• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani Pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani Pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN RUKUN TANI

PADA KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG

SKALA KECIL

IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil, adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2015

Izzah Rohmawati Nofitasari

(4)

ABSTRAK

IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI. Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.

Gabungan Kelompok Tani merupakan salah satu lembaga formal daerah pedesaan yang telah banyak berperan dalam mendukung kegiatan usaha petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kelembagaan gapoktan dalam menunjang kinerja usaha pengolahan sale pisang oleh Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya, Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Ciawi, Bogor. Indikator aspek non finansial meliputi produktivitas dan pertumbuhan usaha, sedangkan aspek finansial meliputi profit dan profitabilitas. Gapoktan Rukun tani berperan penting dalam pemasaran dan permodalan dan secara umum mempunya dampak positif terhadap kinerja kedua usaha. Pada aspek Profit dan Profitabilitas Kelompok tani Silih Asih yang mendapatkan permodalan lebih besar menunjukkan nilai yang lebih tinggi (Profit/kg: Rp 5.865,00/kg, profitabilitas: 36,87%), karena biaya per kilogramnya yang lebih rendah dan penerimaan per kilogramnya yang lebih tinggi. Meski menerima bantuan finansial serta nilai pertumbuhan penjualan dan profit yang lebih kecil KWT Berkarya memiliki produktivitas atas bahan bakuserta efektivitas penggunaan pinjaman dalam meningkatkan penjualan dan profit setiap tahun yang lebih tinggi. Di samping dukungan dari gapoktan pada aspek pemasaran dan permodalan, kinerja kedua usaha juga sangat dipengaruhi kapasitas produksi, sistem manajemen, juga keterampilan dan kinerja tenaga kerja. Pada KWT Berkarya kinerja juga dipengaruhi kondisi cuaca.

Kata Kunci: Gabungan Kelompok Tani, Kelompok Tani, Kinerja Usaha, Pengolahan Sale Pisang

ABSTRACT

IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI. Gapoktan Rukun Tani Institutional Role on Performance of Small Scaled Banana Sale Processing Business. Supervised by DWI RACHMINA

(5)

5.865,00/kg, profitability: 36,87%), since their cost per kilogram was lower and their revenue per kilogram was higher. Despite gaining less capital loan and sales and profit growth KWT Berkarya managed to show higher result on input based productivity and capital loan usage effectivity to increase annual sales and profit growth. Beside the support from gapoktan on capital and marketing, performance of both business units were also depended on production capacity, managementsystem, labour skill and performance. On KWT Berkarya case, business performance also depended on weather condition.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN RUKUN TANI

PADA KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG

SKALA KECIL

IZZAH ROHMAWATI NOFITASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini adalah kelembagaan agribisnis, dengan judul Peran Kelembagaan Gapoktan Rukun Tani pada Kinerja Usaha Pengolahan Sale Pisang Skala Kecil.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Burhanuddin, MM selaku penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan saat siding. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, suami, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman seperjuangan, teman-teman AGB 45, IMM Komisariat IPB, Himasurya IPByang telah banyak membantu penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Misbah, Bapak H. Agus, Bapak Jeje dan Ibu Neng dari Gapoktan Rukun Tani yang telah membantu selama pengumpulan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Kinerja Usaha 7

Peran Kelembagaan Gapoktan terhadap Kinerja Usaha 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Jenis Data dan Sumber Data 15

Metode Pengumpulan Data 15

Metode Pengolahan dan Analisis Data 16

Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan 16

Analisis Produktivitas 16

Analisis Penerimaan 17

Analisis Biaya 17

Analisis Profitabilitas 17

Analisis Pertumbuhan Usaha 18

Efektivitas Pinjaman 18

GAMBARAN UMUM LOKASI 19

Lokasi dan Keadaan Geografis 19

Kondisi Penduduk 20

(13)

Gambaran Umum Gapoktan Rukun Tani 22

Gambaran Umum Usaha Pengolahan Sale Pisang 24

ANALISIS KELEMBAGAAN GAPOKTAN 29

Struktur Organisasi Gapoktan Rukun Tani 29

Peraturan dalam Gapoktan 30

Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan 32

ANALISIS KINERJA USAHA PENGOLAHAN SALE PISANG 35

Aktivitas Usaha 35

Analisis Produktivitas Usaha 38

Analisis Penerimaan 42

Analisis Biaya 44

Analisis Profitabilitas 49

Analisis Pertumbuhan Usaha 52

Efektivitas Pinjaman 54

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 61

(14)

DAFTAR TABEL

1 Pertumbuhan gapoktan dan poktan di Indonesia 2011-2013 1 2 Penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya

2010-2013 4

3 Penggunaan lahan Desa Citapen tahun 2011 19

4 Sebaran penduduk Desa Citapen tahun 2011 20

5 Kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani 2011 23 6 Karakteristik Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya 25 7 Laporan penggunaan dana PUAP Gapoktan rukun tani 2011 34 8 Penggunaan bahan baku usaha pengolahan sale pisang Kelompok

Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 35 9 Produksi dan produktivitas per bulan usaha pengolahan sale pisang

Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012-

Oktober 2013 40

10 Rasio produktivitas rata-rata usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 41 11 Penerimaan usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih

dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 42 12 Penerimaan per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok

Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 44 13 Biaya tetap per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok

Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 45 14 Biaya operasional per kilogram usaha pengolahan sale pisang

Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012-

Oktober 2013 48

15 Struktur Biaya per kilogram usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 49 16 Biaya dan profit per kilogram tiap bulan usaha pengolahan sale

pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November

2012- Oktober 2013 50

17 Profit dan profitabilitas usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 51 18 Efektivitas pinjaman usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani

Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 55

DAFTAR GAMBAR

1 Alur kerangka pemikiran penelitian 14

2 Mata pencaharian penduduk Desa Citapen 21

3 Pengelolaan Usaha Pengolahan Sale Pisang 26

4 Struktur organisasi Gapoktan Rukun Tani 2012 29

5 Pertumbuhan penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan

(15)

6 Pertumbuhan profit usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani

Silih Asih dan KWT Berkarya 2010-2013 54

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah gapoktan dan poktan menurut provinsi di Indonesia tahun

2013 61

2 Jumlah gapoktan dan poktan menurut kota/kabupaten di Jawa Barat

tahun 2013 62

3 Desa Citapen, Ciawi, Bogor 63

4 Biaya investasi usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 64 5 Biaya penyusutan peralatan per tahun usaha pengolahan sale pisang

Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012-

Oktober 2013 65

6 Biaya bahan baku usaha pengolahan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012- Oktober 2013 66 7 Rincian biaya upah per bulan usaha pengolahan sale pisang

Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya November 2012 -

Oktober 2013 67

8 Biaya pengadaan perlengkapan usaha pengolahan sale pisang per

bulan November 2012- Oktober 2013 68

9 Biaya sewa usaha pengolahan per tahun sale pisang November 2012 -

Oktober 2013 69

10 Biaya jasa pemasaran usaha pengolahan sale pisang November 2012-

Oktober 2013 70

11 Biaya total per kilogram tiap bulan usaha pengolahan sale pisang

Kelompok Tani Silih Asih November 2012 - Oktober 2013 71 12 Biaya total perbulan usaha pengolahan sale pisang KWT Berkarya

November 2012 - Oktober 2013 72

13 Pertumbuhan penjualan dan profit usaha pengolahan sale pisang 2010 –

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan pemerintah dibawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 Juni 2005 mempunyai tujuan utama yakni peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, peningkatan kesejahteraan petani, serta pengembangan sumberdaya dan pemantapan pemanfaatannya. Setidaknya terdapat tiga aspek pokok yang menjadi perhatian pada program ini yakni kelembagaan, teknologi dan kebijakan.

Khusus pada aspek kelembagaan, sebagai tindak lanjut dari RPPK adalah dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor:273/Kpts/OT.160/4/2007, yang merupakan landasan untuk revitalisasi kelembagaan petani dan menjadi salah satu strategi pembangunan pertanian Kabinet Indonesia Bersatu. Peraturan Menteri tersebut berisi pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Baik poktan maupun gapoktan diharapkan mampu menjadi jalan untuk mengaktifkan kembali fungsi kelembagaan sosial ekonomi pertanian.

Menurut Kementerian Pertanian (2014) pada Statistika SDM dan Kelembagaan Pertanian Tahun 2013, dalam kurun waktu 3 tahun jumlah gapoktan dan poktan terus mengalami peningkatan disertai dengan meningkatnya keanggotaan petani dalam kelompok tani mau pun gapoktan. Data jumlah gapoktan, poktan dan petani anggota di Indonesia dan Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2, sedangkan ringkasan data pertumbuhannya di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bagaimana dalam jumlah gapoktan, poktan dan petani anggota terus meningkat dari tahun ke tahun. Adanya perbedaan antara jumlah petani anggota poktan dan gapoktan disebabkan karena adanya adanya kelompok-kelompok tani yang belum tergabung dalam gapoktan tertentu, oleh sebab itu jumlah petani anggota gapoktan lebih sedikit dibandingkan jumlah petani anggota

Tabel 1 Pertumbuhan gapoktan dan poktan di Indonesia 2011-2013a

Keterangan Jumlah

Pertumbuhan Rata-Rata (%/tahun)

2011 2012 2013b

Gapoktan 36 224 37 237 37 632 1,93

Petani Anggota

Gapoktan 7 756 167 8 074 876 8 050 227 1,90

Kelompok Tani 299 759 307 309 318 396 3,06

Petani Anggota

Kelompok Tani 9 769 761 10 056 241 10 624 716 4,29

a

(18)

2

poktan. Hal ini karena di beberapa daerah, kelompok-kelompok tani masih ada yang belum berhimpun menjadi sebuah gapoktan.

Dicanangkannya revitalisasi pertanian, juga merupakan satu langkah besar pembangunan pertanian dengan paradigma agribisnis. Sejalan dengan itu, pemberdayaan Poktan dan Gapoktan juga akan diarahkan pada peningkatan kemampuan agribisnis secara keseluruhan, sehingga tidak terfokus pada aspek budidaya saja (Kementerian Pertanian Ditjen Hortikultura 2011). Dalam paradigma agribisnis keseluruhan subsektor pertanian merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga kelembagaan kelompok tani juga harus mampu menyentuh sektor pertanian secara menyeluruh.

Subsektor hilir atau pasca panen masih relatif kurang populer sebagai matapencaharian petani dibandingkan subsektor lain seperti usahatani. Hal ini karena mayoritas petani di Indonesia masih berpendidikan rendah, sedangkan pengolahan pasca panen termasuk usaha yang membutuhkan pengetahuan dan teknologi yang relatif lebih mutakhir. Petani di Indonesia mayoritas masih memasarkan produknya dalam kondisi mentah. Proses penanganan pasca panen hanya sebatas sorting dan grading serta pengemasan yang seadanya. Meski begitu, pengolahan produk pertanian berperan sangat penting dalam agribisnis, yakni sebagai pasar dari produk yang dihasilkan subsektor usahatani. Selain itu, produk pertanian, terutama hortikultura, dikenal akan sifatnya yang perishable (mudah rusak), bulky (menempati ruang), dan musiman. Sifatnya yang mudah rusak menyebabkan timbulnya kerugian bagi petani mau pun distributor yang menyalurkan produk pertanian. Dengan pengolahan pasca panen yang tepat sifat rentan rusak dapat ditanggulangi dengan mengolah produk pertanian mentah menjadi produk jadi atau setengah jadi, misalnya selai dan keripik buah. Produk pertanian mentah juga memerlukan ruang untuk penyimpanan yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan produk jadi mau pun setengah jadi. Dengan mengolahnya, ruang untuk penyimpanan mau pun pengangkutan dapat dikurangi. Selain itu, pengolahan juga dapat menambah daya tahan produk pertanian, seperti dengan penggaraman, pengeringan, dan pengasapan. Pada produk hortikultura yang sebagian besar bersifat musiman dan relatif jauh lebih mudah rusak dibandingkan dengan produk pertanian pada umumnya, pengolahan dapat menjadi alternatif cara untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama dan diedarkan ke pasar ketika sedang tidak musim panen produk tersebut.

Ditinjau dari sisi pendapatan petani, usaha pengolahan dapat menjadi cara petani untuk meningkatkan pendapatannya. Melalui pengolahan, akan diciptakan nilai tambah sebuah produk yang berarti peningkatan pemasukan bagi pelaku usaha pengolahan yang sebagian besar dari kalangan petani dan keluarganya. Kegiatan pengolahan juga berarti terbukanya lapangan kerja baru. Hal ini dapat membantu sedikit banyak mengatasi permasalahan pengangguran di pedesaan. Petani sebagai pelaku usaha dapat tetap bekerja serta mempekerjakan keluarga mau pun orang-orang setempat bahkan ketika bukan musim tanam mau pun panen.

(19)

3 Selain potensi sumber daya manusia yang banyak berprofesi sebagai petani, Bogor juga memiliki potensi geografis yang sangat sesuai untuk pengembangan berbagai macam produk pertanian. Bogor memiliki luas 11.850 Ha dan terletak pada ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 4.000 mm/tahun dan secara geografis dikelilingi oleh pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun. Kawasan Bogor umumnya dipenuhi batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango dan Gunung Salak (Pemerintah Kota Bogor, 2003). Potensi geografis ini juga mendorong tumbuhnya usaha pengolahan hasil pertanian di sekitar lokasi pertanian karena akses akan bahan baku relatif mudah. Usaha pasca panen ini juga dapat menjadi salah satu program yang diupayakan dalam Gabungan Kelompok Tani.

Salah satu Gapoktan yang telah memiliki unit pengolahan hasil pertanian skala mikro di Bogor adalah Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Gapoktan yang pada tahun 2011 mendapat gelar sebagai Gapoktan Berprestasi Peringkat 2 Nasional ini terdiri atas 7 kelompok tani dan telah memiliki anggota sebanyak 236 petani. Pembagian kelompok tani berdasarkan pada komoditas yang diusahakan, di mana dua di antaranya mempunyai unit usaha pengolahan hasil pertanian hortikultura yakni pengolahan pisang menjadi sale. Berdasarkan latar belakang di atas dirasa perlu untuk dilakukan penelitian mengenai peran kelembagaan Gapoktan dalam mendorong kinerja usaha pengolahan hasil pertanian skala mikro di pedesaan.

Perumusan Masalah

Gapoktan Rukun Tani telah cukup lama menjadi sentra kegiatan masyarakat tani Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Didirikan pada tahun 2001 dengan anggota yang terdiri atas 25 petani hortikultura, Gapoktan ini diresmikan pada tahun 2007. Tercatat 236 petani terdaftar sebagai anggota dengan 7 Kelompok Tani yang memiliki fokus kegiatan masing-masing. Usaha yang dijalankan 7 poktan anggota yaitu usahatani tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan, pemasaran, saprotan, dan pengolahan produk pertanian skala kecil.

Berbeda dengan kegiatan agribisnis lainnya, pengolahan hasil pertanian tergolong relatif baru dikenal masyarakat tani Desa Citapen. Dimulai pada tahun 2005, kegiatan pengolahan sale pisang dimaksudkan untuk memanfaatkan stok melimpah buah pisang yang pada waktu itu tidak lulus grading untuk dipasok ke

catering dan rumah makan. Akhirnya oleh petani pisang tersebut diolah setengah jadi sebagai sale untuk kemudian dipasarkan sebagai bahan baku pembuatan molen pisang. Dua kelompok Tani bergerak pada usaha tersebut yakni Kelompok Tani Silih Asih dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkarya.

(20)

4

Siswoyo (2013) semuanya menunjukkan adanya pengaruh posistif yang diperoleh petani dari gapoktan pada usahanya.

Penelitian Septian (2010) membuktikan adanya tingkat pendapatan petani ganyong anggota gapoktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak tergabung. Pada peelitiannya Septian juga menemukan bahwa keberadaan kelompok tani dinilai efektif berdasarkan persepsi anggota. Adapun penelitian Adina (2012) adalah mengenai kualitas kelembagaan dan persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuroto Kabupaten Magelang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gapoktan Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur dan infrastruktur (peraturan) kelembagaan yang sudah baik, mampu mendorong motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga semangat pertanian selaras dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian serta menyelesaikan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Gapoktan ini juga berpengaruh positif pada peningkatan kemandirian petani secara teknik bertanam, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.

Siswoyo (2013) melalui penelitiannya juga menyimpulkan adanya peran positif gapoktan yang dirasakan anggota kelompok tani yang menggeluti usaha peternakan. Siswoyo menyimpulkan bahwa berdasarkan persepsi peternak anggota Kelompok Tani Simpay Tamphomas peran kelembagaan gapoktan dinilai sudah efektif dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan mereka.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, usaha petani yang diteliti pada penelitian kali ini bukan pada subsektor budidaya, melainkan pasca panen. Berdasarkan tiga penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya peran postif kelembagaan gapoktan pada petani anggota, penelitian ini secara umum ingin membuktikan berperan atau tidaknya kelembagaan gapoktan pada usaha pengolahan sale pisang yang dilakukan petani, serta sejauh mana peran tersebut menunjangnya.

Unit usaha pengolahan hasil pertanian skala mikro Gapoktan Rukun Tani, yakni pengolahan sale pisang terus berkembang, bahkan pasokan bahan baku tambahan harus didatangkan dari luar daerah karena pasokan lokal tidak mencukupi. Pemasaran yang awalnya hanya meliputi daerah Bogor Raya, telah merambah ke beberapa kota di Jawa Barat dan Jakarta. Berdasarkan data tahun 2010-2013, penjualan kedua unit usaha terus mengalami peningkatan. Pada Tabel 2 disajikan data penjualan tahun 2010-2013.

Tabel 2 Penjualan sale pisang Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya 2010-2013c

(21)

5 Pada observasi awal yang dilakukan, diketahui juga bahwa Kelompok Tani Silih Asih telah menjalankan usaha jauh lebih awal dibandingkan dengan KWT Berkarya. Selain itu, diperoleh keterangan juga tentang adanya perbedaan perlakuan yang diterima kedua unit usaha dari gapoktan pada aspek permodalan. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan fokus mengkaji:

1. Bagaimanakah peran kelembagaan Gapoktan terhadap dua unit usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani?

2. Bagaimanakah kinerja kedua unit usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis peran kelembagaan Gapoktan Rukun Tani terhadap kedua unit usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani

2. Menganalisis kinerja kedua unit usaha pengolahan sale pisang yang dijalankan dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bermanfaat bagi:

1. Peneliti, sebagai sarana pembelajaran untuk menuangkan ide dan gagasan secara sistematis berdasarkan data dan fakta di lapangan serta mengembangkan kemampuan berfikir analitis serta mengaplikasikan bidang keilmuan Agribisnis yang telah diterima selama menjalani kuliah di Institut Pertanian Bogor. 2. Petani, sebagai informasi kepada petani akan pentingnya peran kelembagaan

ekonomi pertanian.

3. Pengambil Kebijakan (pemerintah), sebagai rekomendasi kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk lebih menggiatkan kelembagaan pertanian di tingkat desa, serta terus mendorong dengan cara bantuan modal, pendidikan dan pelatihan, maupun regulasi-regulasi yang dapat meningkatkan kinerja Gapoktan.

(22)

6

Ruang Lingkup Penelitian

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai kelembagaan gapoktan dan kinerja usaha telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan rujukan beberapa penelitian terdahulu dalam menentukan variabel-variabel kinerja usaha juga peran kelembagaan gapoktan, juga gambaran bagaimana kelembagaan gapoktan mempengaruhi kinerja usaha petani yang dijadikan objek pada penelitian masing-masing.

Kinerja Usaha

Setiap kegiatan ekonomi mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Oleh sebab itu kegiatan ekononomi, termasuk yang berlangsung dalam unit Gapoktan perlu dilakukan tinjauan pada beberapa aspek untuk mengukur kinerja dari kegiatan tersebut. Terjadi pergeseran penggunaan variable dalam menilai kinerja organisasi, termasuk yang bergerak di bidang ekonomi. Penilaian kinerja yang hanya berbasis pada aspek finansial mulai ditambah dengan variable lain seperti kualitas produk, efektivitas produksi, inovasi dan kepuasan konsumen (Fahy et al., 2000).

Beberapa penelitian mengenai UKM yang bergerak dibidang pengolahan hasil pertanian telah dilakukan sebelumnya. Samir (2011) mengidentifikasi dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi UKM catering di Kota Bandung. Faktor-faktor tersebut adalah modal psikologis entrepreuneur dan manajemen sumberdaya manusia. Hasil menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh positif dalam peningkatan kinerja UKM catering.

Sedangkan Asmarani (2006) dalam studi empiriknya mengenai pengaruh perencanaan strategis pada kinerja perusahaan dalam rangka menciptakan keunggulan bersaing Industri Kecil Menengah Tenun Ikat di Troso, Jepara. Faktor yang dianggap mempengaruhi perencanaan strategis adalah factor manajerial, lingkungan dan kultur organisasi. Hasil penelitian menunjukkan semakin baik manajemen perencanaan strategis dapat menghasilkan kinerja usaha kecil menengah di atas rata-rata dibandingkan perusahaan yang tidak. Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara perencanaan strategis dan kinerja usaha yang ujungnya adalah keunggulan bersaing.

Kedua penelitian terdahulu mengenai kinerja tersebut membuktikan faktor yang berkaitan dengan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja usaha, Samir lebih fokus pada manajemen SDM sementara Asmarani lebih pada manajemen strategi. Kedua penelitian menggunakan variabel yang berbeda dalam menilai kinerja usaha yang ditelitianya. Samir menggunakan persepsi dari pemilik usaha akan profit, omset dan pertumbuhan usaha untuk menilai kinerja usaha

(24)

8

disimpulkan bahwa penilaian kinerja dapat dilakukan tidak hanya pada aspek keuangan. Penilaian yang sifatnya subjektif juga dapat menjadi alternatif untuk menilai kinerja usaha berdasarkan persepsi pelaku usaha.

Peran Kelembagaan Gapoktan terhadap Kinerja Usaha

Sejumlah penelitian yang mengaitkan peran kelembagaan gapoktan dengan kinerja usaha petani juga telah dilaksanakan. Empat penelitian yang dijadikan rujukan adalah penelitian dari Permatasari (2011), Adina (2012), dan Siswoyo (2013).

Usaha yang diteliti oleh ketiga penelitian tersebut adalah pada subsektor budidaya (usahatani). Penelitian Siswoyo hanya menggunakan kriteria pendapatan untuk menilai kinerja usahatani yang diteliti. Sedangkan Adina dan Permatasari menambahkan beberapa kriteria lain. Selain pendapatan Adina juga menggunakan persepsi responden akan tingkat kemandirian petani, teknik budidaya, dan keberlanjutan pertanian, sedangkan Permatasari menambahkan kriteria efisiensi teknis yang diukur dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas.

Ketiga penelitian yang dirujuk menunjukkan adanya peran positif yang ditunjukkan oleh Gapoktan terhadap kinerja usaha petani yang diteliti. Siswoyo (2013) dalam penelitiannya tentang peran kelembagaan dan pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan peternak kambing etawa Kelompok Tani Simpay Tampomas Sumedang, Jawa Barat menggunakan persepsi petani responden untuk menilai efektivitas kelembagaan kelompok tani terhadap pendapatan mereka. Hasil menunjukkan peran kelompok tani dinilai cukup efektif oleh peternak.

Adapun penelitian Adina (2012) adalah mengenai kualitas kelembagaan dan persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuroto Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gapoktan Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur dan infrastruktur (peraturan) kelembagaan yang sudah baik, mampu mendorong motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga semangat pertanian selaras dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian serta menyelesaikan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Gapoktan ini juga berpengaruh positif pada peningkatan kemandirian petani secara teknik bertanam, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.

(25)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teoritis

Penelitian mengacu pada beberapa teori yang berkaitan dengan kelembagaan ekonomi pertanian dan kinerja usaha. Berikut adalah teori-teori yang digunakan untuk menyampaikan hasil penelitian.

Peran Kelembagaan Sosial Ekonomi Pertanian dalam Sistem Agribisnis Terminologi kelembagaan sering diartikan bias dengan organisasi. Goldsmith dan Brikenhoff (Daryanto, 2004) mengartikan kelembagaan sebagai aturan yang menentukan bagaimana manusia bertindak dan atau peran organisasi yang memiliki tujuan untuk memperoleh status atau legitimasi tertentu. Sementara Soekanto (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan social institution

(kelembagaan) adalah kumpulan/himpunan norma-norma dalam setiap tingkatan yang berkaitan dengan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Wujud kongkrit dari kelembagaan kemasyarakatan adalah unit-unit lembaga. Dengan kata lain kelembagaan lebih mengacu kepada fungsi sementara lembaga mengacu kepada bentuk fisik dari kelembagaan tersebut, yakni organisasi atau asosiasi.

Kelembagaan ekonomi menurut Anwar terbentuk dalam rangka efisiensi, yakni efisiensi dalam produksi, pengambilan keputusan dan pemasaran. Inefisiensi yang terjadi pada proses tersebut dikenal dengan biaya transaksi (transaction cost), yang meliputi: (1) biaya informasi , yakni biaya pengumpulan informasi yang berkaitan dengan harga, kualitas dan jumlah produk, (2) biaya pengawasan dan (3) biaya pengambilan keputusan

Pada sektor pertanian di Indonesia, pentingnya aspek kelembagaan sudah lama digaungkan. Pembangunan kelembagaan pertanian sering dikenal dengan istilah “Wilayah Unit Desa” atau WILUD. Menurut Soekartawi (2002), dalam WILUD beberapa aspek kelembagaan pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan petani, yaitu: (1) Bank sebagai Kelembagaan keuangan dan permodalan, (2) Kelembagaan penyuluhan, (3) Kelembagaan penyaluran faktor produksi dan (4) kelembagaan pemasaran hasil pertanian. Empat program yang berfungsi saling melengkapi itu kemudian dikenal dengan istilah “catur sarana usaha pertanian”.

(26)

10

aspek kelembagaan dalam Struktur Pedesaan Maju, yaitu adanya pasar, adanya pelayanan penyuluhan, serta adanya lembaga perkreditan atau pemodalan.

Kinerja Usaha UKM

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kinerja sebagai “Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan ataupun diartikan sebagai

kemampuan kerja”. Pengukuran kinerja masih menjadi tantangan besar bagi para peneliti karena teramat kompleks (Beal, 2000). Bhargava et al., (1994) menjelaskan bahwa kinerja itu sendiri terkonstruksi secara multidimensional sehingga pengukurannya dengan kriteria tunggal tidak dapat memberikan pemahaman secara komprehensif.

Beal (2000) mengemukakan bahwa belum ada konsesus resmi mengenai ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah penelitian dan ukuran-ukuran obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam banyak penelitian masih banyak kekurangan. Misalnya ukuran ROI (Return On Investment), mempunyai kelemahan karena adanya berbagai macam metode pengukuran depresiasi, persediaan dan nilai fixed cost (Wright et al., 1995). Yuwono et al. (2006) menyampaikan penilaian kinerja dengan menggunakan ukuran keuangan berarti mengacu pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Sedangkan ukuran non keuangan mengacu pada aspek-aspek yang tidak dapat terlihat secara langsung dalam laporan keuangan namun terkait dengan capaian keuangan usaha tersebut. Ukuran ini bersifat kualitatif, contohnya adalah pangsa pasar, pertumbuhan pasar dan kapabillitas terhadap teknologi.

Alasadi dan Abdelrahim (2007) mengemukakan indikator yang sifatnya subjektif yakni kepuasan pemilik atas profit, omset, tahap balik modal (Break Even Point), dan pengembangan usaha sangat sesuai untuk digunakan dalam menilai kinerja UKM. Meski tidak berbasis pada variabel finansial yang kuantitatif, indikator kinerja lain yang akan digunakan harus tetap dapat dikonsep, dioperasikan dan terukur. Dimensi pengukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan (growth), kemampulabaan atau profitabilitas dan efisiensi (Murphy et al., 1996).

Produktivitas

Produktivitas merupakan salah satu aspek penting dalam mengukur kinerja suatu usaha. Blocher et al., (2007:847) mengartikan produktivitas sebagai hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dengan input yang dibutuhkan. Putti (1989:345) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas hal yang perlu dilakukan adalah menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam pemanfaatan SDM (do the right thing) dan menghasilkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Oleh sebab itu, produktivitas dapat mencerminkan efisiensi dan efektivitas kerja usaha.

Pengukuran produktivitas menurut Blocher et al., (2007:307) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melihat produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas operasional berkaitan dengan rasio unit

output terhadap unit input yang keduanya dinilai dengan ukuran fisik (dalam unit). Sedangkan produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input

(27)

11 bisa mencakup seluruh faktor produksi atau hanya terfokus pada satu atau sebagian faktor produksi yang digunakan. Penilaian produktivitas yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang dihasilkan disebut dengan ukuran produktivitas parsial. Beberapa contoh pengukuran produktivitas parsial adalah produktivitas atas bahan baku yakni rasio jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah input bahan baku yang dibutuhkan (unit output/ unit input), produktivitas tenaga kerja (output/ jam tenaga kerja atau output/ pekerja) dan produktivitas proses (output/jam penggunaan mesin atau output/kilowatt).

Penerimaan

Menurut Husain (2004:65), penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan produknya kepada pedagang atau langsung kepada konsumen. Selain itu, penerimaan usaha juga merupakan nilai dari hasil produksi dalam waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari produk tersebut. Oleh sebab itu, besaran penerimaan ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk tersebut. Secara matematis, fungsi total penerimaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

� = × Keterangan :

TR: Jumlah penerimaan yang diperoleh perusahaan

Q : Jumlah produksi total yang dihasilkan dalam proses produksi P : Harga satuan dari produk yang dihasilkan.

Biaya

Hansen & Mowen (2003: 34) mengemukakan bahwa: “Biaya adalah kas atau pengorbanan setara kas yang dikorbankan untu barang dan jasa yang diinginkan untuk manfaat di masa kini mau pun mendatang. Disebut setara kas karena sumber sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Menurut Mulyadi (2002: 8): “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari definisi ini, ada empat unsur pokok dalam biaya, yakni pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi, pengorbanan tersebut untuk memperoleh manfaat saat ini dan/atau mendatang. Pengorbanan sumber ekonomis tersebut bisa merupakan biaya historis dan biaya masa yang akan datang. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva atau secara tidak langsung untuk memperoleh penghasilan, disebut dengan harga pokok.

(28)

12

Menurut Mulyadi (1999), biaya dapat digolongkan dalam beberapa jenis penggolongan. Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai, namun dalam akuntasi biaya terdapat beberapa penggolangan lain, yakni berdasarkan obyek pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan biaya dengan hal yang dibiayai, dan perilaku biaya dalam hubungannya dengan volume peroduksi, serta jangka waktu pemanfaatnnya. Berikut akan dijelaskan terkait dengan masing-masing penggolongan biaya.

1. Biaya menurut obyek pengeluaran.

Nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan baku, maka semua pengeluaran yg berhubungan dengan bahan baku disebut biaya bahan baku.

2. Biaya menurut fungsi pokoknya

Pada perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. biaya produksi yakni biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untk dijual.

b. biaya pemasaran yakni biaya yang digunakan untuk kegiatan pemasaran c. biaya administrasi dan umum yakni biaya-biaya yang terjadi dalam

koordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3. Biaya menurut hubungan dengan yang dibiayai

Berdasarkan hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

a. biaya langsung,yaitu biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai

b. biaya tidak langsung,, yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.

4. Biaya menurut hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Terdapat lima jenis biaya berdasarkan penggolongan ini, yaitu biaya variabel, biaya semi variabel, biaya semi tetap, dan biaya tetap.

a. biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

d. biaya tetap, adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisaran volume kegiatan tertentu, seperti biaya gaji direktur produksi.

5. Biaya menurut jangka waktu manfaatnya

Biaya menurut waktu manfaatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

a. pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya adalah pengeluaran biaya pengadaan peralatan dan pengadaan ulangnya, dan biaya penyusutannya.

(29)

13 Struktur biaya dari usaha yang diteliti meliputi biaya tetap dan biaya operasional. Perusahaan akan dapat beroperasi dengan keuntungan apabila mampu menutupi biaya tetap dan biaya operasional. Apabila perusahaan mampu menutupi biaya variabel dan masih mendapat keuntungan meskipun tidak mampu menutupi biaya tetap, usaha tersebut dianggap masih layak untuk dilanjutkan. Sedangkan jika perusahaan sudah tidak mampu menutu nilai biaya variabel maka usaha tersebut dianggap tidak layak untuk dilanjutkan.

Profitabilitas

Setiap kegiatan ekonomi mempunyai satu tujuan utama, yakni memperoleh keuntungan (profit). Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan selama periode dan pada tingkat penjualan tertentu. Profitabilitas dinilai dengan menggunakan dua komponen yakni keuntungan dan penjualan total. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan dan biaya.

Tπ= TR−TC Keterangan:

T� : Keuntungan total TR : Penerimaan total TC : Biaya total

Profitabilitas dihitung dari rasio profit bersih yang dihasilkan dengan total penjualan yang dihasilkan. Profit bersih merupakan total nilai profit setelah dikurangi pajak. Namun karena kedua usaha belum terdaftar secara legal, sehingga belum menjadi wajib pajak. Maka dari itu komponen profit bersih tidak perlu dikurangi komponen pajak.

Profitabilitas = Tπ/TR PertumbuhanUsaha

Pertumbuhan usaha merupakan salah satu dimensi pengukuran kinerja menurut Murphy et al. (1996). Pada umumnya pertumbuhan mengacu pada peningkatan jumlah, sementara istilah perkembangan lebih mengacu pada fungsi. Pertumbuhan usaha menunjukkan bertambahnya capaian-capaian suatu unit usaha. Beberapa indikator yang pada umumnya dipakai sebagai indikator pertumbuhan usaha adalah pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan profit.

Kerangka Pemikiran Operasional

(30)

14

pengolahan hasil pertanian skala mikro yang dijalankan oleh Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya.

Alur kerangka pemikiran pada penelitian ini diawali dengan identifikasi keragaan kelembagaan Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen. Analisis kelembagaan meliputi struktur organisasi, infrastruktur dalam gapoktan dan peran kelembagaan gapoktan secara umum. Namun karena peran penyuluhan belum berjalan pada kegiatan usaha ini, maka hanya dilakukan analisis mengenai peran gapoktan dalam pemasaran dan permodalan pada kegiatan kegiatan perekonomian petani anggota gapoktan. Keseluruhan analisis kelembagaan dilakukan secara deskriptif. Sedangkan untuk menilai kinerja kedua unit usaha akan dilakukan analisis deskriptif mengenai aktifitas kedua unit usaha, serta capaian-capaian usaha pada aspek finansial maupun non finansial. Aspek finansial meliputi profit dan profitabilitas kedua unit usaha. Sementara pada aspek non finansial akan dilakukan penilaian produktivitas dan pertumbuhan usaha yang meliputi pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan profit.

Pada tataran praktis, terdapat perbedaan perlakuan dari gapoktan yang diterima kedua unit usaha. Selain itu terdapat juga beberapa faktor yang turut mempengaruhi tingkat kinerja kedua usaha tersebut yang berdasarkan pengamatan awal meliputi faktor skala usaha, manajemen usaha, teknik produksi dan kondisi alam seperti cuaca. Secara sederhana, alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat dalam diagram pada Gambar 1.

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada unit usaha pengolahan sale pisang Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2013-Januari 2014. Gabungan tani ini dipilih berdasarkan informasi mengenai prestasinya sebagai salah satu gapoktan berprestasi tingkat nasional. Selain itu gapoktan ini juga telah memiliki kelompok tani anggota yang berfokus pada usaha pengolahan hasil pertanian. Penelitian dilaksanakan dengan mendatangi lokasi untuk melakukan observasi mengenai aktifitas usaha di sana dan melakukan wawancara pada anggota gapoktan yang terlibat dalam unit usaha tersebut.

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari petani pengurus Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya serta pengurus Gapoktan melalui wawancara secara langsung. Data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas terkait, seperti Pusdatin Kementerian Pertanian, Perpustakaan LSI IPB, artikel, jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data primer yang digunakan meliputi laporan keuangan usaha, laporan penjualan sale pisang, struktur kelembagaan gapoktan dan kelompok tani. Laporan keuangan digunakan untuk melakukan analisis finansial untuk mendapatkan struktur dan rincian biaya dan penerimaan yang digunakan untuk menghitung nilai profit, profitabilitas. Berdasarkan laporan keuangan dan penjualan tahun-tahun sebelumnya,dilakukan analisis pertumbuhan usaha serta menentukan efektivitas pinjaman yang diterima kedua usaha. Data sekunder yang dipergunakan mencakup data pertumbuhan gapoktan data kependudukan Desa Citapen, peraturan perundang-undangan, dan struktur organisasi serta AD/ART Gapoktan Rukun Tani.

Metode Pengumpulan Data

(32)

16

dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pada posisi para petani dalam struktur organisasi gapoktan dan kelompok tani terkait.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa keragaan usaha pengolahan sale pisang dan kelembagaan gapoktan. Keragaan usaha meliputi aktifitas usaha dan sistem manajemen usaha. Data mengenai kelembagaan gapoktan meliputi struktur, aturan dan unit-unit kelembagaan yang ada pada gapoktan serta peranannya. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Data kuantitatif berupa laporan penjualan dan keuangan kedua unit usaha yang digunakan untuk menganalisis penerimaan, biaya, profit dan profitabilitas kedua usaha pengolahan sale pisang. Pengolahan data yang sifatnya kuantitaif ditabulasikan dengan menggunakan Microsoft Excel, kemudian hasilnya dinarasikan secara deskriptif.

Analisis Peran Kelembagaan Gapoktan

Analisis kelembagaan gapoktan meliputi deskripsi struktur dan peran-peran unit kelembagaan yang terlibat dalam aktifitas para petani dalam Gapoktan. Peran kelembagaan dapat dilihat dari kemampuan kelembagaan tersebut dalam memberikan manfaat terhadap kelompok maupun terhadap anggota dari kelembagaan tersebut. Peran kelembagaan yang difokuskan untuk dikaji dalam penelitian ini meliputi kelembagaan permodalan atau keuangan dan pemasaran. Peran kelembagaan pasar yang dimainkan gapoktan tidak hanya dilihat pada pasar produk jadi, tapi juga bagaimana gapoktan membantu petani untuk mengakses pasar bahan baku.

Analisis Produktivitas

Penilaian produktivitas dilakukan terfokus pada penggunaan input bahan baku (produktivitas parsial). Rasio produktivitas membandingkan jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah input bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksinya.

Rasio Produktivitas = Output Sale Pisang (kg) Input Pisang Segar (kg)

(33)

17 Analisis Penerimaan

Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Komponen penerimaan kedua usaha sale pisang adalah total keseluruhan dari hasil penjualan dari produk utama yang dihasilkan. Nilai penerimaan dihitung setiap bulan untuk melihat fluktuasi tingkat penerimaan kedua usaha selama satu tahun. Selain itu, untuk membandingkan kedua usaha dan memperoleh data untuk penilaian profitabilitas, penerimaan total dihitung selama satu tahun dan dibagi dengan jumlah penjualan untuk menentukan nilai penerimaan tiap kilogram sale pisang.

Analisis Biaya

Biaya yang dianalisis meliputi biaya tetap dan biaya operasional. Biaya tetap pada umumnya terdiri atas biaya pengadaan barang-barang investasi, biaya

maintanance, biaya bunga pinjaman, biaya pajak bumi bangunan, pajak kendaraan, biaya listrik dan air, dan sebagainya. Pada kasus kedua usaha yang diteliti komponen biaya tetap meliputi investasi mesin dan peralatan usaha. Selain itu terdapat biaya diperhitungkan yang meliputi penyusutan mesin dan penyusutan peralatan selain mesin, dan pengitungan matematisnya adalah sebagai berikut:

P = (Nb-Ns) n Keterangan:

P : Jumlah penyusutan pertahun (dalam rupiah) Nb : Nilai pembelian aset (dalam rupiah)

Ns : Tafsiran nilai sisa (dalam rupiah) n : Umur teknis (tahun)

Komponen biaya operasional meliputi biaya bahan baku, biaya upah, dan biaya sewa, biaya transportasi bahan baku, biaya perlengkapan usaha dan biaya jasa pemasaran. Berdasarkan komponen biaya yang telah diidentifikasi dan dihitung nilai total biaya yang dibutuhkan dalam satu tahun, dengan membandingkan dengan total produk yang dihasilkan, didapatkan nilai biaya persatuan produk. Biaya persatuan produk dapat mencerminkan tingkat efisiensi usaha dalam menggunakan biaya. Selain itu, karena nilai biaya juga berfluktuasi setiap bulan, dihitung biaya per bulan untuk menentukan profit per bulan dari setiap kilogram sale pisang yang dihasilkan.

Analisis Profitabilitas

(34)

18

Tπ = TR-TC

Dikarenakan kedua usaha mempunyai komponen penerimaan dan biaya yang fluktuatif setiap bulannya, maka dilakukan juga penilaian profit setiap bulan. Selain itu nilai profit dari setiap kilo sale pisang yang dihasilkan juga dihitung untuk selanjutnya digunakan untuk mengukur profitabilitas kedua usaha.

Analisis profitabilitas dilakukan untuk menilai kemampuan usaha untuk menghasilkan keuntungan pada satu periode dalam unit penjualannya. Nilai profitabilitas didapat dari rasio profit bersih total dengan penjualan total.

Profitabilitas = π/TR

Nilai profit bersih total didapat dari selisih penerimaan total dan biaya total November 2012- Oktober 2013, dan tidak memperhitungkan pajak yang seharusnya menjadi salah satu komponen. Pajak tidak dihitung karena pada praktiknya kedua usaha belum dikenai pajak. Keuntungan tersebut dirasiokan dengan nilai penerimaan total dari penjualan yang dilakukan oleh kedua unit usaha. Semakin tinggi rasio profit terhadap penjualan berarti semakin baik usaha tersebut dalam menghasilkan laba untuk setiap unit yang terjual.

Analisis Pertumbuhan Usaha

Analisis pertumbuhan usaha didasarkan pada data penerimaan dan profit tahunan yang diterima Kelompok Tani Silih Asih tahun 2010-2013 dan KWT Berkarya tahun 2011-2013. KWT Berkarya tidak mempunyai pencatatan usaha yang cukup untuk tahun 2010, karena pada tahun itu, mereka baru memulai usaha pengolahan sale pisang. Nilai profit tahun 2012- 2013 yang digunakan untuk analisis pertumbuhan berbeda dengan nilai profit yang telah dihitung pada berdasarkan analisis biaya dan penerimaan sebelumnya. Hal ini karena analisis pertumbuhan membutuhkan seri data pada tahun-tahun sebelumnya. Keterbatasan data pada laporan keuangan yang dimiliki kedua kelompok tani pada tahun-tahun sebelumnya, tidak memungkinkan untuk melakukan analisis profit pada tahun-tahun tersebut. Agar nilai penjualan dan profit yang dihitung konsisten untuk dapat menganaisis pertumbuhan usaha, data penjualan dan profit tahun 2012- 2013 yang digunakan mengacu pada laporan keuangan yang dimiliki kedua kelompok tani sebagaimana data pada tahun-tahun sebelumnya.

Efektivitas Pinjaman

(35)

GAMBARAN UMUM LOKASI

Lokasi dan Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani yakni KWT Berkarya dan Kelompok Tani Silih Asih. Kedua kelompok tani ini berlokasi di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Jarak lokasi menuju kantor kecamatan adalah sekitar 10km dan 25 km dari pusat Kabupaten Bogor. Jarak ke Pasar Induk Kemang dan Pasar Induk Jakarta berturut-turut adalah sekitar 25 km dan 60 km. Peta Desa Citapen dapat dilihat pada Lampiran 3.

Desa Citapen adalah satu dari 13 desa di Kecamatan Ciawi dengan luas wilayah sebesar 268.066 Ha. Menurut WKBP3K (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan kehutanan), luas Desa Citapen adalah 393 Ha dengan lahan sawah seluas 153 Ha dan 240 Ha lahan kering. Penggunaan lahan Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 3.

Mengacu pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan paling besar adalah sawah (38.93 %) Hal ini dikarenakan pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk Desa Citapen. Desa Citapen merupakan dataran tinggi yang berada pada ketinggian antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl dengan iklim tropis/ basah. Suhu rata-rata berkisar antara 20 C sampai dengan 32 C dengan keasaman (pH) tanah antara antar 4,5 sampai 7,0. Lahan sawah dan lahan darat Desa Citapen dapat ditanami sepanjang tahun/ tidak ada lahan bera.

Tabel 3 Penggunaan lahan Desa Citapen tahun 2011e Keterangan

Luas Lahan (Ha)

Persentase (%) Lahan Sawah

Pengairan teknis -

Pengairan sederhana 115 29,26

Sawah tadah hujan 38 9,67

Jumlah Lahan Sawah 153 38,93

Lahan Darat

Pekarangan dan Perumahan 65 16,54

Tegal/kebun 42 10,69

Kolam 2 0,51

Hutan rakyat 18 4,58

Perkebunan 102 25,95

Lain-lain 11 2,80

Jumlah Lahan Darat 240 61,07

Total 393 100,00

e

(36)

20

Kondisi Penduduk

Berdasarkan kondisi sosial dan demografi, Desa Citapen memiliki jumlah penduduk sampai pada akhir bulan Desember 2012 sebanyak 8.912 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 4.647 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.265 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.201 KK. Dari komposisi ini jumlah penduduk dewasa berdasarkan jumlah hak pilih adalah sebanyak 5.202 jiwa. Apabila dilihat dari komposisi tersebut, maka sekitar 58,37 persen penduduk Desa Citapen adalah penduduk dewasa, sedangkan sisanya sekitar 41,63 persen adalah anak-anak dan penduduk berusia lanjut. Tabel 4 menunjukkan gambaran kependudukan Desa Citapen secara umum.

Dilihat dari jumlah penduduk dewasa, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Citapen mayoritas berada pada usia produktif (dewasa) yaitu 58,37%. Hal ini cukup menguntungkan bagi Desa Citapen karena jumlah penduduk angkatan kerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang menjadi tanggungan. Akan tetapi, meskipun mayoritas penduduk Desa Citapen berada pada usia produktif, namun di Desa ini juga masih banyak penduduk yang dikategorikan sebagai keluarga miskin. Dari 8.912 total penduduk usia produktif, diketahui sebanyak 1.698 jiwa atau 19,05% diantaranya merupakan penduduk miskin.

Sementara itu, jumlah KK miskin juga tercatat sebanyak 476 KK atau sekitar 21,63 persen KK miskin dari jumlah total KK yaitu sebanyak 2.201 KK. Data ini menunjukkan di Desa Citapen masih cukup banyak penduduk miskin. (Pemerintah Desa Citapen, 2012)

Pada aspek mata pencaharian penduduk, buruh tani merupakan pekerjaan yang paling dominan, diikuti dengan petani dan buruh industri. Banyaknya petani yang bekerja sebagai buruh tani menunjukkan bahwa kepemilikan lahan sawah di Desa Citapen masih tidak tersebar merata atau dengan kata lain kepemilikan lahan hanya dimiliki sebagian kecil penduduk, sehingga penduduk yang lain bertindak sebagai buruh tani. Hal ini juga menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama di Desa Citapen karena sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Secara lebih lengkap data mata pencaharian penduduk Desa Citapen dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 4 Sebaran penduduk Desa Citapen tahun 2011f

Keteterangan Satuan Jumlah Persentase (%) Jumlah penduduk Jiwa 8912

Jumlah penduduk laki-laki Jiwa 4674 52,24 Jumlah penduduk perempuan Jiwa 4265 47,85 Jumlah penduduk dewasa Jiwa 5202 58,37 Jumlah penduduk miskin Jiwa 1698 19,05

Jumlah KK KK 2201

Jumlah KK miskin KK 476 21,62

f

(37)

21

Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh tani adalah sebanyak 1.950 orang atau sekitar 55,63% dari seluruh angkatan kerja, petani milik sebanyak 710 orang atau sekitar 20,26% dari total angkatan kerja, dan buruh industri sebanyak 320 atau sebesar 7,13% dari total angkatan kerja. Adapun jenis mata pencaharian yang paling sedikit ditekuni oleh penduduk Desa Citapen adalah sebagai TNI/POLRI yaitu hanya sekitar 0,06 %, karena memang sangat sedikit penduduk setempat yang mengikuti atau menempuh pendidikan kemiliteran.

Permasalahan ekonomi yang paling umum terjadi di Desa Citapen adalah rendahnya pendapatan/penghasilan yang diperoleh warga dan pengangguran. Hal ini dikarenakan sedikitnya lapangan kerja, kurangnya keterampilan atau pendidikan dan permodalan. Kondisi ini juga disadari sebagai akibat dari tingkat pendidikan warga terutama warga miskin yang masih rendah.

Potensi Pembangunan Pertanian Desa Citapen

Desa Citapen termasuk desa yang cukup potensial dengan komoditas-komoditas pertaniannya. Komoditas yang paling banyak dibudidayakan di Desa Citapen adalah tanaman pangan, sayuran, dan ternak sapi atau kambing. Kegiatan pertanian pun menjadi perhatian banyak kalangan baik pihak pemerintahan maupun pihak lain, karena di Desa Citapen terdapat Gapoktan Rukun Tani yang merupakan Gapoktan Berprestasi Peringkat II Nasional pada Tahun 2011. Gapoktan ini merupakan satu-satuya Gapoktan yang berada di Desa Citapen yang menaungi tujuh kelompok tani yang ada di wilayah tersebut. Keberadaan

Gambar 2 Mata pencaharian penduduk Desa Citapen

Petani Buruh Tani Buruh

Pegawa Swasta Pegawai Negeri Pengrajin/Penjahit/Jasa

(38)

22

Gapoktan ini cukup bermanfaat bagi petani, karena petani dapat turut dalam berbagai kegiatan, menggunakan fasilitas, dan mendapatkan pelayananjuga bimbingan dari berbagai pihak melalui Gapoktan Rukun Tani.

Petani dapat merasakan keberadaan dan manfaat gapoktan dengan cara bergabung atau masuk menjadi anggota gapoktan tersebut. Meskipun Gapoktan Rukun Tani sudah cukup dikenal oleh warga setempat dan juga warga dari desa-desa disekitarnya, namun tidak semua petani di Desa Citapen bersedia bergabung dengan Gapoktan Rukun Tani. Alasan keengganan para petani non anggota bergabung dengan gapoktan pada umumnya karena mereka kurang menyukai dengan hal yang berkaitan dengan organisasi dan administrasi, selain itu sebagian besar kegiatan gapoktan hanya terpusat di Kampung Pondok Menteng, sehingga petani dari kampung lain yang cukup jauh juga merasa keberatan untuk bergabung.

Gambaran Umum Gapoktan Rukun Tani

Dibentuknya Gapoktan Rukun Tani pada tahun 2001 dilatarbelakangi dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di wilayah Desa Citapen, Kecamatan Ciawi dalam hal kesamaan komoditi yang ditanam yaitu komoditi hortikultura terutama sayuran dan kesamaan permasalahan dalam hal pemasaran hasil panen. Atas prakarsa petugas lapangan dari PT. TANINDO, dibentuklah satu kelompok tani yang bernama kelompok tani Pondok Menteng dan beranggotakan 25 orang.

Dalam rangka menyatukan kepentingan yang sama ke arah usaha Agribisnis terpadu terutama dalam mengakses pasar dan permodalan, petani-petani lain yang tergabung dalam kelompok tani tanaman pangan, kelompok tani ternak dan kelompok tani pengrajin olahan hasil pertanian, bergabung menjadisatu membentuk satu himpunan kelompok tani yang bernama “Himpunan Rukun Tani”. Pada tanggal 29 Juni 2007 melalui bimbingan Petugas Penyuluh Pertanian, Himpunan Rukun Tani dikukuhkan melalui rapat pengukuhan Gapoktan yang disahkan oleh Kepala Desa dan Camat menjadi “Gapoktan Rukun Tani” dengan anggota 236 orang. Sebagai legalitas Gapoktan, tanggal 26 November 2008, Gapoktan Rukun Tani telah dikukuhkan dihadapan Notaris (Akta Notaris Miranti Tresnaning Timur, SH. No.14 tanggal 26 November 2008).

Tujuan dibentuknya Gapoktan dituangkan dalam AD dan ART Gapoktan Rukun Tani diantaranya yaitu:

1. Mengembangkan kegiatan usaha anggota khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur.

2. Mengembangkan sikap wirausaha ke arah usaha yang profesional, tangguh dan sehat dari anggota, untuk anggota dan oleh anggota.

3. Mendorong dan menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan.

4. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat.

(39)

23 6. Mencari kemudahan dalam mengakses pasar, permodalan dan jaringan

(networking) dalam rangka mengembangkan usaha agribisnis berbasis pedesaan.

7. Meningkatkan poduksi dan produktivitas usahatani.

Gapoktan Rukun Tani berada Jalan Raya Tapos - Kampung Pondok Menteng Rt 02/Rw 03, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Status kelembagaan berbadan hukum dengan Akta Notaris No. 14 tanggal 26 November 2008 dan NPWP No. 21.060.468.2-434.000. Gapoktan Rukun Tani diketuai oleh H. Misbah yang juga merupakan Ketua Kelompok Tani Pondok Menteng. Unit usaha Gapoktan Rukun Tani terdiri dari pertanian dan hortikultura, peternakan, perikanan, pemasaran, sarana produksi pertanian, dan alat industri pertanian (alsintan).

Anggota Gapoktan adalah petani anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani yang berdomisili di wilayah Desa Citapen kecamatan Ciawi dan sekitarnya. Ketentuan dan persyaratan menjadi anggota Gapoktan diatur dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Gapoktan Rukun Tani. Adapun jumlah anggota saat ini mencapai 236 orang dengan luas kepemilikan lahan antara 0,1-4 Ha (petani pemilik/petani pemilik-penggarap/petani penggarap), dan kepemilikan ternak antara 6 -100 ekor (kelinci), 2-50 ekor (domba) dan 1-15 ekor sapi. Tabel 5 menunjukkan kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani.

Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan di Kecamatan Ciawi yang menerima bantuan dana PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) dari Pemerintah. Dana PUAP ini diterima pada bulan Maret 2009 senilai 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk pengembangan kegiata usaha Gapoktan. Dasar Penetapan Gapoktan Penerima PUAP Tahun 2009 ini melalui SK Menteri Pertanian No.1192/Kpts/OT.160/3/2009 Tentang Penetapan Desa Penerima Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Tahun 2009 dan SK. Bupati

Tabel 5 Kelompok tani anggota Gapoktan Rukun Tani 2011g

Kelompok

Tani Alamat Ketua Sekretaris Bendahara

Jumlah

Dadang Ismail 104 Hortikultura

Sukamaju Pondok

(40)

24

No. 342/Kpts/Huk/2009 Tentang Penetapan Penyuluh Pendamping dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Penerima BLM PUAP Kabupaten Bogor Tahun 2009. Program ini secara umum dirasakan sangat bermanfaat oleh para petani anggota. Manfaat yang secara langsung dapat dirasakan para petani anggota antara lain membantu permodalan untuk kegiatan usaha petani, membantu petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani,kolektivitas pengadaan saprodi, serta meningkatkan penyerapan tenaga. Pengelolaan dana PUAP Gapoktan Rukun Tani ditangani oleh Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) yang merupakan perangkat di bawah unit permodalan Gapoktan Rukun Tani yang memiliki fokus kerja terhadap kegiatan yang berkaitan dengan keuangan baik pengelolaan dana PUAP maupun kegiatan simpan pinjam.

Gambaran Umum Usaha Pengolahan Sale Pisang

Usaha Sale pisang mulai dirintis pada tahun 2005 oleh H. Agus dan dua rekannya, yang kemudian bersama membentuk Kelompok Tani Silih Asih. Berdasarkan hasil pemaparan dari pengurus gapoktan, pada awalnya produksi pisang Desa Citapen hanya diperuntukkan untuk memenuhi permintaan dari

catering dan rumah makan yang menjadi rekan pemasaran produk hortikultura gapoktan. Dikarenakan adanya proses grading dan sorting, banyak buah pisang yang tidak lolos untuk dipasarkan. Buah pisang yang tidak layak ini kemudian diolah menjadi produk olahan pisang yakni keripik dan sale. Keripik dipasarkan langsung sebagai produk jadi. Sementara sale pisang adalah produk semi akhir yang dipasarkan ke pedagang molen pisang untuk dijadikan isian.

Usaha keripik pisang mengalami pasang surut karena kendala pada pemasaran, sedangkan usaha sale pisang terus mengalami pertumbuhan. Jumlah tenaga kerja yang tadinya hanya 3 orang menjadi 7 orang pada tahun 2007, untuk memenuhi permintaan yang tidak hanya datang dari Bogor Raya tapi juga Jakarta dan Bekasi. Gapoktan Rukun Tani yang saat itu telah diresmikan, kemudian mencarikan sumber pasokan baru untuk bahan baku, yakni dari Lampung.

(41)

25 Karakteristik Kelompok Tani Pelaku Usaha

Kelompok Tani Silih Asih didirikan jauh lebih dulu dibandingkan dengan KWT Berkarya, yakni pada tahun 2005, sebelum Gapoktan Rukun Tani diresmikan. Sejak didirikan, kelompok tani ini mempunyai fokus usaha pengolahan hasil pertanian. Selain sale pisang, Kelompok Tani SIlih Asih juga pernah mencoba memproduksi beberapa pangan olahan berbahan dasar produk pertanian yang dihasilkan oleh kelompok tani lain yag menjadi anggota gapoktan, di antaranya keripik bayam, keripik sayur, keripik singkong dan nugget jamur. Akan tetapi, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, di antara produk-produk pangan olahan tersebut yang mampu dipertahankan produksinya oleh Kelompok Tani Silih Asih hanya sale pisang rajangan. Usaha sale pisang Kelompok Tani Silih Asih terus dipertahakan karena dianggap paling mengutungkan dan permitaan akannya relatif stabil bahkan sebenarnya terus meningkat. Secara singkat, sebagai perbandingan,

Pada tahun 2010, KWT Berkarya diresmikan sebagai bagian dari Gapoktan Rukun Tani yang beranggotakan ibu-ibu rumah tangga tani Desa Citapen. Motif pendirian KWT pada awalnya adalah keikutsertaan Gapoktan Rukun Tani dalam kompetisi gapoktan berprestasi tingkat nasional pada tahun 2011. Oleh pengurus gapoktan, KWT Berkarya diarahkan untuk berfokus pada usaha pengolahan sale pisang juga, karena jumlah permintaan yang tidak lagi dapat dipenuhi Kelompok Tani Silih Asih. Tabel 6 menampilkan poin-poin perbedaan karakteristik Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya.

Kampung Pondok Menteng yang merupakan lokasi dari Kelompok Tani Silih Asih juga adalah pusat kegiatan dan sekretariat Gapoktan Rukun Tani, sehingga hampir semua pengurus Kelompok Tani Silih Asih merangkap juga sebagai pengurus Gapoktan Rukun Tani. Sementara itu, sebagai pusat kegiatan KWT Berkarya, dipilihlah Kampung Tapos yang relatif jauh dari sekretariat gapoktan. Hal ini bertujuan untuk pemerataan kegiatan, agar seluruh masyarakat Desa Citapen dapat merasakan kehadiran gapoktan. Selain itu, Kampung Tapos juga dinilai puya potensi yang cukup besar karena masih banyaknya ibu rumah tangga tani yang belum mempuyai sarana untuk berkegiatan produktif.

Tabel 6 Karakteristik Kelompok Tani Silih Asih dan KWT Berkarya

Kelompok Tani Silih Asih KWT Berkarya

Tahun Pendirian 2003 2010

Lokasi Kp. Pondok Menteng Kp. Tapos

Ketua H. Agus Neng

Jumlah Anggota 5 43

(42)

26

Sebagian besar anggota KWT Berkarya berasal dari keluarga dengan pendapatan yang relatif rendah. Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang sebagian besar anggotanya didominasi lulusan SD. Sementara anggota kelompok Tani Silih Asih yang hanya lima orang berasal dari keluarga dengan pendapatan yang relatif lebih tinggi, serta latar belakang pendidikan yang mencapai SMA.

Pengelolaan Usaha dan Tenaga Kerja

Kedua unit usaha melakukan pengadaan bahan baku dan pemasaran secara kolektif. Namun pada kegiatan produksi, semua pengelolaan dilakukan secara terpisah. Lokasi kegiatan yang berada di dua kampung yang terpisah menjadi pertimbangan pemisahan pengelolaan ini. Selain itu, KWT Berkarya juga diberikan kesempatan agar bisa lebih mandiri untuk mengelola usahanya yang baru. Gambar 3 memperlihatkan alur pengelolaan usaha sale pisang kedua kelompok tani.

(43)

27 Sejak tahun 2007 pengurus Kelompok Tani Silih Asih tidak lagi terlibat langsung dalam kegiatan produksi. Bapak Jeje diserahi tanggung jawab sebagai manajer produksi sekaligus keuangan. Bapak H. Agus lebih banyak berfokus pada pengadaan bahan baku produksi dan pemasaran di gapoktan. Bapak Jeje memberikan pengarahan pada pekerja mengenai tugas-tugasnya dan target produksi yang ingin dicapai. Keputusan-keputusan terkait upah, dan pembagian hasil usaha dilakukan pada internal pengurus kelompok tani, demikian juga evaluasi, tidak banyak melibatkan pekerja. Jika hasil produksi jauh dari target, maka pengurus akan meminta Bapak Jeje untuk melakukan pengawasan lebih ketat pada kegiatan produksi.

KWT Berkarya melibatkan anggotanya dalam kegiatan produksi ini. Tenaga kerja laki-laki yang dibutuhkan biasanya juga diutamakan dari suami anggota KWT Berkarya. Kebijakan ini menurut ketua KWT, agar yang paling mendapatkan manfaat dari adanya kegiatan ini adalah anggota KWT Berkarya dan keluarganya. Usaha dikelola oleh pengurus inti KWT Berkarya. Ketua KWT Berkarya bertindak sebagai perencana dan supervisor kegiatan usaha. Ibu Neng biasanya memulai kegiatan usaha dengan memberikan briefing mengenai jumlah bahan baku yang akan diproses dan target produksi yang ingin dicapai juga melakukan pembagian tugas-tugas selama kegiatan produksi. Ibu Neng biasa meninjau langsung ke lokasi usaha yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Kontrol lebih ketat dilakukan pada proses pengeringan, karena pada tahap ini paling rentan terjadi kegagalan produksi. Pembagian hasil usaha biasa dilakukan setiap bulan setelah produk sale pisang terjual dan dilakukan evaluasikegiatan sebelumnya. Pembagian hasil usaha dan penentuan upah dilakukan berdasarkan hasil musyawarah.

Alamat Usaha

Pengolahan sale pisang oleh KWT Berkarya dilakukan di Kp. Tapos Desa Citapen, sedangkan Poktan Silih Asih melakukan pengolahan di Kp. Menteng. Pemilihanlokasi ini berdasarkan lokasi tempat tinggal mayoritas anggota kelompok tani juga ketersediaan sarana untuk penjemuran dan penyimpanan sale pisang. Lokasi penjemuran, penyimpanan mau pun pengolahan menggunakan properti milik anggota poktan dengan sistem sewa tahunan.

Izin Usaha

Gambar

Gambaran Umum Gapoktan Rukun Tani
Tabel 1 Pertumbuhan gapoktan dan poktan di Indonesia 2011-2013a
Gambar 1 Alur kerangka pemikiran penelitian
Tabel 3 Penggunaan lahan Desa Citapen tahun 2011e
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penegakan hukum adalah usaha-usaha yang diambil oleh pemerintah atau suatu otoritas untuk menjamin tercapainya rasa keadilan dan ketertiban dalam masyarakat

Dimenzije: visina 20 cm, širina 23 cm, dužina 50 cm Mjesto nalaza: Solin, Paraći 41, uzidan u istočnu stranu obiteljske kuće, oko 200 m sjeverozapadno od amfi teatra, evidentiran

 Bumi,bulan & matahari berada dalam satu garis lurus.  Bulan menghalang cahaya matahari sampai ke bumi.  Sebahagian bumi mengalami gerhana penuh manakala. yang lain

Berdasarkan kutipan puisi karya Amir Hamzah di atas, diketahui terdapat pengulangan bunyi vokal yang berurutan yaitu pada larik pertama yakni bunyi vokal /a/+/i/

Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat

legalisasi terhadap suatu akta bawah tangan (perjanjian kredit) maka dapat membantu hakim dalam hal pembuktian, karena akta yang telah dilegalisasi merupakan alat

Artinya kedisiplinan kerja berpengaruhterhadap produktifitas kerja pegawai pada Dinas Kesehatan Kota Bima sebesar 79,5%.Sedangkan sisanya sebesar 20,5% dipengaruhi oleh

Pada saat pengujian keserempakan PMT three pole 150 KV bay trafo di gardu induk Simulator Udiklat Semarang (TLM Academy), dari bagian-bagian konektor yang ada pada