• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Energi Pada Proses Sterilisasi Baglog Jamur Tiram Serta Karakterisasi Dari Miselium Dan Jamur Tiram Menggunakan Ftir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efisiensi Energi Pada Proses Sterilisasi Baglog Jamur Tiram Serta Karakterisasi Dari Miselium Dan Jamur Tiram Menggunakan Ftir"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI

BAGLOG

JAMUR TIRAM SERTA KARAKTERISASI DARI MISELIUM

DAN JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN FTIR

ANA FITRIANA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Energi pada Proses Sterilisasi Baglog Jamur Tiram serta Karakterisasi dari Miselium dan Jamur Tiram Menggunakan FTIRadalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Ana Fitriana

(4)

ABSTRAK

ANA FITRIANA. Efisiensi Energi pada Proses Sterilisasi Baglog Jamur Tiram serta Karakterisasi dari Miselium dan Jamur Tiram Menggunakan FTIR. Dibimbing oleh IRZAMAN dan MERSI KURNIATI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bahan bakar sekam dapat diaplikasikan untuk proses sterilisasi baglog jamur tiram. Selain itu dilakukan pula karakterisasi menggunakan FTIR untuk memperoleh informasi struktur senyawa dari miselium dan jamur tiram. Kompor dengan desain drum menggunakan selongsong memiliki efisiensi rata-rata sebesar 7.49%. Sedangkan drum sterilisasi tanpa menggunakan selongsong memiliki efisiensi rata-rata sebesar 6.33%. Tingginya efisiensi dikarenakan drum menggunakan selongsong menghantarkan kalor lebih banyak untuk memanaskan air dan selongsong. Selongsong terbuat dari besi yang merupakan bahan konduktor atau mudah menghantarkan panas. Puncak-puncak spektrum FTIR pada miselium dan jamur tiram yaitu gugus O-H dengan bilangan gelombang 2345-3425 cm-1 menunjukkan senyawa asam karboksilat, C-H pada bilangan gelombang 2901-2916 cm-1 menunjukkan senyawa aldehida, C-O pada bilangan gelombang 1034-1065 cm-1 menunjukkan senyawa ester, C=O pada bilangan gelombang 1589-1651 cm-1 menunjukkan senyawa keton yang merupakan vibrasi stretching. Sedangkan, gugus O-H bending (O-H (B)) pada bilangan 895 cm-1 dan 1420 cm-1 menunjukkan posisi senyawa asam karboksilat

yang memiliki ikatan β-D-glukan.

Kata kunci: efisiensi, FTIR, jamur tiram, sekam padi, selongsong

ABSTRACT

ANA FITRIANA. Efficiency of Oyster Mushrooms’s Baglog’s Sterilization and Characterize the Oyster Mushroom’s Myceliums Structure using FTIR. Supervised by IRZAMAN and MERSI KURNIATI.

This research is aimed to evaluated the application off rice husk for oyster

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Fisika

EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI

BAGLOG

JAMUR TIRAM SERTA KARAKTERISASI DARI MISELIUM

DAN JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN FTIR

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Efisiensi Energi pada Proses Sterilisasi Baglog Jamur Tiram serta Karakterisasi dari Miselium dan Jamur Tiram Menggunakan FTIR. Hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua penulis, Pak Markum dan Ibu Sumaiyah yang selalu

mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan studinya. 2. Dini Meiyana dan Rosa Rahayu, kedua adik yang selalu memberikan

semangat.

3. Pak Irzaman dan Ibu Mersi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kritik, saran, dan bimbingannya.

4. Pak Mamat Rahmat selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan bimbingannya.

5. Pak Dahlan selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan studi di Departemen Fisika. 6. Ibu Maya, Sp yang telah memberikan bimbingan selama penelitian

mengenai jamur tiram

7. Pak Asril (Ayah) dan Ibu Asril (Bunda) pemilik kumbung jamur yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di kumbungnya.

8. Fitrah Hadi Firdaus, Irlian Nurmaniah, Lusia Anita Sagala, Abu Sonip, dan Erni Aprilina sebagai rekan tim penelitian untuk kerjasama selama penelitian.

9. Adinda Mutiara, Siti Rahayu Latifah, Riani Eka Fitri, Fanny Novika, Arbainah, dan Syiffa Safiah sebagai rekan yang selalu mendukung penulis selama studi hingga penyusunan hasil penelitian ini.

10.Seluruh dosen, pegawai, dan staff Departemen Fisika FMIPA IPB. 11.Muhammad Firdaus, Nadira, dan teman-teman angkatan 48 Fisika IPB

untuk dukungannya.

12.Saudara-saudaraku di KSR PMI IPB yang selalu memberikan semangat dan dukungannya serta bantuannya.

13.Beasiswa Bidik Misi IPB yang telah memberikan dukungan moril. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat dan masukan yang positif terutama bagi para pengusaha dan peneliti jamur tiram. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan penelitian ini.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Jamur Tiram 2

Sekam Padi 2

Tungku Sederhana 3

Sorgum 3

METODE 3

Bahan 3

Alat 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Analisis Efisiensi Bahan Bakar 8

Analisis Gugus Fungsi Miselium dan Jamur Tiram 10

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

Lampiran 19

(10)

DAFTAR TABEL

1. Efisiensi bahan bakar sekam waktu pengukusan 6 jam 8 2. Jumlah baglog tumbuh, baglog kontaminasi, dan hasil panen pada

baglog yang disterilisasi dengan drum menggunakan selongsong 9 3. Jumlah baglog tumbuh, baglog kontaminasi, dan hasil panen pada

baglog yang disterilisasi dengan drum tanpa selongsong 9

DAFTAR GAMBAR

1. Tungku sederhana 4

2. (a) Drum menggunakan selongsong; (b) Drum tanpa selongsong 4

3. Diagram alir penelitian 7

4. Efisiensi bahan bakar sekam padi 8

5. Spektrum FTIR miselium desain drum tanpa selongsong (M TS)

waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari 10

6. Spektrum FTIR miselium desain drum tanpa selongsong (M TS) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan transmitansi relatif 11 7. Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum tanpa selongsong

(J TS) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari 11

8. Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum tanpa selongsong (J TS) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan transmitansi relatif 12 9. Spektrum FTIR miselium desain drum menggunakan selongsong

(M S) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari 12

10. Spektrum FTIR miselium desain drum menggunakan selongsong (M S) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan transmitansi relatif 13 11. Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum menggunakan

selongsong (J S) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari 13 12. Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum menggunakan

selongsong (J S) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan

transmitansi relatif 14

13. Spektrum FTIR baglog kontaminasi 14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan efisiensi energi bahan bakar sekam 19

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris yang sebenarnya telah lama membudidayakan aneka jenis jamur konsumsi, bahkan sejak perang dunia kedua. Dari sekian banyak jamur konsumsi, jamur tiram putih adalah jenis yang paling banyak dibudidayakan1. Melihat peluang tersebut, kini profesi sebagai pembudidaya jamur tiram mulai banyak diminati. Sehingga munculah petani-petani jamur tiram baik dari skala kecil, menengah, hingga skala besar.

Pembudidayaan jamur tiram putih menggunakan media tanam yang kondisinya disesuaikan dengan tempat tumbuh di alam. Media tanam ini disebut

baglog. Baglog memilik komposisi 80% serbuk gergaji, 15% dedak, 5% sisanya adalah kapur pertanian, jagung pecah, dan gips. Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai nutrisi tambahan ketika bibit jamur tumbuh. Baglog akan melewati proses yang paling penting dan sangat menentukan keberhasilan dari pembudidayaan jamur tiram putih, yaitu sterilisasi. Sterilisasi dilakukan untuk menghilangkan bakteri, cendawan, dan khamir (pathogen) pada baglog dengan menggunakan suhu antara 89 oC-141 oC2. Pada petani jamur tiram skala besar, proses ini dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Sedangkan, petani skala kecil menggunakan drum untuk mengukus baglog serta tungku berbahan bakar kayu bakar, gas LPG, minyak tanah dan bahan bakar lainnya3. Namun bahan bakar tersebut mulai mengalami kelangkaan.

Peneliti sebelumnya menyatakan bahwa bahan bakar sekam padi memiliki nilai efisiensi yang tinggi yaitu mencapai 15.08% lebih tinggi daripada bahan bakar limbah baglog dengan efisiensi mencapai 9.03% dan campuran (sekam padi dan

baglog) dengan efisiensi mencapai 13.72%4. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bahan bakar tersebut dapat diaplikasikan untuk proses sterilisasi baglog jamur tiram. Selain itu dilakukan pula karakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk memperoleh informasi struktur senyawa dari miselium dan jamur tiram.

Perumusan Masalah

1. Apakah kompor dengan bahan bakar sekam memiliki pengaruh terhadap efisiensi energi termal kompor?

2. Apakah waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari memiliki pengaruh terhadap gugus fungsi pada miselium dan jamur tiram dari bibit dengan media sorgum?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis efisiensi energi termal kompor berbahan bakar sekam pada sterilisasi media tanam jamur tiram

(12)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan membantu para petani jamur tiram dalam menggunakan kompor sederhana berbahan bakar sekam padi serta memilih bibit induk yang menggunakan media sorgum untuk biakan murni.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pemanfaatan limbah sekam padi sebagai bahan bakar dalam sterilisasi baglog jamur tiram dan pemilihan jamur sebagai bibit induk yang menggunakan media sorgum di Desa Situ Ilir, Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleuorotus sp.) merupakan salah satu jenis jamur yang cukup bermanfaat bagi manusia. Jamur tiram memiliki banyak jenis salah satunya adalah jamur tiram putih. Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang sangat banyak seperti mineral, protein, polisakarida, dan lain-lain5.

Secara alami jamur tiram putih banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak dilokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase pembentukan miselium, jamur tiram putih memerlukan suhu 22-28 0C dan kelembapan 60-80%. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu 16-22 0C dan kelembapan 80-90% dengan kadar oksigen cukup dan cahaya matahari sekitar 10%6.

Sekam Padi

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan7. Sekam padi memiliki nilai kalor rata-rata 15 MJ/kg, berat jenis 125 kg/m3, nilai kalor antara 3300-3600 kkal/kg, dan konduktivitas panas 0.271 kkal. Sekam padi memiliki panjang 8-10 mm dengan lebar 2-3 mm dan tebal 0,2 mm8,9,10.

(13)

3 Tungku Sederhana

Tungku merupakan sebuah peralatan yang digunakan untuk memanaskan bahan serta mengubah bentuk dan sifatnya dengan perlakuan panas. Tungku sederhana digunakan untuk mensterilisasi baglog jamur tiram dan dapat menggunakan dua jenis bahan bakar yaitu sekam padi dan limbah baglog. Tungku ini dibuat dengan memotong drum bekas menjadi setengah bagian yang dilubangi pada bagian bawahnya sebagai lubang utama pembakaran. Pada bagian tengahnya terdapat lubang untuk membatasi api yang dikelilingi oleh bahan bakar14,15,16,17.

Sorgum

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan pangan penting bagi lebih dari 750 juta orang di daerah tropis beriklim kering di Afrika, India, dan Amerika Latin. Di Afrika, biji sorgum dikonsumsi dalam bentuk olahan roti, bubur, minuman, berondong, dan kripik. Di India, tepung sorgum dibuat roti bahan chapati, yang merupakan makanan pokok masyarakat pedesaan. Di Indonesia sorgum merupakan tanaman sereal pangan ke tiga setelah padi dan jagung, namun penggunaannya sebagai bahan pangan menurun tajam setelah ketersediaan beras mencukupi dengan harga relatif murah18.

Komoditas ini mempunyai kandungan nutrisi dasar yang tidak kalah penting dibandingkan dengan serealia lainnya, dan mengandung unsur pangan fungsional. Biji sorgum mengandung karbohidrat 73%, lemak 3.5%, dan protein 10%, bergantung pada varietas dan lahan pertanaman19.

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian berupa miselium dan jamur tiram, bibit dari media sorgum, sekam padi, serbuk kayu, dedak, kapur pertanian atau kapstan. Miselium dan jamur tiram merupakan bahan yang akan dikarakterisasi menggunakan FTIR. Bibit dari media sorgum digunakan saat inokulasi bibit ke

baglog. Sekam padi digunakan sebagai bahan bakar saat sterilisasi baglog jamur tiram. Sedangkan serbuk kayu, dedak, dan kapstan merupakan bahan penyusun

(14)

4

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian berupa tungku sederhana, kerangka kompor, drum, selongsong besi, tatakan, termometer, gelas ukur, timbangan, ring paralon, plastik PP ukuran (17×35×0.3) cm, instrumen ABB FTIR MB3000 dan komputer. Tungku sederhana terbuat dari drum yang dipotong dengan ukuran tinggi 47 cm, diameter 56 cm, dan ketebalan 1 cm. Drum, selongsong besi, dan tatakan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi alat sterilisasi sederhana. Drum yang menggunakan selongsong diberi kode S, sedangkan drum tanpa selongsong diberi kode TS. Berikut desain dari tungku sederhana, drum S dan drum TS.

Gambar 1 Tungku sederhana keterangan:

a. Lubang untuk membatasi api b. Bahan isi

c. Badan kompor d. Lubang utama

keterangan

A : Bagian terisi air

B : Tatakan (pembatas air dan Baglog) C : Bagian terisi baglog

D : Selongsong

Tinggi drum (t) : 90 cm Diameter drum (d) : 59 cm Tinggi selongsong (ts) : 110 cm Diameter selongsong (ds) : 9 cm

(a) (b)

(15)

5

Analisis Data

Analisis efisiensi bahan bakar dengan langkah-langkah 1. Melakukan pengomposan bahan isi baglog

2. Pembuatan baglog menggunakan plastik PP sebanyak 204 buah dengan massa 1 kg, tinggi rata-rata 21.3 cm dan diameter rata-rata 10.5 cm

3. Menimbang sekam sebanyak 18.5 kg kemudian dipadatkan ke dalam tungku sederhana

4. Membuat lubang di tengah dan di bawah bahan bakar sebagai saluran apinya dengan diameter rata-rata 7.8 cm.

5. Mengisi drum sterilisasi dengan air, menyusun tatakan, selongsong dan baglog.

6. Menutup drum sterilisasi menggunakan karung dan plastik kemudian diikat hingga rapat.

7. Menimbang kayu yang akan digunakan sebagai bahan bakar

8. Melakukan sterilisasi baglog dengan selongsong dan tanpa selongsong selama 6 jam setelah air dalam drum mendidih

9. Mendinginkan baglog yang telah disterilisasi 10. Menimbang sisa pembakaran

11. Menghitung bahan bakar yang terbakar dan efisiensi pembakaran 12. Perlakuan 2 kali ulangan selongsong dan tanpa selongsong

Perhitungan laju energi dan efisiensi � dilakukan dengan menggunakan

� = energi spesifik (kcal/kg)

= waktu (jam)

Efisiensi bahan bakar dihitung dengan menggunakan persamaan

� = � × � + � × �� (2)

keterangan :

� = efisiensi bahan bakar (%)

� = (fuel consumtion rate ) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/jam)

� = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)

� = (heat value fuel ) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg)

Karakterisasi FTIR dengan langkah-langkah

(16)

6

2. Melakukan inokulasi bibit media sorgum pada baglog

3. Memberi 3 jenis label waktu inkubasi 30, 35, dan 40 hari pada setiap

baglog dengan jumlah yang merata 4. Memindahkan baglog ke ruang inkubasi

5. Setelah 30 hari, buka tutup baglog yang berlabel 30 hari 6. Setelah 35 hari, buka tutup baglog yang berlabel 35 hari 7. Setelah 40 hari, buka tutup baglog yang berlabel 40 hari

8. Mengambil sampel miselium baglog dan jamur tiram saat panen pertama setiap tingkat waktu inkubasi

9. Melakukan karakterisasi FTIR pada sampel

Pelabelan dilakukan dengan memberikan kode pada masing-masing baglog. Kode-kode tersebut adalah

M : miselium J : jamur

S : desain drum sterilisasi menggunakan selongsong TS : desain drum sterilisasi tanpa selongsong

(17)

7

Gambar 3 Diagram alir penelitian Selesai

Penyediaan bahan

Persiapan kompor Pengomposan

Persiapan bahan bakar Pembuatan baglog

Sterilisasi

Inokulasi

Inkubasi

35 hari 40 hari 45 hari

FTIR

Penulisan Mulai

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Efisiensi Bahan Bakar

Efisiensi bahan bakar disajikan melalui gambar di bawah ini.

Gambar 4 Efisiensi bahan bakar sekam padi Tabel 1 Efisiensi bahan bakar sekam waktu pengukusan 6 jam

(19)

9 Tabel 2 Jumlah baglog tumbuh, baglog kontaminasi, dan hasil panen pada baglog

yang disterilisasi dengan drum menggunakan selongsong

Ulangan 1 2 Tabel 3 Jumlah baglog tumbuh, baglog kontaminasi, dan hasil panen pada baglog

yang disterilisasi dengan drum tanpa selongsong

(20)

10

Tabel 2 menunjukkan baglog yang disterilisasi dengan drum menggunakan selongsong banyak yang terkontaminasi yaitu 58 buah baglog dari total sampel 204 buah. Hasil panen memiliki jumlah yang cukup tinggi yaitu 2987.5 gram jamur dengan jumlah massa jamur yang dihasilkan 412.47 gram per-baglog. Sedangkan Tabel 3 menunjukkan baglog yang disterilisasi dengan drum tanpa selongsong lebih sedikit mengalami kontaminasi yaitu sebanyak 21 buah baglog dari total sampel 204 buah dengan jumlah hasil panen sebesar 1802.5 gram. Jumlah massa jamur yang dihasilkan per-baglog adalah 123.54 gram.

Desain drum sterilisasi mempengaruhi jumlah baglog yang mengalami kontaminasi. Desain drum menggunakan selongsong memungkinkan faktor kontaminasi lebih tinggi karena selongsong yang terbuat dari besi dapat mengalami korosi selama proses pendinginan. Selain itu penyebab kontaminasi lainnya dapat berasal dari bahan penyusun baglog dan teknik inokulasi. Bahan penyusun baglog

yang kurang segar dapat menyebabkan kondisi baglog tidak sesuai seperti lingkungan alami tumbuhnya miselium dan jamur tiram. Teknik inokulasi yang kurang tepat dapat menyebabkan faktor kontaminasi memasuki baglog.

Analisis Gugus Fungsi Miselium dan Jamur Tiram

Berikut gambar hasil spektrum FTIR dari miselium dan jamur tiram.

Gambar 5 Spektrum FTIR miselium desain drum tanpa selongsong (M TS) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari

50

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

Miselium TS 35 Miselium TS 40 Miselium TS 45

(21)

11

Gambar 6 Spektrum FTIR miselium desain drum tanpa selongsong (M TS) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan transmitansi relatif

Gambar 7 Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum tanpa selongsong

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

50

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

Jamur TS 35 Jamur TS 40 Jamur TS 45

(22)

12

Gambar 8 Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum tanpa selongsong (J TS) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan transmitansi relatif

Gambar 9 Spektrum FTIR miselium desain drum menggunakan selongsong

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

50

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

Miselium S 35 Miselium S 40 Miselium S 45

(23)

13

Gambar 10 Spektrum FTIR miselium desain drum menggunakan selongsong (M S) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan transmitansi relatif

Gambar 11 Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum menggunakan selongsong (J S) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari

40

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

50

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

(24)

14

Gambar 12 Spektrum FTIR jamur tiram putih desain drum menggunakan selongsong (J S) waktu inkubasi 35, 40, dan 45 hari dengan transmitansi relatif

Gambar 13 Spektrum FTIR baglog kontaminasi 40

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

50

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

T

Bilangan Gelombang (cm-1)

(25)

15 Miselium serta jamur pada baglog yang sama dikeringkan untuk diuji dengan instrumen ABB FTIR (Fourier Transform Infrared) MB3000. Gambar 5, Gambar 7, Gambar 9, dan Gambar 11 merupakan spektrum FTIR pada miselium dan jamur tiram pada waktu inkubasi 35, 40, dan 45. Gambar 6, Gambar 8, Gambar 10, dan Gambar 12 merupakan spektrum FTIR pada miselium dan jamur tiram yang memiliki transmitansi relatif terhadap spektrum miselium dan jamur tiram pada waktu inkubasi 35 hari. Pengubahan transmitansi dilakukan sebagai pembanding pola spektrum miselium dan jamur tiram pada tiap waktu inkubasi.

Spektrum menunjukkan puncak-puncak pada panjang gelombang tertentu dan memiliki besar transmitansi berbeda-beda. Puncak-puncak yang memiliki nilai paling dominan adalah pada gugus O-H dengan bilangan gelombang 2345-3425 cm-1 menunjukkan senyawa asam karboksilat, C-H pada bilangan gelombang 2901-2916 cm-1 menunjukkan senyawa aldehida, C-O pada bilangan gelombang 1034-1065 cm-1 menunjukkan senyawa ester, C=O pada bilangan gelombang 1589-1651 cm-1 menunjukkan senyawa keton yang merupakan vibrasi stretching20,21. Sedangkan, gugus O-H bending (O-H (B)) pada bilangan 895 cm-1 dan 1420 cm-1 menunjukkan posisi senyawa asam karboksilat yang memiliki ikatan β-D-glukan22.

Gambar 13 menunjukkan spektrum dari baglog yang mengalami kontaminasi. Dapat dilihat bahwa transmitansi yang dimiliki sangatlah tinggi. Transmitansi yang tinggi menunjukkan absorbansi rendah. Hal ini disebabkan senyawa yang terkandung dalam baglog terkontaminasi sangat sedikit sekali.

Penelitian ini menggunakan miselium dengan media sorgum yang dicampur serbuk kayu sebagai sumber protein. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, miselium mengalami pertumbuhan yang pesat saat menggunakan sorgum sebagai media tumbuhnya. Hal ini berlaku pula pada tahap pembudidayaan jamur tiram dibuktikan dengan jumlah jamur yang tumbuh pada baglog dengan waktu inkubasi 35 hari lebih banyak daripada waktu inkubasi yang lain. Data banyaknya jumlah jamur yang tumbuh dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Pada waktu inkubasi 35 hari, kerapatan miselium dinilai cukup untuk membentuk tubuh buah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(26)

16

Puncak-puncak spektrum FTIR pada miselium dan jamur tiram yaitu gugus O-H dengan bilangan gelombang 2345-3425 cm-1 menunjukkan senyawa asam karboksilat, C-H pada bilangan gelombang 2901-2916 cm-1 menunjukkan senyawa aldehida, C-O pada bilangan gelombang 1034-1065 cm-1 menunjukkan senyawa ester, C=O pada bilangan gelombang 1589-1651 cm-1 menunjukkan senyawa keton yang merupakan vibrasi stretching. Sedangkan, gugus O-H bending (O-H (B)) pada bilangan 895 cm-1 dan 1420 cm-1 menunjukkan posisi senyawa asam karboksilat

yang memiliki ikatan β-D-glukan.

Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

1. Meminimalkan faktor-faktor yang sulit terkontrol, seperti suhu, kelembaban, dan kadar oksigen terutama saat tahap inkubasi dan perkembangan tubuh buah jamur tiram.

2. Memvariasikan massa baglog yang digunakan untuk mendapatkan efisiensi optimum.

(27)

17 DAFTAR PUSTAKA

1. Untung Triono Priyadi. Bisnis Jamur Tiram. Jakarta: Agromedia. 2013. 2. Rey Fariz Irwansyah, Rofiqul Umam, Kharis Mawan Suhaeli, Irzaman,

Irmansyah. Distribusi Temperatur di Dalam Drum untuk Sterilisasi Jamur Tiram. Seminar dan Rapat Tahunan (Semirata) Bidang MIPA. 2014 Mei 9-11. Bogor (ID): IPB Press. 2014.

3. Rofiqul Umam, Rey Fariz Irwansyah, Kharis Mawan Suhaeli, Irzaman, Ardian Arif. Optimasi Sebaran Panas Pada Sterilisasi Jamur Tiram Putih Menggunakan Satu Pipa Konveksi Seminar dan Rapat Tahunan (Semirata) Bidang MIPA. 2014 Mei 9-11. Bogor (ID): IPB Press. 2014.

4. Kharis Mawan Suhaeli, Rofiqul Umam, Rey Fariz Irwansyah, Irzaman, Irmansyah. Analisis Efisiensi Energi Termal Tungku Berbahan Bakar Baglog

Jamur Tiram dan Sekam Padi. Seminar dan Rapat Tahunan (Semirata) Bidang MIPA. 2014 Mei 9-11. Bogor (ID): IPB Press. 2014.

5. Ilhamsyah Noor. Isolasi dan Karakterisasi β-glukan dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Metode Spektroskopi UV-Visibel dan FTIR [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Syarif Hidayatullah. 2010. 6. Gusnimar. Pengaruh Penambahan Dedak dan Lama Pelapukan Media

Limbah Industri Teh Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus istreatus L.) [Skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas. 2011.

7. Daud Patabang. Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi Dengan Variasi Bahan Perekat. Jurnal Mekanikal. 3(2): 286-292. 2012.

8. Eka Sunitra. Eksperimental Pembuatan Tungku Bahan Bakar Sekam Gabah untuk Mendapatkan Temperatur Aliran Udara Pengeringan Gabah yang Optimal. Jurnal Teknik Mesin. 3(2): 13-21. 2013.

9. M. Rifki, Irzaman, H. Alatas. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang Utama pada Badan Kompor. Seminar Nasional Sains II, FMIPA IPB Bogor. 2008 Oktober. Hlm 151 – 161. 2008.

10. F. Nawafi, R. D. Puspita, Desna, Irzaman. Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil dengan Sistem Boiler. Berkala Fisika 12(3): 77-84. 2010. 11. Touwil Umrih. Analisis Efesiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu

Sengon pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 2012.

12. Irzaman, Casnan, Pudji Untoro. Pemanfaatan Gas Karbon Tungku Sekam untuk Pengembangan Kompor dengan Bahan Bakar Campuran Air dan Bahan Bakar Nabati dengan Metode Kavitasi . Prosiding pertemuan ilmiah XXF HFI Jateng & DIY. 2011.

13. R. D. Puspita, Desna, A. D. Husin, Irzaman, H. Darmasetiawan, Siswadi. Tungku Sekam sebagai Bahan Bakar Alternatif pada Sterilisasi Media Jamur Tiram. Berkala Fisika 13(2): C45-C48. 2010.

14. Kharis Mawan Suhaeli. Analisis Efisiensi Energi Termal Tungku Berbahan Bakar Baglog Jamur Tiram dan Sekam Padi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 2014.

(28)

18

16. Abdul Jamil Husin, Irzaman, Jajang Juansah, Touwil Umrih, Khafit Pratama Hendranto, Ella Rahmadani, Sumarjono Effendy. Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih. JIPI 17(2): 65-69. 2012.

17. Desna. R. D. Puspita, H. Darmasetiawan, Irzaman, Siswadi. Kajian Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih terhadap Mutu Bibit yang Dihasilkan. Berkala Fisika 13(2): 45-48. 2010.

18. Suarni, I. U. Firmansyah. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Pengolahan Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serelia. [tahun tidak diketahui].

19. Slamet Budijanto, Yuliyanti. Studi Persiapan Tepung Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) dan Aplikasinya pada Pembuatan Beras Analog. Jurnal Teknologi Pertanian 13(3): 177-186. 2012.

20. M. A.Nur, Hendra Adijuwana. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologis. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. 1989.

21. R. M. Silverstein, G. C. Bassler, T. C. Morril. Spectrometric Identification of Organic Compounds Fourth Edition. New York: John Willey & Sons. c1981. 22. Andriy S, Katerina M, Alla S, Ivan J, Jiri S, Vladimir E, Eliska K, Jana C.

(29)

19

Lampiran

Keterangan:

� : massa air (kg)

�� : kalor jenis air (kJ/kg K)

� : kalor laten uap air (kJ/kg)

� : kalor jenis uap air (kJ/kg K)

� : efisiensi bahan bakar (%)

� : (fuel consumtion rate ) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari)

� : laju energi yang dibutuhkan (kcal/hari)

� : (Heat Value Fuel ) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg)

�� : 1 kkal/kg K � : 539 kkal/kg

� : 0.5 kkal/kg K

� sekam : 3300 kkal/kg

� kayu bakar : 3355 kkal/kg

Data Hasil Sterilisasi

Desain Kompor Selongsong Tanpa Selongsong

Ulangan 1 2 1 2

Massa Air (Kg)

Sebelum 33 33 33 33

Setelah 6 Jam 26.90 25.50 28.84 26.50

Uap 6.10 7.50 4.16 6.50

Massa Bahan Bakar Sekam (Kg)

Sebelum 18.5 18.5 18.5 18.5

Abu 15.35 12.2 13.65 13.3

Sisa 3.15 6.3 4.85 5.2

Kayu Bakar (Kg) 10.0 14.5 10.0 16.2

Ulangan 1

a. Kompor menggunakan Selongsong

 Laju bahan bakar yang dibutuhkan

� = ℎ ×

� = . × = . /ℎ

� = × = /ℎ

(30)

20

 Laju energi yang dibutuhkan

= �× �× ∆� + × � + × × ∆�

= × × + . ×. + . × . ×

= + . . + .

= /ℎ

 Efisiensi bahan bakar

� = � × � × %

� = × . + × × %

� = + × %

� = . %

b. Kompor Tanpa Selongsong

 Laju bahan bakar yang dibutuhkan

� = ℎ ×

� = . × = . /ℎ

� = × = /ℎ

 Laju energi yang dibutuhkan

= �× �× ∆� + × � + × × ∆�

= × × + . × . + . × . ×

= + . +. .

= /ℎ

 Efisiensi bahan bakar

� = � × � × %

� = × . + × × %

� = + × %

(31)

21

Ulangan 2

a. Kompor menggunakan Selongsong

 Laju bahan bakar yang dibutuhkan

� = ℎ ×

� = . × = . /ℎ

� = . × = /ℎ

 Laju energi yang dibutuhkan

= �× �× ∆� + × � + × × ∆�

= × × + . × . + . × . ×

= + . . + .

= /ℎ

 Efisiensi bahan bakar

� = � × � × %

� = × . + × × %

� = + × %

� = . %

b. Kompor Tanpa Selongsong

 Laju bahan bakar yang dibutuhkan

� = ℎ ×

� = . × = . /ℎ

� = . × = . /ℎ

 Laju energi yang dibutuhkan

= �× �× ∆� + × � + × × ∆�

(32)

22

= + .. + .

= /ℎ

 Efisiensi bahan bakar

� = � × � × %

� = × . + × . × %

� = + × %

(33)

23

Pengadukan media baglog Sekam padi untuk bahan bakar

Kompor sederhana Bahan bakar yang telah dipadatkan di kompor sederhana

Baglog siap sterilisasi Sterilisasi baglog

Selongsong besi Calon tubuh buah

(34)

24

Jamur tiram super untuk bibit induk Baglog pada tahap inkubasi

Baglog kontaminasi

Jamur tiram super untuk bibit induk

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Ana Fitriana lahir di Serang pada 07 Maret 1993, merupakan putri pertama dari Bapak Markum dan Ibu Sumaiyah. Penulis lulusan TK Pembangunan Swasembada Anyer pada tahun 1999 kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Anyar dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2008, penulis lulus dari SMP Negeri 1 Anyar kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Anyer. Setelah lulus SMA pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melewati jalur SMPTN Undangan sebagai mahasiswa Fisika.

Gambar

Gambar 2 (a) Drum menggunakan selongsong; (b) Drum tanpa selongsong
Gambar 3 Diagram alir penelitian
Gambar 4 Efisiensi bahan bakar sekam padi
Gambar 6 Spektrum FTIR miselium desain drum tanpa selongsong (M TS)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A melalui penerapan metode eksperimen terbimbing pada materi zat aditif

Istilan dalam penyediaan jasa pekerja yang berdasarkan hukum Ketenagakerjaan, sumber sebenarnya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 64 Undang - Undang No 13 tahun

Kondisi perekonomian yang tidak stabil memiliki bobot keempat tertinggi dalam faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 0,222609 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat ditarik benang kesimpulan bahwa dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mebayar pajak harus dilaksanakan dengan rutin,

“ Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Program Konseling Keluarga berbasis Family Quality of Life pada Keluarga yang Memiliki Anak dengan Autisme” ini

Bagaimana iringan musik yang digunakan pada tari Lenyepan gaya?. Sumedang

[r]

Hasil dari penelitian ini adalah Kota Surakarta memiliki sektor unggulan yaitu sektor pengangkutan & komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan,