siswa. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data menggunakan uji F. Pengujian juga di bantu menggunakan software SPSS v.16.

Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil pretest kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian penulis bisa memberikan perlakuan kepada kedua sampel. Dari hasil analisis data hasil pretest-posttes dengan menggunakan uji-t pada taraf diperoleh yaitu sehingga ditolak dan diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat Tahun Ajaran 2016/2017.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dengan STAD Di Kelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/2017”,. Adapun penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga

akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si dan Bapak Prof. Dr. M.

Manullang, S.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, beserta Wakil Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.

(6)

v

membimbing penulis selama penelitian serta para guru dan staf administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada kedua orangtua terbaik Ayahanda Drs. Syarifuddin dan Ibunda Ainun yang telah mengasuh, membesarkan, membimbing, mendidik, memberi kasih sayang, terus bersabar, mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis sampai saat ini. Semoga Allah memberikan kesehatan dan panjang umur. Amin. Terima kasih juga buat kakak dan adik tersayang Syarifa Andiana Syarif, S.Fram, Apt, Ridha Juliani Syarif, S.Pd, dan Mohammed Ari Rachman Syarif, S.Pd yang selalu memberikan do’a, semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis, dan yang terspesial penulis ucapkan untuk anak kesayangan Kirana Aulia yang selalu menemani penulis dan menjadi pengobat lelah disaat proses penelitian penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Ekstensi

Matematika 2010 selama perkuliahan, adik-adik Ekstensi Matematika 2011, Ekstensi A Matematika 2012, dan seluruh adik adik kelas jurusan matematika

yang membantu penulis menyelesaikan perkuliahan yang tertinggal, yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, April 2017

Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

ABSTRAK ii

RIWAYAT HIDUP iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Identifikasi Masalah 13

1.3Batasan Masalah 14

1.4Rumusan Masalah 14

1.5Tujuan Penelitian 15

1.6Manfaat Penelitian 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 15

2.1.1 Pengertian Belajar 15

2.1.2 Pembelajaran Matematika 18

2.2 Kemampuan Penalaran Matematika 20

2.3 Model Pembelajaran 25

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif 26

(8)

vii

2.3.3 Kelebihan Dan Kekurangan Tipe TSTS 38

2.3.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 39

2.3.5 Kelebihan Dan Kekurangan Tipe STAD 44

2.3.6 Perbedaan Pedagogic Antar Model Pembelajaran 45

Kooperatif Tipe TSTS Dan Tipe STAD

2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan 46

2.5 Kerangka Konseptual 47

2.5.1 Perbedaan Kemampuan Penalaran Siswa Yang Diajarkan 47

Dengan Model Pembelajaran Tipe TSTS Dan Tipe STAD

2.5.2 Proses Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 49

2.6 Hipotesis 50

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 50

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian 50

3.2.1 Populasi Penelitian 50

3.2.2 Sampel Penelitian 50

3.3 Variabel Penelitian 50

3.4 Jenis Dan Desain Penelitian 52

3.5 Prosedur Penelitian 52

3.6 Instrumen Penelitian 55

(9)

viii

3.6.2 Reliabilitas Test 56

3.6.3 Tingkat Kesungkaran Test 57

3.6.4 Daya Pembeda Test 58

3.7 Teknik Analisis Data 59

3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor 59

3.7.2 Menghitung Standar Deviasi 59

3.7.3 Uji Normalitas 60

3.7.4 Uji Homogenitas 60

3.7.5 Uji Hipotesis 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 58

4.1.1 Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Penalaran 58

Matematika Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II

4.1.2 Deskripsi Hasil Posttest Kemampuan Penalaran 60

Matematika Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 63

4.2.1 Uji Normalitas Data 63

4.2.1 Uji Homogenitas 65

4.2.3 Pengujian Hipotesis Kemampuan Penalaran Matematika 67

4.2.4 Analisis Deskriptif Proses Jawaban Siswa 69

(10)

ix

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 86

5.2 Saran 87

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran 22

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 28

Tabel 2.3 Nilai Perkembangan Individu 35

Tabel 2.4 Contoh Pembentukkan Kelompok STAD 37

Tabel 2.5 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 39

Tabel 2.6 Perhitungan Skor Perkembangan 41

Tabel 2.7 Tingkat Penghargaan Kelompok 41

Tabel 2.8 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif 43

Tipe TSTS Dan Tipe STAD

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Diskusi Model Tipe TSTS 32

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP 1 (TSTS) 90

Lampiran 2. RPP 2 (TSTS) 98

Lampiran 3. RPP 3 (TSTS) 106

Lampiran 4. RPP 1 (STAD) 114

Lampiran 5. RPP 2 (STAD) 121

Lampiran 6. RPP 3 (STAD) 128

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa (LAS I) 136

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS II) 139

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa (LAS III) 144

Lampiran 10. Validasi Test Awal 148

Lampiran 11. Kisi-Kisi Test Awal 151

Lampiran 12. Test Awal (Pre-Test) 152

Lampiran 13. Validasi Test Akhir 154

Lampiran 14. Kisi-Kisi Test Akhir 157

Lampiran 15. Test Akhir (Post-Test) 158

Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Soal Pre-Test 160

Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian Soal Post-Test 168

Lampiran 18. Deskripsi Hasil Pretest Dan Posttest 176

Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas

(14)

xiii

Lampiran 19. Deskripsi Hasil Pretest Dan Posttest 179

Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas

Eksperimen II ( X TKJ 2)

Lampiran 20. Perhitungan Normalitas Data 182

Lampiran 21. Perhitungan Uji Homogenitas Data 186

Lampiran 22. Perhitungan Uji Hipotesis Tes Kemampuan Penlaaran 188

Matematika

Lampiran 23. Tabel Analisis Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen I 191

Lampiran 24. Tabel Analisis Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen II 193

Lampiran 25. Tabel Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal 0 Ke Z 195

Lampiran 26. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 197

Lampiran 27. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 198

Lampiran 28.Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 200

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai penata sosial dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara

Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Kemendikbud, 2012:1). Salah satu cara untuk memperoleh tujuan diatas tesebut adalah melalui pembelajaran matematika.

Perkembangan dunia yang semakin cepat kompleks diberbagai bidang menuntut untuk terbentuknya sumber daya manusia yang krisis, inovatif, dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memecahkan masalah. Selain itu, kemampuan lain yang harus dipersiapkan adalah kemampuan dalam menganilisis dan berpikir logis dalam setiap situasi baru yang dihadapkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui belajar matematika.

Matematika adalah ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan pengetahuan lain. Matematika membentuk seseorang untuk memiliki pikiran yang logis, krisis, sistematis dan kreatif. Sesuai dengan uraian tersebut diharapan bahwa setiap orang yang mempelajari matematika akan mampu bekerja dan berpikir secara logis dan sistematis, krisis hingga kreatif. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu pengetahuan yang mendasar yang sangat

penting dan sangat dibutuhkan untuk mendorong perkembangan teknologi modern saat ini, yang juga mempunyai peran dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh

(16)

2

Matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika perlu ditanamkan sejak pendidikan dasar. Matematika sebagai salah satu yang sangat mendasar dan sangat penting, sangat dibutuhkan dalam perkembangan teknologi saat ini, dimana tujuan pembelajaran matematika yang dikemukakan Sihombing (2006: 16-17) yaitu :

1. Melatih cara berpikir dalam bernalar atau menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen,

menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistem. 2. Mengembangkan aktivitas yang menyebabkan imajinasi, intuisi dan

penemuan, pengembangan pemikiran divergen irisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi, dan dugaan sementara serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan.

Matematika juga mampu meningkatkan kemampuan berpikir jelas, logis, teratur dan sistematis. Seperti yang diungkapkan oleh Cokroft alasannya perlu belajar matematika, yaitu :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakkan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakkan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) Dapat digunakkan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan dan (6) Memberikkan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. (Abdurrahman, 200:253)

(17)

3

dikaitkan dengan beberapa kemampuan yang sering dijadikan standar masalah, kemampuan bernalar, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan mengaitkan ide (NTM, 2000)

Soedjadi (Saragih, 2007) juga mengungkapkan bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) Tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak dan (2) Tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada

penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas, guru hendaknya memilih tugas-tugas matematika, model, strategi pembelajaran matematika sedemikian hingga dapat memotivasi minat siswa dan meningkatkan ketrampilan siswa, menciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dari pengembangan ide matematika, dan membimbing secara individual, secara kelompok serta secara klasikal.

Slameto (2010) mengungkapkan bahwa :

Metode mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa kurang senang terhadap pelajaran.

Namun pada kenyataannya hasil belajar matematika di Indonesia masih mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari berbagai hasil penelitian. Pada tingkat internasional misalnya, Trens In Internasional Mathematics And Science Study (TIMMS, 2007) mengemukakan bahwa hasil belajar pembelajaran matematika Indonesia berada pada peringkat 36 dari 48 negara (Kompas, 8 Mei 2010). Pada tingkatan nasional, Saragih (Adhany, 2013) juga menjelaskan bahwa hasil tes

(18)

4

Seperti yang diungkapan Abdurrahman, (2009:251) bahwa :

Banyak orang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak siswa akan mengalami masalah karena hampir semua studi memerlukan matematika yang sesuai.

Salah satu penyebab lemahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika adalah kurangnya kemampuan bernalar, Wahyudin (1999). Matematika merupakan sarana untuk menanamkan kebiasaan bernalar didalam pikiran orang. Menurut Hasratuddin (2013:133), pembelajaran matematika merupakan belajar mengenai keteraturan, struktur yang terorganisasi, konsep yang tersusun secara hierarkis dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Untuk itu, penalaran diperlukan dalam mengolah kesemua aspek tersebut. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan berpikir bukan merasa (Suriasumantri, 1999:42). Dalam hal ini penalaran dimaknai sebagai proses pemikiran yang logis yang perlu diterapkan secara kontinu dan konsisten pada setiap konteks permasalahan.

Kemampuan penalaran adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan pemikiran yang belum tentu sama antar individu satu dengan yang lainnya. Kemampuan bernalar matematika merupakan kemampuan memahami konsep matematika dengan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan soal-soal matematika.

Materi matematika dan penalaran merupakan dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan. Penalaran mengacu pada apa yang kita gunakan untuk berpikir mengenai sifat-sifat objek matematika dan kemudian

(19)

5

Menurut Sumarmo (2006) :

Aktivitas yang tercakup dalam penalaran matematika meliputi menarik kesimpulan secara logis; menjelaskan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan; memperkirakan jawaban dan solusi; menganalisis konsep matematika serta memahami induksi matematika.

Demikian juga Menurut Permata dan Sumarmo (2007:117) :

Penalaran merupakan proses berpikir dalam proses penarikan kesimpulan. Kemampuan penalaran dalam pembelajaran matematika sangat penting karena dalam proses belajar matematika penekanan diutamakan pada aktivitas penalaran danpemecahan masalah yang saling berkaitan satu sama lain dalam pencapaian hasil belajar siswa.

Melalui kegiatan bernalar dalam matematika, diharapkan dapat melihat bahwa matematika merupakan kajian yang masuk akal atau logis sehingga siswa merasa yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan dievalusai (Priatna, 2010). Selanjutnya, Subanindro (2012:811) menyatakan bahwa kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan untuk menghubungkan antara ide-ide atau objek-objek matematika, membuat, menyelidiki dan mengevaluasi dugaan matematik, serta mengembangkan argument-argumen dan bukti-bukti matematika untuk meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa dugaan yang dikemukakan adalah benar.

Pentingnya penalaran ini bagi setiap siswa khususnya siswa yang mempelajari matematika adalah berkaitan dengan kemampuan pembentukan pemikiran logis, penguasaan konsep dengan baik dan benar, dan penarikan kesimpulan yang shahih dimana semua faktor tesebut merupakan langkah-langkah dan strategi untuk menyelesaikan permasalahan matematika. Fenomena yang

(20)

6

Oleh sebab itu, berdasarkan kemampuan penalaran yang dimiliki oleh siswa maka seorang guru harus mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut karena untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang tinggi akan lebih mudah atau tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk belajar dengan model pembelajaran apapun, sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang

rendah akan mengalami kesulitan.

Kondisi ini terjadi pula di SMK Negeri 1 Stabat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika SMK Negeri 1 Stabat pada tanggal 8 September 2016 bahwa hasil belajar matematika siswa rendah pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal SPLDV berbentuk soal cerita dan mengubahnya kedalam model matematika, seperti contoh, Jumlah uang Andre ditambah 3 kali uang Budi adalah Rp. 32.500,00 sedangkan 2 kali uang Andre ditambah 4 kali uang Budi adalah Rp. 50.000,00. Buatlah model matematikanya, kemudian tentukan besar uang Andre dan Budi masing-masing.

Pada contoh diatas, hanya 10% siswa yang dapat menjawab dengan benar dan 30% siswa yang mengarah kepada jawaban yang benar, sedangkan 60% siswa sama sekali tidak daoat menyelesaikan soal tersebut, dikarenakkan siswa kurang memahami konsep materi tersebut dan penalaran siswa rendah dalam menerjemahkan atau mengubah sebuah masalah kontekstual menjadi kalimat terbuka. Karena umumnya materi SPLDV bukan hanya menyangkut kemampuan berhitung tetapi juga kemampuan bernalar siswa.

Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu materi pelajaran dalam matematika. Pada topik ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Seperti yang

(21)

7

pada umumnya materi ini menyangkut soal bernalar dan berhitung. Siswa banyak melakukkan kesalahan dalam mengubah dan menyelesaikan soal. Karena itu saat dites, nilai mereka pun menjadi rendah”

Ketika ditanya mengenai kendala yang paling mencolok pada siswa pada saat ini ibu Hj. Nursiah mengatakan : “Minat siswa merupakan masalah yang paling mencolok pada saat ini, mungkin karena mereka siswa SMK, siswa lebih menyukai pelajaran lain yang bersifat penerapan, bukan matematika yang lebih

banyak membutuhkan daya pikir yang tinggi, karena minat siswa yang begitu rendah pada matematika, siswa kurang semangat dalam menyelesaikan soal matematika, meskipun soal yang diberikan masih punya kemiripan dengan contoh soal yang ada”

Menanggapi pernyataan tersebut, Mansyur dan Fathani (2007:700) mengungkapkan “Tanpa adanya minat, seseorang akan sulit untuk belajar, dan kemudian menguasai matematika secara sempurna”. Demikian juga yang diungkapkan oleh Porter dan Hernacki (2005:51) : “Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri anda demi mencapai tujuan anda”. Lebih lanjut Auliayawati (http://www.omne.indoskrip.com) mengungkapkan : ”Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal) maupun dari luar siswa (faktor eksterrnal) faktor internal antara lain adalah minat”.

Menanggapi minat siswa Hidojo (1986:7) mengungkapkan :

Minat memang selalu terarah kepada sesuatu, dengan demikian pengajar harus memperhatikan minat seseorang peserta didik agar dapat menyesuaikan perencanaan pengajarannya

Demikian juga diungkapkan oleh Masykur dan Fathani (2007;70) :

Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika akan sangat

(22)

8

menyangkut dengan pendekatan yang digunakan dalam pengajaran matematika.

Mengenai metode pembelajaran yang digunakan selama ini dalam proses belajar mengajar, ibu Hj. Nursiah mengungkapkan : “Metode mengajar yang digunakan selama ini adalah metode mengajar yang biasa saja. Guru menerangkan materi pelajaran, siswa memperhatikan, kemudian memberikan beberapa contoh soal dan siswa menjawab soal latihan yang diberikan guru. Kemudian diakhir pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah pada siswa”.

Untuk mengatasi masalah yang ada, hendaknya guru mampu memberi inovasi pada metode pembelajaran yang digunakkan selama ini. Metode pembelajaran yang digunakkan hendaknya variatif, sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan, mampu diterima oleh siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dan mampu menjalin hubungan komunikasi yang positif pada siswa sehingga memberi motivasi pada siswa dan dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi pada siswa.

Mendukung pernyataan diatas, Munandar (1999;142) mengungkapkan :

Guru yang berpengalaman mengetahuai kapan strategi khusus tertentu akan paling bermanfaat dalam membantu siswa memahami materi yang dipelajari dengan menyesuaikan metode yang paling bermanfaat bagi setiap siswa.

Lebih lanjut Masykur dan Fathani (2007:55) juga mengungkapkan :

Seorang guru harus memiliki kemampuan yang mencukupi dibidang strategi dan model pembelajaran matematika yang bervariasi. Model pembelajaran yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan kondisi

peserta didik, baik usia, waktu maupun variabel lainnya dan yang lebih terpenting lagi metode pembelajaran tetap mengacu pada hakikat dan juga

(23)

9

Hal yang sama juga ditambahkan Hudojo (1986;7) :

Seorang pengajar yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian, ia hanya mengejar terselesaikannya bahan yang diajarkan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesiapan peserta didik, dapat mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran matematika sehingga dapat menimbulkan keengganan belajar matematika, bahkan mungkin menjadi frustasi dalam diri peserta didik”.

Berkaitan dengan uraian diatas, maka perlu dipikirkan strategi atau cara penyajian dan prasarana pembelajaran matematika yang membuat siswa aktif mempelajari matematika. Guru harus mampu mengetahui kualitas siswa, sehingga guru dapat menggunakan suatu pembelajaran yang tepat bagi siswa. Selain itu guru juga diharapkan dapat mengembangkkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide-ide peserta didik itu sendiri.

Oleh sebab itu sudah semestinya pembelajaran yang terjadi didalam kelas adalah proses pembelajaran yang mengedepankan aktivitas aktif siswa. Siswalah yang berperan aktif dalam membangun pengetahuannya berdasarkan pengetahuan sebelumnya, guru dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator yang memberikan scaffolding bagi siswa yang membutuhkan atau mengalami kesulitan dalam menemukan dan memahami konsep-konsep yang diberikan kepadanya. Berdasarkan hal ini, peneliti mencoba memilih pembelajaran kooperatif sebagai salah satu alternative yang diduga dapat mengembangkan kemampuan bernalar siswa.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:3), model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah/penghargaan. Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara

(24)

10

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka dan dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan secara bersama-sama. Sementara struktur penghargaan dalam pembelajaran kooperatif ialah ibarat pemenang suatu pertandingan olahraga beregu, seperti sepak bola. Meskipun regu tersebut harus bersaing dengan regu lain, namun keberhasilan regu tidaklah akibat

keberhasilan 1 atau 2 orang saja, melainkan karena keberhasilan bersama, anggota regu tersebut.

Pembelajaran kooperatif dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika. Hal ini akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (matematika anxiety) yang banyak dialami para siswa. Pentingnya hubungan antar teman sebaya didalam ruang kelas tidaklah dapat dipandang remeh. Pengaruh teman sebaya pada pembelajaran kooperatif yang ada didalam kelas dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif dalam pembelajaran matematika. Para siswa menginginkan teman-teman dalam kelompoknya siap dan produktif didalam kelas. Dorongan teman untuk mencapai prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor dari pembelajaran tersebut.

Mengingat pentingnya keberadaan teman sebaya dalam kelompok belajar yang dapat mendorong teman yang lain untuk saling aktif dan produktif dikelas, maka dipilih pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TSTS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD). Dimana model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah siswa belajar bersama kelompok kecil yang heterogen sehingga menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukkan

(25)

11

Menurut Kagan (dalam Istarani, 2012:201) keunggulan pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah untuk meningkatkan prestasi siswa, menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukkan kelompok secara permanen. Dan melatih kemampuan siswa dalam memberikan informasi kepada temannya yang didalam kelompok maupun diluar kelompoknya.

Selain model kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TSTS). Pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4 atau 5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, nilai kelompok merupakan nilai rata-rata dari nilai kuis tiap-tiap anggota. Sehingga untuk dapat memperoleh nilai kelompok yang baik, seorang siswa akan memotivasi siswa lain (satu kelompok) untuk memperoleh nilai baik.

Pada hakikatnya model ini menggali dan mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman materi melalui kerjasama kelompok dan ini baik untuk diterapkan pada materi pelajaran yang dirasa guru sulit dipahami siswa dan salah satunya adalah mata pelajaran matematika.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD merupakan dua model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa pada matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi, mendorongkerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.

Dari uraian diatas, kedua model memiliki beberapa persamaan, sehingga

(26)

12

mengadakan penelitian dengan judul : “Perbedaan Kemampuan Penalaran

Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Two Stay-Two Stray (TSTS) Dengan Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Pokok Bahasan SPLDV Dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A. 2016/2017”.

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan penalaran matematika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat masih rendah.

2. Guru masih kurang melibatkan siswa secara aktif dan kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru.

3. Model pembelajaran yang digunakkan guru kurang bervariasi, model pembelajaran yang digunakkan masih sistem pembelajaran konvensional dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD belum pernah diterapkan sebelumnya disekolah tersebut.

4. Siswa masih sulit memahami konsep Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) yang berakibat siswa tidak mampu mengubah sebuah masalah kontekstual menjadi kalimat terbuka (model matematika).

1.3Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two stay-Two Stray (TSTS) dan tipe Student

Team Achievement Division (STAD) pada materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/2017.

(27)

13

tipe Two stay-Two Stray (TSTS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/2017.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran siswa yang diajarkan menggunakkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat?

2. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal melalui model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat.

(28)

14

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

Dengan mengetahui gaya belajarnya masing-masing siswa dapat memilih strategi belajar yang efektif untuk memahami pelejaran yang didapatnya sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai.

2. Bagi guru

Bagi guru diharapkan agar dapat merubah persepsinya tentang gaya belajar siswa sehingga guru dapat memilih strategi yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajarannya, sehingga tercapai hasil belajar yang tinggi.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian dapat memeberikkan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan pengajaran matematikadi SMK Negeri 1 Stabat

(29)

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data diperoleh kesimpulan, yaitu:

1. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe TSTS dan model pembelajaran tipe STAD, dapat dilihat kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe TSTS lebih baik daripada kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran STAD pada materi SPLDV dikelas X TKJ SMK Negeri 1 Stabat T.A 2016/1017, hal ini dapat dilihat dari perbedaan hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 106,83> 1,6698.

(30)

87

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada gurumatematika disarankan dapatmenerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa, khususnya model pembelajaran tipe TSTS dan model pembelajaran tipe

STAD. Baik model pembelajaran tipe TSTS maupun tipe STAD keduanya dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe TSTS diharapkan lebih memperhatikan alokasi waktu serta mempersiapkan para siswa agar lebih siap dengan model ini dan yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe STAD diharapkan lebih mempersiapkan bahan ajar, serta perangkat yang akan digunakan selama proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran semakin lebih bermakna. 3. Kepada guru dan peneliti lanjutan disarankan untuk memotivasi siswa agar

tidak malu-malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat selama proses pembelajaran berlangsung

(31)

88

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkualitas Belajar, Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto, S., (2006). Dasar-Dasar Evaluasi, Bumi Aksara, Jakarta

Dimyani Dan Mudjiono. (2006). Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta,

Jakarta

Djamarah, Dkk, (2002), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengerahuan Alam_Universitas Negeri Medan. (2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Unimed, Medan

Hamali, O. (2003), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta

Ibrahim, Muslimin Dan Nur, (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. UNESA, Surabaya

Lie, A, (2008). Cooperative Learning, Grasindo. Jakarta

Lubis, P Sari. (2008). Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Yang Diajarkan Dengan Metakognitif Dan Ekspositori Pada Pokok Bahasan Prisma Tegak Dan Lima Dikelas IX Mts N.2 Medan

Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Yang Disempurnakan, Remaja Rosdakarya, Bandung

Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(32)

89

Shodiq, F. (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Dalam

Pembelajaran Matematika,

http://Www.P4tkmatematika.Org.Pdf.(Accesed April 2009)

Sihombing, W.L. (2006) Telaah Kurikukum Matematika Sekolah, FMIPA Unimed, Medan

Slameto. (2003), Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka

Cipta, Jakarta

Sudjana, N. (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung

Sudjana, N. (2009) Metode Statistika, Tarsito, Bandung

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif, Kencana, Jakarta

Yuanita, E. (2010). Model Pembelajaran Two Stay Two Stray, http://Www.Id.Wosrdpress.

Referensi

Dokumen terkait

 Untuk mengetahui bahan yang di gunakan dalam analisis fisik dan analisis kimia besi (Fe), Mangan (Mn), Aluminium (Al), dan Kesadahan pada sampel air bersih...  Untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Kehutanan dalam menanggulangi upaya menanggulangi pembalakan hutan di wilayah KPH Malang.Ingin

Peneliti dalam melakukan penelitian ini hendak membatasi penelitian ini hanya dengan melihat peran semua akun komunitas Ketimbang Ngemis Solo di media sosial dalam membentuk

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Belanja Pembuatan Aplikasi Si-Monev ABDYA dengan ini kami undang Saudara untuk dapat hadir pada

[r]

Termoregulasi adalah proses fisioogos yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected