• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain palka kapal pengangkut ikan ditinjau dari aspek teknis, mitigasi risiko dan ketahanan hidup ikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain palka kapal pengangkut ikan ditinjau dari aspek teknis, mitigasi risiko dan ketahanan hidup ikan"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN PALKA KAPAL PENGANGKUT IKAN

DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, MITIGASI RISIKO

DAN KETAHANAN HIDUP IKAN

YOPI NOVITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASINYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Desain Palka Kapal Pengangkut Ikan Ditinjau dari Aspek Teknis, Mitigasi Risiko dan Ketahanan Hidup Ikan adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, 2 Februari 2011

(3)

ABSTRACT

YOPI NOVITA. Fish Hold Design of Live Fish Carrier Based on Technique, Risk Mitigation and Fish Survival Aspects. Supervised by BUDHI HASCARYO ISKANDAR, BAMBANG MURDIYANTO, BUDY WIRYAWAN and HARIYANTO.

The continuity of humpback grouper (Cromileptes altivelis) culture activity is influenced by availability of juvenile in lot of number in the right time, right size, and right quality. A certain method and transportation moda is needed due to a long distance between location of hatchery and rearing (growing) location in order to maintain high survival ratio. Nowadays, closed system method is applied for transporting juvenile of hunchback grouper with total length of less than 8 cm. In this method, the juveniles are put into the plastic bag with sea water and oxygen of certain composition before transported by land, sea or air transportation moda. By using this method some limitations appear such as, amount of fish juveniles and time needed for transportation. The objectives of this research are: 1) to determine the risk level of life fish carrier with ‘opened system’ to mortality ratio of fish juvenile with total length (TL) 5 – 7 cm and its risk source, 2) to determine the risk mitigation steps that can reduce level of fish juveniles mortality and 3) to determine the design of life fish carrier that can transport fish juveniles, especially the design related to existence of fish juveniles in the fish hold during transportation.

Literatures review, laboratory experiments simulations, and numerical analysis methods have been applied in this research. An asessment to open system life fish carrier transporting juvenile with 5 – 7 cm TL was carried out. In general, this kind of carrier was used to transport juvenile of minimum 16 cm TL.

Transporting juvenile with 5 – 7 cm TL by using open system carrier indicates high risk. A risk mitigation attempt was done by designing a fish hold equipped with resirculation water system and optimizing the amount of juveniles that could be transported in the fish hold. The result of this mitigation process showed that fish hold with keel damper constructed at the inner wall was able to reduce free surface effect during ship rolling and to maintain the ship stability toward free surface effect occured during rolling. Besides, keel damper gives positive effect in increasing oxygen concentration in the fish hold during rolling event.

Another result showed that the use of combination between recirculation and aeration shows a good perfomance to maintain sea water quality in the fish hold. A certain amount of juveniles that were put in the fish hold model for simulation of the designed system resulted in the stability of seawater quality in the fish hold during the experiment and 100% survival ratio of juvenile at the end of 48 hours experiment. Based on the above result, recomended transportation moda for fish juvenile with 5 – 7 cm TL in large amount with long sailing time and high survival ratio is closed system of life fish carrier equipped with keel damper and combination system of resirculation and aeration in the fish hold with fish juvenile density depend on the oxygen consumption rate for each individual fish juvenile.

(4)

RINGKASAN

YOPI NOVITA. Desain Palka Kapal Pengangkut Ikan Ditinjau dari Aspek Teknis, Mitigasi Risiko dan Ketahanan Hidup Ikan. Dibimbing oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR, BAMBANG MURDIYANTO, BUDY WIRYAWAN dan HARIYANTO.

Keberlanjutan kegiatan budidaya ikan kerapu bebek sangatlah dipengaruhi oleh ketersediaan benihnya dalam jumlah yang banyak, ukuran yang tepat, mutu yang baik serta ketersediaannya dalam waktu yang tepat. Hal ini disebabkan karena lokasi budidaya pembesaran dengan lokasi budidaya pembenihan tidak dekat, maka dibutuhkan metode dan sarana transportasi yang mampu mengangkut benih ikan tersebut dengan tingkat survival ratio yang tinggi hingga tiba ke tujuan. Kondisi saat ini, untuk transportasi benih ikan kerapu bebek berukuran total length (TL) kurang dari 8 cm, umumnya menggunakan cara tertutup (closed hull) yaitu dengan cara menempatkan benih ikan ke dalam kantong plastik yang telah diisi air laut dan oksigen dengan komposisi tertentu. Selanjutnya kantong-kantong plastik berisi benih ikan tersebut diangkut dengan menggunakan moda angkutan darat, udara maupun laut. Cara ini mengakibatkan transportasi tidak dapat dilakukan untuk waktu yang lama dan jumlah benih ikan yang dapat diangkut oleh moda tersebut terbatas, tergantung kepada kapasitas muat di atas moda angkutan yang ditumpanginya. Oleh karena itu, alternatif penggunaan kapal pengangkut ikan hidup sebagai moda angkutan benih ikan perlu diperhitungkan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menentukan tingkat risiko penggunaan kapal pengangkut ikan hidup ‘Opened system’ terhadap tingkat kematian benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) berukuran panjang total (TL/Total Length) 5 – 7 cm serta sumber risikonya, 2) menentukan dan mengkaji langkah-langkah mitigasi risiko yang dapat menurunkan tingkat risiko kematian benih ikan kerapu bebek, dan 3) menentukan desain kapal pengangkut ikan hidup yang dapat mengangkut ikan kerapu bebek dalam fase benih, khususnya desain yang berkaitan dengan keberadaan benih ikan selama berada di dalam kapal pengangkut ikan hidup.

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu telaah literatur, metode survei, eksperimen dan simulasi. Metode survei dan simulasi dilakukan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB. Metode eksperimen dilakukan di dua tempat yaitu di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Departemen Budidaya Perairan, FPIK IPB. Tahapan penelitian diawali dengan mengkaji tingkat risiko Kapal Pengangkut Ikan Hidup (KPIH) ‘Opened hull’ apabila digunakan untuk mengangkut benih ikan yang berukuran TL 5 – 7 cm. Saat ini KPIH tersebut digunakan untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek berukuran TL minimal 16 cm. Dari hasil analisis risiko, akan ditetapkan langkah mitigasi risiko untuk menurunkan tingkat risiko apabila dari hasil kajian diketahui bahwa KPIH ‘Opened hull’ memiliki risiko yang tinggi. Adapun tahapan kajian selanjutnya, ditentukan setelah langkah mitigasi risiko ditetapkan dari hasil kajian risiko. Barulah pada tahap akhir, dibuat desain KPIH berdasarkan hasil kajian risiko.

(5)

di dalam palka. Dari hasil uji coba menunjukkan bahwa desain palka yang dilengkapi dengan sirip peredam yang dipasang di dinding dalam palka, mampu meredam efek free surface yang terjadi pada saat terjadinya gerakan rolling. Bahkan keberadaan sirip peredam mampu menahan penurunan kualitas stabilitas kapal yang disebabkan karena efek free surface yang terjadi saat terjadinya gerakan rolling. Selain itu, keberadaan sirip peredam turut berperan dalam meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air laut di dalam palka saat terjadinya gerakan rolling.

Penggunaan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut di dalam palka, cukup menunjukkan kinerja yang baik dalam mempertahankan kualitas air laut di dalamnya selama kurang lebih 48 jam. Untuk selanjutnya sistem kombinasi resirkulasi-aerasi tersebut diujicoba dengan memasukkan benih ikan kerapu bebek ke dalam model palka, dengan jumlah benih ikan sesuai dengan densitas benih ikan yang telah ditetapkan. Dari hasil uji coba menunjukkan bahwa kondisi parameter fisik air yang terdiri dari konsentrasi oksigen terlarut dan suhu air, serta parameter kimia air yang terdiri dari nilai pH dan NH3 cenderung menunjukkan kestabilan. Hal ini dibuktikan dengan nilai survival ratio benih ikan di akhir simulasi transportasi (48 jam) yang mencapai 100 %. Oleh karena itu, moda angkutan yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai moda angkutan bagi benih ikan kerapu bebek berukuran TL 5 – 7 cm dalam jumlah banyak, waktu yang cukup lama serta tingkat ketahanan hidup yang tinggi adalah berupa Kapal Pengangkut Ikan Hidup (KPIH) dengan sistem tertutup (closed hull) yang dilengkapi dengan palka bersirip peredam dan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air di dalam palka. Selain itu, densitas benih ikan yang ditempatkan di dalam palka adalah densitas benih ikan berdasarkan kebutuhan konsumsi oksigen tiap individu ikan, yaitu 6 ekor/liter.

(6)

Hak cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut kan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

DESAIN PALKA KAPAL PENGANGKUT IKAN

DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, MITIGASI RISIKO

DAN KETAHANAN HIDUP IKAN

YOPI NOVITA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji Luar Komisi Pembimbing pada Ujian Tertutup: 1. Dr. Ir. Moh. Imron, M.Si.

2. Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc.

Penguji Luar Komisi Pembimbing pada Ujian Terbuka: 1. Dr. Ir. Tri Haryanto, M.M.

(9)

Judul Disertasi : Desain Palka Kapal Pengangkut Ikan Ditinjau dari Aspek Teknis, Mitigasi Risiko dan Ketahanan Hidup Ikan Nama Mahasiswa : Yopi Novita

Nomor Pokok : C461070031

Program Studi : Teknologi Perikanan Tangkap

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Budhi H. Iskandar, M.Si. Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc. Ketua Anggota

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. Dr. Ir. Hariyanto, M.Eng. Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Teknologi Perikanan Tangkap,

Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(10)

PRAKATA

Keterbatasan moda transportasi bagi benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) menjadi titik awal permasalahan yang akan dicari solusinya oleh penulis dalam kajian ilmiah ini, yang berjudul Desain Palka Kapal Pengangkut Ikan Ditinjau dari Aspek Teknis, Mitigasi Risiko dan Ketahanan Hidup Ikan. Penulis berharap, dengan hasil kajian ilmiah ini akan diperoleh suatu moda transportasi yang mampu mengangkut benih ikan kerapu bebek dalam jumlah besar dengan ketahanan hidup yang tinggi. Dalam mewujudkan karya ilmiah ini, Alhamdulillah, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1) Ketua Departemen PSP FPIK IPB Periode 2005/2009: Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. dan Ketua Departemen PSP FPIK IPB Periode 2009/2013: Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. atas ijin melanjutkan studi yang telah diberikan,

2) DIKTI, yang telah memberikan beasiswa BPPS kepada penulis,

3) Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si., Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc., Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. dan Dr. Ir. Hariyanto, M.Eng selaku komisi pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan perhatian selama penyelesaian karya ilmiah ini,

4) Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc., Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si., Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc., Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si., Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc., Dr. Ir. Tri Haryanto, MM. dan Dr. Ir. Yulistyo Mudho, M.Sc. selaku penguji luar komisi dalam ujian tertutup dan terbuka, atas saran yang telah diberikan, 5) Ir. Irzal Effendi, M.Si. yang telah berbaik hati memfasilitasi penulis selama

melakukan penelitian serta membuka wawasan penulis tentang transportasi benih ikan kerapu bebek saat ini,

6) Keluarga tercinta: Bapak H. Rafni Fachruddin, BE (Alm) dan Ibu Hj. Zustiari Thalib, Bapak H. J. Iskandar dan Ibu Sundari Iskandar, Unita, Ade dan Bang Agus, Fadhil dan Rafi, atas cinta, kasih sayang dan doa yang selalu diberikan hingga saat ini kepada penulis,

7) Suami tercinta dan kedua bintang kecilku, Zalfa dan Zahran, atas pengorbanan, cinta dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis,

8) Teman Sejawat di Departemen PSP pada umumnya dan Bagian KTP pada khususnya, atas semangat dan dukungan yang selalu diberikan,

9) Teman seperjuangan TPT/SPT 2007: Rusmilyansari, Albert, Danial, Syahrir, Karnan dan Joyce, atas kebersamaannya selama menyelesaikan studi di Pascasarjana IPB,

10) Tim sukses yang terdiri dari: Da Wazir, Adi, Fis, Bobi, Komar, Dini Kuching, Ibnu, Eko, Ima, Vita, Shinta, Bram, Dama, Noer, Yosep, Dian, Anja, Haryo, Golek dan Ika, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama ini,

(11)

Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak serta memberikan inspirasi bagi para peneliti di bidang perikanan, khususnya di bidang kapal perikanan.

Bogor, 2 April 2011

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 16 September 1971 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan H. Rafni Fachruddin, B.E. (Alm) dan Hj. Zustiari Thalib. Penulis menikah dengan Dr. Ir. H. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si dan telah dikaruniai seorang putri bernama Annisa Zalfa Putri Hascaryo serta seorang putra bernama Nauval Zahran Putra Hascaryo.

Pendidikan formal penulis diawali di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Mekarsari di Jakarta pada tahun 1978-1984. Sepanjang tahun 1984-1987, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 74 di Jakarta. Pada tahun 1987, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 21 di Jakarta dan lulus pada tahun 1990. Selanjutnya pada tahun 1990, melalui jalur Undangan Siswa Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswi Strata 1 di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis menyelesaikan pendidikan di Strata 1 IPB pada tahun 1994. Kemudian pada tahun 1995, penulis melanjutkan pendidikan ke Strata 2 di Program Studi Teknologi Kelautan, Pascasarjana IPB dengan dibiayai oleh beasiswa URGE-DIKTI BATCH III.

Pada tahun 1999, penulis diterima sebagai staf pengajar di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB. Hingga akhirnya pada tahun 2007, dengan dibiayai oleh BPPS DIKTI, penulis melanjutkan studi ke Strata 3 Pascasarjana IPB, Mayor Teknologi Perikanan Tangkap. Selama menyelesaikan studi di Strata 3 Pascasarjana IPB, penulis telah menghasilkan tiga karya ilmiah yang berjudul: 1) Keragaan Free Surface Pada Model Palka Berbentuk Kotak dan Silinder, 2) Konsumsi Oksigen Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Ukuran Panjang 5 – 7 cm dan 3) Pengukuran Konsumsi Oksigen Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dengan Closed Respirometer

(13)

! " #

(14)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan kerapu merupakan salah satu produk perikanan laut yang memiliki nilai jual yang tinggi, terlebih jika dijual dalam keadaan hidup. Ekspor ikan kerapu mulai mengalami peningkatan pada tahun 2000, sebagaimana ditulis oleh Satyono dalam Majalah Trobos (2006). Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu sekitar 2.398 ton atau senilai US $ 7,6 juta, volume ekspor ini lebih besar dibandingkan dengan volume ekspor tahun 2004 yang hanya sekitar 1.552 ton atau senilai US $ 4,4 juta. Lebih lanjut Kompas.com (2009) mennginformasikan bahwa pada tahun 2008, Bali mengirim ikan kerapu hidup sebanyak 22.841 ekor dengan nilai US $ 787.052. Oleh karena itu, untuk memenuhi target ekspor, budidaya kerapu merupakan alternatif yang dapat menjamin ketersediaan stok kerapu di Indonesia, dibandingkan dengan hasil tangkapan dari alam.

Keberlanjutan dan keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu sangat ditentukan oleh ketersediaan benih ikan kerapu itu sendiri secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat harga. Oleh karena itu, membuka akses kepada benih hatchery

merupakan solusi.

Letak panti benih dengan lokasi pembesaran biasanya sangat jauh sehingga dibutuhkan teknik pengiriman yang tepat agar benih dapat hidup sehat sampai tempat tujuan dan pasca transportasi. Saat ini pengiriman benih khususnya benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang memiliki ukuran panjang badan total (Total Length,

TL) kurang dari 8 cm per ekor umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem tertutup. Transportasi sistem tertutup adalah transportasi dengan cara memasukkan benih-benih ikan ke dalam kantong plastik yang telah diisi dengan air laut dan oksigen dengan komposisi tertentu. Selanjutnya kantong-kantong berisi benih ikan tersebut dimasukkan ke dalam kotak stearofoam, dan selanjutnya kotak-kotak tersebut diangkut dengan menggunakan moda angkutan darat, udara dan laut.

(15)

Lamanya waktu transportasi benih ikan dengan sistem tertutup tersebut, biasanya tidak lebih dari 6 jam.

(16)

dapat muncul apabila kualitas air laut di habitat ikan buruk. Sistem sirkulasi yang diterapkan sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut di dalam palka KPIH ‘Opened hull’ mengakibatkan kualitas air laut di dalam palka seringkali berubah sesuai dengan kualitas air laut yang dilalui oleh kapal selama bergerak. Seringnya perubahan kualitas air laut yang masuk ke dalam palka mengakibatkan ikan yang terdapat di dalam palka tersebut harus seringkali melakukan adaptasi terhadap perubahan tersebut. Seringnya ikan melakukan adaptasi akan mengakibatkan ikan mengalami ‘exhausted’. Kondisi inilah yang dijadikan alasan untuk menduga rendahnya tingkat survival ratio benih ikan kerapu berukuran TL 8 cm yang diangkut dengan KPIH ‘Opened hull’.

Pada kenyataannya, bagi petani budidaya pembesaran, pembelian benih ikan yang berukuran kecil lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan karena harga satu ekor benih ikan kerapu ditetapkan berdasar panjang benih ikan itu sendiri. Biasanya harga beli benih ikan adalah berkisar antara Rp. 1.200 – Rp. 1.500 per cm. Pada umumnya, pemilik KJA lebih mengutamakan membeli benih ikan berukuran kurang dari 8 cm (TL) per ekor. Sehingga diperkirakan harga beli benih ikan yang berukuran 7 cm berkisar antara Rp. 8.400 – Rp. 10.500 per ekor benih ikan. Harga ini jauh lebih murah jika mereka membeli benih ikan berukuran 16 cm per ekor, yaitu berkisar antara Rp. 19.200 – Rp. 24.000 per ekor benih.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu diadakan moda transportasi untuk mengangkut benih ikan yang berukuran kecil dalam jumlah yang banyak dengan tingkat

survival ratio yang tinggi. Moda transportasi yang memungkinkan untuk mengangkut benih ikan dalam jumlah banyak dan jangkauan transportasi yang luas adalah dengan menggunakan KPIH.

Guna mewujudkan KPIH yang sesuai untuk mengangkut benih ikan kerapu yang berukuran kecil, maka tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan desain KPIH berdasarkan kajian risiko operasional yang berkaitan dengan tujuan transportasi benih ikan, yaitu mempertahankan nilai survival ratio benih ikan yang diangkutnya hingga 100 %.

(17)

Hal ini sesuai dengan Rumusan RAKORNAS Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2007 yang menetapkan beberapa kebijakan dalam pengelolaan perikanan dan kelautan di Indonesia yaitu pemberdayaan pulau-pulau kecil di Indonesia terutama pulau-pulau kecil di perbatasan Indonesia dengan negara lain.

Penelitian tentang kapal perikanan telah banyak dilakukan. Akan tetapi penelitian yang dilakukan terhadap kapal perikanan didominasi oleh penelitian yang hanya mengkaji aspek teknis. Demikian pula saat pembangunan kapal, penentuan desain kapal lebih difokuskan pada kelaiklautan kapal ditinjau dari aspek teknis. Adapun penelitian tentang transportasi ikan hidup, didominasi oleh penelitian tentang metode transportasi dan tidak menyinggung moda transportasi. Dalam penelitian ini, akan dikaji moda transportasi berupa kapal pengangkut ikan hidup yang laiklaut secara teknis dan dengan mempertimbangkan aspek biologis yang berupa kebutuhan benih ikan selama transportasi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menentukan tingkat risiko penggunaan KPIH ‘Opened hull’ terhadap survival ratio benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) berukuran antara 5–7 cm TL dan sumber risikonya

2) Menentukan dan mengkaji langkah-langkah mitigasi risiko yang dapat meningkatkan survival ratio benih ikan kerapu bebek.

(18)

1.3 Perumusan Masalah

Tingginya permintaan akan ikan kerapu bebek dalam kondisi hidup mengakibatkan terjadinya pengalihan pengadaan ikan kerapu bebek dari alam ke upaya budidaya ikan kerapu bebek. Kegiatan budidaya ikan kerapu bebek terdiri dari dua kegiatan yaitu budidaya pembenihan ikan dan budidaya pembesaran ikan yang biasanya berada pada lokasi yang terpisah dan berjauhan. Sebagai contoh, saat ini lokasi budidaya pembenihan ikan kerapu terdapat di tiga lokasi yaitu di Lampung, Situbondo dan Bali. Adapun lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu di antaranya adalah di Kepulauan Seribu, Kepulauan Natuna, Nusa Tenggara Barat dan sebagainya. Lokasi yang berjauhan tersebut mengakibatkan perlu adanya mekanisme yang tepat dalam mendistribusikan benih-benih ikan tersebut dari lokasi budidaya pembenihan ke lokasi budidaya pembesaran. Akan tetapi media transportasi yang khusus untuk mengangkut benih ikan kerapu, khususnya benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL), dalam jumlah besar dan dengan risiko kematian yang rendah belum tersedia.

Dalam FAO Corporate Document Repository, penyebab kematian ikan dalam transportasi adalah disebabkan karena kurangnya konsentrasi oksigen terlarut, dan tingginya konsentrasi amoniak di dalam air. Selain itu, perubahan suhu air yang ekstrim dan terjadinya stres ikan akibat perubahan kondisi lingkungan dan keterbatasan ruang gerak ikan juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ikan dalam transportasi. Oleh karena itu, permasalahan transportasi benih ikan yang harus dicarikan solusinya, khususnya apabila transportasi benih ikan dilakukan dengan menggunakan KPIH adalah:

1) Bagaimana cara menyediakan dan mempertahankan kualitas air laut yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan selama transportasi. Kualitas air laut yang dimaksud adalah air laut dengan konsentrasi oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan, suhu air yang tidak berfluktuasi dan kadar amoniak yang rendah.

2) Menyediakan ruang gerak yang optimal bagi benih ikan untuk menghindari terjadinya stres pada ikan, dan

(19)

berupa liquid. Jenis muatan KPIH adalah muatan liquid. Hal ini disebabkan karena muatan KPIH terdiri dari ikan yang dimasukkan ke dalam air laut, sehingga sifat muatannya akan didominasi oleh sifat muatan liquid. Efek free surface akan memperburuk kualitas stabilitas kapal terlebih saat terjadi gerakan

rolling. Selain itu, efek free surface diduga akan mengakibatkan benih ikan stres pada saat terjadinya pergerakan air laut saat kapal melakukan gerakan rolling. Apabila ketiga permasalahan tersebut dapat dicarikan solusinya, maka penggunaan KPIH sebagai moda angkutan benih ikan yang berukuran kecil dapat digunakan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan alternatif moda angkutan ikan hidup dengan kapasitas angkut yang besar dan tingkat risiko kematian ikan yang kecil. Pada akhirnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas budidaya kerapu di Indonesia. Terlebih jika lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu bebek tersebut berada di pulau-pulau kecil di Indonesia.

1.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan transportasi sebagaimana telah dipaparkan dalam sub bab perumusan masalah, maka terdapat beberapa hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Penggunaan sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut pada KPIH akan menurunkan survival ratio ikan selama transportasi,

2) Penetapan densitas benih ikan berdasarkan kebutuhan oksigen ikan akan meningkatkan survival ratio benihikan selama transportasi, dan

(20)

1.6 Kerangka Pemikiran

Kapal pengangkut benih ikan kerapu merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan benih ikan di lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu yang tersebar luas di wilayah Indonesia, terutama yang berada di pulau-pulau kecil yang sulit diakses melalui jalur darat maupun udara. Penggunaan kapal pengangkut khusus tersebut diharapkan dapat mengangkut benih ikan kerapu dalam jumlah yang besar dan dengan tingkat survival ratio yang tinggi.

KPIH ‘Opened hull’ diduga dapat dijadikan sebagai moda angkutan benih ikan kerapu yang berukuran kecil. Akan tetapi dengan rendahnya tingkat survival ratio

benih ikan yang diangkut dengan menggunakan KPIH ‘Opened hull’, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap KPIH ‘Opened hull. Sebelum modifikasi dilakukan terhadap KPIH ‘Opened hull’, maka dalam penelitian ini akan dilakukan kajian risiko terhadap KPIH ‘Opened hull’. Risiko yang akan dikaji adalah jenis risiko operasional yang terkait dengan tujuan transportasi ikan yaitu mempertahankan kualitas hidup ikan selama transportasi. Oleh karena itu, risiko yang akan dikaji adalah risiko yang berkaitan dengan risiko operasional sistem pemeliharaan benih ikan di dalam kapal.

Hasil kajian risiko tersebut diharapkan dapat menentukan tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ apabila digunakan sebagai moda transportasi benih ikan kerapu berukuran kecil (TL kurang dari 7 cm). Setelah tingkat risiko diketahui, maka diharapkan langkah mitigasi risiko dapat ditetapkan berdasarkan jenis dampak dan probabilitas yang mengakibatkan tingginya risiko pada KPIH ‘Opened hull. Agar langkah mitigasi risiko benar-benar dapat diterapkan sebagai acuan dalam memodifikasi KPIH ‘Opened hull’, maka perlu dilakukan kajian dan ujicoba terhadap setiap langkah mitigasi yang telah ditetapkan. Barulah kemudian desain KPIH yang sesuai untuk mengangkut benih ikan kerapu berukuran kecil dapat diwujudkan.

(21)

Gambar 1 Kerangka pemikiran. Solusi bagi permasalahan KPIH ‘Opened hull’:

Kebutuhan benih ikan kerapu dalam jumlah banyak, ukuran dan waktu yang tepat serta biaya yang murah

Permasalahan yang terkait dengan transportasi benih ikan kerapu bebek berukuran kecil:

Moda transportasi benih ikan untuk jumlah besar, jarak jangkauan yang luas dan risiko kematian benih ikan yang rendah belum ada

Lokasi budidaya pembenihan dan pembesaran ikan kerapu berjauhan

Moda angkutan ikan ukuran konsumsi dalam jumlah yang besar adalah:

KPIH ‘Opened hull

Memodifikasi KPIH ‘Opened hull’ berdasarkan langkah mitigasi risiko

Permasalahan KPIH ‘Opened hull’: rendahnya survival ratio ikan selama transportasi. Diduga disebabkan karena:

1) Sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut belum sesuai dengan kebutuhan benih ikan,

2) Ketersediaan ruang gerak benih ikan belum optimal dikarenakan densitas benih ikan yang optimal belum ditetapkan

3) Desain palka yang ada belum mampu meredam efek free surface yang akan terjadi pada saat kapal melakukan gerakan rolling

Mulai

Selesai

Rancangan umum KPIH khusus benih ikan

Kajian risiko terhadap KPIH ‘Opened hull

(22)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan kerapu merupakan salah satu produk perikanan laut yang memiliki nilai jual yang tinggi, terlebih jika dijual dalam keadaan hidup. Ekspor ikan kerapu mulai mengalami peningkatan pada tahun 2000, sebagaimana ditulis oleh Satyono dalam Majalah Trobos (2006). Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu sekitar 2.398 ton atau senilai US $ 7,6 juta, volume ekspor ini lebih besar dibandingkan dengan volume ekspor tahun 2004 yang hanya sekitar 1.552 ton atau senilai US $ 4,4 juta. Lebih lanjut Kompas.com (2009) mennginformasikan bahwa pada tahun 2008, Bali mengirim ikan kerapu hidup sebanyak 22.841 ekor dengan nilai US $ 787.052. Oleh karena itu, untuk memenuhi target ekspor, budidaya kerapu merupakan alternatif yang dapat menjamin ketersediaan stok kerapu di Indonesia, dibandingkan dengan hasil tangkapan dari alam.

Keberlanjutan dan keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu sangat ditentukan oleh ketersediaan benih ikan kerapu itu sendiri secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat harga. Oleh karena itu, membuka akses kepada benih hatchery

merupakan solusi.

Letak panti benih dengan lokasi pembesaran biasanya sangat jauh sehingga dibutuhkan teknik pengiriman yang tepat agar benih dapat hidup sehat sampai tempat tujuan dan pasca transportasi. Saat ini pengiriman benih khususnya benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang memiliki ukuran panjang badan total (Total Length,

TL) kurang dari 8 cm per ekor umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem tertutup. Transportasi sistem tertutup adalah transportasi dengan cara memasukkan benih-benih ikan ke dalam kantong plastik yang telah diisi dengan air laut dan oksigen dengan komposisi tertentu. Selanjutnya kantong-kantong berisi benih ikan tersebut dimasukkan ke dalam kotak stearofoam, dan selanjutnya kotak-kotak tersebut diangkut dengan menggunakan moda angkutan darat, udara dan laut.

(23)

Lamanya waktu transportasi benih ikan dengan sistem tertutup tersebut, biasanya tidak lebih dari 6 jam.

(24)

dapat muncul apabila kualitas air laut di habitat ikan buruk. Sistem sirkulasi yang diterapkan sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut di dalam palka KPIH ‘Opened hull’ mengakibatkan kualitas air laut di dalam palka seringkali berubah sesuai dengan kualitas air laut yang dilalui oleh kapal selama bergerak. Seringnya perubahan kualitas air laut yang masuk ke dalam palka mengakibatkan ikan yang terdapat di dalam palka tersebut harus seringkali melakukan adaptasi terhadap perubahan tersebut. Seringnya ikan melakukan adaptasi akan mengakibatkan ikan mengalami ‘exhausted’. Kondisi inilah yang dijadikan alasan untuk menduga rendahnya tingkat survival ratio benih ikan kerapu berukuran TL 8 cm yang diangkut dengan KPIH ‘Opened hull’.

Pada kenyataannya, bagi petani budidaya pembesaran, pembelian benih ikan yang berukuran kecil lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan karena harga satu ekor benih ikan kerapu ditetapkan berdasar panjang benih ikan itu sendiri. Biasanya harga beli benih ikan adalah berkisar antara Rp. 1.200 – Rp. 1.500 per cm. Pada umumnya, pemilik KJA lebih mengutamakan membeli benih ikan berukuran kurang dari 8 cm (TL) per ekor. Sehingga diperkirakan harga beli benih ikan yang berukuran 7 cm berkisar antara Rp. 8.400 – Rp. 10.500 per ekor benih ikan. Harga ini jauh lebih murah jika mereka membeli benih ikan berukuran 16 cm per ekor, yaitu berkisar antara Rp. 19.200 – Rp. 24.000 per ekor benih.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu diadakan moda transportasi untuk mengangkut benih ikan yang berukuran kecil dalam jumlah yang banyak dengan tingkat

survival ratio yang tinggi. Moda transportasi yang memungkinkan untuk mengangkut benih ikan dalam jumlah banyak dan jangkauan transportasi yang luas adalah dengan menggunakan KPIH.

Guna mewujudkan KPIH yang sesuai untuk mengangkut benih ikan kerapu yang berukuran kecil, maka tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan desain KPIH berdasarkan kajian risiko operasional yang berkaitan dengan tujuan transportasi benih ikan, yaitu mempertahankan nilai survival ratio benih ikan yang diangkutnya hingga 100 %.

(25)

Hal ini sesuai dengan Rumusan RAKORNAS Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2007 yang menetapkan beberapa kebijakan dalam pengelolaan perikanan dan kelautan di Indonesia yaitu pemberdayaan pulau-pulau kecil di Indonesia terutama pulau-pulau kecil di perbatasan Indonesia dengan negara lain.

Penelitian tentang kapal perikanan telah banyak dilakukan. Akan tetapi penelitian yang dilakukan terhadap kapal perikanan didominasi oleh penelitian yang hanya mengkaji aspek teknis. Demikian pula saat pembangunan kapal, penentuan desain kapal lebih difokuskan pada kelaiklautan kapal ditinjau dari aspek teknis. Adapun penelitian tentang transportasi ikan hidup, didominasi oleh penelitian tentang metode transportasi dan tidak menyinggung moda transportasi. Dalam penelitian ini, akan dikaji moda transportasi berupa kapal pengangkut ikan hidup yang laiklaut secara teknis dan dengan mempertimbangkan aspek biologis yang berupa kebutuhan benih ikan selama transportasi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

4) Menentukan tingkat risiko penggunaan KPIH ‘Opened hull’ terhadap survival ratio benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) berukuran antara 5–7 cm TL dan sumber risikonya

5) Menentukan dan mengkaji langkah-langkah mitigasi risiko yang dapat meningkatkan survival ratio benih ikan kerapu bebek.

(26)

1.3 Perumusan Masalah

Tingginya permintaan akan ikan kerapu bebek dalam kondisi hidup mengakibatkan terjadinya pengalihan pengadaan ikan kerapu bebek dari alam ke upaya budidaya ikan kerapu bebek. Kegiatan budidaya ikan kerapu bebek terdiri dari dua kegiatan yaitu budidaya pembenihan ikan dan budidaya pembesaran ikan yang biasanya berada pada lokasi yang terpisah dan berjauhan. Sebagai contoh, saat ini lokasi budidaya pembenihan ikan kerapu terdapat di tiga lokasi yaitu di Lampung, Situbondo dan Bali. Adapun lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu di antaranya adalah di Kepulauan Seribu, Kepulauan Natuna, Nusa Tenggara Barat dan sebagainya. Lokasi yang berjauhan tersebut mengakibatkan perlu adanya mekanisme yang tepat dalam mendistribusikan benih-benih ikan tersebut dari lokasi budidaya pembenihan ke lokasi budidaya pembesaran. Akan tetapi media transportasi yang khusus untuk mengangkut benih ikan kerapu, khususnya benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL), dalam jumlah besar dan dengan risiko kematian yang rendah belum tersedia.

Dalam FAO Corporate Document Repository, penyebab kematian ikan dalam transportasi adalah disebabkan karena kurangnya konsentrasi oksigen terlarut, dan tingginya konsentrasi amoniak di dalam air. Selain itu, perubahan suhu air yang ekstrim dan terjadinya stres ikan akibat perubahan kondisi lingkungan dan keterbatasan ruang gerak ikan juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ikan dalam transportasi. Oleh karena itu, permasalahan transportasi benih ikan yang harus dicarikan solusinya, khususnya apabila transportasi benih ikan dilakukan dengan menggunakan KPIH adalah:

2) Bagaimana cara menyediakan dan mempertahankan kualitas air laut yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan selama transportasi. Kualitas air laut yang dimaksud adalah air laut dengan konsentrasi oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan, suhu air yang tidak berfluktuasi dan kadar amoniak yang rendah.

2) Menyediakan ruang gerak yang optimal bagi benih ikan untuk menghindari terjadinya stres pada ikan, dan

(27)

berupa liquid. Jenis muatan KPIH adalah muatan liquid. Hal ini disebabkan karena muatan KPIH terdiri dari ikan yang dimasukkan ke dalam air laut, sehingga sifat muatannya akan didominasi oleh sifat muatan liquid. Efek free surface akan memperburuk kualitas stabilitas kapal terlebih saat terjadi gerakan

rolling. Selain itu, efek free surface diduga akan mengakibatkan benih ikan stres pada saat terjadinya pergerakan air laut saat kapal melakukan gerakan rolling. Apabila ketiga permasalahan tersebut dapat dicarikan solusinya, maka penggunaan KPIH sebagai moda angkutan benih ikan yang berukuran kecil dapat digunakan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan alternatif moda angkutan ikan hidup dengan kapasitas angkut yang besar dan tingkat risiko kematian ikan yang kecil. Pada akhirnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas budidaya kerapu di Indonesia. Terlebih jika lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu bebek tersebut berada di pulau-pulau kecil di Indonesia.

1.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan transportasi sebagaimana telah dipaparkan dalam sub bab perumusan masalah, maka terdapat beberapa hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

4) Penggunaan sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut pada KPIH akan menurunkan survival ratio ikan selama transportasi,

5) Penetapan densitas benih ikan berdasarkan kebutuhan oksigen ikan akan meningkatkan survival ratio benihikan selama transportasi, dan

(28)

1.6 Kerangka Pemikiran

Kapal pengangkut benih ikan kerapu merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan benih ikan di lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu yang tersebar luas di wilayah Indonesia, terutama yang berada di pulau-pulau kecil yang sulit diakses melalui jalur darat maupun udara. Penggunaan kapal pengangkut khusus tersebut diharapkan dapat mengangkut benih ikan kerapu dalam jumlah yang besar dan dengan tingkat survival ratio yang tinggi.

KPIH ‘Opened hull’ diduga dapat dijadikan sebagai moda angkutan benih ikan kerapu yang berukuran kecil. Akan tetapi dengan rendahnya tingkat survival ratio

benih ikan yang diangkut dengan menggunakan KPIH ‘Opened hull’, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap KPIH ‘Opened hull. Sebelum modifikasi dilakukan terhadap KPIH ‘Opened hull’, maka dalam penelitian ini akan dilakukan kajian risiko terhadap KPIH ‘Opened hull’. Risiko yang akan dikaji adalah jenis risiko operasional yang terkait dengan tujuan transportasi ikan yaitu mempertahankan kualitas hidup ikan selama transportasi. Oleh karena itu, risiko yang akan dikaji adalah risiko yang berkaitan dengan risiko operasional sistem pemeliharaan benih ikan di dalam kapal.

Hasil kajian risiko tersebut diharapkan dapat menentukan tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ apabila digunakan sebagai moda transportasi benih ikan kerapu berukuran kecil (TL kurang dari 7 cm). Setelah tingkat risiko diketahui, maka diharapkan langkah mitigasi risiko dapat ditetapkan berdasarkan jenis dampak dan probabilitas yang mengakibatkan tingginya risiko pada KPIH ‘Opened hull. Agar langkah mitigasi risiko benar-benar dapat diterapkan sebagai acuan dalam memodifikasi KPIH ‘Opened hull’, maka perlu dilakukan kajian dan ujicoba terhadap setiap langkah mitigasi yang telah ditetapkan. Barulah kemudian desain KPIH yang sesuai untuk mengangkut benih ikan kerapu berukuran kecil dapat diwujudkan.

(29)

Gambar 1 Kerangka pemikiran. Solusi bagi permasalahan KPIH ‘Opened hull’:

Kebutuhan benih ikan kerapu dalam jumlah banyak, ukuran dan waktu yang tepat serta biaya yang murah

Permasalahan yang terkait dengan transportasi benih ikan kerapu bebek berukuran kecil:

Moda transportasi benih ikan untuk jumlah besar, jarak jangkauan yang luas dan risiko kematian benih ikan yang rendah belum ada

Lokasi budidaya pembenihan dan pembesaran ikan kerapu berjauhan

Moda angkutan ikan ukuran konsumsi dalam jumlah yang besar adalah:

KPIH ‘Opened hull

Memodifikasi KPIH ‘Opened hull’ berdasarkan langkah mitigasi risiko

Permasalahan KPIH ‘Opened hull’: rendahnya survival ratio ikan selama transportasi. Diduga disebabkan karena:

4) Sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut belum sesuai dengan kebutuhan benih ikan,

5) Ketersediaan ruang gerak benih ikan belum optimal dikarenakan densitas benih ikan yang optimal belum ditetapkan

6) Desain palka yang ada belum mampu meredam efek free surface yang akan terjadi pada saat kapal melakukan gerakan rolling

Mulai

Selesai

Rancangan umum KPIH khusus benih ikan

Kajian risiko terhadap KPIH ‘Opened hull

(30)

3

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan, Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Tahapan penelitian

(31)
[image:31.595.60.465.66.659.2]

Gambar 11 Tahapan penelitian.

3.1.2 Waktu dan tempat penelitian

Keseluruhan tahap penelitian sebagaimana dipaparkan dalam sub bab 3.1.1, dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu mulai bulan Oktober 2009 hingga Juli 2010.

Mulai

Kajian risiko kapal pengangkut ikan hidup (KPIH) ‘Opened Hull

Risiko tinggi ?

Selesai Menentukan langkah

mitigasi risiko

Kajian mitigasi risiko

Risiko tinggi ?

Pembuatan rancangan umum KPIH hasil mitigasi risiko Ya

Ya

Tidak Tidak

(32)

Adapun tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat berdasarkan kebutuhan dalam pelaksanaan tahap penelitian. Tempat penelitian tersebut adalah:

1) PPP Muara Angke dan Stasiun Kelautan IPB-Ancol di Jakarta dan PPN Palabuhanratu di Sukabumi untuk tempat melaksanakan survei lapang guna mendapatkan informasi tentang transportasi benih ikan kerapu bebek dan ikan kerapu bebek ukuran konsumsi,

2) Laboratorium Desain dan Dinamika Kapal, Bagian Kapal dan Transportasi Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB untuk tempat melaksanakan wawancara jarak jauh dengan para pelaku transportasi benih ikan kerapu bebek dan budidaya ikan kerapu bebek, eksperimen dan simulasi, serta

3) Laboratorium Sistem dan Teknologi, Departemen Budidaya Perairan, FPIK IPB untuk tempat melaksanakan uji coba ketahanan hidup benih ikan kerapu bebek.

Selanjutnya paparan tentang alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, jenis dan metode pengumpulan data serta pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, dipaparkan berdasarkan tahap penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 11.

3.2 Kajian Risiko KPIH ‘Opened Hull’ dan Kajian Ulang Hasil Mitigasi Risiko KPIH ‘Opened Hull’

3.2.1 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan terdiri dari: alat tulis, tape recorder dan

personal computer (PC). Adapun bahan yang digunakan adalah berupa lembar kuesioner yang dibutuhkan saat melakukan wawancara.

3.2.2 Jenis dan metode pengumpulan data Jenis data yang dibutuhkan adalah:

(33)

2) Jenis dan kriteria dampak terhadap risiko pengoperasian KPIH ‘Opened hull’ dan hasil kajian mitigasi KPIH ‘Opened hull’,

3) Jenis dan kriteria probabilitas terhadap risiko pengoperasian KPIH ‘Opened hull’ dan hasil kajian mitigasi KPIH ‘Opened hull

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan studi literatur. Wawancara dilakukan terhadap para pelaku yang berkaitan dengan masalah transportasi ikan hidup jenis kerapu bebek (Cromileptes altivelis) baik yang menggunakan KPIH ‘Opened hull’ maupun tidak. Adapun studi literatur dilakukan melalui internet dan perpustakaan.

3.2.3 Pengolahan dan analisis data

Data-data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi. Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah secara deskriptif.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis risiko dengan tahapan sebagaimana disajikan pada Gambar 12.

Penilaian dampak dan probabilitas dilakukan secara kualitatif (Ramli, 2010). Penilaian secara kualitatif dapat dilakukan jika ketidakpastian tinggi serta data-data yang tersedia terbatas atau tidak lengkap. Dalam pengkajian tingkat risiko pada KPIH ‘Opened hull’ sebagai moda transportasi ikan hidup dalam phase benih, data-data belum tersedia. Hal ini dikarenakan data tentang kematian benih ikan selama transportasi tidak pernah dibukukan. Dalam penentuan nilai dampak secara kualitatif, penilaian dilakukan dalam bentuk kata, yaitu dampak ringan (nilai 1), sedang (nilai 2) dan besar (nilai 3). Adapun penilaian probabilitas secara kualitatif dilakukan dalam bentuk kata jarang terjadi (nilai 1), kadang terjadi (nilai 2) dan sering terjadi (nilai 3).

(34)
[image:34.595.95.482.77.677.2]

Gambar 12 Tahapan analisis risiko pada kajian risiko KPIH ‘Opened hull’.

Identifikasi sumber risiko

Identifikasi jenis dan kriteria dampak yang menyebabkan tingginya tingkat risiko

Penilaian dampak dan probabilitas penyebab tingginya tingkat risiko

Penilaian tingkat risiko (R): R = dampak × probabilitas

Identifikasi jenis dan kriteria probabilitas yang menyebabkan tingginya tingkat risiko

Risiko tinggi? Mulai

Selesai

Penentuan langkah mitigasi risiko

Tidak dilakukan langkah mitigasi risiko

Ya

(35)

Gambar 13 Tabel analisis risiko.

Padat Gambar 13 terlihat bahwa untuk nilai risiko antara 1 – 2 adalah risiko sedang (Rr), nilai risiko antara 3 – 4 adalah risiko sedang (Rs) dan nilai risiko antara 6 – 9 adalah risiko tinggi (Rt).

3.3 Kajian Mitigasi Risiko (Berdasarkan Sumber Risiko) 3.3.1 Sumber risiko: desain palka

Kajian terhadap desain palka akan dilakukan secara bertahap, yaitu: (1) Kajian desain palka tahap pertama:

Pengujian terhadap dua model palka yang berbeda bentuk, yaitu bentuk kotak dan silinder (Gambar 14a dan 14b). Kedua bentuk palka tersebut adalah merupakan bentuk umum bak pemeliharaan benih ikan yang biasa digunakan dalam budidaya pembenihan. Tahapan pertama ini dilakukan untuk mengkaji efek free surface pada kedua bentuk palka yang berbeda tersebut. Keluaran yang diharapkan adalah menentukan bentuk palka dengan efek free surface yang paling rendah.

(2) Kajian desain palka tahap kedua:

Pengujian terhadap dua model palka yang memiliki bentuk yang sama, yaitu bentuk model palka yang dianggap memiliki efek free surface terkecil berdasarkan hasil kajian tahap pertama. Berdasarkan hasil kajian pertama, bentuk model palka dengan efek free surface terkecil adalah model palka berbentuk kotak. Sehingga pada tahap kedua ini, efek free surface akan dikaji lebih lanjut pada model palka berbentuk kotak. Akan tetapi pada salah satu model palka kotak dilengkapi dengan sirip peredam (Gambar 14). Tahap kedua ini dilakukan untuk mengkaji efek free surface pada kedua

1 2 3

1 1 2 3

2 2 4 6

3 3 6 9

Keterangan:

Risiko rendah (Rr) Risiko sedang (Rs) Risiko tinggi (Rt) Probabilitas

D

am

p

ak

(36)

model palka yang tidak dilengkapi dengan sirip peredam maupun yang dilengkapi dengan sirip peredam. Keluaran yang diharapkan adalah untuk mengetahui pengaruh pemasangan sirip peredam terhadap efek free surface yang terjadi.

(1) Alat dan bahan

[image:36.595.84.517.65.805.2]

Alat yang digunakan pada kedua tahap penelitian disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Alat dan bahan kajian desain palka

No Jenis alat yang digunakan Tahap penelitian

pertama kedua 1. Satu buah model palka berbentuk silinder, dengan

ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 cm (Gambar 14a)

√ -

2. Satu buah model palka berbentuk kotak, dengan ukuran p × l × t = (25 × 25 × 25) cm3 (Gambar 14b)

√ √

3. Satu buah model palka berbentuk kotak, dengan ukuran p × l × t = (25 × 25 × 25) cm3 yang dilengkapi dengan sirip peredam yang dipasang di sekeliling dinding dalam model palka. Lebar sirip peredam sebesar 2 cm (Gambar 15)

- √

4. Peranti jungkat-jungkit untuk memberikan dampak gerakan rolling kapal (Gambar 16)

√ √

5. Video camera √ √

6. Stopwatch √ √

Bahan yang digunakan dalam kedua tahap penelitian tersebut adalah: air laut dan zat perwarna merah. Pemberian warna pada air yang dimasukkan ke dalam model palka adalah agar lebih jelas profil permukaan air saat model palka digerakkan.

(37)

[image:37.595.186.499.117.279.2]

(a) (b)

Gambar 14 Model palka silinder dan kotak tanpa sirip peredam.

[image:37.595.88.497.294.815.2]

Sirip peredam

Gambar 15 Model palka kotak dengan sirip peredam.

(a) Tampak samping atas (b) Tampak depan Gambar 16 Piranti jungkat-jungkit.

25 cm

25 cm

25 cm 30 cm

25 cm

25 cm 25 cm

(38)

(2) Jenis dan metode pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan dalam kedua tahap penelitian terdiri dari: 1) Profil permukaan air saat terjadi rolling,

2) Profil permukaan air selama ± 1,0 detik mulai saat kapal kembali tegak setelah terjadi gerakan rolling,

3) Waktu redam, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh permukaan air untuk kembali tenang yang dihitung mulai saat palka kembali tegak setelah terjadi gerakan

rolling.

(39)

(a) Tahap pertama

[image:39.595.118.453.83.507.2]

(b) Tahap kedua

Gambar 17 Posisi kedua palka di atas piranti jungkat-jungkit saat eksperimen berdasarkan tahap kajian

(3) Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data dilakukan secara numerik, dengan terlebih dahulu merubah garis air yang terdapat pada dinding model palka dalam format foto menjadi grafik garis air. Contoh ilustrasi garis pada profil permukaan air di dalam model palka serta penempatan garis profil tersebut pada grafik, disajikan pada Gambar 18. Selanjutnya akan dihasilkan profil kemiringan permukaan air dan profil permukaan air setelah terjadi rolling dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diukur sudut kemiringan permukaan air (º) dan ketinggian riak yang timbul di permukaan air (mm).

Analisis data dilakukan secara komparatif dan uji statistik. Perbandingan dilakukan antara profil kemiringan permukaan air dan profil permukaan air setelah terjadi rolling baik pada model palka kotak dengan model palka silinder dan model palka kotak tanpa sirip peredam dengan model palka kotak yang dilengkapi dengan sirip peredam.

Tanpa sirip peredam

Dengan sirip peredam

Sirip peredam Model palka

kotak

(40)

Keterangan: a = garis air pada model palka tanpa sirdam b = garis air pada model palka dengan sirdam

Gambar 18 Ilustrasi pembuatan profil permukaan garis air.

Pengujian secara statistik dilakukan dengan terlebih dahulu data ulangan dari setiap perlakuan diuji kenormalannya dengan menggunakan uji satu-contoh Kolmogorov-Smirnov. Perlakuan yang diuji adalah perbedaan desain model palka, yaitu antara model palka kotak dengan model palka silinder dan antara model palka kotak yang tidak dilengkapi sirip peredam dengan model palka yang dilengkapi sirip peredam. Apabila dari hasil uji kenormalan data, menunjukkan data menyebar normal, maka dilakukan uji anova dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel and Torrie, 1995).

3.3.2 Sumber risiko: sistem pemeliharaan kualitas air

Kajian ini dilakukan secara eksperimen dengan jenis perlakuan adalah sistem pemeliharaan kualitas air yang terdiri dari: sistem aerasi, sistem resirkulasi dan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi. Dalam pelaksanaan eksperimen, ke dalam tiap model palka dimasukkan air laut sebanyak 9,04 liter dari sumber yang sama. Bentuk model palka yang digunakan adalah model palka kotak yang dilengkapi dengan sirip peredam. Penggunaan desain palka tersebut adalah berdasarkan hasil kajian pada tahap sebelumnya, yaitu kajian sumber risiko yang berasal dari desain palka. Dalam eksperimen ini, ke dalam model palka belum dimasukkan benih ikan, jadi hanya berisi air laut saja.

(41)

(1) Alat dan bahan

Alat yang dibutuhkan dalam tahap penelitian ini adalah:

1) Model palka berbentuk kotak yang dilengkapi dengan sirip peredam, dengan ukuran p × l × t = (25 × 25 × 25) cm3 (Gambar 15). Model palka yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sama dengan model palka yang digunakan dalam kajian mitigasi dengan sumber risiko adalah desain palka.

2) Video camera

3) DO meter 4) Refraktometer 5) pH meter

6) termometer air (water thermometer)

7) Instalasi sistem pemeliharaan kualitas air, yang terdiri dari: - aerator

- Air stone dan selang instalasi udara

(42)

Keterangan: arah aliran air di dalam bak filter

Gambar 19 Bak filter dan arah aliran air di dalamnya.

Filter yang digunakan terdiri dari filter fisik yaitu dacron dan filter kimia yaitu karang (gravel) dan arang karbon.

(2) Jenis dan metode pengumpulan data

Jenis data yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan kajian adalah:

1) Jumlah oksigen terlarut pada setiap perlakuan (sistem aerasi, sistem resirkulasi dan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi) (mg O2/liter)

2) Suhu air laut pada setiap perlakuan (sistem aerasi, sistem resirkulasi dan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi) (ºC)

3) Nilai ph air laut pada setiap perlakuan (sistem aerasi, sistem resirkulasi dan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi)

4) Konsentrasi NH3 un-ionized dalam air laut pada setiap perlakuan (sistem aerasi, sistem resirkulasi dan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi) (mg/liter)

Berdasarkan kajian pustaka (FishVet.Inc, 2000), oksigen terlarut dan suhu air adalah merupakan faktor fisik lingkungan yang dapat mengakibatkan ikan terkena dampak stres. Adapun nilai pH dan NH3un-ionized adalah merupakan faktor kimia lingkungan yang dapat mengakibatkan ikan terkena dampak stres. Sebenarnya selain keempat faktor yang diukur dalam eksperimen ini, masih terdapat faktor-faktor lainnya yang dapat mengakibatkan ikan terkena dampak stres. Akan tetapi, berdasarkan faktor

ke model palka

dari model palka karang dacron

arang karbon

(43)

penyebab kematian ikan dalam transportasi sebagaimana yang tertera dalam Delince et al (1987), hanya keempat faktor itu saja yang menjadi faktor penyebab kematian ikan dalam transportasi.

Selain suhu air laut, pengukuran suhu juga dilakukan terhadap suhu ruangan. Pengukuran faktor fisik dan kimia air laut (kecuali konsentrasi NH3 un-ionized) di dalam model palka dan suhu ruang dilakukan setiap empat jam sekali selama 24 jam. Pengukuran selama 24 jam ini dimaksudkan untuk melihat kondisi kestabilan ketiga parameter yang diukur. Khusus untuk pengukuran NH3 un-ionized, diperoleh melalui pengambilan contoh air dari masing-masing model palka setiap 8 jam sekali selama 24 jam pengamatan, yaitu di awal, tengah dan akhir pengamatan.

Desain percobaan dengan sistem pemeliharaan kualitas air sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 20 - Gambar 22.

(a) Tampak samping (b) Tampak atas

Gambar 20 Model palka yang dilengkapi dengan sistem aerasi.

aerator aerator

air stone

aerator

(44)

(a) Tampak samping

[image:44.595.107.478.112.523.2]

(b) Tampak atas

Gambar 21 Model palka yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi.

Model palka Bak filter

Pipa inlet

Pipa outlet

Model palka Bak filter

Pipa outlet

(45)

(a) Tampak samping

[image:45.595.105.490.113.745.2]

(b) Tampak atas

Gambar 22 Model palka yang dilengkapi dengan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi.

Model palka Bak filter

Pipa inlet

Pipa outlet

aerator

Air stone

Model palka Bak filter

Pipa outlet

Pipa inlet

Model palka

(46)

(3) Pengolahan dan analisis data

Data konsentrasi oksigen terlarut, pH, suhu air, NH3 un-ionized dan suhu ruang selama 24 jam atau 1 hari pengamatan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Selanjutnya data-data tersebut diolah secara matematis untuk mendapatkan nilai kisaran dan rata-rata.

Analisis data dilakukan secara komparatif dan uji statistik. Perbandingan dilakukan antara hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut, pH, suhu air pada ketiga sistem pemeliharaan kualitas air yang dikaji. Untuk uji statistik, terlebih dahulu data ulangan dari setiap perlakuan diuji kenormalannya dengan menggunakan uji satu-contoh Kolmogorov-Smirnov. Perlakuan yang diuji adalah sistem aerasi, sistem resirkulasi dan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi. Apabila dari hasil data menyebar normal, maka dilakukan uji anova dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun untuk menentukan sistem pemeliharaan yang lebih baik di antara ketiga sistem tersebut, digunakan uji Tukey (Beda Nyata Jujur) (Steel and Torrie, 1995).

3.3.3 Sumber risiko: densitas benih ikan

Kajian yang dilakukan untuk menentukan densitas benih ikan dilakukan dengan menggunakan persamaan matematik. Prinsip penentuan densitas benih ikan adalah berdasarkan kebutuhan konsumsi oksigen per individu ikan serta ketersediaan oksigen terlarut di dalam air. Oleh karena itu, sebelum ditentukan densitas benih ikan dalam suatu volume air, maka terlebih dahulu dilakukan eksperimen untuk mendapatkan tingkat konsumsi benih ikan kerapu bebek. Benih ikan kerapu bebek yang diukur tingkat konsumsi oksigennya adalah benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) berukuran panjang badan total (Total Length/TL) antara 5 – 7 cm.

Sistem pengukuran konsumsi oksigen benih ikan adalah dengan mengukur konsentrasi oksigen terlarut dalam tabung respirometer. Perlakuan yang dilakukan adalah berupa perbedaan kondisi pengukuran, yaitu:

(47)

Kondisi 2: pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada tabung respirometer yang berisi 1 ekor benih ikan (individu ikan= Ii), dan

Kondisi 3: pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada tabung respirometer yang berisi 3 ekor benih ikan (Ikan berkelompok= Ik)

Sebelum dilakukan pengukuran, sebanyak 80 ekor benih ikan kerapu bebek dimasukkan ke dalam akuarium yang berukuran p × l × t = (60 × 30 × 30) cm3 yang diisi air laut hingga ketinggian 20 cm. Salinitas dan suhu air laut yang terukur adalah sebesar 30 ‰ (1,022 ton/m3) dan ± 28 ºC. Pengkondisian benih ikan kerapu di dalam akuarium tersebut dilakukan selama satu minggu.

Pengukuran kondisi kosongdimaksudkan sebagai koreksi terhadap pengurangan konsentrasi oksigen terlarut yang diakibatkan oleh respirasi ikan dan bukan organisme hidup lainnya yang mungkin saja terdapat di dalam tabung respirometer tersebut. Adapun penggunaan tiga ekor benih ikan pada pengukuran kondisi 3 (yaitu kondisi ikan kelompok = Ik) adalah mengacu pada kepadatan benih ikan kerapu saat pengkondisian di akuarium penampungan sebelum eksperimen dilakukan, yaitu sebesar 1,67 ekor/liter.

(48)

(1) Alat dan bahan

Alat yang digunakan terdiri atas: 1 unit respirometer (closed hull) (Gambar 23), yang terdiri dari:

- dua buah tabung kaca yang masing-masing tabung berukuran 2,04 liter, yang selanjutnya ke dalam kedua tabung tersebut diisi penuh dengan air laut - DO meter, merk Lutron: tipe YK-2001PH (1 unit)

- Waterpump dengan kekuatan: 400 liter/jam (water flow) (1 unit) - Aerator (1 unit)

- Selang dengan ukuran diamater sebesar 5 mm - 1 unit video recorder

Bahan yang digunakan terdiri dari air laut dan benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL) (Gambar 24). Benih ikan yang digunakan dalam setiap pengukuran konsentrasi oksigen terlarut diambil secara acak dari dalam aquarium yang berisi 80 ekor benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL). Pada setiap pengukuran konsentrasi oksigen terlarut menggunakan benih ikan yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar kondisi awal setiap benih ikan yang diukur adalah sama.

Keterangan: arah aliran air

Gambar 23 Respirometer (closed hull) Tutup

tabung

(49)

Gambar 24 Benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).

Klasifikasi kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Valenciennes, 1828 dalam Froese and Pauly, 2000):

Kingdom: Animalia Phylum: Chordata

Class: Actinopterygii Ordo: Perciformes

Family: Serranidae Genus: Cromileptes

Species: Cromileptes altivelis

(2) Jenis dan metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan berasal dari hasil pengukuran konsumsi oksigen benih ikan kerapu bebek saat sendirian (Ii) dan tidak sendirian (Ik) selama pengukuran. Data tersebut adalah:

1) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) dalam air (mg O2/liter)

2) Kandungan NH3un-ionized (mg/liter) dalam air saat awal dan akhir pengukuran 3) Suhu air laut dalam respirometer (ºC)

4) Nilai pH

(50)

6) Tingkah laku ikan berdasarkan: lamanya waktu bukaan operculum, aktivitas dan posisi ikan selama di dalam tabung respirometer.

Pengambilan data yang terdiri dari konsentrasi DO, suhu air dan suhu ruang serta nilai pH dilakukan setiap lima menit sekali selama 2 jam. Adapun data NH3

un-ionized diperoleh dengan cara mengambil contoh air laut di awal dan di akhir pengukuran.

(3) Pengolahan dan analisis data

Khusus data konsentrasi DO yang diperoleh, untuk selanjutnya diolah dengan menggunakan persamaan Schreck dan Moyle (1990), guna memperoleh nilai laju konsumsi oksigen ikan. Persamaan yang digunakan adalah:

... (1)

di mana:

KO = kecepatan konsumsi O2 (mg O2/menit)

DO0 = oksigen terlarut saat awal pengukuran (mg O2/liter) DO1 = oksigen terlarut saat akhir pengukuran (mg O2/liter) V = Volume air dalam tabung respirometer (liter) T = waktu pengukuran (menit)

Adapun data lainnya (kecuali data tingkah laku ikan) disajikan dalam bentuk grafik untuk dikaji perubahannya selama waktu pengamatan. Pengolahan data tingkah laku ikan dilakukan dengan cara mendeskripsikan tingkah laku ikan yang terdiri dari aktivitas, posisi dan lamanya waktu yang dibutuhkan ikan untuk membuka dan menutup

operculum.

(51)

individu ikan saat berkelompok (kondisi Ik). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk membuktikan adanya perbedaan perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah hasil pengukuran pada saat kondisi Ii dan Ik (Steel and Torrie, 1995).

Nilai tingkat konsumsi benih ikan kerapu bebek yang diperoleh pada akhirnya digunakan untuk menentukan densitas benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5-7 cm (TL) dalam satu liter air laut. Penentuan densitas benih ikan dilakukan dengan menggunakan persamaan:

2 2

KBO Vol JO

DB= × sw ... (2)

di mana:

DB = Densitas benih (ekor/liter)

JO2 = Jumlah O2 yang terkandung dalam 1 liter air laut (mg O2/liter) KBO2 = Jumlah O2 yang dibutuhkan oleh 1 ekor benih ikan kerapu

(mg O2/ekor)

Volsw = volume air laut yang terdapat dalam 1 unit model palka (liter)

Hasil kajian mitigasi risiko untuk selanjutnya diuji coba dalam simulasi transportasi benih ikan kerapu bebek.

3.4 Uji Coba Hasil Mitigasi Risiko dalam Simulasi Transportasi Benih Ikan Kerapu Bebek

Pelaksanaan uji coba adalah dengan cara eksperimen dalam skala laboratorium. Materi uji coba terdiri dari 4 unit model palka berbentuk kotak yang dilengkapi dengan sirip peredam, yang dilengkapi dengan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air dan dengan densitas benih ikan sebesar 6,4 ekor/liter. Penggunaan materi uji coba tersebut adalah berdasarkan hasil kajian mitigasi risiko yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu pada kajian sumber risiko yang berasal dari desain palka, sistem pemeliharaan kualitas air dan densitas benih ikan. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1) Melihat kinerja sistem pemeliharaan kualitas air terutama saat terjadi gerakan

rolling kapal,

(52)

3) Memastikan ketepatan penentuan densitas benih ikan berdasarkan kebutuhan konsumsi oksigen benih ikan.

3.4.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam uji coba adalah terdiri dari:

1) Model palka kotak ukuran p × l × t = (25 × 25 × 25) cm3 (yang dilengkapi dengan sirip peredam) sebanyak 4 unit (Gambar 15)

2) Bak filter dan perlengkapannya sebanyak 1 unit (Gambar 19) 3) Aerator sebanyak 2 unit

4) Water pump (700 liter/jam)

5) Potongan model kapal (bagian tengah kapal) ukuran L × B × D = (120 × 80 × 35) cm3 sebanyak 1 unit (Gambar 25)

6) Stopwatch sebanyak 1 unit

7) DO meter (untuk mengukur konsentrasi oksigen terlarut, suhu air dan pH) 8) Thermometer ruang

9) Video camera

10) Digital Camera

Gambar 25 Potongan model kasko kapal.

(53)

Dimana dalam satu unit percobaan akan digunakan sebanyak 232 ekor benih ikan yang akan dimasukkan ke dalam 4 unit model palka, sehingga satu unit model palka berisi 58 ekor ikan.

3.4.2 Jenis dan metode pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan uji coba adalah:

1) Rasio jumlah ikan yang bertahan hidup terhadap total jumlah ikan di dalam model palka.

2) Parameter fisik air laut di dalam model palka, yang terdiri dari: konsentrasi oksigen terlarut (DO) dan suhu air.

3) Parameter kimia air laut di dalam model palka, yang terdiri dari: pH dan NH3

un-ionized).

4) Tingkah laku ikan berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukan serta posisi ikan di dalam model palka.

5) Parameter fisik dan kimia air laut serta tingkah laku ikan sebelum dan sesudah dilakukan simulasi gerakan rolling kapal.

Data dikumpulkan dari hasil pengukuran selama eksperimen dengan tahapan sebagaimana disajikan pada Gambar 26.

Sebelum dilakukan uji coba ketahanan hidup ikan selama 48 jam, sebanyak 700 ekor benih ikan kerapu bebek dimasukkan ke dalam 4 unit aquarium yang berukuran p × l × t = (60 × 30 × 30) cm3 yang diisi air laut hingga ketinggian 20 cm. Hingga masing-masing akuarium berisi 175 ekor benih ikan kerapu bebek. Salinitas dan suhu air laut sebesar 30 (1,022 ton/m3) dan ± 28 ºC. Pengkondisian benih ikan kerapu di dalam akuarium tersebut ± selama satu minggu. Pada pelaksanaan uji coba, contoh uji benih ikan yang digunakan pada setiap kali perlakuan uji coba ketahanan hidup benih ikan adalah individu benih ikan yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar kondisi awal setiap contoh uji benih ikan yang diukur relatif sama.

(54)

dimaksudkan agar selama pengukuran tidak ada muntahan makanan yang akan mencemari air laut di dalam tabung respirometer. Pemuasaan ini juga dilakukan pa

Gambar

Gambar 11  Tahapan penelitian.
Gambar 12  Tahapan analisis risiko pada kajian risiko KPIH ‘Opened hull’.
Tabel 3  Alat dan bahan kajian desain palka
Gambar 15  Model palka kotak dengan sirip peredam.
+7

Referensi

Dokumen terkait