ANALISIS PERMINTAAN PUPUK ORGANIK OLEH
PETANI SAYURAN DI TANAH KARO
SKRIPSI
Oleh :
GAYU SAPUTRA
050304024
SEP – AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PERMINTAAN PUPUK ORGANIK OLEH
PETANI SAYURAN DI TANAH KARO
SKRIPSI
Oleh :
GAYU SAPUTRA 050304024 SEP – AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(HM. Mozart B. Darus M.Sc) (Ir. Luhut Sihombing, MP)
NIP . 131689798 NIP. 1965 1008 1992 031001
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : ANALISIS PERMINTAAN PUPUK ORGANIK OLEH PETANI SAYURAN DI TANAH KARO
Nama : Gayu Saputra
Nim : 050304024
Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(HM. Mozart B. Darus MSc) (Ir. Luhut Sihombing, MP)
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Pada Tanggal, Juni 2009
Panitia Penguji Skripsi
Ketua : Ir. Luhut Sihombing, MP ………...
Anggota : 1). HM. Mozart B. Darus MSc ………...
2). Dr. Ir. Salmiah, Ms ………...
3). Emalisa SP. M.Si ………...
Mengesahkan, Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU
Ketua
RINGKASAN
Gayu Saputra (050304024 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Permintaan Pupuk Organik oleh Petani Sayuran di Tanah Karo.
Skripsi ini dibuat untuk mengetahui berapa besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran, besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik dan untuk mengetahui pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian..
Besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian adalah rata – rata sebesar 1.626,79 kg untuk tiap musim tanam pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha, pupuk organik yang dipakai adalah pupuk kompos dan pupuk kandang, permintaan pupuk kandang lebih besar dari pada pupuk kompos. Permintaan pupuk kandang oleh petani sayuran adalah sebesar 96% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 4%.
Besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik oleh petani sayuran adalah sebesar 0,28 kg artinya pada 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik sebesar 0,28 Kg pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sedinginan pada tanggal 23 Juli 1987 oleh Ibu
Masdiah Lubis.
Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 034 Tanah Putih,
Kab. Rokan Hilir, Prov. Riau.
2. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri
1 Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Prov. Riau
3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Tanah
Putih, Kab. Rokan Hilir, Prov Riau.
4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
5. Bulan Juni - Juli 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Desa Mangan Mulih, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.
6. Bulan Februari 2009 melaksanakan penelitian di Kecamatan Kabanjahe
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
karunia kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian Jurusan
SEP/Agribisnis di Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis
mengambil judul “Analisis Permintaan Pupuk Organik oleh Petani Sayuran
di Tanah Karo ”.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang mendukung
skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada ibu saya Masdiah Lubis dan bapak saya Drs. Hazri
atas doa, bimbingan, perhatian dan kasih sayangnya selama ini, dan kepada
kakak-adik yaitu Helvianti, SE, Resti Anggreini, Radi Saputra dan
Siska Sari Putri yang telah memberikan dukungan, doa dan hiburannya kepada
penulis.
Secara khusus juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. HM. Mozart B. Darus, Msc selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing.
4. Bapak-bapak petani sayuran di Kecamatan Kabanjahe yang telah banyak
membantu dam memberikan informasi kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian.
5. Kepada seluruh teman-teman kampus yang selalu memberi dukungan,
semangat dan bantuan yaitu marthin, kenorton. Serta kepada teman-teman
stambuk 2005 dan 2004 Jurusan SEP FP USU yang telah memberikan
saran dan kritik kepada penulis hingga selesainya skripsi ini
6. Kepada teman – teman satu kos dan yang lainnya yang telah memberikan
semangat dan dorongan hingga skripsi ini selesai.
Medan, Desember 2009
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7
2.2. Landasan Teori ... 11
2.3. Kerangka Pemikiran ... 14
2.4. Hipotesis ... 17
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Lokasi ... 18
3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 18
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 20
3.4. Metode Analisis Data ... 20
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 23
3.5.1. Defenisi ... 23
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 25
4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 25
4.1.2. Keadaan Penduduk ... 26
4.1.3. Penggunaan Tanah ... 28
4.1.4. Sarana dan Prasarana ... 32
4.1.5. Karakteristik Sampel ... 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Permintaan Pupuk Organik ... 32
5.2. Besar Daya Subtitusi Pupuk Organik Terhadap Pupuk Anorganik ... 36
5.3. Pengaruh Harga Pupuk Organik, Harga Pupuk Anorganik dan Luas Lahan Terhadap Permintaan Pupuk Organik... 44
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 56
6.2. Saran ... 56
RINGKASAN
Gayu Saputra (050304024 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Permintaan Pupuk Organik oleh Petani Sayuran di Tanah Karo.
Skripsi ini dibuat untuk mengetahui berapa besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran, besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik dan untuk mengetahui pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian..
Besar permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian adalah rata – rata sebesar 1.626,79 kg untuk tiap musim tanam pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha, pupuk organik yang dipakai adalah pupuk kompos dan pupuk kandang, permintaan pupuk kandang lebih besar dari pada pupuk kompos. Permintaan pupuk kandang oleh petani sayuran adalah sebesar 96% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 4%.
Besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik oleh petani sayuran adalah sebesar 0,28 kg artinya pada 1 Kg pupuk organik dapat menggantikan pupuk anorganik sebesar 0,28 Kg pada luas lahan rata – rata sebesar 0,28 Ha.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembalian bahan organik ke dalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan
untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan yang
selama ini yang sering dikemukakan para ahli adalah pengolahan tanah yang
dangkal selama bertahun – tahun mengakibatkan menurunnya kandungan C dan
N-organik, dan penggunaan pupuk kimia seperti urea, KCL, dan TSP telah
melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan
bersih yang diterima petani dari setiap unit pupuk yang digunakan semakin
menurun (Efi Ismawati Musnamar, 2003).
Kandungan bahan organik dalam tanah semakin lama semakin berkurang. Data
yang pernah dilaporkan bahwa tanah dipulau jawa umumnya mengandung bahan
organik dibawah 2%. Sementara dari pusat penelitian tanah dan agroklimatologi
menunjukkan sekitar 95% lahan pertanian di indonesia mengandung C-organik
kurang dari 1%. Padahal batas minimum bahan organik dianggap layak untuk
lahan pertanian antara 4%-5%. Selain penurunan kandungan bahan organik terjadi
pula kecenderungan penurunan pH pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk kimia
seperti urea dan ZA secara terus – menerus membuat kondisi tanah semakin
masam. Hal ini harus menjadi perhatian bahwa ternyata pupuk organik memegang
peran penting dalam pembentukan zat hara dalam tanah, namun di indonesia
pupuk organik masih digunakan sebagai pendamping pupuk kimia karena adanya
dipupuk organik sering mengalami defisiensi unsur hara karena kandungan unsur
hara yang diberikan tidak sebanding dengan kebutuhan tanaman ditambah
pelepasan unsur haranya lambat. Padahal, efek pemupukan organik pada
pertumbuhan tanaman cukup menakjubkan. Dari hasil yang dilaporkan di
Amerika, efek pemberian pupuk organik sebanyak 14 ton tiap tahun pada satuan
luas tanah selama delapan tahun masih terasa empat puluh tahun sesudah
pemberian pupuk yang terakhir (Efi Ismawati Musnamar, 2003).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia,
baik lahan kering maupun lahan sawah, mempunyai kandungan bahan organik
tanah yang rendah < 2%. Oleh karena itu penggunaan bahan organik untuk
memperbaiki produktivitas lahan perlu digalakkan. Potensi Produksi pupuk
organik di Indonesia sangat banyak, salah satu contohnya adalah Jerami Padi,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami 5 ton/ha secara nyata
dapat meningkatkan produksi padi dan mampu mensubstitusi pupuk KCl 50 kg/ha
(Nuansa persada online, 2009).
Pada daerah pertanian seiring dengan berjalannya waktu kadar bahan organik
tanah cendrung menurun dan hal ini akan menentukan kesuburan tanah.
Kelangkaan serta tingginya harga pupuk dibeberapa daerah telah menyebabkan
rendahnya aplikasi pemupukan. Kondisi ini mengakibatkan permasalahan yang
serius dalam sektor pertanian. Pada satu sisi pendapatan usaha berkurang karena
menurunnya produksi, sedangkan di sisi lain biaya produksi dan biaya operasi
mengantisipasi kelangkaan pupuk agar terhindar dari kebangkrutan usaha yaitu
dengan penggunaan pupuk organik sebagai komplemen/substitusi pupuk
anorganik (Departemen Pertanian RI, 2008).
Persediaan pupuk di Sumatera Utara sampai bulan november 2009, Untuk pupuk
ZA mencapai 10.770 ton, Superphos sebanyak 7.810 ton, Phonska sebanyak
17.100 ton dan pupuk organik mencapai 8.000 ton. Sedangkan realisasi
pendistribusian pupuk subsidi hingga september 2009, pupuk Phonska mencapai
63.526 ton dari alokasi 80.000 ton, pupuk Superphos mencapai 33.175 ton dari
alokasi 40.000 ton, pupuk ZA mencapai 43.335 ton dari alokasi 50.000 ton dan
pupuk organik realisasi mencapai 6.730 ton dari alokasi 29.000 ton
(Medan Bisnis, 2009).
Data Agro Indonesia menunjukkan kapasitas industri pupuk nasional mencapai
8,0 juta ton. Namun realisasi produksi hanya 5,9 juta ton. Tidak terpenuhinya
kapasitas produksi tersebut karena industri pupuk kesulitan mendapatkan pasokan
gas (Agroindonesia, 2009).
Kelangkaan pupuk anorganik (kimia) di berbagai daerah, seharusnya menjadi
refleksi bagi petani untuk kembali mengembangkan pupuk dari bahan alamiah.
Jika petani konsisten memakai pupuk organik yang bahan bakunya banyak
tersedia, maka penjarahan gudang pupuk dan penghadangan truk pengangkut
Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lahan
pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang
berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi
secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry) sehingga
jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak berkelanjutan. Sebagai
konsekuensi ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, harga pupuk organik
yang dihasilkan sangat fluktuatif, bergantung pada jenis, cara pembuatan, dan
bahan baku yang digunakan. Salah satu alasan pentingnya penggunaan pupuk
organik adalah persoalan kerusakan lahan pertanian yang semakin parah.
Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab menurunnya
kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dan
pupuk hayati (Harian pikiran rakyat, 2009).
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan
bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung bervariasi, baik unsur
mikro maupun unsur makro (Sutanto, 2002).
Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik sehingga ia sangat disukai petani,
diantaranya sebagai berikut :
1. Memperbaiki struktur tanah.
Ini dapat terjadi karena saat penguraian bahan organik dalam tanah pupuk
bersifat sebagai perekat dan dapat mengikat butir – butir tanah menjadi butiran
2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air.
Bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap air tanah. Itulah
sebabnya pupuk organik sering berpengaruh positif terhadap hasil tanaman,
terutama pada musim kering.
3. Menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah.
Hal ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan
bahan organik sebagai makanan.
4. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik sangat ramah
lingkungan dan mengandung zat makanan yang lengkap meskipun kadarnya
tidak setinggi pupuk anorganik. (Lingga, P dan Marsono, 2004).
Permintaan pupuk organik semakin meningkat seiring dengan maraknya pertanian
organik. Jerami dan pupuk kandang merupakan sumber pupuk organik yang biasa
dimanfaatkan petani. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki
kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi
tanaman. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa
panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah pasar, limbah rumah tangga dan limbah pabrik,
serta pupuk hijau. Permintaan produk atau pangan organik terutama sayuran
cenderung meningkat. Oleh karena itu pemanfaatan pupuk organik baik berupa
kompos, pupuk kandang atau bentuk lainnya perlu didukung dan dipromosikan
Identifikasi Masalah
1. Berapa besar permintaan pupuk organik di daerah penelitian ?
2. Berapa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik di
daerah penelitian ?
3. Bagaimana pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan
luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di
daerah penelitian ?
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui permintaan pupuk organik di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui seberapa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap
pupuk anorganik di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik,
dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di
daerah penelitian.
Kegunaan
Adapun kegunaan penelitian ini ialah :
1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam memilih pupuk yang akan
digunakan.
2. Sebagai bahan informasi bagi produsen pupuk organik sehingga dapat
merencanakan supply pupuk organik secara tepat.
3. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi penelitian lainnya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari
bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai
bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(Sudirja, 2007).
Sumber bahan organik dapat berupa, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol
jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota yang berasal dari tanaman,
setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik,
kertas, botol, dan kertas (Simanungkalit, R.D.M dkk, 2006).
Fungsi pupuk organik adalah mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Selain itu bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi
peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi
pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan, Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang
1. Penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu,
Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatife sedikit. Penggunaan
bahan organik dapat mencegah kekurangan unsur mikro pada tanah yang telah
diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang.
2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan
3. Dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni
tanaman seperti Al, Fe, dan Mn
Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yangsangat bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Dengan demikian pemberian pupuk organik pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2005).
Fungsi fisik Bahan organik adalah sebagai pembentukan agregat tanah yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah (Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2005).
Pupuk organik yang telah dikomposkan relatif lebih kecil volumenya dan
mempunyai kematangan tertentu sehingga sumber hara mudah tersedia bagi
tanaman. Pengomposan antara lain bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik
bahan dasar yang mudah didekomposisi, serta memineralisasi hara untuk
pertumbuhan tanaman (Nuansa Persada Online, 2009).
Kebutuhan pupuk organik cukup tinggi, di Sumatera Utara sendiri permintaan
pupuk itu tidak terpenuhi. Permintaan pupuk organik di Sumatera Utara
sedikitnya mencapai 500 ton per bulan sehingga dalam satu tahun bisa dijual
6.000 ton. Permintaan 500 ton per bulan itupun masih hanya datang dari petani
atau pengusaha tanaman hortikultura di dua kabupaten yakni Tanah Karo dan
Simalungun (Antara news, 2009).
Dengan berpedoman pada luas total lahan pertanian 24,2 juta hektar, yang terdiri atas lahan sawah 7,8 juta hektar dan lahan kering untuk pengembangan tanaman pangan 16,4 juta hektar, maka pupuk organik yang dibutuhkan sekitar 48,4 juta ton dengan takaran anjuran 2 t/ha. Potensi ketersediaan pupuk organik yang berasal dari jerami dan pupuk kandang masing-masing adalah 15,708 dan 28,932 juta ton atau total 44,640 juta ton. Nilai ini mendekati jumlah kebutuhan pupuk organik untuk tanaman pangan. Dalam kenyataannya, pupuk organik digunakan untuk berbagai komoditas terutama sayuran. Pupuk organik yang umum digunakan petani sayuran adalah kotoran ternak dengan takaran 20-40 t/ha (Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2005).
Penggunaan pupuk organik cukup besar karena didorong oleh pemahaman
peranan bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
pemberian kompos jangka panjang juga mampu meningkatkan aktivitas mikrobia
penyemat nitrogen melalui peningkatan kandungan bahan organik tanah yang
mudah terdekomposisi, meningkatkan pembentukan agregat yang stabil dan
kapasitas pertukaran kation (Sutanto, 2002).
Jenis pupuk organik sangat beragam, ditentukan berdasarkan bahan terbentuknya,
dari sinilah lahir sebutan pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus, dan pupuk
burung liar atau guano. Adapun jenis – jenis pupuk organik adalah sebagai
berikut:
1. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa
kotoran padat yang tercampur dengan sisa makanan maupun air kencing
(urine).
2. Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan – bahan berupa dedaunan,
jerami, alang – alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya.
3. Pupuk Hijau
Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk adalah hijauan,
yaitu bagian – bagian sepeperti daun, tangkai, batang tertentu yang masih
muda.
4. Humus
Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang, batang yang sudah
membusuk secara alami lewat bantuan mikro organisme (didalam tanah) dan
5. Kotoran Burung Liar (guano)
Pupuk kotoran burung yang lazim disebut guano merupakan kotoran berbagai
jenis burung liar dan bukan burung peliharaan
(Lingga dan Marsono,2004).
Landasan Teori
Permintaan adalah jumlah barang/jasa yang ingin diminta oleh konsumen pada
berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan dapat
dinyatakan dalam hubungan matematika dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Melalui fungsi permintaan dapat diketahui hubungan antara
variabel tidak bebas (dependent variabel) dengan variabel-variabel bebas
(independent variabel). Fungsi permintaan terhadap dua barang X dan Y dapat
dinyatakan dalam bentuk matematik sebagai berikut :
Dx = f(Px, Py, I)
Dimana :
Dx = Jumlah barang X yang diminta
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
I = pendapatan
(Rahardja dan Manurung, 2004).
Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh
banyak faktor. Faktor faktor tersebut antara lain :
1. Harga barang itu sendiri.
3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata – rata masyarakat.
4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
5. Cita rasa masyarakat.
6. Jumlah penduduk.
7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.
Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan
selalau menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang
(Sukirno, 2003).
Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu
barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat hubungan
seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari
barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang
mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada
barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut
(Sukirno, 2003).
Apabila harga suatu barang utama meningkat maka permintaannya menurun,
secara relatif permintaan barang pengganti meningkat, konsumen akan
mengurangi pembelian barang utama yang harganya meningkat dan
Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan ke atas suatu barang berubah
sekiranya harga barang itu mengalami perubahan :
1. Efek penggantian
Perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna marginal per rupiah dari
barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami
kenaikan, nilai guna marginal per rupiah yang di wujudkan oleh barang tersebut
menjadi semakin rendah. Dan sebaliknya penurunan harga meyebabkan barang itu
mewujudkan nilai guna marginal per rupiah yang lebih tinggi dari pada nilai guna
marginal per rupiah dari barang – barang lainnya yang tak berubah harganya.
Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna,
permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya
bertambah rendah.
2. Efek pendapatan
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga
menyebabkan pendapatan rill menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain,
kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang – barang menjadi
bertambah kecil dari sebelumnya, maka kenaikan harga menyebabkan konsumen
mengurangi jumlah berbagai barang yang di belinya, termasuk barang yang
mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan
pendapatan rill bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah
Kerangka Pemikiran
Permintaan pupuk organik adalah jumlah pupuk organik yang ingin diminta oleh
konsumen pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Pupuk
organik akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih
gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih
netral. Tanaman yang diberi pupuk organik tumbuh lebih subur dan kualitas
panennya lebih baik daripada tanaman tanpa pupuk organik.
Pupuk organik dapat digunakan untuk subtitusi pupuk anorganik yang langka dan
harganya mahal dipasaran. Permintaan pupuk organik ini disebabkan adanya
kebutuhan Pupuk organik oleh petani (dalam hal ini adalah petani sayuran).
Tingginya harga dan kelangkaan pupuk anorganik membuat petani mengurangi
aplikasi pemupukan, dan penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang telah
mengurangi kadar organik dalam tanah yang menyebabkan tanah menjadi
berkurang kesuburannya. Sehingga perlu dilakukan perbaikan lahan pertanian
dengan menggunakan pupuk organik sebagai subtitusi pupuk anorganik (pupuk
kimia) yang dapat meningkatkan bahan organik dalam tanah serta ramah
lingkungan. Ketersediaan pupuk organik juga banyak, hal ini disebabkan
banyaknya bahan–bahan di sekitar lingkungan kita yang dapat digunakan untuk
dijadikan pupuk organik.
permintaan pupuk organik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga
pupuk anorganik, harga pupuk organik itu sendiri dan luas lahan petani.
organik karena harga pupuk anorganik semakin mahal dan langka. Semakin luas
lahan petani, kebutuhan akan pupuk (organik dan anorganik) meningkat. Dari
pembahasan tersebut penulis ingin mengetahui seberapa besar kebutuhan pupuk
organik, daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik dan pengaruh
harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, luas lahan terhadap jumlah
permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di daerah penelitian Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo. Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Keterangan : Menyatakan hubungan
Menyatakan pengaruh
Menyatakan subtitusi Permintaan
Pupuk organik
X1 : harga pupuk
anorganik
X2 : harga pupuk
organik
X3 : Luas lahan
Petani sayuran Permintaan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori – teori yang ada maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Menentuan Daerah Sampel
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Penentuan daerah
penelitian dilakukan secara Purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa
kecamatan ini merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo,
sehingga banyak terdapat petani sayuran di daerah tersebut yang membutuhkan
pupuk organik.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani kol, petani buncis, dan petani cabe.
Penentuan populasi ini berdasarkan data luas panen tanaman sayur sayuran (Ha)
Di Kecamatan Kabanjahe.
Tabel 1. Data Luas Panen Tanaman Sayur-Sayuran Kecamatan Kabanjahe
No Jenis tanaman Luas panen (Ha)
Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa tanaman kol, buncis dan cabe luas panennya
lebih besar dari pada tanaman sayur- sayuran lainnya. Metode yang digunakan
dalam penentuan sampel adalah Simple Random Sampling (Acak sederhana). Agar sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) sebagai berikut :
N n =
1 + N e2
Keterangan : n = besarnya sampel
N = besarnya populasi sampel
e = margin error (15%)
Tabel 2. Jumlah Populasi Sampel
No Jenis tanaman Jumlah populasi sampel
1
Jumlah total populasi 606 orang
Sumber : BPP tahun 2009
Dari tabel 2. dapat di lihat bahwa total populasi sampel adalah 606 orang dengan
menggunakan rumus Slovin maka dapat di tentukan jumlah sampel yaitu sebagai
berikut :
606
n = = 42 sampel
1 + 606 (15%)2
Dari jumlah sempel 42 orang tesebut maka diambil 12 petani kol, 15 petani
Metode Pengumpulan data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara
langsung dengan petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuisioner) yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi
atau lembaga terkait seperti BPS, Dinas pertanian serta literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk Masalah 1, pada hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dengan
menggambarkan besarnya permintaan pupuk organik di daerah penelitian
berdasarakan informasi, dan data yang diperoleh di lapangan.
Untuk masalah 2, pada hipotesis (2) digunakan analisis perehitungan daya
substitusi marginal (marginal rate of technical substitution) yaitu dari penggunaan
pupuk organik (X) terhadap pupuk anorganik (Y) menunjukkan jumlah dari
pemakaian pupuk anorganik dalam satu unit yang memberikan kenaikan
penggunaan pupuk organik dengan rumus sebagai berikut:
Produk marginal pupuk organik (X) MRTS =
Produk marginal pupuk anorganik (Y)
Keterangan :
MRTS = Marginal rate of technikal substitution
X = Pupuk organik
Y = Pupuk anorganik
Untuk masalah 3 pada hipotesis (3), dianalisis dengan metode OLS (Ordinary
Least Square) dengan menggunakan model penduga regresi linear berganda serta
dengan alat bantu SPSS, secara matematik dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a+b1 X1 +b2 X2+b3 X3 + μi
Keterangan :
Y = Permintaan pupuk organik
X1 = Harga pupuk organik (Rp)
X2 = Harga pupuk anorganik (Rp)
X3 = luas lahan (Ha)
a = Koefisien intercept
b1, b2, b3 = Koefisien regresi ( parameter yang dicari) μi = Error term
(Nachrowi dan usman, 2005).
Untuk mengetahui apakah harga pupuk organik (X1), harga pupuk anorganik (X2)
dan luas lahan (X3) secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap
permintaan pupuk organik (Y) maka digunakan uji F.
Hipotesisi yang digunakan adalah :
H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel harga pupuk organik, harga pupuk
anorganik, luas lahan terhadap permintaan pupuk organik (Y).
H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel harga pupuk organik, harga pupuk anorganik,
luas lahan terhadap permintaan pupuk organik (Y).
Jika : F-hitung > Ftabel maka terima H1, tolak H0
Untuk mengetahui apakah harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, luas
lahan secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap permintaan pupuk
organik (Y) maka digunakan uji –t.
Hipotesisi yang digunakan adalah :
H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap permintaan pupuk organik (Y)
H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel Xi terhadap permintaan pupuk organik(Y)
Jika : t hitung > ttabel atau -t hitung < - ttabel maka terima H1, tolak H0
Definisi dan Batas Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang istilah – istilah
yang terdapat penelitian, maka dibuat definisi dan batas operasional sebagai
berikut :
Definisi
1. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari
bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
2. Permintaan pupuk organik adalah jumlah pupuk organik yang ingin diminta
oleh petani sayuran pada tingkat harga tertentu .
3. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat
menggantikan fungsi barang lain tersebut.
4. Barang komplementer adalah suatu barang yang dikonsumsi bersama – sama
dengan barang lain.
5. Daya substitusi pupuk organik adalah besar kemampuan pupuk organik
menggantikan pupuk anorganik
6. Luas lahan adalah lahan yang digunakan petani untuk usaha tani sayuran
7. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik – pabrik pupuk
dengan meramu bahan – bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi.
8. Kebutuhan pupuk organik adalah banyaknya pupuk organik yang ingin dibeli
Batas Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo.
2. Penelitian dilakukan pada tahun 2010.
3. Sampel penelitian adalah petani kol, petani buncis dan petani cabe.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan yang ingin diteliti adalah
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
a. Luas dan Letak Geogarafis
Kecamatan Kabanjahe merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Karo dan terletak pada ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut. Luas
Kecamatan Kabanjahe 44,65 km2 yang terdiri dari datar berombak 70% dan miring berbukit 30%. Batas – batas wilayah kecamatan kabanjahe adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Berastagi
Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang empat
Sebelah Barat : Kecamatan Munte
Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah
Jarak kantor camat ke kantor bupati sekitar 0,5 km, Kecamatan Kabanjahe terdiri
dari 13 desa/ kelurahan dan suhu berkisar 27 0C – 16 0C. Kecamtan Kabanjahe, Kabupaten Karo terkenal sebagai sentra sayur mayur Provinsi Sumatera Utara.
Berbagai jenis tanaman sayuran cocok di daerah beriklim sejuk ini. Karena
pertimbangan harga jual dan keuntungan yang diperoleh petani, tanaman yang
banyak diusahakan antara lain kol, kentang, tomat, wortel, bunga kol, cabe,
b. Keadaan Penduduk
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahe
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Penduduk Kecamatan Kabanjahe Menurut Kelompok Umur
Kelompok umur
Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008
Penduduk Kecamatan Kabanjahe berjumlah 60.354 jiwa terdiri dari 29.890 jiwa
laki – laki dan 30.424 jiwa perempuan dengan 14.362 rumah tangga yang tersebar
disetiap desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Kabanjahe. Tabel 3
menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 0-4
tahun yakni 6.822 jiwa dengan persentase sebesar 11,30% dan yang terendah
adalah kelompok umur 70-74 tahun yakni 858 jiwa dengan persentase sebesar
1,42%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok usia produktif (15-54
tahun) sebanyak 34.263 jiwa dengan persentase sebesar 56,80% dan usia non
diketahi bahwa jumlah penduduk kecamatan kabanjahe usia produktif lebih besar
dari pada jumlah usia non produktif.
Keadaan penduduk menurut mata pencarian disajikan pada tabel 4 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4. Kepadatan Penduduk Menurut Mata Pencarian
No Mata pencarian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 2 3 4
Pertanian Industri PNS/ABRI Lainnya
13.079 320 2.391 6.222
59,42 1,45 10,86 28,27
Jumlah 22.012 100
Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah pekerjaan penduduk
yang terbesar di Kecamatan Kabanjahe adalah petanian yaitu sebesar 13.079 jiwa
dengan persentase sebesar 59,42%. Ini berarti bahwa penduduk Kecamatan
c. Penggunaan Tanah
Luas lahan Kecamatan Kabanjahe menurut penggunaannya disajikan pada tabel 5
yaitu sebagai berikut:
Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaanya di Kecamatan Kabanjahe
No Jenis penggunaan lahan Luas lahan (Ha) Persentase (%)
1
Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling
banyak adalah tanah kering yaitu sebesar 2.711,5 Ha dengan persentaase sebesar
60,73%. Lahan kering digunakan untuk menanam tanaman keras dan holtikultura
seperti buah- buahan dan sayur –sayuran. Ini berarti bahwa pada umumnya lahan
yang diusahakan paling banyak adalah lahan kering untuk menanam tanaman
d. Sarana dan Prasarana
Adanya saran dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
suatu masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia maka akan
mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Sarana dan prasarana yang tersedia
di Kecamatan Kabanjahe sudah baik, hal ini dilihat dari jenis – jenis sarana dan
prasarana yang tersedia sudah cukup memadai.
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kabanjahe
No Sarana dan prasarana Jumlah ( unit )
b. Sepeda motor c. Servis elektronik
Sumber : kecamatan kabanjahe dalam angka 2008
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sarana dan prasarana
pendidikan yang ada di Kecamatan Kabanjahe sebanyak 63 unit yang terdiri dari
SD 37 unit, SMTP 14 unit dan SMU sebanyak 12 unit. Sarana dan prasarana
maupun Swasta yang tersebar di desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan
Kabanjahe untuk mempermudah masyarakat memperoleh pendidikan formal.
Saran dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Kabanjahe sebanyak
74 unit, terdiri dari Rumah Sakit / klinik 32 unit, Puskesmas 1 unit, Pustu 23 unit,
BPU 2 unit, BKIA 2 unit dan Posyandu 14 unit. Sarana dan prasarana ini dimiliki
pemerintah dan ada pula yang dikelola pihak swasta, semua saran prasarana
kesehatan yang tersedia ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat untuk
memperoleh layanan kesehatan.
Sarana dan prasarana rumah ibadah yang tersedia di Kecamatan Kaabanjahe
sebanyak 75 unit yang terdiri dari mesjid 19 unit, mushola/ langgar 2 unit, gereja
53 unit dan vhiara 1 unit. Dari keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa gereja
memiliki jumlah terbanyak yang terdapat di Kecamtan Kabanjahe.
Di Kecamatan Kabanjahe sarana dan prasarana jasa seperti bengkel juga banyak
tersedia, yakni bengkel mobil sebanyak 41 unit, bengkel sepeda motor 31 unit
dan servis elektronik 20 unit sehingga dapat diketahui bahwa bengkel mobil
memiliki jumlah yang paling besar.
Karakteristik Petani Sampel
Petani sampel dalam penelitian saya adalah petani sayur – sayuran yang terdiri
dari petani kol, petani buncis dan petani cabe, jumlah sampel ynag diambil
sebanyak 42 sampel yang terdiri dari 12 petani kol, 15 petani buncis dan 15 petani
formal, pengalaman bertani dan luas lahan. Secara lengakapnya karakteristik
petani sampel ini terdapat pada lampiran 1. Rataan dan range setiap karakteristik
petani sampel adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Karakteristik Petani Sayur di Kecamatan Kabanjahe
No Karakteristik Range Satuan Rataan
Sumber : Analisis data Lampiran 1
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa umur petani sampel raata – rata
47,76 tahun dengan range berkisar antara 29-75 tahun. Dari umur rata – rata
tersebut diketahui bahwa petani sayuran di Kecamatan Kabanjahe tergolong usia
produkrif. Tingkat pendidikan formal petani sampel cukup tinggi yaitu rata – rata
10,98 tahun, dengan range antara 6-17 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pendidikan formal petani sampel rata – rata setingkat SMP.
Pengalaman petani sampel rata – rata 22,29 tahun dengan range berkisar antara
2-50 tahun. Dari rata – rata pengalaman bertani tersebut, dapat dikatakan bahwa
petani sampel memiliki pengalaman yang tinggi dalam mengelola usaha taninya.
Luas lahan petani sampel yang digunakan untuk menanam komoditi sayur -
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan pupuk organik
Petani sayuran di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo memakai dua jenis
pupuk organik, yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos. Rata - rata petani
sayuran di Kecamatan Kabanjahe sudah mulai beralih menggunakan pupuk
organik, sehingga permintaan pupuk organik di daerah tersebut semakin
meningkat. Semakin meningkatnya permintaan pupuk organik disebabkan oleh
lahan pertanian di Kecamatan Kabanjahe sudah semakin tandus akibat
penggunaan pupuk kimia / anorganik yang berkepanjangan. Berdasarkan data
yang diperoleh diketahui bahwa tanpa menggunakan pupuk organik, produksi
sayuran yang diperoleh petani tidak sesuai dengan harapan dan permintaan pasar
sehingga mengakibatkan petani tidak mendapatkan keuntungan. Untuk
mengetahui permintaan pupuk organik petani sayuran disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Permintaan pupuk organik petani sayuran tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik
Sumber : Analisis data Lampiran 5
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa permintaan pupuk kandang
lebih besar dibandingkan permintaan pupuk kompos, permintaan pupuk kandang
permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan pupuk kandang lebih mudah
diperoleh dan harganya lebih murah bila dibandingkan dengan harga pupuk
kompos.
Permintaan pupuk organik di Kecamatan Kabanjahe semakin tinggi untuk
memperbaiki kerusakan lahan pertanian akibat penggunaan pupuk anorganik yang
berkepanjangan, pada luas lahan rata - rata 0,28 Ha permintaan pupuk organik
rata – rata sebesar 1.626,79 Kg untuk tiap musim tanam atau permintaan pupuk
organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 5.809,96 Kg yang terdiri dari
5.577,56 Kg pupuk kandang dan 232,39 Kg pupuk kompos pada tiap musim
tanam.
Tabel 9. Permintaan pupuk organik petani kol tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik
Sumber : Analisis data Lampiran 6
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa permintaan pupuk kandang
lebih besar bila dibandingkan dengan permintaan pupuk kompos, permintaan
pupuk kandang sebesar 96,5% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar
3,5% dari total permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan pupuk kandang
lebih mudah diperoleh dan harga pupuk kandang lebih murah bila dibandingkan
membuat pupuk kompos sendiri, maka petani membutuhkan waktu yang cukup
lama, karena itu petani kol di daerah penelitian lebih memilih untuk membeli
pupuk kandang.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa pada luas lahan rata – rata 0,36
Ha permintaan pupuk organik adalah sebesar 2720,83 Kg untuk tiap musim tanam
atau permintaan pupuk organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 7.557,86
Kg yang terdiri dari 7293,33 Kg pupuk kandang dan 264,53 Kg pupuk kompos
pada tiap musim tanam.
Tabel 10. Permintaan pupuk organik petani buncis tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik
Sumber : Analisis data Lampiran 7
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa permintaan pupuk kandang
lebih banyak bila dibandingkan dengan permintaan pupuk kompos, permintaan
pupuk kandang sebesar 87,9% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar
12,1% dari total permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan pupuk kandang
lebih mudah diperoleh dan harga pupuk kandang lebih murah bila dibandingkan
dengan harga pupuk kompos yang dijual di toko - toko pupuk.
permintaan pupuk organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 1.507,6 Kg yang
terdiri dari pupuk kandang 1.325,2 Kg dan pupuk kompos 182,4 Kg pada tiap
musim tanam.
Tabel 11. Permintaan pupuk organik petani cabe tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
Permintaan pupuk kandang Permintaan pupuk kompos Total permintaan pupuk organik
Sumber : Analisis data Lampiran 8
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahawa permintaan pupuk kandang
lebih besar dibandingkan permintaan pupuk kompos, permintaan pupuk kandang
sebesar 96,7% sedangkan permintaan pupuk kompos sebesar 3,3% dari total
permintaan pupuk organik. Hal ini disebabkan karena petani lebih mudah
memperoleh pupuk kandang dan harga pupuk kandang juga lebih murah bila
dibandingkan dengan harga pupuk kompos yang dijual di toko – toko pupuk.
Permintaan pupuk organik oleh petani cabe pada luas lahan rata – rata sebesar
0,28 Ha adalah rata – rata sebanyak 2.046,67 Kg pada tiap musim tanam atau
permintaan pupuk organik pada luas lahan 1 Ha adalah sebanyak 7.309,5 Kg yang
terdiri dari pupuk kandang 7.071,4 Kg dan pupuk kompos 238,1 Kg pada tiap
Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik
Untuk memperoleh besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik
dilakukan dengan cara membandingkan marginal produksi pupuk organik dengan
marginal produksi pupuk anorganik, untuk mencari basar marjinal produksi pupuk
organik dilakukan dengan cara membandingkan produksi sayuran yang dihasilkan
dengan pupuk organik yang digunakan. Untuk mencari marginal produksi pupuk
anorganik sama caranya dengan mencari barginal produksi pupuk organik. Untuk
mengetahui seberapa besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk
anorganik disajikan pada tabel 12, 13,14, dan 15.
Tabel 12. Daya substitusi pupuk organik komoditi sayuran tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
1 2
Daya substitusi Total produksi
0,28 715,48
Kg Kg
Sumber : Analisis data Lampiran 9
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui besar daya substitusi pupuk organik
terhadap pupuk anorganik sebesar 0,28 kg, artinya 1 Kg pupuk organik dapat
menggantikan pupuk anorganik sebesar 0,28 Kg pada luas lahan rata – rata
sebesar 0,28 Ha, dan produksi yang diperoleh rata – rata sebesar 715,48 kg. Pada
lampiran 9 diketahui bahwa daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk
anorganik berbeda – beda untuk tiap petani, hal ini disebabkan karena jenis
sayuran, luas lahan dan pemakaian pupuk tiap petani berbeda – beda, sehingga
Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 9 dengan asumsi luas lahan, harga
pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi pada
tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :
-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
daya substitusi
p
ro
d
u
k
s
i
Gambar 2. kurva daya subtitusi pupuk organik komoditi sayuran
Pada gambar 2 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik
terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,28 kg.
Dengan daya subtitusi sebesar 0,28 maka dapat diperoleh tingkat produksi
tertinggi yaitu sebesar 2.700 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak
Tabel 13. Daya substitusi pupuk organik tanaman kol tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
1 2
Daya substitusi Total produksi
0,12 1.716,67
Kg Kg
Sumber : Analisis data Lampiran 10
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 1 Kg pupuk organik dapat
menggantikan pupuk anorganik rata – rata sebesar 0,12 kg pada tingkat produksi
rata – rata sebesar 1.716,67 Kg, dengan menggunakan luas lahan rata – rata
sebesar 0,36 Ha. Semakin langaka dan mahalnya harga pupuk organik serta
kerusakan lahan yang disebabkan penggunaan pupuk anorganik yang
berkepanjangan, sudah seharusnya petani di daerah penelitian beralih kearah
pertanian organik. Mengganti pupuk anorganik dengan cara menggunakan pupuk
organik yang ramah lingkungan akan lebih menguntungkan bagi petani.
Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk tiap petani
kol juga perbeda, hal ini disebabkan luas lahan yang digunakan berbeda - beda
sehingga kebutuhan pupuk organik dan anorganiknya pun menjadi berbeda untuk
tiap petani kol. Pada lampiran 10 dapat dilihat perbedaan daya substitusi pupuk
Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 10 dengan asumsi luas lahan,
harga pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi
pada tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
daya subtitusi
p
ro
d
u
k
s
i
Gambar 3. kurva daya subtitusi pupuk organik komoditi kol
Pada gambar 3 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik
terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,12 kg.
Dengan daya subtitusi sebesar 0,12 maka dapat diperoleh tingkat produksi
tertinggi yaitu sebesar 2.600 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak
Tabel 14. Daya substitusi pupuk organik tanaman buncis tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
1 2
Daya substitusi Total produksi
0,58 220,67
Kg Kg
Sumber : Analisis data Lampiran 11
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 1 Kg pupuk organik dapat
menggantikan pupuk anorganik rata – rata sebesar 0,58 kg pada tingkat produksi
rata – rata sebesar 220,67 Kg, dengan menggunakan luas lahan rata – rata sebesar
0,22 Ha. Pada lampiran 11 diketahui bahwa daya substitusi pupuk organik
terhadap pupuk anorganik berbeda – beda untuk tiap petani, hal ini disebabkan
karena jenis sayuran, luas lahan dan kebutuhan pupuk tiap petani berbeda – beda,
Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 11 dengan asumsi luas lahan,
harga pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi
pada tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :
0 100 200 300 400 500 600 700 800
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
daya subtitusi
p
ro
d
u
k
s
i
Gambar 4. kurva daya subtitusi pupuk organik komoditi buncis
Pada gambar 4 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik
terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,58 kg.
Dengan daya subtitusi sebesar 0,58 maka dapat diperoleh tingkat produksi
tertinggi yaitu sebesar 700 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak
Tabel 15. Daya substitusi pupuk organik tanaman cabe tiap musim tanam
No Uraian Rataan Satuan
1 2
Daya substitusi Total produksi
0,11 409,33
Kg Kg
Sumber : Analisis data Lampiran 12
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 1 Kg pupuk organik dapat
menggantikan pupuk anorganik rata – rata sebesar 0,11 kg pada tingkat produksi
rata – rata sebesar 409,33 Kg, dengan menggunakan luas lahan rata – rata sebesar
0,28 Ha.
Besar daya substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik untuk tiap petani
cabe juga perbeda, hal ini disebabkan luas lahan yang digunakan berbeda - beda
sehingga kebutuhan pupuk organik dan anorganiknya pun menjadi berbeda untuk
tiap petani cabe. Pada lampiran 12 dapat dilihat perbedaan daya substitusi pupuk
Berdasarkan data yang diperoleh pada lampiran 12 dengan asumsi luas lahan,
harga pupuk organik dan anorganik tetap dapat digambarkan kurva daya subtitusi
pada tingkat produksi tertinggi sebagai berikut :
0 200 400 600 800 1000 1200
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
daya subtitusi
p
ro
d
u
k
s
i
Gambar 5. kurva daya subtitusi pupuk organic komoditi cabe
Pada gambar 5 dapat diketahui bahwa besar daya subtitusi pupuk organik
terhadap pupuk anorganik untuk memperoleh produksi tertinggi adalah 0,11 kg.
Dengan daya subtitusi sebesar 0,11 maka dapat diperoleh tingkat produksi
tertinggi yaitu sebesar 1.100 kg, dengan asumsi luas lahan yang digunakan tidak
Pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan luas lahan
terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran.
Variabel bebas yang mempengaruhi permintaan pupuk organik yang dimasukkan
dalam analisis meliputi harga pupuk organik, harga pupuk anorganik dan luas
lahan, sedangkan variabel terikatnya adalah permintaan pupuk organik. Untuk
mengetahui apakah variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap permintaan
pupuk organik oleh petani sayuran dapat diuji dengan analisis regresi linier
berganda dan diperoleh hasilnya sebagai berikut :
Tabel 16. Analisis regresi pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik
dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik petani sayuran.
Coeffi cientsa
2501.044 834.744 2.996 .005
3586.857 900.439 .375 3.983 .000 .663 1.508
-8. 270 1.742 -.459 -4. 749 .000 .627 1.596
.192 .083 .224 2.312 .026 .623 1.605
(Const ant)
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ORGA NIK a.
Konstanta = 2501,044
R2 = 0,777
T tabel = 2,024
F tabel = 2,852
(sumber : diolah dari data lampiran 17)
Pada bagian ini ditampilkan nilai koefisien a, b1, b2 dan b3, t hitung serta tingkat
signifikasi. Dari tabel dapat diperoleh persamaan :
Berdasarkan tabel dan persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut:
Nilai R2 sebesar 0,777 tersebut menunjukkan informasi bahwa 77,7% permintaan pupuk organik dapat dijelaskan oleh variabel harga pupuk organik, harga pupuk
anorganik dan luas lahan. Berdasarkan uji F yang dilakukan diperoleh nilai
F hitung = 44,149 > Ftabel = 2,852 artinya bahwa harga pupuk organik, harga pupuk
anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan
pupuk organik oleh petani sayuran.
Nilai – 8,270 merupakan koefisien harga pupuk organik (X1) yang menunjukkan
bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk organik
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan permintaan pupuk
organik sebesar 8,270 kg. Tanda koefisien yang negatif untuk harga pupuk
organik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap
permintaan pupuk organik oleh petani sayuran bersifat negatif, semakin
meningkat harga pupuk organik maka permintaan pupuk organik oleh petani
sayuran akan semakin menurun dan sebaliknya.
Nilai 0,192 merupakan koefisien harga pupuk anorganik (X2) yang menunjukkan
bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk anorganik
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk
organik sebesar 0,192 kg. Tanda koefisien yang positif untuk harga pupuk
anorganik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap
harga pupuk anorganik permintaan pupuk organik oleh petani sayuran akan
semakin meningkat dan sebalikya.
Nilai 3586,857 merupakan koefisien luas lahan (X3) yang menunjukkan bahwa
jika variabel independen lain nilainya tetap dan luas lahan mengalami
penambahan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik
sebesar 3586,857 kg. Tanda koefisien yang positif untuk luas lahan memberikan
arti bahwa pengaruh antara luas lahan terhadap permintaan pupuk organik bersifat
positif, semakin bertambah luas lahan permintaan pupuk organik akan semakin
meningkat dan sebaliknya.
Secara parsial harga pupuk organik berpengaruh terhadap permintaan pupuk
rganik oleh petani sayuran. Hal ini dapat diketahui dari nilai -t hitung < -t tabel
(-4,749 < -2,024) maka H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel
harga pupuk organik (X1) terhadap permintaan pupuk organik(Y).
Secara parsial harga pupuk anorganik berpengaruh terhadap permintaan pupuk
organik oleh petani sayuran. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung > t tabel
(2,312 > 2,024) maka H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel
harga pupuk anorganik (X2) terhadap permintaan pupuk organik(Y).
Secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh
maka H1 diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel luas lahan (X3)
terhadap permintaan pupuk organik(Y).
Tabel 17. Analisis regresi pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik
dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik petani kol.
Konstanta = 2104,970
R2 = 0,697
T tabel = 2,306
F tabel = 4,066
(sumber : diolah dari data lampiran 18)
Dari tabel 16 di peroleh persamaan :
Y = 2104,970 – 2,966X1 + 0,118X2 + 5667,355 X3
Berdasarkan tabel dan model persamaan diatas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
Nilai R2 sebesar 0,697 tersebut menunjukkan informasi bahwa 69,7% permintaan pupuk organik dapat dijelaskan oleh variabel harga pupuk organik, harga pupuk
anorganik dan luas lahan. Berdasarkan uji F yang dilakukan diperoleh nilai
F hitung = 6,131 > Ftabel = 4,066 artinya bahwa harga pupuk organik, harga pupuk Coefficientsa
2104.970 1704.305 1.235 .252
5667.355 2278.907 .717 2.487 .038 .455 2.196
-2.966 3.608 -.220 -.822 .435 .528 1.895
.118 .191 .135 .619 .553 .800 1.250
(Constant)
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan
pupuk organik.
Nilai – 2,966 merupakan koefisien harga pupuk organik (X1) yang menunjukkan
bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk organik
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan permintaan pupuk
organik sebesar 2,966 kg. Tanda koefisien yang negatif untuk harga pupuk
organik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap
permintaan pupuk organik oleh petani kol bersifat negatif, semakin meningkat
harga pupuk organik maka permintaan pupuk organik oleh petani kol akan
semakin menurun dan sebaliknya.
Nilai 0,118 merupakan koefisien harga pupuk anorganik (X2) yang menunjukkan
bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk anorganik
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk
organik sebesar 0,118 kg. Tanda koefisien yang positif untuk harga pupuk
anorganik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap
permintaan pupuk organik oleh petani kol bersifat positif, semakin meningkat
harga pupuk anorganik permintaan pupuk organik oleh petani kol akan semakin
meningkat dan sebalikya.
Nilai 5667,355 merupakan koefisien luas lahan (X3) yang menunjukkan bahwa
jika variabel independen lain nilainya tetap dan luas lahan mengalami
sebesar 5667,355 kg. Tanda koefisien yang positif untuk luas lahan memberikan
arti bahwa pengaruh antara luas lahan terhadap permintaan pupuk organik bersifat
positif, semakin bertambah luas lahan permintaan pupuk organik akan semakin
meningkat dan sebaliknya.
Secara parsial harga pupuk organik tidak berpengaruh terhadap permintaan pupuk
organik petani kol. Hal ini dapat dilihat dari nilai -t hitung > t -tabel (-0,822 > -2,306)
sehingga H0 diterima yang menyatakan tidak ada pengaruh harga pupuk organik
(X1) terhadap permintaan pupuk organik (Y). Petani kol tidak mengurangi
pembelian pupuk organiknya meskipun harga pupuk organik naik, ini disebabkan
oleh kebutuhan tanaman akan pupuk organik dan kerusakan lahan. Tanpa pupuk
organik, hasil yang diperoleh petani tidak memuaskan karena kondisi lahan di
daerah penelitian tidak subur lagi akibat penggunaan pupuk kimia/ anorganik
yang berkepanjangan.
Secara parsial harga pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap permintaan
pupuk organik oleh petani kol. Hal ini dapat dilihat dari nilai
t hitung = 0,619 < t tabel = 2,306, sehingga H0 diterima yang menyatakan tidak ada
pengaruh harga pupuk anorganik (X2) terhadap permintaan pupuk organik (Y).
Hal tersebut disebabkan karena kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk
anorganik yang berkepanjangan, sehingga petani tetap membeli pupuk organik
Secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik petani
kol. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung = 2,487 > t tabel = 2,306, maka H1
diterima artinya secara parsial ada pengaruh variabel luas lahan (X3) terhadap
permintaan pupuk organik(Y).
Tabel 18. Analisis regresi pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik
dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik petani buncis.
Coeffi cientsa
1921.492 588.780 3.264 .008
2010.035 490.324 .645 4.099 .002 .498 2.010
-5. 388 1.437 -.443 -3. 749 .003 .883 1.133
1.835E -02 .048 .058 .383 .709 .544 1.839
(Const ant)
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ORGA NIK a.
Konstanta = 1921,492
R2 = 0,865
T tabel = 2,201
F tabel = 3,587
(sumber : diolah dari data lampiran 19)
Dari tabel 17 diperoleh persamaan :
Y = 1921,492 – 5,388X1 + 0,0183X2 + 2010,035 X3
Berdasarkan tabel dan model persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai
Nilai R2 sebesar 0,865 tersebut menunjukkan informasi bahwa 86,5% permintaan pupuk organik dapat dijelaskan oleh variabel harga pupuk organik,
harga pupuk anorganik dan luas lahan. Berdasarkan uji F yang dilakukan
diperoleh nilai F hitung = 23,437 > Ftabel = 3,587 artinya bahwa harga pupuk organik,
harga pupuk anorganik dan luas lahan secara serempak berpengaruh nyata
terhadap permintaan pupuk organik oleh petani buncis.
Nilai – 5,388 merupakan koefisien harga pupuk organik (X1) yang menunjukkan
bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk organik
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan permintaan pupuk
organik sebesar 5,388 kg. Tanda koefisien yang negatif untuk harga pupuk
organik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap
permintaan pupuk organik oleh petani buncis bersifat negatif, semakin meningkat
harga pupuk organik permintaan pupuk organik oleh petani buncis akan semakin
menurun dan sebaliknya.
Nilai 0,0183 merupakan koefisien harga pupuk anorganik (X2) yang menunjukkan
bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan harga pupuk anorganik
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk
organik sebesar 0,0183 kg. Tanda koefisien yang positif untuk harga pupuk
anorganik memberikan arti bahwa pengaruh antara harga pupuk organik terhadap
permintaan pupuk organik oleh petani buncis bersifat positif, semakin meningkat
harga pupuk anorganik permintaan pupuk organik oleh petani buncis akan
Nilai 2010,035 merupakan koefisien luas lahan (X3) yang menunjukkan bahwa
jika variabel independen lain nilainya tetap dan luas lahan mengalami
penambahan sebesar 1 satuan maka akan menaikkan permintaan pupuk organik
sebesar 2010,035 kg. Tanda koefisien yang positif untuk luas lahan memberikan
arti bahwa pengaruh antara luas lahan terhadap permintaan pupuk organik bersifat
positif, semakin bertambah luas lahan permintaan pupuk organik oleh petani
buncis akan semakin meningkat dan sebalikya.
Secara parsial harga pupuk organik berpengaruh terhadap permintaan pupuk
organik oleh petani buncis. Hal ini dapat diketahui dari nilai
-t hitung < -t tabel ( -3,749 < -2,201) maka H1 diterima artinya secara parsial ada
pengaruh variabel harga pupuk organik (X1) terhadap permintaan pupuk
organik(Y).
Secara parsial harga pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap permintaan
pupuk organik oleh petani buncis. Hal ini dapat diketahui dari nilai
t hitung = 0,383 < t tabel = 2.201, maka H0 diterima artinya tidak ada pengaruh harga
pupuk anorganik (X2) terhadap permintaan pupuk organik (Y). Hal tersebut
disebabkan oleh kebutuhan petani akan pupuk organik, tanpa pupuk organik hasil
yang diperoleh petani tidak memuaskan karena kondisi lahan di daerah penelitian
tidak subur lagi akibat penggunaan pupuk kimia/ norganik yang berkepanjangan.
Secara parsial luas lahan berpengaruh terhadap permintaan pupuk organik oleh