3 METODE PENELITIAN
3.3 Kajian Mitigasi Risiko (Berdasarkan Sumber Risiko) 1 Sumber risiko: desain palka
3.3.3 Sumber risiko: densitas benih ikan
Kajian yang dilakukan untuk menentukan densitas benih ikan dilakukan dengan menggunakan persamaan matematik. Prinsip penentuan densitas benih ikan adalah berdasarkan kebutuhan konsumsi oksigen per individu ikan serta ketersediaan oksigen terlarut di dalam air. Oleh karena itu, sebelum ditentukan densitas benih ikan dalam suatu volume air, maka terlebih dahulu dilakukan eksperimen untuk mendapatkan tingkat konsumsi benih ikan kerapu bebek. Benih ikan kerapu bebek yang diukur tingkat konsumsi oksigennya adalah benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) berukuran panjang badan total (Total Length/TL) antara 5 – 7 cm.
Sistem pengukuran konsumsi oksigen benih ikan adalah dengan mengukur konsentrasi oksigen terlarut dalam tabung respirometer. Perlakuan yang dilakukan adalah berupa perbedaan kondisi pengukuran, yaitu:
Kondisi 1: pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada tabung respirometer yang tidak berisi benih ikan (Kondisi kosong, Kk)
Kondisi 2: pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada tabung respirometer yang berisi 1 ekor benih ikan (individu ikan= Ii), dan
Kondisi 3: pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada tabung respirometer yang berisi 3 ekor benih ikan (Ikan berkelompok= Ik)
Sebelum dilakukan pengukuran, sebanyak 80 ekor benih ikan kerapu bebek dimasukkan ke dalam akuarium yang berukuran p × l × t = (60 × 30 × 30) cm3 yang diisi air laut hingga ketinggian 20 cm. Salinitas dan suhu air laut yang terukur adalah sebesar 30 ‰ (1,022 ton/m3) dan ± 28 ºC. Pengkondisian benih ikan kerapu di dalam akuarium tersebut dilakukan selama satu minggu.
Pengukuran kondisi kosongdimaksudkan sebagai koreksi terhadap pengurangan konsentrasi oksigen terlarut yang diakibatkan oleh respirasi ikan dan bukan organisme hidup lainnya yang mungkin saja terdapat di dalam tabung respirometer tersebut. Adapun penggunaan tiga ekor benih ikan pada pengukuran kondisi 3 (yaitu kondisi ikan kelompok = Ik) adalah mengacu pada kepadatan benih ikan kerapu saat pengkondisian di akuarium penampungan sebelum eksperimen dilakukan, yaitu sebesar 1,67 ekor/liter.
Pengukuran konsumsi oksigen ikan pada perlakuan Ii dan Ik dilakukan masing- masing sebanyak tiga kali ulangan. Lamanya waktu setiap pengukuran konsumsi oksigen benih ikan adalah 2 jam, dengan setiap 5 menit sekali dilakukan pengambilan data yang terdiri dari DO, suhu air laut, pH dan suhu ruang. Setiap benih ikan yang akan dimasukkan ke dalam tabung respirometer, dipuasakan terlebih dahulu minimal selama 24 jam. Pemuasaan ini dimaksudkan untuk mengosongkan usus benih ikan, sehingga selama pengukuran tidak ada muntahan makanan yang akan mencemari air laut di dalam tabung respirometer. Pemuasaan ini juga dilakukan pada proses transportasi benih ikan yang ada saat ini. Dijelaskan lebih lanjut dalam penelitian Yamin dan Palinggi (2007), bahwa jumlah muntahan ikan paling banyak terjadi saat ikan setelah 9 jam makan. Selanjutnya jumlah muntahan cenderung menurun seiring dengan semakin lama waktu setelah pemberian pakan. Bahkan sampai 24 jam setelah makan masih ditemukan ikan yang muntah walaupun volume muntahannya tidak sebanyak waktu-waktu sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa sampai 24 jam setelah makan, pada lambung ikan masih terdapat sejumlah sisa pakan dan belum seluruhnya dicerna dalam usus.
(1) Alat dan bahan
Alat yang digunakan terdiri atas: 1 unit respirometer (closed hull) (Gambar 23), yang terdiri dari:
- dua buah tabung kaca yang masing-masing tabung berukuran 2,04 liter, yang selanjutnya ke dalam kedua tabung tersebut diisi penuh dengan air laut - DO meter, merk Lutron: tipe YK-2001PH (1 unit)
- Waterpump dengan kekuatan: 400 liter/jam (water flow) (1 unit) - Aerator (1 unit)
- Selang dengan ukuran diamater sebesar 5 mm - 1 unit video recorder
Bahan yang digunakan terdiri dari air laut dan benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL) (Gambar 24). Benih ikan yang digunakan dalam setiap pengukuran konsentrasi oksigen terlarut diambil secara acak dari dalam aquarium yang berisi 80 ekor benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm (TL). Pada setiap pengukuran konsentrasi oksigen terlarut menggunakan benih ikan yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar kondisi awal setiap benih ikan yang diukur adalah sama.
Keterangan: arah aliran air
Gambar 23 Respirometer (closed hull) Tutup
tabung
Tabung respirometer
Gambar 24 Benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
Klasifikasi kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Valenciennes, 1828 dalam Froese and Pauly, 2000): Kingdom: Animalia Phylum: Chordata Class: Actinopterygii Ordo: Perciformes Family: Serranidae Genus: Cromileptes
Species: Cromileptes altivelis
(2) Jenis dan metode pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berasal dari hasil pengukuran konsumsi oksigen benih ikan kerapu bebek saat sendirian (Ii) dan tidak sendirian (Ik) selama pengukuran. Data tersebut adalah:
1) Konsentrasi oksigen terlarut (DO) dalam air (mg O2/liter)
2) Kandungan NH3un-ionized (mg/liter) dalam air saat awal dan akhir pengukuran 3) Suhu air laut dalam respirometer (ºC)
4) Nilai pH
6) Tingkah laku ikan berdasarkan: lamanya waktu bukaan operculum, aktivitas dan posisi ikan selama di dalam tabung respirometer.
Pengambilan data yang terdiri dari konsentrasi DO, suhu air dan suhu ruang serta nilai pH dilakukan setiap lima menit sekali selama 2 jam. Adapun data NH3 un-
ionized diperoleh dengan cara mengambil contoh air laut di awal dan di akhir pengukuran.
(3) Pengolahan dan analisis data
Khusus data konsentrasi DO yang diperoleh, untuk selanjutnya diolah dengan menggunakan persamaan Schreck dan Moyle (1990), guna memperoleh nilai laju konsumsi oksigen ikan. Persamaan yang digunakan adalah:
... (1) di mana:
KO = kecepatan konsumsi O2 (mg O2/menit)
DO0 = oksigen terlarut saat awal pengukuran (mg O2/liter) DO1 = oksigen terlarut saat akhir pengukuran (mg O2/liter) V = Volume air dalam tabung respirometer (liter) T = waktu pengukuran (menit)
Adapun data lainnya (kecuali data tingkah laku ikan) disajikan dalam bentuk grafik untuk dikaji perubahannya selama waktu pengamatan. Pengolahan data tingkah laku ikan dilakukan dengan cara mendeskripsikan tingkah laku ikan yang terdiri dari aktivitas, posisi dan lamanya waktu yang dibutuhkan ikan untuk membuka dan menutup
operculum.
Analisis data dilakukan dengan cara numeric-comparative. Data yang dibandingkan adalah data suhu air laut, konsentrasi oksigen terlarut, konsumsi oksigen ikan serta NH3 un-ionized pada dua kondisi yaitu kondisi Ii dan Ik. Perbandingan dilakukan dengan cara tampilan grafik dan atau tabulasi. Analisis statistik juga dilakukan untuk melihat beda nyata antara kontribusi suhu di air yang dihasilkan dan nilai konsumsi oksigen yang digunakan oleh individu ikan dan individu ikan pada kondisi berkelompok. Perlakuan adalah individu ikan saat sendiri (kondisi Ii) dan
individu ikan saat berkelompok (kondisi Ik). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk membuktikan adanya perbedaan perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah hasil pengukuran pada saat kondisi Ii dan Ik (Steel and Torrie, 1995).
Nilai tingkat konsumsi benih ikan kerapu bebek yang diperoleh pada akhirnya digunakan untuk menentukan densitas benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5-7 cm (TL) dalam satu liter air laut. Penentuan densitas benih ikan dilakukan dengan menggunakan persamaan: 2 2 KBO Vol JO DB= × sw ... (2) di mana:
DB = Densitas benih (ekor/liter)
JO2 = Jumlah O2 yang terkandung dalam 1 liter air laut (mg O2/liter) KBO2 = Jumlah O2 yang dibutuhkan oleh 1 ekor benih ikan kerapu
(mg O2/ekor)
Volsw = volume air laut yang terdapat dalam 1 unit model palka (liter)
Hasil kajian mitigasi risiko untuk selanjutnya diuji coba dalam simulasi transportasi benih ikan kerapu bebek.
3.4 Uji Coba Hasil Mitigasi Risiko dalam Simulasi Transportasi Benih Ikan