• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, Dan Wortel)(Studi Kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, Dan Wortel)(Studi Kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)

(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

ZULFADLI ADHA NST 110304075

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)

(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

ZULFADLI ADHA NST 110304075

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr.Ir. Salmiah, Ms ) (

NIP. 19570217 198603 2 001 NIP. 19700827 200812 2 001 Sri Fajar Ayu SP. MM, DBA)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Zulfadli Adha Nasution (110304075) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga Dan Wortel)” dibawah bimbingan Ibu Dr.Ir.Salmiah,MS sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota Komisi pembimbing.

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran dan untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis efisiensi dengan metode stochastic frontier dengan metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE), analisis Law of Diminishing Returns (LDR),analisis regresi linier berganda, dan analisis Compare Means One Sample T-Test. Metode

stochastic frontier digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi secara teknis.

Perbandingan nilai produksi marginal (NPM) Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi harga. Analisis regresi linear berganda Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran.Analisis TheLaw of Diminishing Returns (LDR) digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman sayuran di daerah penelitian, dan analisis Compare Means One Sample T-Test digunakan untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk yang seharusnya berdasarkan teori efisiensi dengan penggunaan pupuk oleh petani di daerah penelitian. Penggolongan jumlah dan persentase petani berdasarkan informasi yang diperolehnya mengenai cara pemupukan sayuran untuk mengetahui dari mana petani sebenarnya memperoleh informasi pemupukan sayuran.

Hasil penelitian menyatakan peggunaan pupuk pada tanaman sayuran (Kubis,Kubis Bunga dan Wortel) tidak efisien,baik secara teknis, harga dan ekonomi. Ada pengaruh nyata harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman petani secara bersama-sama terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga dan wortel. Sedangkan, untuk kubis harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata.Penggunaan pupuk efisien berdasarkan The Law of Diminishing Returns (LDR) pada Kubis yaitu 550 Kg/ Ha, Kubis Bunga yaitu 440 kg/0,25ha,dan Wortel, yaitu 150 Kg/0,25ha.Ketika dilakukan perbandingan antara penggunaan pupuk yang efisien menurut teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran diperoleh hasil yakni ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan penggunaan pupuk oleh petani kubis, kubis bunga dan wortel.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Zulfadli Adha Nasution lahir di Sibuhuan pada tanggal 31 Mei 1993. Anak dari

Bapak Damhuri Nasution dan Ibu Hamnah Baroroh.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-kanak di TK Kartika Padangsidempuan dan

tamat pada tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan

tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1

Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2

Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2011.

5. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Tertulis.

6. Bulan Agustus hingga September 2014 Melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Kelurahan Pelawi Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten

Langkat.

7. Bulan Desember 2015 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Tigapanah,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa atas

anugrah dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga Dan Wortel)”

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku Ketua Komisi pembimbing.

2. Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota Komisi pembimbing.

3. Ayahanda tercinta Damhuri Nasution dan Ibunda tercinta Hamnah Baroroh,

saudara tersayang Fahmi dan Niswah yang telah memberikan doa dan

dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam

menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

4. Tulang Ir.Irwan Zainal Nasution yang telah memberi dukungan bagi penulis.

5. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis dan Kakak Bagian Tata Usaha dan

Bagian Perpustakaan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

6. Kawan-Kawan Seperjuangan, Mail, Aimi, Ahmad Suheili Bin Mahyutan,

Rizki Taufik Harahap, Ridho, Kudri, Ijal, Muzzani , Fitrah, Budi Ginting,

Fadil, Futri, Nelfita dan Kawan-Kawan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu.

7. Abang Kakak Senior yang telah banyak membantu 2010, 2009 dan 2008 yang

(6)

8. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Februari 2015

(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Landasan Teori ... 19

2.3 Peneliti Terdahulu ... 32

2.4 Kerangka Pemikiran ... 33

2.5 Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 38

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4 Metode Analisis Data ... 41

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 49

3.5.1 Defenisi ... 36

3.5.2 Batasan Operasional ... 37

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 52

(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan

Pupuk Tanaman Sayuan ... 66 5.2Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk pada

Usahatani Sayuran ... 82 5.3Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori LDR ... 94

5.4 Perbandingan Penggunaan Pupuk yang Seharusnya Berdasarkan Teori

Efisiensi dengan Penggunaan Pupuk oleh Petani ... 102

5.5 Penentuan Penggunaan Dosis Pupuk Untuk Tanaman Sayuran Oleh

Petani Sayuran di Daerah Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 111

6.2Saran ... 112

(9)

DAFTAR TABEL

No. JUDUL HALAMAN

1. Data Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di

Indonesia

1

2. Produksi Sayur-Sayuran di Sumatera Utara, Tahun 2012 2

3. Data Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di

Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

3

4. Data Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan

Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

4

5. Data Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di

Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

4

6. Luas, Panen,Produksi Sayur-Sayuran di Kec.Tigapanah

Kab.Karo Tahun 2012

38

7. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usahatani Sayuran 42

8. Luas Wilayah Desa Aji Jahe Menurut Penggunaannya 53

9. Penduduk Desa Ajijahe Berdasarkan Mata Pencarian 53

10. Luas Wilayah Desa Aji Julu Menurut Penggunaannya 54

11. Penduduk Desa Aji julu Berdasarkan Mata Pencarian 55

12. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

56

13. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat Usia 57

14. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Mata Pencaharian 57

15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 67

16. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada

Kubis

69

17. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada

Kubis

69

18. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada

Tanaman Kubis

70

(10)

20. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada

Kubis Bunga

73

21. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada

Kubis Bunga

74

22. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada

Tanaman Kubis Bunga

76

23. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel 78

24. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada

Wortel

78

25. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada

Wortel

79

26. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk pada

Wortel

81

27. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis dan

Pengalaman Bertani Kubis

83

28. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis

Bunga dan Pengalaman Bertani Kubis Bunga

87

29. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Wortel dan

Pengalaman Bertani Wortel

91

30. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis 95

31. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga 97

32. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Wortel 100

33. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 103

34. Hasil Analisis Statistik Kubis 104

35. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis Bunga 105

36. Hasil Statistik Kubis Bunga 106

37

38

39.

Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel

Hasil Analisis Statistik Wortel

Data Primer Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan

Dosis Penggunaan Pupuk untuk Sayuran

107

107

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. JUDUL HALAMAN

1. Tahap-Tahap Produksi 21

2. The Law Of Diminishing Return 24

3. Daerah diterima dan ditolak H0 30

4. Skema Kerangka Pemikiran 36

5. Grafik Penduduk Desa Aji Jahe Menurut Mata Pencarian 54

6. Grafik Penduduk Desa Julu Jahe Menurut Mata Pencarian 55

7. Grafik Penduduk Desa Aji Buhara menurut mata

pencaharian

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Jenis

Kelamin

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut

Jenis Kelamin

Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Jenis

Kelamin

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Umur

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut

Umur

Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Umur

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut

Pendidikan Terakhir

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut

Pendidikan Terakhir

Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut

Pendidikan Terakhir

17. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis 96

18. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis Bunga 99

19

20.

Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Wortel

Grafik Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan Dosis

Penggunaan Pupuk untuk Sayuran

101

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL

1. Karakteristik Petani Kubis Bunga Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015

2. Karakteristik Petani Kubis Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015

3. Karakteristik Petani Wortel Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015

4. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga dengan Menggunakan Frontier

5. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis dengan Menggunakan Frontier

6. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Wortel dengan Menggunakan Frontier

7. Hasil Analisis Statistik Kubis Bunga 8. Hasil Analisis Statistik Kubis

9. Hasil Analisis Statistik Wortel

10. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis Bunga 11. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis 12. Hasil Analisis One Sample T-Test Wortel

13. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga 14. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Wortel 15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Salah satu sumber pemenuhan pangan dan peningkatan gizi manusia

berasal dari sayuran. Sayuran berperan penting karena mengandung berbagai

sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh

manusia. Namun, masih banyak dari penduduk Indonesia tidak menyadari akan

pentingnya mengkonsumsi sayuran, hal ini diketahui dari tingkat konsumsi

masyarakat akan sayuran yang masih rendah. Menurut FAO (Food and

Agriculture Organization), yang mengeluarkan standar konsumsi sayuran

menyatakan bahwa standar konsumsi ideal sayuran adalah sebesar 65,75

kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi sayuran masyarakat Indonesia menurut

Ditjen Hortikultura, Deptan, tahun 2007 yaitu sebesar 36,63 kg/kapita/tahun,

tentu saja angka tersebut masih jauh lebih rendah dari standar FAO.

Konsumsi sayuran tentu berkaitan erat dengan produksi sayuran. Produksi

sayuran Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan seperti pada Tabel

1.1.

Tabel 1.1 Produksi Sayuran Semusim di Indonesia, 2009- 2012 Tahun Kol

Bunga

Kentang Kubis Cabai Petsai/ Sawi

(14)

Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh informasi bahwa produksi sayuran

Indonesia mulai tahun 2009-2012 untuk beberapa komoditi mengalami

peningkatan produksi yakni, kubis, kol bunga dan sawi. Namun komoditi lain

seperti, wortel, kentang dan cabai terkadang mengalami peningkatan namun

terkadang mengalami penurunan produksi juga atau dengan kata lain produksinya

berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo masih menjadi kabupaten

terbesar dalam hal potensi produksi sayur-sayuran. Keadaan alam dan iklim yang

mendukung serta tersedianya tenaga kerja bidang pertanian di Kabupaten Karo

menjadi salah satu faktor penting menjadikan Kabupaten Karo sebagai sentra

produksi sayuran terbesar di Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

Tabel 1.2 yang menjelaskan produksi sayuran di beberapa kabupaten penghasil

sayuran di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 1.2 Produksi Sayuran Per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

Sumber: BPS 2012 diolah

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa total produksi sayuran Sumatera

Utara yakni 1.026.433 ton dan Kabupaten Karo menjadi daerah penghasil sayuran

terbesar di Sumatera Utara dengan total produksi 354.060 ton.

No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton)

1. Simalungun 222.858

2. Dairi 29.517

3. Karo 354.060

4. Langkat 23.585

5. Samosir 22.065

6. 27 Kabupaten/kota lainnya 374.348

(15)

Berbagai tanaman hortikultura banyak dibudidayakan di Kabupaten Karo.

Hal ini dikarenakan, Kabupaten Karo tidak hanya memproduksi tanaman

hortikultura untuk kebutuhan di daerah itu saja, namun produksi hortikultura

Kabupaten Karo juga dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor, seperti

ke Singapura dan Malaysia. Kubis, kubis bunga dan wortel merupakan jenis-jenis

komoditi sayuran dengan tujuan ekspor yang dibudidayakan di Kabupaten Karo.

Berikut ini realisasi ekspor 3 komoditi tahun 2008- 2012 pada masing- masing

eksportir :

Tabel 1.3 Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

No. Nama Perusahaan Kol / Kubis(Kg)

2008 2009 2010 2011 2012

1 UD. Rohaya Tani 10.300.966 9.785.918 10.177.354 10.686.222 11.236.533 2 UD. Jaya Tani 15.451.449 14.678.876 15.266.032 16.029.333 16.854.800 3 UD. Cahaya Baru 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400

4 Pagoda 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400

5 PT. Selek Tani - - - - -

6 PT. Horti Jaya Lestari 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267 7 PT. Tani Deli Nusa 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267 Total Ekspor Kab.Karo 51.504.829 48.929.588 50.886.772 53.431.111 56.182.667

Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.3 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis

Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun terakhir,

volume ekspor Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar

(16)

Tabel 1.4 Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

No. Nama Perusahaan Kubis Bunga (Kg)

2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.4 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis

bunga Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun

terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar 17.752

Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 15.334 Kg.

Tabel 1.5 Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

No. Nama Perusahaan Wortel (Kg)

2008 2009 2010 2011 2012

Total Ekspor Kab.Karo 1.430.219 1.358.707 1.399.469 1.469.442 1.528.220 Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.5 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor

wortel Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun

terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar

1.528.220 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 1.358.707 Kg.

Faktor penting dalam budidaya sayuran adalah identifikasi ketersediaan

(17)

kurang baik akan mempengaruhi dan membatasi ketersediaannya sehingga

produksi tanaman akan menurun.

Unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan

Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka

akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya

yang dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K

dengan penggunaan pupuk anorganik yang optimal melalui rekomendasi

pemupukan sesuai dosis berimbang (Izhar,2010).

Pola penggunaan pupuk di kalangan petani sayuran juga menjadi sebuah

masalah. Berdasarkan pernyataan beberapa petani sayuran di Kecamatan

Tigapanah yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo

mengatakan bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut

masih belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani

sayuran di sana menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan berdasarkan

tingkat produksi panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi,

apabila produksi panen sebelumnya dinilai cukup memuaskan, maka petani

sayuran di daerah tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim

tanam berikutnya.

Di sisi lain, petani sayuran juga menyatakan ada berbagai faktor lain yang

mempengaruhi mereka menggunakan dosis pupuk. Harga pupuk yang murah juga

menjadi faktor penting petani sayuran menambah dosis penggunaan pupuknya

meskipun itu sudah melewati aturan. Pada hakekatnya, hal yang mendasari petani

sayuran memupuk lebih banyak yakni karena sebagian besar petani beranggapan

(18)

yang akan meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan permintaan

jumlah komoditi sayuran baik di pasar lokal maupun untuk pasar ekspor,

menjadikan petani sayuran berpikir bagaimana meningkatkan produksi sayuran

mereka dan salah satu alternatifnya yakni menambah jumlah pupuk yang

digunakan dengan harapan peningkatan jumlah produksi sayuran.

Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara

tidak langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka

panjang, hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal

ini tentu akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran

kubis bunga dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak

100 kg/ha, ZA 250 kg/ha. TSP atau SP-36 250 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Untuk

tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 g + ZA 9 g, TSP (SP-36) 9 g, dan KCl 7

g. Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan

harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima Tani Balitsa, 2007).

Apabila situasi di mana petani terus-menerus menambah jumlah pupuk

sehingga pemakaian menjadi berlebih maka akan menyebabkan dampak negatif

bagi beberapa aspek penting, seperti mencemarkan ekologi lingkungan, aspek

kesehatan konsumen serta terjadi penurunan pendapatan petani akibat penggunaan

pupuk yang berlebihan.

Penggunaan pupuk berlebihan mencemarkan ekologi lingkungan seperti

rusaknya tanah apabila dipakai pupuk terus-menerus. Di mana apabila tanah diberi

pupuk terus-menerus dan dalam dosis besar seperti penggunaan urea, maka dalam

jangka panjang akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan cenderung

(19)

karena salah satu faktor pentingnya yakni kesuburan tanah. Di sisi lain, pupuk

juga bisa mencemari daerah perairan dikarenakan pupuk yang sulit terurai dalam

waktu singkat terbawa oleh air hujan ke sungai-sungai dan bermuara ke laut. Hal

ini berdampak pada semakin cepat dan tidak terkendalinya jumlah populasi

tanaman di perairan, seperti enceng gondok. Di mana semakin banyaknya enceng

gondok yang menutupi permukaan perairan sehingga sinar matahari dan oksigen

susah menembus permukaan perairan yang berdampak pada matinya biota ada di

dalamnya seperti, ikan.

Dari aspek kesehatan, penggunaan pupuk yang berlebihan pada makanan

seperti sayuran dan buah-buahan juga berdampak buruk bagi kesehatan konsumen

hal ini dikarenakan akan mengakibatkan penyakit seperti kanker, tumor, dan

penyakit kronis lainnya apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Residu kimia

yang ada di dalam makanan tersebutlah yang menjadi faktor utama penyebab

penyakit sehingga perlu ada penggunaan pupuk dan pestisida secara tepat untuk

meminimalisir dampak buruknya bagi kesehatan.

Penggunaan pupuk yang berlebihan sebenarnya juga berpengaruh terhadap

pendapatan petani. Hal ini dikarenakan, semakin besarnya biaya yang dikeluarkan

petani untuk menambah dosis pupuk ternyata tidak selalu memberikan

peningkatan jumlah penerimaan kepada petani. Hal ini menjadi tidak efisien di

dalam usahatani sayuran dimana seharusnya dengan penggunaan modal

sekecil-kecilnya bisa memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena

banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan dosis pupuk yang

tidak sesuai dan bahkan penggunaan yang cenderung berlebihan oleh petani

(20)

pupuk oleh petani sayuran dan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi

penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo?

2. Apakah harga sayuran ,harga pupuk dan pengalaman petani merupakan

faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

3. Bagaimana penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo yang berdasarkan teori The Law of

Diminishing Returns (LDR)?

4. Bagaimana perbedaan penggunaan pupuk yang optimal berdasarkan teori

The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh

petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

5. Bagaimana cara penentuan penggunaan dosis pupuk untuk tanaman

sayuran oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan

(21)

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk

(harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran

di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Untuk menganalisis penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo berdasarkan teori The Law of

Diminishing Returns (LDR).

4. Untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk optimal berdasarkan

teori The Law Of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk

oleh petani Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

5. Untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sumber informasi kepada petani sayuran di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo agar memperhatikan penggunaan pupuk secara efisien.

2. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah di dalam

merumuskan kebijakan terhadap subsektor hortikultura di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Botani Wortel (Daucus carota L.)

Wortel (Daucus carota L.) merupakan salah satu tanaman yang termasuk

dalam kelas umbi-umbian yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini dapat

tumbuh dengan sempurna baik pada saat musim kemarau maupun musim

hujan.Wortel mengandung nutrisi vitamin A yang lebih tinggi yang berguna untuk

pemeliharaan mata dan selaput mata. Wortel bukan tanaman asli Indonesia,

berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia

Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang

lalu. Budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah,

menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian

dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya (Rukmana, 1995).

Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-Divisi : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae

(23)

Famili : Umbelliferae (Apiaceae)

Genus : Daucus

Spesies : Daucus carrota L.

Rukmana (1995) mengelompokkan jenis wortel berdasarkan umbinya ke dalam

tiga golongan, yaitu :

1. Tipe imperatur, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang

dengan ujung runcing, mirip bentuk kerucut.

2. Tipe chantenay, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang

dengan ujung tumpul dan tidak berakar serabut.

3. Tipe nantes, golongan wortel yang mempunyai bentuk umbi tipe

peralihan antara bentuk imperator dan tipe chantenay.

2.1.2 Botani Kubis

Kubis (Brassica oleracea var cipitata) adalah kubis yang dalam

pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk

kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak

mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur

tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang

lebih 25% vitamin C, lebih dari 30% vitamin A, 4 - 5% vitamin B, 5 - 6% kapur

dan besi dari kebutuhan tubuh manusia.

Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kubis dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

(24)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili

Genus

Spesies : Brassica oleracea var. capitata L

Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2

cm, berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan

serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun

yang di atasnya. Daun membentuk roset. Apabila titik tumbuhnya mati dimakan

ulat atau patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang

tidak bisa bercabang.

Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun- daun

bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm.

Daun- daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun-

daun muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin

banyak sehingga seakan- akan membentuk telur atau kepala.

Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah

sub-tropis termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan

awalnya secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya

masuk ke masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan

(25)

seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara

15-200C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60 - 90%. kalau

temperatur melebihi 25%, pertumbuhan akan terhambat (Pracaya, 2001).

2.1.3 Botani Kubis Bunga/ Kol Bunga

Kubis bunga (Brassica oleraceea L.) merupakan jenis tanaman sayuran

yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang berasal

dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania,

masuk ke Indonesia pada abad ke XIX. Di Indonesia masyarakat mengenal

sayuran kubis bunga sebagai bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing

disebut cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa

bunganya (curd). Masa kubis bunga umumnya berwarna putih bersih atau putih

kekuning-kuningan (Rukmana, 1995 dan Cahyono, 2002).

Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kol bunga dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica Oleracea var. Botrytis L.

Kubis bunga mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena

mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga

permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga

dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang

air besar. Menurut Rukmana (1995), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g

(26)

(22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1

(0,1 mg), vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g).

Kubis bunga terdiri dari beberapa varietas, yang dapat dilihat

perbedaannya pada bentuk daun dan ukuran krop. Menurut Pracaya (2001) bahwa

secara umum kubis bunga dibedakan atas 3 jenis yaitu: (a) jenis pendek,

mempunyai ciri ukuran daun sedang, daun sebelah luar melengkung ke arah luar

dan daun sebelah dalam melengkung ke arah dalam sehingga ujungnya menutupi

krop, (b) jenis besar, mempunyai ciri ukuran kepalanya lebih besar daripada jenis

pendek. Jenis besar ini juga mempunyai daun lebih tegak dan lebih panjang,

kepala bunga lebih bulat lebih tebal dan berat, (c) jenis kepala ungu, jenis ini akan

berubah warnanya menjadi hijau pucat pada saat masa panen, kepala bunga tidak

tertutupi daun. Jenis kepala ungu ini biasanya tidak dibudidayakan secara

besar-besaran, namun hanya ditanam di sekitar rumah.

2.1.4 Tinjauan Pupuk

Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman

seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila

jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu

filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency

level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun

rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally

(27)

terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi

filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.

Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk

anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan

mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering

digunakan petani sayuran antara lain seperti :

a. ZA (Zwavelzure ammoniak)

- ZA mengandung + 21 % zat lemas

- Mudah hancur dalam air

- Agak mudah hanyut

- Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan

- Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan.

- Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam

b. Ureum atau Urea

- Mengandung zat lemas 45%-46%

- Mudah hancur dalam air

- Agak mudah hanyut

- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

- Mudah menarik air dari dalam udara

- Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah

- Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.

c. Sendawa Chili (Chilisalpeter)

(28)

- Mudah hancur dalam air

- Mudah hanyut akibat air hujan

- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

- Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah

menjadi padat.

- Baik untuk tanaman sayuran.

d. DS (Dubbel Super- Posphat)

- Mengandung 34%- 38% asam phosphor.

- Agak mudah hanyut dalam air

- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan

- Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran

e. Phosphat Cirebon

- Mengandung asam phosphor 25%-28%

- Tidak mudah hancur dalam air

- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di

dalam tanah (AAK, 1992).

Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan

anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar

dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk

mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air

dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang

berlebihan saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk

yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan

(29)

Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku

(POB) atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara

spesifik lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan

pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut.

Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang

dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan

hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman

khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia,

sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan

rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Fungsi Produksi

Menurut Kalangi (2011), produksi adalah proses penggabungan atau

pengkombinasian faktor produksi (input) yang mengubahnya menjadi barang atau

jasa (output = product). Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan

kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau

fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk

matematis menjadi,

Q = f(L, K, T, W)

di mana : Q = Jumlah barang dan jasa (output) L = Tenaga Kerja

K = Modal T = Tanah

(30)

Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau

empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu variabel

bebas maka persamaan fungsi produksi menjadi,

Q = f( L)

di mana : Q = jumlah barang dan jasa (output) L = Tenaga kerja

2.2.2 Fungsi Produksi Cobb- Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi atau

persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu

disebut variabel dependen (yang menjelaskan/ Y) dan yang lain disebut variabel

independen (yang menjelaskan/X) (Soekartawi, 1993).

Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu

ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran

data yang diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data

tersebut menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila

sebaran data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier.

Sebaliknya apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan

fungsi produksi non - linier (Soekartawi,1990).

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi non linier

standar, indah dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan fungsi Cobb-

Douglas mampu menjelaskan dengan baik bagaimana penerapan dari hukum The

(31)

rumus fungsi produksi Cobb-Douglas (Q) dengan menggunakan dua input (K dan

L) adalah sebagai berikut :

Q = KαLẞ0<α, ẞ<1

0<α, ẞ< 1 menunjukkan produk marjinal untuk setiap input adalah

menurun dengan kenaikan pemakaian jumlah input. Hal ini sesuai dengan hukum

The Law of Diminishing Returns, dimana pada hakikatnya apabila jumlah input

ditambah maka akan meningkatkan jumlah output yang diperoleh. Namun akan

ada suatu saat di mana meskipun jumlah input terus ditambah namun, tidak

menambah jumlah output yang dihasilkan atau bahkan mengakibatkan penurunan

jumlah output sebagai akibat dari penambahan jumlah input yang telah melebihi.

Hal ini lah yang perlu disikapi di dalam hukum kenaikan hasil yang semakin

menurun. Misalnya, penambahan jumlah pupuk pada tanaman dalam dosis yang

tetap akan meningkatkan jumlah produksi tanaman. Namun apabila dosis terus

ditambah sampai overdosis maka, hal ini akan mengakibatkan produksi tanaman

akan menurun atau bahkan menyebabkan kematian bagi tanaman. Berikut ini

(32)

Gambar 2.1 Tahap-tahap Produksi

Dimana persamaan Q = KαLẞ ini memiliki sifat yang berlaku di dalam

penerapan tahapan fungsi produksi. Tahapan-tahapan itu antara lain sebagai

berikut :

a. Constant return to scale, jika (a+b) = 1. Artinya, jika input K dan L

ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga

bertambah dua kali.

b. Increasingreturns to scale, jika (a+b) > 1. Artinya, jika K dan L ditambah

masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya bertambah menjadi

lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini, output bertambah lebih dari proporsi

(33)

c. Decreasing returns to scale, jika (a+b) < 1. Artinya, jika K dan L

ditambah masing-masing menjadi dua kali, maka outputnya bertambah

menjadi kurang dari dua kalinya. Output bertambah kurang dari proporsi

pertambahan input (Sunaryo, 2001).

2.2.3 Teori The Law Of Diminishing Returns

Dalam proses produksi dikenal hukum kenaikan hasil berkurang (Law Of

Diminishing Returns) disingkat LDR. LDR berlaku dan populer dipakai di sektor

pertanian dan di luar pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut : “ Bila satu faktor

produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris paribus, maka mula-mula

terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil

nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.Ceteris paribus artinya hal-hal lain

bersifat tetap, faktor produksi lain tetap jumlahnya, hanya satu variabel tertentu

yang berubah jumlahnya. Selain jumlah atau kuantitas maka kualitas faktor

produksi itu juga sama.

Dalam teori Law Of Diminishing Returns terdapat istilah-istilah produksi

sebagai berikut :

1. TP (Total product) atau produksi total yaitu jumlah produksi pada level

pemberian input tertentu. Input adalah faktor produksi atau bagian faktor

produksi, misalnya input pupuk adalah bagian dari produksi modal, luas

lahan adalah bagian dari faktor produksi alam.

2. AP (Average product) hasil rata-rata atau produksi rata-rata yaitu jumlah

(34)

(Labour) disingkat APL (Average Product of Labour), kalau AP modal

capital disingkat dengan APC (Average Product of Capital).

3. MP (Marginal product) atau produk marginal yaitu kenaikan hasil yang

disebabkan oleh kenaikan atau pertambahan satu unit input. MP Labour

disingkat MPL (Marginal Product of Labour) dan MP capital disingkat

MPC (Marginal Product of Capital), dan sebagainya.

Daerah-daerah produksi pada kurva Law of Diminishing Returns dibagi

menjadi tiga menurut gerak dari kurva marginal produk, yaitu :

1. Daerah increasing returns, yaitu dari X= 0, ke MP maksimum.

2. Daerah diminishing returns, yaitu dari titik A sampai ke titik C

(35)

Gambar 2.2 The Law Of Diminishing Returns

Pada titik inflection point besarnya Ep = 1, karena AP=MP, pada titik

maksimum point Ep = 0 karena MP adalah nol. Daerah- daerah produksi menurut

Ep ini adalah :

1. Daerah inefisien I, yaitu dari titik X=0 sampai ke Marginal Product

(MP) mencapai maksimum, atau Ep> 1

2. Daerah efisien, dari MP maksimum samapai MP=0 atau 0< Ep <

3. Daerah inefisien II, yaitu dari titik MP mulai negatif sampai seterusnya

atau 0 > Ep samapai ke kanan seterusnya ( Pindyck, 2007).

1.

(36)

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya

untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan

terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal

(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Efisensi yang

diemikian disebut efisiensi harga atau allocative efficiency. Ada beberapa istilah

mengenai efisiensi antara lain efisiensi harga, efisiensi teknis dan efisiensi

ekonomis (Soekartawi, 1990).

2.2.4.1 Efisensi Harga

Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas

marjinal masing – masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (vi) atau ki = 1.

kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat

ditulis sebagai berikut:

bYPy = Px ...(2.1)

X

Atau

bYPy = 1 ...(2.2)

X

dimana:

Px = harga faktor produksi X

B = elastisitas produksi

Y = produksi

Py = harga produksi

(37)

Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang

berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input

disebut X dan jumlah output X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan

disebut B, sehingga dapat dituliskan :

B = (Y. Py) – (X. PX)

Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol,

dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.

dB = Py . dY dX dX

- PX

Py . MP = PX

VMP = PX

VMP(NPMXi) PX

= 1

VMP = Value Marginal Product

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering

terjadi adalah sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu dikurangi.

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu ditambah (Soekartawi, 1990).

2.2.4.2 Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah

pemakaian input tertentu mempunyai Average Product (AP) dalam keadaan

(38)

maksimum dari segi teknis adalah tingkat produksi optimum, tetapi belum tentu

optimum dari segi ekonomis (Soekartawi, 1990).

2.2.4.3 Efisiensi Ekonomis

Suatu proses produksi sebagai usaha komersial bertujuan untuk

memperoleh pendapatan atau keuntungan maksimum. Bila ini menjadi tujuan

maka efisiensi teknis belum cukup karena pada kondisi itu belum tentu

memberikan keuntungan maksimum.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah efisiensi secara ekonomi.

Menurut Hanafie (2010), efisiensi ekonomi dikatakan tercapai apabila petani

mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi dapat ditekan,

tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Efisiensi ekonomi

adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/ alokatif dari

seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu

efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif (Soekartawi, 1990).

Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,

sehingga dapat dituliskan menjadi :

EE = ET . EH ...(2.3)

di mana :

EE : Efisiensi Ekonomi

ET : Efisiensi Teknis

EH : Efisiensi Harga

Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien

2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien

(39)

(Soekartawi, 1990).

2.2.5 Fungsi Statistik

Bentuk fungsi Cobb-douglas yang bersifat non-linier dapat diubah menjadi

bentuk linier dimana bentuk hubungan antara Y dan X sudah ditransformasikan

menjadi bentuk sebagai berikut :

LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e

Di mana :

Y = dosis pupuk

b0 = intercept

X1 = harga pupuk

X2 = harga sayuran

X3 = pengalaman petani

e = standart error

Untuk menganalisis pengaruh faktor independen terhadap faktor dependen

dilakukan analisis dengan menggunakan cara regresi linier berganda. Dengan

menggunakan regresi, maka diperoleh besaran besarnya nilai t-hitung F-hitung

dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara

statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel independen (Xn)

yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel

dependen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

1. Uji Determinan (R2)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana

besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap

(40)

2. Uji T-hitung

Hipotesis

Ho: βo = 0

H1: βo≠ 0

Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t

t-hitung =bi���−Bi

t-tabel = tα/2(n-p)

keterangan:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan

N = Banyaknya pasangan data

P = jumlah parameter regresi

Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

(41)

Gambar 2.3 Daerah diterima dan ditolak H0

Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau

faktor-faktor pengaruh penggunaan pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan

pupuk (Y), sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka

faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (Xi) tidak berpengaruh nyata

terhadap dosis pupuk (Y).

3. Uji F-hitung

Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang

digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:

Hipotesis :

H0 : β1= β2 =…= β(k-1) = 0

H1 : β1≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

F−hitung = �

2/(k1)

(1−R2)/(nk)

(42)

R2 = koefisien determinan

K = jumlah variabel termasuk intersep

n = jumlah pengamatan

kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi <

Apabila nilai Signifikansi

α maka H0 ditolak

<

2.3 Penelitian Terdahulu

α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama

variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan

sebaliknya bila H0 diterima maka secara bersama-sama variabel independen tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Berdasarkan skripsi Sri Hery Susilowati dengan judul “Analisis Efisiensi

Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur” Dari hasil analisis data secara umum model

yang digunakan dapat menunjukkan secara baik tingkat efisiensi teknologi usaha

tani tebu di wilayah contoh di Kabupaten Malang dan Lumajang. Nilai indeks

efisiensi teknis dikategorikan belum efisien. Hal ini diduga karena sistem usaha

tani tebu yang dilakukan adalah sistem keprasan (umumnya lebih dari kepras

ketiga) dan bibit yang digunakan adalah bibit lokal. Sistem ini berdampak pada

rendemen yang masih rendah (7,3%). Luas lahan usaha tani memiliki pengaruh

(43)

NPK memiliki pengaruh negatif terhadap produksi tebu, yang diduga karena

faktor produksi tersebut digunakan secara berlebihan. Peubah lain yang

berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi adalah pupuk ZA, pupuk

kandang, dan pupuk cair. Peubah tenaga kerja keluarga juga berpengaruh positif

dan nyata sehingga masih mungkin untuk meningkatkan produksi tebu dengan

peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga.

Berdasarkan skripsi Nurul Mubarok dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan Di Sentra Roduksi Kerupuk Desa

Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat” dari

hasil analisis disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama ditunjukan

dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7), analisis secara

parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi ditandai t-hitung>t-tabel

yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan produk (X3), sedangkan harga(X4)

tidak berpengaruh (t-hitung<t-tabel).

Berdasarkan skripsi Darwanto dengan judul “Analisis Efisiensi Usahatani

Padi Di Jawa Tengah (Penerapan Analisis Frontier)” Dari hasil analisis data yang

telah berhasil diolah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, usahatani padi di

daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus

dikurangi, apabila dilihat dari efisiensi harga (EH) dan efisiensi ekonomi (EE),

maka usahatani padi tidak efisien dengan nilai efisiensi harga sebesar 0,22 dan

efisiensi ekonomi sebesar 0,16. Dari hasil perhitungan ketiga efisiensi ini dapat

dikatakan bahwa usahatani padi tidak efisien.

(44)

Pupuk merupakan variabel independen yang mempengaruhi jumlah

produksi pada budidaya tanaman sayuran. Di mana dengan pemupukan yang tepat

baik dalam ketepatan dosis maupun ketepatan waktu akan berdampak positif

dalam peningkatan hasil panen sayuran.

Seringkali para petani terus-menerus menambah penggunaan input pupuk

dengan harapan peningkatan hasil produksi tersebut. Namun kenyataannya,

ternyata para petani belum mempertimbangkan efisiensi penggunaan pupuk itu

sendiri. Di mana input pupuk terus ditambah belum tentu menghasilkan

peningkatakan produksi dan menjadi berakibat negatif yakni produksi tetap atau

bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien. Pengkajian hubungan

penggunaan faktor produksi pupuk menggunakan model kepangkatan yang

merupakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:

Y= ẞ0 X1ẞ1

Y= jumlah produksi

X1 = pupuk

Efisiensi faktor produksi pupuk pada usahatani sayuran ini diukur dengan

analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi

harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti tercapainya efisiensi

ekonomi. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani

sayuran di dalam penggunaan pupuk. Adapun faktor-faktor lain tersebut, yakni

(45)

Harga sayuran diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam

menggunakan pupuk. Di mana, diasumsikan apabila harga sayuran meningkat,

maka dosis pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari,

petani berpendapat apabila pupuk terus ditambah, maka akan meningkatkan

volume produksi sayuran. Dugaan peningkatakan jumlah input akan

meningkatkan jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani

sayuran. Diharapkan peningkatan produksi tersebut dapat menambah pendapatan

petani dikarenakan harga sayuran sedang meningkat.

Harga pupuk juga diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam

menggunakan pupuk. Di mana, diduga apabila harga pupuk meningkat, maka

petani akan berpikir untuk mengurangi dosis pupuk. Harapannya setelah dosis

pupuk dikurangi dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input

pupuk. Dan apabila harga pupuk kembali tetap, maka petani akan menambah

dosis pupuk seperti sebelum harga pupuk mengalami kenaikan.

Penggunaan dosis pupuk oleh petani diduga dipengaruhi oleh pengalaman

petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam sayuran, maka

petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis yang tepat untuk tanaman

sayuran. Pengalaman yang panjang tersebut secara tidak langsung mengajarkan

petani sayuran di dalam penentuan dosis pupuk sehingga kebiasaan untuk

menebak-nebak dosis pupuk dapat diminimalisir.

(46)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan hasil

(47)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang

telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :

1. Penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo tidak efisien baik secara teknis, harga maupun ekonomi.

2. Harga sayuran, harga pupuk, dan pengalaman petani merupakan faktor

yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk efisien

berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan

penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive), yaitu di

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena Kabupaten Karo

merupakan daerah penghasil sayuran terbesar di Sumatera Utara.

Sayuran yang dipilih merupakan golongan sayuran yang paling banyak

dibudidayakan di Kecamatan Tigapanah yakni : kubis, kubis bunga dan wortel.

Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2012

No. Jenis sayuran Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

(49)

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo adalah penghasil beberapa jenis sayuran yaitu buncis, cabe,

kentang, kubis bunga, kubis, sawi, terong, dan wortel. Dan sayur kubis merupakan

produksi sayur terbesar, kol bunga merupakan produksi kelima dan wortel

merupakan urutan ketujuh.

3.2 Metode Penentuan Jumlah Sampel

Sampel merupakan petani yang membudidayakan sayuran,yakni : kubis,

kubis bunga dan wortel yang berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

Berdasarkan hasil pra survey diketahui jumlah populasi petani sayuran di

Kecamatan Tigapanah berjumlah 25 petani kubis, 75 petani kol bunga dan 20

petani wortel. Untuk menetukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka

metode penentuan besar sampel menggunakan Rumus Slovin ( Supranto, 2000), di

mana jumlah populasi telah diketahui dengan pasti, sehingga :

�= N 1+Ne2

di mana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, yaitu 10%

n = ...?

N = 25 (petani sayur kubis)

e = 10%

n = N 1+Ne2

n = 25

1+25.10%2

(50)

n = 20 sampel petani sayuran kubis

Pengambilan sampel 20 dari 25 populasi dilakukan dengan metode

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

N = 75 (petani sayur kubis bunga)

e = 10%

n = N 1+Ne2

n = 75

1+75.10%2

n = 42,85

n = 43 sampel petani sayuran kol bunga (kubis bunga)

Pengambilan sampel 43 dari 75 populasi dilakukan dengan metode

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

N = 20 (petani sayur wortel)

e = 10%

n = N 1+Ne2

n = 20

1+20.10%2

n = 16,66

n = 17 sampel petani sayuran wortel

Pengambilan sampel 18 dari 20 populasi dilakukan dengan metode

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden

(51)

dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

sumber-sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan

Pusat Statistik Kabupaten Karo dan dari dinas terkait lainnya yang dapat

mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Model Fungsi Produksi Frontier

Untuk lebih menyederhanakan analisis data yang terkumpul, maka

digunakan suatu model. Model ini digunakan untuk menghubungkan antara input

dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan

suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh

Coelli, et al sebagai berikut:

Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 (V1-U1)...(4.1)

Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani

sayuran seperti Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Definisi variabel Fungsi Produksi Usaha Tani Sayuran

Variabel Kode Variabel Skala pengukuran

Dependen Ln Y Output Kg

Independen LnX1 b0

Pupuk Intersep

Kg

(Coelli, T.J, 1992)

3.4.2 Efisiensi Teknis

Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan

Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini

(52)

Karakter uji efisiensi teknis berdasarkan alat uji Frontier adalah, semakin

mendekati 1 maka data dianggap semakin efisien secara teknis.

3.4.3 Efisiensi Harga

Menurut Soekartawi (1990) apabila fungsi produksi yang digunakan

adalah fungsi Cobb-Douglas, maka:

Y = AXb………..…. (4.2)

Atau Ln Y = Ln A + bLnX

Maka kondisi produksi marginal adalah:

∂Y / ∂X = b (Koefisien parameter elastisitas)

Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien

regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian,

maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai

berikut:

NPM = bYPy/X……….…... (4.3)

dimana:

b = elastisitas produksi (sayuran)

Y = produksi (sayuran)

Py = harga produksi (harga sayuran)

X = jumlah faktor produksi X (Pupuk)

Px = harga faktor produksi X (harga Pupuk)

Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang

berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input

disebut X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B, sehingga

(53)

B = (Y. Py) – (X. PX)

Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol,

dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.

dB = Py . dY dX dX

- PX

Py . MP = PX

VMP = PX

VMP (NPMXi) PX

= 1

VMP = Value Marginal Product

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering

terjadi adalah sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu ditambah.

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu dikurangi (Soekartawi, 1990).

3.4.4 Efisiensi Ekonomis

Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi

harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis

dengan efisiensi harga/ alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai

apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif

(Soekartawi, 1990).

Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,

(54)

EE = ET . EH...(4.5)

Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi

ET : Efisiensi Teknis

EH : Efisiensi Harga

Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien

2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien

3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien

(Soekartawi, 1990).

3.4.5 Analisis Pengaruh Harga Pupuk, Harga Sayuran dan Pengalaman Petani Terhadap Dosis Pupuk

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan

kualitatif, analisis Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi berganda untuk

mengetahui pengaruh faktor-faktor (harga pupuk, harga sayuran, dan pengalaman

petani) terhadap dosis penggunaan pupuk. Pengolahan data digunakan dengan

menggunakan alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan spss

17, maka dilakukan interpretasi hasil.

Analisis fungsi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X yang

sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut:

LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e

Keterangan :

Y = dosis pupuk

(55)

X1 = harga pupuk

X2 = harga sayuran

X3 = pengalaman petani

e = kesalahan pendugaan

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat

dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh

dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien

determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah

koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara

terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).

pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

1. Uji Determinan (R2)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana

besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel

terikat.

2. Uji T-hitung

Hipotesis

Ho: βo = 0

H1: βo≠ 0

Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t

t-hitung =bi���−Bi

(56)

keterangan:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan

n = banyaknya pasangan data

p = jumlah parameter regresi

Kriteria uji :

2. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi <

Jika signifikansi < α maka parameter yang diuji atau faktor-faktor

pengaruh harga pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk (Y),

sebaliknya jika signifikansi > α, maka faktor-faktor pengaruh harga pupuk (Xi)

tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pupuk(Y).

α maka H0 ditolak

3. Uji F-hitung

Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang

digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap veriabel tidak bebas.

Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:

Hipotesis :

H0 : β1= β2 =…= β(k-1) = 0

(57)

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

F−hitung = �

2/(k1)

(1−R2)/(nk)

Keterangan:

R2 = koefisien determinan

K = jumlah variabel termasuk intersep

n = jumlah pengamatan

Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F- hitung dan F- tabel

- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi <

Apabila Signifikansi

α maka H0 ditolak

<

3.4.6 Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori The Law of

Diminishing Returns (LDR)

α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama

variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan sebaliknya bila H0

diterima maka secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat.

Berdasarkan kurva The Law of Diminishing Returns (LDR) dapat kita

ketahui apakah penggunaan pupuk oleh petani sudah optimal atau tidak optimal.

Optimal dapat diketahui apabila Average Product (AP) berada di titik maksimum

Gambar

Gambar 2.1  Tahap-tahap Produksi
Gambar 2.2 The Law Of Diminishing Returns
Gambar 2.3 Daerah diterima dan ditolak H0
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa petani jeruk Desa Singa mempunyai memiliki alternatif untuk penggunaan pupuk kimia yang relatif mahal yakni dengan berkreasi

Pengetahuan, Sikap, Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida dan Aktivitas Cholinesterase Pada Darah di Desa Senpajaya Kecamatan Berastagi.. Universitas

Berapa besar pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani sayuran kubis dengan menggunakan pupuk bokashi di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota BauBau.. Berapa besar

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu penggunaan pupuk yang tidak efisien, hal ini dikarenakan masih banyak petani

terhadap penggunaan pupuk. Dan sebaliknya bila Signifikansi ≤ H0 diterima maka tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga.. ubi kayu,

Hasil Analisis Regresi Linies Berganda “Faktor -Faktor yang.. Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Oleh Petani

Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah. pemakaian input tertentu mempunyai Average Product (AP)

Saran Berdasarkan hasil kajian tentang perilaku petani dalam pemanfaatan limbah sayuran sebagai pupuk bokashi pada tanaman sawi yang dilakukan di Kecamatan Argapura, Kabupaten