• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan Penetapan Kadarnya Secara Gravimetri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan Penetapan Kadarnya Secara Gravimetri"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEMISAHAN ASAM LEMAK PADA SABUN MANDI DAN

PENETAPAN KADARNYA SECARA GRAVIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

YUNISAH SAHRO LUBIS

NIM 102410085

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun

berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan.

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

USU.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

3. Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing

Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III

Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

(4)

6. Bapak Drs. I Gde Nyoman Suwandi, M.M., Apt., selaku Kepala BBPOM di

Medan yang telah memberi izin pelaksanaan PKL.

7. Ibu Lambok Okta, M.Kes., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL di

BBPOM di Medan.

8. Seluruh staf dan karyawan BBPOM di Medan yang telah membantu selama

melaksanakan PKL.

9. Ayahanda Nizar Lubis , ibunda drg. Murni Batubara tercinta serta adik-adikku

Desi Mutia Sari Lubis dan Fadlan Syarif Lubis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak luput dari

kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis

berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2013

Penulis,

(5)

PEMISAHAN ASAM LEMAK PADA SABUN MANDI DAN PENETAPAN KADARNYA SECARA GRAVIMETRI

ABSTRAK

Sabun mandi adalah senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, termaksud lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester kolesterol dan lilin. Menurut SNI 06-3532-1994, persyaratan asam lemak pada sabun mandi harus lebih besar dari 70%. Berdasarkan hasil pemisahan asam lemak dan penetapan kadarnya pada sabun mandi secara gravimetric maka diperoleh kadar asam lemak sebesar 83,34% sehingga kadar asam lemak pada sabun mandi memenuhi persyaratan.

(6)

SEPARATION OF FATTY ACID BATH SOAP AND DETERMINATION LEVELS GRAVIMETRICALLY

ABSTRACT

Bath soap is a compound of sodium with a fatty acid that is used as a cleaning material body, solid, with a foaming or other additions as well as non-irritating to the skin. A fatty acid builder various lipid compounds, referred to simple lipids, fosfogliserida, glikolipida, cholesterol esters and wax. According to SNI 06-3532-1994, fatty acid requirements in soap must be greater than 70%. Based on results of the separation and determination of fatty acid levels in the gravimetric soap then obtained fatty acid content of 83.34% so that the levels of fatty acids in the soap eligible.

(7)
(8)

3.2 Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan

Penetapan Kadarnya Secara Gravimetri ……… 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 13

4.1 Hasil ………... 13

4.2 Pembahasan ……… 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 14

5.1 Kesimpulan ……….... 14

5.2 Saran ………..…… 14

DAFTAR PUSTAKA ……….…...…………. 15

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan

(10)

PEMISAHAN ASAM LEMAK PADA SABUN MANDI DAN PENETAPAN KADARNYA SECARA GRAVIMETRI

ABSTRAK

Sabun mandi adalah senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, termaksud lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester kolesterol dan lilin. Menurut SNI 06-3532-1994, persyaratan asam lemak pada sabun mandi harus lebih besar dari 70%. Berdasarkan hasil pemisahan asam lemak dan penetapan kadarnya pada sabun mandi secara gravimetric maka diperoleh kadar asam lemak sebesar 83,34% sehingga kadar asam lemak pada sabun mandi memenuhi persyaratan.

(11)

SEPARATION OF FATTY ACID BATH SOAP AND DETERMINATION LEVELS GRAVIMETRICALLY

ABSTRACT

Bath soap is a compound of sodium with a fatty acid that is used as a cleaning material body, solid, with a foaming or other additions as well as non-irritating to the skin. A fatty acid builder various lipid compounds, referred to simple lipids, fosfogliserida, glikolipida, cholesterol esters and wax. According to SNI 06-3532-1994, fatty acid requirements in soap must be greater than 70%. Based on results of the separation and determination of fatty acid levels in the gravimetric soap then obtained fatty acid content of 83.34% so that the levels of fatty acids in the soap eligible.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Iswari, 2007). Kosmetik sudah dikenal

sejak zaman dahulu kala, di Mesir 3000 tahun sebelum masehi telah digunakan

sebagai bahan alami untuk kosmetik, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

maupun hewan. Pengetahuan kosmetik tersebut kemudian menyebar ke seluruh

penjuru dunia melalui jalur komunikasi yang terjadi dalam kegiatan perdagangan,

agama, budaya politik dan militer. Di Indonesia sendiri sejarah tentang

kosmetologi telah dimulai jauh sebelum zaman penjajahan Belanda. Kosmetik

dewasa ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi hampir seluruh wanita dan

sebagian pria (Wasitaatmadja, 1997).

Sabun mandi merupakan salah satu jenis sedian kosmetik, terdiri atas

sabun mandi lunak dan padat dimana yang sangat akrab dalam kehidupan

sehari-hari. Umumnya sebagian besar masyarakat menggunakan sabun mandi padat untuk

membersihkan badan. Hal ini karena sabun mandi padat harganya relatif lebih murah,

namun memiliki kelemahan dari sisi keamanan jika dipakai bersama dan sulit untuk

dibawa kemana-mana. Tetapi untuk pemakaian pribadi di rumah, sabun mandi padat

(13)

mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya, basa yang

digunakan adalah kaliumhidroksida (kaustik potas). Sabun jenis ini disebut sabun

lunak karena kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching) yang lebih

lunak dari pada natrium hidroksida yang digunakan pada sabun keras. Contoh

sabun lunak adalah semua produk sabun mandi, sampo dan pasta gigi (Iswari,

2007).

Menurut SNI 06-3532-1994 sabun mandi adalah senyawa natrium dengan

asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat,

berbusa, dengan penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi kulit. Sabun adalah

garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal secara umum oleh masyarakat

karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih

dan pencuci, banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari

asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan

dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80-100°C melalui

suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi ( Hangga, 2010).

Alkali dapat merusak kulit dari pada menghilangkan bahan berminyak dari

kulit, walaupun dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses hidrolisis

sehingga untuk mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH

5,8-10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkalis lebih banyak, pH

kulit normal antara 3-6 tetapi bila dicuci dengan sabun pH menjadi 9, walaupun kulit

cepat bertukar kembali menjadi normal mungkin ini tidak diinginkan pada penyakit

kulit tertentu (Hangga, 2010).

Lemak ataupun minyak dihidrolisis, akan terbentuk gliserol dan asam

(14)

Na dan K dari asam lemak. Sabun Na dan K larut dalam air, sedangkan Ca dan

Mg tidak larut. Sabun Na (sabun keras) digunakan untuk mencuci dan sabun K

(sabun lunak) digunakan untuk sabun mandi (Zulbadar, 2008). Jumlah asam

lemak yang baik pada sabun memiliki total asam lemak dengan nilai lebih besar

dari 70% artinya bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi (bahan

aditif) dalam pembuatan sabun sebaiknya kurang dari 30% (William and Schmidt,

2002).

Sabun mandi mempunyai kadar asam lemak yang tinggi dan dapat

mengakibakan alergi pada kulit seperti gatal-gatal, kulit memerah ataupun iritasi pada

kulit konsumen sehingga produk tersebut tidak layak untuk digunakan. Tugas akhir

ini berjudul “Pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan penetapan kadarnya

secara gravimetri”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)

Medan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah pemisahan asam lemak pada sabun mandi

dan penetapan kadarnya, untuk mengetahui apakah kadar asam lemak pada sabun

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.3 Manfaat

Manfaat yang digunakan diperoleh dari pemisahan asam lemak pada sabun

(15)

yang beredar dipasaran memenuhi persyaratan kadar asam lemak sehingga produk

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun

Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

natrium stearat, (C17H35COO⁻Na⁺).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan

melalui kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan

permukaan air.Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari

anion sabun (Rukaesih, 2004). Menurut SNI 06-3532-1994 sabun mandi adalah

senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih

tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan atau penambahan lain serta tidak

menyebabkan iritasi pada kulit.

Sabun merupakan produk pembersih untuk kulit manusia yang

mmempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan minyak dan ujung anion

yang larut air.Mekanisme sabun mengangkat minyak/lemak dari benda.Molekul

sabun larut dalam air dimana ujung hidrofobik mengepung molekul minyak

sedangkan ujung anion terlarut dalam air membentuk misel sehingga minyak

terlepas dari benda.Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak

dapat larut dalam air yang dikenal sebagai sabun. Asam lemak yang digunakan

untuk sabun umumnya adalah asam palmitat atau stearat, dalam industri sabun

tidak dibuat dari asam lemak tetapi langsung dari minyak yang berasal dari

tumbuhan, dimana minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dalam gliserol (

(17)

2.1.1 Bahan baku

Sabun terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon dari 12 sampai

18.Rantai pendek seperti asam laurat meningkatkan kelarutan dan menghasilkan

banyak busa tetapi kemampuan membersihkan kurang.Rantai yang lebih panjang

seperti asam palmitat mempunyai kemampuan membersihkan yang bagus tetapi

kelarutan kurang dan busa yang dihasilkan sedikit (Spitz, 1996).

Pembuatan sabun, lemak dipanasi dalam ketel besi yang besar dengan

larutan natrium hidroksida dalam air, sampai lemak itu terhidrolisis

sempurna.Pereaksi semacam itu sering disebut penyabunan karena reaksi ini telah

digunakan sejak zaman Romawi kuno untuk mengubah lemak dan minyak

menjadi sabun. Persamaan reaksi menurut Charles, 1980adalah :

(RCO2)3C3H5 + 3NaOH → 3RCO2Na + C3H5(OH)3

Suatu molekul sabun mengandung rantai hidrokarbon panjang plus

ion.Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam

zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.Adanya

rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah

benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena

membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50 – 150) molekul yang rantai

hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung – ujung ion yang menghadap ke air

(18)

2.2 Kegunaan Sabun

Sabun berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak sehingga

dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat

sabun yaitu:

1. Rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun bersifat nonpolar sehingga larut

dalam zat non polar, seperti tetesan-tetesan minyak.

2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh ujung anion

molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Adanya

tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling

bergabung tetapi tersuspensi (Fessenden, 1992).

2.3 Jenis Sabun

Berdasarkan jenis basa yang digunakan maka sabun dapat dibedakan

menjadi dua,yaitu :sabun natrium dikenal dengan sabun keras dan sabun kalium

dikenal sabun lunak. Pembuatan sabun natrium apabila basa yang digunakan

adalah NaOH setelah asam lemak dididihkan, dalam NaOH akan terbentuk

endapan garam Na-stearat seperti lilin yang terpisah dari larutan (Dewi, 2010).

2.4 Saponifikasi

Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur

dengan larutan alkali, dengan kata lain saponifikasi merupakan proses pembuatan

sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang

(19)

merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk mencuci baik pakaian maupun

alat-alat lain (Anonymous, 2007).Alkali yang biasanya digunakan adalah NaOH

dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3. Ada dua produk yang dihasilkan dalam

proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia

antara fatty acid dan alkali. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam

pembuatan sabun, anatara lain : minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut

oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai (soybean oil). Masing-masing

mempunyai karakter dan fungsi yang berlainan (Anonymous, 2007).

2.5 Minyak dan Lemak

Pada dasarnya, lemak dan minyak dihasilkan oleh alam yang bersumber

dari hewan dan tanaman sedangkan berdasarkan pada sumbernya, minyak dan

lemak dapat diklasifikasikan atas hewan (minyak hewani) dan tumbuhan (minyak

nabati). Perbedaan mendasar daripada lemak hewani dan lemak nabati adalah:

1) Lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung

fitosterol,

2) Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati,

3) Lemak hewani mempunyai bilangan Reicher-Meiss lebih besar dari bilangan

lemak nabati.

Beberapa sifat fisik dari minyak dan lemak antara lain: warna, bau amis,

odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymerism, titik didih, splitting point,

titik lunak, shot melting point, berat jenis, indeks bias dan kekeruhan.Zat warna

(20)

komponen kimia yang terdapat dalam minyak. Zat warna alamiah terdapat secara

alamiah dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrasi bersama

minyak bersama dalam proses ekstrasi. Zat warna tersebut antara lain alfa dan

beta karoten, xanthofil dan anthosianin. Zat warna ini menyebabkan minyak

berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan (

Cahyono,2009).

2.5.1 Lemak

Lemak tergolong senyawa ester, merupakan senyawa yang berasal dari

turunan alkohol yang satu atom H pada OH-nya disubstitusi (diganti) dengan

asam. Lemak dan minyak adalah sama, perbedaannya hanya terletak pada

konsistensinya pada suhu kamar. Pada suhu kamar (25ºC-30ºC) minyak akan cair

dan lemak akan padat. Lemak merupakan salah satu makanan pokok manusia

yang bersumber dari tumbuhan dan hewan, sedangkan kolesterol hanya berasal

dari hewan (Zulbadar, 2008).

Lemak mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigensama

seperti pada karbohidrat. Mereka adalah ester dari gliserol dan asam lemak.

Gliserol adalah alkohol trihidrat, yaitu mempunyai tiga gugus hidroksil,

-OH.Rumus umum asam lemak adalah R.COOH dimana R menunjukkan suatu

rantai hidrokarbon.Setiap gugus –OH dari gliserol bereaksi dengan –COOH dari

asam lemak membentuk sebuah molekul lemak.Lemak adalah campuran

trigliseridayang terdiri atas satu molekul gliserol yang berikatan dengan tiga

molekul asam lemak.Digliserida terdiri dari gliserol yang mengikat dua molekul

(21)

dan monogliserida sering terdapat dalam makanan berlemak dalam jumlah sedikit

(Murdijati, 1992).

Lemak merupakan suatu zat yang tidak larut dalam air yang dapat

dipisahkan dari tanaman atau binatang, sedangkan minyak sering disebut juga

asam lemak (fatty acid).Lemak adalah triester dari gliserol yang disebut gliserida

atau trigliserida. Lemak hampir sebagian besar mengandung ester-ester dan pada

dasanya lemak mempunyai komposisi yang sederhana,dan terbentuk dari gliserol

yang dapat mengadakan penggabungan dengan asam-asam organik yang disebut

asam-asm lemak membentuk rangkaian alifatik yang lurus (Sastrohamidjojo,

2005).

2.5.2 Asam lemak

Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, yaitu lipida

sederhana, fosfogliserida, ester kolesterol, lilin.Telah diisolasi lebih dari 70

macam asam lemak dari berbagai sel dan jaringan.Semuanya berupa rantai

hidrokarbon dengan ujungnya berupa gugus karboksil.Rantai ini bisa jenuh atau

juga mengandung ikatan rangkap.Bahkan ada beberapa, asam lemak yang

mempunyai 2, 3, 4, 5, dan 6 ikatan rangkap.Perbedaan sifat asam lemak justru

terletak pada panjang rantai serta jumlah dan posisi ikatan rangkapnya (Aisjah,

1998).

Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon

lurus yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung

lain gugus metil (CH3). Asam lemak jarang terdapat bebas pada alam, akan tetapi

(22)

yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua hidrogen yang terdapat

diikatannya dinamakan asam lemak-jenuh.Asam lemak yang mengandung satu

atau lebih ikatan rangkap dimana dapat diikat tambahan atom hydrogen

dinamakan asam lemak–tidak jenuh.Asam lemak tidak jenuh tunggal mengandung

satu ikatan rangkap, sedangkan asam lemak-tidak jenuh ganda mengandung dua

atau lebih ikatan rangkap (Sunita, 2001).

Asam lemak bersama dengan gliserol merupakan penyusun utama minyak

nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk

hidup. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang

terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida (Cahyono,2009).

2.6 Gravimetri

Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua

dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri

merupakan cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan).

Pekerjaan analisis secara gravimetri dapat dibagi dalam beberapa langkah sebagai

berikut, yaitu pengendapan, penyaringan, pencucian endapan, pengeringan,

pemanasan atau pemijaran, dan penimbangan endapan hingga konstan (Rohman,

2007).

Terdapat beberapa produk detergen sesuai dengan keperluannya sabun

dalam cair biasanya mempunyai kadar air tinggi. Sabun dalam bentuk padat/

batangan juga mempunyai kadar air rendah. Analisis kadar air dalam detergen

(23)

penimbangan yang teliti. Menurut SNI 06-3532-1994 prosedur dalam analisis ini

adalah ditimbang krus porselin sampai berat kosntan dengan menggunakan neraca

analitik, kemudian timbang dengan teliti sampel sabun menggunakanalat yang

sama. Sampel yang terdapat dalam cawan porselin dikeringkan dalam oven 100°C

dalam krus 1 jam, untuk memaksimalkan penghilangan uap air dalam sampel

selama proses penguapan sebelumnya. Sampel didinginkan dan dikeringkan

dalam desikator selama 30 menit, selanjutnya sampel ditimbang dengan teliti

sampai berat konstan.Perbedaan berat sampel mula-mula dengan sampel yang

(24)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan penetapan

kadarnya dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) yang

beralamat Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.

3.2 Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan Penetapan Kadarnya Secara Gravimetri

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah spatula, timbangan analitik (Analitic Balance

Digital Precisa XB 220 A), oven (Drying Oven Lab Tech LDO 060E), lemari

asam, corong pisah. Bahan yang digunakan adalah sabun mandi (BBPOM).

b. Prosedur

Prosedur yang digunakan adalah prosedur yang diterapkan di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Persiapan sampel

Contoh sabun yang akan diuji dipotong-potong halus lalu masukkan ke

dalam botol bertutup asah, kemudian segera campur serba sama dan digunakan

untuk pengujian agar menghindari kemungkinan menguapnya air.

Cara ekstraksi dengan pelarut

a. Timbang teliti kurang lebih 10 g sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer,

larutkan dalam 50 ml air.

(25)

c. Tambahkan H2S04 20% berlebihan hingga semua asam lemak terbebaskan

dari natrium, yang ditunjukkan oleh timbulnya warna merah.

d. Masukkan dalam corong pemisah.

e. Endapan silikat dan lainnya jangan dimasukkan dalam corong pemisah.

f. Endap tuangkan dengan heksana (jenis 40˚ - 60˚C dan larutan air

dikeluarkan dengan heksana) dituangkan dalam Erlenmeyer.

g. Pengujian ini diulangi sampai pelarut berjumlah kurang lebih 100 ml.

h. Pelarut dikocok dan dicuci dengan air sampai tidak bereaksi asam.

Tiap-tiap pengocokkan dipakai 10 ml air.

i. Pelarut kemudian dikeringkan dengan natrium sulfat kering, saring dan

masukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah ditimbang terlebih dahulu beserta

batu didih (W1).

Pelarut disuling dan erlenmeyer dikeringkan pada suhu 102˚ - 105˚C sampai

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada percobaan pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan penetapan

kadarnya dengan metode gravimetri, diketahui bahwa sabun mandi yang diuji

mengandung kadar 83,349%. Contoh perhitungan hasil pengujian dapat dilihat

pada Lampiran.

4.2 Pembahasan

Sabun mandi yang diuji memenuhi persyaratan, karena menurut SNI

06-3532-1994 mempunyai syarat lebih besar dari 70%.

Sifat asam lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya, asam lemak

berantai jenuh yang mengandung 1 sampai 8 atom berupa cairan sedangkan lebih

dari 8 atom karbon berupa padatan. Asam stearat mempunyai titik cair 70ºC tetapi

dengan adanya satu saja ikatan tidak jenuh seperti pada asam oleat, titik cairnya

menurun sampai 14ºC. dengan tambahan beberapa ikatan rangkap, titik cair bias

lebih rendah lagi. Hubungan antara titik cair dengan panjang dan ikatan rangkap

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan

penetapan kadarnya dengan metode gravimetri, diketahui bahwa sabun mandi

yang diuji mengandung kadar 83,349%, sabun mandi yang diuji memenuhi

persyaratan kadarnya karena menurut SNI 06-3532-1994 mempunyai kadar yang

diperbolehkan untuk sabun mandi adalah maksimal lebih besar dari 70%.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pemisahan asam

lemak pada sabun mandi lainnya misalnya sabun mandi yang mengandung daun

sirih. Sebaiknya dilakukan uji parameter lainnya seperti organoleptis, uji merkuri

dan pH. Jenis pengujian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui layak atau

tidaknya suatu produk sabun mandi untuk digunakan bagi masyarakat yang

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Aisjah, G. (1998). Biokimia I. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anonim. (2007)

Cahyono, E. (2009)

BSN. (1994). Sabun Mandi; SNI 06-3534-1994. Jakaarta: Badan Standarisasi Nasional.

Charles, W., Donal, C., dan Jesse, H. (1980). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 938.

Dewi, D. (2010). Produk pembersih Rumah Tangga. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan FTSP. Hal.40.

Fessenden,R. (1992). Kimia Organik jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 97.

Hangga, C. (2010). Analisa penentuan asam-asam lemak pada sabun dengan metode ekstraksi pelarut dan GC (Gas Cromatograf).

Iswari, Retno. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Hal. 99, 100.

Murdijati, G., Sri, N., Agnes, M., dan Sardjono. (1992). Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 75.

Poedjiaji, A. (2007). Dasar-dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 91, 97.

Rukaesih, A. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 111.

Sastrohamidjojo, H. (2005). Kimia Organik : Stereokimia, Lemak dan protein. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity. Hal. 26.

(29)

Sunita, A. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 52-53.

Wasitaatmadja, Syarif. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 97.

Williams, D. F., Schmitt, W. H. (2002). Kimia dan Teknologi Industri kosmetika dan produk-produk Perawatan Diri. Bogor : IPB.

(30)

Lampiran

Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan Penetapan Kadarnya

Secara Gravimetri

Nama contoh : Sabun mandi extraderm whitening bath soap

No. Kode contoh : 77/D1

Wadah/kemasan : Kotak/80 gram

Pabrik : PT. Cahaya Subur Prima

Komposisi : Fatty acid salt, calcium carbonate, glycerin, sodium

silicade, titanium dioxide, water, butylated hydroxy

toluene, fragrance, Cl 19140, Cl 42045.

Waktu daluarsa : -

Data penimbangan sebelum dikeringkan:

Bobot wadah kosong : 73,3033 gram

Bobot wadah + cuplikan : 112,3108 gram

(31)

Data penimbangan setelah dikeringkan:

Bobot wadah + cuplikan : 103,4801 gram

Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 8,8307 gram

Rumus Perhitungan: × 100%

dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)

W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram)

Data penimbangan sebelum dikeringkan:

Bobot wadah kosong : 52,5366 gram

Bobot wadah + cuplikan : 101,3754 gram

Bobot cuplikan : 48,8388 gram

Data penimbangan setelah dikeringkan:

Bobot wadah + cuplikan : 93,3034 gram

Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 8,072 gram

Rumus Perhitungan: × 100%

dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)

(32)

Kadar asam lemak jumlah yang di dapat adalah:

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil percobaan penetapan kadar air pada sabun mandi sere dengan metode pengeringan, diketahui bahwa Sabun mandi sere yang diuji mengandung air dengan kadar 8,04 %, Sabun

Bahwa asam lemak rantai panjang lebih banyak daripada asam lemak rantai sedang dari beberapa merek sabun mandi yang beredar di Kota Medan. Kadar asam laurat dalam setiap merek

Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi pemutih padat dilakukan secara gravimetri. Hasil yang diperoleh adalah

Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi pemutih padat dilakukan secara gravimetri. Hasil yang diperoleh adalah

Dari hasil percobaan penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi pemutih padat secara gravimetri, diketahui bahwa sabun yang diuji mempunyai kadar air rata-rata 8,45%,

Sabun mandi adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan menghasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai Sabun asam lemak yang digunakan

Sabun pada saat digunakan akan menarik komponen asam lemak bebas yang masih terdapat dalam sabun sehingga secara tidak langsung mengurangi kemampuannya untuk membersihkan minyak