• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH NELAYAN DENGAN KELUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI

LINGKUNGAN PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

JUNIETTHA SYLVIA DEWI HUTAPEA 091000151

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH NELAYAN DENGAN KELUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI

LINGKUNGAN PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

JUNIETTHA SYLVIA DEWI HUTAPEA NIM : 091000151

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan Survei Pendahuluan pada Puskesmas Pintu Angin, ISPA menempati peringkat pertama pada data sepuluh penyakit terbesar. Balita sangat rentan terhadap ISPA. Salah satu penyebab timbulnya penyakit ISPA adalah kondisi fisik rumah yang buruk. Rumah nelayan di pintu angin sebagian besar berbentuk panggung di atas (tepi) laut dan bersifat non permanen.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah nelayan, yaitu ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai dinding, dan langit-langit rumah dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita dan memiliki rumah berbentuk panggung yang dibangun di atas (tepi) laut, yaitu 74 orang dan jumlah sampel adalah seluruh populasi (total sampling).

Hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan alami rumah (p=0,015) dan kelembaban rumah (p=0,026) dengan keluhan ISPA pada balita, sedangkan ventilasi rumah (p=0,07), lantai rumah (p=0,613), dinding rumah (p=0,322), dan langit-langit rumah (p=0,119) tidak ada hubungan antara dengan keluhan ISPA pada balita.

Masyarakat yang bertempat tinggal di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga diharapkan agar membuka jendela rumah setiap hari dan menjaga kebersihan rumah. Dan perlu ditingkatkan penyuluhan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat mengenai syarat rumah sehat, terutama untuk mencegah penyakit ISPA.

(5)

ABSTRACT

Acute Respiratory Infection has been a serious health problem problems in Indonesia. According to the preliminary survey at the Puskesmas Pintu Angin, Acute Respiratory Infection takes the high number firstly out the data ten the most disease. Children under five years old very susceptible to respiratory infection. One of the causes Acute Respiratory Infection is physical condition of house is bad. The houses of fisherman in Lingkungan Pintu Angin area mostly in stage constructed above sea water and non permanent.

The purpose of the research to find out the relationship between the physical condition of houses of fisherman such as ventilation, natural lighting, humidity, wall, floor and ceiling of house with Acute Respiratory Infection complaints on children under five years old in Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga for 2013.

The type of research is descriptive analytic study, with cross sectional design. Populations are all mothers with children under five years old and have house with a constructed stage that has been built above sea water, that is 74 people and the amount of sample is the entire population (total sampling).

The results showed that there was significant relationship between the natural lighting (p=0.015) and the humidity (p=0.026) with complaints of Acute Respiratory Infections on child under five years old, on the other hand ,the ventilation (p=0.07), the floor (p=0.613), the wall (p=0.322), and the ceiling (p=0.119) there was no relationship with complaints of Acute Respiratory Infections on child under five years old.

People who live in Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga, expected to open their windows every day and encourage them to keep cleanness their home. And education needs to be improved by public health officials about the healthy condition of the house, especially to prevent acute respiratory infection diseases.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Juniettha Sylvia Dewi Hutapea Tempat/Tanggal Lahir : Medan/20 Juni 1991

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Saudara : 1 orang

Alamat Rumah : Jl. Hamonangan Pasaribu Nomor 4 Pandan, Tapanuli Tengah

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1996 - 1997 : TK Katolik Cinta Rakyat, Pematang Sintar 2. Tahun 1997 - 2003 : SD Swasta RK Nomor 3, Sibolga

3. Tahun 2003 - 2006 : SLTP Swasta Fatima, Sibolga 4. Tahun 2006 - 2009 : SLTA Swasta Katolik, Sibolga

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013” sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

3. dr. Devi Nuraini M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan. 6. Bapak Irwan Ahuy Sitanggang, SE, selaku Kepala Lurah Kelurahan Sibolga Hilir,

yang telah memberikan izin dan arahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Bapak Bertho Sinaga selaku Kepala Lingkungan Pintu Angin yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Saut Monang Hutapea dan Mama tercinta Nurliani Panjaitan yang senantiasa mendoakan, membimbing, memotivasi, memberikan perhatian sepenuhnya serta dukungan moril dan materi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Kepada abang Bennyco Maruli Sampetua Hutapea yang telah banyak memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada tante Delima Panjaitan yang telah memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat mejin terbaik Yati Oktaviani Keliat dan Vebri Sesta Lestari Ginting yang sama-sama berjuang, saling mendoakan, saling memberikan semangat, motivasi, dan keceriaan selama menyelesaikan skripsi ini.

(9)

13.Kepada semua teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya stambuk 2009 Alin, Adelina, Winda Melisa, Veni, Ayu, Mince, Floren, Pana, dan semua teman-teman 09 lainnya yang sama-sama berjuang dan saling menyemangati dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Akhir kata penulis berhapap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi . ... viii

Daftar Tabel . ... xi

Daftar Lampiran ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Rumah Sehat ... 6

2.1.1. Defenisi Rumah Sehat ... 6

2.1.2. Kriteria Rumah Sehat ... 6

2.1.3. Kondisi Fisik Rumah Sehat ... 8

2.1.3.1. Ventilasi ... 9

2.1.3.2. Pencahayaan Alami ... 10

2.1.3.3. Kelembaban ... 11

2.1.3.4. Lantai ... 11

2.1.3.5. Dinding ... 12

2.1.3.6. Langit-langit ... 13

2.2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ... 14

2.2.1. Defenisi ISPA ... 14

2.2.2. Gejala ISPA ... 16

2.2.3. Klasifikasi ISPA ... 17

2.2.4. Etiologi ISPA ... 18

2.2.5. Cara Penularan ISPA ... 19

2.2.6. Pencegahan ISPA ... 19

2.3. Kerangka Konsep ... 21

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Subjek Penelitian ... 24

3.4. Populasi dan Sampel ... 24

3.5. Variabel Penelitian ... 25

3.6. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 25

3.7. Instrumen Penelitian ... 26

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 26

3.9. Defenisi Operasional ... 27

3.10. Aspek Pengukuran ... 28

3.11. Pengolahan Data ... 29

3.12. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.2. Analisis Univariat ... 32

4.2.1. Tingkat Pendidikan Responden ... 32

4.2.2. Pekerjaan Responden ... 32

4.2.3. Karakteristik Balita ... 33

4.2.4. Kondisi Fisik rumah Responden ... 34

4.2.4.1. Ventilasi Rumah ... 34

4.2.4.2. Pencahayaan Alami Rumah ... 35

4.2.4.3. Kelembaban Rumah ... 35

4.2.4.4. Lantai Rumah ... 36

4.2.4.5. Dinding Rumah ... 37

4.2.4.6. Langit-langit Rumah ... 37

4.2.5. Keluhan ISPA pada Balita ... 38

4.3. Analisis Bivariat . ... 39

4.3.1. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 39

4.3.2. Hubungan Pencahayaan Alami Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 40

4.3.3. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 41

4.3.4. Hubungan Lantai Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 42

4.3.5. Hubungan Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 43

(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 46

5.1. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 46

5.2. Hubungan Pencahayaan Alami Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 47

5.3. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 48

5.4. Hubungan Lantai Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 49

5.5. Hubungan Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 50

5.6. Hubungan Langit-langit Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan . ... 53

6.2. Saran . ... 54

DAFTAR PUSTAKA . ... 55

LAMPIRAN : Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... ... 57

Lampiran 2 Hasil Ukur dan Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Rumah ... 59

Lampiran 3 Output Analisis Univariat dan Bivariat ... 71

Lampiran 4 Master Data ... 80

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU ... 83

Lampiran 6 Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga ... 84

Lampiran 7 Data 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Pintu Angin ... 85

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota

Sibolga Tahun 2013 ... 32 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan Pintu

Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013... 33 4.3. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Lingkungan Pintu

Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013... 33 4.4. Distribusi Balita Berdasarkan Umur di Lingkungan Pintu Angin

Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga

Tahun 2013... 34 4.5. Distribusi Frekuensi Ventilasi Rumah di Lingkungan Pintu Angin

Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga

Tahun 2013... 34 4.6. Distribusi Frekuensi Pencahayaan Alami Rumah di Lingkungan Pintu

Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013... 35 4.7. Distribusi Frekuensi Kelembaban Rumah di Lingkungan Pintu Angin

Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga

Tahun 2013... 36 4.8. Distribusi Frekuensi Lantai Rumah di Lingkungan Pintu Angin

Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga

Tahun 2013... 36 4.9. Distribusi Frekuensi Dinding Rumah di Lingkungan Pintu Angin

Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga

Tahun 2013... 37 4.10. Distribusi Frekuensi Langit-langit Rumah di Lingkungan Pintu Angin

Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga

Tahun 2013... 37 4.11. Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan

Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 ... 38 4.12. Keluhan ISPA pada Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di

Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 ... 38 4.13. Keluhan ISPA pada Balita Berdasarkan Umur Balita di Lingkungan

Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota

(14)

4.14. Hasil Analisis Hubungan Ventilasi Rumah dengan Keluhan ISPA di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 ... 40 4.15. Hasil Analisis Hubungan Pencahayaan Alami Rumah dengan Keluhan

ISPA di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 ... 41 4.16. Hasil Analisis Hubungan Kelembaban Rumah dengan Keluhan ISPA

di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 ... 42 4.17. Hasil Analisis Hubungan Lantai Rumah dengan Keluhan ISPA di

Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 ... 43 4.18. Hasil Analisis Hubungan Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA di

Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 ... 44 4.19. Hasil Analisis Hubungan Langit-langit Rumah dengan Keluhan ISPA

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Ukur dan Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Rumah Lampiran 3 : Output Analisis Univariat dan Bivariat

Lampiran 4 : Master Data

Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 6 : Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(17)

ABSTRAK

ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan Survei Pendahuluan pada Puskesmas Pintu Angin, ISPA menempati peringkat pertama pada data sepuluh penyakit terbesar. Balita sangat rentan terhadap ISPA. Salah satu penyebab timbulnya penyakit ISPA adalah kondisi fisik rumah yang buruk. Rumah nelayan di pintu angin sebagian besar berbentuk panggung di atas (tepi) laut dan bersifat non permanen.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah nelayan, yaitu ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai dinding, dan langit-langit rumah dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita dan memiliki rumah berbentuk panggung yang dibangun di atas (tepi) laut, yaitu 74 orang dan jumlah sampel adalah seluruh populasi (total sampling).

Hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan alami rumah (p=0,015) dan kelembaban rumah (p=0,026) dengan keluhan ISPA pada balita, sedangkan ventilasi rumah (p=0,07), lantai rumah (p=0,613), dinding rumah (p=0,322), dan langit-langit rumah (p=0,119) tidak ada hubungan antara dengan keluhan ISPA pada balita.

Masyarakat yang bertempat tinggal di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga diharapkan agar membuka jendela rumah setiap hari dan menjaga kebersihan rumah. Dan perlu ditingkatkan penyuluhan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat mengenai syarat rumah sehat, terutama untuk mencegah penyakit ISPA.

(18)

ABSTRACT

Acute Respiratory Infection has been a serious health problem problems in Indonesia. According to the preliminary survey at the Puskesmas Pintu Angin, Acute Respiratory Infection takes the high number firstly out the data ten the most disease. Children under five years old very susceptible to respiratory infection. One of the causes Acute Respiratory Infection is physical condition of house is bad. The houses of fisherman in Lingkungan Pintu Angin area mostly in stage constructed above sea water and non permanent.

The purpose of the research to find out the relationship between the physical condition of houses of fisherman such as ventilation, natural lighting, humidity, wall, floor and ceiling of house with Acute Respiratory Infection complaints on children under five years old in Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga for 2013.

The type of research is descriptive analytic study, with cross sectional design. Populations are all mothers with children under five years old and have house with a constructed stage that has been built above sea water, that is 74 people and the amount of sample is the entire population (total sampling).

The results showed that there was significant relationship between the natural lighting (p=0.015) and the humidity (p=0.026) with complaints of Acute Respiratory Infections on child under five years old, on the other hand ,the ventilation (p=0.07), the floor (p=0.613), the wall (p=0.322), and the ceiling (p=0.119) there was no relationship with complaints of Acute Respiratory Infections on child under five years old.

People who live in Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga, expected to open their windows every day and encourage them to keep cleanness their home. And education needs to be improved by public health officials about the healthy condition of the house, especially to prevent acute respiratory infection diseases.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang (WHO, 2007).

Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada anak-anak dan balita. ISPA kerap pada urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu, ISPA juga sering berada daftar 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit. Pada survei mortalitas yang dilakukan menyebutkan bahwa sebanyak 23,6% kematian pada balita disebabkan oleh ISPA, yang merupakan proporsi terbesar dari seluruh penyebab kematian pada balita (Depkes RI, 2007).

Lebih dari 2 (dua) dasawarsa ini penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya ISPA adalah rendahnya kualitas udara baik di dalam maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia.

(20)

hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Hartono, 2002).

Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala disertai atau tanpa disertai demam. Usia Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA masih tinggi di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah (WHO, 2007).

Salah satu penyebab timbulnya penyakit saluran pernapasan adalah kondisi fisik rumah yang buruk. Penyakit saluran pernapasan (Influenza, pilek, TBC) dapat mudah menular akibat ventilasi yang tidak memadai. Penyakit pernapasan dan semua penyakit yang menyebar melalui udara mudah sekali menular bila rumah tidak memenuhi syarat kesehatan (Slamet, 2009).

Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat beristirahat dan berlindung, tetapi juga sebagai sarana untuk memperbaiki kesehatan. Untuk itu rumah harus memenuhi syarat syarat kesehatan. Rumah atau tempat tinggal yang buruk dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran napas (Candra, 2007).

(21)

Menurut Ranuh dalam Oktaviani (2009) rumah yang jendelanya tidak memenuhi persyaratan menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik. Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap di dinding tembok dan cahaya matahari pagi yang sulit masuk dalam rumah juga memudahkan anak-anak terserang ISPA.

Secara umum kondisi fisik rumah nelayan di Lingkungan Pintu Angin merupakan rumah yang berbentuk panggung dan dibangun di atas air (tepi) laut, bahan bangunan umunya bersifat nonpermanaen (terbuat dari kayu) dan beratap seng atau rumbia. Sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan data sepuluh penyakit terbesar 2 tahun terakhir (2011-2012) pada Puskesmas Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, ISPA adalah penyakit yang menempati urutan teratas. Pada tahun 2011 terdapat 6640 kasus ISPA, pada tahun 2012 terdapat 6139 kasus ISPA.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Kondisi

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Tingginya angka kejadian ISPA, yang mana usia balita adalah kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dan kondisi fisik rumah nelayan di Lingkungan Pintu Angin yang sebagian besar berada di atas air (tepi) laut serta pada umumnya bahan bangunannya bersifat nonpermanen, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, yaitu bagaimana Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah nelayan dengan keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013. 2. Mengetahui kondisi fisik rumah nelayan di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan

Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Pintu Angin dan Posyandu Balita di Lingkungan Pintu Angin Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan antara kondisi fisik rumah dengan keluhan ISPA sehingga dapat meningkatkan penyuluhan

dan pembinaan terhadap masyarakat luas.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat yang mempunyai balita yang menderita ISPA tentang pentingnya menjaga kondisi fisik rumah seperti ventilasi yang memenuhi standar, pencahayaan yang cukup, kelembaban yang cukup, lantai, dinding, dan langit-langit rumah yang baik.

3. Bagi Peneliti Lain

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sehat

2.1.1. Defenisi Rumah Sehat

Menurut Winslow dalam Chandra (2007), rumah sehat adalah suatu tempat untuk tinggal permanen, berfungsi sebagai tempat bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat perlindungan dari pengaruh lingkungan yang memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari pengaruh alam luar. Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Prasetya, 2005).

2.1.2. Kriteria Rumah Sehat

(25)

1. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis

Secara fisik kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan suhu dalam rumah yang optimal, pencahayaan yang optimal, perlindungan terhadap kebisingan, ventilasi memenuhi persyaratan, dan tersedianya ruang yang optimal untuk bermain anak.

Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalah berkisar antara 18-20oC, dan suhu tersebut dipengaruhi oleh : suhu udara luar, pergerakan udara, dan kelembaban udara ruangan.

Pencahayaan harus cukup baik waktu siang maupun malam hari. Pada malam hari pencahayaan yang ideal adalah penerangan listrik. Pada waktu pagi hari diharapkan semua ruangan mendapatkan sinar matahari. Intensitas penerangan minimal tidak boleh kurang dari 60 Lux.

Pertukaran hawa (ventilasi) yaitu proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis harus cukup. Berdasarkan Peraturan Bangunan Nasional, lubang hawa suatu bangunan harus memenuhi aturan sebagai berikut luas bersih jendela/lubang hawa sekurang-kurangnya 1/10 dari luas lantai. Pengaruh buruk kurangnya luas ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar gas CO2, adanya pengab, suhu udara naik, dan kelembaban

udara bertambah.

2. Memenuhi Kebutuhan Psikologis

(26)

keindahan. Adanya ruangan tersendiri bagi remaja dan ruangan untuk berkumpulnya keluarga serta ruang tamu.

3. Perlindungan terhadap Penularan Penyakit

Untuk mencegah penularan penyakit diperlukan sarana air bersih, fasilitas pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan makanan, menghindari intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain yang dapat menularan penyakit.

4. Perlindungan/Pencegahan terhadap Bahaya Kecelekaan dalam Rumah

Agar terhindar dari kecelakaan maka konstruksi rumah harus kuat dan memenuhi syarat bangunan, desain pencegahan terjadinya kebakaran dan tersedianya alat pemadam kebakaran, pencegahan kecelakaan jatuh, dan kecelakaan mekanis lainnya.

2.1.3. Kondisi Fisik Rumah

(27)

2.1.3.1. Ventilasi

Menurut Chandra (2007) Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi digunakan untuk pergantian udara. Hawa segar diperlukan dalam rumah guna mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Guna memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud di atas diperlukan adanya ventilasi yang baik. Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Ventilasi alam

Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan yaitu: daya difusi dari gas-gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara kelembabannya. Ventilasi alam yaitu jendela, pintu, dan lubang angin. Ventilasi yang baik minimal 10% dari luas lantai; 5% ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) dan 5% ventilasi permanen (tetap).

2) Ventilasi buatan

Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat tersebut adalah kipas angin, exhauter dan AC

(air conditioner).

(28)

Menurut Kepmenkes Nomor 829/menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

2.1.3.2. Pencahayaan Alami

Menurut Sastra (2006) Cahaya matahari sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi kesehatan. Selain untuk penerangan cahaya matahari juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman penyakit tertentu seperti ISPA, TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.

Cahaya, berperan sebagai gemercid (pembunuh kuman atau bakteri). Cahaya matahari banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka menciptakan kesehatan yang lebih sempurna, seperti membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam rumah, karena cahaya matahari pagi tersebut banyak megandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman (Azwar, 2002)

Agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, setiap ruang harus memiliki lubang cahaya yang memungkinkan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedikitnya setiap rumah harus mempunyai lubang cahaya yang dapat berhubungan langsung dengan cahaya matahari, minimal 10% dari luas lantai rumah; 5% dapat dibuka (Prasetya, 2005).

(29)

2.1.3.3. Kelembaban

Menurut Kepmenkes Nomor 829/menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-70 %.

Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara. (Achmadi, 2008).

Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme. Bakteri pneumokokus seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk >80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Selain itu jika udara terlalu banyak mengandung uap air, maka udara basah yang dihirup berlebihan akan mengganggu pula fungsi paru (Azwar, 2002).

2.1.3.4. Lantai

(30)

Lantai rumah sangat penting untuk diperhatikan terutama dari segi kebersihan dan persyaratan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi karena jika musim hujan akan menjadi lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap penghuninya dan merupakan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya kuman penyakit, termasuk bakteri penyebab ISPA. Sebaiknya lantai rumah tersebut dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 25 cm dari permukaan tanah (Prasetya, 2005).

Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menghasilkan debu (Ditjen PPM dan PL, 2002).

Menurut Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; komponen dan penataan ruangan rumah sehat dimana lantai kedap air, mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

2.1.3.5. Dinding

Dinding adalah pembatas, baik antara ruangan dalam dengan ruang luar ataupun ruang dalam dengan ruang dalam yang lain. Bahan dinding dapat terbuat dari papan, triplek, batu merah, batako, dan lain-lain (Prasetya, 2005).

(31)

Menurut Suryatno (2003) rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu,

papan atau kayu dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk ke

dalam rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA, selain itu dinding yang

sulit dibersihkan dan penumpukan debu pada dinding, merupakan media yang baik bagi

berkembangbiaknya kuman.

Menurut Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; komponen dan penataan ruangan rumah sehat dimana dinding rumah sehat harus memiliki ventilasi, kedap air dan mudah dibersihkan.

2.1.3.6. Langit-langit

Menurut Sastra (2006) langit-langit merupakan bidang pembatas antara atap rumah dan ruangan di bawahnya. Langit-langit rumah memiliki banyak fungsi, fungsi utama dari langit-langit adalah untuk menjaga kondisi suhu di dalam ruangan akibat sinar matahari yang menyinari atap rumah. Udara panas di ruang atap ditahan oleh langit-langit sehingga tidak langsung mengalir ke ruang di bawahnya sehingga suhu ruang dibawahnya tetap terjaga.

(32)

Pemilihan bahan langit-langit sebaiknya yang bisa menyerap panas, sehingga suhu dan kenyamanan udara dalam ruangan tetap terjaga. Langit-langit dapat menahan rembesan air dari atap dan menahan debu yang jatuh dari atap rumah (Prasetya, 2005).

Menurut Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan dan langit-langit harus mudah dibersihkan.

2.2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 2.2.1. Defenisi ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. (WHO, 2008).

Menurut Hartono (2012) terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor. Penyebaran dan dampak penyakit berkaitan dengan:

• kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga),

(33)

• ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi

untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi)

• faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu menularkan

infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum

• karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi

(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran inokulum)

Menurut Depkes RI (2007) ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut:

i. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

ii. Saluran pernapasan adalah organ dari hidung hingga alvioli serta organ adneksanya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan atas

(34)

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang berlangsung sampai 14 hari yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai gelembung paru. Beserta organ-organ disekitarnya: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek (Rasmaliah, 2007).

Menurut Muhammad, Hood & Taib (2005), ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus , maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru.

2.2.2. Gejala ISPA

Menurut WHO (2007) tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa :

a. Batuk

b. Kesulitan bernafas c. Sakit tenggorokan d. Pilek

e. Demam f. Sakit kepala

(35)

2.2.3. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) : 1) ISPA ringan

Apabila seseorang yang menderita ISPA ringan ditemukan gejala pilek dan sesak tanpa/disertai demam.

2) ISPA sedang

Apabila timbul gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39oC dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok

3) ISPA berat

Apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

Menurut Widoyono (2008) klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :

a. Bukan pneumonia : mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam.

(36)

c. Pneumonia berat : didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing) pada anak berusia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak berusia <2 bulan, diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kea rah dalam (severe chest indrawing).

2.2.4. Etiologi ISPA

Menurut Widoyono (2008) etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Beberapa diantaranya :

Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus, influenza, dan lain-lain

Virus : influenza, adenovirus, sitomegalovirus.

Jamur : Aspergiius sp., Candida albicans, Histoplasma, dan lain-lain.

(37)

2.2.5. Cara Penularan ISPA

Menurut Muhammad, Hood & Taib (2005) ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya

3 cara penyebaran infeksi pernapasan :

1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk

2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin-bersin

3. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari jasad renik.

2.2.6. Pencegahan ISPA

Menurut Misnadiarly (2008) pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :

• Menyediakan makanan bergizi sesuai preferensi anak dan kemampuan untuk

mengkonsumsi makanan untuk mendukung kekebalan tubuh alami • Pemberian imunisasi lengkap kepada anak

• Keadaan fisik rumah yang baik, seperti : ventilasi rumah dan kelembaban yang

memenuhi syarat.

• Menjaga kebersihan rumah, tubuh, makanan dan lingkungan agar bebas kuman

penyakit.

• Menghindari pajanan asap rokok, asap dapur

• Mencegah kontak dengan penderita ISPA dan isolasi penderita ISPA untuk

(38)

Menurut Hartono (2002) cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :

a. Tingkat hunian rumah padat

1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang 2. Jaga kebersihan lantai rumah

b. Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat 1. Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi 2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari 3. Menambah ventilasi buatan

c. Perilaku

1. Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur 2. Menutup mulut bila batuk

3. Membuang ludah pada tempatnya

(39)

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen Kondisi Fisik Rumah Nelayan

Keluhan ISPA pada Balita Ventilasi

Pencahayaan Alami

Kelembaban Lantai

Dinding

(40)

2.2. Hipotesis Penelitian

1. Ho : Tidak ada hubungan antara ventilasi rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara ventilasi rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

2. Ho : Tidak ada hubungan antara pencahayaan alami rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013. Ha : Ada hubungan antara pencahayaan alami rumah nelayan dengan keluhan

ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

3. Ho : Tidak ada hubungan antara kelembaban rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara kelembaban rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

(41)

Ha : Ada hubungan antara lantairumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

5. Ho : Tidak ada hubungan antara dinding rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara dinding rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

6. Ho : Tidak ada hubungan antara langit-langit rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat tertentu saja. (Saryono, 2008). 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga dan di laksanakan pada bulan Maret – April 2013.

3.3. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah seluruh rumah yang di dalamnya terdapat balita dan berada di atas (tepi) laut di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga.

3.4. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita dan memiliki rumah berbentuk panggung yang dibangun di atas (tepi) laut (memenuhi kriteria inklusi) di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga, yaitu sebanyak 74 orang.

(43)

3.5. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan langit-langit rumah.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan ISPA pada balita. 3.6. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria inklusi :

1)Merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga.

2)Memiliki rumah yang berbentuk panggung dan dibangun di atas (tepi) laut.

3)Memiliki balita.

4)Bersedia menjadi responden. 3. Kriteria ekslusi :

1)Bukan merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga.

(44)

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, pedoman observasi, formulir isian pengukuran, rollmeter, luxmeter, hygrometer dan alat tulis. 3.8. Metode Pengumpul Data

1. Sumber Data a. Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan pedoman wawancara, observasi dan pengukuran dilakukan pada kondisi fisik rumah.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi kesehatan, yaitu Puskesmas Pintu Angin yang meliputi data jumlah sepuluh penyakit terbanyak, data dari Kelurahan yang meliputi data gambaran umum lokasi penelitian dan data demografi, serta jurnal kesehatan dan studi kepustakaan.

2. Pengumpulan Data

(45)

3.9. Definisi Operasional

1. Kondisi fisik rumah adalah suatu kondisi rumah yang mempunyai struktur fisik dimana orang menggunakannya sebagai tempat belindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia, kondisi fisik rumah tersebut antara lain lantai rumah, dinding, atap rumah, ventilasi, suhu, kelembapan berdasarkan Kepmenkes 829/SK/VII/1999 tentang kesehatan perumahan dan pemukiman.

2. Ventilasi adalah lubang angin untuk proses pergantian udara ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun buatan.

3. Pencahayaaan alami adalah penerangan rumah secara alami oleh sinar matahari. 4. Kelembaban adalah kandungan uap air yang dapat dipengaruhi oleh sirkulasi

udara dalam rumah dan pencahayaan yang masuk dalam rumah.

5. Lantai rumah adalah bagaian bawah (alas, dasar) suatu ruangan atau bangunan. 6. Dinding rumah adalah salah satu elemen vertikal/tegak bangunan dan berfungsi

sebagai penutup atau pembatas ruangan.

7. Langit-langit rumah merupakan daerah pembatar antara atap dan ruangan. 8. Balita adalah anak yang berusia di bawah 5 tahun (0-59 bulan).

(46)

3.10. Aspek Pengukuran 1. Variabel bebas

a. Ventilasi

Dengan kategori :

1) Memenuhi Syarat (≥10% dari luas lantai)

2) Tidak Memenuhi Syarat (<10% atau >15% dari luas lantai) Skala : nominal

b. Pencahayaan alami Dengan kategori :

1) Memenuhi Syarat (60-120 lux)

2) Tidak Memenuhi Syarat (<60 lux atau >120 lux) Skala : nominal

c. Kelembaban Dengan kategori :

1) Memenuhi Syarat (40-70%)

2) Tidak Memenuhi Syarat (<40% atau >70%) Skala : nominal

d. Lantai

Dengan kategori :

1) Memenuhi Syarat : kedap air dan tidak lembab (diplester/semen, keramik dan ubin)

(47)

e. Dinding

Dengan kategori

1) Memenuhi Syarat : kedap air (tembok/diplester, batu)

2) Tidak Memenuhi Syarat : tidak kedap air (bambu, tepas, papan/kayu) Skala : nominal

f. Langit-langit Dengan kategori :

1) Memenuhi Syarat : ada langit-langit, rapat

2) Tidak Memenuhi Syarat : tidak rapat, tidak ada langit-langit Skala : nominal

2. Variabel terikat Keluhan ISPA Dengan kategori : 1) Ada

2) Tidak ada Skala : nominal

3.11. Pengolahan Data

Menurut Anwar (2002), kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi

entry, editing, coding, dan tabulating data.

1. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

(48)

3. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data. 4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna

memudahkan analisis data. 3.12. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan bantuan komputer. Analisis data meliputi :

1. Analisis univariat

Analisis univariat (analisis persentase) dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing, baik variabel bebas (independen), variabel terikat (dependen) maupun deskripsi karakteristik responden.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan variable bebas dan variable terikat dengan menggunakan uji statistic chi square (x2), untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variable dengan variable terikat.

Menurut Azwar (2002), dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% :

a. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lingkungan Pintu Angin merupakan salah satu lingkungan yang terdapat di Kelurahan Sibolga Hilir. Lingkungan Pintu Angin berada di daerah pinggir pantai atau pesisir laut, dengan ketinggian dari air laut 6 meter.

Lingkungan Pintu Angin mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Lingkungan Panomboman, Mela

2. Sebelah Timur : Pegunungan, Bukit Barisan, Kelurahan Angin Nauli 3. Sebelah Selatan : Lingkungan Simare-mare

4. Sebelah Barat : Teluk Tapian Nauli

Berdasarkan data penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Pintu Angin 3596 jiwa, 787 KK. Rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari 5 orang anggota keluarga. Jumlah penduduk dengan rincian :

1. Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki 1851 jiwa 2. Penduduk dengan jenis kelamin perempuan 1745 jiwa

Mayoritas tingkat pendidikan penduduk adalah tamat SLTA, yaitu sebanyak 829 orang. Dan sebagian besar penduduk bermatapencaharian dari hasil laut.

(50)

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kondisi fisik rumah, yaitu ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, langit-langit rumah, serta keluhan ISPA.

4.2.1. Tingkat Pendidikan Responden

Gambaran tingkat pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Tingkat Pendidikan Jumlah

Orang %

1. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 7 9,5

2. SD 18 24,3

3. SLTP 15 20,3

4. SLTA 33 44,6

5. PT 1 1,3

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pendidikan di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar adalah SLTA, yaitu sebanyak 33 orang (44,6%) dan persentase paling kecil adalah perguruan tinggi, yaitu sebanyak 1 orang (1,3%).

4.2.2. Pekerjaan Responden

[image:50.612.118.525.301.472.2]
(51)

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Pekerjaan Jumlah

Orang %

1. PNS 2 2,7

2. Pegawai/Karyawan Swasta 1 1,3

3. Wiraswasta 6 8,1

4. Nelayan 23 31,1

5. Ibu Rumah Tangga 42 56,8

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden menurut pekerjaan di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar adalah Ibu Rumah Tangga, yaitu sebanyak 42 orang (56,8%) dan persentase paling kecil adalah Pegawai/Karyawan Swasta, yaitu sebanyak 1 orang (1,3%).

4.2.3. Karakteristik Balita

Gambaran karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini.

Tabel 4.3. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Jenis Kelamin Jumlah

Orang %

1. Laki-laki 41 55,4

2. Perempuan 33 41,3

Total 74 100

[image:51.612.119.528.120.241.2] [image:51.612.117.528.255.568.2]
(52)

Tabel 4.4. Distribusi Balita Berdasarkan Umur di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Umur (bulan) Jumlah

Orang %

1. 0-12 (bayi) 8 10,8

2. >12-35 (batita) 36 48,7

3. ≥36-59 30 40,5

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa, karekteristik balita berdasarkan umur, persentase paling besar adalah balita berumur >12-35 bulan (batita), yaitu sebanyak 36 orang (48,7%).

4.2.4. Kondisi Fisik Rumah Responden

Gambaran distribusi frekuensi kondisi fisik rumah responden meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding dan langit-langit rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

4.2.4.1. Ventilasi Rumah

Gambaran distribusi frekuensi ventilasi rumah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Ventilasi Rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Ventilasi Hasil Ukur

(% luas lantai) Jumlah

Total

Rumah %

1. Memenuhi Syarat ≥ 10 - 15 43 43 58,1

2. Tidak Memenuhi Syarat <10 dan >15 >15

24

7 31 41,9

[image:52.612.116.531.110.213.2]
(53)

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa jumlah ventilasi rumah responden di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar adalah memenuhi syarat dengan hasil ukur ≥ 10 -15 dari luas lantai, yaitu sebanyak 43 rumah (58,1%).

Data hasil ukur ventilasi rumah dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 58.

4.2.4.2. Pencahayaan Alami Rumah

Gambaran distribusi frekuensi pencahayaan alami rumah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini.

Tabel 4.6. Gambaran Distribusi Frekuensi Pencahayaan Alami Rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Pencahayaan Alami Hasil Ukur (Lux)

Total

Rumah %

1. Memenuhi Syarat 60-120 29 39,2

2. Tidak Memenuhi Syarat <60 45 60,8

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa jumlah pencahayaan alami rumah responden di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar adalah tidak memenuhi syarat dengan hasil ukur <60 Lux, yaitu sebanyak 45 rumah (60,8%). Data hasil ukur ventilasi rumah dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 60.

4.2.4.3. Kelembaban Rumah

[image:53.612.104.530.284.494.2]
(54)
[image:54.612.115.525.126.200.2]

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kelembaban Rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Kelembaban Hasil Ukur

(%)

Total

Rumah %

1. Memenuhi Syarat 40-70 32 43,2

2. Tidak Memenuhi Syarat <40 42 56,8

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelembaban rumah responden di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar tidak memenuhi syarat dengan hasil ukur <40%, yaitu sebanyak 42 rumah (56,8%). Data hasil ukur ventilasi rumah dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 62.

4.2.4.4. Lantai Rumah

Gambaran distribusi frekuensi lantai rumah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut ini.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Lantai Rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Lantai Jenis Lantai Total

Rumah %

1. Memenuhi Syarat Kedap air 27 36,5

2. Tidak Memenuhi Syarat Tidak kedap air 47 63,5

Total 74 100

[image:54.612.117.523.294.523.2]
(55)

4.2.4.5. Dinding Rumah

Gambaran distribusi frekuensi dinding rumah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut ini.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Dinding Rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Dinding Jenis Dinding Total

Rumah %

1. Memenuhi Syarat Kedap air 27 36,5

2. Tidak Memenuhi Syarat Tidak kedap air 47 63,5

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa jumlah dinding rumah responden di Lingkungan Pintu Angin, persentase paling besar tidak memenuhi syarat yang tidak kedap air, yaitu sebanyak 47 rumah (63,5%). Data hasil ukur ventilasi rumah dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 66.

4.2.4.6. Langit-langit Rumah

Gambaran distribusi frekuensi langit-langit rumah responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut ini.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Langit-langit Rumah di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Langit-langit Jenis Lantai Jumlah Total

Rumah %

1. Memenuhi Syarat Ada, Rapat 25 25 33,8

2. Tidak Memenuhi Syarat Ada, Tidak Rapat 7

49 66,2

Tidak Ada 42

Total 74 100

[image:55.612.108.530.256.533.2]
(56)

langit-langit sebanyak 42 rumah, total sebanyak 49 rumah (66,2%). Data hasil ukur ventilasi rumah dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 68.

4.2.5. Keluhan ISPA pada balita

Gambaran kejadian ISPA pada balita pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.11. berikut ini.

Tabel 4.11. Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Keluhan ISPA Jumlah

Rumah %

1. Ada 41 55,4

2. Tidak ada 33 44,6

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.11. di atas dapat dilihat bahwa persentase paling besar adalah balita yang memiliki keluhan ISPA, yaitu sebanyak 41 orang (55,4%).

Keluhan ISPA pada balita berdasarkan jenis kelamin dan umur balita dapat dilihat pada tabel 4.12. berikut ini.

Tabel 4.12. Keluhan ISPA pada Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Lingkungan Pintu Angin Keluahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Keluhan ISPA pada Balita menurut Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 22

2. Perempuan 19

[image:56.612.110.530.225.571.2]
(57)
[image:57.612.112.534.104.202.2]

Tabel 4.13. Keluhan ISPA pada Balita Berdasarkan Umur Balita di Lingkungan Pintu Angin Keluahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Keluhan ISPA pada Balita menurut Umur Jumlah

1. 0-12 bulan (bayi) 5

2. >12-35 bulan (batita) 18

3. ≥36-59 bulan 18

Berdasarkan tabel 4.13. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas balita yang memiliki keluhan ISPA memiliki umur diatas 12 bulan, yaitu umur >12-35 bulan, sebanyak 18 orang, dan ≥36-59 bulan, sebanyak 18 orang.

4.3. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara kondisi fisik rumah nelayan, yaitu ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, langit-langit rumah dengan keluhan ISPA pada Balita. Uji statistik yang digunakan pada analisis bivariat ini adalah Chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (∝= 5%). Berdasarkan hasil uji statistik akan diperopleh nilai p. Untuk nilai p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diteliti.

4.3.1. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

(58)
[image:58.612.107.540.121.214.2]

Tabel 4.14. Hasil Analisis Ventilasi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Ventilasi

Keluhan ISPA

Total p-value

Ya Tidak

n % n % N %

1. Memenuhi Syarat 20 46,5 23 53,5 43 100

0,07 2. Tidak Memenuhi Syarat 21 67,7 10 32,3 31 100

Total 41 55,4 33 44,6 74 100

Berdasarkan tabel 4.14. dapat diketahui bahwa hasil penelitian yang didapatkan dari variabel ventilasi dari 43 rumah yang memiliki ventilasi yang memenuhi syarat sebanyak 20 orang (46,5%) yang memiliki keluhan ISPA dan 23 orang (53,5%) yang tidak memiliki keluhan ISPA, sedangkan dari 31 rumah yang ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 21 orang (67,7%) memiliki keluhan ISPA dan 10 orang (32,3%) yang tidak memiliki keluhan ISPA. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,07, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p<0,05) maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara ventilasi dengan keluhan ISPA.

4.3.2. Hubungan Pencahayaan Alami Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

(59)

Tabel 4.15. Hasil Analisis Pencahayaan Alami Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Pencahayaan Alami

Keluhan ISPA

Total

Ya Tidak p-value

n % n % n %

1. Memenuhi Syarat 11 37,9 18 62,1 29 100

0,015 2. Tidak Memenuhi Syarat 30 66,7 15 33,3 45 100

Total 41 55,4 33 44,6 74 100

Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa hasil penelitian yang didapatkan dari variabel pencahayaan alami bahwa dari 29 rumah yang memiliki pencahayaan alami yang memenuhi syarat sebanyak 11 orang (37,9%) memiliki keluhan ISPA dan 18 orang (62,1%) yang tidak memiliki keluhan ISPA, sedangkan dari 45 rumah yang pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat sebanyak 30 orang (66,7%) memiliki keluhan ISPA dan 15 orang (33,3%) yang tidak memiliki keluhan ISPA. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,015, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p<0,05) maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pencahayaan alami pada rumah dengan keluhan ISPA.

4.3.3. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

[image:59.612.104.537.99.216.2]
(60)

Tabel 4.16. Hasil Analisis Kelembaban Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Kelembaban

Keluhan ISPA

Total

Ya Tidak p-value

n % n % n %

1. Memenuhi Syarat 13 40,6 19 59,4 32 100

0,026 2. Tidak Memenuhi Syarat 28 66,7 14 33,3 42 100

Total 41 55,4 33 44,6 74 100

Berdasarkan tabel 4.16. dapat dilihat bahwa hasil penelitian yang didapatkan dari variabel kelembaban bahwa dari 32 rumah yang memiliki kelembaban yang memenuhi syarat sebanyak 13 orang (40,6%) memiliki keluhan ISPA dan 19 orang (59,4%) yang tidak memiliki keluhan ISPA, sedangkan dari 42 rumah yang pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat sebanyak 28 orang (66,7%) memiliki keluhan ISPA dan 14 orang (33,3%) yang tidak memiliki keluhan ISPA. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,026, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p<0,05) maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara kelembaban pada rumah dengan keluhan ISPA.

4.3.4. Hubungan Lantai Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

[image:60.612.104.534.87.216.2]
(61)

Tabel 4.17. Hasil Analisis Lantai Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Lantai

Keluhan ISPA

Total

Ya Tidak p-value

n % N % n %

1. Memenuhi Syarat 16 59,3 11 40,7 27 100

0,613 2. Tidak Memenuhi Syarat 25 53,2 22 46,8 47 100

Total 41 55,4 33 44,6 74 100

Berdasarkan tabel 4.17. dapat dilihat bahwa hasil penelitian yang didapatkan dari variabel lantai bahwa dari 27 rumah yang memiliki lantai yang memenuhi syarat sebanyak 16 orang (59,3%) memiliki keluhan ISPA dan 11 orang (40,7%) yang tidak memiliki keluhan ISPA, sedangkan dari 47 rumah yang lantai yang tidak memenuhi syarat sebanyak 25 orang (53,2%) memiliki keluhan ISPA dan 22 orang (46,8%) yang tidak memiliki keluhan ISPA. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,613, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p<0,05) maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara lantai rumah dengan keluhan ISPA.

4.3.5. Hubungan Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

[image:61.612.100.534.90.215.2]
(62)
[image:62.612.104.530.89.214.2]

Tabel 4.18. Hasil Analisis Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013

NO. Dinding

Keluhan ISPA

Total

Ya Tidak p-value

n % N % n %

1. Memenuhi Syarat 17 63,0 10 37,0 27 100

0,322 2. Tidak Memenuhi Syarat 24 51,1 23 48,9 47 100

Total 41 55,4 33 44,6 74 100

Berdasarkan tabel 4.18. dapat dilihat bahwa hasil penelitian yang dida

Gambar

Gambar
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Gambaran karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat
Tabel 4.4. Distribusi Balita Berdasarkan Umur di Lingkungan Pintu Angin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobbil’alamin , puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah yang

Moeslem Millionair, Life is changeable that we have to improve every time, Life is competition so we have to fight every moment not for our self but also for our family and

Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar- besarnya kepada : Kedua orang tua ( Ayahanda M.Sitanggang dan Ibunda R.Silitonga

Menyatakan merek “IKEA” yang terdaftar atas nama TERGUGAT dengan Nomor Pendaftaran IDM000092006 tanggal pendaftaran 09 Oktober 2006 untuk kelas barang/jasa 21, tidak

78 Al bij het onderzoek voor zijn proefschrift merkte Constandse op dat on - danks alle voorsprong die de boeren in de Noordoostpolder hadden, zij lang niet altijd

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO ASSETS RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PROPERTYi. DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI

H.A Bastari Seberang Ulu I - Palembang, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Kantor / Pokja ULP Regional VII BKN Palembang Tahun Anggaran 2016, telah diadakan rapat evaluasi penawaran

Faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah pakan yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam pakan (Lengkong dkk., 2015).. Menurut Risnajati (2014)