• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KAJIAN RISIKO KPIH ‘ Opened Hull ’

4.1 Identifikasi Sumber Risiko

Pada transportasi benih ikan, tingkat risiko kematian benih ikan adalah merupakan masalah utama yang harus dieliminir untuk mengurangi kerugian secara finansial yang akan ditanggung oleh pemilik benih ikan. Oleh karena itu, kajian risiko yang akan dilakukan pada kajian ini adalah kajian risiko operasional KPIH ‘Opened hull’yang berhubungan dengan tingkat survival ratio benih ikan selama transportasi.

Pada KPIH ‘Opened hull’, benih ikan dimasukkan ke dalam palka. Untuk menjaga kualitas air laut di dalam palka, maka digunakan sistem sirkulasi air laut. Sistem sirkulasi mengakibatkan masuknya air laut dari luar badan kapal ke dalam palka melalui lubang inlet selama kapal bergerak. Sistem sirkulasi air yang demikian mengakibatkan kualitas air laut yang masuk ke dalam palka sangat tergantung kepada kualitas air laut yag dilewati oleh kapal itu sendiri. Yang dimaksud dengan kualitas air laut yang sesuai adalah bukan hanya tidak tercemari oleh virus dan bakteri yang merugikan saja, akan tetapi ketersediaan oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang cukup, kondisi suhu air laut dan kadar pH yang sesuai serta kandungan amoniak terutama NH3un-ionized yang sedikit. Penerapan sistem sirkulasi sebagai sistem untuk menjaga kualitas air laut di dalam palka mengakibatkan terdapatnya lubang di bagian bawah kasko kapal. Sehingga dikatakan kasko kapal terbuka. Kondisi inilah yang mengakibatkan KPIH dengan sistem sirkulasi disebut sebagai KPIH ‘Opened hull’.

KPIH ‘Opened hull’ yang dijadikan objek kajian, saat ini digunakan untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek dari Batam menuju ke P. Natuna atau P. Tarempa. Dalam perjalanannya tersebut, kapal akan melewati Tanjung Pinang. Pada saat akan melewati Tanjung Pinang, maka lubang air di bawah kasko kapal segera ditutup untuk mencegah masuknya air laut di perairan Tanjung Pinang tersebut yang diduga memiliki kualitas air laut yang buruk. Jika aktivitas ini dilakukan saat mengangkut benih ikan yang berukuran lebih kecil lagi, yaitu berukuran antara 5 – 7 cm (TL), dikhawatirkan aktivitas menutup dan membuka lubang di bagian bawah badan kapal dapat mengakibatkan stres pada ikan. Akan tetapi, jika dibiarkan air laut dengan kualitas yang buruk masuk ke dalam palka yang berisi benih ikan, dikhawatirkan benih ikan yag terdapat di dalamnya akan terkontaminasi oleh virus atau bakteri penyakit yang terbawa oleh aliran air yang masuk ke dalam palka.

Masuk dan keluarnya air laut dari dalam badan kapal selama kapal bergerak, bukan saja mempengaruhi kualitas air laut di dalam palka. Akan tetapi juga akan mempengaruhi ketinggian air laut di dalam palka yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap ketinggian badan kapal yang terendam oleh air laut (yang disebut dengan istilah draf, d). Kecepatan kapal semakin lambat, maka jumlah air laut yang masuk ke dalam palka akan semakin banyak sehingga ‘draf (d)’ kapal akan semakin tinggi. Demikian pula yang terjadi sebaliknya, draft kapal akan berkurang apabila ketinggian air laut di dalam palka berkurang. Perubahan draf kapal akan mempengaruhi stabilitas kapal.

Kestabilan kapal juga akan terganggu oleh jenis muatan di kapal yang cenderung berupa muatan liquid. Hal ini disebabkan karena muatan berbentuk liquid mudah berubah bentuk. Muatan liquid apabila ditempatkan pada sebuah palka dan di dalam palka tersebut tidak terisi penuh oleh liquid, maka liquid tersebut akan memiliki free surface. Keberadaan free surface ini akan mengakibatkan perubahan posisi liquid di dalam palka terlebih apabila kapal mengalami gerakan oleng. Kondisi ini akan memperburuk kualitas stabilitas kapal. Apabila kapal memiliki stabilitas yang buruk, maka peluang kapal tersebut untuk terbalik (capsize) akan bertambah. Jika kapal terbalik, maka kehilangan benih ikan akan semakin besar karena akan banyak ikan yang mati atau hilang disebabkan karena ikan-ikan tersebut berenang ke laut lepas.

Selain pemaparan di atas, pengangkutan benih ikan kerapu bebek dengan menggunakan KPIH, saat ini sering dilakukan tanpa batasan jumlah benih ikan yang akan diangkut. Jumlah ikan yang dimasukkan ke dalam setiap palka sering dilakukan hanya berdasarkan jumlah benih ikan yang harus diangkut. Semakin banyak benih ikan yang dimasukkan ke dalam suatu volume palka, maka akan semakin tinggi densitas benih ikan di dalam palka. Apabila densitas benih ikan di dalam palka tidak sesuai dengan ketersediaan oksigen terlarut di dalam palka, maka benih-benih ikan tersebut akan mengalami kekurangan oksigen dan yang akan berdampak kepada timbulnya stres pada ikan. Selain itu, tingginya densitas benih ikan di dalam suatu volume air akan mengakibatkan ruang gerak benih ikan semakin terbatas sehingga benih ikan dapat menjadi stres. Benih ikan yang mengalami stres akan mengalami kemunduran kualitas hidup sehingga rentan terhadap penyakit. Francis and Floyd (1990) menyebutkan bahwa stres adalah suatu kondisi dimana ikan tidak dapat menjaga kondisi normalnya

yang disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhinya saat itu. Stres terjadi pada saat kondisi ikan melewati batas normal toleransi ikan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhinya, beberapa faktor di antaranya adalah rendahnya konsentrasi oksigen terlarut (chemical stressor) dan densitas yang tinggi (biological stressor). Rendahnya konsentrasi okesigen terlarut bisa disebabkan karena kurangnya asupan oksigen ke dalam air atau tingginya konsumsi oksigen oleh makhluk-makhluk hidup di dalam air.

Lain halnya jika densitas benih ikan di dalam suatu palka sangat rendah, maka ketersediaan konsentrasi oksigen terlarut akan cukup. Akan tetapi akan mempengaruhi sisi finansial berupa keuntungan usaha bagi pemilik benih ikan. Oleh karena itu, perlu ditentukan densitas benih ikan yang maksimal di dalam palka sehingga ketersediaan oksigen terlarut cukup dan keuntungan secara finansial pun dapat terpenuhi.

Misi KPIH adalah mengangkut muatan yang berupa ikan hidup dalam jumlah banyak. Pengangkutan benih ikan dalam jumlah banyak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, risiko terhadap kematian ikan selama transportasi menjadi permasalahan yang harus ditemukan solusinya.

Berdasarkan definisi dari tiap tipe risiko yang telah dipaparkan di atas serta pemaparan tentang permasalahan yang dihadapi oleh KPIH ‘Opened hull’ sebagaimana telah dipaparkan pula sebelumnya, maka KPIH ‘Opened hull’ yang ada saat ini jika digunakan untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL) akan memiliki risiko murni. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengeliminir tingkat risiko yang ada paling tidak menjadikan risiko murni menjadi risiko spekulatif yang berada pada tingkatan yang rendah.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dipastikan bahwa sumber risiko operasional KPIH ‘Opened hull’ terhadap tingkat survival ratio benih ikan adalah:

(1) Desain palka

(2) Sistem pemeliharaan kualitas air di dalam palka yang menerapkan sistem sirkulasi dengan bentuk kapal dengan sistem terbuka (opened hull)

Penggunaan sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut di dalam palka menjadikan kestabilan kualitas air laut sangat tergantung kepada kualitas air laut yang masuk ke dalam palka kapal. Desain palka yang terkait pada bentuk palka, sangat menentukan besar kecilnya efek free surface dari muatan liquid yang terdapat di dalam palka KPIH. Bentuk palka yang memungkinkan permukaan air bergerak bebas di dalam palka, akan mengakibatkan efek free surface semakin besar. Adapun densitas benih ikan, sangat terkait pada ketersediaan kebutuhan dasar makhluk hidup termasuk ikan, yaitu kebutuhan akan oksigen. Densitas ikan yang tinggi dalam suatu volume air, akan mengakibatkan tingginya tingkat pemanfaatan oksigen terlarut di dalam air. Apabila kebutuhan akan oksigen berkurang, maka akan mengakibatkan kualitas hidup ikan menurun.