GAMBARAN FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MOBILISASI DINI PADA IBU PASCA SEKSIO SESAREA DI RSU.
DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010
H E N N I A R I 095102044
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pasca
Seksio Sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
Nama Mahasiswa : Henniari
NIM : 095102063
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik
Pembimbing Penguji I
(dr. Juliandi Harahap, MA) (Farida L. S. Siregar S. Kep, Ns, MKep)
Penguji II
(dr. Cristofel, spOG)
Penguji III
(dr. Juliandi Harahap, MA)
Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagian dari
persyaratan kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik
(Nur Asnah Sitohang, Skep, Ns, MKep) (dr. Murniati Manik, MSc, SpKK)
NIP. NIP.19530719 198003 2 001
Koordinator Karya Tulis Ilmiah Ketua Pelaksana Program D-IV
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Henniari
Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
vi + 47 hal + 7 tabel + 1 skema + 6 lampiran
ABSTRAK
Saat ini, persalinan dengan bedah sesar bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi cesar atau c-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 58 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling, penelitian dilakukan pada bulan februari sampai april. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang berisi data tentang faktor fisiologis, faktor emosianol dan faktor perkembangan. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh responden, Hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini didapatkan hasil seluruh responden melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, dari faktor fisiologis distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh dan perdarahan, seluruh responden dalam keadaan normal dan dilihat dari intensitas nyeri 36 responden (58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan, dari faktor emosional distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan seluruh responden berada pada kecemasan ringan. dilihat dari faktor perkembangan Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, dari rentang umur responden 31 – 35 tahun 25 responden (43,1%), distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas mayoritas multigravida 31 responden (53,4%). Dapat disimpulkan seluruh responden melakukan mobilisasi dini. Bagi RS, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang Rawat Inap Kebidanan
Kata Kunci : Seksio sesarea, Mobilisasi dini
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Gambaran faktor–faktor yang mempengaruhi mobilsasi dini pada ibu
pasca seksio sesarea di RS. dr. pirngadi medan tahun 2010” yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis
Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. dr Juliandi Harahap, MA selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Seluruh dosen , staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Kedua orang tuaku dan adik-adikku yang telah banyak membantu baik moril
maupun materil, memberikan dorongan dan semangat serta do’a yang tiada
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini Masih terdapat kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR SKEMA ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II Tinjauan Pustaka A. Mobilisasi Dini ... 6
1. Pengertian Mobilisasi Dini ... 6
2. Konsep Mobilisasi ... 6
3. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi ... 7
4. Manfaat Mobilisasi ... 7
5. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi ... 8
6. Tahap–Tahap Mobilisasi Dini ... 9
7. Faktor–Faktor yang mempengaruhi mobilisasi ... 9
B. Seksio Sesarea ... 18
2. Istilah Seksio Sesarea ... 19
3. Indikasi ... 20
4. Jenis–Jenis Operasi Seksio Sesarea ... 22
5. Komplikasi ... 23
6. Anestesia Pada Seksio Sesarea ... 24
BAB III Kerangka Penelitian A. ... Keran gka Konsep ... 26
B. Definisi Operasional ... 27
BAB IV Metode Penelitian A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel ... 29
C. Tempat Penelitian ... 30
D. Waktu Penelitian ... 31
E. Etika Penelitian ... 31
F. Alat Pengumpulan Data ... 31
G. Prosedur Pengumpulan data ... 32
H. Analisa data ... 32
BAB V Hasil dan Pembahasan A. Hasil penelitian ... 34
B. Pembahasan ... 40
BAB VI Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SKEMA
DAFTAF TABEL
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dilakukan atau tidak mobilisasi
dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
34
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh pada ibu pasca seksio
sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 35
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perdarahan pada ibu pasca seksio
sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 36
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri pada ibu pasca
seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 37
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada ibu pasca seksio
sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 38
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada ibu pasca seksio
sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 39
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada ibu pasca seksio
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Responden
Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Content Validity
Lampiran 4 : Suran Izin pengambilan Data
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Henniari
Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
vi + 47 hal + 7 tabel + 1 skema + 6 lampiran
ABSTRAK
Saat ini, persalinan dengan bedah sesar bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi cesar atau c-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 58 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling, penelitian dilakukan pada bulan februari sampai april. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang berisi data tentang faktor fisiologis, faktor emosianol dan faktor perkembangan. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh responden, Hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini didapatkan hasil seluruh responden melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, dari faktor fisiologis distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh dan perdarahan, seluruh responden dalam keadaan normal dan dilihat dari intensitas nyeri 36 responden (58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan, dari faktor emosional distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan seluruh responden berada pada kecemasan ringan. dilihat dari faktor perkembangan Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, dari rentang umur responden 31 – 35 tahun 25 responden (43,1%), distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas mayoritas multigravida 31 responden (53,4%). Dapat disimpulkan seluruh responden melakukan mobilisasi dini. Bagi RS, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang Rawat Inap Kebidanan
Kata Kunci : Seksio sesarea, Mobilisasi dini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar
di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur
disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak produktivitasnya. Tahun
1996, World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita
berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan/persalinan selama kehidupannya,
dibanyak negara Afrika 1:14, sedangkan di Amerika Utara hanya 1:6.336. lebih dari
50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi
yang ada serta biaya yang relatif rendah (Sarwono, 2002).
Tahun 1990-1991, Departemen Kesehatan dibantu WHO, United Nation
International Child Education (UNICEF) dan United Nations Development
Programme (UNDP) melaksanakan assessment safe motherhood. Suatu hasil dari
kegiatan ini adalah rekomendasi Rencana Kegiatan Lima Tahun. Departemen
kesehatan menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk srategi operasional untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI). Sasarannya adalah pengukuran
Kematian ibu dan perinatal merupakan tolak ukur kemampuan memberikan
pelayan kesehatan terhadap masyarakat. Pemerintah telah mengupayakan
peningkatan pelayanan kesehatan dengan ujung tombak pada puskesmas-puskesmas
pembantu, bidan didesa dengan polindesnya, posyandu, dukun terlatih dan rumah
sakit rujukan tipe C yang dilengkapi dengan empat spesialis.
Perawatan masa nifas yang berkualitas mempunyai kedudukan yang tak kalah
pentingnya dalam usaha menurunkan angka kematian atau angka kesakitan. Dahulu
perawatan pasca persalinan sangat konservatif dimana pasien diharuskan tidur
terlentang selama masa nifas sehingga terjadi adhesi antara labium mayor dan
labium minor kanan dan kiri (Manuaba, 1999).
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas / kegiatan, Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalinan sesarea.
Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post partum, baik ibu yang
mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai
variasi tertagantung pada keadaan umum ibu, jenis persalinan atau tindakan
persalinan
Saat ini, persalinan dengan bedah sesarea bukan hal yang baru lagi bagi para
ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi Caesar atau
C-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk
menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya (Dewi, 1997).
Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat
keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini
pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan
mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,
kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan
terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan
keluhan nyeri di daerah operasi, klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun
dengan alasan takut jahitan lepas klien, tidak berani merubah posisi. Disinilah peran
perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak
mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan.
Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui apa saja gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu,
bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu
pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010?
C. Tujuan Penetilian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
a. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
berdasarkan faktor fisiologis.
b. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun
2010berdasarkan faktor emosional.
c. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
berdasarkan faktor perkembangan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Merupakan prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan D IV kebidanan
sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam mempersiapkan
pengumpulan, mengelola, menganalisa dan mengimformasikan data temuan.
2. Bagi RS
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang
Rawat Inap Kebidanan.
3. Bagi Institusi Akademik
Bahan masukan yang dapat dibuat untuk acuan dimasa yang akan datang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mobilisasi Dini
1. Pengertian Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat
tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar
berjalan (Soelaiman, 2000).
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan
kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara
berangsur–angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi
(Ancheta, 2005)
3. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan (Carpenito, 2000).
4. Manfaat mobilisasi
Manfaat mobilisasi bagi ibu pasca seksio sesarea adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan
bergerak, otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas
ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
b. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat
anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih
misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan
bisa merawat anaknya dengan cepat.
c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi
sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.
5. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik
sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan
salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik
sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat
dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang
terbuka.
c. Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan
menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus.
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap
mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah
baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan
lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser
kaki.
b. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli.
c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
a. Faktor fisiologis
1) Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai
38,5oC pasca bedah. Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala
bukan sebuah diagnosis, yang menandakan adanya suatu komplikasi
serius (Cunningham dkk, 2005).
2) Perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea didefinisikan sebagai
kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi
akibat kegagalan mencapai hemoestasis di tempat insisi uterus maupun
pada placental bed akibat atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebagian
besar penyebab terjadinya perdarahan pasca bedah. Ada beberapa
dinding rahim yang berlebihan (kehamilan ganda, polihidramnion atau
makrosomia janin), pemanjangan masa persalinan dan grandemultiparitas.
3) Keberadaan nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya.
a) Pengukuran intensitas nyeri
Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara
objektif misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang
muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya.
Kadang-kadang hanya bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan
prilaku klien. Klien kadang-kadang diminta untuk menggambarkan
nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau
berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri
tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan
makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri
tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat
mengevaluasi perubahan kondisi klien.
Ada tiga cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan
antara lain :
2) Skala identitas nyeri numerik
3) Skala analog visual
4) Skala nyeri menurut bourbanis
Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri,
untuk menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri
yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau
skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana
angka skala intensitas nyeri. Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat
dengan menggunakan skala numerik yaitu :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi, memukul.
b. Faktor Emosional
Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas (ansietas)
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan (Asmadi, 2008)
1) Tingkat Kecemasan
Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2001) yaitu :
kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi
waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
b) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada
hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu
mengalami tindak perhatian yang selektif namun dapat brfokus pada
lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada area lain.
d) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
diorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, pesepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Kecemasan Emosional
Tekanan darah, nadi, respirasi dalam batas normal.
Pupil kontraksi, otot relaksasi sedikit atau tidak ada tahanan pada gerakan pasif.
Rangsangan sistem simpatik pada tingkat rendah, ketengan otot skeletal mulai ringan sampai moderat, tubuh relaksasi, pergerakan lambat dan
mempunyai arti. Kontak mata
dipertahankan, suara tenang dan intonasi baik.
Sistem saraf simpatis aktif : Tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, pernafasan meningkat, Sistem saraf simpatis aktif : tekanan darah meningkat, pernafasan meningkat, nada suara meningkat, perhatian, sadar akan lingkungan luar, berfikir positif pada dirinya, perhatian rendah terhadap sesuatu yang tak terduga atau hal yang negatif.
Persepsi sempit, fokus perhatian khusus pada stimulus eksternal atau
internal. Berusaha menyadari proses informasi.
Pikiran terpusat pada diri sendiri, pikiran tentang kemampuan diri sendiri, berusaha mendapatkan belum tentu dicapai.
Tidak ada interaksi sosial, tidak ada usaha menghadapi stimulus dari
lingkungan, aktifitas emosional minimal, mengabaikan situasi, merasa kuat dan merasa puas
Tingkah laku spontan.
Perasaan positif dan nyaman, percaya
Berat (+3)
meningkat.
Respon berjuang atau lari dari masalah. Sistem saraf simpatis dihambat secara umum. Rangsangan pada medulla adrenal ditandai dengan peningkatan
katekolamin, denyut jantung cepat, palpitasi, gluko sa darah meningkat, aliran darah ke sistem pencernaan menurun, aliran darah ke otot rangka meningkat, penegangan otot berlebihan, kaku, hiperventilasi, reaksi fisik meningkat, agitasi, gerakan tidak menentu, meremas tangan, resah, gemetar, terpaku (tidak bergerak). Nafsu makan hilang, mual.
Efek verbal : gagap, cepat, nada suara meningkat, berbicara putus-putus, ragu-ragu.
Ekspresi wajah : Kontak mata sedikit, gerakan mata berlebihan pada satu stimulus, waktu dan tempat. Kemungkinan
Ancaman pada diri meningkat,
mengalami disosiasi.
c. Faktor perkembangan
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita
dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan.
B. Seksio Sesarea
1. Pengertian
Seksio sesarea adalah Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono, 2002 :
536).
Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran umum (Dewi, 2007).
2. Istilah Seksio sesarea
a. Seksio sesarea primer
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesaria,
tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
b. Seksio sesarea sekunder
Dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila
c. Seksio sesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menggalami seksio sesaria dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang.
d. Seksio sesrea histerektomi
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesaria,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi poro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri(janin sudah mati)
dan lngsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang
berat (Mochtar 2000)
3. Indikasi
a. Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu
persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan ibu),
psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor
tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika keadaan
tersebut berlanjut (Manuaba, 1999).
b. Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih
lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya,
atau bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman.
Berdasarkan laporan mengenai indikasi terbanyak di negara-negara maju seperti
yang diperlihatkan pada tabel 2.1 di Norwegia diperoleh hasil bahwa indikasi
2,1%, gawat janin 2,0%, riwayat seksio sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain
3,7% dari 12,8% kasus seksio sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005).
c. Di Skotlandia diperoleh bahwa distosia sebagai indikasi seksio sesarea terbanyak
yaitu 4,0% sedangkan riwayat seksio sesarea sebelumnya 3,1%, gawat janin 2,4%,
presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam 14,2% kasus seksio sesarea.
Riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan indikasi terbanyak dari 10,7%
kasus seksio sesarea yang terjadi di Swedia yaitu 3,1% diikuti oleh distosia dan
presentasi bokong yang masing-masing berkisar 1,8% sedangkan gawat janin
hanya 1,6% dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya
merupakan indikasi terbanyak dari 23,6% kasus seksio sesarea yang terjadi yaitu
8,5%, dan distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong 2,6%, gawat janin
2,2% dan lain-lain 3,2% (Cunningham dkk, 2005).
d. Macam-macam indikasi dilakukannya seksio sesarea
1) Placenta previa sentralis dan lateralis
2) Panggu l sempit
3) Disproporsi sefalo pelvic
4) Rupture uteri mengancam
5) Partus lama
6) Partus tak maju
7) Distosia serviks
8) Pre eklampsi dan Hipertensi
9) Malprsentasi janin
4. Jenis-jenis operasi seksio sesaria
Ada beberapa jenis seksio sesarea, yaitu:
a. Seksio sesarea transperitoneal profunda merupakan suatu pembedahan dengan
melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2002). Hampir 99%
dari seluruh kasus seksio sesarea dalam praktek kedokteran dilakukan dengan
menggunakan teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan
lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. Adapun kerugiannya adalah
terdapat kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadinya
perluasan luka insisi dan dapat menimbulkan perdarahan (Manuaba, 1999).
b. Seksio sesarea klasik, yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri.
Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan
aman (misalnya karena perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat
pembedahan sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau
karsinoma serviks invasif), bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput
ketuban sudah pecah (Charles, 2005). Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian
yaitu, kesembuhan luka insisi relatif sulit, kemungkinan terjadinya ruptur uteri
pada kehamilan berikutnya dan kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding
abdomen lebih besar.
c. Seksio sasarea yang disertai histerektomi, yaitu pengangkatan uterus setelah seksio
sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada
uterus miomatousus yang besar dan atau banyak, atau pada ruptur uteri yang tidak
dapat diatasi dengan jahitan.
d. Seksio sesarea vaginal, yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke
e. Seksio sesarea ekstraperitoneal, yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi
peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke
bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen
bawah.
5. Komplikasi
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang : dengan kenaikan suhu tubuh yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perlu sedikit kembung
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama
b. Perdarahan, disebabkan karena:
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placental bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan sekarang.
Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk
operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang
lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja
secara jau lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang
cepat (Gallagher, C.M, 2004, hlm 20 ).
a. Anestesi general
Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak
mungkin diberikan, baik karena alasan tekis maupun karena dianggap tidak
aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui
masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui
penetesan intravena. Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan
terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam
tenggorokkan pasien untuk membantu pasien bernafas dan mencegah muntah.
Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor secara konstan oleh seorang
ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh mendampingi pasien kala
persalinan dengan anestesi general.
b.Anestesi spinal
Dalam operasi caesar elektif, pasien diberi penawaran untuk menggunakan
spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh
pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang
sakit, dan pasangan juga bisa mendampingi untuk memberikan dorongan dan
semangat.
c. Anastesi Epidural
Mengurangi rasa sakit selama stadium I dan II dari proses persalinan atau
selama section Caesar. Kontra Indikasi : Ditolak oleh pasien, adanya infeksi pada
tempat penyuntikan, perdarahan uterus, pengobatan anticoagulant, kegemukan,
hypovolemi, shock atau anemi berat, adanya penyakit spinal cord atau sakit di
belakang.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel
yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti
menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008).
Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan
sebagai berikut:
Faktor fisiologis
Mobilisasi dini
Kerangka konsep ini dilihat untuk melihat adanya gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi
medan tahun 2010.
A. DEFINISI OPERASIONAL
N o
Variabel Definisi
Operasinal
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur 1 Mobilisasi dini Pergerakan
yang
Observasi 1. Dilakukan 2. Tidak dilakukan
3. Faktor
Usia ibu pasca seksio sesarea
A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional untuk menggambarkan faktor-faktor yang
Medan. Penelitian ini diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan
(Hidayat, 2003)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu pasca seksio sesarea yang
berada di di RSU. Dr. Pirngadi Medan 2010 Data dari kunjungan oktober 2009
sebanyak 78 orang.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea
sebanyak 73 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara
accidental sampling yaitu sampel yang dipilih hanya berdasarkan ketersediannya
yaitu sampel yang berada ditempat yang tepat dan diwaktu yang tepat sesuai
dengan tujuan peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang sudah dikenal sebelumnya. Adapun kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah pasien pasca seksio sesarea yang menggunakan anastesi
spinal, persalinan dengan seksio sesarea dengan indikasi, melakukan mobilisasi
setelah 24 jam dan bersedia menjadi objek dalam penelitian. Untuk menentukan
besar sampel, peneliti menggunakan rumus :
Jika besar populasi < 1000, maka sampel bisa diambil :
n= 73
keterangan :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d = Tingkat Signifikansi (Nursalam, 2008)
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.
Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan belum dilakukan penelitian sebelunnya
tentang mobilisasi dini
D. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari–April 2010 di RSU. Dr.
Pirngadi Medan 2010.
E. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian
tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika responden
bersedia Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent). Tetapi jika
calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak atau
tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik
maupun psikologis. Anonymity (tanpa nama) Pada lembar persetujuan maupun
lembar observasi tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan
memberi kode saja. Confidentiality (kerahasiaan). Pembenaran informasi oleh
responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan
disebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
kuisioner. Kuisioner berisi data tentang faktor fisiologis, faktor emosianol dan
faktor perkembangan. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung
oleh responden.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada
Program Studi D IV Bidan Pendidikan Fakultas Keperawatn Universitas Sumatera
Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan
peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Direktur di RSU. Dr. Pirngadi
Medan. Setelah mendpat persetujuan dari direktur besar, peneliti melaksanakan
penelitian di ruang Kebidanan RS. di RSU. Dr. Pirngadi Medan. Dalam
melaksanakan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri,
menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan memperoleh persetujuan dari
responden. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar
memberikan pertanyan dan menjelaskan pertanyaan yang diberikan kepada
responden.
H. Rencana Analisa Data
Dalam melakukan analisis data, setelah semua data terkumpul, diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi, maka peneliti melakukan analisa data dan
melalui beberapa tahap :
a. Editing (Pemeriksaan Data)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa
kelengkapan data responden.
b. Coding (Pengkodean Data)
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data
serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel.
c. Processing
Dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi (SPSS).
d. Cleansing (Pembersihan data)
Data yang telah di tabulasi, diperiksa kembali kelengkapan dan kebenarannya
(Hidayat, 2007).
e. Analisa data
dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data
dan melalui beberapa tahap :
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk
tabel distribusi dan frekuensi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian gambaran faktor–faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
jumlah responden 58 orang sesuai dengan kriteria dan sampel yang telah di
tentukan. Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara komputerisasi
didapatkan sebagai berikut :
1. Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di
tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan
peregangan atau belajar berjalan, berikut ini hasil data mobilisasi dini dari
responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan dilakukan atau tidak mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea
di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh responden melakukan mobilisasi
dini pasca seksio sesarea walaupun pada awalnya tidak seluruh responen
mau melakukan mobilisasi dini tapi dengan bantuan petugas yang mampu
mengarahkan responden dengan baik sehingga pada akhirnya responden mau
untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.
2. Faktor–faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini dilihat dari faktor
fisiologis
a. Suhu tubuh
No Mobilisasi Dini F persentase
1 Dilakukan 58 100
2 Tidak dilakukan 0 0
Suhu meningkat menyebabkan demam pasca seksio sesarea
dan akan menghambat responden untuk melakukan mobilisasi
dini, berikut ini adalah hasil penelitian dari pengukuran suhu
tubuh responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan
tahun 2010. :
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
No Suhu tubuh F persentase
1 Normal 58 100
2 Tidak normal 0 0
Total 58 100
Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh suhu tubuh responden
dalam keadaan normal pasca seksio sesarea.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat juga terjadi pada pasca seksio sesarea, dan akan
menghambat responden untuk melakukan mobilisasi dini, berikut
ini adalah hasil penelitian dari perdarahan pada responden pasca
seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :
Distribusi frekuensi responden berdasarkan perdarahan pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
No Perdarahan F Persentase
1 Normal 58 100
2 Tidak normal 0 0
Total 58 0
Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh responden tidak
mengalami perdarahan atau dalam keadaan normal pasca seksio
sesarea.
c. Intensitas nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan
bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon
individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan
satu dengan yang lainnya. Berikut ini hasil dari pengukuran nyeri
dari responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan
tahun 2010 :
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
No Intensitas Nyeri F Persentase
1 Tidak nyeri 0 0
2 Nyeri ringan 34 58,6
3 Nyeri sedang 23 39,7
4 Nyeri berat terkontrol 1 1,7
5 Nyeri sangat berat tidak terkontrol 0 0
Dari tabel di atas dapat dilihat lebih dari separuh responden
(58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan dan tidak ada
responden yang mengalami nyeri sangat berat tidak terkontrol
pasca seksio sesarea.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini dilihat dari faktor
emosional
a. Kecemasan
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang
berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri
yang digunakan dalam mengatasi permasalahan, berikut ini adalah
hasil dari pengukuran kecemasan pada responden pasca seksio
sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
No Kecemasan F Persentase
1 kecemasan ringan 58 100
3 kecemasan berat 0 0
Total 58 100
Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh responden berada
pada kecemasan ringan pasca seksio sesarea.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini dilihat dari faktor
perkembangan
a. Umur
Kondisi fisik seseorang dapat dipengaruhi oleh umur seseorang,
berikut ini hasil dari pengukuran rentang umur yang melakukan
mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan
tahun 2010 :
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
No Umur F Persentase
1 20 – 25 tahun 15 25,9
3 31 – 35 tahun 25 43,1
Total 58 100
Dari tabel di atas dapat dilihat dari rentang umur responden
31 – 35 tahun hampir separuh atau 25 orang (43,1%) responden
yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan hanya
(25,9%) 15 orang responden dari rentang umur 20 – 25 tahun yang
melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.
b. Paritas
Banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang
wanita, berikut ini hasil dari pengukuran paritas yang melakukan
mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan
tahun 2010 :
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
No Paritas F Persentase
1 Primigravida 10 17,2
2 Scundigravida 17 29,3
Total 58 100
Dari tabel di atas dapat dilihat dari paritas yang multigravida
lebih dari separuh (53,4%) 31 orang responden yang melakukan
mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan primigravida hanya
(17,2%) 10 orang yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio
sesarea.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menngenai “ Gambaran
faktor–faktor yang mempengaruhi mobilsasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di
RS. dr. pirngadi medan tahun 2010” dengan sampel yang diperoleh sebanyak 58
orang dan telah didapatkan kriteria responden berdasarkan faktor fisiologis,
faktor emosional, dan faktor perkembangan, adalah sebagai berikut :
1. Faktor fisiologis
a)Distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh
Setelah penelitian dilakukan diperoleh suhu tubuh seluruh
responden berada dalam keadaan normal (36℃ - 37,5℃) dan menurut
Cunningham dkk (2005) Demam puerperalis didefinisikan sebagai
peningkatan suhu mencapai 38,5oC pasca seksio sesarea.
Berarti dari hasil penelitian ini dapat dilihat suhu responden dalam
keadaan normal, ini juga karena petugas benar-benar menjalankan
tugasnya dengan benar atau sesuai prosedur sehingga tidak ada pasien
b)Distribusi frekuensi responden berdasarkan perdarahan masa nifas pasca
seksio sesarea.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
seluruh responden 58 orang tidak mengalami perdarahan atau dalam
keadaan normal pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun
2010 sehingga responden dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik,
karena jika terjadi perdarahan dapat menyebabkan terhambatnya
responden untuk melakukan mobilisasi dini, hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Taber (2004), perdarahan masa nifas pasca seksio
sesarea didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml
c)Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri pada masa
nifas pasca seksio sesarea
Dari hasil pengukuran intensitas nyeri diketahui bahwa lebih dari
separuh responden 34 orang (58,6%) mengalami nyeri pada skala 1-3
dengan intensitas nyeri ringan dan kurang dari separuh responden 23
orang (39,7%) berada pada skala 4-6 dengan intensitas nyeri sedang dan
hanya 1 orang responden berada pada skala 7-9 dengan intensitas nyeri
berat terkontrol. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Perry
dan Potter (1993), Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10
angka skala intensitas nyeri. Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat
dengan menggunakan skala numerik yaitu : 0,Tidak nyeri. 1-3, nyeri
ringan yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6
nyeri sedang yang secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
perintah dengan baik. 7-9 nyeri berat terkontrol yang secara obyektif
klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi. 10 nyeri sangat berat tidak terkontrol dimana
Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan responden berada pada
nyeri ringan yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik sehingga responden masih mampu melakukan mobilisasi dini
dengan baik, ini juga karena petugas benar-benar menjalankan tugasnya
dengan benar atau sesuai prosedur sehingga nyeri pasien hanya pada
batas yang wajar dikarenakan bekas seksionya.
2. Faktor emosional
a)Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada masa nifas
pasca seksio sesarea
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat tidak ada
responden yang mengalami kecemasan sedang dan berat, seluruh
responden berada pada kecemasan ringan pasca seksio sesarea di RSU.
Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Menurut Stuart (2001) kecemasan
ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
mampu melakukan mobilisasi dini karena pada kecemasan ringan ini
individu hanya sekedar berwaspada terhadap luka seksionya.
3. Faktor Perkembangan
a)Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada masa nifas pasca
seksio sesarea
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
kebanyakan responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio
sesarea di RS. dr.Pirngadi medan tahun 2010 dari rentang umur
responden 31 – 35 tahun hampir separuh (43,1%) 25 orang dan dari
rentang umur responden 26-30 tahun kurang dari separuh (31%) 18
orang dan dari rentang umur 20-25 hanya 15 orang (25,9%).
Menurut Chi, dkk (2007), kelompok ibu yang berumur 20-30
tahun angka kematian ibu rendah dibandingkan ibu berumur kurang dari
20 tahun dan dibanding ibu berumur 35 tahun atau lebih.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ibu-ibu yang berada pada
rentan umur 20-35 tahun dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik
kecuali ada hal yang lain dari keadaan tubuh rsponden yang
menghambat.
b)Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada masa nifas pasca
seksio sesarea
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
dari paritas yang multigravida lebih dari separuh (53,4%) 31 responden
medan tahun 2010 dan 17 responden (29,3%) scundigravida dan 10
responden (17,2%) pada primigravida. Menurut penelitian Chi, dkk
(2007) paritas 1 angka kematian ibu lebih tinggi dari pada kelompok
paritas > 1
Jadi dari hasil penelitian ini seluruh paritas mampu melakukan
mobilisasi dini dengan baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RS. DR pirngadi medan tahun 2010 dari
58 responden maka dari pengolahan data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan dilakukan atau tidak mobilisasi
dini pada ibu pasca seksio sesarea didapatkan hasil seluruh responden
melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan
tahun 2010
2. Dilihat dari faktor fisiologis distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu
tubuh pada ibu pasca seksio sesarea, seluruh suhu tubuh responden dalam
keadaan normal pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
dan juga seluruh responden tidak mengalami perdarahan atau dalam keadaan
normal pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dan
dilihat dari intensitas nyeri lebih dari separuh responden (58,6%) berada dalam
keadaan nyeri ringan dan tidak ada responden yang mengalami nyeri sangat
berat tidak terkontrol pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun
2010.
3. Dilihat dari faktor emosional distribusi frekuensi responden berdasarkan
kecemasan seluruh responden berada pada kecemasan ringan pasca seksio
sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.
4. Dilihat dari faktor perkembangan Distribusi frekuensi responden berdasarkan
umur, dari rentang umur responden 31 – 35 tahun hampir separuh atau 25
orang (43,1%) responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea
dari dengan rentang umur 20 – 25 tahun yang di seksio di RS. dr.Pirngadi
medan tahun 2010 dan Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada
ibu diperoleh hasil paritas yang multigravida lebih dari separuh (53,4%) 31
orang responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU.
Dr.Pirngadi medan tahun 2010 dan primigravida hanya (17,2%) 10 orang yang
melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr.Pirngadi medan
tahun 2010
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pasien yang diseksio
sesarea dan tentang mobilisasi pada pasien pasca seksio sesarea.
2. Bagi RS
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang
Rawat Inap Kebidanan.
3. Bagi Institusi Akademik
Bahan masukan yang dapat dibuat untuk acuan dimasa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Bobak, L.J. ( 2004a ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta :
Carpernito. (2000).Perawatan Pasca Seksio Caesaria dibuka pada situs
Dewi, Yusmiati. (2007). Operasi CaesarPengantar dari A Sampai Z, Jakarta : Edsa
Mahkota.
Gallagher, C.M. (2004). Pemulihan Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Erlangga.
Hidayat, A. Azizi Alimul (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data Jakarta : Salemba Medika.
Kasdu, D.A (2007). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspaswara.
Llewellyn, Derek. ( 2002 ). Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6 Jakarta :
Hipokrates.
Mochtar, Rustam (2000). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Oxorn, H. ( 2003 ), Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor
and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Potter, Perry, (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4,
Volume 2, Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Pritcard. (1999). Obstetri Wiliams, Edisi ketujuh belas, Surabaya : Airlangga University
Press.
Sastroasmoro, P, Sarwono (2002). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi
Lampiran I
FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Judul : Gambaran Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
Pada Ibu Pasca seksio sesarea
Nama peneliti : Henniari
Saya adalah mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan faktor –
faktor yang mempenharuhin mobilisasi dini pada ibu postseksio. Penelitian ini
merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program D IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Saya mengharapkan partisipasi ibu dalam memberikan jawaban atas wawancara
sesuai dengan pendapat ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin
kerahasiaan identitas dan jawaban ibu, informasi yang ibu berikan hanya akan
digunakan untuk proses penelitian.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas menerima
menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia
menjadi responden, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang
telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu bersedia menjadi responden pada
penelitian ini. Terimakasih atas perhatian ibu untuk penelitian ini.
Peneliti Medan, 2010
Responden
Henniari ____________________
Lampiran 2
KOESIONER PENELITIAN
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI PADA IBU PASCA SEKSIO SESAREA
KUESIONER DEMOGRAFI
Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan
Kode :
Tanggal :
Umur :
Paritas :
Suhu tubuh :
1.Apakah ibu melakukan mobilisasi dini seperti menggerakkan tangan, kaki dan
memiringkan badan kekiri dan kekanan :
Dilakukan
Tidak dilakukan
2.Berapa kali ibu mengganti pembalut dalam 30 menit setelah 6 jam post seksio
1 – 2 kali
2 kali
≥ 2 kali
INTENSITAS NYERI
Petunjuk :
1. Pada skala ini diisi oleh ibu atas bimbingan oleh peneliti dengan menggunakan
skala nyeri numerik (0-10), yaitu :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memuku l.
FAKTOR EMOSIONAL
Beck Anxiety Inventory
Dibawah ini terdapat daftar gejala-gejala yang umum dari kecemasan. Silahkan
baca secara hati-hati setiap soal dalam daftar ini. Tentukan sejauh mana anda terganggu
dengan gejala tersebut, dengan melingkari nomor di dalam kolom di sebelah pernyataan
tentang gejalanya :
pencernaan 0 1 2 3
Pingsan
0 1 2 3
Muka terlihat berwarna
merah
0 1 2 3
Berkeringat panas atau
dingin
0 1 2 3
Jumlah
Nilai Total
kode reponden
umur paritas suhu tubuh
mobilisasi ganti pembalut intensitas nyeri kecemasan
1 2 3 1 1 1 3 8
2 2 2 1 1 1 5 12
3 1 2 1 1 1 4 14
4 3 3 1 1 1 1 5
5 3 2 1 1 1 3 7
6 2 3 1 1 1 6 10
7 3 3 1 1 1 4 15
8 3 3 1 1 1 3 12
51 3 2 1 1 1 4 7
52 3 3 1 1 1 1 7
53 2 3 1 1 1 1 9
54 3 3 1 1 1 2 9
55 3 3 1 1 1 4 6
56 1 2 1 1 1 4 11
57 2 2 1 1 1 1 5
58 1 2 1 1 1 4 7
Frequency Table
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20-25 15 25.9 25.9 25.9
26-30 18 31.0 31.0 56.9
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid normal (36C-37,5C) 58 100.0 100.0 100.0
mobilisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid dilakukan 58 100.0 100.0 100.0
ganti pembalut
Frequency Percent Valid Percent
ganti pembalut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-2 kali ganti 58 100.0 100.0 100.0
intensitas nyeri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
kecemasam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 5 2 3.4 3.4 3.4
6 7 12.1 12.1 15.5
7 9 15.5 15.5 31.0
8 7 12.1 12.1 43.1
9 3 5.2 5.2 48.3
10 5 8.6 8.6 56.9
11 9 15.5 15.5 72.4
12 3 5.2 5.2 77.6
13 1 1.7 1.7 79.3
14 1 1.7 1.7 81.0
15 5 8.6 8.6 89.7
17 1 1.7 1.7 91.4
18 3 5.2 5.2 96.6
20 2 3.4 3.4 100.0