ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
FENTY FAUZIAH 077019072/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
FENTY FAUZIAH 077019072/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Fenty Fauziah Nomor Pokok : 077019072 Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing:
(Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, Ac.) (Drs. Syahyunan, M.Si.) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)
Telah diuji pada:
Tanggal 1 Juni 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, Ac. Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si.
2. Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. 3. Dr. Isfenti Sadelia, ME.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.
Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.
Medan, 1 Juni 2010 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Industri manufaktur memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), hal ini tercermin dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa peran industri menufaktur dalam perekonomian Indonesia mempunyai posisi yang dominan. Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Ini mencerminkan bahwa penentuan kebijakan dividen dalam hal ini dividend payout ratio sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor dapat ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: sejauhmana pengaruh cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin,
return on investment dan tax rate terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan dari 33 perusahaan manufaktur yang go public di bursa efek Indonesia selama tahun 2004 sampai tahun 2008. Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory research, metode yang digunakan untuk analisis linier berganda dengan alat Bantu SPSS versi 15.
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji-F (uji serempak) dan uji-t (uji parsial) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau α = 5%. Uji-F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 34,1% dan sisanya 65,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada uji-t hanya variabel bebas debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.
Kesimpulan penelitian adalah: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, dan tax rate mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio, 2) Secara parsial debt to equity ratio
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.
ABSTRACT
Manufacturer industries have great contribution to Gross Domestic Product, show in a number of manufacture companies that have been registered in Indonesia Stock Exchange from 2004 up to 2008. This case showed that the role of manufacture industries in Indonesian economic have dominant position. Decision of Dividend Company will involve two regard that concerned and mutual condition, in the interest of stock holder with their dividend and in the interest of company by return earning. This reflects that determining decision of the dividend in this case dividend payout ratio is influenced by many factors. One of the factors can be showed by performance finance of manufacture company pass through average liquidity ratio, solvability and profitability. Base on that short analysis, so it was formulate problem as: how did significant factors of cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment and tax rate concern dividend payout ratio at go public manufacture companies in Indonesia Stock Exchange.
The data used of the research are secondary that is yearly financial report of go public manufacture companies listed at Indonesia Stock exchange from 2004 up to 2008. The supporting theories of the research are financial ratio and decisions of dividend payment ratio. The approach of the research is qualitative descriptive by explanatory method by using multiple linier regression of SPSS Version of 15.
The hypothesis tests used are statistical of F-test and partial of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables significantly influence to dividend payout ratio. Determinant coefficient (R2) shows that independent variables are able to explain dependent variables of 34,1% and 65,9% remains are explained by un-research variables. While in the partial t-test, only independent variable of debt to equity ratio significantly influences to dividend payout ratio.
Conclusions of the research are: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, and tax rate have significant influence to dividend payout ratio wholly, 2) Debt to equity ratio has significant influence to dividend payout ratio partially.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang
dilakukan penulis adalah: ”Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku
Komisi Pembanding.
4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe. MEc,Ac selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
6. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak dan Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Komisi
Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm. Aliaman Lubis dan Ibunda Dra. Rohana
Nadiah Tobing tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
9. Suami tercintaku Harmen Ilyas, SE dan anakku Alif Saputra Ilyas tersayang yang
menjadi semangat bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan studi ini
10. Adik-adikku tersayang, Briptu M. Yusuf Lubis dan Indah Sari Lubis, SPd atas
semangat yang mereka berikan.
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XIII di Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan
kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh
pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.
Medan, 1 Juni 2010 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Fenty Fauziah, lahir di Medan tanggal 5 Januari 1975, anak pertama dari tiga
bersaudara, dari pasangan Ayahanda Alm. Aliaman Lubis dan Ibunda Dra. Rohana
Nadiah Tobing. Menikah dengan Harmen Ilyas, SE pada tahun 2008 dan memiliki
seorang anak Alif Saputra Ilyas.
Pendidikan dimulai dari sekolah dasar di SD Negeri 0666656 Medan Denai,
tamat dan lulus tahun 1987. Melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di
SMP Negeri 11 Medan, tamat dan lulus tahun 1990. Selanjutnya meneruskan
pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 8 Medan, tamat dan lulus tahun
1993. Kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III Program Studi
Akuntansi di Politeknik Universitas Sumatera Utara, Medan, tamat dan lulus tahun
1996. Setelah itu meneruskan jenjang Strata 1 (S-1) Program Studi Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera, Medan, tamat dan lulus tahun 2001. Pada
tahun 2007 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi Magister Ilmu
Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Medan, 1 Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 5
I.3. Tujuan Penelitian ... 5
I.4. Manfaat Penelitian ... 5
I.5. Kerangka Berpikir ... 6
I.6. Hipotesis ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
II.1. Penelitian Terdahulu ... 12
II.3. Teori Tentang Dividen ... 18
II.3.1. Pengertian Dividen ... 18
II.3.2. Bentuk-Bentuk Dividen ... 19
II.4. Teori Tentang Kebijakan Dividen ... 20
II.4.1. Pengertian Kebijakan Dividen ... 20
II.4.2. Teori Kebijakan Dividen ... 22
II.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 24
II.5. Teori Contracting dalam Hubungannya dengan Kebijakan Dividen ... 29
II.6. Alternatif Pembayaran Dividen ... 31
II.7. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
III.2. Metode Penelitian ... 36
III.3. Populasi dan Sampel ... 37
III.3.1. Populasi ... 37
III.3.2. Sampel ... 37
III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38
III.5. Jenis dan Sumber Data ... 38
III.6.1. Identifikasi Variabel ... 38
III.6.2. Definisi Operasional Variabel ... 39
III.7. Metode Analisis Data ... 42
III.7.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 42
III.7.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 44
III.7.2.1. Uji Normalitas ... 44
III.7.2.2. Uji Multikolinearitas ... 45
III.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 45
III.7.2.4. Uji Autokorelasi ... 46
III.7.3. Pengujian Hipotesis ... 47
III.7.3.1. Uji Secara Serempak (Uji-F)... 47
III.7.3.2. Uji Secara Parsial (Uji-t) ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 50
IV.1. Hasil Penelitian ... 50
IV.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia ... 50
IV.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 53
IV.1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 55
IV.1.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 55
IV.1.3.2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 57
IV.1.3.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58
IV.2. Pembahasan ... 59
IV.2.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 60
IV.2.2. Hasil Uji Secara Serempak (Uji-F) ... 61
IV.2.3. Hasil Uji Secara Parsial (Uji-t) ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
V. 1. Kesimpulan ... 68
V. 2. Saran ... 69
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
II.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 15
III.1. Tarif Pajak Penghasilan Badan ... 40
III.2. Definisi Operasional Variabel ... 42
III.3. Pengambilam Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ... 47
IV.1. Sampel Penelitian ... 52
IV.2. Deskripsi Data Penelitian ... 53
IV.3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 57
IV.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 57
IV.5. Hasil Uji Autokorelasi ... 59
IV.6. Hasil Uji Determinasi ... 60
IV.7. Hasil Uji Secara Serempak (Uji-F) ... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
I.1. Kerangka Berpikir ... 10
IV.1. Hasil Uji Normalitas Melalui Histogram ... 55
IV.2. Hasil Uji Normalitas Melalui Normal P-Plot ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Daftar Nama Perusahaaan yang Menjadi Populasi Penelitian... 74
2. Daftar Nama Perusahaaan yang Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kriteria 1 dan 2... 76
3. Daftar Nama Perusahaaan yang Menjadi Sampel Penelitian... 78
4. Hasil Deskripsi Variabel... 79
ABSTRAK
Industri manufaktur memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), hal ini tercermin dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa peran industri menufaktur dalam perekonomian Indonesia mempunyai posisi yang dominan. Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Ini mencerminkan bahwa penentuan kebijakan dividen dalam hal ini dividend payout ratio sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor dapat ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: sejauhmana pengaruh cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin,
return on investment dan tax rate terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan dari 33 perusahaan manufaktur yang go public di bursa efek Indonesia selama tahun 2004 sampai tahun 2008. Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory research, metode yang digunakan untuk analisis linier berganda dengan alat Bantu SPSS versi 15.
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji-F (uji serempak) dan uji-t (uji parsial) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau α = 5%. Uji-F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 34,1% dan sisanya 65,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada uji-t hanya variabel bebas debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.
Kesimpulan penelitian adalah: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, dan tax rate mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap dividend payout ratio, 2) Secara parsial debt to equity ratio
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.
ABSTRACT
Manufacturer industries have great contribution to Gross Domestic Product, show in a number of manufacture companies that have been registered in Indonesia Stock Exchange from 2004 up to 2008. This case showed that the role of manufacture industries in Indonesian economic have dominant position. Decision of Dividend Company will involve two regard that concerned and mutual condition, in the interest of stock holder with their dividend and in the interest of company by return earning. This reflects that determining decision of the dividend in this case dividend payout ratio is influenced by many factors. One of the factors can be showed by performance finance of manufacture company pass through average liquidity ratio, solvability and profitability. Base on that short analysis, so it was formulate problem as: how did significant factors of cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment and tax rate concern dividend payout ratio at go public manufacture companies in Indonesia Stock Exchange.
The data used of the research are secondary that is yearly financial report of go public manufacture companies listed at Indonesia Stock exchange from 2004 up to 2008. The supporting theories of the research are financial ratio and decisions of dividend payment ratio. The approach of the research is qualitative descriptive by explanatory method by using multiple linier regression of SPSS Version of 15.
The hypothesis tests used are statistical of F-test and partial of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables significantly influence to dividend payout ratio. Determinant coefficient (R2) shows that independent variables are able to explain dependent variables of 34,1% and 65,9% remains are explained by un-research variables. While in the partial t-test, only independent variable of debt to equity ratio significantly influences to dividend payout ratio.
Conclusions of the research are: 1) Cash ratio, debt to equity ratio, net profit margin, return on investment, and tax rate have significant influence to dividend payout ratio wholly, 2) Debt to equity ratio has significant influence to dividend payout ratio partially.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Penelitian
Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri
manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi yang besar terhadap Produk
Domestik Bruto {PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sampai tahun 2008 sebanyak 156 perusahaan dari 397 perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa peran serta industri manufaktur dalam perekonomian di
Indonesia mempunyai posisi yang dominan.
Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pendapatan dalam bentuk dividen
maupun capital gain. Di lain pihak perusahaan juga mengharapkan adanya
pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para
pemegang sahamnya. Hal ini akan terjadi karena kebijakan dividen adalah sangat
penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen, dan sisi
lain juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan.
Para investor yang tidak bersedia mengambil resiko mempunyai pandangan
bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga
tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan terhadap resiko
lebih tinggi dari pada capital gain yang akan diterima di masa yang akan datang.
Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai
dividen dari pada capital gain.
Investor dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu investor yang
berani mengambil resiko (risk taker) dan investor yang tidak berani mengambil resiko
(averse taker). Investor yang tidak berani mengambil resiko biasanya akan lebih
menyukai perusahaan yang membayar dividen. Investor yang tergolong risk taker,
lebih mengharapkan mendapat capital gain, sehingga pengumuman tentang
pembayaran dividen akan bereaksi secara negatif terhadap pengumuman dividen,
karena mereka berpikir, bahwa perusahaan tidak akan melakukan investasi, dimasa
yang akan datang, sehingga pada masa yang akan datang perusahaan tidak profitable
lagi.
Modigliani dan Miller (1961) dalam teorinya yang dikenal dengan ketidak
relevanan (the irrelevance theory) dividen, mengatakan bahwa kebijakan dividen
yang dilakukan oleh perusahaan tidak relevan. Menurut pandangan Modigliani dan
Miller, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen
mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis. Dengan
kata lain, mereka mengatakan bahwa berapapun dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan, hal ini tidak akan mempengaruhi harga saham.
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang
berkepentingan dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengan
kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya dividen yang
dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada
kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang
lebih serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah
menentukan posisi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham,
dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Levy, 1996). Miller dan
Modigliani (1961) telah mengembangkan irrelevant dividend, yang selanjutnya
disusul dengan beberapa studi yang membahas tentang pembayaran dividen dengan
berbagai variasi dengan memfokuskan pada ketidak sempurnaan pasar.
Krisis ekonomi global tahun 2008 yang dimulai di Amerika berimbas pada
sektor riil yang menyebabkan banyak perusahaan besar mengalami kebangkrutan.
Sebagai salah satu pelaku pasar, Indonesia tentunya tidak luput dari hantaman krisis
ini. Salah satu indikasinya dilihat dari menurunnya nilai rupiah terhadap USD.
Kondisi ini yang menyebabkan banyak perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bursa efek Indonesia mengalami penurunan laba bahkan ada yang menderita
kerugian, sehingga perusahaan tidak memberikan dividen kepada pemengang saham.
Perusahaan yang tidak memberikan deviden kepada pemegang saham pada tahun
2008 misalnya PT. Alakasa Industrindo Tbk, PT. Cahaya kalbar Tbk, PT. Centex
Tbk. Ini mencerminkan bahwa penentuan kebijakan dividen dalam hal ini dividend
payout ratio sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Salah satu faktor dapat ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004 hingga 2008. Rasio
likuiditas, yaitu cash ratio rata-rata 0,80 kali, artinya rata-rata perusahaan tidak
mampu melunasi seluruh hutang lancarnya dari kas yang tersedia, karena setiap
melakukan hutang lancar perusahaan hanya mampu melunasi dari kas 0,80 kali.
Rasio solvabilitas dilihat dari debt to equity ratio, rata-ratanya 0,89 kali. Tingkat
profitabilitas dilihat dari return on investment rata-ratanya 10,7%. Angka ini
menunjukkan bahwa keefektifan penggunaan aktiva dalam memperoleh laba bersih
perusahaan selama periode tersebut umumnya cukup baik.
Pertumbuhan internal perusahaan dapat digambarkan oleh nilai perusahaan,
karakteristik internal, kualitas perusahaan dan kinerja keuangan, serta prospek
perusahaan dimasa yang akan datang. Salah satu informasi yang digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu melalui data keuangan yang terdapat
dalam suatu laporan keuangan. Keputusan yang tepat dalam kebijakan pembayaran
dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai pemegang sahamnya.
Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Namun bila
dikaitkan dengan pergerakan harga saham ditunjukkan bahwa pembayaran dividen
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Sejauhmana pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net
Profit Margin, Return on Investment, dan Tax Rate terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return
on Investment, dan Tax Rate terhadap dividend payout ratio pada perusahaan
manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi
sehubungan dengan harapan untuk memperoleh dividen.
2. Bagi perusahaan (emiten), hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai
salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajer dalam
menetapkan kebijakan dividen sehubungan dengan penentuan sumber pendanaan
(internal/eksternal) jika akan melakukan investasi.
3. Bagi peneliti, penelitian diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu
memberikan kajian empiris tentang dampak informasi keuangan khususnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio.
4. Penelitian ini juga sebagai bahan referensi bagi peneliti atau mahasiswa lain yang
ingin mengembangkan penelitian selanjutnya.
I.5. Kerangka Berpikir
Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat
penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang
mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham,
dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran
kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang
diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan
pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran
dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Jika
manajemen dapat meningkatkan porsi laba perlembar saham yang dibayarkan sebagai
dividen, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal
ini tersirat bahwa keputusan dividen yaitu jumlah dividen yang dibayarkan
merupakan suatu hal yang sangat penting.
Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan keuangan
dan kinerja perusahaan adalah informasi dalam laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut berisi informasi mengenai kinerja keuangan yang tampak dari aspek
keuangan. Rasio-rasio keuangan merupakan tolak ukur menilai kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan yang menghubungkan data keuangan yang satu dengan yang lain.
Menurut Sawir (2005), rasio keuangan dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelompok
dasar, yaitu: likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian. Analisis
kinerja keuangan dengan rasio yang dikembangkan dalam hal ini diambil dari sudut
investor (pemodal), sehingga yang menjadi fokusnya dilihat dari profitabilitas jangka
pendek dan jangka panjang, laba dan dividen yang meningkat serta indikator pasar
(Helfert, 1997). Dari berbagai macam rasio tersebut yang perlu diperhatikan baik oleh
pemegang saham maupun oleh perusahaan adalah dividend payout ratio.
Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002) besar kecilnya dividend payout ratio
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk
melunasi hutang, tingkat ekspansi yang direncanakan (laba yang diperoleh
diprioritaskan untuk menambah aktiva), faktor pengawasan dan ketentuan dari
pemerintah, yaitu ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun
pembayaran dividen.
Penetapan dividend payout ratio harus dapat dirasakan manfaatnya bagi
kepentingan perusahaan maupun pemegang saham. Bagi perusahaan, informasi yang
terkandung dalam dividend payout ratio akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menetapkan jumlah pembagian dividen dan besarnya laba ditahan untuk
mendukung operasional dan perkembangan perusahaan. Bagi pemegang saham atau
investor, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio akan digunakan
tidak pada suatu perusahaan sehubungan dengan harapannya untuk mendapat
keuntungan dari investasi.
Menurut Helfert (1997) ukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio dari
sudut pandang pemberi jaminan adalah yang pertama likuiditas perusahaan yang
dapat dinilai melalui rasio lancar (current ratio) dan rasio kas (cash ratio) dan yang
kedua leverage keuangan perusahaan yang dapat dinilai melalui hutang terhadap
aktiva (DAR), hutang terhadap kapitalisasi dan hutang terhadap ekuitas (DER).
Sedangkan dari sudut pandang investor adalah 1) Profitabilitas, yang terdiri dari laba
atas total kekayaan bersih (ROI), Laba atas ekuitas (ROE) dan laba per lembar saham,
2) Disposisi laba, yang terdiri dari dividen dan pembayaran kembali/penahanan laba,
3) Indikator pasar, yang terdiri dari rasio harga, perbaikan arus kas, nilai pasar
terhadap nilai buku.
Faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio dalam penelitian ini
adalah: cash ratio, rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari
kas yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera
diuangkan. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang
lancarnya lebih tepat waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio. Hal ini
disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan persediaan
sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun tersebut
Aturan struktur finansial konservatif memberikan batas imbangan yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal
sendiri. Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus
dibangun dari modal sendiri yaitu modal yang tahan risiko maka aturan finansial
tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun
tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri.
Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan
menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan
menggunakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka
perusahaan wajib memberikan balas jasa pada mereka dalam bentuk dividen. Jadi,
semakin besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para
pemegang sahamnya maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan. Para
kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah, semakin rendah rasio tersebut berarti
semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para
pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan
uang yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.
Menurut Sawir (2005) net profit margin adalah rasio yang membandingkan net
income dengan penjualan bersih operasi (sales). Menurut Kuswadi (2006) ROI sama
dengan ROA (return on asset) karena total investasi tidak lain adalah total utang
ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam nilai total harta (assets). Rasio ini
dapat memberikan indikasi tetang baik buruknya manajemen dalam malaksanakan
profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran dividen ada hubungan
positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai ROI berarti semakin
tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan. Perubahan peraturan perpajakan dalam
setiap periode akan mempengaruhi kebijakan dividen dan pembayaran dividen itu
sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan tarif yang tinggi mendorong
perusahaan untuk menghindarinya.
Sehubungan dengan itu, penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang
diduga dapat mempengaruhi dividend payout ratio yaitu cash ratio, debt to equity
ratio, net profit margin, return on investment, dan tax rate.
Dari uraian diatas maka kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar I.1. Kerangka Berpikir Tax Rate
Cash Ratio
Debt to Equity Ratio
Return on Investment
I.6. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah cash ratio, debt to equity ratio, net profit
margin, return on investment, dan tax rate berpengaruh terhadap dividend payout
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani
(2005), dan Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividend payout ratio yang
dilakukan oleh Nasution (2004) berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di
Bursa Efek Jakarta. Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah
posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm
size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas
(profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode purposive
sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun). Metode
analisis data dengan regresi linier berganda, dan jenis data yang digunakan adalah
cross section dan time series.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Secara Parsial
variabel debt to equity ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap dividend payout ratio.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor
berbeda, yaitu current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), net profit margin
(NPM) dan return on investment (ROI) untuk periode 1999 hingga 2001.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena
jumlah pupulasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode
regresi linear berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak
antara CR, DER, NPM, dan ROI terhadap DPR. Current ratio (CR) dan return on
investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend
payout ratio secara parsial.
Variabel-variabel yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan
publik di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan periode penelitian dari
tahun 2001 hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37
perusahaan dan ada 7 (tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi
kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size),
rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax
rate, dan time interest earned. Analisis data yang digunakan adalah metode regeresi
linear berganda dan pengujian asumsi klasik.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position),
potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap
modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate, dan time interest
earned memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio secara simultan.
(profitability) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio
secara parsial.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriani (2002) dengan judul “Analisis
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri.
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999
menggunakan sampel sebanyak 55 perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari cash ratio (CR), return on investment (ROI), return on equity (ROE), debt to
equity ratio (DER), firm size, dan devidend payout ratio tahun sebelumnya (DPRt-1)
sebagai variabel bebas dan variabel terikatnya adalah dividend payout ratio tahun ini
(DPRt). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pembagian deviden tahun ini, dividend payout ratio (DPRt)
dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari return on investment (ROI),
Secararingkas hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti &
Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Dari Penelitian
1 Fitriyani
dividend payout ratio (DPRt)
dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari
return on investment dan
dividend payout ratio (DPRt)
tahun sebelumnya.
Variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh
signifikan terdadap dividend
payout ratio. Secara parsial
variabel debt to equity ratio
mempunyai pengaruh
parsial current ratio (CR) dan
return on investment (ROI)
yang mempunyai pengaruh
earned memiliki pengaruh
signifikan terhadap dividend
payout ratio secara simultan.
II.2. Teori Tentang Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu
perusahaan dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah melalui analisis
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam
mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan
perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan
perusahaan.
Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya, sehingga dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan
dapat membandingkan dengan rasio lain.
Keown, et al. (1999) Financial ratios restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends; (2) we can compare the firm’s ratios with of other firms.
Pernyataan ini menjelaskan rasio keuangan adalah faktual perusahaan dengan
mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-kelemahan
keuangan suatu persuahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analis untuk
1. Waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama
dari laporan keuangan terdahulu.
2. Perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan lingkungan yang
kurang lebih sama.
Menurut Keown, et al. (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s aperations and to evaluate the companies financial performance. Specifically we can address fo important questions:
1. How liquid is the firm?
2. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets 3. How is the firm financing its assets?
4. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on return on their investment?
Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan
penting berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan
perusahaan, antara lain:
1. Bagaimana likuiditas perusahaan? Likuiditas dengan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.
2. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan?
Karena tujuan pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat
keuntungan itu tidak memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu
diadakan telaah lebih lanjut untuk mengungkapkan penyebabnya.
3. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham
4. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?
Tingkat hasil yang diperoleh investor merupakan pertimbangan pokok para
investor dalam membeli saham perusahaan.
II.3. Teori Tentang Dividen II.3.1. Pengertian Dividen
Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa
Capital gains dan dividend. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih
lebih antara harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan
pendapatan yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih
yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor,
artinya pada titik tertentu para investor mengaharapkan adanya pembagian laba dari
laba yang diperoleh perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang
diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba
yang diperoleh perusahaan.
Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan
merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan
menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk
pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan
akan datang. Sedangkan Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian
lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba
ditahan (dividen likuidasi) harus dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada
pemegang saham sehingga tidak terjadi kesalah pahaman tentang sumbernya.
II.3.2. Bentuk-Bentuk Dividen
Kieso dan Weygrandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan
oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:
1. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.
2. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi
tertentu.
3. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau
pembayaran dividen pada masa yang akan datang.
4. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti
barang dagangan, real state atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh
dewan direksi
Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always ini the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan
membayarkan dividen tambahan atau spesial dividen kepada pemegang saham.
Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa juga dalam bentuk saham (stock
Menurut Brealey dan Myers (2004), ada beberapa macam bentuk dividen, yaitu:
1. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam
bentuk tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuiditasnya
cukup tinggi sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.
2. Stock dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam
bentuk lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan
kesulitan menyediakan dividen dalam bentuk tunai.
3. Extra dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham
jika perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya
bersifat sementara.
4. Noncash dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend
reinvestment plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk
tunai maupun lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang
akan dipasarkan lembar saham di bawah pasar.
II.4. Teori Tentang Kebijakan Dividen II.4.1. Pengertian Kebijakan Dividen
Manajemen memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya terhadap
penghasilan/laba bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan, yaitu yang pertama dibagi
kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividend dan yang kedua
diinvestasikan kambali kepada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning).
sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan
tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen (Atmadja, 2003).
Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang berkaitan
dengan penentuan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan
selanjutnya untuk diinvesatasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono,
2004). Laba yang disimpan kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber
dana terpenting dalam membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen
membentuk arus yang mengalir ke tangan pemegang saham.
Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus
dibagikan kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan
yaitu memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, sedangkan
jumlah dividen yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.
Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen
kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana
(kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment.
Sebaliknya, jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap
dipertahankan maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat
menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di
masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).
II.4.2. Teori Kebijakan Dividen
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan
dividen dari preferensi investor, yaitu: teori ketidak relevanan dividen, teori “bird in
the hand” dan teori preferensi pajak.
1. Teori ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance theory)
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama
teori ketidak relevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya, artinya nilai
suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh
aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan
laba yang ditahan.
2. Teori “bird in the hand”
Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh
lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan
yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen,
pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “bird in the hand” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan
kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau
perusahaan sejenis, dan dalam beberapa kasus, tingkat risiko dari arus kas
perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat
risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian deviden yang rendah daripada yang tinggi,
yaitu (1) Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum
28%, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif
mencapai 39,6%, oleh karena itu, investor yang kaya (memiliki saham besar dan
menerima sebagian besar dividen) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan
menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2) Pajak atas keuntungan tidak
dibayarkan sampai saham terjual, dan (3) Terhindar dari pajak keuntungan modal
apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.
Keown, et al. (1990) “three basic views about dividend: (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this views says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory, The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capitas gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.”
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang
Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat
bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang
saham, dan nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan.
Pendapat kedua yaitu “dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai saham”.
Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk memperolah
pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital gains. Pendapat ini disebut
bird in the hand theory. Pendapat ketiga yaitu “dividen yang rendah akan baik
meningkatkan nilai saham” maksud dari pernyataan tersebut adalah perusahaan lebih
baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan
dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai
perusahaan.
II.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan
selanjutnya untuk dinvestasikan kembali di masa yang akan datang, maka kebijakan
dividen ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan
bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan
hukum, 2) posisi likuiditas, 3) perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay
debt), 4) keterbatasan karena kontrak, 5) tingkat perluasan harta (rate of asset
(acces to the capital market), 9) laba yang diperoleh perusahaan untuk dibayarkan
pada pemegang saham.
Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh
undang-undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva,
tingkat laba, stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.
1. Undang-undang.
Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus
dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada
laba ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari
modal.
2. Posisi likuiditas.
Angka yang tercantum dalam laporan keuangan untuk pos laba ditahan, belum
tentu sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan
mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar
dividen kas karena posisi likuitasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang
membutuhkan dana yang besar dalam perkembangannya sehingga meskipun
memperoleh keuntungan besar dana tersebut digunakan untuk pembiayaan
perusahaan, dan dalam kondisi seperti ini mungkin saja perusahaan tidak
membayarkan dividennya.
3. Kebutuhan pelunasan utang
Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan
jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua
perusahaan melunasi utang tersebut. Apabila perusahaaan mengambil keputusan
untuk melunasi utang tersebut maka jumlah dividen yang dibayarkan akan
berkurang karena labanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan.
4. Tingkat ekspansi aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan
untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan
semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya sehingga ada kesempatan besar untuk melakukan investasi.
Namun jika lebih mementingkan pembagian laba yang dibayarkan sebagai
dividen, maka hanya sebagian saja laba yang tersisa untuk investasi. Jadi semakin
tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka semakin besar kebutuhannya akan
laba yang akan ditahan sehingga semakin kecil dividen yang dapat dibayarkan.
5. Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif
untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham
(yang akan menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya
pada perusahaan tersebut.
6. Stabilitas laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan
berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya
perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin
apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai
sesuai harapan sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar
laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi labanya belum stabil cenderung
membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih rendah dari pada
perusahaan yang labanya stabil.
7. Akses ke pasar modal
Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan
profitabilitas dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar
modal. Namun pada perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan
modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan
seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai kegiatan
operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk
memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil
atau baru.
8. Kendali perusahaan.
Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai
pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat
bahwa menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan
mengurangi hutang kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada
saat yang sama, mengambil hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba
dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal
saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran dividen.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen
perlu memperhatikan faktor-faktor berikut ini:
1. Operating Cash Flow
Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan
menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar
bahwa perusahaan harus membagikan dividen sebesar-besarnya.
2. Tingkat laba
Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar
saham, ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah yang tidak
terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan perusahaan untuk meningkatkan
dan tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.
3. Kesempatan investasi
Jika perusahaan mengahadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih
baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham
baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga
saham tapi jika pasar modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan
kembali dengan informasi yang sebenarnya (investasi yang menguntungkan).
4. Biaya transaksi
Jika investor ingin menjual saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya
menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains
sehingga investor cenderung memilih saham yang membagikan dividen secara
teratur.
5. Pajak penghasilan
Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah
berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah
30%) mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus
membayar pajak) dan memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar
pemegang saham merupakan investor yang mempunyai tax bracket tinggi,
pembagian dividen akan cenderung tidak telalu besar.
II.5. Teori Contracting dalam Hubungannya dengan Kebijakan Dividen
Teori kontrak menggunakan asumsi utama bahwa pemilih akan kebijakan
perusahaan ditujukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam perspektif,
dan akan memaksimumkan nilai akuntansi yang efisien, manajer akan memilih
metode akuntansi yang dapat meminimumkan agency cost, dan akan
memaksimumkan nilai perusahaan.
Smith dan Watts telah menguji perspektif efficiency contracting mereka
menguji pengaruh antara ciri-ciri perusahaan dan kesempatan investasi. Smith dan
Watts membuat prediksi mengenai arah hubungan antara kesempatan investasi dan
kebijakan pendanaan, dividen dan kompensasi perusahaan. Mereka menyatakan
equity yang lebih rendah dalam struktur modal. Hal ini karena pembelanjaan melalui
equitas akan mengurangi agency problem yang potensial berasosiasi dengan hutang
yang beresiko dalam struktur modalnya (Myers, 1977). Smith dan Watts (1992) juga
menemukan bukti bahwa perusahaan tumbuh cenderung untuk mengikuti
pembayaran dividen yang rendah untuk mengurangi agency problem yang berasosiasi
dengan free cash flow. Secara keseluruhan mereka memberikan bukti yang
mendukung pendapat bahwa keputusan kebijakan perusahaan dimotivasi oleh
keinginan manajer untuk menyelesaikan konfik secara efisien antara perusahaan
dengan pihak-pihak internal dan eksternal yang melakukan kontrak.
Menurut Smith dan Watts (1992) free cash flow perusahaan berkaitan dengan
investasi dan kebijakan dividen. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode,
semakin kecil dividen yang dibayarkan dan semakin besar perusahaan tersebut
mengeluarkan equitas yang baru.
Ada argumen yang menguatkan dugaan tersebut yaitu Rozeeff (1982) yang
mengemukakan bahwa pengeluaran equitas yang baru menurunkan agency cost
melalui penyediaan pengawasan yang efektif. Perusahaan yang memiliki pilihan
tumbuh yang rendah jarang melakukan pengeluaran equitas yang baru jika
perusahaan tersebut melakukan pembayaran dividen yang lebih sedikit. Perjanjian
dividen yang menetapkan jumlah maksimum pembayaran dividen secara efektif
memaksa persyaratan investasi yang minimum (Smith dan Warner, 1979, Kalay
1982), dengan demikian, akan mengurangi masalah investasi yang rendah. Semakin
manajer untuk mengambil suatu proyek investasi yang memiliki nilai sekarang yang
negatif. Perusahaan yang memiliki pilihan investasi yang menguntungkan akan
mampu menghadapi pembatasan-pembatasan dividen. Sehingga perusahaan yang
memiliki pilihan tumbuh yang lebih banyak diharapkan akan membayar dividen yang
lebih rendah. Selanjutnya untuk perusahaan yang tumbuh, peningkatan dividen akan
menjadi pertanda buruk karena dianggap perusahaan tersebut akan mengurangi
rencana-rencana investasi (Hartono 1999).
II.6. Alternatif Pembayaran Dividen
Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen
kebutuhan investasi harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu
perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.
Keown, et al. (1999) there are three alternatives dividend payment; (1)Constant dividend payout ratio, a dividend payment policy in which the percentage of earnings paid out in dividend is held constant. The dollar amount fluctuates from year as profits vary. (2) Stable dollar dividend per share, a dividend policy that maintains a relatively stable dollar dividend per share over time. (3) Regular dividend plus a year end extra, a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.
Menurut Keown, et al. (1999) ada 3 (tiga) alternatif pembayaran dividen, yaitu:
1. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).
Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang
tetap terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah
keuntungan yang diperoleh. Hal ini tidak akan menjadi masalah sepanjang
keuntungan yang diperoleh setiap periodenya selalu meningkat. Tetapi jika
keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya maka dividen yang
akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan
alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai
dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak
akan memaksimalkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).
2. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (stable dollar dividend per share).
Alternatif ini akan menyebabkan perusahaan membayar dividen dalam jumlah
yang tetap untuk beberapa periode. Meskipun pada tahun berikutnya perusahaan
memperoleh keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya atau lebih kecil dari
tahun sebelumnya maka jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dengan
tahun sebelumnya. Pembayaran akan dinaikkan jika perusahaan merasa yakin
bahwa kenaikan itu dapat dipertahankan untuk penurunan dividen sampai
benar-benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi membayarkannya. Alasan
untuk memberikan dividen yang stabil dengan cara membiarkan dividend payout
ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi (Sartono, 2000).
3. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler
dividend plusa year – end extra).
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya
perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada
melonjak maka pada akhir periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra.
Akan tetapi hal ini menyebabkan investor tidak dapat mengestimasi perolehan
dividen dan menjadi ragu-ragu untuk menanamkan dananya. Namun menurut
Sartono (2000), kebijakan ini merupakan yang moderat yaitu merupakan
kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan yang lebih fleksibel.
II.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan
dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase.
Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari
pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba
ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para
pemegang saham dan internal finasial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992).
Sunjaya dan Barlian (2002) menyatakan bahwa pengertian rasio pembayaran
dividen (dividend payout ratio) adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan
dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai dihitung dengan membagi dividen kas
per saham dengan laba per saham. Keown, et al. (1999) menyatakan “Dividend
payout ratio indicates the amount of dividends relative to the company’s net or