• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intervensi Minuman Jelly Cincau terhadap Kadar Malondialdehid dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Intervensi Minuman Jelly Cincau terhadap Kadar Malondialdehid dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERVENSI MINUMAN

JELLY

CINCAU TERHADAP

KADAR MALONDIALDEHID DAN

C-REACTIVE PROTEIN

(CRP)

PADA PRIA PEROKOK DEWASA

INDAH PURNAMASARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Intervensi Minuman Jelly Cincau terhadap Kadar Malondialdehid dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

INDAH PURNAMASARI. Pengaruh Intervensi Minuman Jelly Cincau terhadap Kadar Malondialdehid dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON.

Kebiasaan merokok dapat menurunkan status kesehatan, diantaranya ditandai dengan meningkatnya kadar MDA dan CRP tubuh. Pangan fungsional yang mengandung antioksidan seperti jelly cincau merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan kadar MDA dan CRP. Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis pengaruh intervensi jelly cincau terhadap kadar MDA dan hs-CRP pada pria perokok dewasa. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan pre-post test control. Subjek dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri atas 1) Kontrol (K) yang tidak diberikan pangan intervensi apapun; 2) P1 yang diberikan pangan intervensi selama 14 hari; 3) P2 yang diberikan pangan intervensi selama 21 hari; 4) P3 yang diberikan pangan intervensi selama 28 hari. Subjek diminta untuk mengonsumsi jelly cincau 200 gram per hari. Sebelum intervensi, seluruh subjek memiliki kadar MDA diatas normal dan kadar hs-CRP yang normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar MDA subjek pada kelompok perlakuan menurun secara nyata (p<0.05) setelah dilakukan intervensi. Penurunan tertinggi terjadi pada P3 (49,82 %). Hasil uji ANOVA terhadap kadar hs-CRP subjek antar kelompok menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap kadar hs-crp subjek antar kelompok.

Kata kunci: hs-CRP, jelly cincau, MDA, merokok

ABSTRACT

INDAH PURNAMASARI. Effect of Grass Jelly Drinks Intervention on Malondialdehyde and C-Reactive Protein (CRP) of Adult Male Smokers. Supervised by LEILY AMALIA FURKON.

Smoking habit can increase MDA and CRP level. Functional food containing antioxidants such as grass jelly is one of alternatives to decrease MDA and CRP levels. The general objective of this study was to analyze the effect of intervention of grass jelly on MDA and hs-CRP levels of adult male smokers. The design of this study was quasi experiment with pre-post test control. The subjects were devided into four groups, consisted of 1) Control (K); that was not given any food intervention; 2) P1 that was given food intervention for 14 days; 3) P2 that was given food intervention for 21 days; 4) P3 that was given food intervention for 28 days. Subjects were requested to consume grass jelly drink 200 grams per day. All subjects had high level of MDA pre-intervention and normal level of hs-CRP. The results of this study shows that MDA levels of post-intervention subjects in the treatment group decreased significantly (P<0.05). The highest decrease was occured on P3 (49.82%). The results of the ANOVA shows that there was no significant difference in the level of hs-CRP among groups of the subjects.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

PENGARUH INTERVENSI MINUMAN

JELLY

CINCAU TERHADAP

KADAR MALONDIALDEHID DAN

C-REACTIVE PROTEIN

(CRP)

PADA PRIA PEROKOK DEWASA

INDAH PURNAMASARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Intervensi Minuman Jelly Cincau terhadap Kadar Malondialdehid dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa

Nama : Indah Purnamasari NIM : I14100028

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon, STP, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juni 2014 ini ialah Malondialdehid dan C-Reactive Protein dengan judul Pengaruh Intervensi Minuman Jelly Cincau terhadap Kadar Malondialdehid dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa. Terima kasih penulis ucapkan kepada

1. Ibu Leily Amalia Furkon, STP, MSi selaku pembimbing skripsi dan pembimbing Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan.

2. Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan bantuan dana dalam penelitian ini melalui kegiatan PKM.

3. Ibu dr Karina Rahmadia Ekawidyani, S Ked, MSc selaku tenaga medis yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk proses pengambilan darah serta selaku penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi. 4. Ibu Reisi Nurdiani, MSi selaku dosen pemandu seminar atas masukannya

untuk perbaikan draft skripsi.

5. Ibu Susi selaku tenaga medis yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk proses pengambilan darah.

6. Bapak Mashudi, Ibu Titi, Ibu Rizky, dan mba Ine selaku laboran dan teknisi yang telah banyak memberi saran dan bantuan dalam penelitian ini.

7. Bapak Suwandi dan Ibu Nur Asih selaku orangtua tersayang serta Ahmad Adi Gunawan selaku adik yang telah memberikan dukungan moral, materi, motivasi, dan doanya.

8. Para Responden penelitian, tim PKMP (Nur Khoiriyah dan Maryam Nabila), Pembahas seminar (Engkun, Dhani, Elok, dan Ichi), Rizki Prawira Suparto, sahabat di kosan Aisyah (Sulis, Wanda, Yaya, Mega, Upi, Desty, Astri, Tri, Umi, Olip), Sahabat dekat (Dedew, Yenny, Evi, Wahyu, Ichi), serta teman-teman GM 47 atas bantuan pikiran, tenaga, doa, dan motivasinya.

Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 3

Bahan 3

Alat 3

Tahapan Penelitian 3

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Rancangan Percobaan 7

Pengolahan dan Analisis Data 7

DEFINISI OPERASIONAL 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Karakteristik Subjek penelitian 9

Konsumsi Pangan Antioksidan 10

Kepatuhan Konsumsi Pangan Intervensi 11

Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi 11

Kadar Malondialdehid 14

Kadar hs-CRP 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel dan Jenis Data 6

2 Sebaran subjek menurut pekerjaan dan usia antar kelompok 9 3 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan antioksidan subjek antar kelompok 11 4 Tingkat kepatuhan konsumsi pangan intervensi subjek 11 5 Asupan zat gizi subjek (tanpa intervensi) antar kelompok 12 6 Tingkat kecukupan gizi subjek (tanpa intervensi) antara kelompok 13

DAFTAR GAMBAR

1 Rata-rata kadar malondialdehid subjek antara kelompok 15

2 Rata-rata kadar hs-crp subjek antar kelompok 16

3 Prosedur pembuatan jelly cincau 28

4 Prosedur Analisis MDA 28

5 Prosedur analisis CRP 29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner data subjek 20

2 Informed consent 22

3 Kuesioner food recall 1 x 24 jam 26

4 Food frequency questionaire 27

5 Prosedur pembuatan jelly cincau 28

6 Prosedur analisis MDA plasma 28

7 Prosedur Analisis hs-CRP 29

8 Form kepatuhan mengonsumsi pangan intervensi 29

9 Hasil Uji ANOVA karakteristik subjek 30

10 Hasil uji statistik MDA dan CRP 30

11 Hasil uji ANOVA konsumsi pangan antioksidan 31

12 Hasil uji ANOVA tingkat kepatuhan konsumsi pangan intervensi 32 13 Hasil uji ANOVA konsumsi zat gizi subjek antara kelompok 33 14 Hasil uji ANOVA Tingkat Kecukupan zat gizi subjek antara kelompok 33

15 Standar MDA 34

16 Kadar MDA plasma subjek pre- dan post-intervensi 34 17 Kadar hs-CRP subjek pre-dan post-intervensi 35

18 Sertifikat ethical clearance 36

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu faktor risiko penting terhadap kejadian penyakit jantung koroner disamping hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus, dan obesitas. Menurut Supriyono (2008), orang berusia kurang dari 45 tahun dan terbiasa merokok memiliki risiko 2.83 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan yang tidak merokok. Selain itu, menurut Winarsi (2007), asap rokok merupakan salah satu faktor eksogen penyebab terbentuknya radikal bebas di dalam tubuh.

Radikal bebas adalah senyawa oksigen reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan dan mencari pasangannya dengan mengikat molekul elektron yang ada di sekitarnya. Dalam kapasitas normal, radikal bebas masih bisa ditoleransi dalam tubuh, namun jika berlebihan akan menyerang dan merusak sel tubuh bahkan dapat mengacaukan susunan DNA yang berfungsi sebagai pengendali kehidupan sel tubuh (Lingga L 2012).

Paparan radikal bebas yang mengenai pembuluh darah akan merusak pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung koroner (Lingga L 2012). Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas enzim antioksidan dan tingginya kadar malondialdehid (MDA) dalam plasma (Zakaria et al. 2000). Adapun penanda risiko penyakit jantung koroner dapat dideteksi oleh tingginya kadar high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP). Hs-CRP seringkali digunakan sebagai penanda dalam upaya pencegahan primer penyakit jantung pada masa mendatang (Blake GJ dan Ridker PM 2003). C-Reactive Protein (CRP) merupakan salah satu protein yang dapat digunakan sebagai penanda untuk mendeteksi infeksi dan autoimun yang terjadi dalam tubuh. Semakin tinggi kadar CRP di dalam tubuh maka semakin tinggi status infeksi seseorang (Ridker PM 2003).

Malondialdehid (MDA) adalah senyawa aldehid yang merupakan produk akhir peroksida lipid di dalam tubuh (Pryor et al. 2007 dalam Winarsi 2007). Menurut Conti et al. (1991), MDA merupakan produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas. MDA juga merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas. Konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel. Semakin tinggi kadar MDA menunjukkan semakin tinggi stres oksidatif yang terjadi dalam sel-sel tubuh (Valko 2006). Tingginya status antioksidan umumnya diikuti dengan rendahnya kadar MDA (Zakaria et al. 2003 dalam Winarsi 2007).

(16)

2

Penelitian Ananta (2000) menunjukkan bahwa cincau mengandung zat antikanker dan dapat menurunkan jumlah radikal bebas. Penelitian Makaryani (2014) menunjukkan bahwa intervensi minuman cincau yang ditemukan di pasaran, yaitu cincau dengan penambahan gula dan santan selama 21 hari terbukti dapat menurunkan kadar MDA lebih kuat daripada intervensi teh, pepaya, dan tomat.

Pengolahan cincau masih terbatas pada produk berbentuk minuman yang sifatnya tidak awet. Dalam penelitian ini diujicobakan pengolahan cincau dalam bentuk jelly cincau dengan harapan dapat memberikan manfaat yang lebih besar karena memiliki daya simpan yang lebih lama. Jelly cincau yang digunakan dalam penelitian ini bebas kalori karena menggunakan pemanis nol kalori, bebas lemak, praktis, dan higenis.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka muncul pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimana pengaruh minuman jelly cincau terhadap kadar MDA dan kadar hs-CRP setelah diintervensikan kepada subjek perokok dewasa?”.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis pengaruh intervensi minuman jelly cincau terhadap kadar MDA dan hs-CRP pada subjek pria perokok dewasa.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik subjek penelitian.

2. Menganalisis konsumsi pangan sehari dan konsumsi pangan sumber antioksidan subjek.

3. Menganalisis pengaruh intervensi minuman jelly cincau terhadap kadar Malondialdehid(MDA) subjek.

4. Menganalisis pengaruh intervensi minuman jelly cincau terhadap kadar high SensitivityC-Reactive Protein (hs-CRP) subjek.

Manfaat Penelitian

(17)

3

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimental dengan pretest - posttest with control design. Pemberian pangan intervensi dilakukan di sekitar lingkungan Institut Pertanian Bogor. Analisis kadar MDA plasma dilakukan oleh peneliti di Laboratorium Biokimia Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor sedangkan analisis kadar hs-CRP dilakukan oleh analis di Laboratorium Klinik Cito, Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014. Penelitian ini merupakan penelitian payung dan bagian dari penelitian kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-P) yang berjudul Potensi Jelly Cincau dalam Memperbaiki Profil Malondialdehid (MDA), Profil Lipid, dan C-Reactive Protein (CRP) Darah pada Perokok Pria Dewasa.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan produk intervensi jelly cincau adalah daun cincau, air, sukralosa, garam, karagenan, perisa melon, dan kalium sitrat. Sampel yang digunakan untuk analisis MDA adalah plasma darah sedangkan untuk analisis hs-CRP adalah serum darah. Darah diambil saat pre-intervensi dan post-intervensi. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis MDA adalah larutan asam trikloroasetat (TCA) 20%, larutan asam tiobarbiturat (TBA) 0.67%, larutan standar tetraetoksipropan (TEP), HCl 1 N dan air bebas ion. Bahan yang digunakan untuk analisis hs-CRP antara lain antibodi monoclonal anti-CRP.

Alat

Alat yang digunakan untuk pengambilan darah adalah spuit, jarum suntik ukuran G22, plester, alcohol swab, tabung plain 5 ml, dan tabung EDTA 5 ml. Alat yang digunakan untuk analisis MDA adalah tabung reaksi ukuran 5 ml, labu ukur, gelas piala, pipet mikro, sentrifugasi, vorteks, penangas air, dan spektrofotometer. Alat yang digunakan untuk analisis kadar hs-CRP adalah pipet volumetrik 2 l sampai 1000 l, COBAS INTEGRA 400 PLUS.

Tahapan Penelitian

1. Pembuatan Produk intervensi

a. Persiapan alat dan bahan pembuatan jelly cincau

(18)

4

b. Pembuatan jelly cincau

Pembuatan jelly cincau berdasarkan formulasi terpilih dari hasil organoleptik yang dilakukan kepada 38 panelis. Prosedur pembuatan jelly cincau terdapat pada lampiran 5. Jelly cincau yang digunakan dalam penelitian ini mengandung air 98.54%, protein 0.13%, lemak 0.10%, karbohidrat 0.95%, serat 2%. Dengan demikian, jelly cincau ini dapat dikatakan rendah kalori dan bebas lemak. Jelly cincau ini mengandung total fenol 78.33 mg GAE/100 gram. 2. Persiapan sebelum intervensi

a. Pengajuan Ethical Clearance (EC)

Ethical Clearance diajukan kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian ini telah direview oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang dengan No. 105/EC/FKM/2014 (Lampiran 18).

b. Pembuatan Informed consent

Pembuatan surat persetujuan dan kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Intervensi Minuman Jelly Cincau terhadap Kadar Malondialdehid dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa” (Lampiran 2). Pada saat pengisian informed consent, kepada subjek disampaikan bahwa saat intervensi subjek tidak perlu mengubah kebiasaan merokok.

3. Pengambilan darah pre-intervensi dan post-intervensi

Pengambilan darah pre-intervensi dilakukan sehari sebelum intervensi. Pengambilan darah post-intervensi dilakukan hari ke-14, 21, dan 28 setelah intervensi (tergantung pada masing-masing kelompok). Pengambilan darah subjek dilakukan oleh tenaga medis yang diminta secara khusus. Darah diambil sebanyak 7 cc dari pembuluh darah intravena subkutan tangan subjek menggunakan spuit ukuran 10 cc dengan menggunakan jarum G 22. Darah dimasukkan ke dalam tabung EDTA untuk sampel analisis MDA dan tabung plain untuk sampel analisis hs-CRP. Darah disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Cairan plasma darah yang telah terpisah dari bagian padat darah segera dipindahkan ke tabung vial kosong untuk analisis MDA sedangkan cairan serum digunakan untuk analisis hs-CRP.

4. Intervensi jelly cincau

Pemberian pangan intervensi dilakukan dua hingga tiga hari sekali, tetapi subjek diminta untuk mengonsumsi jelly cincau setiap hari sebanyak 200 gram berdasarkan penelitian Makaryani (2014). Pangan intervensi diberikan kepada subjek di kantin Gizi dan di sekitar kampus IPB.

5. Monitoring kepatuhan

Monitoring kepatuhan dilakukan oleh peneliti dengan mengawasi kepatuhan subjek terhadap intervensi menggunakan form kepatuhan. Kepatuhan subjek yang dimonitor adalah jumlah jelly cincau yang dikonsumsi subjek dan jumlah hari mengonsumsi cincau. Form kepatuhan terdapat pada Lampiran 8. 6. Pengambilan data konsumsi pangan

(19)

5 selama satu bulan sebelum intervensi dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ) (Lampiran 4). 7. Analisis MDA plasma

Pengukuran peroksida lipid dilakukan melalui deteksi aldehida (MDA) yang didasarkan pada deteksi produk akhir peroksida lipid atau degradasi lipid. Metode ini menggunakan pengukuran peroksida lipid dengan TBA yang dibaca pada = 533 nm. Pengujian ini dilakukan oleh peneliti di Laboratorium Biokimia Departemen Gizi Masyarakat IPB. Prosedur analisis MDA berdasarkan Jamil (2010) dalam Faigayanti (2012) terdapat pada Lampiran 6.

8. Analisis hs-CRP

Uji CRP menggunakan uji paling spesifik yaitu high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) (Lampiran 7). Pengujian ini dilakukan oleh analis di Laboratorium klinik Cito, Bogor. Pengujian hs-CRP menggunakan metode Immunoturbidimetric Assay menggunakan alat INTEGRA 400 PLUS (COBAS).

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Perlakuan pada penelitian ini merupakan variasi lama pemberian jelly cincau. Subjek dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu kontrol (K), intervensi 14 hari (P1), intervensi 21 hari (P2), dan intervensi 28 hari (P3). Penentuan jumlah ulangan yang digunakan untuk mengukur peubah respon dilakukan melalui pendekatan dengan menggunakan rumus berikut ini (Lameshow et al. 1997):

� = Z + Zδ² 22�²

Ho μ = o H₁μ = o + δ Power test = 95%

Keterangan: n = jumlah ulangan

Z = 1.96 ( = 5%

Z = 1.32 ( = 5% , power of test

�² = ragam kadar MDA plasma adalah 0.252 (berdasarkan Makaryani 2014)

(20)

6

saat setelah intervensi. Sehingga total subjek dalam penelitian ini berjumlah 12 orang. Teknik pemilihan subjek dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Pria.

2. Berusia 19-35 tahun.

3. Memiliki IMT normal, yaitu 18.5 – 23 kg/m². 4. Terbiasa merokok minimal 1 tahun.

5. Bersedia mengonsumsi jelly cincau.

6. Sehat dan tidak sedang menjalani pengobatan dari dokter.

7. Bersedia mengisi informed concent dan berpartisipasi dalam penelitian. Pemilihan perokok sebagai subjek penelitian karena menurut Lingga L (2012), perokok memiliki kadar glutation peroksidase (antioksidan alami dalam bentuk enzim) yang relatif rendah. Perokok juga cenderung memiliki kadar CRP yang tinggi dibandingkan dengan bukan perokok (Ridker PM 2003). Umumnya pria lebih banyak dan lebih lama menghisap rokok dibandingkan dengan wanita (Cadwell 2001). Global Health Profesional Survey (GHPS) menyatakan bahwa prevalensi pria perokok jauh lebih besar 21% dibandingkan dengan wanita 2.3% dari studi yang dilakukan pada manusia, sehingga salah satu kriteria inklusi pemilihan subjek adalah kelompok pria.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, meliputi data karakteristik subjek (pekerjaan, usia, lama merokok, dan banyak merokok sehari), konsumsi pangan sehari, konsumsi pangan sumber antioksidan, konsumsi pangan intervensi, kadar MDA, dan kadar hs-CRP. Data karakteriksik subjek dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Data konsumsi pangan sehari, konsumsi pangan sumber antioksidan, dan konsumsi pangan intervensi subjek dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara kepada subjek. Variabel yang diteliti dan jenis data disajikan dalam Tabel 1. Jenis pangan sumber antioksidan mengacu pada penelitian Carlsen et al. (2010) yang dikelompokkan menjadi pangan kaya antioksidan dan makanan yang mengandung antioksidan sedang. Pangan kaya antioksidan dikelompokkan menjadi golongan sayur-sayuran, buah-buahan, serta minuman dan lainnya. Pangan yang mengandung antioksidan sedang antara lain golongan pangan hewani.

Tabel 1 Variabel dan Jenis Data

No. Variabel Data Jenis data

Cara Pengumpulan

1. Karakteristik subjek - Usia

- Lama merokok

- banyak merokok sehari

Primer Wawancara menggunakan kuesioner 2. Pola konsumsi pangan - Jenis dan jumlah konsumsi

(21)

7

6. Kadar CRP serum - Kadar CRP sebelum intervensi - Kadar CRP setelah intervensi

Primer Uji laboratorium

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan Yij = + τi + ɛij dimana:

Yij = hasil pengamatan perlakuan ke-i (dari intervensi jelly cincau selama 14, 21 dan 28 hari).

= rerata umum.

τi = penyimpangan hasil dari nilai yang disebabkan oleh pengaruh perlakuan ke-i (dari intervensi jelly cincau selama 14, 21, dan 28 hari).

ɛij = pengaruh acak yang masuk ke dalam percobaan.

Pengolahan dan Analisis Data

Tipe perokok dan lama merokok. Penggolongan tipe perokok menurut Smet (1994) dalam Komalasari (2000) dibagi menjadi tiga berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap sehari. Perokok ringan menghisap 1-4 batang rokok sehari, perokok sedang menghisap 5-14 batang rokok sehari, dan perokok berat menghisap lebih dari 15 batang sehari. Lama menghisap rokok diklasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun (Bustan 2000).

Konsumsi pangan. Data konsumsi pangan sehari diperoleh dari metode food recall 1 x 24 jam sebanyak 3 kali. Makanan dan minuman yang dikonsumsi subjek dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) dikonversi ke dalam satuan gram. Zat gizi yang dihitung dalam penelitian ini adalah energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Informasi nilai zat gizi diketahui berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Kebutuhan zat gizi dibandingkan dengan Angka Kecukupan Zat Gizi (AKG) 2013 menggunakan konversi berat badan aktual dengan berat badan standar untuk menentukan kebutuhan zat gizi makro (energi dan protein). Kebutuhan zat gizi mikro ditentukan berdasarkan AKG sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Berikut rumus perhitungan tingkat kecukupan zat gizi.

TKG = (K/AKGi) x 100% Keterangan :

TKG : Tingkat kecukupan zat gizi K : Konsumsi zat gizi

AKGi : Angka kecukupan zat gizi subjek

(22)

8

Gibson (2005) tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang <77% dan cukup ≥77%.

Konsumsi pangan sumber antioksidan. Data konsumsi pangan sumber antioksidan dikumpulkan dengan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data frekuensi konsumsi pangan sumber antioksidan subjek setiap kelompok bahan pangan dikonversi ke dalam satuan kali/minggu.

Data MDA. Data kadar MDA plasma sampel diukur sebelum dan setelah intervensi kemudian dihitung perubahan kadar MDA plasma yaitu selisih antara kadar MDA sebelum dan setelah intervensi. Penetapan MDA dengan metode uji asam tiobarbiturat (TBA) diukur dengan spektrofotometer panjang gelombang 533 nm. Menurut Castell dan Gmez-Lechn (2001) Dua molekul TBA bereaksi dengan satu molekul MDA untuk menghasilkan kromofor yang menyerap pada panjang gelombang ( ) 532-535 nm. Hasil absorbansi dihitung menggunakan rumus kadar MDA dengan membandingkan absorbansi dengan kurva standar tetraetoksipropan, menggunakan persamaan Y = aX + b.

kadar MDA= Absorbansi-ba Volume sampel

Penggolongan kadar MDA berdasarkan Wasowicz et al. (1993) yang menyatakan bahwa kadar malondialdehid orang dewasa sehat sebesar 1.01 mol/L.

Data hs-CRP. Penggolongan kadar hs-CRP menurut Pearson et al. (2003) dibagi menjadi tiga yang dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskuler yaitu: <1 mg/L tergolong normal dan risiko ringan terkena penyakit jantung koroner di masa mnedatang, 1-3 mg/L risiko sedang terkena penyakit jantung koroner di masa mendatang, dan >3 mg/L risiko tinggi terkena penyakit jantung koroner di masa mendatang.

Analisis Data. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan statistik inferensia. Analisis deskriptif dilakukan pada data karakteristik subjek (pekerjaan subjek). Analisis statistik inferensia dilakukan pada data karakteristik subjek (usia, banyak merokok sehari, dan lama merokok), kebiasaan konsumsi pangan sumber antioksidan, konsumsi pangan sehari, tingkat kepatuhan subjek, asupan dan tingkat kecukupan gizi subjek selama intervensi, kadar MDA, serta hs-CRP darah subjek. Analisis statistik inferensia menggunakan beberapa uji antara lain uji Paired-Samples T Test, One-Way Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan bila terdapat perbedaan nyata di antar kelompok intervensi berdasarkan uji ANOVA. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.

DEFINISI OPERASIONAL

Subjek adalah civitas akademik IPB berusia ≥1λ tahun yang merupakan tenaga kependidikan ataupun mahasiswa IPB yang telah terbiasa merokok minimal sejak satu tahun lalu.

(23)

9

Stres oksidatif adalah keadaan dimana kadar radikal bebas dalam tubuh yang meningkat melebihi kemampuan dari jumlah sistem antioksidan dalam tubuh untuk mengatasinya.

Kadar malondialdehid (MDA) merupakan salah satu parameter stres oksidatif dalam tubuh yang diukur dalam satuan μmol/L menggunakan pengukuran peroksida lipid dengan TBA.

Kadar hs- CRP adalah pendeteksi risiko penyakit jantung di masa mendatang yang diukur dalam satuan mg/L menggunakan imunoturbidimetri.

Peroksida lipid adalah molekul yang terbentuk akibat rusaknya asam lemak tidak jenuh ganda yang teroksidasi oleh radikal bebas yang terutama terjadi pada membran sel.

Asupan makanan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi dan diukur dengan metode food recall 1 X 24 jam sebanyak tiga kali, yaitu saat sehari sebelum intervensi, hari ke-7, dan hari ke-14 intervensi.

Pangan sumber antioksidan adalah semua pangan maupun olahannya yang mengandung antioksidan.

Intervensi adalah pemberian jelly cincau sebanyak 200 gram dengan durasi sesuai dengan kelompoknya masing-masing, yaitu 14 hari, 21 hari, dan 28 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek penelitian

Sebagian besar subjek penelitian (75%) merupakan mahasiswa IPB dan sisanya merupakan tenaga kependidikan IPB. Mahasiswa IPB yang terlibat dalam penelitian ini berasal dari beberapa jurusan yang berbeda di IPB. Sebagian besar usia subjek (41.6%) berusia 19 tahun dengan rata-rata usia subjek 21±3.3 tahun. Menurut Greca et al. 1992, usia dewasa awal berada pada rentang usia antar 19-35 tahun. Usia subjek tergolong ke dalam kelompok dewasa awal (eldery adulthood). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada usia antar kelompok (p>0.05). Data karakteristik subjek terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran subjek menurut pekerjaan dan usia antar kelompok

(24)

10

Rata-rata banyaknya rokok yang dihisap subjek sehari adalah 11.8±4.4 batang sehari. Menurut Smet (1994) dalam Komalasari (2000), orang yang merokok 5-14 batang sehari tergolong dalam perokok sedang. Sebagian besar subjek (91.7%) tergolong dalam perokok sedang. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada banyaknya rokok yang dihisap subjek sehari antar kelompok (p>0.05).

Rata-rata lama merokok subjek adalah 6.1±2.1 tahun. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada lama merokok antar kelompok (p>0.05). Hasil uji ANOVA karakteristik subjek terdapat pada lampiran 9. Semakin muda usia merokok maka akan semakin besar pengaruhnya. Dampak rokok akan terasa 10-20 tahun setelah merokok yang terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadi serangan jantung, impotensi, dan gangguan kesuburan (Mangku 1997). Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, diketahui bahwa selama intervensi subjek tidak mengubah kebiasaan merokoknya. Kebiasaan merokok subjek tetap sama antara sebelum dan saat intervensi.

Konsumsi Pangan Antioksidan

Kelompok pangan sumber antioksidan yang paling sering dikonsumsi subjek pada masing-masing kelompok adalah kelompok minuman dan lainnya. Adapun kelompok pangan yang paling jarang dikonsumsi pada masing-masing kelompok subjek adalah sayuran. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber antioksidan subjek antar kelompok dapat dilihat pada Lampiran 11.

(25)

11 pada kelompok P2 yaitu 7.64 kali/minggu. Jenis pangan hewani yang dikonsumsi dengan frekuensi tertinggi adalah telur dan daging ayam..

Tabel 3 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan antioksidan subjek antar kelompok

Kelompok Rata-rata frekuensi (kali/minggu)

K P1 P2 P3 Total

Buah-buahan 3.19±3.68 5.91±3.30 7.87±6.63 1.67±2.88 4.66±4.49 Sayur-sayuran 1.07±0.88 0.66±1.15 5.49±8.65 3.66±5.50 2.72±4.87 Minuman dan lainnya 5.97±4.99 14.33±5.85 11.41±9.12 18.00±10.58 12.43±8.20 Pangan hewani 4.08±1.66 7.33±3.78 7.64±0.55 4.00±0.99 5.76±2.56

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan lainnya, dan pangan hewani subjek antar kelompok (p>0.05; Lampiran 11). Jenis minuman dan lainnya yang sering dikonsumsi subjek adalah kopi dan teh. Menurut Lingga L (2012), zat antioksidan yang banyak terdapat pada kopi adalah kafein dan asam klorogenat sedangkan zat aktif yang banyak terdapat pada teh adalah flavonoid dan katekin.

Kepatuhan Konsumsi Pangan Intervensi

Penilaian tingkat kepatuhan konsumsi pangan intervensi dilakukan dengan cara pengisian form kepatuhan konsumsi jelly cincau. Pengisian form dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil monitoring dengan subjek. Tingkat kepatuhan konsumsi pangan intervensi subjek antar kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Tingkat kepatuhan konsumsi pangan intervensi subjek

Kelompok Konsumsi pangan intervensi (%)

P1 85.7

P2 90.5

P3 89.3

Rata-rata 88.5

Tingkat kepatuhan subjek seluruh kelompok berdasarkan lama hari mengonsumsi pangan intervensi >85%. Subjek mengonsumsi pangan intervensi sebanyak 200 gram setiap hari. Hanya sedikit (<15%) subjek yang terlewat tidak mengonsumsi pangan intervensi, antara lain karena alasan sedang mengikuti kegiatan di luar ataupun lupa Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) dalam hal tingkat konsumsi pangan intervensi subjek antar kelompok yang dapat dilihat pada Lampiran 12. Waktu konsumsi pangan intervensi bergantung pada kemauan masing-masing subjek. Tidak terdapat keluhan negatif dari subjek selama dan setelah mengonsumsi jelly cincau.

Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi

(26)

12

asupan protein tertinggi (59.9±12.1 g) sedangkan kelompok P2 memiliki rata-rata asupan protein terendah (51.3±3.5 g). Berdasarkan hasil uji ANOVA, rata-rata asupan protein subjek antar kelompok tidak berbeda nyata (p>0.05).

Kelompok P1 memiliki rata-rata asupan kalsium tertinggi (1235.3±997.6 mg) yang berasal dari susu dan yoghurt. Asupan kalsium terendah terdapat pada kelompok P2 (323.24±142.4 mg). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap asupan kalsium antar kelompok (p>0.05).

Kelompok K memiliki rata-rata asupan besi tertinggi (13.52±2.8 mg) yang berasal dari hati ayam dan ampela ayam. Asupan besi terendah terdapat pada kelompok P1 (11.13±2.4 mg). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap asupan besi antar kelompok (p>0.05).

Tabel 5 Asupan zat gizi subjek (tanpa intervensi) antar kelompok

Zat gizi Kelompok

K P1 P2 P3

Energi (kkal) 1923±31.5 2024±346.6 1938±178.9 1933±190.6 Protein (g) 58.4±4.9 59.9±12.1 51.3±3.5 55±7.1

Ca (mg) 928.19±1272.3 1235.3±997.6 323.24±142.4 1091.12±1439.4 Fe (mg) 13.52±2.8 11.13±2.4 12.29±0.3 13.24±2.7 Vit A (RE) 285.46±71.9 567.48±253.7 745.62±49.0 389.51±360.2 Vit C (mg) 10.78±5.6 51.41±47.9 71.48±39.5 68±17.6

Kelompok P2 memiliki rata-rata asupan vitamin A dan vitamin C tertinggi (745.62±49.0 RE dan 71.48±39.5 mg). Asupan vitamin A sebagian besar berasal dari wortel dan sawi sedangkan asupan vitamin C sebagian besar berasal dari jeruk dan daun singkong. Asupan vitamin A dan vitamin C terendah terdapat pada kelompok K (285.46±71.9 RE dan 10.78±5.6 mg). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap asupan vitamin A dan vitamin C subjek antar kelompok (p>0.05; Lampiran 13).

Sebagian besar (50%) tingkat kecukupan energi subjek berada pada kategori defisit sedang, sedangkan tingkat kecukupan protein subjek (67%) berada pada kategori normal. Sebagian kecil subjek (33%) dan (25%) memiliki tingkat kecukupan energi dan protein berada pada kategori defisit ringan. Subjek memiliki tingkat kecukupan energi defisit sedang karena sebagian besar subjek hanya mengonsumsi makanan sepinggan sebanyak dua kali dalam sehari dan hanya mengonsumsi makanan selingan di pagi hari seperti kue bolu dan donat yang memiliki asupan energi cukup rendah.

Rata-rata tingkat kecukupan protein subjek seluruh kelompok adalah 93.7±12.2%. Tingkat kecukupan protein subjek tergolong normal. Kecukupan protein umumnya didapatkan dari konsumsi ayam dan telur. Subjek umumnya mengonsumsi pangan sumber protein tersebut 2-3 kali/hari. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan terhadap tingkat kecukupan zat gizi subjek antara kelompok (p>0.05). Tingkat kecukupan zat gizi subjek antar kelompok terdapat pada Tabel 6.

(27)

13 merupakan salah satu sumber kalsium, namun bioavailabilitas susu (32.1%) lebih rendah dibandingkan bioavailibilitas brokoli (61.3%) dan kol (52.7%). Semakin tinggi nilai bioavailabilitas bahan pangan maka semakin besar jumlah zat gizi bahan pangan tersebut yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Kalsium merupakan salah satu zat gizi yang dapat mempercepat produksi CRP di hati.

Tabel 6 Tingkat kecukupan gizi subjek (tanpa intervensi) antara kelompok

Kategori Rata-rata (%) 84.7±115.5 112.3±90.9 29.3±12.9 99.3±130.6 81.4±90.1

Fe

Cukup 3 100 2 66.7 3 100 3 100 11 91.7 Kurang 0 0 1 33.3 0 0 0 0 1 8.3 Total 3 100 3 100 3 100 3 100 12 100 Rata-rata (%) 104±22.3 85.7±94.7 94.7±2.5 101.7±21.2 96.5±17.1

Vit A

(28)

14

Menurut Pedoman Gizi Seimbang (PGS), anjuran konsumsi buah adalah 2-3 porsi sehari. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecukupan kalsium dan vitamin C subjek antar kelompok (p>0.05) yang dapat dilihat pada Lampiran 14.

Tingkat kecukupan vitamin A sebagian besar subjek terdapat pada kategori cukup. Sumber vitamin A banyak terdapat dalam sayuran (khususnya berdaun gelap seperti tomat dan wortel), buah-buahan (terutama yang berwarna kuning seperti mangga), serta beberapa produk hewani (Beck 2000). Asupan vitamin A subjek sebagian besar berasal dari hati ayam, minyak kelapa sawit, dan sayuran (sawi dan kangkung).

Tingkat kecukupan zat bezi sebagian besar subjek terdapat pada kategori cukup. Sumber zat besi rata-rata berasal dari hati, telur, daging, ikan, tepung gandum, roti, dan sayuran hijau (Beck 2000). Asupan zat besi subjek berasal dari ayam, telur, dan sawi. Menurut Marks DB et al. (1996), zat besi merupakan salah satu zat gizi yang dapat memperantarai reaksi fenton untuk merubah H2O2 menjadi radikal bebas. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecukupan zat besi dan vitamin A subjek antar kelompok (p>0.05).

Kadar Malondialdehid

Adanya radikal bebas di dalam tubuh dapat berasal dari dalam tubuh (endogen) dan dapat pula berasal dari luar tubuh (eksogen) seperti polutan di udara, makanan, atau obat-obatan yang masuk ke tubuh (Lingga 2012). Pembentukan radikal bebas di dalam tubuh terjadi saat oksigen di udara mengoksidasi ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh. Asam lemak memegang peranan penting terhadap fungsi sel tubuh dan sangat sensitif terhadap reaksi oksidasi (Winarsi 2007). Salah satu parameter yang digunakan untuk menganalisis kadar radikal bebas dalam tubuh adalah dengan menentukan kadar MDA. Analisis MDA digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengevaluasi kerusakan sel akibat radikal bebas. Asam lemak tidak jenuh dapat mengalami proses peroksidasi menjadi peroksidasi lipid kemudian mengalami dekomposisi menjadi malondialdehid (MDA). MDA bila direaksikan dengan TBA membentuk senyawa berwarna merah muda. Semakin tinggi kadar MDA maka semakin tinggi lipid peroksida dalam tubuh (Zakaria et al. 2003).

Rata-rata kadar malondialdehid subjek antar kelompok dapat dilihat pada Gambar 1. Rata-rata kadar MDA pre-intervensi keempat kelompok adalah 2.64±1.04 mol/L (diatas normal) sedangkan rata-rata kadar MDA post-intervensi keempat kelompok adalah 1.95±0.79 mol/L (diatas normal). Menurut Wasowicz et al. (1993) kadar malondialdehid normal pada orang dewasa sebesar 1.01 mol/L. Dengan demikian, rata-rata kadar MDA pre- dan post-intervensi subjek seluruh kelompok tergolong diatas normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Zakaria (2000) yang dilakukan terhadap mahasiswa laki-laki di Pesantren Ulil Albaab, Kedung Badak Bogor menunjukkan bahwa kadar MDA subjek sebelum diberikan intervensi minuman jahe sebesar 2.36 mol/L (diatas normal).

(29)

15 pada kelompok P1 (1.81 mol/L). Setelah intervensi, kadar MDA tertinggi sebesar 2.21 mol/L terdapat pada kelompok P2 sedangkan kadar MDA terendah terdapat pada kelompok P3 (1.40 mol/L).

Gambar 1 Rata-rata kadar malondialdehid subjek masing-masing kelompok saat sebelum dan setelah intervensi

Pada ketiga kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar MDA darah antara sebelum dan setelah intervensi sedangkan kelompok K terjadi peningkatan kadar MDA (11.89%). Peningkatan kadar MDA post-intervensi pada kelompok K diduga karena adanya paparan radikal bebas dari luar (eksogen) seperti polutan di udara, air, makanan/obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh serta tidak adanya intervensi pangan sumber antioksidan juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar MDA. Pada kelompok P1 terjadi penurunan kadar MDA sebesar 19.89%, P2 sebesar 31.15%, dan P3 sebesar 49.82%. Dengan demikian terlihat bahwa semakin lama intervensi terjadi penurunan kadar MDA yang semakin besar.

Hasil uji T antara kadar MDA darah pre- dan post-intervensi menunjukkan bahwa kelompok P2 dan P3 memiliki kadar MDA darah post-intervensi yang berbeda nyata dengan kadar MDA darah pre-intervensi (p=0.047 dan p=0.022). Penurunan kadar MDA post-intervensi pada kelompok P2 sesuai dengan penelitian Makaryani (2014) bahwa pemberian cincau selama tiga minggu dapat menurunkan kadar MDA darah. Tidak terdapat perubahan secara nyata dalam hal kadar MDA subjek antara pre- dan post-intervensi pada kelompok intervensi dua minggu (P1). Hal ini berarti waktu konsumsi cincau selama 14 hari dianggap belum efektif dalam menurunkan kadar MDA secara nyata.

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam hal selisih kadar MDA plasma antara sebelum dan setelah intervensi antar kelompok (p=0.002). Berdasarkan uji lanjut Duncan terdapat perbedaan nyata dalam hal penurunan kadar MDA pada kelompok P2 dan P3 dibandingkan dengan kelompok kontrol dan P1. Meskipun penurunan MDA bisa juga karena efek konsumsi pangan sumber antioksidan lain (Tabel 3) ataupun asupan vitamin A dan vitamin C (Tabel 5 dan 6), tetapi karena konsumsi sumber antioksidan tersebut tidak berbeda signifikan antar kelompok, maka adanya perbedaan kadar MDA antar kelompok diduga kuat karena adanya efektivitas jelly cincau setelah intervensi selama 21 hari dan 28 hari.

Penurunan kadar MDA plasma post-intervensi pada kelompok intervensi diduga karena adanya pemberian jelly cincau. Menurut zakaria et al. (2001) daun cincau hijau mengandung senyawa fenolik yang bersifat sebagai antioksidan dan anti kanker. Menurut Sunanto (2010), daun cincau mengandung komponen polifenol, saponin, dan flavonoid. Beberapa komponen fenolik, klorofil, karotenoid

(30)

16

terbukti memiliki aktivitas antioksidan (Winarno 1997). Menurut Kochhar dan Rossell (1990), senyawa polifenol dapat berfungsi sebagai antioksidan primer karena mampu menghentikan reaksi berantai radikal bebas yang terjadi di dalam sel tubuh sehingga dapat menurunkan kadar MDA yang merupakan produk oksidasi lemak karena radikal bebas. Cincau juga dapat menjadi antioksidan sekunder yang berfungsi untuk mencegah reaksi berantai radikal bebas sehingga menghindari kerusakan sel yang lebih parah.

Kadar hs-CRP

CRP merupakan indikator inflamasi terbaik dibandingkan dengan yang lainnya seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), lipoprotein-associated phospholipase A2 (Lp-PLA2), dan Mieloperoksidase (MPO) (Blake & Ridker 2003). CRP diproduksi di hati untuk merespon peningkatan interleukin-6 (salah satu sitokin dalam tubuh) dan terbukti dapat memprediksikan penyakit kardiovaskular (Pepys & Hirschfield 2003). Data eksperimental dan hasil studi cross-sectional pada manusia menunjukkan adanya keterkaitan antara CRP dan indikator pengerasan pembuluh arteri sehingga diduga adanya hubungan spesifik antara kadar CRP dan tekanan darah sistolik (Virdis et al. 2007).

Setiap orang memiliki CRP di dalam tubuhnya dengan jumlah yang berbeda-beda tergantung genetik dan gaya hidup. Orang yang merokok, memiliki tekanan darah tinggi, berat badan lebih, dan aktivitas fisik yang rendah cenderung memiliki kadar CRP yang lebih tinggi (Ridker PM 2003).

Rata-rata kadar hs-CRP subjek sebelum dan setelah intervensi tergolong normal yaitu <1 mg/L yang terdapat pada Gambar 2. Hal ini berarti subjek memiliki risiko rendah terkena penyakit kardiovaskular di masa mendatang.

Gambar 2 Rata-rata kadar hs-crp subjek masing-masing kelompok saat sebelum dan setelah intervensi

Menurut Ridker (2003), pengujian high sensitivity CRP (hs-CRP) dapat digunakan untuk pendeteksian risiko penyakit jantung. Bukti mendukung bahwa kadar hs-CRP pada usia belasan dan dua puluhan merupakan kadar yang sangat prediktif untuk kehidupan di masa mendatang.

(31)

17 antioksidan memiliki hubungan terbalik dengan kadar hs-CRP. Hasil penelitian Sung H et al. (2005) pada subjek 12 pria dewasa sehat berusia 28-42 tahun yang diberikan intervensi 600 mL teh hijau selama empat minggu tidak dapat menurunkan kadar CRP dan profil lipid secara signifikan, namun dapat menurunkan kadar LDL secara signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar subjek adalah mahasiswa IPB berusia 19 tahun. Sebagian besar subjek (91.7%) tergolong dalam perokok sedang dengan banyak merokok 11.8±4.4 batang sehari dan rata-rata lama merokok subjek 6.1±2.1 tahun. Tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap karakteristik subjek antar kelompok (p>0.05).

Frekuensi rata-rata konsumsi pangan antioksidan subjek tertinggi terdapat pada kelompok minuman dan lainnya sebanyak 2.57 kali/hari. Minuman kaya antioksidan yang dikonsumsi subjek ialah kopi dan teh. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam hal pangan antioksidan yang dikonsumsi subjek antar kelompok (p>0.05). Asupan zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro (Ca, Fe, vitamin A, dan vitamin C) subjek tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok (p>0.05). Sebagian besar tingkat kecukupan energi subjek tergolong defisit sedang, tingkat kecukupan protein subjek tergolong normal, tingkat kecukupan kalsium dan vitamin C subjek tergolong kurang, sedangkan tingkat kecukupan Fe dan vitamin A subjek tergolong cukup.

Rata-rata kadar MDA pre- dan post-intervensi subjek seluruh kelompok diatas normal (>1.01 mol/L). Terdapat penurunan kadar MDA post-intervensi seluruh kelompok perlakuan secara berbeda nyata. Terdapat penurunan nyata dalam hal selisih kadar MDA pada kelompok P2 dan P3 dibandingkan dengan kelompok K dan P1. Seluruh subjek memiliki kadar hs-CRP pre-intervensi dan post-intervensi dalam kategori normal (<1mg/L). Kelompok P2 dan P3 menunjukkan penurunan kadar hs-CRP. Pemberian pangan intervensi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar hs-CRP. Pangan intervensi berpengaruh terhadap penurunan kadar MDA subjek namun tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar hs-CRP subjek.

Saran

(32)

18

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Ananta E. 2000. Pengaruh Ekstrak Cincau Hijau (Cyclea barbata L. Miers) Terhadap Proliferasi Alur Sel Kanker K-562 dan Hela [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Beck ME. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta (ID): ANDI.

Blake GJ, Ridker PM. 2003. C-reactive protein and other inflammatory risk markers in acute coronary syndromes. J Am Coll Cardiol. 41:37S-42S. doi:10.1016/S0735-1097(02)02953-4.

Bustan MN. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.

Cadwell E. 2001. Berhenti Merokok. Hasani S dan Abdullah S, penerjemah: Suffatni R, editor. Yogyakarta (ID): PT LKIS Printing Cemerlang. Terjemahan dari: How You Can Stop Smoking...Permanently.

Carlsen MH, Halvorsen BE, Holte B, Bohn SK, Dragland S, Sampson L, Willey C, Senoo H, Umezono Y, Sanada C, Barikmo I, Berhe N, Willett W, Phillips KM, Jacobs DR Jr, Blomhoff R. 2010. The total antioxidant content of more than 3100 foods, beverages, spices, herbs and supplements used worldwide. The Journal of Nutrition. 9:1-11.

Castell JV, Gmez-Lechn MJ. 2001. In Vitro Methods in Pharmaceutical Research. London (GB): Academic Pr.

Conti MP, PC Morand, P Levillain, A Lemonniera. 1991. Improve fluorometric determination of malondialdehyde. Journal of Clinical Chemistry. 37:1273-1275.

[DEPKES] Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Faigayanti A. 2012. Angka lempeng total minuman emulsi minyak bekatul-cokelat

dan pengaruh intervensinya terhadap kadar malondialdehid (MDA) plasma mahasiswa obes [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Gao X, Bermudez OI, Tucker KL. 2004. Plasma C-reactive protein and homocysteine concentrations are related to frequent fruit and vegetable intake in hispanic and non-hispanic white elders. The Journal of Nutrition. 134:913-918.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment. New York (US): Oxford University Pr.

Greca AML, Siegel LJ, Wallander JL, Walker CE (ed). 1992. Sress and Coping in Child Health. New York (USA): Gullford Press.

Kochhar SP and Rossel JB. 1990. Detection, estimation and evaluation of antioxidant in food system. Di dalam: Hudson BJF (ed). Food Antioxidant. London: Elsevier Applied Science . Hlm 19-64.

Komalasari D. 2000. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja. Jurnal Psikologi. 1:37-47.

(33)

19 Makaryani I. 2014. Pengaruh Pemberian Pangan Antioksidan terhadap Kadar Malondialdehid dan Profil Lipid Darah pada Mahasiswi Pengonsumsi Gorengan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pearson Thomas A, Mensah George A, Alexander R Wayne, Anderson Jefrrey L, Cannon III Richard O, Criqui Michael, Fadl Yazid Y, Fortmann Stephen P, Hong Yuling, & Myers Gary L et al. 2003. Markers of inflammation and cardiovascular disease: application to clinical and public health practice. Circulation. 43:499—511.

Pepys MB, Hirschfield GM. 2003. C-reactive: a critical update. J Clin Invest. 111:1805-1812.doi:10.1172/JCI200318921.

Pribulick M, Fahs PM, Spencer G, Grabo TN, Wiitala S. 2013. C-reactive protein (hsCRP), diet, and physical activity (PA) in rural women. Journal of Rural Nursing and Health Care. 13(1): 92-126.

Pryor, WA, JP Stanley, E Blair. 1976. Autooxidation of Polyunsaturated Fatty Acids II. A Suggested Mechanism for the Formation of TBA-Like Material from Prostaglandin-Like Endoperoxides. Lipids. 11:370-379.

Ridker PM. 2003. Circulation. American Hearth Association journal. 08:e81-e85. doi: 10.1161/01.CIR.0000093381.57779.67.

Smet B. 1994. Psikologi Kesehatan. Semarang (ID): PT Gramedia. Sunanto, H. 2010. Budidaya Cincau. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Sung H, Min WK, Lee W, Chun S, Park H, Lee YW, Jang S, Lee DH. 2005. The effect of green tea ingestion over four weeks on atherosclerotic markers. Ann Clin Biochem. 42:292-297.

Supriyono M. 2008. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok Usia ≤ 45 tahun [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Valko M et al. 2006. Free radical, metal and antioxidant in oxidative stress induced cancer. J Chem. Biol. Rusia edisi 160. p.1-40.

Virdis A, Ghiadoni L, Plantinga Y, Taddei S, Saivetti A. 2007. C-reactive protein and hypertension: is there a causal relationship? CurT Pharm Des. 13(16): 1693—1698.

Wasowicz W, Nève J, Peretz A. Optimized steps in fluorometric determination of thiobarbituric acid-reactive substances in serum: importance of extraction pH and influence of sample preservation and storage. 1993. Clin Chem. 39(12):2522–2526.

Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Winarsi H, Muchtadi D, Zakaris FR, Purwanto. 2003. Status antioksidan wanita premenopause yang diberi minuman suplemen susumeno. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional PATPI. 2003 Jul 22-23. Yogyakarta, Indonesia. Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius. Zakaria FR, Susanto, Hartoyo. 2000. Pengaruh Konsumsi Jahe (Zingiber officinale

Roscoe) terhadap Kadar Malondialdehid dan Vitamin E Plasma pada Mahasiswa Pesantren Ulil Albaab Kedung Badak, Bogor. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 11(1):36-40.

(34)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner data subjek

Kode Responden:

KUESIONER PENELITIAN

POTENSI JELLY CINCAU DALAM MENURUNKAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) DAN C-REACTIVE PROTEIN (CRP) SERTA

MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH

Nama Enumerator : Nama Responden : Tanggal Wawancara :

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(35)

21 Ketentuan Pengisisan:

Mohon diisi dengan keadaan yang sebenar-benarnya, menggunakan huruf kapital.

Keterangan: *) di isi dengan tanda silang A. Karakteristik Responden

1. Nama Lengkap :

2. Tempat Tanggal Lahir :

3. Jenis Kelamin*) : Laki-laki Perempuan

4. Umur :

5. No. Telp/HP :

6. Berat Badan : Kg

7. Tinggi Badan : cm 8. Riwayat penyakit*) :

Jantung Diabetes Paru-paru Lainnya, sebutkan...

9. Riwayat penyakit keluarga:

Jantung Diabetes Paru-paru Lainnya, sebutkan... 10.Pendidikan terakhir*) :

SD SMP SMA Perguruan tinggi

11.Pekerjaan :

12.Kebiasaan merokok*) :

Tidak Ya, jumlah batang/hari... 13.Lama merokok :

14.Kebiasaan konsumsi suplemen*) :

(36)

22

Lampiran 2 Informed consent

JUDUL KEGIATAN : POTENSI JELLY CINCAU DALAM MEMPERBAIKI PROFIL MALONDIALDEHID (MDA), PROFIL LIPID, DAN C-REACTIVE

PROTEIN (CRP) DARAH PADA PEROKOK PRIA

DEWASA

INSTANSI PELAKSANA : DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA IPB

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

Saudara-saudara yang kami hormati,

Kami adalah tim peneliti yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor akan melakukan kegiatan penelitian mengenai “Potensi Jelly Cincau dalam Memperbaiki Profil Malondialdehid (MDA), Lipid dan C-Reactive Protein (CRP) Darah pada Perokok Pria Dewasa”.

Kami mengundang Saudara untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Informasi berikut ini disediakan untuk membantu Saudara dalam mengambil keputusan untuk bersedia berpartisipasi atau tidak dalam kegiatan penelitian ini. Jika ada pertanyaan jangan ragu untuk disampaikan.

Latar Belakang Penelitian

Radikal bebas atau sering disebut oksidan merupakan hal yang normal dan terbentuk secara terus menerus dalam tubuh manusia. Tubuh manusia mengonsumsi oksigen sekitar 250 gram setiap hari, dari jumlah tersebut 3-5% diubah menjadi oksigen reaktif. Oksigen reaktif dapat terbentuk secara endogen sebagai bagian dari aktivitas metabolik regular, aktivitas fisik, gaya hidup dan diet. Selain itu, stress oksidatif dapat pula terbentuk secara eksogen, yaitu disebabkan oleh paparan seperti radiasi, rokok, polusi udara, logam berat, pestisida dan food additive (Miharja 2005).

Merokok merupakan salah satu faktor resiko penting kejadian penyakit jantung koroner di samping hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus dan obesitas. Hasil Riskesdas menyatakan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun ke atas cenderung meningkat dari tahun 2007 yang mencapai 34.2% menjadi 36.3% pada tahun 2013 (Balitbangkes, 2013).

Selain itu, jumlah lemak yang berlebih memungkinkan terjadinya proses oksidasi oleh radikal bebas semakin meningkat. Salah satu produk oksidasi lemak yang dapat diukur sebagai penanda adanya radikal bebas dalam tubuh adalah malondialdehyde (MDA). Proses oksidasi akibat adanya radikal bebas dapat dicegah dengan senyawa antioksidan (Winarsi 2007).

(37)

23 sangat dibutuhkan antioksidan dari luar (antioksidan eksogen) seperti vitamin E, karotenoid, vitamin C dan senyawa flavonoid (Simanjuntak 2007).

Antioksidan banyak terdapat pada berbagai jenis bahan pangan yang mengandung zat-zat antioksidan tersebut. Salah satu jenis pangan yang mengandung antioksidan flavonoid adalah cincau hijau. Hasil penelitian Makaryani (2013) menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar MDA plasma secara signifikan pada mahasiswi setelah dilakukan intervensi cincau. Penurunan MDA dengan intervensi cincau menunjukkan hasil lebih baik dibanding dengan intervensi teh, pepaya, dan tomat. Menurut Koessitoresmi (2002), aktivitas antioksidan cincau dapat meningkatkan kapasitas antioksidan limfosit (in vitro). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa cincau mengandung zat anti kanker (Ananta 2000) dan dapat menurunkan jumlah radikal bebas (Handayani 2000).

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengujicobakan produk olahan cincau, yaitu jelly cincau dan melihat pengaruhnya terhadap perbaikan MDA, C-RP (penanda inflamai) dan profil lipid pada pria dewasa perokok.

Lama Penelitian dan Jumlah Subyek Penelitian

Penelitian akan dilakukan kurang lebih 23 hari, yaitu 1 hari di awal untuk proses pemilihan sampel, yaitu dengan wawancara; penjelasan mengenai penelitian; pengambilan darah sebelum sebelum intervensi, pemberian pangan intervensi, dan pengambilan darah setelah intervensi. Jumlah subjek yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 15 pria dewasa perokok, yang akan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 2 kelompok perlakuan.

Perlakuan terhadap Subyek

Penelitian ini diawali dengan penyebaran kuesioner kepada pria dewasa perokok calon responden yang bersedia menjadi responden penelitian dan memenuhi kriteria inklusi. Selanjutnya akan dipilih 15 di antaranya sebagai sampel terpilih yang akan diberikan minuman intervensi berupa jelly cincau sesuai kelompok perlakuan selama 21 hari. Perlu dilakukan pengambilan darah responden untuk mengetahui pengaruh pangan intervensi terhadap penurunan kadar MDA dan CRP darah serta perbaikan profil lipid darah. Pengembalian sampel darah akan dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan setelah intervensi. Darah diambil sebanyak 7 ml dari vena cubiti, yaitu di bagian tengan lengan tubuh.

Kemungkinan Resiko Kesehatan

Dalam masa pemberian intervensi, kecil kemungkinan untuk menimbulkan risiko terhadap kesehatan karena bahan pangan yang diberikan adalah bahan pangan yang biasa dikonsumsi. Dalam proses pengambilan darah juga kecil kemungkinan terkena risiko karena pengambilan darah dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman dan menggunakan jarum yang sekali buang (disposable).

Penjelasan Kompensasi bagi Subjek

(38)

24

Penjelasan Terjaminnya Subjek

Selama masa sebelum, saat, dan setelah intervensi, keamanaan dan kesehatan subjek dijamin oleh peneliti.

Pengobatan Medis dan Ganti Rugi apabila diperlukan

Apabila dalam masa keikutsertaan subjek mengalami keluhan kesehatan yang diakibatkan oleh kegiatan penelitian ini, peneliti bersedia menanggung biaya pengobatan dan memberikan ganti rugi kepada subjek secara proporsional.

Nama Jelas dan Alamat Penanggung Jawab Medis

Peneliti bekerjasama dengan dokter dan tenaga medis yang akan menjadi penanggung jawab medis jika terjadi keluhan kesehatan akibat penelitian ini.

Partisipasi bersifat Sukarela dan Setiap Saat Subjek dapat mengundurkan diri

Keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini adalah hak mutlak Saudari dan bersifat sukarela. Jika dalam masa berlangsungnya kegiata Saudari merasakan ketidaknyamanan, Saudari berhak untuk mengundurkan diri.

Ketersediaan dari Subjek

Berdasarkan penjelasan di atas, dengan ini kami peneliti berharap Saudari berkenan dan bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian kami.

Bogor, ...2014

(39)

25

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Bersama ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama lengkap/panggilan : .../... Jenis kelamin : ... Tanggal lahir/umur : ... Alamat/Telepon/HP : ... ... ... ... Menyatakan bersedia mengikuti kegiatan penelitian yang berjudul:

Potensi Jelly Cincau dalam Menurunkan Profil Malondialdehid (MDA), Profil lipid, dan C-Reactive Protein (CRP) pada Pria Perokok Dewasa

Dengan ketentuan apabila ada hal-hal yang tidak berkenaan pada saya, maka saya berhak mengajukan pengunduran diri dari kegiatan penelitian ini.

Bogor,...

Ketua Peneliti,

...

Responden

... Saksi

(40)

26

Lampiran 3 Kuesioner food recall 1 x 24 jam Tanggal wawancara:

Waktu Nama

makanan

Jenis bahan makanan

URT (satuan)

Berat (gram)

Keterangan

Pagi

Selingan 1

Siang

Selingan 2

(41)

27 Lampiran 4 Food frequency questionaire

Makanan sumber antioksidan

Berilah tanda checklist (√) sesuai dengan yang anda konsumsi dengan keadaan yang sebenar-benarnya.

Jenis Makanan x/hari x/minggu x/bulan Jumlah

Apel merah Cheri Strawberri Tomat Pepaya Jeruk Nenas Jambu biji Anggur Semangka Rambutan Alpukat Wortel Mangga Jagung Timun Kacang hijau Selada Bayam Kangkung Sawi

Kembang kol Brokoli

Kacang-kacangan Teh

(42)

28

Lampiran 5 Prosedur pembuatan jelly cincau

Daun cincau di cuci dengan air bersih

Daun cincau disiram air panas selama 15 detik kemudian di siram air dingin Daun cincau ditambahkan campuran air matang kemudian diremas-remas

Ekstrak daun cincau dicampurkan sukralose, garam, karagenan, kalium sitrat, dan perisa buah kemudian dimasak hingga suhu 70oC

Dituangkan ke dalam cup sebanyak 200 ml Didiamkan beberapa menit

Gambar 3 Prosedur pembuatan jelly cincau

Lampiran 6 Prosedur analisis MDA plasma

Sebanyak 100 µL plasma dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan dengan 550 µL air bebas ion dan 100 µL larutan TCA 20%

Dihomogenkan lalu ditambah 250 µL larutan HCl 1 N Dihomogenkan kembali lalu ditambah 100 µL larutan TBA 0.1% Dihomogenkan lalu diinkubasi pada suhu 100ºC selama 30 menit,

didinginkan dengan air

Disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer pada maks = 533 nm

Gambar 4 Prosedur Analisis MDA

Reagen:

1 Larutan asam trikloroasetat (TCA) 20% (20 gram TCA dilarutkan dalam 10 ml air bebas ion)

2 Larutan asam TBA 0.1% (0.1 gram TBA dilarutkan dalam 100 ml asam asetat glasial (CH3COOH))

3 Larutan HCl 1 N

4 Larutan standar tetraetoksipropan (TEP) 5 Air bebas ion

Endapan protein

(43)

29 Pembuatan kurva standar MDA:

1 Sebanyak 100 µL larutan tetraetoksipropan dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 µL/ml dimasukkan dalam tabung reaksi kecil

2 Ditambahkan 550 µL air bebas ion dan 100 µL TCA 20% lalu dihomogenkan. Kemudian ditambahkan 250 µL HCl 1 N, dihomogenkan

3 Dimasukkan 100µL 1% Na-TBA, dihomogenkan lagi

4 Supernatan diinkubasi pada suhu 100ºC selama 30 menit lalu langsung didinginkan dengan air. Kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Setelah itu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang ( ) 533 nm.

Lampiran 7 Prosedur Analisis hs-CRP

Analisis hs-CRP dilakukan oleh laboratorium klinik Cito di Padjajaran, Bogor. Analisis hs-CRP menggunakan metode Imunoditrium. Prosedur analisis hs-CRP adalah sebagai berikut.

Sebanyak 500 l serum dimasukkan kedalam cup sampel integra

Cup sampel dimasukkan kedalam rak

Dimasukkan kedalam alat COBAS INTEGRA 400 PLUS Identitas diinput dan dipilih pemeriksaan Hs-CRP

Diklik start

Hasil dilihat pada kolom “result” Gambar 5 prosedur analisis CRP Lampiran 8 Form kepatuhan mengonsumsi pangan intervensi

(44)

30 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Lampiran 9 Hasil Uji ANOVA karakteristik subjek

Lampiran 10 Hasil uji statistik MDA dan CRP

(45)

31

2 Uji One-Way ANOVA

3 Uji lanjut Duncan

4. Uji One-Way ANOVA

Selisish CRP

(46)

32

Lampiran 11b Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber antioksidan subjek masing-masing kelompok

(47)

33 Lampiran 13 Hasil uji ANOVA konsumsi zat gizi subjek antara kelompok

(48)

34

Lampiran 15 Standar MDA

Konsentrasi standar (nmol) (X) Absorbansi standar (Y)

0.000 0.000

0.020 0.110

0.040 0.267

0.080 0.416

0.120 0.630

0.160 0.840

Lampiran 16 kadar MDA plasma subjek pre- dan post-intervensi Kelompok Kode

subjek

Kadar MDA plasma

Pre-intervensi Kategoria Post-intervensi Kategoria

K 97 2.80 TN 2.79 TN

48 1.54 TN 2.03 TN

14 1.22 TN 1.41 TN

P1 71 1.32 TN 1.11 TN

27 1.83 TN 1.46 TN

09 2.29 TN 1.81 TN

P2 08 2.61 TN 2.11 TN

91 2.55 TN 1.12 TN

03 4.47 TN 3.14 TN

P3 28 3.75 TN 1.94 TN

59 2.53 TN 1.27 TN

55 2.09 TN 0.98 N

(49)

35 Lampiran 17 kadar hs-CRP subjek pre-dan post-intervensi

Kelompok Kode subjek

Kadar hs-CRP

Pre-intervensi Kategoria Post-intervensi Kategoria

K 97 0.1 RR 0.1 RR

48 0.1 RR 0.1 RR

14 0.1 RR 0.1 RR

P1 71 0.1 RR 0.1 RR

27 0.1 RR 0.1 RR

09 0.2 RR 0.2 RR

P2 08 0.1 RR 0.2 RR

91 0.1 RR 0.1 RR

03 0.4 RR 0.1 RR

P3 28 0.2 RR 0.1 RR

59 0.1 RR 0.1 RR

55 0.3 RR 0.4 RR

aPearson et al. (2003), RR: Risiko ringan terkena penyakit jantung <1 mg/L, RS: Risiko sedang

(50)

36

(51)

37 Lampiran 19 dokumentasi penelitian

jelly cincau Pengambilan darah subjek

Larutan uji MDA sebelum dipanaskan Larutan uji MDA setelah dipanaskan

(52)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo tanggal 12 Juni 1992 yang merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari bapak Suwandi dan ibu Nur Asih. Penulis menempuh pendidikan di SMPN 4 Depok dan lulus tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Depok dan lulus tahun 2010. Penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Penulis aktif di kegiatan akademik maupun non akademik. Penulis aktif dalam Korps Sukarelawan ((KSR) PMI Unit I IPB sebagai anggota departemen infokom periode 2011/2012 dan ketua departemen infokom periode 2012/2013. Selain itu, penulis aktif di Rumah Harapan IPB tahun 2012/2013 sebagai divisi acara kegiatan rumah harapan di SDN Gunung Lutik Bogor.

Gambar

Tabel 1 Variabel dan Jenis Data
Tabel 2 Sebaran subjek menurut pekerjaan dan usia antar kelompok
Tabel 3 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan antioksidan subjek antar kelompok
Tabel 5 Asupan zat gizi subjek (tanpa intervensi) antar kelompok
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan sikap demokratis dan prestasi belajar

Penelitian menghasilkan temuan: (1) manajemen modal kerja berbasis pertumbuhan perusahaan (MKBP) memediasi pengaruh komisaris independen terhadap kinerja perusahaan; (2)

Lebih jauh disebutkan dalam kitab Nailul-Authar, memang ada perbedaan pendapat antara ulama Salaf mengenai mana yang lebih utama (afdlal) antara menceraikan (?????= memisahkan 4

Puji Syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “ ANALISIS

Gunung Pelawan Lestari berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan faktor yang mempengaruhi pemenuhan hak cuti haid di PT1. Gunung Pelawan

[r]

[r]

[r]