PEMISAHAN ASAM LEMAK PADA SABUN MANDI DAN
PENETAPAN KADARNYA SECARA GRAVIMETRI
TUGAS AKHIR
OLEH:
YUNISAH SAHRO LUBIS
NIM 102410085
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan.
Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
USU.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
3. Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
6. Bapak Drs. I Gde Nyoman Suwandi, M.M., Apt., selaku Kepala BBPOM di
Medan yang telah memberi izin pelaksanaan PKL.
7. Ibu Lambok Okta, M.Kes., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL di
BBPOM di Medan.
8. Seluruh staf dan karyawan BBPOM di Medan yang telah membantu selama
melaksanakan PKL.
9. Ayahanda Nizar Lubis , ibunda drg. Murni Batubara tercinta serta adik-adikku
Desi Mutia Sari Lubis dan Fadlan Syarif Lubis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak luput dari
kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis
berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2013
Penulis,
PEMISAHAN ASAM LEMAK PADA SABUN MANDI DAN PENETAPAN KADARNYA SECARA GRAVIMETRI
ABSTRAK
Sabun mandi adalah senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, termaksud lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester kolesterol dan lilin. Menurut SNI 06-3532-1994, persyaratan asam lemak pada sabun mandi harus lebih besar dari 70%. Berdasarkan hasil pemisahan asam lemak dan penetapan kadarnya pada sabun mandi secara gravimetric maka diperoleh kadar asam lemak sebesar 83,34% sehingga kadar asam lemak pada sabun mandi memenuhi persyaratan.
SEPARATION OF FATTY ACID BATH SOAP AND DETERMINATION LEVELS GRAVIMETRICALLY
ABSTRACT
Bath soap is a compound of sodium with a fatty acid that is used as a cleaning material body, solid, with a foaming or other additions as well as non-irritating to the skin. A fatty acid builder various lipid compounds, referred to simple lipids, fosfogliserida, glikolipida, cholesterol esters and wax. According to SNI 06-3532-1994, fatty acid requirements in soap must be greater than 70%. Based on results of the separation and determination of fatty acid levels in the gravimetric soap then obtained fatty acid content of 83.34% so that the levels of fatty acids in the soap eligible.
3.2 Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan
Penetapan Kadarnya Secara Gravimetri ……… 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 13
4.1 Hasil ………... 13
4.2 Pembahasan ……… 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 14
5.1 Kesimpulan ……….... 14
5.2 Saran ………..…… 14
DAFTAR PUSTAKA ……….…...…………. 15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan
PEMISAHAN ASAM LEMAK PADA SABUN MANDI DAN PENETAPAN KADARNYA SECARA GRAVIMETRI
ABSTRAK
Sabun mandi adalah senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, termaksud lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester kolesterol dan lilin. Menurut SNI 06-3532-1994, persyaratan asam lemak pada sabun mandi harus lebih besar dari 70%. Berdasarkan hasil pemisahan asam lemak dan penetapan kadarnya pada sabun mandi secara gravimetric maka diperoleh kadar asam lemak sebesar 83,34% sehingga kadar asam lemak pada sabun mandi memenuhi persyaratan.
SEPARATION OF FATTY ACID BATH SOAP AND DETERMINATION LEVELS GRAVIMETRICALLY
ABSTRACT
Bath soap is a compound of sodium with a fatty acid that is used as a cleaning material body, solid, with a foaming or other additions as well as non-irritating to the skin. A fatty acid builder various lipid compounds, referred to simple lipids, fosfogliserida, glikolipida, cholesterol esters and wax. According to SNI 06-3532-1994, fatty acid requirements in soap must be greater than 70%. Based on results of the separation and determination of fatty acid levels in the gravimetric soap then obtained fatty acid content of 83.34% so that the levels of fatty acids in the soap eligible.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Iswari, 2007). Kosmetik sudah dikenal
sejak zaman dahulu kala, di Mesir 3000 tahun sebelum masehi telah digunakan
sebagai bahan alami untuk kosmetik, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
maupun hewan. Pengetahuan kosmetik tersebut kemudian menyebar ke seluruh
penjuru dunia melalui jalur komunikasi yang terjadi dalam kegiatan perdagangan,
agama, budaya politik dan militer. Di Indonesia sendiri sejarah tentang
kosmetologi telah dimulai jauh sebelum zaman penjajahan Belanda. Kosmetik
dewasa ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi hampir seluruh wanita dan
sebagian pria (Wasitaatmadja, 1997).
Sabun mandi merupakan salah satu jenis sedian kosmetik, terdiri atas
sabun mandi lunak dan padat dimana yang sangat akrab dalam kehidupan
sehari-hari. Umumnya sebagian besar masyarakat menggunakan sabun mandi padat untuk
membersihkan badan. Hal ini karena sabun mandi padat harganya relatif lebih murah,
namun memiliki kelemahan dari sisi keamanan jika dipakai bersama dan sulit untuk
dibawa kemana-mana. Tetapi untuk pemakaian pribadi di rumah, sabun mandi padat
mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya, basa yang
digunakan adalah kaliumhidroksida (kaustik potas). Sabun jenis ini disebut sabun
lunak karena kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching) yang lebih
lunak dari pada natrium hidroksida yang digunakan pada sabun keras. Contoh
sabun lunak adalah semua produk sabun mandi, sampo dan pasta gigi (Iswari,
2007).
Menurut SNI 06-3532-1994 sabun mandi adalah senyawa natrium dengan
asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat,
berbusa, dengan penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi kulit. Sabun adalah
garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal secara umum oleh masyarakat
karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih
dan pencuci, banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari
asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80-100°C melalui
suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi ( Hangga, 2010).
Alkali dapat merusak kulit dari pada menghilangkan bahan berminyak dari
kulit, walaupun dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses hidrolisis
sehingga untuk mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH
5,8-10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkalis lebih banyak, pH
kulit normal antara 3-6 tetapi bila dicuci dengan sabun pH menjadi 9, walaupun kulit
cepat bertukar kembali menjadi normal mungkin ini tidak diinginkan pada penyakit
kulit tertentu (Hangga, 2010).
Lemak ataupun minyak dihidrolisis, akan terbentuk gliserol dan asam
Na dan K dari asam lemak. Sabun Na dan K larut dalam air, sedangkan Ca dan
Mg tidak larut. Sabun Na (sabun keras) digunakan untuk mencuci dan sabun K
(sabun lunak) digunakan untuk sabun mandi (Zulbadar, 2008). Jumlah asam
lemak yang baik pada sabun memiliki total asam lemak dengan nilai lebih besar
dari 70% artinya bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi (bahan
aditif) dalam pembuatan sabun sebaiknya kurang dari 30% (William and Schmidt,
2002).
Sabun mandi mempunyai kadar asam lemak yang tinggi dan dapat
mengakibakan alergi pada kulit seperti gatal-gatal, kulit memerah ataupun iritasi pada
kulit konsumen sehingga produk tersebut tidak layak untuk digunakan. Tugas akhir
ini berjudul “Pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan penetapan kadarnya
secara gravimetri”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
Medan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah pemisahan asam lemak pada sabun mandi
dan penetapan kadarnya, untuk mengetahui apakah kadar asam lemak pada sabun
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.3 Manfaat
Manfaat yang digunakan diperoleh dari pemisahan asam lemak pada sabun
yang beredar dipasaran memenuhi persyaratan kadar asam lemak sehingga produk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabun
Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti
natrium stearat, (C17H35COO⁻Na⁺).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan
melalui kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan
permukaan air.Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari
anion sabun (Rukaesih, 2004). Menurut SNI 06-3532-1994 sabun mandi adalah
senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih
tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan atau penambahan lain serta tidak
menyebabkan iritasi pada kulit.
Sabun merupakan produk pembersih untuk kulit manusia yang
mmempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan minyak dan ujung anion
yang larut air.Mekanisme sabun mengangkat minyak/lemak dari benda.Molekul
sabun larut dalam air dimana ujung hidrofobik mengepung molekul minyak
sedangkan ujung anion terlarut dalam air membentuk misel sehingga minyak
terlepas dari benda.Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak
dapat larut dalam air yang dikenal sebagai sabun. Asam lemak yang digunakan
untuk sabun umumnya adalah asam palmitat atau stearat, dalam industri sabun
tidak dibuat dari asam lemak tetapi langsung dari minyak yang berasal dari
tumbuhan, dimana minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dalam gliserol (
2.1.1 Bahan baku
Sabun terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon dari 12 sampai
18.Rantai pendek seperti asam laurat meningkatkan kelarutan dan menghasilkan
banyak busa tetapi kemampuan membersihkan kurang.Rantai yang lebih panjang
seperti asam palmitat mempunyai kemampuan membersihkan yang bagus tetapi
kelarutan kurang dan busa yang dihasilkan sedikit (Spitz, 1996).
Pembuatan sabun, lemak dipanasi dalam ketel besi yang besar dengan
larutan natrium hidroksida dalam air, sampai lemak itu terhidrolisis
sempurna.Pereaksi semacam itu sering disebut penyabunan karena reaksi ini telah
digunakan sejak zaman Romawi kuno untuk mengubah lemak dan minyak
menjadi sabun. Persamaan reaksi menurut Charles, 1980adalah :
(RCO2)3C3H5 + 3NaOH → 3RCO2Na + C3H5(OH)3
Suatu molekul sabun mengandung rantai hidrokarbon panjang plus
ion.Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.Adanya
rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah
benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena
membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50 – 150) molekul yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung – ujung ion yang menghadap ke air
2.2 Kegunaan Sabun
Sabun berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak sehingga
dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun yaitu:
1. Rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun bersifat nonpolar sehingga larut
dalam zat non polar, seperti tetesan-tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh ujung anion
molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Adanya
tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tersuspensi (Fessenden, 1992).
2.3 Jenis Sabun
Berdasarkan jenis basa yang digunakan maka sabun dapat dibedakan
menjadi dua,yaitu :sabun natrium dikenal dengan sabun keras dan sabun kalium
dikenal sabun lunak. Pembuatan sabun natrium apabila basa yang digunakan
adalah NaOH setelah asam lemak dididihkan, dalam NaOH akan terbentuk
endapan garam Na-stearat seperti lilin yang terpisah dari larutan (Dewi, 2010).
2.4 Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur
dengan larutan alkali, dengan kata lain saponifikasi merupakan proses pembuatan
sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang
merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk mencuci baik pakaian maupun
alat-alat lain (Anonymous, 2007).Alkali yang biasanya digunakan adalah NaOH
dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3. Ada dua produk yang dihasilkan dalam
proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia
antara fatty acid dan alkali. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam
pembuatan sabun, anatara lain : minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut
oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai (soybean oil). Masing-masing
mempunyai karakter dan fungsi yang berlainan (Anonymous, 2007).
2.5 Minyak dan Lemak
Pada dasarnya, lemak dan minyak dihasilkan oleh alam yang bersumber
dari hewan dan tanaman sedangkan berdasarkan pada sumbernya, minyak dan
lemak dapat diklasifikasikan atas hewan (minyak hewani) dan tumbuhan (minyak
nabati). Perbedaan mendasar daripada lemak hewani dan lemak nabati adalah:
1) Lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol,
2) Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati,
3) Lemak hewani mempunyai bilangan Reicher-Meiss lebih besar dari bilangan
lemak nabati.
Beberapa sifat fisik dari minyak dan lemak antara lain: warna, bau amis,
odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymerism, titik didih, splitting point,
titik lunak, shot melting point, berat jenis, indeks bias dan kekeruhan.Zat warna
komponen kimia yang terdapat dalam minyak. Zat warna alamiah terdapat secara
alamiah dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrasi bersama
minyak bersama dalam proses ekstrasi. Zat warna tersebut antara lain alfa dan
beta karoten, xanthofil dan anthosianin. Zat warna ini menyebabkan minyak
berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan (
Cahyono,2009).
2.5.1 Lemak
Lemak tergolong senyawa ester, merupakan senyawa yang berasal dari
turunan alkohol yang satu atom H pada OH-nya disubstitusi (diganti) dengan
asam. Lemak dan minyak adalah sama, perbedaannya hanya terletak pada
konsistensinya pada suhu kamar. Pada suhu kamar (25ºC-30ºC) minyak akan cair
dan lemak akan padat. Lemak merupakan salah satu makanan pokok manusia
yang bersumber dari tumbuhan dan hewan, sedangkan kolesterol hanya berasal
dari hewan (Zulbadar, 2008).
Lemak mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigensama
seperti pada karbohidrat. Mereka adalah ester dari gliserol dan asam lemak.
Gliserol adalah alkohol trihidrat, yaitu mempunyai tiga gugus hidroksil,
-OH.Rumus umum asam lemak adalah R.COOH dimana R menunjukkan suatu
rantai hidrokarbon.Setiap gugus –OH dari gliserol bereaksi dengan –COOH dari
asam lemak membentuk sebuah molekul lemak.Lemak adalah campuran
trigliseridayang terdiri atas satu molekul gliserol yang berikatan dengan tiga
molekul asam lemak.Digliserida terdiri dari gliserol yang mengikat dua molekul
dan monogliserida sering terdapat dalam makanan berlemak dalam jumlah sedikit
(Murdijati, 1992).
Lemak merupakan suatu zat yang tidak larut dalam air yang dapat
dipisahkan dari tanaman atau binatang, sedangkan minyak sering disebut juga
asam lemak (fatty acid).Lemak adalah triester dari gliserol yang disebut gliserida
atau trigliserida. Lemak hampir sebagian besar mengandung ester-ester dan pada
dasanya lemak mempunyai komposisi yang sederhana,dan terbentuk dari gliserol
yang dapat mengadakan penggabungan dengan asam-asam organik yang disebut
asam-asm lemak membentuk rangkaian alifatik yang lurus (Sastrohamidjojo,
2005).
2.5.2 Asam lemak
Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, yaitu lipida
sederhana, fosfogliserida, ester kolesterol, lilin.Telah diisolasi lebih dari 70
macam asam lemak dari berbagai sel dan jaringan.Semuanya berupa rantai
hidrokarbon dengan ujungnya berupa gugus karboksil.Rantai ini bisa jenuh atau
juga mengandung ikatan rangkap.Bahkan ada beberapa, asam lemak yang
mempunyai 2, 3, 4, 5, dan 6 ikatan rangkap.Perbedaan sifat asam lemak justru
terletak pada panjang rantai serta jumlah dan posisi ikatan rangkapnya (Aisjah,
1998).
Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon
lurus yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung
lain gugus metil (CH3). Asam lemak jarang terdapat bebas pada alam, akan tetapi
yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua hidrogen yang terdapat
diikatannya dinamakan asam lemak-jenuh.Asam lemak yang mengandung satu
atau lebih ikatan rangkap dimana dapat diikat tambahan atom hydrogen
dinamakan asam lemak–tidak jenuh.Asam lemak tidak jenuh tunggal mengandung
satu ikatan rangkap, sedangkan asam lemak-tidak jenuh ganda mengandung dua
atau lebih ikatan rangkap (Sunita, 2001).
Asam lemak bersama dengan gliserol merupakan penyusun utama minyak
nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk
hidup. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang
terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida (Cahyono,2009).
2.6 Gravimetri
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua
dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri
merupakan cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan).
Pekerjaan analisis secara gravimetri dapat dibagi dalam beberapa langkah sebagai
berikut, yaitu pengendapan, penyaringan, pencucian endapan, pengeringan,
pemanasan atau pemijaran, dan penimbangan endapan hingga konstan (Rohman,
2007).
Terdapat beberapa produk detergen sesuai dengan keperluannya sabun
dalam cair biasanya mempunyai kadar air tinggi. Sabun dalam bentuk padat/
batangan juga mempunyai kadar air rendah. Analisis kadar air dalam detergen
penimbangan yang teliti. Menurut SNI 06-3532-1994 prosedur dalam analisis ini
adalah ditimbang krus porselin sampai berat kosntan dengan menggunakan neraca
analitik, kemudian timbang dengan teliti sampel sabun menggunakanalat yang
sama. Sampel yang terdapat dalam cawan porselin dikeringkan dalam oven 100°C
dalam krus 1 jam, untuk memaksimalkan penghilangan uap air dalam sampel
selama proses penguapan sebelumnya. Sampel didinginkan dan dikeringkan
dalam desikator selama 30 menit, selanjutnya sampel ditimbang dengan teliti
sampai berat konstan.Perbedaan berat sampel mula-mula dengan sampel yang
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan penetapan
kadarnya dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) yang
beralamat Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan Penetapan Kadarnya Secara Gravimetri
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah spatula, timbangan analitik (Analitic Balance
Digital Precisa XB 220 A), oven (Drying Oven Lab Tech LDO 060E), lemari
asam, corong pisah. Bahan yang digunakan adalah sabun mandi (BBPOM).
b. Prosedur
Prosedur yang digunakan adalah prosedur yang diterapkan di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
Persiapan sampel
Contoh sabun yang akan diuji dipotong-potong halus lalu masukkan ke
dalam botol bertutup asah, kemudian segera campur serba sama dan digunakan
untuk pengujian agar menghindari kemungkinan menguapnya air.
Cara ekstraksi dengan pelarut
a. Timbang teliti kurang lebih 10 g sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer,
larutkan dalam 50 ml air.
c. Tambahkan H2S04 20% berlebihan hingga semua asam lemak terbebaskan
dari natrium, yang ditunjukkan oleh timbulnya warna merah.
d. Masukkan dalam corong pemisah.
e. Endapan silikat dan lainnya jangan dimasukkan dalam corong pemisah.
f. Endap tuangkan dengan heksana (jenis 40˚ - 60˚C dan larutan air
dikeluarkan dengan heksana) dituangkan dalam Erlenmeyer.
g. Pengujian ini diulangi sampai pelarut berjumlah kurang lebih 100 ml.
h. Pelarut dikocok dan dicuci dengan air sampai tidak bereaksi asam.
Tiap-tiap pengocokkan dipakai 10 ml air.
i. Pelarut kemudian dikeringkan dengan natrium sulfat kering, saring dan
masukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah ditimbang terlebih dahulu beserta
batu didih (W1).
Pelarut disuling dan erlenmeyer dikeringkan pada suhu 102˚ - 105˚C sampai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada percobaan pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan penetapan
kadarnya dengan metode gravimetri, diketahui bahwa sabun mandi yang diuji
mengandung kadar 83,349%. Contoh perhitungan hasil pengujian dapat dilihat
pada Lampiran.
4.2 Pembahasan
Sabun mandi yang diuji memenuhi persyaratan, karena menurut SNI
06-3532-1994 mempunyai syarat lebih besar dari 70%.
Sifat asam lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya, asam lemak
berantai jenuh yang mengandung 1 sampai 8 atom berupa cairan sedangkan lebih
dari 8 atom karbon berupa padatan. Asam stearat mempunyai titik cair 70ºC tetapi
dengan adanya satu saja ikatan tidak jenuh seperti pada asam oleat, titik cairnya
menurun sampai 14ºC. dengan tambahan beberapa ikatan rangkap, titik cair bias
lebih rendah lagi. Hubungan antara titik cair dengan panjang dan ikatan rangkap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pemisahan asam lemak pada sabun mandi dan
penetapan kadarnya dengan metode gravimetri, diketahui bahwa sabun mandi
yang diuji mengandung kadar 83,349%, sabun mandi yang diuji memenuhi
persyaratan kadarnya karena menurut SNI 06-3532-1994 mempunyai kadar yang
diperbolehkan untuk sabun mandi adalah maksimal lebih besar dari 70%.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pemisahan asam
lemak pada sabun mandi lainnya misalnya sabun mandi yang mengandung daun
sirih. Sebaiknya dilakukan uji parameter lainnya seperti organoleptis, uji merkuri
dan pH. Jenis pengujian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui layak atau
tidaknya suatu produk sabun mandi untuk digunakan bagi masyarakat yang
DAFTAR PUSTAKA
Aisjah, G. (1998). Biokimia I. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. (2007)
Cahyono, E. (2009)
BSN. (1994). Sabun Mandi; SNI 06-3534-1994. Jakaarta: Badan Standarisasi Nasional.
Charles, W., Donal, C., dan Jesse, H. (1980). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 938.
Dewi, D. (2010). Produk pembersih Rumah Tangga. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan FTSP. Hal.40.
Fessenden,R. (1992). Kimia Organik jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 97.
Hangga, C. (2010). Analisa penentuan asam-asam lemak pada sabun dengan metode ekstraksi pelarut dan GC (Gas Cromatograf).
Iswari, Retno. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Hal. 99, 100.
Murdijati, G., Sri, N., Agnes, M., dan Sardjono. (1992). Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 75.
Poedjiaji, A. (2007). Dasar-dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 91, 97.
Rukaesih, A. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 111.
Sastrohamidjojo, H. (2005). Kimia Organik : Stereokimia, Lemak dan protein. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity. Hal. 26.
Sunita, A. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 52-53.
Wasitaatmadja, Syarif. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 97.
Williams, D. F., Schmitt, W. H. (2002). Kimia dan Teknologi Industri kosmetika dan produk-produk Perawatan Diri. Bogor : IPB.
Lampiran
Pemisahan Asam Lemak Pada Sabun Mandi Dan Penetapan Kadarnya
Secara Gravimetri
Nama contoh : Sabun mandi extraderm whitening bath soap
No. Kode contoh : 77/D1
Wadah/kemasan : Kotak/80 gram
Pabrik : PT. Cahaya Subur Prima
Komposisi : Fatty acid salt, calcium carbonate, glycerin, sodium
silicade, titanium dioxide, water, butylated hydroxy
toluene, fragrance, Cl 19140, Cl 42045.
Waktu daluarsa : -
Data penimbangan sebelum dikeringkan:
Bobot wadah kosong : 73,3033 gram
Bobot wadah + cuplikan : 112,3108 gram
Data penimbangan setelah dikeringkan:
Bobot wadah + cuplikan : 103,4801 gram
Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 8,8307 gram
Rumus Perhitungan: × 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)
W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram)
Data penimbangan sebelum dikeringkan:
Bobot wadah kosong : 52,5366 gram
Bobot wadah + cuplikan : 101,3754 gram
Bobot cuplikan : 48,8388 gram
Data penimbangan setelah dikeringkan:
Bobot wadah + cuplikan : 93,3034 gram
Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 8,072 gram
Rumus Perhitungan: × 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)
Kadar asam lemak jumlah yang di dapat adalah: