• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP ANGKUTAN TAKSI GELAP DI BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN HUKUM TERHADAP ANGKUTAN TAKSI GELAP DI BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN. Abstrak"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP ANGKUTAN TAKSI GELAP DI BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

Abstrak

Rosinta, Nim 0810015062, Tinjauan Hukum Terhadap Angkutan Taksi Gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan. Dosen Pembimbing I Bapak Deny Slamet Pribadi, S.H.,M.H dan Pembimbing II Ibu Erna Susanti, S.H.,M.H.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya hukum dalam mencegah angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan dan Apa saja kendala yang dihadapi dalam menertibkan angkutan taksi gelap sehingga tidak merugikan angkutan taksi resmi lain di Bandara Sepinggan Balikpapan.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris, jenis dan sumber data yang digunakan adalah dengan pengumpulan data Primer dan data Sekunde dan proses analisa yang dipergunakan adalah Deskritif Kualitatif. Hasil penelitian pada kantor PT. Angkasa Pura 1, Dinas Perhubungan, dan Polri Resor Balikpapan Sektor Kawasan Bandara Sepinggan adalah bahwa keberadaan angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan diketahui bahwa pemerintah dalam hal ini yaitu Dinas Perhubungan Kota Balikpapan dan Polri Resor Balikpapan Sektor Kawasan Bandara Sepinggan telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah adanya angkutan taksi gelap dengan melakukan razia. Begitu juga dengan PT. Angkasa Pura 1 yang telah memberlakukan peraturan yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai larangan mengangkut penumpang dengan tujuan tertentu (taksi gelap). Namun ternyata upaya-upaya tersebut tidak berjalan dengan efektif karena banyaknya berbagai kendala seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat tentang pentingnya sistem perizinan angkutan umum, tidak diberlakukan secara tegas peraturan hukum yang meliputi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 35 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum. Dan kurang efektifnya kemampuan aparat penegak hukum dalam menindak tegas angkutan taksi gelap.

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah seharusnya di butuhkan suatu peraturan yang khusus untuk menertibkan angkutan taksi gelap yang berada di Bandara Sepinggan balikpapan sehingga tidak adanya persaingan dalam mencari penumpang serta agar tidak merugikan angkutan taksi resmi lain di Bandara Sepinggan Balikpapan.

(2)

Pendahuluan

Kata transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, di mana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya.1 Transportasi seperti itu merupakan suatu jasa yang diberikan guna menolong barang dan orang untuk di bawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian transportasi itu dapat diberikan definisi sebagai usaha mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Adapun kegiatan dari transportasi tersebut meliputi pemindahan barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat lain maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan kata lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan. Dalam perjalanannya pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor mulai dipergunakan untuk pelayanan umum selain digunakan untuk pribadi. Apabila sudah memenuhi persyaratan dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maka kendaraan bermotor tersebut layak di jadikan angkutan umum resmi dengan plat nomor kuning. Plat nomor kuning diberikan kepada kendaraan bermotor beroda empat yang berarti boleh dioperasionalkan sebagai angkutan umum. Selain itu, kendaraan bermotor plat nomor kuning sudah dilengkapi asuransi kendaraan maupun asuransi jiwa terhadap awak dan penumpang. Dalam hal ini kendaraan bermotor beroda empat yang digunakan sebagai angkutan umum (taksi gelap) berupa mobil penumpang seperti Avanza, Xenia, Panther, Toyota Kijang innova dan sejenisnya.

Menurut Pasal 1 Angka 20 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum menjelaskan bahwa mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Tetapi dalam perjalanannya angkutan umum resmi banyak mengalami permasalahan transportasi khususnya persaingan dengan kendaraan bermotor pribadi dengan plat nomor hitam yang sering disebut taksi gelap. Kendaraan tersebut tidak seharusnya dipergunakan sebagai angkutan umum akan tetapi sebagai angkutan pribadi sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Banyaknya mobil pribadi sebagai angkutan umum dari hari ke hari mengakibatkan persaingan tidak sehat dengan angkutan umum resmi. Di pihak angkutan umum resmi, kendaraan tersebut dianggap mengambil bagian rezeki atau penumpang yang seharusnya didapat oleh angkutan umum resmi (penyerobotan). Selain itu mobil pribadi sebagai angkutan umum dapat menerapkan tarif angkutan semaunya pada penumpang, karena tidak mengacu pada ketentuan tarif yang ditentukan dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum seringkali tidak membayar retribusi, tidak masuk terminal dan tidak menggunakan jasa pelayanan uji kendaraan. Ditambah lagi daya jelajah kendaraan tersebut yang bisa masuk kota dan pelosok yang tidak bisa dimasuki angkutan umum resmi. Hal itu yang menyebabkan para angkutan taksi resmi di Bandara Sepinggan merasa tersaingi dengan adanya angkutan taksi gelap.

(3)

Hal tersebut akhirnya diatur oleh suatu Peraturan Hukum oleh Pemerintah dalam bentuk dalam Peraturan Perundang-Undangan terbaru adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menggantikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 35 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum. Yang mengatur tentang ijin trayek, ijin usaha angkutan, ijin operasional, kelayakan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan.

Pengertian Pengawasan

Adapun pengertian pengawasan menurut para ahli:2

1) George R Terry, pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan , yaitu menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

2) Sendang P. Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjami agar semua pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditemukan sebelumnya.

Macam-macam pengawasan yaitu :3

a. Pengawasan langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat objek yang diawasi.

b. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan dengan tanpa tidak mendatangi tempat objek yang diawasi atau dengan kata lain dilakukan dari jarak jauh.

Hukum Pengangkutan

Hukum pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal-balik, yang mana pihak pengangkut mengikat diri untuk untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/ atau orang ketempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya (pengirim-penerima, pengirim atau penerima, penumpang) berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.4 Sedangkan, Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dengan mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan

2

http://www.negarahukum.com/hukum/teori-pengawasan.html, diakses 25 September 2012 3

Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan (edisi revisi), Ghalia Indonesia, Jakarta Timur. Halaman 76

4 http://mrhattasatria.blogspot.com/2011/07/hukum-pengangkutan-darat-melalui-kereta.html di akses tanggal 25 September 2012 13.26

(4)

selamat, dan pengirim atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.5

Dalam perjanjian pengangkutan ada beberapa hal yang bukan tanggung jawab pengangkut. Artinya apabila timbul kerugian, pengangkut bebas dari pembayaran ganti kerugian. Beberapa hal itu adalah:6

a. Keadaan memaksa,

b. Cacat pada barang atau penumpang itu sendiri,

c. Kesalahan atau kelalaian pengirim atau penumpang itu sendiri.

Tujuan dari adanya pengaturan hukum pengangkutan untuk mengatur hubungan hukum-hukum yang tertib karena keperluan, pemindahan barang-barang dan/atau orang-orang dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk memenuhi pelaksanaan pengangkutan juga memberikan pengaturan untuk mendapatkan pengangkutan (ekspeditur). Sedangkan teori hukum pengangkutan adalah serangkaian ketentuan Undang-undang atau perjanjian mengenai pengangkutan yang direkonstruksi sedemikian rupa sehingga menggambarkan proses kegiatan pengangkutan.

Perizinan Angkutan

Penggunaan kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya untuk mengatur, tetapi juga untuk menetapkan. Dalam hal pentapan yang ditujukan kepada individu, kewenangan pemerintah harus dilaksankan berdasarkan hukum yang jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Salah satunya penetapan tentang angkutan taksi gelap. Adapun pengertian dari Izin menurut para ahli antara lain:

1) Mr. N.M. Spelt dan Prof. Mr. J.B.J.M. Ten Berger, Izin adalah suatu persetujuan dari penguasaberdasarkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (Ijin dalam arti sempit).7

2) Van Der Pot, Izin adalah keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.8

Tujuan dari sistem perizinan itu sendiri yaitu adalah agar melalui izin, pemerintah terlibat dalam kegiatan warga melalui serangkaian penyelenggaraan. Dalam hal ini pemerintah mengarahkan warganya melalui instrumen yuridis berupa ijin. Kadang kala kebijakan pemerintah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat, bahkan tidak berhenti pada satu tahap melainkan melalui serangkaian kebijakan. Setelah izin diproses, masih

5http://folorensus.blogspot.com/2008/07/hukum-tentang-perjanjian-pengangkutan.html di akses tanggal 25 September 2012 13 .40

6 Ibid. 7

N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berger,disunting Philipus M. Hadjon, 1993, Pengantar Hukum Perizinan, Penerbit Yuridika,Surabaya, hal 2-3

8 Van Der Pot dalam Untrecht dan Moh.Saleh Djinang, 1985, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Penerbit dan Balai buku ichtiar, Jakarta, hal 143

(5)

dilakukan pengawasan , pemegang izin diwajibkan menyampaikan laporan secara berkala dan sebagainya.9

Menurut Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Daerah Kota balikpapan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum menyebutkan bahwa setiap kegiatan usaha angkutan orang dan atau angkutan barang dengan kendaraan umum yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan, izin usaha angkutan meliputi:

Kegiatan usaha angkutan orang dan atau angkutan barang dengan kendaraan umum dilakukan oleh :

1. Badan usaha milik Negara atau badan usaha milik Daerah; 2. Badan usaha milik Swasta Nasional;

3. Koperasi;

4. Perorangan warga negara Indonesia. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Keberadaan angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Adapun sumber data yang didapatkan dalam peneltian ini antara lain: 1. Data Primer

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada Bandara Sepinggan Balikappan tempat keberadaan angkutan taksi gelap untuk mencari penumpang. Banyaknya angkutan taksi gelap tersebut dari tahun ke tahun, mengakibatkan adanya persaingan tidak sehat dengan angkutan umum resmi. Menurut angkutan taksi resmi angkutan taksi gelap telah mengambil sebagian rezeki atau penumpang yang seharusnya didapat oleh angkutan taksi resmi (penyobotan). Berikut daftar peninggatan angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikapapan dari tahun ke tahun :

TABEL 1.1

Daftar Peningkatan Angkutan Taksi Gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan.

Nomor Tahun Jumlah

1. 2011 35

2. 2012 50

3. 2013 70

Sumber Data : Data diolah berdasarkan hasil wawancacara terhadap supir angkutan taksi gelap yang berada di Bandara Sepinggan Balikpapan

(6)

Selain itu angkutan taksi gelap dapat menerapkan angkutan menerapkan tarif angkutan semaunya kepada penumpang, karena tidak mengacu pada ketentuan tarif yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ketentuan tersebut hanya berlaku kepada angkutan taksi berplat kuning seperti Kalung Mas. Di tambah dengan tidak adanya jaminan keselamatan jiwa dari Pemerintah atau supir angkutan taksi gelap itu sendiri. Karena angkutan taksi gelap itu sendiri tidak melalui perizinan yang resmi sesui dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 35 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum. Dan tidak adanya pembayaran retribusi dari angkutan taksi gelap yang merugikan Pemerintah Kota Balikpapan.

2. Data Sekunder

Dan dari hasil dilapangan terdapat suatu peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak angkasa pura yang meliputi pemberlakuan Peraturan Perundang-Undangan terkait pasal 153 ayat (1) dan pasal 304 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan bahwa :

Pasal 153 ayat (1) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

a. Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 151 huruf b dilarang menaikkan dan/atau menurunkan penumpang disepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar pelayanan angkutan orang dalam trayek.

Pasal 304 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan atau menurunkan penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). B. Pembahasan

1. Upaya Hukum dalam mencegah angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan.

Sarana transportasi merupakan faktor penting dalam mewujudkan proses kelancaran dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan angkutan umum. Pentingnya sarana transportasi tersebut dapat tercemin dari meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan umum. Apalagi di kota-kota besar. Kebutuhan akan angkutan jasa umum di darat seolah sudah menjadi bagian dari masyarakat kota yang tidak memiliki kendaraan sendiri. Dalam perjalanannya pengangkutan darat dengan kendaraan

(7)

bermotor mulai di pergunakan untuk pelayanan umum selain digunakan untuk pelayanan pribadi.

Menurut Pasal 1 Angka 20 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum menjelaskan bahwa mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Pemilik kendaraan bermotor pribadi tersebut mengetahui bahwa tindakan itu sebenarnya telah melanggar hukum khususnya terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kendaraan bermotor (taksi gelap) yang digunakan sebagai angkutan umum sebelumnya harus memenuhi persyaratan Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat jaminan pelayanan kualitas angkutan umum harus diutamakan. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan operasi angkutan umum, kelaikan jalan mobil yang digunakan sebagai angkutan umum, asuransi kendaraan angkutan umum, serta ketentuan mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Adapun upaya hukum dalam mencegah angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan yang dilakukan oleh Pemerintah yaitu Dinas Perhubungan Kota Balikpapan, Polri resor Balikpapan Sektor Kawasan Bandara Sepinggan dan PT. Angkasa Pura 1 selaku penanggung jawab Bandara Sepinggan yaitu antara lain :

a. Yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Balikpapan.

Yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Balikpapan yaitu adanya suatu wacana tentang adanya kegiatan untuk berkerja sama dengan pihak Kepolisian Kota Balikpapan untuk melakukan razia demi menertibkan angkutan taksi gelap. Tetapi wacana tersebut belum dapat terealisasi karena banyaknya hal-hal yang perlu dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Balikpapan. Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kota Balikpapan bagian Kasi Angkutan keberadaan mobil angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan telah menjadi pembahasan bagi Dinas Perhubungan Kota Balikpapan karena Dinas Perhubungan Kota Balikpapan sendiri tidak pernah mengerluarkan izin apapun untuk angkutan taksi gelap karena angkutan tersebut bukan tergolong angkutan taksi atau pun angkot.

Karena semakin banyaknya kecelakaan di Kota Balikpapan yang terjadi pada angkutan taksi gelap. Dinas Perhubungan Kota balikpapan pun Berjanji akan segera menindak serta menertibkan para supir angkutan taksi gelap sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan agar adanya penertiban dan kelancaran terhadap angkutan umum di Kota balikpapan serta agar tidak adanya persaingan dalam usaha angkutan.

Karena sudah seharusnya para supir memenuhi persyaratan-persyaratan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 agak adanya jaminan keselamatan jiwa penumpang ataupun supir dalam berpergian karena supir telah memenuhi perizinan sesuai dengan ketentuan pemerintah.

(8)

b. Yang dilakukan Polri resor Balikpapan Sektor Kawasan Bandara Sepinggan. Dalam penjelasannya upaya hukum yang dilakukan Polri resor Balikpapan Sektor Kawasan Bandara Sepinggan terhadap angkutan taksi gelap telah dilakukan penertiban berupa razia. Razia, dalam hal ini pernah dilakukan baik secara khusus maupun secara umum. Dan banyak dari angkutan taksi gelap terkena razia tetapi mereka hanya perlu membayar denda sesuai dengan ketentuan pasal 304 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan atau menurunkan penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

Dan Polri resor Balikpapan Sektor Kawasan Bandara Sepinggan juga kerap berkeliling di Seputar Bandara Sepinggan Balikpapan meliputi 2 hingga 3 orang anggota kepolisian. Tetapi tetap saja penertiban razia itu kurang efektib karena angkutan taksi gelap berupa mobil pribadi dan susah untuk mengetahui yang mana angkutan taksi gelap dan yang mana mobil pribadi.

c. Yang dilakukan oleh PT. Angkasa Pura 1.

Pihak PT. Angkasa Pura 1 lebih menyerahkan kasus seputar angkutan taksi gelap ini kepada pihak yang lebih berwenang yaitu Dinas Perbungan dan Kepolisian Balikpapan. Karena PT. Angkasa pura lebih bertanggung jawab terhadap Bandara Sepinggan Balikpapan oleh karena itu PT. Angksa Pura 1 membantu dengan menertibkan berupa peraturan hukum berupa pemberitahuan dalam bentuk spanduk yang terletak di Bandara Sepinggan Balikpapan. Agar mewujudkan kenyamanan bagi orang-orang yang hendak berpergian dengan menggunakan taksi resmi di seputar Bandara Sepinggan. Serta pihak penumpang taksi resmi pun dapat merasakan kenyamanan dengan jaminan keselamatan karena taksi resmi telah memenuhi peraturan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Selain upaya razia yang dilakukan dalam mencegah angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan. Adapun tindakan-tindakan hukum yang dilakukan pihak PT. Angkasa Pura seperti yang disebutkan di atas yaitu perberlakuan peraturan-peraturan yang berpedoman pada Undang-Undang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Ada beberapa upaya yaitu melalui pemberlakuan Peraturan Perundang-Undangan terkait pasal 153 ayat (1) dan pasal 304 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan bahwa :

Pasal 153 ayat (1) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

b. Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 151 huruf b dilarang menaikkan dan/atau menurunkan penumpang disepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar pelayanan angkutan orang dalam trayek.

(9)

Pasal 304 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan atau menurunkan penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Dan apabila di dalam penertiban angkutan taksi gelap tersebut terdapat oknum supir yang melanggar peraturan yang berada di Bandara Sepinggan Balikpapan maka supir tersebut akan diserahkan kepada pihak kepolisian kawasan Bandara Sepinggan Balikpapan untuk di proses sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak PT. Angkasa Pura.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menertibkan angkutan taksi gelap sehingga tidak merugikan angkutan taksi resmi lain di Bandara Sepinggan Balikpapan.

Semakin banyaknya angkutan taksi gelap di kota Balikpapan khususnya di kawasan Bandara Sepinggan Balikpapan mengindikasikan bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tidak berhasil. Terlihat jelas melalui peningkatan terhadap angkutan taksi gelap yang berada di Bandara Sepinggan Balikpapan yang dilakukan secara observasi terhadap para supir angkutan taksi gelap yang sedang berada di Bandara Sepinggan Balikpapan.

TABEL 1.2

Daftar Peningkatan Angkutan Taksi Gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan.

Nomor Tahun Jumlah

1. 2011 35

2. 2012 50

3. 2013 70

Sumber Data : Data diolah berdasarkan hasil wawancacara terhadap supir angkutan taksi gelap yang berada di Bandara Sepinggan Balikpapan

Karena dari gagalnya usaha pemerintah dalam manertibkan angkutan taksi gelap di kota Balikpapan khususnya di wilayah Bandara Sepinggan Balikpapan sangat merugikan pihak pengusaha angkutan taksi resmi karena menurut supir angkutan taksi resmi, angkutan taksi gelap tersebut telah merebut penumpang di Bandara Sepinggan Balikpapan serta membuat pendapatan supir taksi resmi berkurang. Menurut supir angkutan taksi gelap sebenarnya mereka tidak boleh lagi untuk mangkal di Bandara Sepinggan Balikpapan karena larangan dari pihak Bandara Sepinggan Balikpapan. Karena supir angkutan taksi gelap mengaku mereka hanya mengantar penumpang atau menjemput penumpang di Bandara Sepinggan.

(10)

Karena supir angkutan taksi gelap sekarang menggunakan sistem langganan jadi apabila pelanggan membutuhkan jasa angkutan taksi gelap penumpang dapat menelpon supir angkutan taksi gelap. Tetapi terkadang apabila sedang mengantar penumpang ke Bandara Sepinggan Balikpapan para Supir angkutan taksi gelap mencari penumpang dengan bantuan calo dari pada pulang dengan tidak membawa uang tambahan. Tetapi supir angkutan taksi gelap mengaku bahwa para supir angkutan taksi gelap tidak dapat berlama-lama dan menawarkan jasa angkutan taksi gelap secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan oleh pihak Bandara Sepinggan Balikapan. Bila para supir angkutan taksi gelap merasa sudah merasa lama berada di Bandara Sepinggan Balikpapan tetapi apabila para supir tidak mendapatkan penumpang para supir angkutan taksi gelap pun pulang karena supir angkutan taksi gelap takut ketahuan oleh pihak Bandara Sepinggan Balikpapan.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi angkutan taksi gelap banyak digunakan sebagai angkutan umum tetapi juga dilarang karena kurangnya jaminan keselamatan jiwa :

a) Faktor Ekonomi

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang harus memenuhi kebutuhan hidupnya serta keluarganya untuk memperoleh kehidupan yang layak, bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Banyak cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau memperoleh kehidupan yang layak. Diantaranya bekerja menjadi Dokter, pengusaha, pelayan sampai tukang becak. Begitu juga para awak angkutan yang terdiri dari sopir dan kernet maupun pemilik atau pengusaha angkutan taksi gelap. Para supir bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta keluarga untuk menuju penghidupan yang lebih baik. Bagi supir, hampir seharian penuh bekerja untuk mengejar setoran yang telah ditetapkan oleh pemilik/ pengusaha angkutan tersebut.

Semakin bertambahnya jumlah angkutan umum dari hari ke hari, menandakan bahwa semakin banyak orang yang berkecimpung di usaha transportasi karena mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat angkutan umum semakin banyak dibutuhkan masyarakat untuk melakukan perjalanan. Dari tahun ke tahun orang yang mencari nafkah hidup dan berkecimpung di usaha transportasi, khususnya angkutan umum semakin banyak. Sementara angkutan umum resmi berplat kuning yang diizinkan dan diakui oleh Pemerintah, jumlahnya dibatasi memicu beroperasinya mobil pribadi berplat hitam yang yang sering disebut dengan angkutan taksi gelap.

Hal ini dapat mengakibatkan perebutan penumpang diantara angkutan resmi dengan angkutan taksi gelap. Angkutan umum resmi menganggap bahwa awak angkutan umum plat hitam telah menyerobot penumpang yang seharusnya menjadi haknya. Akhirnya menimbulkan rawan pertengkaran antara awak angkutan umum resmi dengan awak angkutan umum tidak resmi plat hitam, serta sama-sama berdalih mencari nafkah di bidang angkutan umum. Selain itu apabila terjadi penindakan terhadap angkutan umum tidak resmi plat hitam oleh aparat yang berwenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, awak dan

(11)

pemilik angkutan tersebut tidak mau langsung dipersalahkan. Para supir angkutan taksi gelap berusaha membenarkan usaha angkutan mereka dengan dalih faktor ekonomi yang tidak memungkinkan untuk mengurus ijin dan memberi uang damai agar mereka bisa beroperasi lagi.

b) Faktor banyaknya jumlah Pengguna jasa angkutan umum yang tidak dapat tertampung oleh angkutan umum resmi

Semakin bertambah banyaknya jumlah pengguna jasa angkutan umum ditambah mobilitas yang tinggi dari pengguna jasa itu sendiri dari tahun ke tahun menimbulkan permasalah baru di bidang angkutan umum. Hal ini mengingat jumlah angkutan resmi sendiri terbatas dalam kenyataannya untuk menampung keseluruhan jumlah pengguna jasa angkutan umum yang selalu bertambah. Akibatnya hal tersebut dapat mengakibatkan pengguna jasa angkutan umum yang tidak tertampung oleh armada angkutan umum resmi beralih ke armada angkutan umum taksi gelap untuk melayaninya.

Dalam hal ini pengguna jasa angkutan umum tersebut dihadapkan pada suatu dilema, mengingat angkutan tersebut tidak memberikan jaminan asuransi dan ganti kerugian apabila terjadi musibah yang timbul dari angkutan itu. pengguna jasa angkutan itu terpaksa harus menerima resiko apabila menggunakan jasa angkutan umum tidak resmi tersebut. Semakin banyak angkutan umum resmi yang beroperasi, semakin banyak juga angkutan umum resmi yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat antar awak angkutan resmi sendiri dalam mencari nafkah hidup. Akibatnya semakin sedikit peluang mendapatkan penumpang sebanyak-banyaknya bagi seseorang.

Mengingat jumlah angkutan umum resmi yang harus dibatasi, membuat pengguna jasa angkutan umum beralih dan terpaksa memanfaatkan angkutan mobil pribadi sebagai angkutan taksi gelap. Pengguna jasa angkutan umum terpaksa menanggung resiko yang terjadi terhadap musibah dan tindakan sewenang-wenang terhadap tindakan para supir angkutan taksi gelap tersebut menganai tarif dan tata cara pengangkutan penumpang. Dimana pengguana jasa angkutan tidak memperoleh jaminan asuransi dan ganti kerugian.

c) Faktor Administrasi Mengenai Izin Angkutan Umum

Izin bagi angkutan umum mutlak diperlukan. Suatu kendaraan bermotor (mobil) yang mendapatkan ijin tersebut keberadaannya menjadi sah dan diakui oleh Pemerintah sebagai angkutan umum resmi dengan memakai plat nomor kuning. Disamping mobil tersebut telah memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan sebagai angkutan umum menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menggantikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 35 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor

(12)

7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum. Izin tersebut meliputi ijin usaha angkutan, ijin trayek dan operasi.

Tetapi untuk memperoleh izin angkutan umum pemilik atau pengusaha yang memiliki mobil pribadi untuk dijadikan angkutan umum diharuskan mengurus administrasi sebelumnya. Diantaranya memenuhi persyaratan-persyaratan dalam izin usaha, trayek dan operasi, membayar sumbangan wajib dan dana asuransi Jasa Raharja serta pengutan-pungutan lainnya. Yang mana biaya pengurusannya jauh lebih besar daripada biaya pengurusan mobil pribadi. Ditambah pula biaya perawatan dan operasional angkutan umum resmi tiap tahun sangat besar disamping perpanjangan izin angkutan umum tiap tahunnya. Sehingga secara keseluruhan pemilik atau pengusaha angkutan angkutan umum menanggung biaya yang jauh lebih besar daripada biaya untuk mobil pribadi.

Karena itu banyak pengusaha angkutan taksi gelap tidak mau mengurus perizinan angkutan umum, karena mengoperasikan mobil pribadi sebagai angkutan umum sudah mengeluarkan banyak biaya tiap tahunnya. Sehingga para supir angkutan taksi gelap memilih untuk tidak mengurus izin karena hal-hal tersebut di atas, disamping menghidari prosedur perizinan yang menurut pengusaha angkutan taksi gelap dirasa berbelit-belit serta menyita waktu sehingga bagi para supir lebih baik menghindari hal tersebut.

d) Faktor tidak adanya jaminan asuransi jiwa kepada para penumpang apabila terjadi suatu kecelakaan.

Adakalanya pengangkutan dalam menjalankan kewajiban yaitu, menyelenggarakan jasa angkutan umum bagi pengguna jasa dengan selamat sampai di tempat tujuan tidak dapat terlaksana dengan baik. Dan dalam hal ini para penumpang dalam angkutan tidak disertai dengan asuransi jiwa bagi para penumpang apabila terjadi suatu kesalahan dalam pengangkutan yang mengakibatkan kecelakan. Hal tersebut dapat terjadi apabila dalam melakukan pengangkutan melakukan kesalahan dalam memberikan pelayanan bagi penumpang. Adanya tindakan pengangkutan yang tidak memperhatikan keselamatan dan kenyamanan bagi penumpang (dalam hal ini dilakukan oleh si pengemudi) pada saat mengemudikan angkutan taksi gelap tidak berhati-hati dan mengemudikan secara tidak wajar. Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan kewajiban pengangkut yang seharusnya dapat mengemudikan dan melaksanakan pengangkutan dengan baik.

Adanya tindakan pengangkutan taksi gelap yang sering terjadi adalah pemuatan penumpang melebihi kafasitas maksimum mobil angkutan. Dalam hal ini pengangkut tidak memperhatikan keselamatan dan kenyamanan bagi penumpang. Pengangkutan yang akibat kesalahannya mengakibatkan ketidaknyamanan dan lebih jauh lagi menimbulkan luka berat bahkan meninggal dunia dalam penyelenggaraan angkutan. Dalam Pasal 310 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh

(13)

pengemudi merupakan suatu kealpaan atau kelalaian sedangkan pada pasal 311 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh pengemudi merupakan suatu kesengajaan.

Adapun bunyi pasal 310 dan 311 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah :

Pasal 310 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

2. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

4. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 311 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1. Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).

3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud

(14)

dalam Pasal 229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah).

4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

5. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).

Pasal-pasal tersebut dapat dikenakan bagi pengangkut apabila dalam menyelenggarakan pengangkutan tidak memperhatkan cara mengemudi dengan benar dan karena tindakan tersebut mengakibatkan penumpang merasa tidak nyaman dan pelanggaran tersebut sering menyebabkan terjadinya kecelakaan.

b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menertibkan angkutan taksi gelap sehingga tidak merugikan angkutan taksi resmi lain di Bandara Sepinggan Balikpapan.

Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi untuk menertibkan angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan, pihak Dinas Perhubungan mengalami kendala-kendala antara lain seperti kurangnya informasi dan komuniskasi kepada masyarakat mengenai angkutan taksi gelap mengenai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menggantikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 35 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum.

a) Kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat.

Makin menjamurnya mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum yang beroperasi di jalan raya oleh pemilik angkutan tersebut, bisa jadi oleh karena kurang gencarnya sosialisasi Undang-Undang Lalu Lintas dan Aangkutan Jalan. Sosialisasi tersebut berupa komunikasi dan informasi mengenai ketentuan-ketentuan angkutan umum berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh pihak Dinas Perhubungan kepada pengusaha angkutan umum. Akibat kurang gencarnya sosialisasi tersebut maka banyak pemilik mobil pribadi yang menjalankan usaha angkutan taksi gelap sebagai angkutan umum. Para supir angkutan taksi gelap belum mengerti dan memahami mengenai ketentuan dan persyaratan angkutan umum resmi beserta tindak pidana

(15)

bagi yang melanggarnya menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Sehingga sopir angkutan taksi gelap bersikap masa bodoh tetap mengoperasikan angkutannya, karena dengan alasan belum mendengar sosialisasi Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai angkutan umum. Disamping itu bagi pemilik angkutan taksi gelap untuk mengurus perijinan angkutan umum resmi biayanya tergolong mahal. Menurut Bapak Rizal selaku supir angkutan resmi, untuk satu izin trayek angkutan taksi resmi di perusahaan taksi mawar saja bisa mencapai RP. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) ke atas untuk satu ijin trayek angkutan resmi.

Belum lagi untuk untuk pembayaran ijin trayek perangkutan, setiap pengangkutan penumpang di kenakan izin trayek Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) perpenumpang hingga sampai tujuan. Oleh karena itu, untuk pengeluaran pengoprasiaan supir taksi gelap saja sudah mengeluarkan biaya banyak dalam menjalankan usaha angkutannya. Supir taksi gelap juga merasa prosedur perijinan dan administrasi berbelit-belit atau tidak mengerti harus kemana para supir harus mengurusnya. Oleh karena itu perlu ada keharusan untuk Dinas Perhubungan untuk mensosialisasikan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai angkutan umum kepada pemilik angkutan taksi gelap sebagai angkutan umum untuk menghentikan kegiatannya. Disamping itu menyarankan untuk para supir angkutan taksi gelap mengurus perijinan angkutan umum yang sah menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada pihak Dinas Perhubungan kota Balikpapan.

Dalam sosialisasi Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai angkutan umum pihak Dinas Perhubungan dapat bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian untuk mensosialisasikan kepada pemilik angkutan taksi gelap bakan hanya sekedar menertibkan dengan melakukan razia. Dengan adanya sosialisasi Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang gencar dan terus menerus mengenai angkutan umum oleh aparat yang berwenang dibidang angkutan jalan kepada pemilik angkutan taksi gelap agar menjadi paham dan mengerti serta mematuhi dan melaksanakannya. Supir taksi gelap tidak bisa mencari alasan-alasan lagi mengenai pelanggaran angkutan tersebut, karena sudah dianggap paham dan mengerti mengenai ketentuan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai angkutan umum yang resmi beserta prosedur perijinannya.

b) Kemampuan Aparat Penegak Hukum Dalam Melaksanakan Tugas Untuk menanggulangi dan mencegah mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum, dibutuhkan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan. Aparat tersebut adalah pihak Kepolisian untuk menindak tegas pelanggaran tersebut karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tetapi

(16)

pelanggaran tersebut tetap berlangsung bahkan semakin banyak saja setiap tahun, seolah-olah pihak Kepolisian tidak berdaya untuk mengatasinya. Masih banyaknya pelanggaran tersebut ini merupakan bukti bahwa kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas masih kurang.

Keterbatasan jumlah personel yang berwenang dalam pengawasan dan penindakan terhadap angkutan taksi gelap menjadi kendala. Penegakan hukum yang tidak tegas dan tidak konsisten juga turut mengurangi kemampuan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan dalam melaksanakan tugas. Seperti razia operasi terhadap angkutan umum tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja oleh aparat. Dimana tidak semua angkutan taksi gelap yang beroperasi terjaring razia oleh aparat. Walaupun angkutan tersebut terjaring razia operasi, sebagian dari supir angkutan taksi gelap yang tertangkap sudah kembali beroperasi.

Seharusnya aparat yang berwenang lebih banyak membentuk pos pengawasan di setiap titik wilayah kota Balikpapan yang sering dilalui oleh angkutan umum taksi gelap khususnya di kawasan Bandara Sepinggan Balikpapan. Disamping itu aparat yang berwenang seharusnya menyebarkan intel dalam mengawasi dan menindak angkutan umum tersebut pada tiap-tiap jalur yang sering dilalui olehnya. Selain itu oknum aparat memberikan toleransi kepada angkutan tersebut dengan menarik pungutan-pungutan liar di tempat tertentu sehingga mengurangi kemampuan aparat yang berwenang dalam melaksanakan tugas penegakan hukum.

Pungutan liar termasuk perbuatan yang memperkaya diri sendiri tanpa hak atau tidak halal, yang dapat diklasifikasikan sebagai korupsi. Kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas menindak pelanggaran tersebut harus benar-benar dimaksimalkan dan ditingkatkan lagi. Dituntut lebih pintar, profesional, serta tangguh dalam melaksanakan tugasnya memberantas dan menertibkan angkutan taksi gelap di bandara Sepinggan Balikpapan.

c) Tidak diberlakukan secara tegas peraturan hukum mengenai Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Perundang-undangan adalah hukumnya sendiri dari semua peraturan yang seharusnya telah di berlakukan untuk menertibkan angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan. Dalam hal ini semua orang dilapangan yang meliputi kepolisian serta supir angkutan taksi gelap tahu bahwa peraturan yang ada dalam Undang-Undang tidak menyebutkan secara tegas bahwa angkutan taksi gelap tidak boleh mengangkut orang secara umum di kawasan Bandara Sepinggan Balikpapan. Dan hal tersebut tidak dapat dijadikan suatu alasan untuk menindak angkutan taksi gelap di Kota Balikpapan.

Karena angkutan taksi gelap itu sendiri tidak memiliki perizinan yang berkaitan dengan izin usaha angkutan umum yang dapat dikenakan tindak pidana sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Daerah Kota Balikpapan

(17)

Nomor 35 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum serta Pasal 101 Keputusan Menteri Perhubungan : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelengagaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan pasal 308 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Meskipun angkutan taksi gelap tidak memiliki izin baik itu izin usaha atau izin trayek tetapi mereka memungut bayaran layaknya angkutan umum. Ini tidak sesuai dengan dengan definisi kendaraan bermotor pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

Berdasarkan acuan Peraturan-Peraturan di atas hanya menyebutkan bahwa angkutan taksi gelap telah memungut bayaran yang dapat disamakan dengan angkutan umum resmi pada umumnya. Oleh karena itu angkutan taksi gelap dapat disebut dengan suatu pelanggaran yang dapat ditindak. Meskipun telah memiliki teori lengkap tentang teori pelanggarannya tetapi pelaksanaan untuk menertibkannya tidak mudah. Karena dasar hukum ini sendiri lemah apabila di terapkan dilapangan karena tidak ada pasal yang menyebutkan dengan pasti bahwa angkutan taksi gelap tidak boleh mengangkut orang secara umum. Di butuhkan suatu peraturan yang khusus untuk menertibkan angkutan taksi gelap agar tidak merugikan angkutan taksi resmi lain di Bandara Sepinggan Balikpapan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan akhir yaitu Upaya Hukum yang telah dilakukan oleh PT. Angkasa Pura 1 dalam mencegah angkutan taksi gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan adalah dengan melakukan razia yang dilakukan oleh kepolisian kawasan bandara sepinggan. Upaya hukum yang dilakukan PT. Angkasa Pura selaku penanggung jawab Bandara Sepinggan Balikpapan yaitu dengan memberikan peraturan resmi untuk angkutan taksi gelap secara terbuka yaitu dengan membuat pemberitahuan tertulis yang berlandaskan pada pasal 153 ayat (1) dan pasal 304 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan bahwa mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu (taksi gelap) dipidana dengan kurungan 1 (satu) bulan atau denda Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Adapun kendala-kendala yang hadapi dalam menertibkan angkutan taksi gelap yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi angkutan taksi gelap banyak digunakan sebagai angkutan tetapi juga dilarang karena tidak adanya asuransi jiwa yaitu meliputi faktor ekonomi, banyaknya jumlah penumpang yang tidak dapat tertampung oleh angkutan taksi resmi, faktor administrasi dan tidak adanyanya asuransi jiwa kepada penumpang. Sehingga memunculkan kendala-kendala seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat,kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan tidak diberlakukan secara tegas peraturan

(18)

hukum terkait angkutan taksi gelap. Dari kendala-kendala tersebut sehingga penertiban angkutan taksi gelap kurang efisien sehingga memunculkan semakin banyaknya angkutan taksi gelap.

Adapun saran untuk menertibkan dan mencegah angkutan taksi gelap agar Pemilik angkutan taksi gelap hendaknya segera menghentikan dan menyadari pengoperasian angkutan taksi gelap tersebut bisa berdampak merugikan masyarakat dan negara khusunya angkutan taksi resmi lain yang mencari nafkah di bandara Sepingga Balikpapan. Seharusnya Di butuhkan suatu peraturan yang khusus tidak hanya berpedoman pada Peraturan Perundang-Undangan terkait pasal 153 ayat (1) dan pasal 304 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk menertibkan angkutan taksi gelap, tetapi adanya suatu peraturan yang betul-betul mengatur tentang larangan mengenai adanya angkutan taksi gelap agar tidak merugikan angkutan taksi resmi lain di Bandara Sepinggan Balikpapan. Dan Seharusnya Dinas Perhubungan lebih menertibkan serta mempermudah sistem perizinan menyangkut angkutan umum karena menurut supir angkutan resmi merasa beratnya biaya untuk memperoleh izin angkutan umum.

DAFTAR PUSTAKA A. Literatur

Atmosudirdjo, Prajudi. 1983, Hukum Administrasi Negara, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Djatmiko, R. 1996, Pengetahuan Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Angkasa, Bandung.

J.B.J.M. Ten Berger dan Mr. N.M. Spelt, disunting Dr. Philipus M. Hadjon, S.H., 1993, Pengantar Hukum Perizinan, Penerbit Yuridika, Surabaya. Kamaluddin, Rustika. 1987, Ekonomi Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

________, 2003, Ekonomi Transportasi Karakteristik,Teori, dan Kebijakan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Moh. Saleh Djinang dan Van Der Pot dalam Untrecht, 1985, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Penerbit dan Balai buku ichtiar, Jakarta.

Muhammad, Abdul Kadir. 1991, Hukum Pengangkutan Darat , Laut, dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung.

________, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit Citra Aditya Bhakti: Bandung.

________, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Penerbit Citra Aditya Bhakti: Bandung.

Miro, Fidel. 2005, Perencanaan Transportasi Untuk Mahasiswa, Perencanaan dan Praktisi, Erlangga, Jakarta.

Marzuki, Peter Mahmud. 2010, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Pandji Anoraga, 2000, Manajemen Bisnis, Pt. Rineka Cipta, Jakarta.

Purwosutjipto, H.M.N. 2003, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (Hukum Pengangkutan), Djambatan, Jakarta.

Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan (Edisi Revisi), Ghalia Indonesia, Jakarta Timur.

(19)

Soekanto, Soejono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

________, 2005. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia. Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri,

Ghalia Indonesia: Jakarta.

Soejono & Abdurrahman, 1999, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.

Soeroso, R. 2004, Pengantar Ilmu Hukum. Cetakan keenam, Sinar Grafika Offset, Jakarta.

Tjakranegara, Soegijatna , 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta.

Warpani, Suwardjoko. 1990, Merencanakan System Perangkutan, ITB, Bandung.

Zainuddin Ali, 2006, Sosiologi Hukum, Pt. Sinar Grafika, Jakarta. B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum

Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 35 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Angkutan Umum

C. Artikel jurnal, Artikel Koran, Internet, dan lain-lain Artikel berjudul “Analisis Tentang Tujuan Hukum”,

http://www.blogster.com/stainmanado/analisis-tentang-tujuan,

diakses tanggal 25 september 2012. Pukul 12.22 Artikel berjudul “Teori Pengawasan”,

http://rindyriantika.blogspot.com/2011/02/tujuan-hukum.html,

diakses 25 september 2012. Pukul 12.31 Artikel berjudul “Teori Pengawasan”,

http://www.negarahukum.com/hukum/teori-pengawasan.html,

Diakses 25 september 2012 Pukul 12.33 Artikel Berjudul “Pengertian dan Tujuan Hukum”,

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/aspek_hukum_dalam

_bisnis bab1-pengertian_dan_tujuan_hukum.pdf,

Diakses 25 september 2012 Pukul 12.42 Artikel Berjudul “ Pengertian Pengangkutan”

http://mrhattasatria.blogspot.com/2011/07/hukum-pengangkutan-darat-melalui-kereta.html

Di akses tanggal 25 september 2012 Pukul 13.62 Artikel Berjudul “Hukum Pengangkutan”

(20)

http://folorensus.blogspot.com/2008/07/hukum-tentang-perjanjian-pengangkutan.html

Di akses tanggal 25 September 2012 Pukul 13 .40 Artikel Berjudul “Kasus Mobil Pribadi Sebagai Angkutan Umum”

http://www.poskotakaltim.com/berita/read/7216-tak-serius-tangani-taxi-gelap-sebaiknya-dilegalkan.html.

Referensi

Dokumen terkait

Guru sebagai subjek pendidikan di sekolah menjadi orang yang berwenang dan yang paling bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik di madrasah

bahan baku mebel yang terdiri dari rotan washed and sulphurized (WS), rotan bulat pendek, rotan kikis buku, rotan polis, rotan bulat kupasan, rotan belahan hati, kulit rotan,

Setelah mempelajari matakuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang cemaran mikrobiologi pada obat, makanan, kosmetika dan lingkungan, media

Kurangnya literasi keuangan dalam pengembangan pada UMKM diKota Medan dan strategi pengembangan UMKM dengan implementasi fintech dengan matrik tumbuh dengan integrasi

(v) Menjaga lingkungan sekitar (jalan setapak, jalan) bebas dari kotoran untuk meminimalkan debu (w) Tidak akan ada pembakaran terbuka konstruksi / bahan limbah di lokasi. (x)

Tujuan pengembangan produk unggulan daerah melalui gerakan OVOP adalah mengembangkan produk unggulan daerah yang memiliki potensi pemasaran lokal maupun

Tujuan penelt ian ini adalah 1) Unt uk menget ahui pr ofesionalisme audit or dan et ika pr ofesi secar a par sial ber pengar uh t er hadap t ingkat per t imbangan mat

Insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat diambil. Apabila alat yang diperlukan