• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI TUWU PADA MASYARAKAT NIAS KAJIAN TERHADAP FUNGSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI TUWU PADA MASYARAKAT NIAS KAJIAN TERHADAP FUNGSI."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TARI TUWU PADA MASYARAKAT NIAS

KAJIAN TERHADAP FUNGSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

HESTYONI LASE

NIM 2113142026

PROGRAM STUDI TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S1 Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari di Universitas Negeri Medan.

Apa yang penulis lakukan ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga Skripsi ini bisa memberi konstribusi dan membantu terhadap kegiatan penelitian-penelitian yang relevan lanjutnya.

Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahanan yang diperoleh, sulit kiranya Penulis menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, rasa hormat dan ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada:

 Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan

 Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

 Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik

 Siti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari

 Drs. Inggit Prastiawan M.Sn sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dorongan dan yang telah membimbing penulis.

 Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Pembimbing Skripsi I dan Siti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing Skripsi II.

 Seluruh Staf Dosen Pengajar di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

 Teristimewa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Hasamoni Lase, S.PAK dan Ibunda Tiurma Senny Silalahi, S.Pd AUD yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat, kesabaran, kasih sayang dan Doanya kepada penulis serta Kakak tersayang Anne Irene Lase, S.S, Juan Maynard Lased an Eben Frido Pakpahan yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis.

 Abror Harahap, S.E yang sudah membantu dalam persiapan pemberkasan.

(7)

iii

 Ucapan terimakasih kepada teman seperjuangan Jamal S. Karo-karo, Laurensia Dora Melisa, Riska Junianda dan seluruh sahabat Penulis Program Tari Stambuk 2011 serta Tulang James Silalahi, Tulang Dony Silalahi, Adi Gunawan Canra Silalahi, Kakak Else Sinaga, Elvin Telaumbanua dan Herry Pasrani serta teman-teman yang membantu yang tidak bisa dituliskan satu per satu.

Penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(8)

i

ABSTRAK

Hestyoni Lase, 2113142026. Tari Tuwu pada Masyarakat Nias Kajian terhadap Fungsi. Skripsi. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Fungsi Tari Tuwu pada Masyarakat Nias.

Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa tokoh adat masyarakat Nias yang ada di Kecamatan Idanogawo dan Kota Gunungsitoli, seniman-seniman yang mengetahui tentang tari Tuwu serta pelaku (masyarakat) yang terlibat sebagai pelaku tari Tuwu tersebut.Sampelnya adalah tokoh adat, seniman dan pelaku yang terlibat dalam tari Tuwu.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, video, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa fungsi tari Tuwu pada masyarakat Nias dapat dilihat bukan hanya sebagai tari yang memberikan semangat kepada masyarakat yang sedang bekerja, melainkan tari Tuwu dapat berfungsi sebagai keindahan, kesenangan, media komunikasi, sistem simbol, dan supraorganik. Tari Tuwu sebagai keindahan dapat dilihat dari geraknya yang mengambil gerak-gerak dasar tari Moyo dan gerak tari Tuwu, serta memiliki beberapa tahapan dalam tariannya yaitu awal masuk, hormat, isi dan hormat penutup. Keindahan tatarias dan tata busana dapat dilihat dari riasnya yang cantik dan busana tari Tuwu yang memiliki motif-motif ornamen Nias. Iringan musik dapat dilihat dari musiknya yang semangat yang terdiri dari musik eksternal dan internal serta pola lantai tari Tuwu dapat dilihat dari lima bentuk pola lantai yang beragam sehingga menjadikan tari Tuwu semakin indah.Tari

Tuwu sebagai kesenangan ditunjukkan melalui penyajian tari Tuwu yang kini

ditampilkan di acara-acara pesta kebudayaan ataupun menerima tamu yang datang sebagai tontonan dan sajian seni untuk menghibur masyarakat yang sedang menyaksikannya. Tari Tuwu sebagai sebagai media komunikasi merupakan sebagai media yang menyatakan gagasan non verbal dan menyatakan gagasan estetik. Sebagai gagasan non verbal dapat dilihat dari gerak-gerak imitatif masyarakat yang sedang bekerja sehingga terbentuklah gerak Tuwu, sedangkan menyatakan gagasan estetik adalah melalui tari Tuwu, penari tidak sekedar menari akan tetapi memiliki adanya kepuasaan hati yang diungkapkan melalui gerak dalam memberi semangat ataupun hiburan. Tari Tuwu sebagai sistem simbol dapat dilihat dari gerak Tuwu dan Fataho Mbawa, musik eksternal dan internalnya, serta pola lantai V Tobali, Owulo-wulo, adanya simbol batu/Awina. Tari Tuwu sebagai supraorganik juga dapat dilihat dari makna tari Tuwu yang memberi semangat ataupun dorongan dan pesannya adalah masyarakat Nias dapat bersatu apabila memiliki satu tujuan dan pikiran.

(9)

DAFTAR ISI

(10)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

A.Lokasi dan Keadaan Geografis Nias ... 24

B.Kebudayaan Nias ... 27

C.Sistem Religi ... 30

D.Sistem Kekerabatan ... 30

E. Asal Usul Tari Tuwu ... 32

F. Bentuk Penyajian Tari Tuwu ... 37

G.Fungsi Tari Tuwu ... ... 48

1. Tari Tuwu sebagai Keindahan ... 48

a. Gerak Tari Tuwu ... 49

b. Iringan Musik . ... 49

c. Tata Rias dan Busana . ... 55

d. Pola Lantai . ... 63

2. Tari Tuwu sebagai Kesenangan . ... 66

3. Tari Tuwu sebagai Komunikasi . ... 66

4. Tari Tuwu sebagai Sistem Simbol . ... 67

5. Tari Tuwu sebagai Supraorganik ... 74

BAB V. PENUTUP ... 76

A.Kesimpulan ... 76

B.Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam

kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kehidupan budaya Indonesia

merupakan perwujudan kepribadian, sumber identitas, dan ketahanan bangsa,

yang mendasari tekat memelihara, membentuk, menghayati dan mengembangkan

nilai-nilai luhur kehidupan, yang tercermin dalam sikap dan perilaku hidup

sehari-hari, yang pada hakikatnya dinuansai dan diperkaya oleh nilai-nilai budaya

daerah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2006:1) bahwa budaya

adalah merupakan lambang identitas dan kepribadian suatu daerah yang tercermin

dalam sikap dan perilaku yang terwujud dalam : 1. Ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma dan peraturan, 2. Aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam

masyarakat, 3. Benda-benda hasil karya manusia. Dalam kehidupan sehari-hari,

ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak terpisah satu sama lain, bahkan saling

mengisi dan saling berkaitan erat.

Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam yang dipengaruhi

oleh banyaknya suku di dalamnya. Hasil kebudayaan tersebut dituangkan dalam

berbagai bentuk aktivitas, kebiasan dan juga dalam bentuk seni. Bentuk Seni

(13)

2

karya seni antara suku yang satu dengan suku yang lainnya mencerminkan

kepribadian dan identitas dari masing-masing suku yang ada di Indonesia.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

kebudayaan yang berbeda-beda yang dilatarbelakangi oleh 8 etnis yaitu : Melayu,

Karo, Simalungun, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Pakpak

dan Nias, sehingga membuat Provinsi ini memiliki hasil budaya yang banyak. Di

dalam penelitian ini, peneliti akan membahas salah satu etnis yang ada di

Sumatera Utara yaitu etnis Nias.

Nias merupakan pulau yang terletak disebelah Barat Sumatera Utara yang

terdiri dari kurang lebih 129 pulau-pulau, akan tetapi tidak seluruhnya dapat

didiami oleh penduduknya. Masyarakat Nias pada umumnya berdomisili di pesisir

pantai sehingga rata-rata penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai

nelayan dan petani. Selain itu pekerjaan lainnya adalah menjadi pegawai,

pedagang, beternak dan sebagainya. Walaupun demikian hingga saat ini, dengan

laju perkembangan pengetahuan dan ekonomi, masyarakat Nias kini memiliki

jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Daerah kabupaten Nias belum banyak didiami

oleh suku pendatang, hanya sebagian kecil yang ada antara lainnya : suku Aceh,

Suku Minangkabau, Suku Batak, Suku Melayu dan Cina.

Daerah Nias mempunyai budaya unik dan belum tersentuh oleh budaya

dari luar baik dari segi materi seninya maupun dari segi isinya. Kehidupan

budayanya sangat lestari karena sebagian masyarakat daerah Nias masih tetap

melaksanakan upacara-upacara tradisional yang hampir disetiap kegiatan upacara

(14)

3

kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, budaya Nias sebagai salah

satu sub kultur di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan

daerah lainnya. Hal ini tercermin dalam bahasa (fahede), kepercayaan, kesenian

tradisional (puisi misalnya amaedola, hendri–hendri, lailo, ngenu–ngenu, hoho,

dan lain-lain), lagu tradisional (lailo/miti-miti, mbolo-mbolo umano), tarian

tradisional (tari moyo,tari tuwu,tari famadogo omo, tari maena, tari ya’ahowu),

musik tradisional (doli-doli, sigu, lagia, tamburu, gondra, aramba, dan lain–lain),

busana daerah, adat istiadat, bentuk dan susunan perkampungan rumah adat (omo

sebua) serta sisa peninggalan kebudayaan megalitik yang masih terdapat

dibeberapa desa di Kabupaten Nias.

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan

kebudayaan yang masih tinggi. Menurut penelitian, daerah Nias terbagi atas 2

(dua) versi keseniannya yaitu : versi kesenian Nias bagian Utara dan versi

kesenian Nias bagian Selatan. Kesenian yang paling menonjol dan tetap

dilaksanakan dihampir semua kegiatan kebudayaan Nias adalah tarian, yakni : tari

Moyo, tari Maena, tari Tuwu, tari Baluse, tari Mogaele atau Mamahewa, serta tari

Faluaya atau tari Perang.

Kebudayaan di Nias sangat erat kaitannya dengan kehidupan

masyarakatnya sehari-hari, baik itu dalam pekerjaan, pernikahan, peperangan atau

acara suku atau kekeluargaan. Tarian yang merupakan unsur kebudayaan juga

banyak digunakan pada kegiatan tersebut. Salah satunya yaitu tari Tuwu1. Tari

Tuwu merupakan salah satu tari tradisional yang tumbuh dan berkembang di Nias.

(15)

4

Tari ini berasal dari Kecamatan Idanogawo di pulau Nias, yang memiliki gerak

yang gemulai dan lembut, serta hanya ditarikan oleh wanita saja. Pada awalnya

tari Tuwu hadir ketika seorang Ratu yang bernama Barasi Balugu, yang secara

tidak sengaja melakukan gerakan-gerakan sederhana layaknya seorang penari

sambil mengucapkan kata Tuwu, dengan tujuan memberi semangat masyarakat

yang bekerja mencari batu keagungan untuk seorang bangsawan pada zaman itu,

yang disebut Balugu Ngahono2. Setelah batu tersebut ditemukan, maka Balugu

Ngahono berencana mengadakan pesta untuk meresmikannya. Sebelum pesta

tersebut dilaksanakan, Balugu Ngahono teringat dan tertarik untuk menyusun

gerakan-gerakan yang pernah dilakukan sang Ratu dan kemudian membuatnya

menjadi sebuah tarian bersama sang Ratu. Kemudian tari tersebut dinamakan

dengan tari Tuwu, sesuai dengan kata pertama yang dikeluarkan sang Ratu. Tari

Tuwu ditarikan pertama kalinya di Kerajaan Balugu Ngahono sebagai tanda

kebersamaan dan pemberi semangat bagi masyarakat yang telah bekerja kepada

Balugu Ngahono.

Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan kebudayaan di Nias

pada zaman dulu dan sekarang berbeda, yang disebabkan oleh pengaruh

kehidupan sosial mereka. Demikian halnya dengan tari Tuwu yang merupakan

salah satu hasil dari kebudayaan Nias kini tidak lagi digunakan sebagaimana

fungsinya dulu, namun pada umumnya digunakan sebagai tari pertunjukan

maupun hiburan semata. Seperti yang diketahui setiap tarian memiliki pesan atau

makna yang terkandung didalamnya untuk disampaikan kepada orang yang

(16)

5

melihatnya, oleh karena itu peneliti ingin menyelidiki secara lebih jauh dan

mendetail apakah fungsi tersebut masih ada atau tidak ada pada tari Tuwu pada

saat ini. Apabila masih ada, apakah terjadi perubahan pada fungsi tarinya atau

tidak.

Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti memilih judul yakni “Tari Tuwu pada Masyarakat Nias Kajian terhadap Fungsi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitipun

mengidentifikasikan beberapa masalah utama mengenai tari Tuwu yakni :

1. Bagaimana asal usul tari Tuwu di pulau Nias ?

2. Bagaimana peranan tari Tuwu pada masyarakat Nias?

3. Bagaimana karakteristik gerak tari Tuwu pada masyarakat Nias ?

4. Bagaimana bentuk penyajian tari Tuwu pada masyarakat Nias?

5. Bagaimana fungsi tari Tuwu pada masyarakat Nias?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah sangat diperlukan, mengingat adanya keterbatasan

yang dimiliki penulis dari segi waktu, dana maupun kemampuan dalam

menganalisis. Adapun yang menjadi pembatasan masalah peneliti dalam

(17)

6

D. Rumusan Masalah

Sebuah penelitian bisa dilakukan, apabila rumusan dan penelitian sudah

didapat. Perumusan masalah diperlakukan agar dalam penelitian di lapangan tidak

terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Berdasarkan uraian diatas maka

yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Tari Tuwu Pada

Masyarakat Nias Kajian Terhadap Fungsi”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi atau apa yang dicari melalui suatu

penelitian. Dengan demikian, berdasarkan rumusan masalah yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah : “Mendeskripsikan fungsi tari Tuwu pada masyarakat

Nias”.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kebaikan yang muncul ketika tujuan telah

tercapai dan lebih diarahkan pada fungsinya. Penelitian ini diharapkan bermanfaat

bagi para pembaca, baik yang berada di dalam atau diluar disiplin ilmu tari. Untuk

itu manfaat dari penelitian ini adalah hasil dari pengamatan peneliti tentang

perubahan fungsi dan bentuk penyajian tari Tuwu yang dapat digunakan sebagai

data perbandingan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk upaya pelestarian

(18)

7

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan

tentang Tari Tuwu.

2. Bagi peneliti dan masyarakat lainnya, sebagai informasi mengenai Tari

Tuwu.

3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang

berkecimpung dalam seni tari.

4. Sebagai bahan bacaan dan pelestarian budaya bagi seluruh masyarakat.

5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.

Dengan demikian, hasil pengamatan penulis diharapkan menjadi bekal

pengembangan pendidikan di pulau Nias, khususnya dari aspek budaya dan

menjadi media pengokohan rasa cinta terhadap budaya lokal yang merupakan

(19)

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang hingga

pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan keseluruhan hasil penelitian

terhadap tari Tuwu adalah fungsi tari Tuwu pada masyarakat Nias yang dahulunya

berfungsi sebagai pemberi semangat kepada para pekerja kerajaan dan pendorong

serta penunjang segala aturan/kebijaksanaan dari Raja dan Ratu, akan tetapi kini

tari Tuwu dapat dilihat dari beberapa fungsi yakni dilihat dari tari sebagai

keindahan, kesenangan(hiburan), sebagai komunikasi, sistem simbol dan

supraorganik.

Fungsi dari tari Tuwu ini tertuang dari beberapa unsur-unsur tari

didalamnya, baik itu yang dapat dilihat secara nyata (konkret) ataupun secara

abstrak/supraorganik. Hal tersebut dapat dilihat dari wujud geraknya, musik

pengiring, tata busana, pola lantai serta pesan/makna yang tersirat pada tari Tuwu

ini.

Penyajian tari Tuwu yang dahulunya sebagai tari penyemangat,

menjadikan hal tersebut tidak terhilang dari wajah tari Tuwu ini sendiri. Sehingga

pada dewasa ini, secara umum tari Tuwu dimaknai sebagai tari penyemangat

(20)

77

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh setelah penelitian dilakukan,

maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak sebagai berikut :

1. Kepada pihak terkait agar tetap menjaga kelestarian tari Tuwu, sebagai

aset budaya bangsa terutama masyarakat Nias.

2. Setelah dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap kepada pemerintahan

Kabupaten Nias agar selalu memberikan perhatian terhadap kesenian.

3. Kepada institusi dan ahli dibidang kebudayaan, khususnya di Nias agar

lebih memperhatikan dan memberi pengarahan, pengenalan, dan pelatihan

kepada masyarakat untuk tetap melestarikan kebudayaan.

4. Kepada para seniman, khususnya seniman Nias agar terus dapat berkarya

dan menjaga utuh kesenian tradisi Nias.

5. Pada generasi muda, khususnya muda-mudi Nias disarankan agar

mempelajari dan memahami tari Tuwu baik dari musik, tata busana, pola

(21)

78

DAFTAR PUSTAKA

Anya, Peterson. 2007. The Antropologi Of Dance, Terjemahan F,X.Widyamanto. Bandung: STSI Press

Bungin, Burhan (ED). 2001. Metodologi Penelitian kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta : Penerbit Pustaka

Harefa, Nehemia. 2006. Lembaga Budaya Nias dan Optimalisasi peranannya

dalam pelestarian nilai-nilai tradisional yang positif, konstruktif, dan kondusif. Gunungsitoli : Museum Pusaka Nias

Harefa , Brian. 2012. Analisis Fungsional dan Musikal Ensambel Mamozi

Aramba dalam Kebudayaan Nias di Gunungsitoli. Medan : Universitas

Sumatera Utara

Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari : Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Malang : Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UNM. 2008.

Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru. Malang : UNM

Johannes. 2011. Pusaka Nias Dalam Media Warisan. Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat-Rehabilitasi Rekontruksi Pulau Nias :

Yayasan Pusaka Nias

Koentjaraningrat. 1981. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : Universitas Indonesia

M. Jazuli, Soeryobrongto.1987. Kebudayaan. Bandung: STSI Press

Marundruri, ND. 2003. Busana Daerah Nias. Gunungsitoli : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias

Nugrahaningsih, RHD. 2012. Tari : Identitas dan Resistensi. Medan : UNIMED PRESS

Nuryanto. 2011. Batu Keagungan dan Asal Usul Tari Tuwu. Jakarta : Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat

(22)

79

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta : Sinar harapan

Segers, Rien T. 1978. Evaluasi Teks Sastra (Terjemahan Suminto). Yogyakarta : Adicipta Karya Nusa

Siahaan, E.K. Monograpi Kebudayaan Nias. Medan : Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sumatera Utara

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Gambar

Tabel 4.1. Deskripsi Gerak Tari  Tuwu .....................................................

Referensi

Dokumen terkait

pendidikan sosial yang terdapat didalam Tari Moyo (Tari Elang) pada masyarakat Nias di Kota Medan.. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori bentuk

Sedangkan dalam perbandingan untuk ruang besar dalam bentuk pola lingkaran terdapat pada ragam satu Hiwõ-hiwõ , dua Hoho , tiga Lailõ , empat Hihia ba au , lima (a)

MUSIK IRINGAN TARI MENDULANG EMAS PADA MASYARAKAT MANDAILING ANGKOLA.. DI SANGGAR

Harapan penelitian adalah individu mampu memahami bahwa komunikasi non verbal yang dibingkai dalam sebuah karya seni memiliki makna sehingga karya seni tidak hanya dilihat

Keyboard telah banyak digunakan sebagai alat musik tunggal pengiring dalam suatu nyanyian, bahkan sering juga digunakan dalam pesta-pesta perkawinan di kota Medan.. Masyarakat

Untuk menganalisis aspek struktur musik keyboard sebagai alat musik pengiring tari Maena pada pesta pernikahan masyarakat Nias di kota Medan, penulis mengacu kepada teori

Penelitian ini mengkaji tentang Struktur gerak tari Bello Mesusun pada masyarakat suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara, dilihat juga dari makna dan fungsi Tari Bello Mesusun semua

Kridalaksana (1993:21) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbriter, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama