ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)
(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
ZULFADLI ADHA NST 110304075
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)
(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
ZULFADLI ADHA NST 110304075
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
( Dr.Ir. Salmiah, Ms ) (
NIP. 19570217 198603 2 001 NIP. 19700827 200812 2 001 Sri Fajar Ayu SP. MM, DBA)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Zulfadli Adha Nasution (110304075) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga Dan Wortel)” dibawah bimbingan Ibu Dr.Ir.Salmiah,MS sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota Komisi pembimbing.
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran dan untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis efisiensi dengan metode stochastic frontier dengan metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE), analisis Law of Diminishing Returns (LDR),analisis regresi linier berganda, dan analisis Compare Means One Sample T-Test. Metode
stochastic frontier digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi secara teknis.
Perbandingan nilai produksi marginal (NPM) Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi harga. Analisis regresi linear berganda Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran.Analisis TheLaw of Diminishing Returns (LDR) digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman sayuran di daerah penelitian, dan analisis Compare Means One Sample T-Test digunakan untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk yang seharusnya berdasarkan teori efisiensi dengan penggunaan pupuk oleh petani di daerah penelitian. Penggolongan jumlah dan persentase petani berdasarkan informasi yang diperolehnya mengenai cara pemupukan sayuran untuk mengetahui dari mana petani sebenarnya memperoleh informasi pemupukan sayuran.
Hasil penelitian menyatakan peggunaan pupuk pada tanaman sayuran (Kubis,Kubis Bunga dan Wortel) tidak efisien,baik secara teknis, harga dan ekonomi. Ada pengaruh nyata harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman petani secara bersama-sama terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga dan wortel. Sedangkan, untuk kubis harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata.Penggunaan pupuk efisien berdasarkan The Law of Diminishing Returns (LDR) pada Kubis yaitu 550 Kg/ Ha, Kubis Bunga yaitu 440 kg/0,25ha,dan Wortel, yaitu 150 Kg/0,25ha.Ketika dilakukan perbandingan antara penggunaan pupuk yang efisien menurut teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran diperoleh hasil yakni ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan penggunaan pupuk oleh petani kubis, kubis bunga dan wortel.
RIWAYAT HIDUP
Zulfadli Adha Nasution lahir di Sibuhuan pada tanggal 31 Mei 1993. Anak dari
Bapak Damhuri Nasution dan Ibu Hamnah Baroroh.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-kanak di TK Kartika Padangsidempuan dan
tamat pada tahun 1999.
2. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan
tamat pada tahun 2005.
3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1
Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2008.
4. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2
Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2011.
5. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Tertulis.
6. Bulan Agustus hingga September 2014 Melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Kelurahan Pelawi Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten
Langkat.
7. Bulan Desember 2015 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Tigapanah,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa atas
anugrah dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga Dan Wortel)”
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku Ketua Komisi pembimbing.
2. Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota Komisi pembimbing.
3. Ayahanda tercinta Damhuri Nasution dan Ibunda tercinta Hamnah Baroroh,
saudara tersayang Fahmi dan Niswah yang telah memberikan doa dan
dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam
menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
4. Tulang Ir.Irwan Zainal Nasution yang telah memberi dukungan bagi penulis.
5. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis dan Kakak Bagian Tata Usaha dan
Bagian Perpustakaan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
6. Kawan-Kawan Seperjuangan, Mail, Aimi, Ahmad Suheili Bin Mahyutan,
Rizki Taufik Harahap, Ridho, Kudri, Ijal, Muzzani , Fitrah, Budi Ginting,
Fadil, Futri, Nelfita dan Kawan-Kawan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.
7. Abang Kakak Senior yang telah banyak membantu 2010, 2009 dan 2008 yang
8. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.
Medan, Februari 2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 11
2.2 Landasan Teori ... 19
2.3 Peneliti Terdahulu ... 32
2.4 Kerangka Pemikiran ... 33
2.5 Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 38
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 39
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.4 Metode Analisis Data ... 41
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 49
3.5.1 Defenisi ... 36
3.5.2 Batasan Operasional ... 37
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 52
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan
Pupuk Tanaman Sayuan ... 66 5.2Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk pada
Usahatani Sayuran ... 82 5.3Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori LDR ... 94
5.4 Perbandingan Penggunaan Pupuk yang Seharusnya Berdasarkan Teori
Efisiensi dengan Penggunaan Pupuk oleh Petani ... 102
5.5 Penentuan Penggunaan Dosis Pupuk Untuk Tanaman Sayuran Oleh
Petani Sayuran di Daerah Penelitian ... 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 111
6.2Saran ... 112
DAFTAR TABEL
No. JUDUL HALAMAN
1. Data Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di
Indonesia
1
2. Produksi Sayur-Sayuran di Sumatera Utara, Tahun 2012 2
3. Data Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di
Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
3
4. Data Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan
Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
4
5. Data Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di
Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
4
6. Luas, Panen,Produksi Sayur-Sayuran di Kec.Tigapanah
Kab.Karo Tahun 2012
38
7. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usahatani Sayuran 42
8. Luas Wilayah Desa Aji Jahe Menurut Penggunaannya 53
9. Penduduk Desa Ajijahe Berdasarkan Mata Pencarian 53
10. Luas Wilayah Desa Aji Julu Menurut Penggunaannya 54
11. Penduduk Desa Aji julu Berdasarkan Mata Pencarian 55
12. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
56
13. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat Usia 57
14. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Mata Pencaharian 57
15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 67
16. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada
Kubis
69
17. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada
Kubis
69
18. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada
Tanaman Kubis
70
20. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada
Kubis Bunga
73
21. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada
Kubis Bunga
74
22. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada
Tanaman Kubis Bunga
76
23. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel 78
24. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada
Wortel
78
25. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada
Wortel
79
26. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk pada
Wortel
81
27. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis dan
Pengalaman Bertani Kubis
83
28. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis
Bunga dan Pengalaman Bertani Kubis Bunga
87
29. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Wortel dan
Pengalaman Bertani Wortel
91
30. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis 95
31. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga 97
32. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Wortel 100
33. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 103
34. Hasil Analisis Statistik Kubis 104
35. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis Bunga 105
36. Hasil Statistik Kubis Bunga 106
37
38
39.
Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel
Hasil Analisis Statistik Wortel
Data Primer Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan
Dosis Penggunaan Pupuk untuk Sayuran
107
107
DAFTAR GAMBAR
No. JUDUL HALAMAN
1. Tahap-Tahap Produksi 21
2. The Law Of Diminishing Return 24
3. Daerah diterima dan ditolak H0 30
4. Skema Kerangka Pemikiran 36
5. Grafik Penduduk Desa Aji Jahe Menurut Mata Pencarian 54
6. Grafik Penduduk Desa Julu Jahe Menurut Mata Pencarian 55
7. Grafik Penduduk Desa Aji Buhara menurut mata
pencaharian
Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Jenis
Kelamin
Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut
Jenis Kelamin
Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Jenis
Kelamin
Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Umur
Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut
Umur
Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Umur
Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut
Pendidikan Terakhir
Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut
Pendidikan Terakhir
Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut
Pendidikan Terakhir
17. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis 96
18. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis Bunga 99
19
20.
Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Wortel
Grafik Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan Dosis
Penggunaan Pupuk untuk Sayuran
101
DAFTAR LAMPIRAN
No. JUDUL
1. Karakteristik Petani Kubis Bunga Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015
2. Karakteristik Petani Kubis Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015
3. Karakteristik Petani Wortel Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015
4. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga dengan Menggunakan Frontier
5. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis dengan Menggunakan Frontier
6. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Wortel dengan Menggunakan Frontier
7. Hasil Analisis Statistik Kubis Bunga 8. Hasil Analisis Statistik Kubis
9. Hasil Analisis Statistik Wortel
10. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis Bunga 11. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis 12. Hasil Analisis One Sample T-Test Wortel
13. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga 14. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Wortel 15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Salah satu sumber pemenuhan pangan dan peningkatan gizi manusia
berasal dari sayuran. Sayuran berperan penting karena mengandung berbagai
sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh
manusia. Namun, masih banyak dari penduduk Indonesia tidak menyadari akan
pentingnya mengkonsumsi sayuran, hal ini diketahui dari tingkat konsumsi
masyarakat akan sayuran yang masih rendah. Menurut FAO (Food and
Agriculture Organization), yang mengeluarkan standar konsumsi sayuran
menyatakan bahwa standar konsumsi ideal sayuran adalah sebesar 65,75
kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi sayuran masyarakat Indonesia menurut
Ditjen Hortikultura, Deptan, tahun 2007 yaitu sebesar 36,63 kg/kapita/tahun,
tentu saja angka tersebut masih jauh lebih rendah dari standar FAO.
Konsumsi sayuran tentu berkaitan erat dengan produksi sayuran. Produksi
sayuran Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan seperti pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1 Produksi Sayuran Semusim di Indonesia, 2009- 2012 Tahun Kol
Bunga
Kentang Kubis Cabai Petsai/ Sawi
Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh informasi bahwa produksi sayuran
Indonesia mulai tahun 2009-2012 untuk beberapa komoditi mengalami
peningkatan produksi yakni, kubis, kol bunga dan sawi. Namun komoditi lain
seperti, wortel, kentang dan cabai terkadang mengalami peningkatan namun
terkadang mengalami penurunan produksi juga atau dengan kata lain produksinya
berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo masih menjadi kabupaten
terbesar dalam hal potensi produksi sayur-sayuran. Keadaan alam dan iklim yang
mendukung serta tersedianya tenaga kerja bidang pertanian di Kabupaten Karo
menjadi salah satu faktor penting menjadikan Kabupaten Karo sebagai sentra
produksi sayuran terbesar di Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
Tabel 1.2 yang menjelaskan produksi sayuran di beberapa kabupaten penghasil
sayuran di Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 1.2 Produksi Sayuran Per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012
Sumber: BPS 2012 diolah
Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa total produksi sayuran Sumatera
Utara yakni 1.026.433 ton dan Kabupaten Karo menjadi daerah penghasil sayuran
terbesar di Sumatera Utara dengan total produksi 354.060 ton.
No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton)
1. Simalungun 222.858
2. Dairi 29.517
3. Karo 354.060
4. Langkat 23.585
5. Samosir 22.065
6. 27 Kabupaten/kota lainnya 374.348
Berbagai tanaman hortikultura banyak dibudidayakan di Kabupaten Karo.
Hal ini dikarenakan, Kabupaten Karo tidak hanya memproduksi tanaman
hortikultura untuk kebutuhan di daerah itu saja, namun produksi hortikultura
Kabupaten Karo juga dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor, seperti
ke Singapura dan Malaysia. Kubis, kubis bunga dan wortel merupakan jenis-jenis
komoditi sayuran dengan tujuan ekspor yang dibudidayakan di Kabupaten Karo.
Berikut ini realisasi ekspor 3 komoditi tahun 2008- 2012 pada masing- masing
eksportir :
Tabel 1.3 Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
No. Nama Perusahaan Kol / Kubis(Kg)
2008 2009 2010 2011 2012
1 UD. Rohaya Tani 10.300.966 9.785.918 10.177.354 10.686.222 11.236.533 2 UD. Jaya Tani 15.451.449 14.678.876 15.266.032 16.029.333 16.854.800 3 UD. Cahaya Baru 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400
4 Pagoda 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400
5 PT. Selek Tani - - - - -
6 PT. Horti Jaya Lestari 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267 7 PT. Tani Deli Nusa 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267 Total Ekspor Kab.Karo 51.504.829 48.929.588 50.886.772 53.431.111 56.182.667
Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah
Pada Tabel 1.3 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis
Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun terakhir,
volume ekspor Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar
Tabel 1.4 Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
No. Nama Perusahaan Kubis Bunga (Kg)
2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah
Pada Tabel 1.4 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis
bunga Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun
terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar 17.752
Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 15.334 Kg.
Tabel 1.5 Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
No. Nama Perusahaan Wortel (Kg)
2008 2009 2010 2011 2012
Total Ekspor Kab.Karo 1.430.219 1.358.707 1.399.469 1.469.442 1.528.220 Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah
Pada Tabel 1.5 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor
wortel Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun
terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar
1.528.220 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 1.358.707 Kg.
Faktor penting dalam budidaya sayuran adalah identifikasi ketersediaan
kurang baik akan mempengaruhi dan membatasi ketersediaannya sehingga
produksi tanaman akan menurun.
Unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan
Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka
akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K
dengan penggunaan pupuk anorganik yang optimal melalui rekomendasi
pemupukan sesuai dosis berimbang (Izhar,2010).
Pola penggunaan pupuk di kalangan petani sayuran juga menjadi sebuah
masalah. Berdasarkan pernyataan beberapa petani sayuran di Kecamatan
Tigapanah yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo
mengatakan bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut
masih belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani
sayuran di sana menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan berdasarkan
tingkat produksi panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi,
apabila produksi panen sebelumnya dinilai cukup memuaskan, maka petani
sayuran di daerah tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim
tanam berikutnya.
Di sisi lain, petani sayuran juga menyatakan ada berbagai faktor lain yang
mempengaruhi mereka menggunakan dosis pupuk. Harga pupuk yang murah juga
menjadi faktor penting petani sayuran menambah dosis penggunaan pupuknya
meskipun itu sudah melewati aturan. Pada hakekatnya, hal yang mendasari petani
sayuran memupuk lebih banyak yakni karena sebagian besar petani beranggapan
yang akan meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan permintaan
jumlah komoditi sayuran baik di pasar lokal maupun untuk pasar ekspor,
menjadikan petani sayuran berpikir bagaimana meningkatkan produksi sayuran
mereka dan salah satu alternatifnya yakni menambah jumlah pupuk yang
digunakan dengan harapan peningkatan jumlah produksi sayuran.
Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara
tidak langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka
panjang, hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal
ini tentu akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran
kubis bunga dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak
100 kg/ha, ZA 250 kg/ha. TSP atau SP-36 250 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Untuk
tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 g + ZA 9 g, TSP (SP-36) 9 g, dan KCl 7
g. Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan
harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima Tani Balitsa, 2007).
Apabila situasi di mana petani terus-menerus menambah jumlah pupuk
sehingga pemakaian menjadi berlebih maka akan menyebabkan dampak negatif
bagi beberapa aspek penting, seperti mencemarkan ekologi lingkungan, aspek
kesehatan konsumen serta terjadi penurunan pendapatan petani akibat penggunaan
pupuk yang berlebihan.
Penggunaan pupuk berlebihan mencemarkan ekologi lingkungan seperti
rusaknya tanah apabila dipakai pupuk terus-menerus. Di mana apabila tanah diberi
pupuk terus-menerus dan dalam dosis besar seperti penggunaan urea, maka dalam
jangka panjang akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan cenderung
karena salah satu faktor pentingnya yakni kesuburan tanah. Di sisi lain, pupuk
juga bisa mencemari daerah perairan dikarenakan pupuk yang sulit terurai dalam
waktu singkat terbawa oleh air hujan ke sungai-sungai dan bermuara ke laut. Hal
ini berdampak pada semakin cepat dan tidak terkendalinya jumlah populasi
tanaman di perairan, seperti enceng gondok. Di mana semakin banyaknya enceng
gondok yang menutupi permukaan perairan sehingga sinar matahari dan oksigen
susah menembus permukaan perairan yang berdampak pada matinya biota ada di
dalamnya seperti, ikan.
Dari aspek kesehatan, penggunaan pupuk yang berlebihan pada makanan
seperti sayuran dan buah-buahan juga berdampak buruk bagi kesehatan konsumen
hal ini dikarenakan akan mengakibatkan penyakit seperti kanker, tumor, dan
penyakit kronis lainnya apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Residu kimia
yang ada di dalam makanan tersebutlah yang menjadi faktor utama penyebab
penyakit sehingga perlu ada penggunaan pupuk dan pestisida secara tepat untuk
meminimalisir dampak buruknya bagi kesehatan.
Penggunaan pupuk yang berlebihan sebenarnya juga berpengaruh terhadap
pendapatan petani. Hal ini dikarenakan, semakin besarnya biaya yang dikeluarkan
petani untuk menambah dosis pupuk ternyata tidak selalu memberikan
peningkatan jumlah penerimaan kepada petani. Hal ini menjadi tidak efisien di
dalam usahatani sayuran dimana seharusnya dengan penggunaan modal
sekecil-kecilnya bisa memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena
banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan dosis pupuk yang
tidak sesuai dan bahkan penggunaan yang cenderung berlebihan oleh petani
pupuk oleh petani sayuran dan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari hasil uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi
penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo?
2. Apakah harga sayuran ,harga pupuk dan pengalaman petani merupakan
faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?
3. Bagaimana penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo yang berdasarkan teori The Law of
Diminishing Returns (LDR)?
4. Bagaimana perbedaan penggunaan pupuk yang optimal berdasarkan teori
The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh
petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?
5. Bagaimana cara penentuan penggunaan dosis pupuk untuk tanaman
sayuran oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?
1.3 Tujuan Penelitian
Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi
ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk
(harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran
di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
3. Untuk menganalisis penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo berdasarkan teori The Law of
Diminishing Returns (LDR).
4. Untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk optimal berdasarkan
teori The Law Of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk
oleh petani Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
5. Untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumber informasi kepada petani sayuran di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo agar memperhatikan penggunaan pupuk secara efisien.
2. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah di dalam
merumuskan kebijakan terhadap subsektor hortikultura di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Botani Wortel (Daucus carota L.)
Wortel (Daucus carota L.) merupakan salah satu tanaman yang termasuk
dalam kelas umbi-umbian yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini dapat
tumbuh dengan sempurna baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan.Wortel mengandung nutrisi vitamin A yang lebih tinggi yang berguna untuk
pemeliharaan mata dan selaput mata. Wortel bukan tanaman asli Indonesia,
berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia
Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang
lalu. Budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah,
menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian
dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya (Rukmana, 1995).
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-Divisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.
Rukmana (1995) mengelompokkan jenis wortel berdasarkan umbinya ke dalam
tiga golongan, yaitu :
1. Tipe imperatur, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang
dengan ujung runcing, mirip bentuk kerucut.
2. Tipe chantenay, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang
dengan ujung tumpul dan tidak berakar serabut.
3. Tipe nantes, golongan wortel yang mempunyai bentuk umbi tipe
peralihan antara bentuk imperator dan tipe chantenay.
2.1.2 Botani Kubis
Kubis (Brassica oleracea var cipitata) adalah kubis yang dalam
pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk
kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak
mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur
tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang
lebih 25% vitamin C, lebih dari 30% vitamin A, 4 - 5% vitamin B, 5 - 6% kapur
dan besi dari kebutuhan tubuh manusia.
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kubis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili
Genus
Spesies : Brassica oleracea var. capitata L
Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2
cm, berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan
serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun
yang di atasnya. Daun membentuk roset. Apabila titik tumbuhnya mati dimakan
ulat atau patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang
tidak bisa bercabang.
Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun- daun
bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm.
Daun- daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun-
daun muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin
banyak sehingga seakan- akan membentuk telur atau kepala.
Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah
sub-tropis termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan
awalnya secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya
masuk ke masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan
seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara
15-200C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60 - 90%. kalau
temperatur melebihi 25%, pertumbuhan akan terhambat (Pracaya, 2001).
2.1.3 Botani Kubis Bunga/ Kol Bunga
Kubis bunga (Brassica oleraceea L.) merupakan jenis tanaman sayuran
yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang berasal
dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania,
masuk ke Indonesia pada abad ke XIX. Di Indonesia masyarakat mengenal
sayuran kubis bunga sebagai bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing
disebut cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa
bunganya (curd). Masa kubis bunga umumnya berwarna putih bersih atau putih
kekuning-kuningan (Rukmana, 1995 dan Cahyono, 2002).
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kol bunga dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Oleracea var. Botrytis L.
Kubis bunga mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena
mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga
permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga
dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang
air besar. Menurut Rukmana (1995), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g
(22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1
(0,1 mg), vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g).
Kubis bunga terdiri dari beberapa varietas, yang dapat dilihat
perbedaannya pada bentuk daun dan ukuran krop. Menurut Pracaya (2001) bahwa
secara umum kubis bunga dibedakan atas 3 jenis yaitu: (a) jenis pendek,
mempunyai ciri ukuran daun sedang, daun sebelah luar melengkung ke arah luar
dan daun sebelah dalam melengkung ke arah dalam sehingga ujungnya menutupi
krop, (b) jenis besar, mempunyai ciri ukuran kepalanya lebih besar daripada jenis
pendek. Jenis besar ini juga mempunyai daun lebih tegak dan lebih panjang,
kepala bunga lebih bulat lebih tebal dan berat, (c) jenis kepala ungu, jenis ini akan
berubah warnanya menjadi hijau pucat pada saat masa panen, kepala bunga tidak
tertutupi daun. Jenis kepala ungu ini biasanya tidak dibudidayakan secara
besar-besaran, namun hanya ditanam di sekitar rumah.
2.1.4 Tinjauan Pupuk
Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman
seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila
jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu
filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency
level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun
rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally
terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi
filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.
Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk
anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan
mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering
digunakan petani sayuran antara lain seperti :
a. ZA (Zwavelzure ammoniak)
- ZA mengandung + 21 % zat lemas
- Mudah hancur dalam air
- Agak mudah hanyut
- Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan
- Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan.
- Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam
b. Ureum atau Urea
- Mengandung zat lemas 45%-46%
- Mudah hancur dalam air
- Agak mudah hanyut
- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman
- Mudah menarik air dari dalam udara
- Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah
- Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.
c. Sendawa Chili (Chilisalpeter)
- Mudah hancur dalam air
- Mudah hanyut akibat air hujan
- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman
- Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah
menjadi padat.
- Baik untuk tanaman sayuran.
d. DS (Dubbel Super- Posphat)
- Mengandung 34%- 38% asam phosphor.
- Agak mudah hanyut dalam air
- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan
- Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran
e. Phosphat Cirebon
- Mengandung asam phosphor 25%-28%
- Tidak mudah hancur dalam air
- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di
dalam tanah (AAK, 1992).
Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan
anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar
dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk
mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air
dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang
berlebihan saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk
yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan
Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku
(POB) atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara
spesifik lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan
pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut.
Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang
dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan
hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman
khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia,
sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan
rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Fungsi Produksi
Menurut Kalangi (2011), produksi adalah proses penggabungan atau
pengkombinasian faktor produksi (input) yang mengubahnya menjadi barang atau
jasa (output = product). Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan
kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau
fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk
matematis menjadi,
Q = f(L, K, T, W)
di mana : Q = Jumlah barang dan jasa (output) L = Tenaga Kerja
K = Modal T = Tanah
Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau
empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu variabel
bebas maka persamaan fungsi produksi menjadi,
Q = f( L)
di mana : Q = jumlah barang dan jasa (output) L = Tenaga kerja
2.2.2 Fungsi Produksi Cobb- Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu
disebut variabel dependen (yang menjelaskan/ Y) dan yang lain disebut variabel
independen (yang menjelaskan/X) (Soekartawi, 1993).
Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu
ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran
data yang diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data
tersebut menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila
sebaran data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier.
Sebaliknya apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan
fungsi produksi non - linier (Soekartawi,1990).
Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi non linier
standar, indah dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan fungsi Cobb-
Douglas mampu menjelaskan dengan baik bagaimana penerapan dari hukum The
rumus fungsi produksi Cobb-Douglas (Q) dengan menggunakan dua input (K dan
L) adalah sebagai berikut :
Q = KαLẞ0<α, ẞ<1
0<α, ẞ< 1 menunjukkan produk marjinal untuk setiap input adalah
menurun dengan kenaikan pemakaian jumlah input. Hal ini sesuai dengan hukum
The Law of Diminishing Returns, dimana pada hakikatnya apabila jumlah input
ditambah maka akan meningkatkan jumlah output yang diperoleh. Namun akan
ada suatu saat di mana meskipun jumlah input terus ditambah namun, tidak
menambah jumlah output yang dihasilkan atau bahkan mengakibatkan penurunan
jumlah output sebagai akibat dari penambahan jumlah input yang telah melebihi.
Hal ini lah yang perlu disikapi di dalam hukum kenaikan hasil yang semakin
menurun. Misalnya, penambahan jumlah pupuk pada tanaman dalam dosis yang
tetap akan meningkatkan jumlah produksi tanaman. Namun apabila dosis terus
ditambah sampai overdosis maka, hal ini akan mengakibatkan produksi tanaman
akan menurun atau bahkan menyebabkan kematian bagi tanaman. Berikut ini
Gambar 2.1 Tahap-tahap Produksi
Dimana persamaan Q = KαLẞ ini memiliki sifat yang berlaku di dalam
penerapan tahapan fungsi produksi. Tahapan-tahapan itu antara lain sebagai
berikut :
a. Constant return to scale, jika (a+b) = 1. Artinya, jika input K dan L
ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga
bertambah dua kali.
b. Increasingreturns to scale, jika (a+b) > 1. Artinya, jika K dan L ditambah
masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya bertambah menjadi
lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini, output bertambah lebih dari proporsi
c. Decreasing returns to scale, jika (a+b) < 1. Artinya, jika K dan L
ditambah masing-masing menjadi dua kali, maka outputnya bertambah
menjadi kurang dari dua kalinya. Output bertambah kurang dari proporsi
pertambahan input (Sunaryo, 2001).
2.2.3 Teori The Law Of Diminishing Returns
Dalam proses produksi dikenal hukum kenaikan hasil berkurang (Law Of
Diminishing Returns) disingkat LDR. LDR berlaku dan populer dipakai di sektor
pertanian dan di luar pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut : “ Bila satu faktor
produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris paribus, maka mula-mula
terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil
nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.Ceteris paribus artinya hal-hal lain
bersifat tetap, faktor produksi lain tetap jumlahnya, hanya satu variabel tertentu
yang berubah jumlahnya. Selain jumlah atau kuantitas maka kualitas faktor
produksi itu juga sama.
Dalam teori Law Of Diminishing Returns terdapat istilah-istilah produksi
sebagai berikut :
1. TP (Total product) atau produksi total yaitu jumlah produksi pada level
pemberian input tertentu. Input adalah faktor produksi atau bagian faktor
produksi, misalnya input pupuk adalah bagian dari produksi modal, luas
lahan adalah bagian dari faktor produksi alam.
2. AP (Average product) hasil rata-rata atau produksi rata-rata yaitu jumlah
(Labour) disingkat APL (Average Product of Labour), kalau AP modal
capital disingkat dengan APC (Average Product of Capital).
3. MP (Marginal product) atau produk marginal yaitu kenaikan hasil yang
disebabkan oleh kenaikan atau pertambahan satu unit input. MP Labour
disingkat MPL (Marginal Product of Labour) dan MP capital disingkat
MPC (Marginal Product of Capital), dan sebagainya.
Daerah-daerah produksi pada kurva Law of Diminishing Returns dibagi
menjadi tiga menurut gerak dari kurva marginal produk, yaitu :
1. Daerah increasing returns, yaitu dari X= 0, ke MP maksimum.
2. Daerah diminishing returns, yaitu dari titik A sampai ke titik C
Gambar 2.2 The Law Of Diminishing Returns
Pada titik inflection point besarnya Ep = 1, karena AP=MP, pada titik
maksimum point Ep = 0 karena MP adalah nol. Daerah- daerah produksi menurut
Ep ini adalah :
1. Daerah inefisien I, yaitu dari titik X=0 sampai ke Marginal Product
(MP) mencapai maksimum, atau Ep> 1
2. Daerah efisien, dari MP maksimum samapai MP=0 atau 0< Ep <
3. Daerah inefisien II, yaitu dari titik MP mulai negatif sampai seterusnya
atau 0 > Ep samapai ke kanan seterusnya ( Pindyck, 2007).
1.
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya
untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan
terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal
(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Efisensi yang
diemikian disebut efisiensi harga atau allocative efficiency. Ada beberapa istilah
mengenai efisiensi antara lain efisiensi harga, efisiensi teknis dan efisiensi
ekonomis (Soekartawi, 1990).
2.2.4.1 Efisensi Harga
Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas
marjinal masing – masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (vi) atau ki = 1.
kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat
ditulis sebagai berikut:
bYPy = Px ...(2.1)
X
Atau
bYPy = 1 ...(2.2)
X
dimana:
Px = harga faktor produksi X
B = elastisitas produksi
Y = produksi
Py = harga produksi
Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang
berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input
disebut X dan jumlah output X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan
disebut B, sehingga dapat dituliskan :
B = (Y. Py) – (X. PX)
Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol,
dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.
dB = Py . dY dX dX
- PX
Py . MP = PX
VMP = PX
VMP(NPMXi) PX
= 1
VMP = Value Marginal Product
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering
terjadi adalah sebagai berikut:
a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk
mencapai efisien input X perlu dikurangi.
b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk
mencapai efisien input X perlu ditambah (Soekartawi, 1990).
2.2.4.2 Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah
pemakaian input tertentu mempunyai Average Product (AP) dalam keadaan
maksimum dari segi teknis adalah tingkat produksi optimum, tetapi belum tentu
optimum dari segi ekonomis (Soekartawi, 1990).
2.2.4.3 Efisiensi Ekonomis
Suatu proses produksi sebagai usaha komersial bertujuan untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan maksimum. Bila ini menjadi tujuan
maka efisiensi teknis belum cukup karena pada kondisi itu belum tentu
memberikan keuntungan maksimum.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah efisiensi secara ekonomi.
Menurut Hanafie (2010), efisiensi ekonomi dikatakan tercapai apabila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi dapat ditekan,
tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Efisiensi ekonomi
adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/ alokatif dari
seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu
efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif (Soekartawi, 1990).
Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
sehingga dapat dituliskan menjadi :
EE = ET . EH ...(2.3)
di mana :
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien
2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien
(Soekartawi, 1990).
2.2.5 Fungsi Statistik
Bentuk fungsi Cobb-douglas yang bersifat non-linier dapat diubah menjadi
bentuk linier dimana bentuk hubungan antara Y dan X sudah ditransformasikan
menjadi bentuk sebagai berikut :
LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e
Di mana :
Y = dosis pupuk
b0 = intercept
X1 = harga pupuk
X2 = harga sayuran
X3 = pengalaman petani
e = standart error
Untuk menganalisis pengaruh faktor independen terhadap faktor dependen
dilakukan analisis dengan menggunakan cara regresi linier berganda. Dengan
menggunakan regresi, maka diperoleh besaran besarnya nilai t-hitung F-hitung
dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara
statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel independen (Xn)
yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
dependen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:
1. Uji Determinan (R2)
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana
besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap
2. Uji T-hitung
Hipotesis
Ho: βo = 0
H1: βo≠ 0
Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t
t-hitung =bi���−Bi
t-tabel = tα/2(n-p)
keterangan:
bi = koefisien regresi ke-i
Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i
Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan
N = Banyaknya pasangan data
P = jumlah parameter regresi
Kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0
- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
Gambar 2.3 Daerah diterima dan ditolak H0
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau
faktor-faktor pengaruh penggunaan pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan
pupuk (Y), sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (Xi) tidak berpengaruh nyata
terhadap dosis pupuk (Y).
3. Uji F-hitung
Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:
Hipotesis :
H0 : β1= β2 =…= β(k-1) = 0
H1 : β1≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:
F−hitung = �
2/(k−1)
(1−R2)/(n−k)
R2 = koefisien determinan
K = jumlah variabel termasuk intersep
n = jumlah pengamatan
kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0
- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <
Apabila nilai Signifikansi
α maka H0 ditolak
<
2.3 Penelitian Terdahulu
α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan
sebaliknya bila H0 diterima maka secara bersama-sama variabel independen tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Berdasarkan skripsi Sri Hery Susilowati dengan judul “Analisis Efisiensi
Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur” Dari hasil analisis data secara umum model
yang digunakan dapat menunjukkan secara baik tingkat efisiensi teknologi usaha
tani tebu di wilayah contoh di Kabupaten Malang dan Lumajang. Nilai indeks
efisiensi teknis dikategorikan belum efisien. Hal ini diduga karena sistem usaha
tani tebu yang dilakukan adalah sistem keprasan (umumnya lebih dari kepras
ketiga) dan bibit yang digunakan adalah bibit lokal. Sistem ini berdampak pada
rendemen yang masih rendah (7,3%). Luas lahan usaha tani memiliki pengaruh
NPK memiliki pengaruh negatif terhadap produksi tebu, yang diduga karena
faktor produksi tersebut digunakan secara berlebihan. Peubah lain yang
berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi adalah pupuk ZA, pupuk
kandang, dan pupuk cair. Peubah tenaga kerja keluarga juga berpengaruh positif
dan nyata sehingga masih mungkin untuk meningkatkan produksi tebu dengan
peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga.
Berdasarkan skripsi Nurul Mubarok dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan Di Sentra Roduksi Kerupuk Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat” dari
hasil analisis disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama ditunjukan
dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7), analisis secara
parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi ditandai t-hitung>t-tabel
yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan produk (X3), sedangkan harga(X4)
tidak berpengaruh (t-hitung<t-tabel).
Berdasarkan skripsi Darwanto dengan judul “Analisis Efisiensi Usahatani
Padi Di Jawa Tengah (Penerapan Analisis Frontier)” Dari hasil analisis data yang
telah berhasil diolah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, usahatani padi di
daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus
dikurangi, apabila dilihat dari efisiensi harga (EH) dan efisiensi ekonomi (EE),
maka usahatani padi tidak efisien dengan nilai efisiensi harga sebesar 0,22 dan
efisiensi ekonomi sebesar 0,16. Dari hasil perhitungan ketiga efisiensi ini dapat
dikatakan bahwa usahatani padi tidak efisien.
Pupuk merupakan variabel independen yang mempengaruhi jumlah
produksi pada budidaya tanaman sayuran. Di mana dengan pemupukan yang tepat
baik dalam ketepatan dosis maupun ketepatan waktu akan berdampak positif
dalam peningkatan hasil panen sayuran.
Seringkali para petani terus-menerus menambah penggunaan input pupuk
dengan harapan peningkatan hasil produksi tersebut. Namun kenyataannya,
ternyata para petani belum mempertimbangkan efisiensi penggunaan pupuk itu
sendiri. Di mana input pupuk terus ditambah belum tentu menghasilkan
peningkatakan produksi dan menjadi berakibat negatif yakni produksi tetap atau
bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien. Pengkajian hubungan
penggunaan faktor produksi pupuk menggunakan model kepangkatan yang
merupakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:
Y= ẞ0 X1ẞ1
Y= jumlah produksi
X1 = pupuk
Efisiensi faktor produksi pupuk pada usahatani sayuran ini diukur dengan
analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi
harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti tercapainya efisiensi
ekonomi. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani
sayuran di dalam penggunaan pupuk. Adapun faktor-faktor lain tersebut, yakni
Harga sayuran diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam
menggunakan pupuk. Di mana, diasumsikan apabila harga sayuran meningkat,
maka dosis pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari,
petani berpendapat apabila pupuk terus ditambah, maka akan meningkatkan
volume produksi sayuran. Dugaan peningkatakan jumlah input akan
meningkatkan jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani
sayuran. Diharapkan peningkatan produksi tersebut dapat menambah pendapatan
petani dikarenakan harga sayuran sedang meningkat.
Harga pupuk juga diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam
menggunakan pupuk. Di mana, diduga apabila harga pupuk meningkat, maka
petani akan berpikir untuk mengurangi dosis pupuk. Harapannya setelah dosis
pupuk dikurangi dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input
pupuk. Dan apabila harga pupuk kembali tetap, maka petani akan menambah
dosis pupuk seperti sebelum harga pupuk mengalami kenaikan.
Penggunaan dosis pupuk oleh petani diduga dipengaruhi oleh pengalaman
petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam sayuran, maka
petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis yang tepat untuk tanaman
sayuran. Pengalaman yang panjang tersebut secara tidak langsung mengajarkan
petani sayuran di dalam penentuan dosis pupuk sehingga kebiasaan untuk
menebak-nebak dosis pupuk dapat diminimalisir.
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan : Menyatakan hasil
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang
telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1. Penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo tidak efisien baik secara teknis, harga maupun ekonomi.
2. Harga sayuran, harga pupuk, dan pengalaman petani merupakan faktor
yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo.
3. Adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk efisien
berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan
penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive), yaitu di
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena Kabupaten Karo
merupakan daerah penghasil sayuran terbesar di Sumatera Utara.
Sayuran yang dipilih merupakan golongan sayuran yang paling banyak
dibudidayakan di Kecamatan Tigapanah yakni : kubis, kubis bunga dan wortel.
Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2012
No. Jenis sayuran Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo adalah penghasil beberapa jenis sayuran yaitu buncis, cabe,
kentang, kubis bunga, kubis, sawi, terong, dan wortel. Dan sayur kubis merupakan
produksi sayur terbesar, kol bunga merupakan produksi kelima dan wortel
merupakan urutan ketujuh.
3.2 Metode Penentuan Jumlah Sampel
Sampel merupakan petani yang membudidayakan sayuran,yakni : kubis,
kubis bunga dan wortel yang berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.
Berdasarkan hasil pra survey diketahui jumlah populasi petani sayuran di
Kecamatan Tigapanah berjumlah 25 petani kubis, 75 petani kol bunga dan 20
petani wortel. Untuk menetukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka
metode penentuan besar sampel menggunakan Rumus Slovin ( Supranto, 2000), di
mana jumlah populasi telah diketahui dengan pasti, sehingga :
�= N 1+Ne2
di mana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, yaitu 10%
n = ...?
N = 25 (petani sayur kubis)
e = 10%
n = N 1+Ne2
n = 25
1+25.10%2
n = 20 sampel petani sayuran kubis
Pengambilan sampel 20 dari 25 populasi dilakukan dengan metode
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).
N = 75 (petani sayur kubis bunga)
e = 10%
n = N 1+Ne2
n = 75
1+75.10%2
n = 42,85
n = 43 sampel petani sayuran kol bunga (kubis bunga)
Pengambilan sampel 43 dari 75 populasi dilakukan dengan metode
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).
N = 20 (petani sayur wortel)
e = 10%
n = N 1+Ne2
n = 20
1+20.10%2
n = 16,66
n = 17 sampel petani sayuran wortel
Pengambilan sampel 18 dari 20 populasi dilakukan dengan metode
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden
dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber-sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan
Pusat Statistik Kabupaten Karo dan dari dinas terkait lainnya yang dapat
mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Model Fungsi Produksi Frontier
Untuk lebih menyederhanakan analisis data yang terkumpul, maka
digunakan suatu model. Model ini digunakan untuk menghubungkan antara input
dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan
suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh
Coelli, et al sebagai berikut:
Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 (V1-U1)...(4.1)
Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani
sayuran seperti Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2 Definisi variabel Fungsi Produksi Usaha Tani Sayuran
Variabel Kode Variabel Skala pengukuran
Dependen Ln Y Output Kg
Independen LnX1 b0
Pupuk Intersep
Kg
(Coelli, T.J, 1992)
3.4.2 Efisiensi Teknis
Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan
Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini
Karakter uji efisiensi teknis berdasarkan alat uji Frontier adalah, semakin
mendekati 1 maka data dianggap semakin efisien secara teknis.
3.4.3 Efisiensi Harga
Menurut Soekartawi (1990) apabila fungsi produksi yang digunakan
adalah fungsi Cobb-Douglas, maka:
Y = AXb………..…. (4.2)
Atau Ln Y = Ln A + bLnX
Maka kondisi produksi marginal adalah:
∂Y / ∂X = b (Koefisien parameter elastisitas)
Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien
regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian,
maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai
berikut:
NPM = bYPy/X……….…... (4.3)
dimana:
b = elastisitas produksi (sayuran)
Y = produksi (sayuran)
Py = harga produksi (harga sayuran)
X = jumlah faktor produksi X (Pupuk)
Px = harga faktor produksi X (harga Pupuk)
Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang
berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input
disebut X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B, sehingga
B = (Y. Py) – (X. PX)
Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol,
dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.
dB = Py . dY dX dX
- PX
Py . MP = PX
VMP = PX
VMP (NPMXi) PX
= 1
VMP = Value Marginal Product
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering
terjadi adalah sebagai berikut:
a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk
mencapai efisien input X perlu ditambah.
b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk
mencapai efisien input X perlu dikurangi (Soekartawi, 1990).
3.4.4 Efisiensi Ekonomis
Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi
harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis
dengan efisiensi harga/ alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai
apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif
(Soekartawi, 1990).
Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
EE = ET . EH...(4.5)
Dimana:
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien
2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien
3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien
(Soekartawi, 1990).
3.4.5 Analisis Pengaruh Harga Pupuk, Harga Sayuran dan Pengalaman Petani Terhadap Dosis Pupuk
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan
kualitatif, analisis Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi berganda untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor (harga pupuk, harga sayuran, dan pengalaman
petani) terhadap dosis penggunaan pupuk. Pengolahan data digunakan dengan
menggunakan alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan spss
17, maka dilakukan interpretasi hasil.
Analisis fungsi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X yang
sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut:
LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e
Keterangan :
Y = dosis pupuk
X1 = harga pupuk
X2 = harga sayuran
X3 = pengalaman petani
e = kesalahan pendugaan
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat
dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh
dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien
determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah
koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara
terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).
pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:
1. Uji Determinan (R2)
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana
besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2. Uji T-hitung
Hipotesis
Ho: βo = 0
H1: βo≠ 0
Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t
t-hitung =bi���−Bi
keterangan:
bi = koefisien regresi ke-i
Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i
Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan
n = banyaknya pasangan data
p = jumlah parameter regresi
Kriteria uji :
2. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0
- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <
Jika signifikansi < α maka parameter yang diuji atau faktor-faktor
pengaruh harga pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk (Y),
sebaliknya jika signifikansi > α, maka faktor-faktor pengaruh harga pupuk (Xi)
tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pupuk(Y).
α maka H0 ditolak
3. Uji F-hitung
Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap veriabel tidak bebas.
Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:
Hipotesis :
H0 : β1= β2 =…= β(k-1) = 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:
F−hitung = �
2/(k−1)
(1−R2)/(n−k)
Keterangan:
R2 = koefisien determinan
K = jumlah variabel termasuk intersep
n = jumlah pengamatan
Kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F- hitung dan F- tabel
- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0
- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <
Apabila Signifikansi
α maka H0 ditolak
<
3.4.6 Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori The Law of
Diminishing Returns (LDR)
α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama
variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan sebaliknya bila H0
diterima maka secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat.
Berdasarkan kurva The Law of Diminishing Returns (LDR) dapat kita
ketahui apakah penggunaan pupuk oleh petani sudah optimal atau tidak optimal.
Optimal dapat diketahui apabila Average Product (AP) berada di titik maksimum