TARI TUWU PADA MASYARAKAT NIAS
KAJIAN TERHADAP FUNGSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
HESTYONI LASE
NIM 2113142026
PROGRAM STUDI TARI
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S1 Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari di Universitas Negeri Medan.
Apa yang penulis lakukan ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga Skripsi ini bisa memberi konstribusi dan membantu terhadap kegiatan penelitian-penelitian yang relevan lanjutnya.
Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahanan yang diperoleh, sulit kiranya Penulis menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, rasa hormat dan ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada:
Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan
Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik
Siti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari
Drs. Inggit Prastiawan M.Sn sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dorongan dan yang telah membimbing penulis.
Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Pembimbing Skripsi I dan Siti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing Skripsi II.
Seluruh Staf Dosen Pengajar di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.
Teristimewa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Hasamoni Lase, S.PAK dan Ibunda Tiurma Senny Silalahi, S.Pd AUD yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat, kesabaran, kasih sayang dan Doanya kepada penulis serta Kakak tersayang Anne Irene Lase, S.S, Juan Maynard Lased an Eben Frido Pakpahan yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis.
Abror Harahap, S.E yang sudah membantu dalam persiapan pemberkasan.
iii
Ucapan terimakasih kepada teman seperjuangan Jamal S. Karo-karo, Laurensia Dora Melisa, Riska Junianda dan seluruh sahabat Penulis Program Tari Stambuk 2011 serta Tulang James Silalahi, Tulang Dony Silalahi, Adi Gunawan Canra Silalahi, Kakak Else Sinaga, Elvin Telaumbanua dan Herry Pasrani serta teman-teman yang membantu yang tidak bisa dituliskan satu per satu.
Penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
i
ABSTRAK
Hestyoni Lase, 2113142026. Tari Tuwu pada Masyarakat Nias Kajian terhadap Fungsi. Skripsi. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Fungsi Tari Tuwu pada Masyarakat Nias.
Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa tokoh adat masyarakat Nias yang ada di Kecamatan Idanogawo dan Kota Gunungsitoli, seniman-seniman yang mengetahui tentang tari Tuwu serta pelaku (masyarakat) yang terlibat sebagai pelaku tari Tuwu tersebut.Sampelnya adalah tokoh adat, seniman dan pelaku yang terlibat dalam tari Tuwu.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, video, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa fungsi tari Tuwu pada masyarakat Nias dapat dilihat bukan hanya sebagai tari yang memberikan semangat kepada masyarakat yang sedang bekerja, melainkan tari Tuwu dapat berfungsi sebagai keindahan, kesenangan, media komunikasi, sistem simbol, dan supraorganik. Tari Tuwu sebagai keindahan dapat dilihat dari geraknya yang mengambil gerak-gerak dasar tari Moyo dan gerak tari Tuwu, serta memiliki beberapa tahapan dalam tariannya yaitu awal masuk, hormat, isi dan hormat penutup. Keindahan tatarias dan tata busana dapat dilihat dari riasnya yang cantik dan busana tari Tuwu yang memiliki motif-motif ornamen Nias. Iringan musik dapat dilihat dari musiknya yang semangat yang terdiri dari musik eksternal dan internal serta pola lantai tari Tuwu dapat dilihat dari lima bentuk pola lantai yang beragam sehingga menjadikan tari Tuwu semakin indah.Tari
Tuwu sebagai kesenangan ditunjukkan melalui penyajian tari Tuwu yang kini
ditampilkan di acara-acara pesta kebudayaan ataupun menerima tamu yang datang sebagai tontonan dan sajian seni untuk menghibur masyarakat yang sedang menyaksikannya. Tari Tuwu sebagai sebagai media komunikasi merupakan sebagai media yang menyatakan gagasan non verbal dan menyatakan gagasan estetik. Sebagai gagasan non verbal dapat dilihat dari gerak-gerak imitatif masyarakat yang sedang bekerja sehingga terbentuklah gerak Tuwu, sedangkan menyatakan gagasan estetik adalah melalui tari Tuwu, penari tidak sekedar menari akan tetapi memiliki adanya kepuasaan hati yang diungkapkan melalui gerak dalam memberi semangat ataupun hiburan. Tari Tuwu sebagai sistem simbol dapat dilihat dari gerak Tuwu dan Fataho Mbawa, musik eksternal dan internalnya, serta pola lantai V Tobali, Owulo-wulo, adanya simbol batu/Awina. Tari Tuwu sebagai supraorganik juga dapat dilihat dari makna tari Tuwu yang memberi semangat ataupun dorongan dan pesannya adalah masyarakat Nias dapat bersatu apabila memiliki satu tujuan dan pikiran.
DAFTAR ISI
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
A.Lokasi dan Keadaan Geografis Nias ... 24
B.Kebudayaan Nias ... 27
C.Sistem Religi ... 30
D.Sistem Kekerabatan ... 30
E. Asal Usul Tari Tuwu ... 32
F. Bentuk Penyajian Tari Tuwu ... 37
G.Fungsi Tari Tuwu ... ... 48
1. Tari Tuwu sebagai Keindahan ... 48
a. Gerak Tari Tuwu ... 49
b. Iringan Musik . ... 49
c. Tata Rias dan Busana . ... 55
d. Pola Lantai . ... 63
2. Tari Tuwu sebagai Kesenangan . ... 66
3. Tari Tuwu sebagai Komunikasi . ... 66
4. Tari Tuwu sebagai Sistem Simbol . ... 67
5. Tari Tuwu sebagai Supraorganik ... 74
BAB V. PENUTUP ... 76
A.Kesimpulan ... 76
B.Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus
sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kehidupan budaya Indonesia
merupakan perwujudan kepribadian, sumber identitas, dan ketahanan bangsa,
yang mendasari tekat memelihara, membentuk, menghayati dan mengembangkan
nilai-nilai luhur kehidupan, yang tercermin dalam sikap dan perilaku hidup
sehari-hari, yang pada hakikatnya dinuansai dan diperkaya oleh nilai-nilai budaya
daerah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2006:1) bahwa budaya
adalah merupakan lambang identitas dan kepribadian suatu daerah yang tercermin
dalam sikap dan perilaku yang terwujud dalam : 1. Ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma dan peraturan, 2. Aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat, 3. Benda-benda hasil karya manusia. Dalam kehidupan sehari-hari,
ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak terpisah satu sama lain, bahkan saling
mengisi dan saling berkaitan erat.
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam yang dipengaruhi
oleh banyaknya suku di dalamnya. Hasil kebudayaan tersebut dituangkan dalam
berbagai bentuk aktivitas, kebiasan dan juga dalam bentuk seni. Bentuk Seni
2
karya seni antara suku yang satu dengan suku yang lainnya mencerminkan
kepribadian dan identitas dari masing-masing suku yang ada di Indonesia.
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda yang dilatarbelakangi oleh 8 etnis yaitu : Melayu,
Karo, Simalungun, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Pakpak
dan Nias, sehingga membuat Provinsi ini memiliki hasil budaya yang banyak. Di
dalam penelitian ini, peneliti akan membahas salah satu etnis yang ada di
Sumatera Utara yaitu etnis Nias.
Nias merupakan pulau yang terletak disebelah Barat Sumatera Utara yang
terdiri dari kurang lebih 129 pulau-pulau, akan tetapi tidak seluruhnya dapat
didiami oleh penduduknya. Masyarakat Nias pada umumnya berdomisili di pesisir
pantai sehingga rata-rata penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan dan petani. Selain itu pekerjaan lainnya adalah menjadi pegawai,
pedagang, beternak dan sebagainya. Walaupun demikian hingga saat ini, dengan
laju perkembangan pengetahuan dan ekonomi, masyarakat Nias kini memiliki
jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Daerah kabupaten Nias belum banyak didiami
oleh suku pendatang, hanya sebagian kecil yang ada antara lainnya : suku Aceh,
Suku Minangkabau, Suku Batak, Suku Melayu dan Cina.
Daerah Nias mempunyai budaya unik dan belum tersentuh oleh budaya
dari luar baik dari segi materi seninya maupun dari segi isinya. Kehidupan
budayanya sangat lestari karena sebagian masyarakat daerah Nias masih tetap
melaksanakan upacara-upacara tradisional yang hampir disetiap kegiatan upacara
3
kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, budaya Nias sebagai salah
satu sub kultur di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan
daerah lainnya. Hal ini tercermin dalam bahasa (fahede), kepercayaan, kesenian
tradisional (puisi misalnya amaedola, hendri–hendri, lailo, ngenu–ngenu, hoho,
dan lain-lain), lagu tradisional (lailo/miti-miti, mbolo-mbolo umano), tarian
tradisional (tari moyo,tari tuwu,tari famadogo omo, tari maena, tari ya’ahowu),
musik tradisional (doli-doli, sigu, lagia, tamburu, gondra, aramba, dan lain–lain),
busana daerah, adat istiadat, bentuk dan susunan perkampungan rumah adat (omo
sebua) serta sisa peninggalan kebudayaan megalitik yang masih terdapat
dibeberapa desa di Kabupaten Nias.
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Menurut penelitian, daerah Nias terbagi atas 2
(dua) versi keseniannya yaitu : versi kesenian Nias bagian Utara dan versi
kesenian Nias bagian Selatan. Kesenian yang paling menonjol dan tetap
dilaksanakan dihampir semua kegiatan kebudayaan Nias adalah tarian, yakni : tari
Moyo, tari Maena, tari Tuwu, tari Baluse, tari Mogaele atau Mamahewa, serta tari
Faluaya atau tari Perang.
Kebudayaan di Nias sangat erat kaitannya dengan kehidupan
masyarakatnya sehari-hari, baik itu dalam pekerjaan, pernikahan, peperangan atau
acara suku atau kekeluargaan. Tarian yang merupakan unsur kebudayaan juga
banyak digunakan pada kegiatan tersebut. Salah satunya yaitu tari Tuwu1. Tari
Tuwu merupakan salah satu tari tradisional yang tumbuh dan berkembang di Nias.
4
Tari ini berasal dari Kecamatan Idanogawo di pulau Nias, yang memiliki gerak
yang gemulai dan lembut, serta hanya ditarikan oleh wanita saja. Pada awalnya
tari Tuwu hadir ketika seorang Ratu yang bernama Barasi Balugu, yang secara
tidak sengaja melakukan gerakan-gerakan sederhana layaknya seorang penari
sambil mengucapkan kata Tuwu, dengan tujuan memberi semangat masyarakat
yang bekerja mencari batu keagungan untuk seorang bangsawan pada zaman itu,
yang disebut Balugu Ngahono2. Setelah batu tersebut ditemukan, maka Balugu
Ngahono berencana mengadakan pesta untuk meresmikannya. Sebelum pesta
tersebut dilaksanakan, Balugu Ngahono teringat dan tertarik untuk menyusun
gerakan-gerakan yang pernah dilakukan sang Ratu dan kemudian membuatnya
menjadi sebuah tarian bersama sang Ratu. Kemudian tari tersebut dinamakan
dengan tari Tuwu, sesuai dengan kata pertama yang dikeluarkan sang Ratu. Tari
Tuwu ditarikan pertama kalinya di Kerajaan Balugu Ngahono sebagai tanda
kebersamaan dan pemberi semangat bagi masyarakat yang telah bekerja kepada
Balugu Ngahono.
Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan kebudayaan di Nias
pada zaman dulu dan sekarang berbeda, yang disebabkan oleh pengaruh
kehidupan sosial mereka. Demikian halnya dengan tari Tuwu yang merupakan
salah satu hasil dari kebudayaan Nias kini tidak lagi digunakan sebagaimana
fungsinya dulu, namun pada umumnya digunakan sebagai tari pertunjukan
maupun hiburan semata. Seperti yang diketahui setiap tarian memiliki pesan atau
makna yang terkandung didalamnya untuk disampaikan kepada orang yang
5
melihatnya, oleh karena itu peneliti ingin menyelidiki secara lebih jauh dan
mendetail apakah fungsi tersebut masih ada atau tidak ada pada tari Tuwu pada
saat ini. Apabila masih ada, apakah terjadi perubahan pada fungsi tarinya atau
tidak.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti memilih judul yakni “Tari Tuwu pada Masyarakat Nias Kajian terhadap Fungsi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitipun
mengidentifikasikan beberapa masalah utama mengenai tari Tuwu yakni :
1. Bagaimana asal usul tari Tuwu di pulau Nias ?
2. Bagaimana peranan tari Tuwu pada masyarakat Nias?
3. Bagaimana karakteristik gerak tari Tuwu pada masyarakat Nias ?
4. Bagaimana bentuk penyajian tari Tuwu pada masyarakat Nias?
5. Bagaimana fungsi tari Tuwu pada masyarakat Nias?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah sangat diperlukan, mengingat adanya keterbatasan
yang dimiliki penulis dari segi waktu, dana maupun kemampuan dalam
menganalisis. Adapun yang menjadi pembatasan masalah peneliti dalam
6
D. Rumusan Masalah
Sebuah penelitian bisa dilakukan, apabila rumusan dan penelitian sudah
didapat. Perumusan masalah diperlakukan agar dalam penelitian di lapangan tidak
terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Berdasarkan uraian diatas maka
yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Tari Tuwu Pada
Masyarakat Nias Kajian Terhadap Fungsi”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi atau apa yang dicari melalui suatu
penelitian. Dengan demikian, berdasarkan rumusan masalah yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah : “Mendeskripsikan fungsi tari Tuwu pada masyarakat
Nias”.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kebaikan yang muncul ketika tujuan telah
tercapai dan lebih diarahkan pada fungsinya. Penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi para pembaca, baik yang berada di dalam atau diluar disiplin ilmu tari. Untuk
itu manfaat dari penelitian ini adalah hasil dari pengamatan peneliti tentang
perubahan fungsi dan bentuk penyajian tari Tuwu yang dapat digunakan sebagai
data perbandingan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk upaya pelestarian
7
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan
tentang Tari Tuwu.
2. Bagi peneliti dan masyarakat lainnya, sebagai informasi mengenai Tari
Tuwu.
3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang
berkecimpung dalam seni tari.
4. Sebagai bahan bacaan dan pelestarian budaya bagi seluruh masyarakat.
5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.
Dengan demikian, hasil pengamatan penulis diharapkan menjadi bekal
pengembangan pendidikan di pulau Nias, khususnya dari aspek budaya dan
menjadi media pengokohan rasa cinta terhadap budaya lokal yang merupakan
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang hingga
pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan keseluruhan hasil penelitian
terhadap tari Tuwu adalah fungsi tari Tuwu pada masyarakat Nias yang dahulunya
berfungsi sebagai pemberi semangat kepada para pekerja kerajaan dan pendorong
serta penunjang segala aturan/kebijaksanaan dari Raja dan Ratu, akan tetapi kini
tari Tuwu dapat dilihat dari beberapa fungsi yakni dilihat dari tari sebagai
keindahan, kesenangan(hiburan), sebagai komunikasi, sistem simbol dan
supraorganik.
Fungsi dari tari Tuwu ini tertuang dari beberapa unsur-unsur tari
didalamnya, baik itu yang dapat dilihat secara nyata (konkret) ataupun secara
abstrak/supraorganik. Hal tersebut dapat dilihat dari wujud geraknya, musik
pengiring, tata busana, pola lantai serta pesan/makna yang tersirat pada tari Tuwu
ini.
Penyajian tari Tuwu yang dahulunya sebagai tari penyemangat,
menjadikan hal tersebut tidak terhilang dari wajah tari Tuwu ini sendiri. Sehingga
pada dewasa ini, secara umum tari Tuwu dimaknai sebagai tari penyemangat
77
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh setelah penelitian dilakukan,
maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak sebagai berikut :
1. Kepada pihak terkait agar tetap menjaga kelestarian tari Tuwu, sebagai
aset budaya bangsa terutama masyarakat Nias.
2. Setelah dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap kepada pemerintahan
Kabupaten Nias agar selalu memberikan perhatian terhadap kesenian.
3. Kepada institusi dan ahli dibidang kebudayaan, khususnya di Nias agar
lebih memperhatikan dan memberi pengarahan, pengenalan, dan pelatihan
kepada masyarakat untuk tetap melestarikan kebudayaan.
4. Kepada para seniman, khususnya seniman Nias agar terus dapat berkarya
dan menjaga utuh kesenian tradisi Nias.
5. Pada generasi muda, khususnya muda-mudi Nias disarankan agar
mempelajari dan memahami tari Tuwu baik dari musik, tata busana, pola
78
DAFTAR PUSTAKA
Anya, Peterson. 2007. The Antropologi Of Dance, Terjemahan F,X.Widyamanto. Bandung: STSI Press
Bungin, Burhan (ED). 2001. Metodologi Penelitian kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta : Penerbit Pustaka
Harefa, Nehemia. 2006. Lembaga Budaya Nias dan Optimalisasi peranannya
dalam pelestarian nilai-nilai tradisional yang positif, konstruktif, dan kondusif. Gunungsitoli : Museum Pusaka Nias
Harefa , Brian. 2012. Analisis Fungsional dan Musikal Ensambel Mamozi
Aramba dalam Kebudayaan Nias di Gunungsitoli. Medan : Universitas
Sumatera Utara
Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari : Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Malang : Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UNM. 2008.
Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru. Malang : UNM
Johannes. 2011. Pusaka Nias Dalam Media Warisan. Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat-Rehabilitasi Rekontruksi Pulau Nias :
Yayasan Pusaka Nias
Koentjaraningrat. 1981. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : Universitas Indonesia
M. Jazuli, Soeryobrongto.1987. Kebudayaan. Bandung: STSI Press
Marundruri, ND. 2003. Busana Daerah Nias. Gunungsitoli : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias
Nugrahaningsih, RHD. 2012. Tari : Identitas dan Resistensi. Medan : UNIMED PRESS
Nuryanto. 2011. Batu Keagungan dan Asal Usul Tari Tuwu. Jakarta : Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat
79
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta : Sinar harapan
Segers, Rien T. 1978. Evaluasi Teks Sastra (Terjemahan Suminto). Yogyakarta : Adicipta Karya Nusa
Siahaan, E.K. Monograpi Kebudayaan Nias. Medan : Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sumatera Utara
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta