• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Responden Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Responden Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA di WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU ENAM PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2010

YENNI APNI VERONIKA 095102077

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Yenni Apni Veronika

Hubungan Karakteristik Responden Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun

2010

ix + 47 hal + 6 tabel + 1 skema + 10 lampiran

Abstrak

Infeksi nifas adalah infeksi – peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38ºC tanpa menghitung hari pertama dan berturut – turut selama 2 hari. Salah satu penyebab terjadinya infeksi nifas yaitu manipulasi penolong : terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2010. Peneliti menggunakan teknik totaly sampling. Analisa data yang digunakan chi – square. Berdasarkan hasil penelitian, dari 40 responden mayoritas berumur antara 22 – 39 tahun sebanyak 23 orang ( 57,5% ), pendidikan D – I Kebidanan sebanyak 22 orang ( 55% ), pengalaman kerja 14 – 26 tahun sebanyak 27 orang ( 67,5% ), dan berpengetahuan kurang sebanyak 24 orang ( 60% ). Dari hasil analisa data hubungan umur dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas diperoleh nilai p=0,002 dan OR = 11,40 artinya ada hubungan yang signifikan. Pendidikan dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas diperoleh nilai p=0,032 dan OR = 5,343 artinya ada hubungan yang signifikan dan pengalaman kerja dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas diperoleh nilai p=0,063 dan OR = 5,923 artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada bidan sebagai tenaga kesehatan lebih meningkatkan pengalaman, pengetahuan, kualitas pelayanan dalam pencegahan infeksi nifas.

Kata kunci : Bidan Praktek Swasta, Pencegahan Infeksi Nifas.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa, yang telah

memberikan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Karakteristik Responden dengan

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja

Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010” yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,

masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis

Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, M.Sc. SpKK. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Hj. Idau Ginting, M.kes. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. dr. Ruspal Simarmata, selaku Kepala Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar

yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

(4)

6. Kedua orang tua, abang, serta kedua adikku tersayang yang telah memberikan

dukungan baik moril maupun materil dan doa serta semangat kepada peneliti

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan

kepada penulis.

8. Semua Bidan Praktek Swasta di wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian Karya

Tulis Ilmiah.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyusun Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan, dorongan, dan

semangat yang telah diberikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa menyertai Kita semua.

Medan, Juni 2010

Peneliti,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR SKEMA... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat penelitian 1. Bagi Bidan ... 4

2. Bagi Organisasi Profesi ... 5

3. Bagi Pendidikan ... 5

4. Bagi Peneliti ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencegahan Infeksi ... 6

1. Pengertian... ... 6

2. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi ... 6

(6)

4. Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi ... 8

5. Tindakan-Tindakan Pencegahan Infeksi ... 9

B. Nifas ... 16

1. Pengertian Nifas ... 16

2. Pengertian Infeksi Nifas ... 16

3. Penyebab dan Cara Terjadinya Infeksi Nifas ... 17

4. Faktor Predisposisi Infeksi Nifas ... 18

5. Gambaran Klinis Infeksi Nifas ... 18

6. Pencegahan Infeksi Nifas... 21

C. Faktor Yang Mendukung Bidan dalam Pencegahan Infeksi Nifas... 23

III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 25

B. Hipotesis ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

C. Lokasi Penelitian ... 29

D. Waktu Penelitian ... 29

E. Etika Penelitian ... 29

F. Instrument Penelitian ... 29

(7)

H. Analisis Data ... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...

A. Hasil Penelitian... 33

1. Karakteristik Responden ... 33

2. Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas ... 34

3. Hubungan Karakteristik Responden dengan Pelaksanaan

Pencegahan Infeksi Nifas ... 37

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan... 46

2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar Tahun 2010...33

Tabel 5.2 Distribusi hasil tingkat pelaksanaan pencegahan infeksi nifas oleh Bidan

Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar

tahun 2010... 34

Tabel 5.3 Distibusi tingkat pelaksanaan responden tentang pencegahan infeksi nifas

oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam 34

Pematangsiantar Tahun 2010 …....………...……...37

Tabel 5.4 Hubungan umur dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas oleh Bidan

Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar

Tahun 2010………..………...38

Tabel 5.5 Hubungan pendidikan dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas oleh

Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar tahun 2010...….………...39

Tabel 5.6 Hubungan pengalaman kerja dengan pelaksanaan pencegahan infeksi

nifas oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka konsep...25

(10)

Lampiran 1 Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 Data Demografi Responden

Lampiran 3 Lembar Checklist

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Program Studi D – IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun

2010

Lampiran 6 Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lmpiran 7 Surat Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 8 Hasil out put chi square

Lampiran 9 Jadwal Konsul KTI

(11)

PROGRAM D - IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Yenni Apni Veronika

Hubungan Karakteristik Responden Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun

2010

ix + 47 hal + 6 tabel + 1 skema + 10 lampiran

Abstrak

Infeksi nifas adalah infeksi – peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38ºC tanpa menghitung hari pertama dan berturut – turut selama 2 hari. Salah satu penyebab terjadinya infeksi nifas yaitu manipulasi penolong : terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2010. Peneliti menggunakan teknik totaly sampling. Analisa data yang digunakan chi – square. Berdasarkan hasil penelitian, dari 40 responden mayoritas berumur antara 22 – 39 tahun sebanyak 23 orang ( 57,5% ), pendidikan D – I Kebidanan sebanyak 22 orang ( 55% ), pengalaman kerja 14 – 26 tahun sebanyak 27 orang ( 67,5% ), dan berpengetahuan kurang sebanyak 24 orang ( 60% ). Dari hasil analisa data hubungan umur dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas diperoleh nilai p=0,002 dan OR = 11,40 artinya ada hubungan yang signifikan. Pendidikan dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas diperoleh nilai p=0,032 dan OR = 5,343 artinya ada hubungan yang signifikan dan pengalaman kerja dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas diperoleh nilai p=0,063 dan OR = 5,923 artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada bidan sebagai tenaga kesehatan lebih meningkatkan pengalaman, pengetahuan, kualitas pelayanan dalam pencegahan infeksi nifas.

Kata kunci : Bidan Praktek Swasta, Pencegahan Infeksi Nifas.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit

seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan

kehamilannya,persalinannya,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal

setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena

kehamilan, persalinan, dan nifas. ( Riswandi, 2005 ). AKI di Indonesia masih tertinggi di

Negara Asean. Tetapi berdasarkan data resmi SDKI, AKI di Indonesia terus mengalami

penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup,

tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000

kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007

menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goald

( MDGs ) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran

hidup ( Barata, 2008 )

Sementara di Provinsi Sumatera Utara AKI dalam 6 tahun terakhir

menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 360 per 100.000 kelahiran hidup tahun

2002, menjadi 345 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, 330 per 100.000 tahun

2004, 320 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, pada tahun 2006 menjadi 315

per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2007 menjadi 275 per 100.000 kelahiran

(13)

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia dan Negara-negara lainnya di

dunia hampir sama yaitu akibat perdarahan ( 28% ), eklampsia ( 24% ), dan infeksi (

11% ). Sementara penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain Kurang Energi

Kronis/KEK pada kehamilan ( 37% ) dan anemia pada kehamilan ( 40% ) ( Dr Nugraha,

diambil dari Http// www.wordpress.com//buku - pws-kia-bab 1 – pendahuluan )

Menurut Dinkes Provinsi Sumatera Utara penyebab utama kematian ibu di

Sumatera Utara belum ada survey khusus, tetapi secara nasional oleh karena komplikasi

persalinan ( 45% ), retensio plasenta ( 20% ), robekan jalan lahir ( 19% ), partus lama

(11 % ), perdarahan dan eklampsia masing-masing ( 10% ), komplikasi selama nifas

(5%), dan demam nifas ( 4% ) ( Dinkes Provsu, 2008 )

Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang

dapat digolongkan kepada faktor-faktor komplikasi obstetric, pelayanan kesehatan, dan

social ekonomi. Faktor komplikasi obstetric diantaranya adalah infeksi nifas pada

pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat asepsis antisepsis

( Manuaba, 1998 )

Pemerintah sebenarnya telah mengupayakan beberapa program dalam usahanya

menurunkan angka kematian ibu. Pada tahun 2000 dicanangkan Gerakan Nasional

Kehamilan atau Making Pregnancy Saver ( MPS ) sebagai bagian dari Strategi

Pembagunan Kesehatan Masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010. Fokus

pembenahannya bahwa dalam setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga

kesehatan terampil, setiap komplikasi persalinan yang dapat mengakibatkan infeksi pada

masa nifas mendapatkan pelayanan optimal, dan setiap wanita usia subur memiliki akses

terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, serta penanganan komplikasi

aborsi ( Pinem Saroha, 2008 )

(14)

Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira

selama 6 minggu. Sedangkan infeksi nifas adalah infeksi-peradangan pada semua alat

genetalia pada masa nifas oleh sebab apa pun dengan ketentuan meningkatnya suhu

badan melebihi 38°C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari

( Prawirohardjo Sarwono, 2002 )

Salah satu penyebab terjadinya infeksi kala nifas yaitu manipulasi penolong :

terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, dan alat yang dipakai kurang suci hama.

Oleh sebab itu diharapkan kepada para petugas kesehatan melaksanakan prinsip

pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

untuk mencegah kejadian infeksi ( Saifuddin, 2002 )

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian dari esensial lengkap yang diberikan

kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong

persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan

antenatal/pasca persalinan/bayi baru lahir/saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini

harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,

keluarga, penolong persalinan, dan petugas kesehatan lainnya. Juga upaya – upaya untuk

menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan

penyakit – penyakit berbahaya ( Acuan APN, 2007 )

Data yang didapat di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar yaitu

jumlah persalinan pada bulan Januari – November 2009 sebanyak 98 orang, dengan

pasien yang mengalami infeksi masa nifas sebanyak 2 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk

(15)

pencegahan infeksi nifas oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu

Enam Pematangsiantar tahun 2010.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah

tentang hubungan karakteristik responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas

oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar

tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

karakteristik responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas oleh Bidan

Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui karakteristik Bidan Praktek Swasta berdasarkan umur, pendidikan,

dan pengalaman kerja.

b. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan pencegahan infeksi nifas.

c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik responden dengan pelaksanaan

pencegahan infeksi nifas.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bidan

Sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya

tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

(16)

2. Bagi Organisasi Profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menerapkan asuhan

kebidanan yang komprehensif dan bermutu dalam melakukan pencegahan infeksi

pada proses pertolongan persalinan yang pada akhirnya akan menurunkan Angka

Kematian Ibu dan Bayi.

3. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan atau ide-ide baru dalam

menerapkan ilmu pelayanan kebidanan, khususnya tentang prosedur pencegahan

infeksi.

4. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dalam

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencegahan Infeksi 1. Pengertian

Pencegahan infeksi adalah : Suatu upaya untuk menurunkan resiko terjangkit

atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit bahaya yang kini

belum ditemukan cara pengobatannya seperti : HIV/AIDS ( JNPK – KR/POGI, 2007 )

2. Faktor yang mempengaruhi proses infeksi:

a. Sumber penyakit : Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi dapat

berjalan cepat atau lambat.

b. Kuman penyebab : Kuman penyebab dapat menentukan jumlah

mikroorganisme, dan kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.

c. Cara membebaskan sumber dari kuman : cara membebaskan kuman dapat

menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat,seperti tingkat

keasaman ( PH ), suhu, penyinaran ( cahaya ), dan lain-lain.

d. Cara penularan : Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau

udara, dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.

e. Cara masuknya kuman : Proses penyebaran kuman berbeda, bergantung dari

sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan,

(18)

f. Daya tahan tubuh : daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses

infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya

tahan yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.

Selain faktor tersebut di atas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi,

tingkat stress tubuh, faktor usia, atau kebiasaan yang tidak sehat.

3. Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :

a. Asepsis atau teknik aseptic adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah

masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang berpotensi untuk menimbulkan

infeksi.

b. Teknik aseptic membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir, dan

penolong persalinan, dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan

seluruh ( eradikasi) mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan

instrument/peralatan hingga tingkat yang aman.

c. Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh

lainnya.

d. Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa

petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang

terkontaminasi darah dan cairan tubuh.peralatan medis, sarung tangan, dan

permukaan ( mis meja periksa ) harus segera didekontaminasi segera setelah

terpapar darah atau cairan tubuh.

e. Mencuci atau membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

(19)

( mis:debu, kotoran ) dari kulit atau instrumen/peralatan.

f. Desinfeksi adalah : tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir

semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda mati

atau instrument.

g. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara

merebus atau kimiawi.

h. Sterilisasi adalah : tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua

mikroorganisme ( bakteri, jamur, parasit.dan virus ) termasuk endospora bakteri

pada benda-benda mati atau instrument.

4. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi yang efektif pada prinsip-prinsip berikut :

a. Setiap orang ( ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan )harus dianggap dapat

menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik ( tanpa gejala )

b. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi

c. Permukaan benda di sekitar kita, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan

telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang utuh, lecet selaput mukosa atau

darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus diproses

secara benar.

d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah

diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.

e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga

sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan PI secara benar dan

(20)

konsisten.

5. Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi

a. Cuci tangan

b. Menggunakan teknik aseptis atau aseptik

c. Memproses alat bekas pakai

d. Menangani peralatan tajam dengan aman

e. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan ( termasuk pengelolaan sampah

secara benar )

a. Cuci tangan 1) Pengertian

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran

infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

2) Cuci tangan harus dilakukan :

a) Segera setelah tiba di tempat kerja

b) Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru

lahir

c) Setelah kontak fisik langsung dengan ibu dan bayi baru lahir.

d) Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

e) Setelah melepaskan sarung tangan ( kontaminasi melalui lubang atau robekan

sarung tangan )

f) Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau

cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa ( mis :

hidung, mulut, mata, vagina ) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung

(21)

tangan.

g) Setelah ke kamar mandi

h) Sebelum pulang kerja

b. Menggunakan teknik aseptik

Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan

penolong persalinan. Teknik aseptik meliputi aspek :

1). Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi

2). Antisepsis

3). Sterilisasi dan disinfeksi tingkat tinggi

1). Jenis alat pelindung pribadi

a) Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi

pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas

fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap

kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi silang.

b) Masker harus cukup besar unuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang

dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar

sewaktu petugas kesehatan bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah

cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung

atau mulut petugas kesehatan.

c) Pelindung mata berfungsi melindungi kalau terjadi cipratan darah atau cairan

tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata

pelindung plastik yang jernih kacamata pengaman, pelindung muka.

(22)

d) Kap dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut

tidak masuk dalam luka sewaktu melakukan tindakan medis

e) Gaun penutup dipakai untuk menutupi baju rumah. Pemakaian utama dari gaun

penutup untuk melindungi pakaian petugas pelayan kesehatan.

f) Apron yang dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di

bagian depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron berfungsi membuat cairan

yang terkontaminasi tidak mengenai baju dan kulit petugas kesehatan

g) Alas kaki dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau

berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.

2). Antisepsis

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara

membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Cuci

tangan secara teratur di antara kontak dengan setiap ibu atau bayi baru lahir, juga

membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

3). Pemeliharaan teknik steril dan DTT

a). Sterilisasi

Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua

bentuk kehidupan mikroba yang yang dilakukan di Rumah Sakit melalui proses

fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk

membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat

(23)

bahan kimiawi. Jenis sterilisasi antara lain : sterilisasi cepat, sterilisasi panas

kering, sterilisasi gas, radiasi ionisasi.

b). Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme pathogen

pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri.

Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfeksi melalui cara

mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah

terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.

Sediakan dan pelihara daerah steril/desinfeksi Tingkat Tinggi :

1. Gunakan kasa steril

2. Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan benda-benda ke daerah

yang steril / desinfeksi tingkat tinggi.

3. Hanya benda-benda steril/desinfeksi Tingkat Tinggi atau petugas dengan baju

yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki daerah steril / Desinfeksi

Tingkat Tinggi.

4. Anggap barang apa pun yang basah, terpotong atau robek sebagai benda yang

terkontaminasi.

5. Tempatkan daerah yang steril / Desinfeksi Tingkat Tinggi jauh dari pintu atau

jendela.

6. Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan Desinfeksi Tingkat

Tinggi atau steril menyentuh peralatan yang ada di daerah steril.

(24)

c. Memproses alat bekas pakai 1). Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan,

perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi.

Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan

oleh petugas.

2). Pencucian dan Pembilasan

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar

mikroorganisme pada peralatan / perlengkapan yang kotor atau yang sudah

digunakan. Baik sterilisasi maupun Desinfeksi Tingkat Tinggi menjadi kurang

efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi

tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk

mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan

seksama.

Tahap-tahap pencucian dan pembilasan :

1) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan

2) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi ( hati-hati bila

memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit )

3) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastic atau karet, jangan

dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam.

4) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati :

a) Gunakan sikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.

(25)

c) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan.

d) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan

e) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali dengan air dan sabun atau detergen

f) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih

g) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.

h) Jika benda akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi ( misalkan dalam

larutan klorin 0,5% ) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan

kering sebelum memulai proses DTT

alasannya : jika peralatan masih basah mungkin akan mengencerkan larutan

kimiawi dan membuat larutan menjadi kurang efektif.

i) Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus atau

direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu

dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau disterilkan dimulai.

j) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun

dan kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih.

k) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.

d. Penggunaan peralatan tajam secara aman

Untuk mencegah terjadinya infeksi melalui benda tajam maka dalam melakukan

tindakan medis harus memperhatikan pedoman berikut :

1) Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau

dengan menggunakan daerah aman yang sudah ditentukan ( daerah khusus untuk

meletakkan dan mengambil peralatan tajam )

(26)

2) Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak

sengaja.

3) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba

jarum ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.

4) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat

jika sudah dua per tiga penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut

ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar di

dalam incinerator.

5) Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi,

bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% ( dekontaminasi ), tutup kembali

menggunakan teknik satu tangan dan kembali kuburkan.

Cara melakukan teknik satu tangan :

a). Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata

b). Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum suntik

mengait penutup jarum. Jangan memegang penutup dengan tangan lainnya

c). Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan gunakan

tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya.

e. Pengelolaan sampah dan mengatur kebersihan dan kerapian

1). Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan.

2). Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan

3). Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya

4). Membuang bahan-bahan berbahaya ( bahan toksik, dan radioaktif) dengan aman.

(27)

D. Nifas

1. Pengertian Nifas

a. Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu ( Prawirohardjo Sarwono, 2002 )

b. Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir

setelah kira-kira 6 minggu ( Wiknjosastro Hanifa, 2002 )

c. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini

yaitu 6 minggu ( Mochtar Rustam, 1998 )

2. Pengertian Infeksi Nifas

a. Infeksi nifas adalah : infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah

melahirkan, ditandai kenaikan suhu 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10

pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan infeksi 24 jam pertama

( Mansjoer Arif, 1999)

b. Infeksi nifas adalah : infeksi – peradangan pada semua alat genitalia pada masa

nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi

38ºC tanpa menghitung hari pertama dan berturut – turut selama 2 hari

( Manuaba, 1998 )

c. Infeksi nifas adalah : semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman

-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.

( Wiknjosastro Hanifa, 2002 )

(28)

3. Penyebab dan Cara Terjadinya Infeksi Nifas

a. Penyebab Infeksi Nifas :

Bermacam -macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti

eksogen ( kuman masuk dari luar ), autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam

tubuh ) dan endogen ( dari jalan lahir sendiri ). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari

50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni

normal jalan lahir.

Kuman – kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain :

1) Streptococcus haemoliticus aerobic

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari

penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.

2) Staphylococcus aureus

Masuk secara eksogen, infeksi sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab

infeksi rumah sakit.

3) Escheria coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.

4) Clostridium Welchii

Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus

kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

b. Cara Terjadinya Infeksi

Infeksi dapat terjadi karena :

1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan

dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam

(29)

Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan

ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.

2) Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang

berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas.

3) Dalam rumah sakit selalu banyak kumankuman pathogen, berasal dari penderit

-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh

aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain, dan alat – alat yang

suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau

pada waktu nifas.

4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali

apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

4. Faktor Predisposisis Infeksi Nifas

a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan

banyak, pre-eklampsia, juga infeksi lain, seperti : pneumonia, penyakit jantung,

dan sebagainya.

b. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.

c. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.

d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

5. Gambaran Klinis Infeksi Nifas

a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks

Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan

(30)

tidak berat, suhu sekitar 38ºC dan nadi di bawah 100 x per menit. Bila luka

terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa

naik sampai 39ºC - 40ºC dengan kadang-kadang disertai menggigil.

b. Endometritis

Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta, dan

selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan

kenaikan suhu. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan, dan lembek.

c. Septikemia dan Piemia.

Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septikemia

lebih mendadak dari piemia. Pada septikemia, dari permulaan penderita sudah

sakit dan lemah. Sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat,

biasanya disertai menggigil. Selanjutnya suhu berkisar antara 39-40ºC, keadaan

umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat ( 140-160 X per menit atau lebih ).

Penderita meninggal dalam 6-7 hari post partum. Jika ia masih tetap hidup terus,

gejala-gejalanya menjadi seperti piemia.

Pada piemia, tidak lama pasca persalinan pasien sudah merasa sakit, perut nyeri,

dan suhu agak meningkat. Tetapi gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta

menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah

umum. Ciri khas pasien dengan piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat

dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Lambat

(31)

d. Peritonitis

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat

juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.

Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan

nanahnya ke rongga dan menyebabkan peritonitis.

Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah

pelvis.Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seprti pada peritonitis umum.

Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada

pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya

terkumpul dalam Douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk

mencegah keluarnya melalui rectum atau kandung kencing.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen dan merupakan

penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut

kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita yang mula-mula

kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa

yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.

e. Sellulitis Pelvika

Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam

nifas. Bila suhu tinggi menetap dalam satu minggu disertai dengan rasa nyeri di

kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai

terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.

Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis

pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat

(32)

panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang

meradang itu bisa terjadi abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi

secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak

sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pertiga kasus tidak terjadi

pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di

sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium

yang kaku.

Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya

bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis ke

rectum atau ke kandung kemih.

f. Salpingitis dan Ooforitis

Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis.

6. Pencegahan Infeksi Nifas

a. Masa Kehamilan

1) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor atau predisposisi seperti anemia,

malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu

2) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.

3) Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan dengan

hati -hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban.Kalau ini terjadi infeksi

(33)

b. Selama Persalinan

Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya

kuman-kuman dalam jalan lahir :

1) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama / menjaga supaya persalinan

tidak berlarut-larut.

2) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

3) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun

perabdominan dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

4) Menjaga terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus

segera diganti dengan transfusi darah.

5) Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan

masker, yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar

bersalin.

6) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.

7) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan

sterilisasi yang baik, apabila bila ketuban telah pecah.

C. Selama Nifas

1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat

dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.

2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak

bercampur dengan ibu sehat.

3) Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi

sedapat mungkin.

(34)

E. Faktor Yang Mempengaruhi Bidan Dalam Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas

1. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Singgih D. Gunarso ( 1990 ) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang

maka proses – proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat ketika berusia

belasan tahun.

Abu Ahmadi ( 1997 ) juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat

seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, dan dari pengetahuan itu dapat

diterapkan tindakan – tindakan yang diketahuinya.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (

Notoadmodjo, 2003 ). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut Cherin

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi.

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa, sebaliknya

(35)

seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan ( Koentjaraningrat, 1997,

dikutip Nursalam, 2001 )

Wiet Hary dalam Notoadmodjo ( 2003 ) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang

mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

baik pula pengetahuannya.

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik ( experient is the best teacher ),

pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,

atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan ( Notoatmodjo, 2002 )

Pengalaman kerja akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu.

Dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh selama bekerja maka

ketrampilan akan semakin bertambah pula, dengan pengetahuan dan

ketrampilannya tersebut maka akan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan

yang diemba

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEP , HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul Hubungan

Karakteristik Responden dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas oleh Bidan

Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar tahun 2010

menggunakan variabel independen meliputi umur, pendidikan, dan pengalaman

kerja. Dan yang menjadi variabel dependen meliputi pelaksanaan pencegahan infeksi

nifas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema kerangka konsep di bawah ini :

Variabel independen Variabel dependen

Bagan 3.1

Kerangka konsep

Umur Bidan

Pendidikan Bidan

Pengalaman Kerja Bidan

Pelaksanaan Pencegahan

Infeksi Nifas

(37)

B. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif

Hipotesis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif ( Ha )

yaitu :

a. Ada hubungan antara umur responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas.

b. Ada hubungan antara pendidikan responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi

nifas

c. Ada hubungan antara pengalaman kerja responden dengan pelaksanaan pencegahan

infeksi nifas.

C. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Cara Ukur Alat

ukur

Hasil Skala

01. Umur Lamanya hidup

bidan yang

dihitung sejak

lahir sampai

dengan penelitian

ini dilakukan.

Wawancara Lembar

checklist

1). 22 - 39

tahun

2). 40 - 56

tahun

Interval

02. Pendidikan Pendidikan

formal kebidanan

yang telah

diselesaikan oleh

bidan.

Wawancara Lembar

(38)

03. Pengalaman kerja Lamanya masa waktu bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas.

Wawancara Lembar

checklist

1). 1 - 13

tahun

2). 14 - 26

tahun

Interval

04. Pelaksanaan

pencegahan infeksi nifas Suatu upaya untuk menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit -penyakit berbahaya.

Observasi Lembar

checklist

Baik :

Score

16 – 30

kurang

1 – 15

(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

adanya hubungan antara karakteristik responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi

nifas oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Bidan Praktek Swasta di wilayah

kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar yaitu 40 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi di mana semua populasi

dijadikan sampel yaitu sebanyak 40 orang.

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :

1. Bidan Praktek Swasta yang bersedia dijadikan sampel dalam penelitian.

(40)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar karena terdapat 2 orang yang menderita infeksi nifas pada tahun 2009

dan belum pernah diadakan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini di

wilayah kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2010

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari Ketua Program

D-IV Bidan Pendidik Fakltas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dengan

mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

calon responden bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela dan

responden berhak mengundurkan diri dari penelitian. Jika bersedia menjadi responden,

maka responden diminta untuk manandatangani lembar persetujuan ( informed concent )

penelitian atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal.

Dalam menjaga kerahasiaannya, maka lembar pernyataan untuk obsevasi yang

akan diisi tidak mencantumkan nama responden dan informasi yang diperoleh hanya

dipergunakan untuk penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar cheklist

yang akan diisi oleh peneliti dengan cara melakukan observasi pada saat responden

(41)

dilakukan oleh responden sudah sesuai dengan tindakan-tindakan pencegahan infeksi

nifas.

Bagian pertama lembar observasi berisi data demografi responden yang meliputi

umur, pendidikan, dan pengalaman kerja.

Bagian kedua yaitu lembar observasi yang berisi sejumlah pernyataan yang

digunakan untuk mengidentifikasi pelaksanaan pencegahan infeksi oleh Bidan Praktek

Swasta. Lembar checklist penelitian ini terdiri dari 30 pernyataan.

Setiap item pernyataan mempunyai 2 alternatif penilaian yaitu bila tindakan

dilaksanakan mendapat nilai 1 dan bila tindakan tidak dilaksanakan mendapat nilai 0.

Untuk mengukur pelaksanaan pencegahan infeksi nifas yang dilakukan oleh

Bidan Praktek Swasta, terlebih dahulu dihitung score yang diperoleh responden :

1. Score maksimal yaitu 30, yang berarti dari hasil observasi responden memperoleh

nilai 1 x 30 = 30

2. Score minimal yaitu 0, yang berarti dari hasil observasi responden memperoleh nilai

0 x 30 = 0

Penentuan nilai panjang dengan menggunakan rumus dari Hidayat ( 2007 ) sebagai

berikut :

Rentang = nilai maksimal – nilai minimal

Panjang kelas = Rentang Banyaknya kelas = 30 – 0

2

= 15

Dari rumus di atas diperoleh rentang kategori pelaksanaan pencegahan infeksi nifas oleh

Bidan Praktek Swasta sebagai berikut :

(42)

1. Kurang memperoleh score 0 – 15

2. Baik memperoleh score 16 – 30

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat

permohonan izin penelitian dari institusi pendidikan Program D – IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan USU., dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

kepada Bapak Kepala Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar maka peneliti akan menjumpai para Bidan Praktek Swasta dan

menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut. Peneliti akan menjelaskan bahwa peneliti

akan mengobservasi pada waktu bidan melakukan tindakan pertolongan persalinan.

Peneliti akan mengobservasi Bidan Praktek Swasta pada waktu menolong persalinan

apakah bidan telah melakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai dengan standar

operasional prosedur. Peneliti juga ikut membantu Bidan Praktek Swasta pada waktu

melakukan pertolongan persalinan.

H. Analisis Data

Dalam melakukan analisa data, data yang telah terkumpul diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi. Pengolahan data dilakukan dengan langkah –

langkah :

1. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan

pada saar pengumpulan data atau setelah data terkumpul

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

(43)

3. Processing

Setelah data di coding maka data dari lembar checklist dimasukkan ke dalam program

komputer yaitu spss.

4. Melakukan teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah ;

a. Analisis Univariat

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel

distribusi dab frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis data dilakukan secara bivariat yaitu menghubungkan antara karakteristik

responden dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas, analisis data ini

dilakukan dengan uji statistik yaitu chi – quare.

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian, karakteristik responden yang ditanyakan pada

penelitian ini yaitu umur, pendidikan, dan pengalaman kerja. Data deskriptif

umur responden diperoleh umur terendah adalah 22 tahun dan umur tertinggi

adalah 56 tahun sedangkan pendidikan responden yang terendah adalah D – I

Kebidanan dan yang tertinggi adalah D – III Kebidanan serta lama bekerja paling

[image:44.612.140.549.485.642.2]

sedikit adalah 1 tahun dan yang tertinggi adalah 26 tahun.

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010

No Karakteristik Responden Jumlah

N %

1. Umur

1. 22 – 39 tahun 2. 40 – 56 tahun

23 17

57,5 42,5 2. Pendidikan

1. D-I Kebidanan 2. D-III Kebidanan

22 18

55 45 3. Pengalaman kerja

1. 1 – 13 tahun 2. 14 – 26 tahun

13 27

(45)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 40 responden sebagian besar

berumur antara 22 – 39 tahun sebanyak 23 orang ( 57,5%), dan sebagian kecil

berumur 40 – 56 tahun sebanyak 17 orang ( 42,5%)

Berdasarkan pendidikan responden, dapat dilihat bahwa dari 40

responden sebagian besar berpendidikan D – I Kebidanan sebanyak 22 orang

( 55%), dan sebagian kecil berpendidikan D – III Kebidanan sebanyak 18 orang

( 45%).

Berdasarkan lama bekerja, dapat dilihat bahwa dari 40 responden

sebagian besar mempunyai pengalaman kerja 14 – 26 tahun sebanyak 27 orang

( 67,5% ), dan sebagian kecil mempunyai pengalaman kerja 1 – 13 tahun

sebanyak 13 orang ( 32,5% )

[image:45.612.157.548.471.714.2]

2. Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Tabel 5.2

Distribusi Hasil Tingkat Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar tahun 2010

N0 Pernyataan Tindakan

Dilakukan Tidak

dilakukan

N % n %

1. Bidan melepaskan seluruh perhiasan di jari dan di tangan saat akan mencuci tangan

33 82,5 7 17,5

2. Bidan membasahi tangan dengan air bersih dan mengalir sampai ke siku tangan

27 67,5 13 32,5

3. Bidan menggunakan sabun cair untuk mencuci tangan

27 67,5 13 32,5

4. Bidan mencuci tangan dengan prosedur 6 langkah

31 77,5 9 22,5

5. Bidan membilas tangan dengan air bersih dan mengalir sampai ke siku tangan

23 57,5 17 42,5

6. Bidan mengeringkan tangan dengan cara diangin – anginkan dengan kertas tisu atau

19 47,5 21 52,5

(46)

handuk pribadi yang bersih dan kering 7. Bidan memakai sarung tangan yang sesuai

dengan ukuran tangan

13 32,5 27 67,5

8. Bidan memakai sarung tangan dengan benar, dengan memperhatikan ibu jari tangan dari sarung tangan. Ibu jari dari sarung tangan menandakan sarung tangan itu untuk tangan kiri dan sebaliknya.

21 52,5 19 47,5

9. Dengan 1 tangan sarung tangan diambil dengan cara memegang sebelah dalam yang dilipat keluar

21 52,5 19 47,5

10. Setelah sarung tangan terpasang dipatan tadi dibiarkan dan dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan bidan mengambil sarung tangan yang

sebelahnya dengan cara menyelinapkan tangan ke celah lipatan sarung tangan.

18 45 22 55

11. Bidan mengenakan sarung tangan dengan benar, kemudian merapikan lipatan

16 40 24 60

12. Bidan menggunakan sarung tangan pada eaktu menghisap lendir dari jalan nafas bayi baru lahir.

16 40 24 60

13. Bidan meletakkan benda – benda tajam di atas baki steril atau DTT atau dengan menggunakan daerah aman yang sudah ditentukan

17 42,5 23 57,5

14. Bidan dengan hati – hati melakuk an penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja.

20 50 20 50

15. Bidan menggunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Bidan tidak meraba ujung jarum atau memegang jarum jahit dengan tangan.

22 55 18 45

16. Bidan tidak menutup, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang akan dibuang

26 65 14 35

17. Bidan membuang wadah tahan bocor dan menyegel dengan perekat jika sudah 2/3 penuh

19 47,5 21 52,5

18. Jika benda – benda tajam tidak bisa dibuang dengan aman, bidan membilas 3x larutan klorin 0,5%, lalu menutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian dikuburkan.

16 40 24 60

19. Setelah selesai menolong persalinan, bidan membersihkan peralatan dengan

(47)

memisahkan alat – alat yang terbuat dengan logam dengan benda – benda tajam.

20. Bidan menggunakan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.

18 45 22 55

21. Untuk peralatan yang didisinfeksi tingkat tinggi dengan cara direbus bidan tidak mengeringkan terlebih dahulu peralatan itu.

18 45 22 55

22. Bidan menggunakan panci dengan penutup yang rapat untuk mendesinfeksi peralatan dengan cara merebus.

20 50 20 50

23. Bidan merebus paralatan selama 20 menit 18 45 22 55 24. Bidan membiarkan peralatan kering

dengan cara diangin – anginkan sebelum digunakan atau disimpan

21 52,5 19 47,5

25.

26.

Bidan selalu menyediakan ember larutan pemutih ( klorin 0,5% yang belum terpakai

Bidan menuangkan larutan klorin 0,5% pada percikan darah kemudian

menyekanya dengan kain.

23 25 57,5 62,5 17 15 42,5 37,5

27. Setelah menggunakan tempat tidur persalinan, meja, troli prosedur, Bidan segera menyeka permukaan dan bagian - bagian peralatan tersebut dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan detergen

16 40 24 60

28. Bidan setelah selesai menolong persalinan, menyeka celemek dengan menggunakan larutan klorin 0,5%

20 50 20 50

29. Bidan membersihkan lantai, dinding, atau permukaan datar lain dengan larutan klorin 0,5% dan detergen dengan membersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh dapat dihilangkan

21 52,5 19 47,5

30. Bidan mencegah terjadinya kontak antara sampah yang terkontaminasi dengan permukaan luar kantong.

22 55 18 45

(48)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa banyak responden yang telah melakukan

tindakan pencegahan infeksi nifas, namun ada juga prosedur yang tidak dilakukan.

Dari 30 langkah prosedur pencegahan infeksi nifas, tindakan yang paling banyak

dilakukan responden yaitu bidan melepaskan seluruh perhiasan di jari dan di tangan

sebanyak 33 orang ( 82,5% ) dan tindakan yang paling sedikit dilakukan bidan yaitu

bidan memakai sarung tangan sesuai dengan ukuran tangan yaitu sebanyak 13

[image:48.612.132.549.347.406.2]

responden ( 32,5% )

Tabel 5.3

Distribusi Tingkat Pelaksanaan Responden dalam Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar Tahun 2010

No Tingkat pelaksanaan n %

1. Kurang 24 60

2. Baik 16 40

Jumlah 40 100

Pelaksanaan responden tentang pencegahan infeksi nifas terbagi dalam 2 kategori

yaitu kurang dan baik. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 40 responden

sebagian besar mempunyai tingkat pelaksanaan kurang sebanyak 24 orang ( 60%)

dan sebagian kecil mempunyai tingkat pelaksanaan baik sebanyak 16 orang ( 40% )

3. Hubungan Karakteristik dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Responden

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan karakteristik dengan pelaksanaan

(49)
[image:49.612.131.553.138.252.2]

Tabel 5.4

Hubungan Umur Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar Tahun 2010

No Umur

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi

Nifas

Total Nilai P

OR ( 95 %

CI ) Kurang Baik

n % N % N %

1. 2.

22 – 39 tahun 40 – 56 tahun

19 5 82,6 29,4 4 12 17,4 70,6 23 17 100,0 100,0

0,002 11,400

Hasil analisa hubungan antara umur dengan pelaksanaan responden

tentang pencegahan infeksi nifas diperoleh bahwa dari 23 responden, yang

berumur antara 22 -39 tahun yang sebagian besar mempunyai pelaksanaan

pencegahan infeksi nifas kurang sebanyak 19 orang ( 82,6% ) sedangkan dari 17

responden yang berumur antara 40 - 56 tahun sebagian besar mempunyai

pelaksanaan pencegahan infeksi nifas baik sebanyak 12 orang ( 70,6% ).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan

yang signifikan antara umur dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nifas . Dari

hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR=11,400 artinya responden yang

berumur antara 40 – 56 tahun mempunyai peluang 11 kali lebih baik dalam

pelaksanaan pencegahan infeksi nifas dibandingkan responden yang berumur 22

– 39 tahun.

(50)
[image:50.612.143.552.139.247.2]

Tabel 5.5

Hubungan Pendidikan Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar Tahun 2010

No Pendidikan

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi

Nifas

Total Nilai P

OR ( 95 % CI ) Kurang Baik

N % N % n %

1. 2. D-I Kebidanan D-III Kebidanan 17 7 77,3 38,9 5 11 22,7 61,1 22 18 100,0 100,0

0,032 5,343

Dari tabel hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan pencegahan

infeksi nifas oleh Bidan Praktek Swasta diperoleh bahwa dari 22 responden

yang berpendidikan D- I Kebidanan sebanyak 17 orang ( 77,3 ) mempunyai

pelaksanaan pencegahan infeksi nifas kurang. Sedangkan responden yang

mempunyai pendidikan D-III Kebidanan dari 18 responden ada 11 orang ( 61,1%

) yang mempunyai pelaksanaan pencegahan infeksi baik.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,032 maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pelaksanaan pencegahan

infeksi nifas.

Dari hasil uji statistik diperoleh juga nilai OR=5,343 artinya responden yang

mempunyai pendidikan D-III Kebidanan mempunyai peluang 5 kali lebih baik

dalam pelaksanaan pencegahan infeksi nifas dibandingkan dengan responden

(51)
[image:51.612.130.558.140.228.2]

Tabel 5.6

Hubungan Pengalaman Kerja Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam

Pematangsiantar Tahun 2010

No Pengalaman kerja

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas

Total Nilai P

OR ( 95 % CI )

Kurang Baik

n % n % n %

1. 2.

1-13 tahun 14 – 26 tahun

11 13 84,6 48,1 2 14 15,4 51,9 13 27 100,0 100,0

0.063 5,923

Dari hasil analisa hubungan lama bekerja dengan pelaksanaan

pencegahan infeksi nifas oleh Bidan Praktek Swasta diperoleh bahwa dari 13

responden yang memiliki pengalaman kerja 1 -13 tahun sebagian besar

mempunyai pelaksanaan pencegahan infeksi kurang sebanyak 11 orang ( 84,6%

), sedangkan responden yang memiliki pengalaman kerja 14 – 26 tahun sebagian

besar mempunyai pelaksanaan pencegahan infeksi baik sebanyak 14 orang (

51,9% )

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,063 maka dapat diartikan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja dengan pelaksanaan

pencegahan infeksi nifas.

Dari hasil uji statistik didapatkan juga nilai OR=5,923 artinya responden

yang mempunyai pengalaman kerja 14 - 26 tahun mempunyai peluang 5 kali

lebih baik dalam pelaksanaan pencegahan infeksi nifas dibandingkan responden

yang mempunyai pengalaman kerja 1 – 13 tahun.

(52)

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Karakteristik Responden

Dapat dilihat bahwa dari 40 responden sebagian besar responden berumur 22

– 39 tahun sebanyak 23 orang ( 57,5% ). Umur mempunyai peran dalam

memperoleh pengetahuan sehingga dengan pengetahuan yang baik akan

berdampak terhadap penerapannya dalam tindakan. Semakin tua seseorang

fungsi organ – organ tubuhnya menurun termasuk daya ingat.

Menurut Nursalam, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Sedangkan dari 40 responden sebagian besar responden memiliki pendidikan

D-I Kebidanan yaitu 22 orang ( 55% ). Melalui pendidikan seseorang dapat

memperoleh informasi dengan cepat, tingkat pendidikan juga menentukan mudah

tidaknya seseorang memahami pengetahuan yang diperolehnya dan akan

mempengaruhi sikap dalam menerapan tindakan berdasarkan pengetahuan yang

diperoleh. Hal ini didukung oleh teori Cherin, semakin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Dari 40 responden sebagian besar responden memiliki pengalaman kerja 14 –

26 tahun sebanyak 27 orang ( 67,5% ). Pengalaman akan menghasilkan

pemahaman yang berbeda bagi tiap individu. Menurut Wiet Hary dalam

Notoadmodjo ( 2003 ) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

(53)

b. Pelaksanaan Responden Tentang Tindakan Pencegahan Infeksi Nifas

Secara keseluruhan tingkat pelaksanaan responden tentang tindakan

pencegahan infeksi nifas adalah kurang sebanyak 24 orang ( 60% ), karena masih

dijumpai responden yang tidak melakukan tindakan sesuai dengan prosedur

seperti bidan memakai sarung tangan yang sesuai dengan ukuran tangan, bidan

menggunakan sarung tangan dengan benar, kemudian merapikan lipatan, Bidan

merapikan tempat sarung tangan, setelah menggunakan tempat tidur persalinan,

meja, troli prosedur, bidan segera menyeka permukaan dan bagian – bagian

peralatan tersebut dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan detergen, bidan

meletakkan benda – benda tajam di atas baki steril atau DTT atau dengan

menggunakan daerah aman yang sudah ditentukan, bidan menggunakan air dan

sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran, untuk peralatan yang akan

didisinfeksi tingkat tinggi dengan cara direbus, bidan tidak mengeringkan

terlebih dahulu peralatan itu, bidan merebus peralatan selama 20 menit, setelah

sarung tangan terpasang lipatan tadi dibiarkan dan dengan tangan yang telah

mengenakan sarung tangan bidan mengambil sarung tangan yang sebelahnya

dengan cara menyelinapkan tangan ke celah lipatan disarung tangan, bidan

mengeringkan tangan dengan cara diangin – anginkan atau dikeringkan dengan

kertas tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering, bidan membuang benda –

benda tajam dalam wadah tahan bocor dan menyegel dengan perekat jika sudah

penuh 2/3 penuh, bidan dengan hati – hati melakukan penjahitan agar terhindar

dari luka tusuk secara tidak sengaja, bidan menggunakan panci dengan penutup

yang rapat untuk mendesinfeksi peralatan dengan cara merebus,

(54)

Ketidaktahuan ini dapat disebabkan karena masih ada responden yang

memiliki pendidikan D – I Kebidanan sebanyak 22 orang ( 55% ), karena

pendidikan yang rendah mempengaruhi pemahaman seseorang dalam

memperoleh pengetahuan dan tingkat pendidikan yang rendah dapat

menyebabkan seseorang kurang mempunyai ketrampilan tertentu yang

diperlukan dalam kehidupannya.

Ketidaktahuan ini juga dapat disebabkan masih banyak responden yang

mempunyai pengalaman kerja 1 – 13 tahun sebanyak 13 orang ( 32,5%).

Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu.

Menurut Notoadmodjo pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan yang dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam menerapkan ilmu yang dimiliki.

c. Hubungan Karakteristik dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas

Berdasarkan analisa data diperoleh nilai p=0,002 yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara umur dengan pelaksanaan pencegahan infeksi

nifas.

Menurut Gunarso ( 1990 ) bahwa makin tua um

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Tabel 5.2 Distribusi Hasil Tingkat Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan
Tabel 5.3
Tabel 5.4 Hubungan Umur Dengan  Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh
+3

Referensi

Dokumen terkait

Complete cures were obtained using 1% (w / v) topical cidofovir at dosing schedules of twice daily for 8 weeks beginning at 4 weeks after CRPV infection, which represents a time

The inhibitor preparation-pre- treated Vero cells were resistant to subsequent infections by Sindbis and vaccinia viruses, indicat- ing that the crab inhibitor preparation also

[r]

• Data warehouse adalah sistem yang retrieves (mengambil) dan consolidates data periodically (mengkonsolidasikan data secara berkala) dari source systems (sistem sumber)

This OGC ® document introduces a set of conventions and mechanisms that extend and qualify the netCDF3 data model and format to model uncertain information: the NetCDF

lembar dilegalisir kepala madrasah dan surat keterangan siswa masih aktif dari kepala madrasah, persyaratan dikirim Ke Seksi Pendidikan Madrasah (Pendma) paling

If a class is absent, perhaps in the context of being the data type of an optional element, then its subclasses, aggregation components, and their elements should not be present

Approval and Ratification of the Annual Report of the Company for the year ended December 31, 2016, including the Activity Report of the Company, the Report of