• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemangkasan dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar [Jatropha curcas L.]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemangkasan dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar [Jatropha curcas L.]"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.)

OLEH

DIAJENG SAGITA PUTRI

A24050553

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

JARAK PAGAR (

Jatropha curcas

L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Diajeng Sagita Putri

A24050553

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

DIAJENG SAGITA PUTRI. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas

L.). (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH dan HARIYADI).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan dan pemupukan, serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak

pagar (Jatropha curcas L.). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan

Cikabayan, Darmaga IPB dan berlangsung selama enam bulan, yaitu dari bulan November 2008 sampai dengan Mei 2009.

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri atas dua faktor yaitu tingkat pemangkasan cabang primer dan tingkat pemupukan Urea, SP-36 dan KCl. Tingkat pemangkasan cabang primer terdiri dari 3 taraf yaitu, pemangkasan dengan

memelihara dua cabang primer (P1), pemangkasan dengan memelihara tiga

cabang primer (P2), dan pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang primer

yang dipelihara (P3). Tingkat pemupukan terdiri dari tiga taraf dosis pemupukan

yaitu tanpa pupuk (N0), kombinasi pemupukan 40 g urea, 40 g SP-36 dan 40 g

KCl per tanaman (N1), kombinasi pemupukan 80 g urea, 80 g SP-36 dan 80 g KCl

per tanaman (N2). Tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 27 satuan

percobaan.

Penelitian ini dilakukan pada lahan seluas 648 m2 yang dibagi menjadi 27

(4)

pemangkasan dan pemupukan tidak menunjukkan interaksi terhadap semua peubah pengamatan kecuali terhadap indeks biji tanaman jarak pagar.

Pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara (P3)

dengan berbagai taraf perlakuan pemupukan menyebabkan peningkatan indeks biji jarak pagar.

Pemangkasan cabang primer dengan memelihara 3 cabang primer atau lebih secara umum dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder yang terbentuk. Semakin banyak jumlah cabang sekunder yang terbentuk memberikan pengaruh terhadap jumlah daun pada tanaman jarak pagar, sehingga meskipun perlakuan pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil buah dan biji tetapi pemangkasan cabang primer dengan memelihara 3 cabang atau lebih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemangkasan cabang primer dengan memelihara 2 cabang primer. Secara umum perlakuan kombinasi

pemupukan 40 g urea, 40 g SP-36 dan 40 g KCl per tanaman (N1) cenderung

(5)

Judul : PENGARUH PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Nama : Diajeng Sagita Putri

NRP : A24050553

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS Dr. Ir. Hariyadi, MS

NIP : 19570711 198111 1001 NIP : 19611008 198601 1011

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Bambang Sapta Purwoko, MSc

NIP : 19610218 198403 1002

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 Desember 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Trinomo Sutomo Hadi dan Ibu Siti Sumirah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Bangka 3 Bogor pada tahun 1993-1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor hingga tahun 2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 9 Bogor dan melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sehingga pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan minor Teknik dan Manajemen Industri, Fakultas Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayahnya sehingga penelitian yang berjudul Pengaruh Pemangkasan dan

Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha

curcas L.) dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS dan Dr. Ir Hariyadi, MS yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya juga disampaikan kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Juli 2009

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Dosis Pemupukan Tanaman Jarak Pagar ... 9

2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan

Pemupukan serta Interaksinya terhadap Pertumbuhan

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 19

3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan

Pemupukan serta Interaksinya terhadap Hasil Tanaman

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 20

4. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Tinggi

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 21

5. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Jumlah

Cabang Sekunder Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L.) ... 24

6. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Jumlah Daun

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 26

7. Interaksi Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Indeks

Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 28

8. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Hasil

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Tahun Kedua pada

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Iklim Tempat Penelitian ... 16

2. Hama Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 18

3. Tinggi Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf

Perlakuan Pemupukan ... 22

4. Tinggi Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf

Perlakuan Pemangkasan ... 23

5. Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Jarak Pagar

pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemangkasan ... 24

6. Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Jarak Pagar

pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemupukan ... 25

7. Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai

Taraf Perlakuan Pemangkasan ... 26

8. Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai

Taraf Perlakuan Pemupukan ... 27

9. Grafik Hasil Buah dan Biji Tanaman Jarak Pagar

(Jatropha curcas L.) pada Berbagai Taraf Perlakuan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Denah Petak Percobaan ... 36

2. Data Klimatologi Bulanan Wilayah Darmaga Bogor ... 37

3. Data Hasil Analisis Contoh Tanah ... 37

4. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah ... 38

5. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta Interaksinya terhadap Tinggi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 39

6. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta Interaksinya terhadap Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 40

7. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta Interaksinya terhadap Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 41

8. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta Interaksinya terhadap Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 42

9. Pemangkasan dan Pemupukan Tanaman Jarak Pagar ... 43

10.Fase Reproduktif Tanaman Jarak Pagar ... 44

11.Biji Jarak Pagar ... 45

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu masalah yang dihadapi negara Indonesia saat ini adalah energi. Peningkatan jumlah penduduk dunia menginduksi peningkatan kebutuhan akan energi khususnya bahan bakar minyak (BBM) dengan harga yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini membuat Indonesia perlu mencari sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia agar mampu mengurangi ketergantungan BBM impor. Konsumsi BBM di Indonesia yang mencapai 1.3 juta barel tidak seimbang dengan produksi yang nilainya sekitar 1 juta barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Jika hal ini dibiarkan, maka ketersediaan bahan bakar akan terancam di masa yang akan datang. Kondisi ini harus diantisipasi pemerintah melalui penyediaan energi dalam jumlah cukup dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya bahan bakar alternatif yang memiliki sifat yang mirip dengan solar tetapi dapat diperbaharui.

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki ketersediaan sumber penghasil minyak nabati, salah satu diantaranya adalah jarak

pagar (Jatropha curcas L.) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar yang ramah lingkungan, tidak beracun dan dibuat dari minyak nabati sehingga salah satu keunggulan minyak jarak pagar ini dibandingkan dengan minyak bumi adalah sumber energi yang bersifat

ramah lingkungan (biodegradable) dan dapat diperbaharui (renewable).

Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai bahan bakar alternatif dapat mengurangi tekanan permintaan bahan bakar minyak dan penghematan penggunaan cadangan devisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas jarak pagar pada tahun pertama dapat mencapai 484.11 kg/ha diperoleh dari pertanaman asal biji yang kemudian dipangkas sedangkan dari pertanaman asal perbanyakan biji diperoleh 749.81 kg/ha dan 880 kg/ha diperoleh dari

(13)

Tanaman jarak pagar selain dapat digunakan sebagai sumber bahan penghasil biodiesel, juga dapat dijadikan sebagai sumber bahan dasar obat-obatan, kosmetik, sabun, tanaman pelindung atau pencegah erosi dan bungkilnya

setelah mengalami detoksifikasi dapat dijadikan sebagai pakan ternak (Prastiwi et

al., 2006).

Di Indonesia tanaman jarak pagar belum banyak diusahakan secara khusus dan hanya dijadikan tanaman pagar saja, sehingga produksi biodieselnya masih rendah. Peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun dunia tidak lepas dari usaha pemeliharaan yang baik. Salah satu faktor terpenting dalam pemeliharaan tanaman yaitu pemangkasan dan pemupukan.

Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk kanopi tanaman seperti semak (payung), karena secara alamiah percabangan pada tanaman jarak pagar yang berasal dari biji memiliki karakter yang tidak teratur dan tidak produktif, bahkan tinggi pohon dapat mencapai 5-7 m, sehingga mempersulit

dalam tindakan pemanenan. Menurut Ginwal et al. (2003) tanaman jarak pagar

berbunga terminal, sehingga jumlah cabang berkorelasi positif dengan jumlah buah per tandan dan produksi tanaman jarak pagar yang dihasilkan. Pemangkasan batang dapat mulai dilakukan pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah dan untuk meningkatkan jumlah cabang, pemangkasan dapat dilakukan pada bagian batang yang telah cukup berkayu dan berwarna coklat keabu-abuan (Irwanto, 2006).

Salah satu usaha pemeliharaan tanaman yang penting adalah pemupukan. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pemupukan berarti pemberian pupuk kepada tanaman ataupun kepada tanah dan substrat lainnya. Unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar diantaranya adalah unsur makro N, P, dan K. Keseimbangan dosis pupuk sangat penting diperhatikan untuk menghindari efek buruk akibat

(14)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan dan pemupukan serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak

pagar (Jatropha curcas L.).

Hipotesis

1. Terdapat interaksi antara pemangkasan dan pemupukan dalam

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar.

2. Terdapat tingkat pemangkasan terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan

dan hasil tanaman jarak pagar.

3. Terdapat dosis pupuk urea, SP-36 dan KCl terbaik untuk meningkatkan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) berasal dari Amerika Tengah dan saat ini

ditemukan di seluruh daerah tropik di dunia. Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dycotyledonae, ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae, genus Jatropha, species

Jatropha curcas (Heyne, 1987).

Di Indonesia, jarak pagar diperkenalkan pada tahun 1942 oleh bangsa Jepang dan dikenal dengan sebutan berbeda di masing-masing daerah. Di daerah Jawa Barat disebut jarak kosta atau jarak budeg. Di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali disebut jarak pager atau jarak gundul. Di Madura disebut kalekhe paghar. Di Nusa Tenggara disebut lulu mau, paku kase, jarak pageh. Di Maluku disebut ai huwa, kamala, balacai, kadoto dan di daerah Sulawesi disebut jarak kosta, wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Hariyadi, 2005).

Jarak pagar merupakan tanaman yang pohonnya perdu dengan tinggi tanaman mencapai 1-7 m, batang berkayu, silindris dan bergetah dengan sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih kecoklatan (Hariyadi, 2005). Secara alamiah, jarak pagar memiliki sistem percabangan yang tidak teratur yang terdiri atas cabang primer, cabang sekunder dan cabang terminal. Cabang sekunder adalah cabang yang terbentuk pada cabang primer, sedangkan cabang terminal adalah cabang yang terbentuk pada cabang sekunder yang merupakan tempat tumbuhnya daun, bunga dan buah. Jumlah cabang terminal sangat ditentukan oleh jumlah cabang primer dan sekunder yang terbentuk. Dalam budidaya jumlah cabang primer dibatasi 3-5 cabang.

Priyanto (2007) mengemukakan bahwa daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau muda sampai hijau tua, permukaan bawah lebih pucat daripada bagian atasnya, berlekuk, bersudut 3 atau 5, dengan tulang daun menjari yang memiliki 5-7 tulang utama, panjang tangkai daun sekitar 4-15 cm.

Bunga jarak pagar berupa bunga majemuk tersusun dalam rangkaian (inflorescence) berumah satu. Bunga berwarna kuning kehijauan dengan

(16)

bunga betina 3-4 hari dan membuka 1-2 hari sebelum bunga jantan dengan lama

pembungaan (inflorescence) 10-15 hari. Bunga menyerbuk dengan bantuan

serangga (Hasnam, 2006).

Buah disebut kapsul berbentuk bulat telur, sedikit berdaging ketika masih muda, berwarna hijau kemudian menjadi kuning dan mengering lalu pecah setelah

masak (Prastiwi et al., 2006). Prihandana dan Hendroko (2006) menambahkan

bahwa pembentukan buah membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang. Buah matang tidak serentak dalam artian di satu rangkaian akan terdapat bunga, buah muda serta buah yang sudah kering. Buah jarak terbagi menjadi 2-4 ruang yang masing-masing berisi satu biji yang bentuknya bulat lonjong berwarna coklat kehitaman (Tim Jarak Pagar, 2006). Biji jarak pagar dari buah kuning mengandung rendemen minyak sekitar 30-40 % (Pusat Penelitian dan Perkebunan, 2006).

Tanaman jarak pagar adalah tanaman yang cukup adaptif terhadap lingkungan tumbuhnya. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0-6.0. Jarak pagar

dapat tumbuh pada ketinggian 0-2000 m dpl, suhu berkisar antara 18-300C. Pada

daerah dengan suhu rendah (< 180C) akan menghambat pertumbuhan, sedangkan

pada suhu tinggi (> 350C) akan menyebabkan daun dan bunga berguguran serta

buah kering sehingga produksi menurun (Hariyadi, 2005).

Tanaman jarak pagar membutuhkan curah hujan 500-600 mm per tahun dan di Cape Verda tanaman ini juga dapat tumbuh baik pada curah hujan 250 mm per tahun dengan kelembaban yang tinggi dan kondisi kering dapat meningkatkan kandungan minyak pada biji (Wiesenhutter, 2003). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Raden (2008) yang mengemukakan bahwa jarak pagar memiliki daya adaptasi yang cukup luas, tetapi untuk memperoleh pertumbuhan yang baik disertai produksi dan mutu yang tinggi, jarak pagar harus ditanam di daerah yang relatif kering dengan intensitas radiasi yang tinggi karena kondisi kering dapat meningkatkan kadar minyak biji.

Menurut Santoso et al. (2008) jarak pagar mengalami periode

(17)

mengurangi hilangnya air dari permukaan daun melalui proses transpirasi. Kondisi ini membuat tanaman efisien dalam penggunaan air.

Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk pohon yang kokoh dan tegar, memperbanyak percabangan, menghindari terjadinya dominasi apikal, serta meningkatkan jumlah bunga dan buah pada tanaman yang berbunga terminal (Widodo, 1995).

Raden (2008) mengemukakan bahwa pemangkasan pucuk dapat meningkatkan jumlah cabang secara nyata. Hal tersebut dikarenakan peningkatan jumlah cabang akibat pemangkasan pucuk menyebabkan hilangnya dominasi apikal tunas pucuk, sehingga memicu tunas-tunas lateral yang dorman untuk tumbuh dan berkembang. Selanjutnya, perkembangan jumlah cabang akan mendorong terbentuknya daun sebagai sumber fotosintat yang lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan intensitas pemangkasan dikenal beberapa istilah

pemangkasan diantaranya : tipping/pinching (memangkas atau memetik pucuk

ranting), cutting back (memangkas sebagian cabang), stubbing (memangkas

cabang dengan batangnya dengan menyisakan 2-5 ruas sehingga diserupakan

menjadi puntung cerutu) dan thinning (penjarangan cabang dengan cara

memotong tepat pada pangkalnya dengan tidak meninggalkan mata tunas).

Pemangkasan tajuk, terutama pinching umumnya dilakukan untuk memperlebat

percabangan. Bila ujung percabangan tidak dipetik maka biasanya ranting akan terus tumbuh memanjang dan tunas-tunas tidur di ketiak daun tua tidak mau tumbuh. Keadaan ini dikenal dengan istilah dominasi apikal, yaitu penekanan pertumbuhan calon tunas ketiak (lateral) oleh ujung ranting yang aktif tumbuh, akibatnya tanaman akan tumbuh memanjang. Apabila pucuk aktif dibuang maka tunas-tunas lateral akan bermunculan sehingga percabangan menjadi merapat dan lebat (Widodo, 1995).

(18)

lainnya melalui pembuluh kayu (xylem) sebagai alat transportasi air dan unsur

hara serta pembuluh tapis (floem) sebagai alat transportasi hasil fotosintesis yang

dihasilkan di daun. Jarak pagar berbunga majemuk sehingga membutuhkan bahan makanan yang sangat besar agar gugurnya bunga dan buah dapat dikurangi. Pada prinsipnya perlu adanya penghematan bahan fotosintat sewaktu pohon aktif memproduksi bahan makanan, perlu efisiensi sistem jaringan dalam tubuh tanaman agar bahan makanan yang ada setelah digunakan untuk perawatan tanaman itu sendiri cukup untuk membentukan bunga dan buah. Efisiensi ini bukan dengan mengurangi bahan makanannya, melainkan dengan menekan pemborosannya. Caranya dengan memangkas bagian yang sangat bersifat negatif (hanya menyerap dan tidak menyumbangkan bahan makanan sama sekali) atau dengan mengurangi bagian pengguna bahan makanan. Seperti daun-daun yang ternaungi dan cabang-cabang yang tidak produktif (saling tumpang tindih) (Raden, 2008).

Jumlah cabang akan menentukan jumlah bunga, buah dan biji jarak pagar. Oleh karena itu, pemangkasan tajuk secara teratur dan berpola akan membentuk tajuk dan cabang yang ideal seperti membentuk payung. Hal ini penting karena tanaman jarak pagar berbunga di terminal, sehingga jumlah cabang berkorelasi positif dengan produksi buah dan biji (Mahmud, 2006).

Bunga di terminal atau di ketiak daun. membutuhkan penyiapan tempat berbunga yang sebanyak-banyaknya dan diikuti dengan perakaran pohon yang baik agar dapat menyangga buah yang lebat. Ranting membawa bunga pada pohon yang berbunga di terminal perlu dipangkas setelah pemanenan.

Pemupukan

(19)

untuk berproduksi jika sudah mencapai waktunya. Oleh karena itu pemupukan harus dilakukan secara teratur.

Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) hara atau nutrient adalah zat

yang diserap tanaman untuk makanannya. Hara yang diserap ini dapat dalam

bentuk molekul (CO2, H2O) dan ion. Karbondioksida (CO2) diambil melalui daun

dari udara sedangkan air (H2O) dan ion diambil melalui akar dari dalam tanah.

Dari H2O dan CO2 tanaman memperoleh unsur hara C, H, dan O (unsur makro)

sedangkan 15 unsur hara, N, P, K, Ca, Mg, S (unsur makro) dan Fe, Mn, Zn, Cu. B, Mo, Cl, Na, Co (unsur mikro) diserap oleh tanaman dalam bentuk ion. Setiap unsur memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang yaitu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa pada

tahun 1862 Leibig mengemukakan hukum minimum (law of the minimum). Faktor

minimumlah yang menentukan produksi, seandainya P adalah faktor minimum, maka pemupukan dengan unsur lain tidak akan memberikan respon seperti yang diharapkan.

Pupuk dapat digolongkan menurut tipe senyawa yang dikandung yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut jumlah unsur hara yang terdapat dalam pupuk, digolongkan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk sedangkan menurut jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, digolongkan menjadi pupuk makro dan pupuk mikro (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pemupukan dapat efisien dan tepat sasaran meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu pemupukan, frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk. Menurut Syamsulbahri (1996) dalam kegiatan pemupukan mulai dari manajemen pemupukan, fasilitas pemupukan, tenaga kerja dan teknis pemupukan mengarah kepada usaha empat tepat, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu.

(20)

menggunakan urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 40 g/tanaman. Tabel 1 merupakan perkiraan dosis pupuk jarak pagar.

Tabel 1. Dosis Pemupukan Tanaman Jarak Pagar

Tahun ke- Urea SP-36 KCl Kieserit

Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Ion-

ion di dalam tanah pertanian berasal dari pupuk-pupuk N yang diberikan serta bahan organik tanah. Jumlahnya tergantung dari jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan perombakan dari bahan-bahan organik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Senyawa N digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein, membentuk klorofil. Senyawa N juga berperan dalam perbaikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tanaman terbatas, daun-daun menguning dan gugur. Gejala kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan terlalu banyaknya pertumbuhan vegetatif, batang lemah dan mudah roboh serta mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno, 1995).

Salah satu jenis pupuk tunggal yang mengandung N adalah Urea

CO(NH2)2. Urea disebut juga karbamida, gabungan dari karbondioksida dan

(21)

berwarna putih, mudah larut dalam air, higroskopisitas sedang, dan reaksi masam (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Pupuk P

Unsur P sering disebut sebagai kunci untuk kehidupan karena fungsinya

yang sangat sentral dalam proses kehidupan. Unsur ini berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk energi. Penyimpanan dan peredarannya keseluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP. Unsur P berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan dalam menentukan sifat-sifat kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan DNA. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Kekurangan P dalam tanah dapat disebabkan karena jumlah P dalam tanah sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil oleh tanaman, dan terjadi pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau oleh Ca pada tanah alkalis. Gejala defisiensi P mengakibatkan pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun (Hardjowigeno, 1995).

Salah satu cara untuk mengatasi masalah defisiensi P pada tanah masam menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) yaitu dengan pemberian pupuk superfosfat setelah dilakukan pemberian kapur. Efektivitas pupuk P dalam tanah ditentukan oleh sifat pupuk (bentuk P), sifat tanah, dan reaksi antara P pupuk dengan tanah. Semuanya akan menentukan jumlah pupuk yang dapat diambil oleh tanaman.

Pupuk K

(22)

mengatur tekanan osmotik dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar. Tanaman yang kurang K akan kurang tahan kekeringan dibandingkan dengan yang cukup K. Tanaman yang kekurangan K lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah, maupun biji.

Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) salah satu pupuk kalium yang umum dikenal adalah garam kalium dari klorida yang mengandung 33-51.5 K

atau 40-61.5 K2O. Setelah diberikan ke tanah, pupuk kalium terurai menghasilkan

ion K+ dan ion sisa asam serta kation lain apabila ada, seperti K-Mg-Sulfat. Ion K

akan segera diikat kompleks adsorpsi tanah dalam bentuk yang dapat dipertukarkan (bentuk tersedia) sampai yang sukar tersedia (fiksasi) tergantung dari jenis liat dan faktor penentu lainnya seperti kelembaban tanah. Sebagian lain tetap terdapat dalam fase larutan (ion) yang dapat dimobilisasi tanaman dan dapat hilang melalui pencucian. Kalium tidak membentuk senyawa yang sukar larut dengan ion lain dalam tanah.

Unsur K mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gejala

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan (University Farm)

Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2008 sampai Mei 2009. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Puslit Tanah Bogor. Data-data penunjang, yaitu data iklim diambil dari stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman jarak pagar yang telah berumur 2 tahun berasal dari propenan Dompu Nusa Tenggara Barat, pupuk urea, SP-36, dan KCl. Alat yang digunakan adalah cangkul, kored, alat potong (gergaji dan gunting pangkas), meteran, plastik label, timbangan analitik, kertas kerja, alat tulis dan oven.

Metode Percobaan

Percobaan di lapangan disusun berdasarkan rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri atas pemangkasan dan pemupukan. Pemangkasan terdiri atas tiga taraf perlakuan yaitu pangkas dengan

memelihara 2 cabang primer (P1), pangkas dengan memelihara 3 cabang primer

(P2), dan pangkas tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara (P3).

Pemupukan terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu tanpa pupuk (N0), pemupukan

dengan urea, SP-36 dan KCl, masing-masing dengan dosis 40 g/tanaman (N1) dan

pemupukan dengan urea, SP-36 dan KCl, masing-masing dengan dosis 80

g/tanaman (N2). Dengan demikian terdapat 9 perlakuan. Setiap perlakuan diulang

3 kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap unit percobaan terdiri atas 6 tanaman sehingga total tanaman 162 tanaman. Denah petak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Model aditif linear untuk rancangan yang diajukan adalah : Yijk = µ + ai + bj + ck+ (ab)ij + εijk

(24)

µ : Nilai rataan umum

ai : Pengaruh perlakuan pemangkasan ke-i (i = 1,2,3)

bj : Pengaruh perlakuan pemupukan ke-j (j = 1,2,3)

ck : Pengaruh kelompok ke-k (k = 1,2,3)

(ab)ij : Pengaruh interaksi perlakuan pemangkasan ke- i dan pemupukan ke- j

εijk : Pengaruh galat percobaan perlakuan pemangkasan ke- i, pemupukan ke-j,

dan kelompok ke-k

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan dilakukan analisis ragam (Uji F), hasil uji F yang menunjukkan pengaruh nyata kemudian diuji lanjut dengan menggunakan metode Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Percobaan

Penelitian dilakukan pada lahan seluas 648 m2 yang dibagi menjadi 27

petak, tiap petak berukuran 4 m x 6 m. Jarak antara petak percobaan 2 m. Tanaman ditanam pada jarak tanam 2 m x 2 m sehingga populasi per petak adalah 6 tanaman.

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan urea, SP-36 dan KCl berdasarkan taraf perlakuan pemupukan. Sebelum dilakukan pemupukan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan terhadap gulma di sekitar tanaman. Pupuk diberikan pada awal musim penghujan, dilakukan pada piringan tanaman dengan

jari-jari 30 cm dari pangkal batang utama. Setelah pemupukan, pupuk ditutup

dengan tanah.

(25)

Pemeliharaan tanaman berupa penyiangan gulma dilakukan sebulan sekali. Pengendalian hama dilapangan dilakukan secara manual sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprotkan larutan fungisida dithane-M45 dengan konsentrasi 2 g/l terhadap tanaman yang terserang cendawan.

Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap bulan selama 5 bulan, dimulai 1 bulan setelah pemangkasan (BSP) dan pengamatan hasil dimulai setelah tanaman berbuah. Peubah yang diamati antara lain :

1) Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang utama yang menyentuh tanah hingga titik tumbuh dan dilakukan setiap bulan, mulai 1 BSP sampai 5 BSP.

2) Jumlah cabang sekunder

Jumlah cabang sekuder dihitung terhadap cabang sekunder yang terbentuk, pengamatan dilakukan setiap bulan, mulai 1 BSP sampai 5 BSP.

3) Jumlah daun

Jumlah daun diperoleh dengan menghitung semua daun yang telah membuka penuh, dihitung sebulan sekali mulai 1 BSP sampai 5 BSP.

4) Jumlah buah per tanaman

Jumlah buah per tanaman diperoleh dengan menghitung seluruh buah yang terbentuk per tanaman pada saat tanaman berbuah.

5) Bobot basah biji per tanaman (g/tanaman)

Bobot basah biji per tanaman diperoleh dengan menimbang hasil biji per tanaman setelah pemanenan buah.

6) Bobot kering biji per tanaman (g/tanaman)

Bobot kering biji per tanaman diperoleh dengan menimbang biji hasil panen per tanaman, setelah dilakukan pengeringan dengan oven, pada suhu

60oC selama 3 hari.

7) Indeks biji (g/100 biji kering)

Indeks biji diperoleh dengan menimbang bobot kering 100 biji.

(26)
(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian ini dilakukan pada tempat dengan ketinggian 240 m dpl. Data iklim di lokasi penelitian yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika wilayah Darmaga, Bogor, menunjukkan data yang berfluktuasi dengan rata-rata

suhu bulanan mencapai 25.6 oC. Waktu selama penelitian termasuk pada musim

hujan dengan rata-rata curah hujan bulanan mencapai 325.2 mm dan jumlah hari hujan berkisar antara 20-30. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Desember, tetapi intensitas penyinaran tertinggi pada bulan November dan terendah pada bulan Desember (Lampiran 2).

Gambar 1. Grafik Iklim Tempat Penelitian. Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi, Darmaga, Bogor, 2009.

Hasil analisis tanah Laboratorium Puslit Tanah Bogor (Lampiran 3 dan 4) menunjukkan bahwa lahan yang digunakan sebagai tempat penelitian memiliki

tingkat kesuburan yang sangat rendah, rendah, hingga sedang, dengan pH (H2O)

masam. Kandungan unsur N dan P2O5 tergolong rendah, sedangkan unsur K

sangat rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah tergolong sedang. Menurut Prihandana dan Hendroko (2006), pH tanah yang baik bagi tanaman jarak pagar adalah pada pH masam.

(28)

penelitian ini, beberapa tanaman jarak pagar mulai berbunga pada umur 3 minggu setelah pangkas (MSP) dengan tipe pembungan pada ujung ranting (terminal)

membentuk satu rangkaian bunga (inflorrescens). Jumlah bunga yang terbentuk

dalam satu rangkaian bervariasi antara 48-120 bunga bahkan lebih. Buah dapat dipanen sekitar 61-76 hari setelah pembungaan.

Selama pengamatan di lapang dijumpai berbagai jenis hama, diantaranya

rayap (isoptera), ulat tanah dan kepik lembing (Chrysochoris javanus Westw.)

(Gambar 2). Serangan rayap (isoptera) cukup mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, bahkan ada tanaman yang mati akibat serangan rayap dan ulat tanah. Rayap menyerang akar tanaman selanjutnya batang tanaman, sehingga batang menjadi keropos dan akhirnya tanaman rebah dan mati. Ulat tanah (Agrotis sp.) menyerang batang kayu, gejala serangan yang terlihat adalah

tanaman terpotong batang pokoknya di dekat tanah. Ulat ini ditemukan menyerang tanaman pada pagi hari. Menurut Widodo (2007), ulat tanah biasanya menyerang tanaman pada pagi hari sebelum matahari terbit, atau senja hari setelah matahari terbenam. Pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah tidak jauh dari pertanaman.

Hama lain yang ditemukan adalah kepik lembing. Kepik lembing menyerang pada saat pembungaan, menjelang pembentukan buah dan menghisap buah, sehingga menyebabkan kerusakan pada buah yang sedang berkembang, adanya bekas tusukan kepik pada buah yang diserang menyebabkan buah menjadi

coklat kehitaman. Menurut Prastiwi et al. (2006) kepik lembing (Chrysochoris

javanus Westw.) mengalami metamorfosis sederhana yaitu telur-nimfa-dewasa.

Siklus hidupnya berkisar 60-80 hari. Nimfa dan kepik dewasa gerakannya lambat. Penyakit yang ditemukan di lapangan diduga disebabkan oleh sejenis

cendawan. Cendawan ini menyerang batang tanaman, pada awalnya cendawan

(29)

terserang cendawan dilakukan aplikasi penyemprotan fungisida dithane-M45 sehingga perlahan bagian tanaman yang terserang cendawan berangsur-angsur membaik.

Beberapa gulma yang banyak terdapat dilahan antara lain : Axonopus

compressus, Ageratum conyzoides, Mimosa pudica, Imperata cylindrica dan Mikania micrantha.

Rayap (Isoptera) Kepik Lembing

Gambar 2. Hama Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Rekapitulasi Sidik Ragam

(30)

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta Interaksinya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Keterangan : * berbeda nyata pada taraf 5% ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn tidak berbeda nyata

BSP = Bulan Setelah Pangkas

Rekapitulasi sidik ragam peubah hasil yang diamati disajikan pada Tabel 3. Secara statistik, dapat dilihat bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara pemangkasan dan pemupukan terhadap indeks biji tetapi interaksi tidak terlihat pengaruhnya terhadap jumlah buah, bobot basah dan bobot kering biji per tanaman serta bobot kering biji per ha tanaman jarak pagar. Pengaruh masing-masing faktor tunggal juga berpengaruh sangat nyata hanya pada peubah pengamatan indeks biji, sedangkan untuk peubah pengamatan hasil lainnya, perlakuan masing-masing faktor tunggal tidak berpengaruh nyata.

Sidik ragam pengaruh pemangkasan dan pemupukan serta interaksinya

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.)

(31)

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan

serta Interaksinya terhadap Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha

curcas L.)

Peubah Uji F

Pemangkasan Pemupukan Interaksi

Jumlah buah per tanaman tn tn tn

BB Biji per tanaman (g) tn tn tn

BK Biji per tanaman (g) tn tn tn

Indeks biji (g/100 biji kering) ** ** **

BK Biji per ha (kg/ha) tn tn tn

Keterangan : * berbeda nyata pada taraf 5% ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn tidak berbeda nyata

BSP = Bulan Setelah Pangkas

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan merupakan proses pembelahan dan pembesaran sel. Kedua proses tersebut memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Pertumbuhan juga dapat didefinisikan sebagai proses total yang mengubah bahan mentah secara kimia dan menambahkannya dalam tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan dikendalikan oleh genotipe dan lingkungan, serta tingkat pengaruhnya tergantung pada karakteristik tanaman tersebut. Pertumbuhan dapat terjadi akibat interaksi antara berbagai faktor perangsang pertumbuhan

dengan unsur-unsur iklim, tanah dan biologi (Gardner et al., 1991). Menurut

Harjadi (2005), pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari dua fase yang berbeda, yaitu fase vegetatif dan fase reproduktif. Fase pertumbuhan vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, dan batang baru, sedangkan fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah dan biji.

(32)

Tinggi Tanaman

Perlakuan pemangkasan dan pemupukan menunjukkan tidak terdapat interaksi yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman jarak pagar (Tabel 2).

Perlakuan dosis pemupukan tanpa pupuk (N0) memberikan pengaruh yang

berbeda nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk urea, SP-36 dan KCl

masing-masing dengan dosis pupuk 40 g/tanaman (N1) atau 80 g/tanaman (N2)

pada 2 dan 4 BSP. Pengaruh tinggi tanaman terhadap pemupukan 40 g/tanaman dan 80 g/tanaman berturut-turut mencapai 80.59 dan 76.07 cm (2 MST) serta 79.12 dan 82.07 cm (4 MST), berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk yang memberikan hasil terendah yaitu 65.99 (2 MST) dan 68.67 cm (4 MST) (Tabel 4). Menurut Hardjowigeno (1995) yang menyatakan bahwa unsur N berperan dalam perbaikan vegetatif tanaman sedangkan unsur P dapat menentukan pertumbuhan akar, sehingga gejala defisiensi P dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu.

Tabel 4. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Perlakuan Umur (BSP) tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Pemupukan dengan dosis 40 g/tanaman (N1) dan 80 g/tanaman (N2)

memberikan pengaruh tidak berbeda nyata. Hal tersebut diduga karena selang dosis pemupukan tersebut tidak terlalu tinggi sehingga tidak menunjukkan

(33)

40 g/tanaman (N1) cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman (Gambar 3), sehingga jika dipandang dari sisi

agronomi pemupukan dengan dosis 40 g/tanaman (N1) lebih direkomendasikan

dibandingkan pemupukan dengan dosis 80 g/tanaman (N2), karena lebih hemat

jika ditinjau dari segi biaya.

Gambar 3. Tinggi Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemupukan

Meskipun pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, Gambar 4 menunjukkan bahwa pemangkasan dengan memelihara

3 cabang primer (P2) memberikan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman

dibandingkan dengan perlakuan pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang

primer yang dipelihara (P3) atau pemangkasan dengan memelihara 2 cabang

primer (P1). Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan primer yang berperan

dalam meningkatkan panjang, tinggi dan lebar kanopi pada perlakuan P2 lebih

aktif tumbuh dan berkembang. Apabila dihubungkan antara jumlah cabang sekunder yang terbentuk dengan tinggi tanaman, hal ini dapat terjadi karena perlakuan pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara

(P3) cenderung memiliki jumlah cabang sekunder per tanaman yang lebih banyak

dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan pemangkasan dengan

memelihara 2 cabang primer (P1) cenderung memiliki jumlah cabang sekunder per

(34)

Hal tersebut menyebabkan hasil asimilat dari fotosintesis yang dilakukan pada daun terbagi untuk pertumbuhan cabang sekunder. Hal ini sejalan dengan pendapat Raden (2008) yang menyatakan bahwa terjadi kecenderungan semakin banyak jumlah cabang maka diameter cabang dan panjang cabang lebih rendah.

Gambar 4. Tinggi Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemangkasan

Jumlah Cabang Sekunder

Perlakuan pemangkasan dan pemupukan menunjukkan tidak terdapat interaksi yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah cabang sekunder yang

terbentuk pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) (Tabel 2). Hasil

pengamatan yang ditunjukkan pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa perlakuan

pemangkasan dengan memelihara 2 cabang primer (P1) memberikan hasil yang

berbeda nyata dengan pemangkasan dengan memelihara 3 cabang primer (P2) atau

pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara (P3)

terhadap jumlah cabang sekunder yang terbentuk mulai dari 2 BSP hingga akhir pengamatan (5 BSP). Secara umum terjadi kecenderungan, pemangkasan dengan pemeliharaan jumlah cabang primer yang semakin banyak maka jumlah cabang sekunder per tanaman yang terbentuk semakin tinggi.

(35)

memelihara 2 cabang primer. Hal ini terjadi karena setiap cabang primer yang dipangkas berpotensi mengalami penghambatan dominansi apikal sehingga merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral yang akhirnya membentuk cabang sekunder tanaman. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan penambahan jumlah cabang dapat terjadi karena hilangnya dominasi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk, yang menyebabkan tunas-tunas lateral tumbuh dan berkembang.

Tabel 5. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang

Sekunder Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Perlakuan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(36)

Perlakuan pemupukan tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan jumlah cabang sekunder pada tanaman jarak pagar. Pada Gambar 6 diperlihatkan bahwa jumlah cabang sekunder tertinggi dihasilkan oleh perlakuan pemupukan urea,

SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 40 g/tanaman (N1).

Gambar 6. Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemupukan

Jumlah Daun

Perlakuan pemangkasan dan pemupukan menunjukkan tidak terdapat interaksi yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah jumlah daun tanaman jarak

pagar (Jatropha curcas L.) (Tabel 2). Hasil pengamatan pada Tabel 6

menunjukkan bahwa pemangkasan dengan memelihara 2 cabang primer (P1)

memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan pemangkasan dengan

memelihara 3 cabang primer (P2) dan pemangkasan tanpa pembatasan jumlah

cabang primer yang dipelihara (P3) terhadap jumlah daun pada 2 dan 3 BSP.

Jumlah daun tertinggi diperoleh pada perlakuan pemangkasan tanpa

pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara (P3), meskipun jumlahnya

tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan yang memelihara 3 cabang

primer (P2) (Gambar 7).Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah

(37)

menyebabkan jumlah daun, luas daun total dan indeks luas daun semakin meningkat.

Tabel 6. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Jumlah Daun

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Perlakuan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Gambar 7. Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemangkasan

Pada Gambar 8 diperlihatkan bahwa meskipun jumlah daun tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan, tetapi secara umum

(38)

40 g/tanaman cenderung memberikan hasil jumlah daun tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Gambar 8. Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemupukan

Hasil Buah dan Biji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil buah dan biji pada panen ini menunjukkan siklus panen kecil, sehingga jumlah buah dan biji yang dihasilkan cenderung sedikit. Hasil yang rendah ini disebabkan adanya pemangkasan cabang primer, yang menyebabkan persaingan dalam memanfaatkan fotonsintat dari fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan bunga dan buah digunakan pula

untuk mendukung pertumbuhan vegetatif. Menurut Santoso et al. (2008),

(39)

Perlakuan pemangkasan dan pemupukan menunjukkan terdapat interaksi yang mempengaruhi indeks biji (Tabel 3). Hal ini menunjukkan pada

pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara (P3)

dengan berbagai taraf perlakuan pemupukan menyebabkan peningkatan indeks biji jarak pagar (Tabel 7). Pada perlakuan pemangkasan tanpa pembatasan jumlah jumlah cabang primer yang dipelihara dengan pemberian pupuk urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 40 g/tanaman memberikan hasil tertinggi terhadap indeks biji jarak pagar.

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Secara statistik perlakuan pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah buah, bobot basah dan bobot kering biji per tanaman, serta bobot kering biji per ha (Tabel 8), tetapi jika dilihat dari kecenderungan data (Gambar 9), perlakuan pemangkasan dengan memelihara

3 cabang primer (P2) cenderung memberikan hasil yang lebih baik terhadap

peubah pengamatan jumlah buah, bobot basah dan bobot kering biji per tanaman dibandingkan perlakuan lainnya dengan hasil berturut-turut 14.63 buah, 47.19 g bobot basah dan 28.20 g bobot kering biji per tanaman dan perlakuan pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara memberikan hasil yang lebih baik terhadap peubah indeks biji (76.01 g/100 biji kering) dan bobot kering biji per ha (69.36 kg/ha), sedangkan hasil terendah diperoleh pada perlakuan pemangkasan dengan memelihara 2 cabang primer terhadap semua peubah pengamatan.

(40)

3 cabang primer atau lebih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemangkasan dengan memelihara 2 cabang primer. Hal tersebut dapat terjadi diduga karena jumlah daun tertinggi juga diperoleh pada perlakuan pemangkasan cabang primer dengan memelihara 3 cabang primer dan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara. Daun merupakan organ pada tanaman yang

berperan dalam fotosintesis (source) dalam menghasilkan fotosintat yang nantinya

akan ditransportasikan ke organ penyimpanan (sink) dalam hal ini adalah buah

dan biji. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Hasnam (2005) yang menyatakan bahwa jumlah cabang primer yang baik dipelihara pada tanaman jarak pagar adalah antara 3-5 cabang per tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa pemeliharaan tiga atau lebih cabang primer yang dipelihara baik dilakukan mengingat tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang berbunga di terminal, dimana jumlah cabang primer yang dipelihara akan berkorelasi positif dengan produksi buah dan biji.

Tabel 8. Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan terhadap Hasil Tanaman

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Tahun Kedua pada Umur 6 BSP

Perlakuan Peubah Pengamatan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Perlakuan pemupukan tidak mempengaruhi secara nyata jumlah buah, bobot basah dan bobot kering biji per tanaman serta bobot kering biji per ha, tetapi

(41)

cenderung memberikan hasil tertinggi, yaitu 15.50 buah/tanaman, 50.65 g BB biji/tanaman, 30.72 BK biji/tanaman dan 81.15 kg BK biji/ha, sedangkan hasil

terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk (N0) (Tabel 8). Menurut

Hardjowigeno (1995) unsur P berperan dalam pembentukan bunga, buah dan biji. Selanjutnya Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menambahkan bahwa unsur P berperan dalam menentukan kematangan dan produksi buah dan biji.

Jumlah Buah BB Biji/Tanaman BK Biji/Tanaman

Indeks Biji BK Biji/Ha

Gambar 9. Grafik Hasil Buah dan Biji Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemangkasan dan pemupukan tidak menunjukkan interaksi terhadap semua peubah pengamatan kecuali terhadap indeks biji tanaman jarak pagar. Pemangkasan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara dengan berbagai taraf perlakuan pemupukan menyebabkan peningkatan indeks biji jarak pagar.

Pemangkasan cabang primer dengan memelihara 3 cabang primer atau lebih secara umum dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder yang terbentuk. Semakin banyak jumlah cabang sekunder yang terbentuk memberikan pengaruh terhadap jumlah daun pada tanaman jarak pagar, sehingga meskipun secara statistik hasil buah dan biji tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata tetapi pemangkasan cabang primer dengan memelihara 3 cabang atau lebih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemangkasan cabang primer dengan memelihara 2 cabang primer. Perlakuan pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi perlakuan pemupukan mempengaruhi secara nyata. Secara Umum perlakuan kombinasi pemupukan 40 g urea, 40 g SP-36 dan 40 g KCl per tanaman cenderung memberikan hasil yang lebih baik.

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Dwary, A and M. Pramanick. 2006. Jatropha a biodiesel for future. Everyman’s Science 40(6): 430-432.

Fisher, N. M dan P. R. Goldsworthy. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Tohari (Penerjemah). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 871

hal.Diterjemahkan dari : The Physiology of Tropical Field Crops.

Gardner, F.P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. H. Susilo dan Subiyanto (Penerjemah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 421 hal.

Diterjemahkan dari Physiology of Crop Plants.

Ginwal, H. S., Rawat, and Srivastava. 2004. Seed source variation in growth performance and oil yield of Jatropha curcas L. in Central India. Silvia

Genetica 53 (4) : 186-192.

Hamdi, A. 2005. Mengarustamakan energi baru dan terbarukan. Error! Hyperlink

reference not valid.. [Maret 2009].

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Revisi ke-3. Akademika Pressindo. Jakarta. 233 hal.

Hariyadi. 2005. Budidaya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebagai

sumber bahan alternatif biofuel. Makalah disampaikan pada seminar

nasional pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas L.) untuk biodiesel

dan minyak bakar. Diselenggarakan Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi IPB. 22 Desember 2005. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Harjadi, S.S. 2005. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. 195 hal.

Hasnam. 2005. Panduan Umum Perbenihan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 24 hal.

Hasnam. 2006. Biologi bunga jarak pagar (Jatropha curcas L.). J. Infotek Jarak

Pagar (Jatropha curcas L.). 1 (4) : 13. Puslitbang Perkebunan. Bogor.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Diterjemahkan oleh Badan Litbang dan Kehutanan Jakarta. 2521p.

Irwanto. 2006. Pengembangan tanaman jarak (Jatropha curcas L.) sebagai bahan

bakar alternatif. http://www.irwantoshut.com. [26 September 2008].

(44)

Mahmud, Z. 2006. Pemangkasan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Info Suprayitno. 2006. Pedoman Budidaya Jarak Pagar sebagai BBN (Biodiesel). Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. Bogor. 51 hal.

Prawiranata, W., S. Harran. dan P. Tjondronegoro. 1989. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam (MIPA). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 341 hal.

Prihandana, R dan R. Hendroko. 2006. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar (Jatropha

curcas L.). Agromedia Pustaka. Jakarta. 79 hal.

Priyanto, U. 2007. Menghasilkan Biodiesel Jarak Pagar Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta. 52 hal.

Pusat Penelitian dan Perkembangan Perkebunan. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Badan Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan. Bogor.

Raden, I. 2008. Studi Arsitektur Tajuk Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Hubungannnya dengan Kapasitas Fotosintesis, Produksi dan Kandungan Minyak. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 118 hal.

Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. (Diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono). Bandung : ITB. 173p.

Santoso, B.B., Hasnam, Hariyadi. S. Susanto, dan B.S. Purwoko. 2008. Potensi

hasil jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada tahun pertama budidaya di lahan

kering Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Bul. Agron. 36 (2): 160-166.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Fakultas Pertanian Unibraw. Gajah Mada University Press. 318 hal.

Tim Jarak Pagar. 2006. Buku Saku, Tanya Jawab Jarak Pagar (Jatropha curcas

L.). Rajawali Nusantara Indonesia.

Widodo, W. D. 1995. Pemangkasan Pohon Buah-Buahan. Penebar Swadaya. Jakarta. 103 hal.

(45)

Wiesenhutter, J. 2003. Use of Physic Nut (Jatropha curcas L.) to Combat

Desertification and Reduce Property, Deutsche Gasselschaft fur Technsche Zusammenarbeit (GTZ). Convention Project to Combat Desertification

(CCD Project). www.gtz.de/desert. [Desember 2008].

(46)
(47)

Ulangan III

Ulangan II

Ulangan I

Lampiran 1. Denah Petak Percobaan

Keterangan :

P1N0 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, dengan memelihara 2 cabang primer serta tanpa pemupukan urea, SP – 36 dan KCl.

P2N0 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, dengan memelihara 3 cabang primer serta tanpa pemupukan urea, SP – 36 dan KCl.

P3N0 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara serta tanpa pemupukan urea, SP – 36 dan KCl.

P1N1 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, dengan memelihara 2 cabang primer serta pemupukan urea, SP -36 dan KCl dengan dosis masing – masing 40 g/tanaman.

P2N1 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, dengan memelihara 3 cabang primer serta pemupukan urea, SP -36 dan KCl dengan dosis masing - masing 40 g/tanaman

P3N1 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara, serta pemupukan urea, SP -36 dan KCl dengan dosis masing - masing 40 g/tanaman

P1N2 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, dengan memelihara 2 cabang primer serta pemupukan urea, SP -36 dan KCl dengan dosis masing - masing 80 g/tanaman

P2N2 : pangkas cabang primer 30 cm dari batang utama, dengan memelihara 3 cabang primer serta pemupukan urea, SP -36 dan KCl dengan dosis masing - masing 80 g/tanaman

(48)

Lampiran 2. Data Klimatologi Bulanan Wilayah Darmaga Bogor

Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika, Balai Wilayah Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga, Bogor

Lampiran 3. Data Hasil Analisis Contoh Tanah

Parameter Hasil Kriteria

(49)

Lampiran 4. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah

Parameter Nilai

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

(50)

Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta

Interaksinya terhadap Tinggi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha

(51)

Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta Interaksinya terhadap Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Jarak

(52)
(53)

Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan serta

Interaksinya terhadap Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha

(54)

Pemupukan Tanaman Memelihara 2 Cabang Primer

Memelihara 3 Cabang Primer Tanpa Pembatasan Jumlah Cabang Primer yang dipelihara

(55)

Awal Pembungaan (Kuncup Bunga) Perkembangan Kuncup Bunga

Bunga Jantan (A) dan Bunga Betina (B) Buah Jarak Pagar

Lampiran 10. Fase Reproduktif Tanaman Jarak Pagar A

(56)

Lampiran 11. Biji Jarak Pagar

Gambar

Tabel 1. Dosis Pemupukan Tanaman Jarak Pagar
Gambar 2. Hama Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Tabel 3. Secara statistik, dapat dilihat bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata
Gambar 7. Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemangkasan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran senam lantai guling ke depan yang telah dilaksanakan kurang berjalan secara efektif dikarenakan banyak Faktor yang menjadi

terhadap perlindungan masyarakat dalam pemberitaan pers, dengan demikian apabila masyarakat yang merasa dirugikan karena pemberitaan pers telah menggunakan hak

microphylla dapat menghasilkan deposisi protein yang lebih baik, dilihat dari massa protein daging, sehingga dapat menunjang produksi telur pada periode selanjutnya.. Ayam

tongkol, dan bobot segar tongkol pada jagung semi varietas BISI-2 telah didapatkan bahwa pemberian air laut konsentrasi 4000 ppm ternyata tidak memberikan hasil

Berdasarkan hasil deskripsi penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru dalam menyelesaikan masalah aljabar berdasarkan

Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam Keterbukaan Informasi ini, tujuan utama dilakukannya Transaksi Pengalihan Aset adalah untuk memastikan bahwa Perseroan mendapat jaminan

Untuk memberikan motivasi dan menyalurkan bakat serta minat siswa terhadap Seni dan Budaya di sekolah sesuai amanat tersebut di atas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

molecule. As shown by the Western blot in Fig. 1, this We next examined the interaction of synapsin I with our spectrin antibody, termed Ab 921, demonstrated specific b SpII S 1