• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Dan Karakterisasi Genteng Polimer Yang Terbuat Dari Campuran Aspal – Poliester Dan Agregat Pasir Yang Diperkuat Dengan Serat Gelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Dan Karakterisasi Genteng Polimer Yang Terbuat Dari Campuran Aspal – Poliester Dan Agregat Pasir Yang Diperkuat Dengan Serat Gelas"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER YANG TERBUAT DARI CAMPURAN ASPAL – POLIESTER DAN

AGREGAT PASIR YANG DIPERKUAT DENGAN SERAT GELAS

SKRIPSI

FERAWATY HASIBUAN 050801012

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER YANG TERBUAT DARI CAMPURAN ASPAL – POLIESTER DAN

AGREGAT PASIR YANG DIPERKUAT DENGAN SERAT GELAS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

FERAWATY HASIBUAN 050801012

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI

GENTENG POLIMER YANG TERBUAT DARI CAMPURAN ASPAL – POLIESTER DAN

AGREGAT PASIR YANG DIPERKUAT DENGAN SERAT GELAS.

Kategori : SKRIPSI

Nama : FERAWATY HASIBUAN Nomor Induk Mahasiswa : 050801012

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, November 2011

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

Ketua

(4)

PERNYATAAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER YANG TERBUAT DARI CAMPURAN ASPAL – POLIESTER DAN

AGREGAT PASIR YANG DIPERKUAT DENGAN SERAT GELAS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, November 2011

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Karena berkat limpahan rahmat dan karunia-NYA penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut diatas penulis mengerjakan tugas akhir dengan judul

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER YANG TERBUAT DARI CAMPURAN ASPAL – POLIESTER DAN AGREGAT PASIR YANG DIPERKUAT DENGAN SERAT GELAS”.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Anwar Dharma S, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, waktu dan tenaga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua dan Sekretaris Jurusan Departemen Fisika Dr.Marhaposan Situmorang dan Dra. Justinon M.Si,Dekan FMIPA Dr. Sutarman, M.Sc serta semua Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Fisika FMIPA USU.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada yang opaling kucintai dan kusayangi Ayahanda Jusri Hatta Halomoan Hasibuan S.Sos dan Ibunda Nisma Sari Rangkuti yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, kepada abangku tersayang Baginda Supriadi Hasibuan dan keluarganya dan adik – adikku Henri Saputra Hasibuan, Amelita Inriyani Hasibuan, Deni Rocky Hasibuan, dan Azwar Hamonangan Hasibuan serta seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih. Akhirnya tidak terlupakan rekan seperjuanganku, juli,Isma, dan sahabat – sahabatku ( Lili, Sarfiah, Indah Juliana,Nur hasanah,Riska,Aminah Marhani,Ana Syahroni,Aulia dan Arpan) Serta boy friend’s (MHD. Alam Fahmi Harahap).

Akhirnya penulis menerima masukan dan saran yang membangun dari pembaca agar tugas akhir ini dapat bermamfaat bagi kita semua.

Medan, 13 Maret 2012

(6)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF POLYMER ROOF ARE MADE FROM POLYMER COMPOSITE ASPHALT – POLYESTER

AND AGGREGATE SAND REINFORCED WITH FIBER GLASS

ABSTRACT

(7)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER YANG TERBUAT DARI CAMPURAN ASPAL – POLIESTER DAN

AGREGAT PASIR YANG DIPERKUAT DENGAN SERAT GELAS

ABSTRAK

(8)

DAFTAR ISI

1.3 Pembatasan masalah 3

1.4 Tujuan penelitian 3

1.5 Mamfaat penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genteng Aspal /Asphalt roofing 5

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat penelitian 19

(9)

3.2.1 Peralatan 19

3.2.2 Bahan 20

3.3 Prosedur 20

3.3.1 Proses pembuatan aspal polimer 20

3.3.2 Uji Daya serap air 21

3.3.3 Uji kekuatan lentur 21

3.3.4 Uji kekuatan Impak 22

3.4 Diagram Alir 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 25

4.1.1 Pengujian sifat fisis 25

4.1.1.1 Pengujian Daya serap air 25 4.1.1.2 Pengujian kekuatan Impak 26 4.1.1.3 Pengujian Kekuatan Lentur 28

4.2 Pembahasan 30

4.2.1 Pengujian daya serap air 30

4.2.2 Pengujian Kekuatan lentur 32

4.2.3 Pengujian Kekuatan Impak 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 35

5.2 Saran 36

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Uji daya serap air 28

Tabel 4.2 Uji Kekuatan impak 29

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Ukuran sampel hasil cetakan 23

Gambar 3.2 Pengujian kuat lentur 24

Gambar 3.3 Uji kekuatan impak 25

(12)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Hubungan antara nilai pengujian daya serap air dan variasi Serat Gelas 31 Grafik 4.2 Hubungan antara nilai pengujian kekuatan lentur

dan variasi serat gelas 32 Grafik 4.3 Hubungan antara nilai pengujian kekuatan impak

(13)

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF POLYMER ROOF ARE MADE FROM POLYMER COMPOSITE ASPHALT – POLYESTER

AND AGGREGATE SAND REINFORCED WITH FIBER GLASS

ABSTRACT

(14)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER YANG TERBUAT DARI CAMPURAN ASPAL – POLIESTER DAN

AGREGAT PASIR YANG DIPERKUAT DENGAN SERAT GELAS

ABSTRAK

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Karakteristik-karakteristik dari suatu atap, tergantung atas tujuan dari

bangunan yang ditutup, bahan-bahan konstruksi, konsep-konsep yang berhubungan

dengan desain dan praktek, ditentukan oleh metoda dan bagaimana atap itu dipasang.

Berbagai bahaya yang mungkin terjadi apabila atap dari suatu bangunan memiliki sifat

seperti material yang keras dan berat, sifat diatas ketahanan baik tetapi ada

kemungkinan dari badai dan gempa yang dapat membahayakan. (Friedman, 2010)

Atap genteng atau roofing adalah pelindung bagian paling atas dari suatu

bangunan. Suatu atap melindungi bangunan dan isi-isinya dari bahaya lingkungan dan

cuaca. Struktur-struktur yang memiliki atap seperti katedral atau stadion, rumah

tinggal gudang dam bangunan lainnya.(Shon, 2011)

Pembangunan di Indonesia dewasa ini setiap tahun meningkat dengan pesat,

hal ini memerlukan bahan bangunan dalam jumlah yang sangat besar. Khusus

penggunaan bahan genteng sebagai salah satu bahan dalam pembuatan perumahan

semakin banyak dibutuhkan dan kini bahan genteng yang sering digunakan sangat

bervariasi, baik yang dibuat dari bahan keramik, seng, multiroof telah banyak

digunakan.

Genteng yang menggunakan bahan baku polimer sangat berkembang

pemakaiannya , karena genteng jenis ini sangat fleksibel dan mudah dipasang serta

sangat ringan. Khusus di Sumatera Utara dan umumnya di Indonesia genteng polimer

ini masih terbatas pemakaiannya, karena harga yang relatif mahal dan genteng ini

(16)

Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai

agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai

temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan

agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.

(Sukirman,S., 2003).

Aspal merupakan distilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki

banyak sekali manfaat dan kegunaan. Aspal sisa dapat digunakan di dalam bermacam

produk-produk, termasuk:

• Jalan aspal,

• Dasar pondasi dan subdasar,

• Tambalan dingin untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil,

lereng-lereng, jembatan-jembatan, dan bidang parkir, • Tambalan lubang di jalanan,

• Jalan dan penutup tanah, • Atap bangunan, dan • Minyak bakar

karena ketersediaan timbunan tanah berkurang untuk bahan genteng roofing,

dan persenan peningkatan limbah padat, menjadi semakin tertarik akan menemukan

cara alternatif memanage shingle limbah, dan dapat dibuat dari asphalt. (Book, 2011)

Serat biasanya terdiri dari bahan yang kuat, kaku, dan getas. Hal ini terjadi

karena seratlah yang terutama menahan gaya luar, sehingga serat haruslah kaku dan

kuat. Kekuatan serat terletak pada ukurannya yang sangat kecil, kadang-kadang dalam

orde micron. Ukuran yang kecil tersebut menghilangkan cacat-cacat dan

ketidaksempurnaan Kristal yang biasa terdapat pada bahan berbentuk padatan besar.

Dari penelitian tersebut diatas, maka peneliti ingin meneliti mengenai

(17)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dengan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah bahan dari bahan serat gelas, aspal dan pasir berikatan

sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan genteng.

2. Ingin mencari campuran serat yang sesuai untuk menghasilkan genteng

polimer dengan sifat mekanik yang sangat baik.

3. Bagaimanakah sifat fisik dan mekanik campuran bahan tersebut dengan

penambahan serat gelas.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Penelitian ini dibatasi dengan penggunaan jenis bahan campuran yaitu :

1. Aspal yang digunakan adalah aspal iran tipe 60/70.

2. Serat gelas jenis Woven Roving digunakan sebagai penguat.

3. Pasir yang digunakan jenis pasir kasar yang berfungsi sebagai agregat.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitihan ini antara lain adalah :

1. Melakukan studi pembuatan polipaduan Aspal, dengan penambahan

serat gelas untuk pembuatan genteng.

2. Mengetahui persentase terbaik dari penambahan serat gelas jenis

Woven Roving pada pembuatan genteng.

3. Ingin menghasilkan genteng yang lebih kuat dan tidak mudah getas

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Adapun mamfaat yang diharapkan dari penelitihan ini :

1. Mampu menghasilkan suatu bahan genteng yang sifat

kompatibilitasnya sesuai dengan yang diharapkan.

(18)

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika Penulisan pada masing-masing bab adalah :

Bab I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan masalah yang

akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat penelitian

dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk

proses pengambilan data, analisa data serta pembahasan.

Bab III Metodelogi Penelitian

Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian,

diagram alir penelitian dan prosedur penelitian.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa data

yang diperoleh dari penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Genteng Aspal/Asphalt Roofing

Asphalt Roofing atau yang lebih dikenal dengan genteng Aspal yang dijadikan atap

bangunan dibuat dari suatu bentangan yang cukup luas, yaitu bentangan suhu

pemanasan aspal, carbon balck dan batu kerikil (Book, 2011)

Genteng dari aspal ini tentu tak sepenuhnya dari material aspal. Genteng

merupakan perpaduan antara bubuk kertas, serat organik, resin, serta aspal. Material

ini diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang ringan, lentur, dan tahan air.

Aspal dalam hal ini berfungsi sebagai water proofing sehingga atap menjadi tahan

terhadap kebocoran. Selain anti bocor, genteng aspal juga lebih ringan dibandingkan

genteng tanah liat, beton, atau keramik. Dengan bobot yang ringan konstruksi atap

pun bisa diminimalkan, sehingga biaya pun bisa dihemat.(Kompas, 2009)

Suatu atap berfungsi melindungi terutama terhadap hujan. Tergantung atas

sifat alami bangunan, atap itu bisa juga melindungi dari panas, cahaya matahari,

dingin dan angin. Jenis-jenis lain dari struktur, sebagai contoh, suatu bangunan untuk

kebun, akan melindungi dari dingin, angin dan hujan tetapi bisa tembus cahaya. Suatu

rumah bisa diatapi dengan material yang melindungi dari cahaya matahari tetapi tidak

menghalangi unsur-unsur yang lain.

Genteng polimer merupakan perpaduan antara serat organik dan aspal.

Material ini diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang ringan, lentur, dan

tahan air. Aspal dalam hal ini berfungsi sebagai water proofing sehingga atap menjadi

tahan terhadap kebocoran. Selain anti bocor, genteng aspal juga lebih ringan

dibandingkan genteng tanah liat, beton, atau keramik. Dengan bobot yang ringan

(20)

genteng bermacam-macam, ada genteng beton, genteng tanah liat, genteng keramik,

genteng seng,genteng kayu (sirap) dan genteng polimer.

Untuk itu penulis mencoba merencanakan pembuatan genteng dengan

menggunakan bahan serat gelas dan proses cetak injeksi merupakan salah satu cara

untuk membuat genteng ini. Untuk membuat genteng polimer dengan tambahan serat

gelas agar mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses

pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif.

( Syafrudin latif, 2009).

Keuntungan dari genteng polimer ini yaitu :

1.Ramah lingkungan

2. Tahan lama

3. Pemeliharaannya mudah

4. Fleksibel

Berdasarkan sistemnya genteng ini memiliki struktur polimer khusus yang

meningkatkan fleksibilitas.Kekuatan tarik produk meningkat karena usia pembuatan

lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk menyediakan produk dengan kinerja

yang sangat baik.( Lane, Regan., Soham, dan Ely, 2011)

Setiap jenis penutup atap punya kelebihan dan kekurangangnya

masing-masing. Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan,

bentuk dan umur rencananya masing-masing.

Bahan meterial ini terbuat dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal)

dan bahan kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasar. Pertama, model datar

bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka. Multipelks dan rangka

dikaitkan dengan bantuan sekrup. Genteng aspal dilem ke papan. Untuk jenis kedua,

model bergelombang, ia cukup disekrup pada balok gording.

Pemakaian atap kaca semakin popular untuk mendapatkan penerangan alami

dalam rumah pada siang hari. Biasa dipakai pada bagian rumah yang tidak

(21)

desain sebuah rumah. Bentuknya pun bermacam macam, ada yang berbentuk

lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.( Ide, 2011)

2.2. Aspal

Aspal dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak

bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350oC

dibawah tekanan atmosfer untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline

(bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil (Wignall,A., 2003)

Aspal berasal dari aspal alam

berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan

menjadi

melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan

Aspal sering juga disebut

yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis

2.2.1. Jenis-jenis Aspal

Jenis-jenis aspal dibedakan oleh temperatur. Konsistensi adalah istilah itu digunakan

untuk menurunkan derajat tingkat dari ketidakstabilan atau kekenyalan aspal-aspal

pada setiap temperatur yang tertentu. Konsistensi dari aspal memiliki temperatur yang

bervariasi. Aspal-aspal dinilai didasarkan pada cakupan-cakupan dari konsistensi pada

suhu standar. Ketika Aspal itu diunjukkan ke udara di dalam selaput tipis dan

diperlakukan pemanasan. Bagaimanapun, temperatur berlebihan dapat menyebabkan

kerusakan lebih pada aspal. Aspal yang mengandung lilin (wax) lebih peka terhadap

temperatur dibandingkan dengan aspal yang tidak mengandung lilin. Hal ini terlihat

pada aspal yang mempunyai viskositas yang sama pada temperatur tinggi, tetapi

sangat berbeda viskositas pada temperatur rendah.

Aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses pembentukannya

yaitu sebagai berikut :

(22)

Aspal alamiah ini berasal dari berbagai sumber,seperti pulau Trinidad.

Aspal dari Trinidad mengandung kira – kira 40% organic dan zat – zat

anorganik yang tidak dapat larut. Dengan pengembangan aspal minyak

bumi,aspal alamiah relative tidak penting.

2. Aspal batuan

Aspal batuan ini adalah endapan alamiah batu kapur atau batu pasir

yang diperpadat dengan bahan – bahan berbitumen. Aspal ini terjadi ini

diberbagai bagian di Amerika Serikat. Aspal ini umumnya membuat

permukaan jalan yang sangat lama dan stabil ,tetapi kebutuhan transportasi

yang tinggi membuat aspal terbatas pada daerah – daerah tertentu.

3. Aspal minyak bumi

Aspal minyak bumi pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk

perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan – bahan pengeras jalan aspal sekarang

berasal dari minyak mentah domestic bermula dari ladang – ladang di

Kentucky, Ohio , Michigan, Illinois , Mid-Continent, Gulf-Coastal, Rocky

Mountain, California, dan Alaska. Sumbar – sumber asing termasuk Meksiko,

Venezuela, Colombia, dan Timur Tengah. Sebasar 32 juta ton telah digunakan

pada tahun 1980 (Oglesby,C.H.,1996)

4. Aspal iran

Aspal iran merupakan salah satu jenis aspal yang di impor dari Iran –

Teheran. Aspal jenis ini sangat sesuai dan direkomendasikan untuk Negara

beriklim tropis seperti di Indonesia, karena ini desain untuk bisa elastis

menyesuaikan suhu yang naik dan turun, contohnya aspal yang dipergunakan

sebagai bahan utama dalam penelitihan ini yaitu aspal dengan angka penetrasi

60/70.

2.2.2. Sifat-sifat Aspal

Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan tergantung dari waktu pembebanan. Pada

proses pencampuran dan proses pemadatan sifat aspal dapat ditunjukkan dari nilai

viscositasnya,sedangkan pada sebagian besar kondisi saat masa pelayanan, aspal

mempunyai sifat viscositas yang diwujudkan dalam suatu nilai modulus kekakuan.

(23)

Sedangkan sifat-sifat aspal lainnya adalah :

1. Aspal mempunyai sifat mekanis ( Rheologic ), yaitu hubungan antara tegangan

( stress dan regangan ( strain ) dipengaruhi oleh waktu. Apabila mengalami

pembebanan dengan jangka waktu pembebanan yang sangat cepat, maka aspal

akan bersifat elastis, tetapi jika pembebanannya terjadi dalam jangka waktu

yang lambat maka sifat aspal menjadi plastis ( viscous ).

2. Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau

viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang terjadi.

Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan semakin rendah

atau semakin encer demikian pula sebaliknya. Dari segi pelaksanaan lapis

keras, aspal dengan viskositas yang rendah akan menguntungkan karena aspal

akan menyelimuti batuan dengan lebih baik dan merata.Akan tetapi dengan

pemanasan yang berlebihan maka akan merusak molekul-molekul dari aspal,

aspal menjadi getas dan rapuh.

3. Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami

tegangan regangan akan berakibat aspal menjadi mengeras sesuai dengan

jalannya waktu. Meskipun aspal hanya merupakan bagian yang kecil dari

komponen campuran beraspal, namun merupakan bagian terpenting untuk

menyediakan ikatan yang awet/tahan lama (durable ) dan menjaga campuran

tetap dalam kondisi kental yang elastis.( Brown dkk, 1992).

2.2.3. Kemurnian Aspal

Aspal-aspal disuling dan biasanya lebih dari 99,5 persen yang dapat larut di

dalam disulfida karbon. Secara normal, aspal bebas dari air atau embun karena

diperoleh dari instalasi penyulingan. Bagaimanapun, tangki aspal pemuatan dan

pengangkutan mungkin punya beberapa uap air ditank mereka. Bila ada air pada aspal,

dapat menyebabkan aspal itu untuk berbusa ketika aspal dipanaskan atau diaduk di

atas 212°F (100°C).

2.2.4. Keselamatan

Pembusaan aspal bisa merupakan suatu resiko keselamatan. Spesifikasi

(24)

(177°C). Aspal jika dipanaskan pada temperatur cukup akan menyambar percikan

nyala api. Temperatur saat hal ini terjadi berada di atas temperatur-temperatur yang

secara normal digunakan di dalam operasi pengaspalan. Bagaimanapun, untuk

memastikan suatu batas aman yang cukup, titik nyala dari aspal itu harus diketahui.

2.2.5. Kepekaan Temperatur

Semua aspal-aspal adalah termoplastik, yang mana akan menjadi lebih keras

lebih merekat dengan berkurangnya temperatur dan akan menjadi lebih lembut, lebih

sedikit yang merekat sebagai bila temperatur mereka meningkat. karakteristik ini

dikenal sebagai kepekaan temperatur. Aspal pada temperatur-temperatur yang

berbeda. Saat temperatur meningkat, aspal menjadi lebih sedikit yang merekat (lebih

banyak cair). Mengetahui kepekaan temperatur aspal itu yang sedang digunakan di

suatu campuran seman aspal sangat penting, karena itu menandai temperatur yang

tepat untuk mencampur aspal dengan bahan lainnya.

2.2.6. Ketahanan

Ketahanan adalah seberapa baik suatu aspal mempertahankan

karakteristik-karakteristiknya yang asli ketika mengalami proses-proses kerusakan karena iklim dan

lingkungan. Penilaian ketahanan aspal termasuk uji laboratorium berupa peniruan

proses-proses kerusakan karena iklim dan penuaan. Kinerja semen aspal masih sangat

yang dipengaruhi oleh desain campuran, karakteristik-karakteristik kumpulan,

pengerjaan dan variabel-variabel lain.

2.2.7. Adhesi dan Kohesi

Kohesi secara umum adalah gaya tarik menarik antar molekul yang sama jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain tidak dapat menempel karena molekulnya saling tolak menolak.

Contoh Kohesi : - Air di atas daun talas

(25)

Adhesi secara umum adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik menarik atau merekat.

Contoh Adhesive :

- Air di atas telapak tangan - Susu tumpah di lantai

Adhesi pada aspal adalah kemampuan aspal itu untuk berikatan dengan kumpulan di dalam campuran semen aspal. Kohesi adalah kemampuan aspal itu untuk memegang partikel-partikel kumpulan pada tempatnya di dalam campuaran semen aspal akhir.

2.2.8. Cairan Aspal

Aspal secara temperatur normal berbentuk semipadat dan sangat merekat, harus

dilelehkan atau dicairkan sementara untuk menangani selama operasi konstruksi.

Aspal dapat sementara dicairkan dalam tiga cara:

1. Dengan peleburan dengan panas.

2. Dengan penghancuran aspal di dalam bahan pelarut yang terpilih. Proses ini

disebut stek yang dikenal sebagai Aspal Potong Pendek.

3. Dengan menjadikan emulsi aspal dengan air. Produk hasilnya disebut spal

Emulsi.

Aspal-aspal yang dijadikan emulsi disebut cairan-cairan aspal untuk membedakan

dengan kelompok dari aspal-aspal normal.

2.2.9. Penuaan dan Pengerasan

Aspal-aspal mengalami pengerasan di dalam campuran semen aspal, dan

didalam konstruksi terjadi Pemadatan disebabkan terutama oleh oksidasi kombinasi

aspal dengan oksigen. Pemadatan terjadi menunjukkan peningkatan di dalam

kekentalan disebabkan oleh pemanasan dari aspal. Tidak semua aspal-aspal mengeras

di tingkat yang sama ketika yang dipanaskan. Oleh karena itu, masing-masing aspal

yang digunakan harus diuji untuk menentukan karakteristik-karakteristik, penuaannya

sehingga konstruksi dan teknik-teknik dapat disesuaikan untuk memperkecil

kesalahan. Penyesuaian-penyesuaian seperti itu biasanya melibatkan pencampuran

(26)

2.3. Serat Gelas

Bahan dasar dari serat gelas adalah silica (SiO2), untuk memperbaiki sifat

mekanisnya maka dilakukan penambahan bahan-bahan oksigen, seperti : boron,

kalsium, sodium, iron, dan aluminium.Silika pada umumnya amorf walaupun

kristalisasi dapat terjadi sesudah mengalami pemanasan yang lama pada temperatur

tinggi, hal ini mengurangi kemampuannya. Komposisi yang berbeda-beda dari silika

dengan bahan-bahan tambahan akan menentukan sifat-sifat mekanis serat gelas.

2.3.1. Bentuk Serat Gelas

Bentuk serat gelas ada 2 yaitu :

1. Woven Roving

Woven roving mempunyai bentuk seperti anyaman tikar,serat gelas yang

teranyam dibuat saling bertindih secara selang seling kearah vertical dan

horizontal (0o dan 90o). Kumpulan anyaman adalah seperti tali,anyaman ini

memberikan penguatan kearah vertikal dan horizontal. Pemakaiannya dalam

konstruksi terutama pada bagian frame dan ginder. Woven roving sedikit kaku,

sehingga agak sulit dibentuk terutama digunakan untuk bagian berlekuk tajam.

Woven roving mempunyai berat per luas 407 gr/m2 dengan ketebalan antara

0,51 mm sampai 1,02 mm. Bentuk serat gelas woven roving adalah berupa

gulungan serat gelas yang menjadi kain yang tebal dan kasar. Bentuk serat

gelas ini sangat baik digunakan dalam industry, misalnya pembuatan bak

mandi, pembuatan kapal dan lain-lain.

2. Chop Stand Mat (CSM)

Chop stand mat mempunyai bentuk seperti anyaman tidak teratur, serat gelas

yang teranyam dibuat bertindih secara tidak teratur kesegala arah

(unidirectional). Serat gelas yang teranyam mempunyai panjang serat yang

relative lebih pendek dari panjang serat woven roving. Kumpulan anyaman

adalah seperti tumpukan jerami, anyaman ini memberikan penguatan ke segala

arah. Pemakaiannya dalam konstruksi terutama pada bagian hull. CSM ini

(27)

2.3.2. Sifat-sifat Serat Gelas

Bahan dasar dari serat gelas adalah silicon (SiO2) atau dalam bentuk polimer

(SiO4)n sebagai kerangka dasar. Gelas merupakan bahan yang amorf yaitu tidak

mempunyai struktur Kristal zat padat maupun sifat aliran zat cair. Penggunaan

tipe-tipe serat gelas pada umumnya didasarkan atas satu atau lebih sifat-sifat yang

diinginkan. Sifat serat gelas yang diinginkan, sifat mekanik, mekanis thermal dan

kelistrikan.

Komposisi serat gelas adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

menentukan sifat-sifat serat gelas antara lain :

- Daya tahan terhadap panas dan pembakaran

Sifat organik dari suatu serat gelas menghasilkan daya tahan terhadap panas

dan pembakaran.

- Daya tahan terhadap Kelembaban udara

Serat gelas tidak bersifat higrokopis terhadap kelembaban udara

disekelilingnya, sehingga serat gelas tidak dapat mengembung atau meregang.

Kekuatan mekaniknya tidak berpengaruh terhadap lingkungan yang lembab.

- Daya tahan terhadap zat-zat kimia, dan tidak dapat ditumbuhi oleh jamur,

bakteri dan lain- lain.

- Kekuatan tariknya tinggi

Serat gelas mempunyai kekuatan tarik lebih besar terhadap serat-serat tekstil.

- Sifat-sifat thermal

Serat gelas mempunyai koefisien ekspansi yang rendah dan koefisien

konduktivitas thermal yang tinggi.

(28)

Serat gelas bersifat non konduktif sehingga sangat baik digunakan sebagai

isolasi pada komponen-komponen elektronik, karena dielektriknya

rendah.(Anaria, 1990)

2.3.3. Pasir

Pasir adalah contoh baha

antara 0,0625 sampai

tetapi di beberapa

pasir (standstone) adalah endapan yang terdiri dari mineral berukuran pasir atau

butiran batuan. Sebagian besar batu pasir terbentuk oleh kuarsa atau feldfar karena

mineral-mineral tersebut paling banyak terdapat di kulit bumi. Seperti halnya pasir,

batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat

muda, coklat, kuning, merah, abu-abu, dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali

membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya warna tertentu batu pasir

dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Sebagai contoh, sebagian besar wilayah di

bagian barat Amerika Serikat dikenal dengan batu pasir warna merahnya.

Materi pembentuk pasir adalah silicon dioksida, tetapi di beberapa pantai

tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Pasir merupakan material

alam yang sangat fungsional dalam kehidupan umat manusia dimuka bumi ini, seperti

industry pembuatan unsur pasir kuarsa, pada pengecoran baja, pasir silica

dimanfaatkan untuk memisahkan kotoran dari baja cair, dalam kegiatan konstruksi

bangunan peranan pasir sangat utama hingga ke industri kerajinan, dekorasi maupun

kegiatan lainnya.Nama-nama pasir dalam bisnis bangunan kadang identik dengan

daerah asal dimana pasir tersebut di dapat.Misalnya pasir yang berasal dari Cileungsi,

banyak orang menyebutnya dengan sebutan pasir Cileungsi. Pasir yang berasal dari

daerah Cikalong, orang menyebutnya pasir Cikalong. Pasir dari daerah Bangka

disebut pasir Bangka, karena warnanya putih lebih lengkap dengan sebutan pasir putih

Bangka.

Pasir halus adalah pasir alam sebagai hasil disentragrasi alami batuan atau

pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir

(29)

batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri. Pasir ringan adalah

agregat dengan berat isi kering oven gembur maksimum 1100 N. Pasir ukuran tunggal

adalah agregat yang ukuran butirannya sama.

Pengenalan Agregat yaitu 70-80% kandungan konkrit terdiri dari agregat.

Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanlasakan konkrit. Pilihan agregat

yang sesuai untuk tujuan sesuatu pembinaan memerlukan kefahaman mengenai

sifat-sifat agregat. Sifat-sifat-sifat ini boleh diketahui melalui ujikaji-ujikaji seperti yang telah

ditetapkan oleh kod-kod piawai. Agregat dibagi kepada dua bagian utama - Agregat

Halus (pasir) dan Agregat Kasar (batu kerikil). Pasir untuk saiz nominal agregat yang

kurang dari 5mm dan batu kelikir adalah agregat yang mempunyai saiz nominal yang

lebih dari 5mm.

Pasir sungai biasa digunakan dan paling sesuai karena kurang dari kotoran

kimia. Pasir terkilang (pasir dari pecahan batu kerikil besar) boleh digunakan sebagai

bahan ganti. Untuk menjamin mutu konkrit yang dihasilkan, pasir sungai atau

terkilang ini mesti memenuhi syarat-syarat pengagregatan. Pengagregatan pasir

dilakukan melalui Analisis Ayak (BS410:1969). Piawai lain (BS882: Bagian 2: 1973)

menggariskan hal-hal pengagregatan dalam empat zone. Zone 1 menggambarkan

kandungan pasir yang kasar dan zon 4 menggambarkan kandungan pasir yang halus.

Pasir mempunyai ketumpatan disekitar 2.700kg/m3.

Agregat kasar yaitu Agregat yang bisa didapati dari sumber natural atau

artificial. Sumber natural biasanya dari kumpulan Granit atau Batu Kapur (BS812:

Bahagian 1: 1975). Kumpulan batu ini digunakan untuk paduan (campuran) biasa.

Densitas (kerapatan) bandingan agregat biasa ini dalam jumlah 2.500-2.700 kg/m3.

Untuk paduan konkrit berat, Barit (Barium Sulfat) yang bisa didapati dari sumber asli

dapat saja digunakan. Barium Sulfat mempunyai Densitas (kerapatan)

4.200-4.300kg/m3. Agregat berat digunakan untuk paduan konkrit yang terukur oleh sinar-X,

sinar gamma atau reaktor nuklir. Agregat artificial bisa didapati dari hasil limbah

industri. Bola besi untuk konkrit berat, klinker atau jermang hasil pembakaran untuk

konkrit ringan. Umumnya agregat ringan mempunyai kekuatan yang rendah, dan

(30)

ialah 10mm, 20mm dan 40mm. Angka (Ukuran) maksimal bergantung kepada jenis

paduan antara lain campuran padat, tebal atau tipis.

2.4.1. Ciri-Ciri Penting Agregat 1. Agihan partikel

Ciri ini penting untuk rekabentuk campuran. Agihan yang baik penting

untuk mempastikan konkrit yang terhasil adalah padat. Longgokan agregat

yang tidak baik agihan saiz partikelnya (gap-graded distribution) boleh

menghasilkan konkrit yang berongga dan memberi kesan kepada kekuatan.

Agihan partikel juga memberi kesan yang konkrit. Agihan partikel boleh di

lakukan melalui Analisis Ayak.

Sampling yang betul mesti dilakukan supaya sampel yang diambil untuk

Analisis Ayak mewakili longgokan agregat. Proses sampling yang betul ialah

dengan mengikuti proses 'quartering'.

2. Kekuatan agregat.

Kekuatan agregat memberi kesan yang banyak kepada ciri-ciri konkrit

seperti kekuatan konkrit, ubahbentuk, ketahanan, perubahan isipadu, graviti

tentu, ketelusan dan tindakbalas kimia. Biasanya kekuatan agregat ialah lebih

tinggi dari kekuatan konkrit yang hendak di rekabentuk. Kekuatan konkrit

selalunya berada di sekitar 30-50MPa, sementara kekuatan agregat dalam

lingkungan 80-350MPa.

3. Ketelusan (Porosity)

Ketelusan agregat mempengaruhi kandungan lembapan yang terdapat

dalam agregat. Kandungan lembapan pula mempengaruhi rekabentuk

campuran dan juga kekuatan konkrit terkeras. Agregat yang mempunyai

ketelusan yang tinggi biasanya kurang lasak. Ketelusan diukur dengan kadar

serapan air (absorption) oleh agregat. Kadar resapan ialah peratus air yang

(31)

dalam agregat boleh berada dalam keadaan kering, kering udara, tepu dan

basah. Rekabentuk campuran adalah berdasarkan agregat yang mempunyai

kandungan air tepu. Memandangkan agregat biasanya terdapat dalam keadaan

kering udara atau basah, kandungan air yang dikira dalam rekabentuk

campuran mesti diubah sesuai dengan kandungan lembapan yang berada dalam

agregat.

4. Perubahan isi padu

Perubahan isipadu disebabkan oleh perubahan kandungan lembapan

dalam agregat memberi kesan kepada sifat pengecutan (shrinkage). Kadar

pengecutan agregat yang lebih tinggi dari konkrit akan mengakibatkan retakan

dalaman konkrit. Perubahan isipadu berkait rapat dengan ketelusan agregat.

5. Graviti tentu

Graviti tentu sesuatu bahan adalah nisbah unit berat bahan tersebut

berbanding dengan unit berat air. Memandangkan agregat boleh meresap air,

graviti tentunya bergantung kepada kandungan lembapannya.

6. Bentuk partikel dan keadaan permukaan

Agregat yang bulat dan licin mempunyai darjah keboleh kerjaan yang

baik tetapi menghasilkan kekuatan yang kurang baik berbanding dengan

agregat yang bersegi dan berpermukaan kasar. Bentuk secara umumnya

mempengaruhi kepadatan dan juga ikatan dalam konkrit.(Tano Eddy, 1997)

2.5 Poliester

Poliester adalah sebuah polimer (sebuah rantai dari unit yang berulang-ulang)

dimana masing-masing unit dihubungkan oleh sebuah sambungan ester. Rantai

polimernya sangat kecil dan kelihatan sedikit rumit. Tetapi tidak terlalu sulit untuk

menuliskan strukturnya – menggambarkan strukturnya akan lebih mudah ketimbang

(32)

Nama lazim dari poliester umum ini adalah polietilen tereftalat. Nama

sehari-harinya tergantung pada apakah digunakan sebagai serat atau sebagai material untuk

membuat produk seperti botol untuk minuman ringan. Jika digunakan sebagai serat

untuk membuat kain, biasanya sering hanya disebut poliester. Terkadang juga dikenal

dengan nama perdagangannya seperti Terilen. Jika digunakan untuk membuat botol,

misalnya, biasanya disebut PET.

2.5.1 Pembuatan poliester sebagai sebuah contoh polimerisasi kondensasi

Pada polimerisasi kondensasi, jika monomer-monomer bergabung bersama,

ada sebuah molekul kecil yang hilang. Ini berbeda dengan polimerisasi adisi yang

menghasilkan polimer seperti poli(eten) – dimana pada proses ini tidak ada yang

hilang ketika monomer-monomer bergabung bersama.

Sebuah poliester dibuat dengan sebuah reaksi yang melibatkan sebuah asam

dengan dua gugus -COOH, dan sebuah alkohol dengan dua gugus -OH.Pada poliester

umum yang digambarkan terdapat: Asam benzen-1,4-dikarboksilat (nama lama: asam

tereftalat). Alkohol yaitu etana-1,2-diol (nama lama: etilen glikol).

Sekarang bayangkan kita menyusun senyawa-senyawa ini secara bergantian

dan membuat ester dimana masing-masing gugus asam dan masing-masing gugus

alkohol, kehilangan satu molekul air setiap kali sebuah sambungan ester terbentuk.

2.5.2 Pembuatan poli(etilen tereftalat) dalam skala produksi

Reaksi terjadi dalam dua tahap utama, yaitu: tahap pra-polimerisasi dan

polimerisasi sesungguhnya. Pada tahap pertama, sebelum polimerisasi terjadi,

terbentuk sebuah ester yang cukup sederhana dari asam dan dua molekul

etana-1,2-diol. Pada tahap polimerisasi, ester sederhana ini dipanaskan pada suhu sekitar 260°C

dan pada tekanan rendah. Dalam hal ini diperlukan sebuah katalis – ada beberapa

kemungkinan termasuk senyawa-senyawa antimoni seperti antimoni(III) oksida.

Poliester terbentuk dan setengah dari etana-1,2-diol diperbaharui. Ini selanjutnya

(33)

2.5.3 Hidrolisis poliester

Ester-ester sederhana mudah dihidrolisis melalui reaksi dengan asam atau

basa encer. Poliester diserang dengan mudah oleh basa, tetapi jauh lebih lambat oleh

asam encer. Hidrolisis dengan air saja sangat lambat sehingga hampir tidak

diperhitungkan. (Poliester tidak akan terurai menjadi bagian-bagian kecil jika terkena

air hujan).

Jika anda menumpahkan basa encer pada sebuah kain yang terbuat dari

poliester, maka sambungan-sambungan esternya akan putus. Etana-1,2-diol terbentuk

bersama dengan garam asam karboksilat. Karena dihasilkan molekul-molekul kecil

dan bukan polimer asli, maka serat-serat kain tersebut akan hancur, dan terbentuk

sebuah lubang pada kain.

2.6 DIKUMIL PEROKSIDA (DCP)

DCP adalah radikal sumber yang kuat, digunakan sebagai inisiator polimerisasi,

katalis dan zat penvulkanisasi. Temperatur waktu paruh 61 oC (untuk 10 jam), 80 oC

(untuk 1 jam) dan 120 oC (untuk 1 menit). DCP terdekomposisi dengan cepat,

menyebabkan kebakaran dan ledakan, pada pemanasan dan dibawah pengaruh cahaya.

DCP juga bereaksi keras dengan senyawa yang bertentangan (asam, basa, zat

pereduksi dan logam berat).

Teknik crosslinking (ikat silang) karet dengan peroksida telah dikenal sejak

lama. Keuntungan umum menggunakan peroksida sebagai zat ikat silang adalah

ketahanannya baik pada suhu tinggi dalam waktu yang lama, keelastisannya yang

baik, dan tidak ada penghilangan warna pada produk akhir.

Sebaiknya DCP disimpan dalam kondisi temperatur kamar (< 27 oC atau

maksimum 39 oC) dan untuk menjaga dari zat pereduksi dan senyawa–senyawa yang

tidak kompatibel dengannya (Khrisnan, 2010).

Diantara berbagai tipe inisiator, peroksida (ROOR) dan hidroperoksida (ROOH)

merupakan jenis yang paling banyak digunakan. Mereka tidak stabil dengan panas dan

(34)

strukturnya. Yang ideal, suatu inisiator peroksida mestilah relatif stabil pada suhu

pemrosesan polimer untuk menjamin laju reaksi yang layak (Stevens, 2001).

2.7 DIVINIL BENZENE ( DVB)

Divinil benzene berubah – ubah secara ekstrim zat crosslinking (ikat silang) yang

sangat baik dan juga meningkatkan sifat – sifat polimer. Sebagai contoh, divinil

benzene banyak digunakan pada pabrik adesif, plastik, elastomer, keramik, material

biologis, mantel, katalis, membran, perlatan farmasi, khususnya polimer dan resin

penukar ion (Hafizullah, A. 2010).

Rumus molekul divinil benzene C10 H10, titik didih 195oC, tidak larut dalam

air dan larut dalam etanol dan eter dan titik nyala 76oC. Ketika beraksi bersama-sama

dengan stirena, divinil benzene dapat digunakan sebagai monomer reaktif dalam resin

polyester. Stiren dan divinil benzene bereaksi secara bersam-sama menghasilkan

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) , Universitas Sumatera Utara.

3.2 Peralatan dan Bahan – Bahan 3.2.1. Peralatan

1. Beaker glass 500 mL Pyrex

Berfungsi sebagai wadah tempat mencampur bahan ( Lampiran A2)

2. Spatula

Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengaduk campuran bahan

(Lampiran A2)

3. Neraca Analitik

Berfungsi sebagai alat untuk menimbang sampel atau bahan (Lampiran A2)

4. Hot Plate

Berfungsi sebagai pemanas (Lampiran A2)

5. Hot Compressor

Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk bahan cetak hasil ekstruksi yang

berdasarkan pada pemanasan (Lampiran A2)

6. Cetakan

Berfungsi sebagai tempat pencetakan sampel (Lampiran A2)

7. Electronic System Universal Tensile Machine Type SC-2DE

Berfungsi untuk pengujian sifat mekanis terutama kekuatan lentur (Lampiran

(36)

8. Mikrometer Skrup

Berfungsi untuk mengukur tebal sampel (Lampiran A2)

9. Impaktor Wolpert

Berfungsi untuk pengujian kekuatan impak komposit yang dilengkapi

dengan skala ( Lampiran A2)

10.Aluminium foil

Berfungsi untuk melapisi cetakan(Lampiran A2)

11.Plat tipis

Berfungsi tempat meletakkan sampel (Lampiran A2)

12.Pipet tetes

Berfungsi untuk mengambil bahan yang berbentuk cairan dari dalam

tempat-nya ( Lampiran A2)

13.Gelas Ukur

Berfungsi untuk mengukur volume bahan berbentuk cairan yang akan

diguna-kan ( Lampiran A2)

3.2.2. Bahan – Bahan

1. Aspal iran tipe penetrasi 60/70

2. Serat Gelas jenis Woven Roving

3. Pasir

4. Poliester

5. Katalisator

6. DCP (Dikumil Peroksida)

(37)

3.3 PROSEDUR PENELITIAN

3.3.1. Proses pembuatan Aspal polimer

1. Aspal dimasukkan ke dalam beaker glass dan dipanaskan dengan suhu

100oC.

2. Ditambahkan pasir dan poliester kemudian di aduk dengan spatula sampai

campuran menyatu.

3. Ditambahkan polyester 35gr, katalis 5gr, DCP 1%, dan DVB 1% kedalam

campuran kemudian diaduk selama 10 menit.

4. Ditambahkan serat gelas ke dalam campuran bahan tersebut dan diaduk

kembali selama 10 menit.

5. Hasil pencampuran tersebut dibuat kedalam cetakan.

6. Hasil cetakan didinginkan pada suhu kamar,kemudian dikeluarkan dari

cetakan untuk diuji.

0,28 mm

70 mm

150 mm

Gambar 3.1. Ukuran Sampel hasil cetakan

7. Perlakuan yang sama dilakukan untuk dengan perbandingan masing

masing pada serat gelas terhadap pasir, (0:40gr, 2,5:37,5gr, 5:35gr,

7,5:32,5gr, 10:30gr, 12,5:27,5gr, 15:25gr, 17,5:22,5gr).

3.3.2 Uji Daya Serap Air

Pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 tentang

prosedur pengujian , dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air

(38)

Pengujian daya serap air telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel

yang ada, berikut data hasil penimbangan berat sampel kering dan berat sampel basah.

Pengujian daya serap air (Water absorbtion) dilakukan pada masing – masing

sampel pengeringan.lama perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu

kamar . Massa awal sebelum direndam diukur dan massa sesudah perendaman.Untuk

mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan genteng

terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Disamping itu pengujian ini juga

dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Pada permukaan bagian atas

yang dibebani akan terjadi kompresi, sedangkan pada bagian permukaan bawah akan

terjadi tarikan.

Gambar. 3.2. Defleksi

Gambar 3.2. Pengujian kuat lentur

Prosedur pengujian kuat lentur :

1. Dihitung beban maksimum sampel.

2. Dihitung jarak penyangga dan lebar benda uji serta tebal benda uji.

(39)

2

Pengujian impak ini bertujuan untuk menentukan ketangguhan sampel

terhadap perbebanan dinamis. Metode impak ini disesuaikan dengan metode

pengujian Izod dan Charpy, dimana sampel dengan bentuk dan ukuran menurut

standar, dengan kedua ujung sampel diletakkan pada penumpu lalu melepaskan beban

dinamis dengan tiba-tiba dengan menuju sampel berdasarkan ASTM D 638.

Dalam urutan untuk mempunyai sebuah perbedaan energi impak, pendulum

dapat dibebaskan dari keadaan yang berbeda. Energi yang hilang oleh impaktor

dikacaukan oleh kehilangan dalam mesin itu sendiri. Pada energi kinetik dari bahan

yang rusak dalam proses mikromekanik yang terjadi dalam material selama deformasi

dan fracture (patahan).

Sementara kekuatan impak (Is) yang dihasilkan merupakan perbandingan

antara energi serap (Es) dengan luas penampang awal.

(40)
(41)

3.4. DIAGRAM ALIR

BAB IV

Aspal Poliester Serat gelas

Ditambahkan DVB 1 %

Dimasukkan ke dalam cetakan

Genteng polimer

Pencampuran dilakukan diatas Hot Plate dengan suhu 100oC

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1. PENGUJIAN SIFAT FISIS 4.1.1.1. Pengujian Daya serap air

Daya serap air merupakan proporsi volume rongga kosong. Daya serap air juga

berhubungan langsung dengan kerapatan.Porositas dinyatakan dalam % yang

menghubungkan antara volume benda keseluruhan.Berdasarkan ASTM

C-20-00-2005, Pengujian daya serap air (Water absorbtion) dilakukan pada masing – masing

sampel pengeringan. Lama perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu

kamar. Pengujian daya serap air telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel

yang ada, berikut data hasil penimbangan berat sampel kering dan berat sampel basah.

Porositas sampel dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

Daya serap air (%) = x100%

M M M

k K J

……….(4.1)

Dengan :

Mj = Massa Jenuh sampel (gr)

Mk = Massa kering sampel (gr)

Dari perhitungan tersebut maka diperoleh persentase penyerapan air

(43)

Tabel 4.1 Uji Daya serap air

4.1.1.2. Pengujian Impak / Impact strength (Is)

Uji impak ini bertujuan untuk menentukan ketangguhan sampel terhadap

pembebanan dinamis. Metode impak ini disesuaikan dengan model charpy,dimana

sampel dalam bentuk tertidur dengan ukuran yang telah ditentukan,dengan kedua

ujung sampel diletakkan pada penumpu lalu melepaskan beban dinamis dengan tiba –

tiba menuju sampel.

Kekuatan impak yang dihasilkan (Is) merupakan perbandingan antara energi

serap (Es) dengan luas penampang (A).

(44)

Untuk sampel berikutnya dilakukan dengan cara yang sama dengan tebal dan lebar

sampel yang berbeda – beda dan hasilnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.2 Uji kekuatan Impak Pasir :

4.1.1.3. Pengujian Kekuatan Lentur / Ultimate Flexture strength (UFS)

Pengujian kekuatan lentur bertujuan untuk mengetahui ketahanan polimer

terhadap pembebanan. Dalam metode ini digunakan metode tiga titik lentur. Pengujian

ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan.

Pada permukaan atas sampel yang dibebani akan terjadi kompresi, sedangkan

pada permukaan bawah sampel akan terjadi tarikan. Persamaan yang digunakan untuk

memperoleh kekuatan lentur yaitu :

(45)

Dengan : P = Load (beban)

L = Jarak Span (10cm = 100 mm)

b = Lebar (mm)

d = Tebal (mm)

Untuk sampel berikutnya dilakukan dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3 Uji Kuat lentur

(46)

4.2 Pembahasan

4.2.1. Pengujian Daya Serap Air

Pada komposisi serbuk serat gelas dan pasir (17,5 : 22,5 ) nilai daya serap

airnya paling minimum yaitu 2,09% diantara semua variasi dan ini menunjukkan

bahwa pada komposisi tersebut adalah hasil yang terbaik untuk uji daya serap air,

dikarenakan serat gelasnya telah merata sehingga memperkecil jumlah pori yang

dapat menghalangi air untuk meresap ke dalam genteng.

Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai daya serap air paling maksimum yaitu

2,75% dengan perbandingan campuran serat gelas dan pasir sebesar (0 : 40).

Banyaknya kandungan air didalam campuran aspal cenderung mengurangi daya tahan

campuran aspal karena menyebabkan erosi. Sehingga dengan ditambahkannya serat

gelas, persentase daya serap air menjadi lebih kecil. Ini menunjukkan bahwasanya

efektivitas penggunaan serat gelas sebagai bahan isian cukup baik karena dapat

mengurangi daya serap air sampai 2,09%. Hal ini dikarenakan sifat serat gelas yang

tahan terhadap air. Seperti terlihat pada grafik berikut :

Grafik 4.1 Hubungan antara nilai pengujian daya serap air dan variasi Serat Gelas

Berdasarkan SNI-03-1969-1990, diketahui bahwa kandungan air dalam aspal

(47)

diujikan, untuk nilai penyerapan airnya telah memenuhi standar minimum penyerapan

air terhadap aspal menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).

4.2.2. Hasil Pengujian Kekuatan Lentur

Sampel uji berbentuk persegi panjang dengan ukuran 150 mm yang

disesuaikan dengan standar ASTM D-790. Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan

untuk mengetahui ketahanan bahan terhadap pembebanan pada tiga titik lentur.

Disamping itu, pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu

bahan.

Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan bahan

terhadap pembebanan atau sifat keelastisan pada suatu bahan. Pada penelitian ini

pembebanan yang digunakan adalah pembebanan dengan tiga titik lentur. Hasil yang

diperoleh pada pengujian ini berbeda-beda. Yang dipengaruhi oleh ketebalan dan lebar

dari masing-masing sampel.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat hubungan antara pengaruh penggunaan

Serat Gelas dengan kekuatan lentur tersebut.

Grafik 4.2 Hubungan antara nilai pengujian kuat lentur dan variasi Serat Gelas

Hasil pengujian tersebut ditampilkan secara digital, dimana diperoleh beban

(48)

Dari grafik 4.3 terlihat jelas bahwa nilai kuat lentur maksimum pada bahan campuran

variasi (17,5 : 22,5) sebesar 18,1 Pa adalah hasil pengujian kuat lentur maksimum.

Sedangkan nilai kuat lentur minimum adalah sebesar 4,25Pa yang terdapat

pada campuran serat gelas dan pasir dengan perbandingan (0 : 40). Ini juga

membuktikan bahwa semakin banyak serat gelas yang digunakan maka kekuatan

lenturnya semakin tinggi dan begitu sebaliknya.

4.2.3. Pengujian Kekuatan Impak

Pengujian kekuatan impak ini bertujuan untuk mengetahui ketangguhan

sampel terhadap pembebanan dinamis. Pengujian yang biasa dilakukan untuk

mengukur kekuatan impak dari bahan-bahan polimer yaitu dengan metode charpy.

Dalam urutan untuk mengetahui sebuah perbedaan energi impak, pendulum dapat

dibebaskan dari keadaan yang berbeda. Energi yang hilang oleh impaktor dikacaukan

oleh kehilangan dalam mesin itu sendiri.

Grafik 4.3 Hubungan antara nilai pengujian Impak dan variasi campuran Serat Gelas

Berdasarkan grafik diatas terlihat jelas bahwa semakin banyak jumlah serat

(49)

sebaliknya semakin berkurang jumlah serat gelas yang digunakan pada variasi

campuran maka kekuatan impaknya semakin kecil. Dari grafik juga dapat dilihat nilai

kekuatan impak maksimum pada komposisi campuran serat gelas dan pasir pada

perbandingan (17,5 : 22,5) adalah sebesar 70 kJ/m2. Sedangkan nilai kuat impak

minimum terdapat pada komposisi variasi campuran serat gelas dan pasir (0 : 40)

gram yaitu sebesar 10,67 kJ/m2 ini dikarenakan pada komposisi ( 0 : 40 ) tersebut

tidak ada jumlah serat gelas yang digunakan pada campuran bahan. Ini membuktikan

bahwa semakin banyak serat gelas yang digunakan maka nilai kekuatan impaknya

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan campuran

poliester dan pasir dengan aspal sebagai genteng polimer, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Dari hasil pengujian daya serap air, didapatkan bahwa semakin besar

perbandingan antara serat gelas dengan pasir maka nilai daya serap terhadap

air akan semakin kecil.

2. Dari hasil pengujian daya serap air , didapatkan bahwa serapan air yang

minimum adalah campuran poliester dan agregat pasir dengan penambahan

aspal 20g dari total campuran yaitu 2,09% pada komposisi variasi serat gelas

dan pasir 12,5 : 27,5.

3. Dari hasil pengujian kekuatan impak, didapatkan bahwa semakin besar

perbandingan antara serat gelas dengan pasir pada kondisi panjang, lebar,

tebal dan luas genteng yang konstan maka nilai kekuatan impaknya juga

semakin besar.

4. Dari hasil pengujian kekuatan lentur, didapatkan bahwa semakin besar

perbandingan antara serat gelas dengan pasir maka nilai kekuatan lenturnya

juga semakin besar (Pengujian dilakukan pada kondisi nilai beban yang

(51)

5.2 Saran

1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar memasukkan

parameter-parameter lain dalam pengujiannya seperti uji tarik, densitas dan lain-lain guna

untuk menyempurnakan penelitian ini.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk mencoba campuran-campuran

lain yang sesuai untuk pembuatan genteng polimer, sehingga didapatkan hasil

yang berbeda dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.

3. Untuk penelitian selanjutnya agar mencoba menggunakan campuran serat

gelas dan pasir untuk pembuatan benda-benda yang lain tidak hanya untuk

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anaria, Juliana.B., 1990, Komposit Hybrid yang Diperkuat dengan Serat Gelas Chopped dan Firet Coremat, Skripsi FMIPA USU Medan.

Book, Blue. 2011. Genteng.

Dkk, Brown. 1992. Study of the Effectivenennes.

Friedman, Daniel. 2010. Konstruksi Bangunan.

Hafizullah,Ahmad.2011. Divinil Benzene dan Dikumil peroksida. Diakses 18 Februari 2011.

Ide, Rumah. 2010. Genteng

juli 2011

James, D.H. 2005 Styrene. Weinhem : Willey-VHC.

Khrisnan, Jaya. 2011. Dikumil Peroksida.

http://chemicalland21.com/specialtychem/perchem/DYCUMIL%20peroxide, Di akses 2 April 2011

Kompas, Harian. 2009. Genteng. 5 April 2009.

Lane, Regan., Soham, dan Ely. 2011. Genteng.

2011

Latif ,Syafrudin.2009. Perencanaan Percetakan Genten Polimer. http://gdl.php.htm. Diakses 08 April 2011.

Oglesby, c.h. 1996. Teknik Jalan Raya . Edisi ke IV. Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Shell Indonesia, PT. 2010. Karakteristik Genteng.

Di akses 5 April 2011

Shon, Alan. 2011. Atap.

(53)

Sukirman,S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta : Granit

Tano,Eddy.1997. Pedoman Membuat Perekat Sintesis. Cetakan Pertama.Jakarta : PT Rineka Cipta.

(54)

Lampiran A1

(55)

= 0,070 x 106 m2

= 70.000 J/m2

= 70 KJ/ m2

3. Pengujian Kuat Lentur

Sebagai contoh sampel (17,5 : 22,5) gram

Panjang sampel = 150 mm

(56)

Lampiran A2

Bahan

Gambar 1. Aspal Penetrasi 60/70

Gambar 2. Dikumil peroksida (DCP)

Gambar 3. Divinil Benzene (DVB)

(57)

Gambar 5. Poliester

Gambar 6. Katalisator

Gambar 7. Serat Gelas

(58)

Gambar 1. Beaker glass 250 mL, pipet tetes dan gelas ukur 100 m

Gambar 2. Hot compressor

Gambar 3. Hot Plate

(59)

Gambar 5. Neraca Analitik Digital

Gambar 7. Ayakan dan Aluminium foil

(60)

Sampel/Specimen

Gambar 1. Specimen untuk Pengujian Kuat Lentur, Kuat Impak Dan Uji Daya Serap air

Gambar

Gambar 3.1. Ukuran Sampel hasil cetakan
Gambar. 3.2. Defleksi
Tabel  4.2 Uji kekuatan Impak
Grafik 4.1 Hubungan antara nilai pengujian daya serap air dan variasi Serat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang dihasilkan pada pembakaran spesimen, maka diidentifikasi bahwa bahan genteng komposit polimer menggunakan polipropilen, aspal, pasir, dan serat nanas sebagai bahan

Saat ini Badan Standarisasi Nasional Indonesia belum mengeluarkan persyaratan khusus untuk genteng komposit polimer, namun jika kita mengacu pada sebuah genteng polimer komersil,

Nilai Rongga Terisi Aspal (VFB) campuran yang menggunakan agregat halus pasir besi lebih tinggi daripada VFB campuran yang menggunakan agregat halus pasir sungai, seperti

Bahan yang digunakan dalam campuran pembuatan genteng polimer adalah. menggunakan ban dalam bekas , Polipropilena (PP), aspal iran

Campuran Resin Poliester, Aspal, Styrofoam Bekas dan Serat

Telah dilakukan penelitian untuk pembuatan genteng polimer yang dibuat dengan campuran pasir, limbah padat pulp dregs, resin polyester, dan thinner. Kemudian ditambahkan

Penelitian ini tentang pemanfaatan serat tebu sebagai penguat dan serbuk batu apung sebagai pengisi pada matriks poliester dan perekat karet SIR-20 dalam pembuatan genteng

Dari penelitian yang relah dilakukan disimpulkan bahwa genteng komposir polimer dapat dibuat dengan mengguntlkan bahan campuran HDPE. dan serat TKKS. Penambahan