• Tidak ada hasil yang ditemukan

Predominant Factors That Influence Foreign Tourists In Choosing Their Preference Destinations In Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Predominant Factors That Influence Foreign Tourists In Choosing Their Preference Destinations In Bali"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG MEMENGARUHI

WISATAWAN ASING TERHADAP PEMILIHAN DAERAH

TUJUAN WISATA DI BALI

LASTRIANA SIREGAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis faktor-faktor utama yang memengaruhi wisatawan asing terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan, maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dari bagian akhir tesis ini.

Jakarta, 06 Desember 2011

(3)

CHOOSING THEIR PREFERENCE DESTINATIONS IN BALI

Tourism Industry is one of the most important sector on Indonesian's economy. This sector is capable of providing Government's revenue, especially with an increase of number of tourist to visit a certain tourist destination. Indonesia in this case, have a choice of many tourist destinations, one of many amongst the favorite destination is Bali. Bali is known as a safe destination to visit, therefore the percentage of tourists from all over the world who visited the island continue to rise. According to consumer's behavior theory there are different types of factors that can stimulate consumer's decision making process, these factors may come from external and/or internal influences. When it comes to travel, tourist's individual behavior plays the most important factor that would influence their decision in choosing travel destination. Therefore, a study was prepared to determine traveler's preferences and motivation in choosing Bali as their holiday's destination.

This research was conducted in Bali at four (4) different outbound tour operators. Primary Data was gathered through a set of questioners that was given to 204 foreign tourists as the respondent. Research methods used were regression analysis and factor analysis using Statistical Package for the Social Science (SPSS) version 17. The study helps to learn on the factors that influence consumers when purchasing a product, using variables such as: Psychology factors, motivation, needs, personality, behavioral, social, economy and demographic. Respondents were asked to scale (likert scale) from 1-5 when asked on their agreement level for each statement from 33 variables. Findings has shown that psychology is the main internal factors and atmosphere is the main external factors that influences traveler's on choosing Bali as the travel destination. In comparison to both factors, the internal factors such as psychology, motivation, needs, personality and behavioral are a more dominant factors. On the contrary, this study has found the real understanding of traveler's vacation preferences, motivations, lifestyle and style of vacation affecting the number of visits to Bali.

(4)

LASTRIANA SIREGAR. Faktor-faktor utama yang memengaruhi wisatawan asing dalam pemilihan daerah tujuan wisata di Bali. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS selaku ketua dan H. MA’MUN SARMA selaku anggota.

Industri pariwisata merupakan industri yang mempunyai andil terhadap sektor ekonomi Indonesia, yang mampu memberikan devisa jika wisatawan yang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata meningkat. Indonesia mempunyai beragam tempat tujuan wisata, dengan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang terkenal di dunia adalah pulau Bali. Bali merupakan pulau yang dikenal sebagai destinasi yang aman untuk dikunjungi, sehingga persentase wisatawan manca negara yang berkunjung ke Bali terus meningkat. Menurut teori perilaku konsumen, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli atau memilih sebuah produk atau jasa. Faktor-faktor yang menstimuli konsumen berasal dari pengaruh eksternal maupun internal. Memilih sebuah daerah tujuan wisata ditentukan oleh perilaku masing-masing wisatawan berandil cukup besar memengaruhi keputusan akhirnya. Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah dari penelitian ini adalah faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang memengaruhi keputusan wisatawan terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali dan faktor-faktor utama apakah yang memengaruhi keputusan wisatawan asing terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang memengaruhi keputusan wisatawan asing terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali dan menganalisa faktor-faktor utama yang memengaruhi wisatawan asing terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali.

Penelitian dilakukan di Bali di empat (4) outbound tour operator, dengan tujuan dapat mengambil contoh dari beragam warga negara, data primer diambil melalui wawancara dengan alat Bantu kuesioner kepada 204 responden yang terdiri dari wisatawan asing. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi dan analisis faktor menggunakan Statistical Package for the Social Science (SPSS) versi 17. Peubah dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi konsumen dalam pembeli suatu produk, yaitu faktor psikologi, motivasi, kebutuhan, kepribadian, sikap, sosial dan ekonomi, dan demografik. Para responden memilih skala diantara 1-5 yang menjelaskan tingkat kesetujuan pada tiap pernyataan dari 33 peubah.

(5)

kuesioner wisatawan mencari destinasi yang memberikan jaminan keamanan dan bepergian ketempat yang nyaman dan familiar.

Pelaku pariwisata dapat menggunakan hasil penelitian ini guna menciptakan strategi pemasaran yang tepat sasaran dan selaras dengan keinginan (demand) daripada konsumen. Promosi yang dilakukan hendaknya memperhatikan hal tersebut di atas, contohnya "Kuta dan Sanur Festival" yang diadakan setiap tahunnya di Bali sesuai dengan wisatawan yang ingin berkunjung ke Bali, karena termotivasi untuk belajar dan mengetahui tentang kekayaan budaya Bali. Selanjutnya, promosi juga dapat disesuaikan dengan gaya hidup wisatawan. Bagi wisatawan yang suka melakukan yoga atau meditasi promosi program workshop yoga digabungkan dengan paket berlibur di Bali dapat menarik perhatian wisatawan asing. Promosi ini harus dibuat berbeda, sehingga menarik perhatian wisatawan, contohnya workshop yoga yang mengambil lokasi di pantai.

Gaya hidup mencerminkan pendapatan wisatawan, bagi wisatawan yang pendapatan per tahunnya besar akan mencari akomodasi berbintang, tetapi pelaku pariwisata di Bali juga harus memikirkan keragaman paket liburan yang ditawarkan, karena dari hasil penelitian tidak hanya wisatawan yang berpenghasilan besar yang mengunjungi Bali, akan tetapi anak-anak muda yang masih mengecam pendidikan kuliah datang berlibur ke Bali. Oleh karena itu, akan lebih baik jika setiap penyedia liburan menampilkan dua (2) jenis paket liburan ini.

Penemuan lain dipenelitian ini adalah wisatawan mengetahui tentang Bali lebih banyak melalui informasi dari keluarga dan teman dekat, dibandingkan dengan travel exhibition dan pengetahuan tentang adanya Bali Tourism Board (BTB) yang baru diketahui setelah berada di Bali. Ini merupakan hal yang perlu diperbaiki, akan lebih bagus jika wisatawan sudah mengetahui akan adanya BTB, sehingga akan meningkatkan kesadaran wisatawan tentang Bali. BTB juga dapat berkolaborasi dengan penyedia liburan untuk mengirimkan newsletter kepada wisatawan asing yang sudah pernah mengunjungi Bali, maupun yang belum tentang promo maupun acara yang sedang/akan diselenggarakan di Bali guna menarik perhatian wisatawan mancanegara maupun domestik.

Pariwisata perlu ditingkatkan, karena merupakan salah satu industri yang dapat meningkatkan devisa negara, akan tetapi yang lebih penting adalah menciptakan sustainable tourism disebuah negara maupun kota, agar memberikan keuntungan pada negara, pelaku pariwisata, penduduk lokal dan wisatawan itu sendiri.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG MEMENGARUHI

WISATAWAN ASING TERHADAP PEMILIHAN DAERAH

TUJUAN WISATA DI BALI

LASTRIANA SIREGAR

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : Lastriana Siregar

NRP : H 251090071

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H Musa Hubeis,MS, Dipl.Ing,DEA Dr. Ir. H Ma’mun Sarma, MS. M.Ec

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Manajemen

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Dr. Ir. H Dahrul Syah M.Sc.Agr

(9)
(10)

rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Judul Tesis dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor Utama Yang Memengaruhi Wisatawan Asing dalam Pemilihan Daerah Tujuan Wisata di Bali“. Tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih disertai penghargaan terhadap :

1. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. H Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA dan Dr. Ir. H Ma'mun Sarma, MS, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberi waktu, bimbingan, arahan, saran, sekaligus perhatian yang berharga kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan studi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Wilson H Limbong, MS selaku penguji Tesis, dan Dr. Ir. Abdul

Kohar Irwanto, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen atas saran dan kritik yang bermanfaat demi kesempurnaan tesis ini.

3. Staf dosen dan staf akademik Departemen Ekonomi dan Manajemen atas ilmu yang bermanfaat, arahan dan pelayanan yang baik selama penulis melakukan studi di SPs IPB.

4. Pimpinan dan staf dari empat (4) tour operator di Bali atas segala bantuannya selama penulis turun lapang dan mengumpulkan data.

5. Teman satu angkatan di Ilmu Manajemen IPB, Putri Andika, Putri Mulya Sari, mba Eni, teh Ami, mba Indah, mba Nuning, mba Dewi, mba Mia, mba Etty, Puspa, Yuldhas, Ginting, Pak Ikhwan, Ridwan, mba Erfin, mba Nofie, bu Rahma, dan Pak Ismail atas kebersamaannya selama kuliah dan segala bantuan selama penulis studi hingga menyelesaikan tesis ini.

(11)

pihak sangat diharapkan bagi penulis dalam memperkaya khasanah keilmuan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Amin, terima kasih.

Jakarta, 06 Desember 2011

(12)

putri ketiga dari tiga bersaudara dengan kakak bernama Ledy Namarina dan Yus Nuritawani, dari pasangan H. Ir. Muhammad Yusuf Siregar, MP dengan Hj. Nur Chodijah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Besuki pada tahun 1997, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Cikini Raya dan lulus pada tahun 2000, lalu melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di Jakarta International School dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima di Stenden University, Leeuwarden, Belanda pada jurusan Tourism Management dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Sekolah Pascasarjana IPB pada program Ilmu Manajemen IPB, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen.

Jakarta, 06 Desember 2011

(13)

Hal

ABSTRAK i

RINGKASAN ii

RIWAYAT HIDUP iii

PRAKATA iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ide Pariwisata di Bali ... 5

2.2 Perilaku Konsumen ... 9

2.3 Pariwisata dan Wisatawan ... 11

2.4 Wisata ... 12

2.5 Tinjauan Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.3 Pengumpulan Data ... 17

3.3.1 Validitas ... 18

3.3.2 Reliabilitas ... 19

(14)

   

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden ... 22

4.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 24

4.3 Pendapatan Responden ... 25

4.5 Frekuensi Kunjungan ... 26

4.6 Analisis Regresi ... 27

4.6.1 Pengaruh Jumlah KunjunganTerhadap Motivasi ... 27

4.6.2 Pengaruh Jumlah KunjunganTerhadap Gaya Hidup ... 28

4.6.3 Pengaruh Jumlah Kunjungan Terhadap Gaya Berlibur ... 30

4.6.4 Pengaruh Jumlah KunjunganTerhadap Preferensi ... 31

4.7 Analisis Faktor ... 32

4.7.1 Communalities ... 34

4.7.2 Total Variance ... 36

4.7.3 Component Matrix ... 37

4.7.4 Rotated Component Matrix ... 37

4.8 Analisis trend ... 39

4.9 Implikasi Managerial ………. 41

4.9.1 Sosial………. 41

4.9.2 Lingkungan ……….. 41

4.9.3 Ekonomi ……….. 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 49

 

(15)

   

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase jumlah per tahun kenaikan dan penurunan wisatawan ke Bali

berdasarkan Negara asal ... . 2

2. Perkembangan pangsa wisatawan asing ke Bali menurut Negara asal ... 3

3. Jumlah kawasan pariwisata, obyek wisata, rekreasi, pertunjukan wisata dan usaha wisata di Bali ... 8

4. Distribusi wisatawan berdasarkan frekuensi kedatangan ... 26

5. Uji parsial motivasi ... 28

6. Pengaruh kunjungan terhadap gaya hidup ... 29

7. Uji parsial kunjungan terhadap gaya hidup ... 29

8. Jumlah kunjungan terhadap gaya berlibur ... 30

9. Uji parsial jumlah kunjungan terhadap gaya berlibur ... 31

10. Pengaruh jumlah kunjungan terhadap preferensi berlibur ... 32

11.Uji parsial pengaruh jumlah kunjungan terhadap preferensi berlibur ... 32

12. Nilai MSA tahap 1 ... 33

13. Nilai Communalities peubah ... 35

14. Bentuk sederhana faktor ... 39

(16)

   

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengaruh pada perilaku konsumen... 9

2. Model keputusan konsumen……… ... 11

3. Kerangka pemikiran penelitian……… ... 17

4. Grafik umur responden lelaki... ... 22

5. Grafik umur responden perempuan... .. 23

6. Pangsa wisatawan menurut kebangsaan wisatawan... ... 24

7. Karakteristik wisatawan berdasarkan pendidikan... ... 25

(17)

   

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Total kedatangan wisatawan asing ... 50

2. Kuesioner……… ... 53

3. Hasil uji reliabilitas……… ... 56

4. Langkah-langkah analisis faktorial... 57

5. Analisis deskriptif... ... 59

6. Uji ANOVA pengaruh motivasi terhadap jumlah kunjungan ke Bali……… .. 60

7. Uji ANOVA pengaruh gaya hidup, gaya berlibur dan preferensi... ... 61

8. Uji KMO tahap 1 dan tahap 2……… . 62

9. Nilai MSA tahap dua……….. . 63

10. Analisis total varian……….. .. 64

11. Nilai component matrix………. . 65

12. Hasil metode rotasi……… . 66

13. Grafik analisis trend……….. . 67

14. Surat pengantar……… ... 68

15.Data input……… .... 69

(18)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai macam fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah (UU Nomor 10 tahun 2009: Tentang Kepariwisataan Pasal1). Industri pariwisata merupakan industri yang mempunyai andil terhadap sektor ekonomi suatu negara, industri pariwisata dapat menyumbangkan devisa jika tingkat kedatangan wisatawan meningkat pada suatu daerah tujuan wisata. Menurut World Tourism Organization, pariwisata merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam hal ekonomi dan kegiatan sosial (Sondakh, 2010). Indonesia mempunyai beragam tempat tujuan wisata, salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia adalah pulau Bali. Pulau Bali merupakan salah satu destinasi yang terkenal di dunia, terletak di bagian tengah Indonesia, yang terkenal akan aspek etnik, spiritual, keunikan dan kultur budayanya. Hal lainnya Bali terkenal akan pantai-pantai yang diselimuti oleh pasir putih, iklim tropis yang selalu dicari oleh wisatawan asing dan juga pantai-pantai di Bali sering digunakan untuk ajang olah raga “surfing”. Oleh karena itu, pulau Bali sering disebut oleh para wisatawan asing sebagai pulau surga atau “heaven” dan Bali juga disebut sebagai “Paradise Island” bagi wisatawan asing maupun domestik.

(19)

Bali bukan saja terkenal dengan keindahan pemandangan dan keunikan budayanya, tetapi Bali terkenal dengan “entertainment” yang ditawarkan kepada wisatawan. “Entertainment” di sini merupakan kehidupan malam yang dapat dinikmati oleh para wisatawan-wisatawan, contohnya klub malam dan café. Perkembangan yang sangat pesat di Bali telah merubah Bali dari pulau “untouchable” menjadi “touchable”, banyak sekali akomodasi-akomodasi yang terus dibangun tanpa henti di Bali dan restoran-restoran, club dan café juga terus dibangun demi memuaskan para turis.

Bali merupakan pulau yang dikenal sebagai destinasi yang aman untuk dikunjungi, maka persentase dari wisatawan manca negara yang berkunjung ke Bali terus meningkat. Akan tetapi, keamanan Bali sempat terancam dengan adanya serangan teroris pada Oktober 2002 dan Oktober 2005. Serangan teroris ini sangat dikecam oleh setiap negara dan meninggalkan perasaan sedih yang mendalam pada wisatawan mancanegara dan domestik. Serangan teroris ini akan tetapi tidak terlalu mempengaruhi citra Bali, Bali masih dapat menarik wisatawan-wisatawan asing dan masih banyak juga wisatawan yang membuka usaha di Bali. Untuk mengilustrasikan persentase perubahan kedatangan wisatawan asing setelah serangan teroris pada tahun 2002, dibawah ini disajikan tabel persentase kedatangan wisatawan dari tahun 2001-2005 (Tabel 1)

Tabel 1. Persentase jumlah per tahun kenaikan dan penurunan wisatawan ke Bali berdasarkan negara asal (2001-2005) Negara Kedatangan Wisatawan per Tahun (%)

2001 2002 2003 2004 2005

Jepang 48,2 1,72 (38,37) 75,72 (4,98)

Australia 3,07 (23,15) (24,27) 92,44 (6,92)

Taiwan (1,92) 9,17 1,05 7,68 (30,19)

UK 8,53 (16,78) (48,31) 11,00 36,54

Jerman 0,18 (13,60) (26,48) 31,24 5,64

Sumber : Bali Tourism Board, 2010

(20)

Tabel 1 menunjukkan pada tahun setelah serangan teroris terjadi, kedatangan wisatawan asing pengalami penurunan, akan tetapi pada tahun 2004 persentase wisatawan sudah mengalami kenaikan kembali bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun 2001 dan pada tahun 2005 terjadi penurunan terhadap tiga kebangsaan, yaitu Jepang, Australia, dan Taiwan. Bom yang meledak pada tahun 2005 tidak sebesar yang terjadi pada tahun 2002, akan tetapi untuk wisatawan Taiwan ini berdampak negatif, kedatangan wisatawan Taiwan menurun 30,19%. Berdasarkan data statistik dari Bali Tourism Board, kedatangan wisatawan berdasarkan kategori kebangsaan dari tahun 2008-2010 relatif stabil, dengan wisatawan dari Asia Pasifik memegang ranking pertama. Tabel 2 menunjukkan persentase kedatangan wisatawan ke Bali dari tahun 2008-2010.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pangsa pasar terbanyak adalah wisatawan-wisatawan dari negara Asia Pasifik diikuti oleh negara Eropa, Asean, Amerika, Afrika, dan terakhir adalah Timur Tengah. Data yang diberikan oleh Bali Tourism Board juga mencakup total kedatangan wisatawan ke Bali secara menyeluruh (Lampiran 1), menurut data statistik tersebut periode bulan Juli sampai dengan bulan Desember merupakan bulan-bulan terbanyak wisatawan berdatangan ke Bali.

Tabel 2. Perkembangan pangsa wisatawan asing ke Bali menurut negara asal (2008-2010)

Negara Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Asia Pasifik 857,046 57,94 1,289,403 57,82 675,182 58,79

Eropa 395,522 26,74 590,047 26,46 274,173 23,67

Asean 141,001 9,53 224,941 10,09 132,544 11,54

Amerika 75,589 5,11 109,728 4,92 55,948 4,87

Afrika 8,197 0,55 11,324 0,51 5,830 0,51

Timur Tengah

8,197 0,55 4,502 0,20 2,173 0,19

Total 1,479,079 100 2,229,945 100 1,148,461 100

(21)

Berdasarkan data yang telah dikemukakan, Bali hanya mengalami penurunan wisatawan pada tahun pertama setelah serangan teroris tahun 2002 terjadi dan serangan teroris pada tahun 2005 tidak terlalu berdampak besar terhadap persentase kedatangan wisatawan asing, penuruan drastis hanya terjadi pada kebangsaan tertentu seperti Taiwan.

Bali menawarkan keanekaragaman hiburan untuk wisatawan, bahkan budaya menjadi konsumsi wisatawan. Akomodasi di Bali juga beragam, dari yang murah sampai paling mahal terdapat di Bali. Bali yang disebut sebagai Paradise Island oleh para wisatawan asing, mempunyai citra pariwisata yang berkonatasi hiburan malam yang negatif. Akan tetapi tidak semua wisatawan mempunyai pemikiran yang sama, dalam hal ini memilih sebuah daerah tujuan wisata, perilaku masing-masing wisatawan mempunyai andil cukup besar dalam memengaruhi keputusan akhirnya. Oleh karena itu, penelitian ini berkonsentrasi terhadap perilaku konsumen (wisatawan) terhadap pilihan destinasi untuk menghabiskan waktu liburnya dan diteliti faktor-faktor utama yang memotivasi wisatawan untuk memilih Bali sebagai destinasi untuk liburan dan mengetahui apa yang menjadi preferensinya.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan hal tersebut, dapat disusun perumusan masalah berikut : 1. Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang memengaruhi keputusan

wisatawan terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali ?

2. Faktor-faktor utama apakah yang memengaruhi keputusan wisatawan asing terhadap pemilihan derah tujuan wisata di Bali ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor internal dan eskternal yang mempengaruhi keputusan wisatawan asing terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali.

(22)

2.1. Ide Pariwisata di Bali

Ide adanya pariwisata di Bali disinyalir dimulai dari periode penjajahan Belanda. Kontak pertama dengan penduduk asing terjadi pada tahun 1597, di mana pada saat itu perahu dari Belanda ingin memasuki daerah timur Indonesia dan menggunakan Bali sebagai tempat persinggahan (Picard, 2006). Mulai pada saat itu penduduk asing dan para penumpang perahu yang bersinggah di Bali merasa kagum dengan pemandangan pulau Bali dan juga dengan keramahan penduduk lokal (Picard, 2006), selain itu Bali mulai dikenal dari informasi “mulut-ke-mulut” dari penduduk Eropa yang singgah di Bali. Akan tetapi, tidak hanya informasi yang baik yang diberitahu, informasi yang cenderung memiliki efek negatif terhadap Bali juga tersebar. Bali pada saat itu diceritakan sebagai pulau yang mempunyai pertahanan yang kuat dan penduduk lokal Bali disinyalir mahir dalam merampok (Picard, 2006).

(23)

Aksi “Puputan” yang dilakukan oleh pasukan kerajaan Bali ini membuat koloni Belanda merasa malu dan memutuskan untuk memperbaiki citra dan nama baiknya di dunia, yaitu berusaha membawa pengaruh positif atas perbuatannya dengan membuat Bali sebagai destinasi pariwisata (Picard, 2006). Kolonial Belanda sudah menyadari akan keunikan Bali lama sebelum memutuskan Bali sebagai obyek pariwisata, yaitu Bali merupakan tempat suci yang mayoritas agamanya adalah Hindu dan sekaligus pemeluk agama Hindu terbesar di Indonesia, maka Belanda berpikir bahwa penduduk lokal Bali harus terus memegang teguh agamanya dan tradisi-tradisi dari agama Hindu. Koloni Belanda akhirnya memberitahukan pada penduduk lokal bahwa disetiap sekolah tarian tradisional harus diajarkan, maka penduduk lokal juga harus tetap menjaga ritual keagamaan dan mempratekkannya di kesehariannya, dengan kata lain koloni Belanda ingin Bali tidak terpengaruh oleh modernisasi global (Picard, 2006).

Dapat disimpulkan dari buku “Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata” bahwa koloni Belanda memegang peran utama dalam berdirinya pariwisata di Bali. Jika dibandingkan dengan propinsi Indonesia lainnya, Bali merupakan satu-satunya propinsi yang agamanya dapat mempunyai kontrol tentang operasional propinsi tersebut, contohnya: “Hari Raya Nyepi”, di mana pada hari ini semua pemeluk agama Hindu harus diam di rumah, dengan tidak ada penerangan sama sekali, tidak boleh menggunakan listrik maupun memasak, semua bentuk transportasi harus berhenti dan tidak boleh bekerja. Pada hari raya ini, bandara udara Ngurah Rai pun harus mematuhi peraturan tersebut, dan hasilnya pada satu hari itu Bali memang benar-benar “sepi”. Di bawah ini dapat dilihat perkataan dari G.P Rouffaer, Direktur Institute dalam Picard (2006):

Let the Balinese live their own beautiful native life as undisturbed as possible! Their agriculture, their village-life, their own forms of worship, their

religious art, their own literature-all bear witness to an autonomous native

civilization of rare versatility and richness. No railroads on Bali; no western

coffee plantations; and especially no sugar factories! But also no proselytizing,

(24)

Protestant, nor Roman Catholic. Let the colonial administration, with the strong

backing of the Netherlands (home) government, treat the island of Bali as a rare

jewel that we must protect and whose virginity must remain intact”.

Perkataan di atas menjelaskan dan mendukung fakta bahwa pionir dari pariwisata Bali adalah koloni Belanda. Bentuk aksi pariwisata Bali terjadi pada tahuan 1908, dengan cara menggunakan kapal dan dengan seiringnya waktu perkembangan pariwisata di Bali terus meningkat dan infrastruktur pun terus diperbaharui hingga saat ini (Picard, 2006).

GP. Rauffaer menyatakan sebelumnya bahwa Bali hendaknya dijaga dan alangkah lebih baiknya, jika pulau Bali tetap menjadi pulau yang tidak tercemar oleh budaya asing, akan tetapi cita-cita dari Rauffaer itu tidak dapat diwujudkan seiring dengan berkembangnya jaman. Pariwisata terus berkembang dan akomodasi di Bali juga terus bertambah hingga saat ini. Penataan pariwisata di Bali dimulai sejak perusahaan Perancis bernama Societe Centrale pourL’Equipement Touristique outré-Mer (SCETO) pada tahun 1970 (Sondakh, 2010) dipercaya sebagai konsultan oleh pemerintah Republik Indonesia. Setelah dipercaya sebagai konsultan, SCETO membuat rencana induk Pengembangan Industri Pariwisata Internasional di Bali pada tahun 1973 (Sondakh, 2010). Rencana tersebut berisi tentang penataan pariwisata Bali berdasarkan tiga (3) konsep, diantaranya adalah kawasan tertutup, terbuka dan kawasan pengembangan (Sondakh, 2010).

(25)

Tabel 3. Jumlah kawasan pariwisata, objek wisata, rekreasi, pertunjukan wisata dan usaha wisata di Bali

No Kabupaten/Kota Kawasan Wisata (unit) Objek Wisata (unit) Tempat Rekreasi (unit) Pertunjukan Wisata (unit) Usaha Wisata Tirta (unit)

1 Denpasar 1 23 10 3 71

2 Badung 3 29 8 - 56

3 Bangli - 22 7

-4 Buleleng 2 31 5 1 11

5 Gianyar 2 43 5 25

-6 Jembrana 2 13 15

-7 Klungkung 1 20 - 1 4

8 Karangasem 3 20 1 1 23

9 Tabanan 1 25 14 1 2

Total Bali 15 226 65 32 167

Sumber: Sondakh, 2010.

(26)

2.2. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen atau dikenal juga dengan sebutan “Consumer Behavior” merupakan studi tentang perilaku konsumen dalam proses membeli atau tidak membeli suatu produk atau jasa dengan segala proses atau stimulus yang dapat mempengaruhi keputusan akhirnya (Lars, 2010). Dalam proses membeli, konsumen akan menggunakan berbagai kriteria, diantaranya adalah konsumen akan membeli produk yang sesuai kebutuhan, sesuai dengan selera dan sesuai dengan daya beli (Sumarwan, 2004). Pemasar perlu mengetahui perilaku konsumen agar dapat melakukan pemasaran produk atau merek yang tepat pada sasaran dan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah disebutkan di atas. Dalam proses membeli konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti contohnya, faktor psikologi, sosial-ekonomi, demografik, dan gaya hidup. Studi tentang perilaku konsumen bertujuan untuk mengerti tentang faktor-faktor pendorong ini dalam konteks consumer buying behavior. Gambar 1 menyajikan diagram dari penjelasan tentang perilaku konsumen.

(27)

Dari gambar di atas tampak bahwa bagian kanan dan kiri gambar merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, maka pemasar perlu mengetahui faktor-faktor ini agara dapat memformulasikan strategi pemasaran yang tepat sasaran, sehingga memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sebagai ilustrasi, jika strategi pemasaran sudah tepat sasaran, dapat menimbulkan hal positif, misalnya “repeat customer” akan terjadi, dimana konsumen akan loyal terhadap suatu produk atau perusahaan jasa, karena merasa produk atau jasa tersebut dapat memenuhi kebutuhannya. Untuk memberikan ilustrasi yang lebih jelas tentang perilaku konsumen, berikut adalah model keputusan konsumen.

Model keputusan konsumen ini menjelaskan proses keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk dan jasa dipengaruhi oleh tiga (3) faktor, yaitu (Sumarwan, 2004) :

1. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga lainnya. 2. Faktor perbedaan individu konsumen.

3. Faktor lingkungan konsumen.

(28)

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Model keputusan konsumen (Sumarwan, 2004).

2.3. Pariwisata dan Wisatawan

Menurut World Tourism Organization, tourism atau pariwisata adalah

“activities of person travelling to and staying in places outside their usual

environment for not more than one consecutive year for leisure, business and

other purposes”(Suranti, 2006). Pariwisata meliputi kunjungan bisnis ataupun sekedar berlibur, akan tetapi, dalam menggolongkan perilaku kunjungan dan membuat segmen wisatawan menjadi lebih sulit dikarenakan wisatawan modern mulai menggabungkan kunjungan bisnis dan kepuasaan demi menghemat waktu dan menghemat pengeluaran (Vlahovic, 2010). Business trips atau kunjungan bisnis terkadang tidak fleksibel, karena terpaut oleh waktu dan wisatawan bisnis dihubungkan dengan istilah MICE ( Meetings-Incentives-Conferences-Exhibition), akan tetapi kunjungan bisnis juga memperhatikan aspek waktu luang

Strategi Pemasaran Perusahaan Pemerintah Organisasi Nirlaba Partai Politik Perbedaan Individu

1. Kebutuhan dan Motivasi 2. Kepribadian 3. Pengolahan

Informasi dan Persepsi 4. Proses Belajar 5. Pengetahuan 6. Sikap Proses Keputusan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian dan Kepuasan Faktor Lingkungan 1. Budaya 2. Karakteristik Sosial Ekonomi 3. Keluarga dan

(29)

para wisatawan atau representative yang telah ditunjuk oleh suatu organisasi dan terkadang wisatawan dalam kunjungan bisnis ditempatkan di hotel berbintang dan dapat pelayanan tinggi, maka kunjungan bisnis maupun liburan mempunyai unsur yang saling terkait satu sama lain (Vlahovic, 2010).

 

Wisatawan yang datang khusus berlibur mempunyai waktu lebih fleksibel dalam memilih destinasi dibandingkan para wisatawan bisnis, tetapi mempunyai kriteria destinasi lebih kompleks, dikarenakan mempunyai elastisitas harga tinggi dan oleh karena itu, pengambilan keputusan sangat tergantung dengan harga (Vlahovic, 2010). Mengenali perilaku dari wisatawan bukan sesuatu hal yang mudah, karena memiliki karakter dan motivasi berbeda, contohnya segmen wisatawan yang sudah pensiun, yang sering kali memilih bepergian pada musim tidak begitu ramai (low season), untuk segmen para pelajar biasanya melakukan ekskursi pada musim yang tidak begitu ramai, karena harga akan lebih murah. Sebaliknya, pada high season wisatawan dipenuhi oleh segmen keluarga yang memang hanya mempunyai waktu kebersamaan pada saat semua anggota keluarga sedang libur. Selain itu, faktor lain yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam memilih destinasi sering dipengaruhi oleh faktor sosial, kelompok acuan dan demografi (Vlahovic, 2010). Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang dapat memengaruhi wisatawan dalam memilih daerah tujuan wisata dapat membantu para pemasar dalam memasarkan produk destinasinya.

2.4. Wisata

(30)

konsumen, alasan berkunjung, pengalaman lampau dan tingkat edukasi konsumen. Contohnya, Paris terkenal sebagai destinasi para wisatawan Jerman yang melakukan kunjungan bisnis. Eropa terkenal sebagai destinasi wisatawan Jepang yang sering melakukan perjalanan keliling Eropa dalam waktu singkat (Vlahovic, 2010).

 

Daerah tujuan wisata diberbagai dunia berkompetisi satu sama lain, sehingga sebuah destinasi harus mempunyai daya saing tinggi. Seiring berkembangnya industri pariwisata dan globalisasi mendorong suatu destinasi untuk terus melahirkan inovasi baru pada destinasinya. Menurut jurnal Tourism & Hospitality Management (2010), daya saing sebuah destinasi mempunyai dimensi berikut :

1. Ekonomi

2. Sosio-kultural dan 3. Lingkungan

Semakin tingginya persaingan antar daerah tujuan wisata, maka peraturan pariwisata juga akan lebih terfokus untuk membantu meningkatnya daya saing dengan cara memonitor, melakukan mengawasan dan kontrol terhadap mutu dan efisiensi sumber daya pada daerah tujuan wisata tersebut (Vlahovic, 2010). Menciptakan daya saing yang kuat dalam industri pariwisata tentunya membutuhkan peran dari semua aktor pariwisata dan memerlukan perencanaa strategi pariwisata (Vlahovic, 2010). Vlahovic 2010, menyebutkan tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam meningkatkan daya saing industri pariwisata, tiga unsur ini yaitu, manajemen sumber daya manusia (SDM), teknologi informasi dan strategi.

(31)

dalam melayani wisatawan (Vlahovic, 2010), maka adanya MSDM amat diperlukan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya teknologi informasi juga penting dalam industri pariwisata, sumber daya profesional era kini harus dapat meramal dan melihat perkembangan pariwisata untuk tahun-tahun yang akan datang dan untuk itu informasi teknologi sangat berperan.

Pariwisata sekarang ini dipasarkan melalui informasi teknologi dan semua proses dan rantai nilai dalam pariwisata, travel, perhotelan, dan bisnis katering dipasarkan menggunakan teknologi. Informasi teknologi digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi pengeluaran dari bisnis pariwisata (Vlahovic, 2010). Unsur terakhir adalah strategi sebagai keuntungan daya saing, adanya perencanaan strategi yang baik akan membantu industri bisnis pariwisata dalam meraih tujuannya (Vlahovic, 2010) tanpa adanya strategi, bisnis akan tidak terarah sehingga pariwisata tidak mempunyai keuntungan daya saing yang tinggi.

2.5. Tinjauan Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Ditemukan beberapa penelitian terdahulu mengenai pariwisata, akan tetapi penelitian tersebut mengambil fokus penelitian bukan hanya pada daerah tujuan wisata Bali. Salah satu penelitian yang ditemukan merupakan studi kasus tentang efek dari serangan teroris yang dahulu terjadi di Bali dan hubungannya dengan citra Bali sebagai destinasi liburan dan kasus ini pun mengkaji apakah serangan bom yang terjadi pada tahun 2002 itu mempunyai efek pada pariwisata di Bali. Selain itu, ditemukan penelitian yang serupa mengenai faktor-faktor yang memengaruhi wisatawan mancanegara dalam memilih daerah tujuan wisata Indonesia yang dilakukan oleh Zaeni (2008).

(32)
(33)

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dimulai dari self interest yang dimiliki oleh penulis dalam bidang pariwisata dan kaitannya dengan perilaku konsumen. Selain itu, kerangka analisis penelitian dimulai dari pokok permasalahan yang menjadi topik penelitian, yaitu “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keputusan Wisatawan Asing Terhadap Pemilihan Daerah Tujuan Wisata di Bali”, setelah melakukan studi-studi literatur, jurnal dan disertasi ditemukan dalam teori-teori pemasaran, khususnya perilaku konsumen banyak menjelaskan tentang faktor-faktor yang bisa memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, daerah tujuan wisata disebut sebagai produk yang dibeli oleh wisatawan.

Dalam proses pembelian sebuah produk, konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, faktor psikologi, motivasi, kebutuhan, kepribadian, sikap, sosial dan ekonomi, dan demografik. Faktor-faktor ini digunakan sebagai peubah dalam penelitian ini. Selanjutnya, penelitian ini juga menganalisa daya saing Bali sebagai daerah tujuan wisata dengan cara menggunakan variabel ekonomi, sosio-kultural dan lingkungan (Vlahovic, 2010). Gambar 3 menyajikan kerangka pemikiran penelitian yang dimaksud.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

(34)

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian

3.3. Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi konsumen dalam memilih produk, faktor-faktor ini, antara lain faktor psikologi,,

ekonomidan sosial. Kuesioner yang digunakan diadaptasi berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Kipchillat (2005). Para responden memilih skala dari 1-5 untuk menjelaskan tingkat kesetujuan, dari paling setuju hingga tidak setuju, kuesioner

Daerah Tujuan Wisata Bali

Citra Bali

Faktor Internal Faktor Eksternal

Faktor yang Memengaruhi (analisis faktorial)

Rekomendasi Pemilihan Daerah Tujuan Wisata

(35)

dapat dilihat pada Lampiran 2. Dengan cara ini, data kualitatif akan diubah menjadi kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder sebagai tinjauan pustaka.

Metode penentuan contoh digunakan dengan cara kuota sampling, dimana pemberian kuesioner pada responden didasarkan dengan banyaknya wisatawan asing yang berkumpul di tour operator yang telah dipilih secara

accidental sampling, setiap satu tour operator diberikan 50 kuesioner. Keterwakilan jumlah contoh untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu :

  1  

keterangan:

n = jumlah contoh N = Total populasi e = margin galat

Total populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah total kedatangan wisatawan asing pada tahun 2010 dari bulan Januari sampai Juni dengan margin galat 7,52%, perhitungan dari rumus Slovin di atas menjadi :

n = 1.148.461/ (1+ (1.148.461*0.075^2)) n = 177.75

n = 178 contoh (dibulatkan menjadi 200 contoh)

Kuesioner dibagikan ke empat tour operator dengan metode by accident untuk mengantisipasi jika ada kuesioner yang gagal atau tidak dikembalikan dan agar dapat dilakukan perbandingan hasil. Kuesioner yang berhasil terkumpul untuk penelitian ini adalah 204 kuesioner.

3.3.1 Validitas

Validitas didefinisikan sebagai ukuran untuk menilai apakah alat ukur yang digunakan sudah tepat atau valid. Pengujian validitas menggunakan metode

(36)

  ∑

∑ ∑

∑ ∑   ∑ ∑

3.3.2 Reliabilitas

Selain melakukan uji validitas, uji reliabilitas digunakan dengan analisis

Alpha Cronbach. Alpha Cronbach digunakan untuk pertanyaan skala 1-5 atau disebut juga sebagai skala Likert. Selain itu, uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan model regresi linear, dimana dalam memenuhi uji asumsi klasik terdapat empat uji asumsi yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas (Setyadharma, 2010).

  1   1

Dimana: α = keandalan alat ukur

K = Jumlah peubah manifest yang mendukung peubah laten = Rataan korelasi peubah terikat

Hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.4.Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang telah didapat dari penelitian dianalisis dengan menggunakan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 17. SPSS adalah sebuah software untuk mengolah data statistika dan aplikasi SPSS seringkali digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dalam hal statistik (Komputer, 2009). Untuk menentukan faktor utama yang memengaruhi keputusan wisatawan asing dalam memilih Bali sebagai daerah tujuan wisata digunakan analisis faktorial. Analisis faktorial digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui peubah mana saja yang signifikan sebagai faktor utama yang memengaruhi keputusan akhir, selanjutnya analisis regresi digunakan untuk menjelaskan pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat.

(37)

sikap, sosial dan ekonomi, dan demografik, sedangkan peubah terikatnya adalah pemilihan daerah tujuan wisata Bali. Data primer yang didapat dari penelitian dianalisis menggunakan analisis faktorial. Analisis faktor adalah teknik untuk mengindentifikasi peubah atau faktor yang memiliki pola hubungan tertentu dalam sebuah kelompok peubah (Komputer, 2009). Kriteria data untuk menggunakan analisis faktor antara lain, data yang digunakan harus bersifat data kuantitatif dengan tingkat pengukuran interval atau rasio, dan data yang digunakan diasumsikan telah terdistribusi normal bivariate dan saling bebas. Dari kategori travel motivation (motivasi berlibur) terdapat 13 peubah, kategori

lifestyle (gaya hidup) terdapat 6 peubah, lalu kategori vacation style (gaya berlibur) terdapat 7 peubah, dan terakhir kategori preference (preferensi) terdapat 8 peubah. Total peubah yang akan dianalisa dengan analisis faktor ada 34 peubah (Lampiran 2). Langkah-langkah untuk melakukan analisis faktorial pada SPSS versi 17 dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah melakukan analisis faktor, analisis regresi juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar peubah, untuk melakukan analisis regresi hipotesis telah diformulasikan sebagai berikut :

Hipotesis I :

Ho : Tidak terdapat hubungan nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap motivasi liburan.

H1 : Terdapat hubungan nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap motivasi liburan. Hipotesis II :

Ho : Tidak terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap gaya hidup.

H1 : Terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali terhadap

gaya hidup. Hipotesis III :

Ho : Tidak terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

(38)

H1 : Terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali terhadap

gaya berlibur. Hipotesis IV :

Ho : Tidak terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap preferensi berlibur.

H1 : Terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali terhadap

(39)

4.1. Kara wisat 134 p 25-34 yang lelaki 25-34 yang menu wisat kteristik R Secara kes tawan asing perempuan. 4 tahun (40

berusia leb i (Gambar 4

Dari 134 w 4 tahun (54

berusia kur unjukkan b tawan wanit ‐  T 11% ‐  Tahun % ‐  Tah 1 % IV. HA Responden eluruhan, ju g yang berl

Sebagian b %), sedang bih dari 65 t

4).

Gamba wisatawan w %), berusia rang dari 25 banyak per ta. Tahun  % n  un  > 

ASIL DAN P

umlah respo ibur di Bal besar usia da

kan usia m tahun yang

ar 4. Umur wanita, sebag

a di atas 65 5 tahun unt rbedaan, y  Tahun  %

PEMBAHA

onden dalam li, terdiri da

ari wisataw minimum dar hanya men

wisatawan gian besar u tahun hany tuk kedua k yaitu 20% %

ASAN

m penelitian ari 70 wisa wan lelaki be

ri wisatawa ncakup 7% d

lelaki usia wisataw ya 2% (Gam kategori wis

wisatawan >   Ta

%

n ini 204 re atawan laki-erusia diant an adalah w dari total w

(40)

Gamb 10% negar kemb Asia wisat kedua wisat terban pengi bahas itu, w wisat

Selain itu, bar 6 dapat berkebangs ra Asia 6% bali Tabel 2 Pasifik men tawan palin

a. Akan teta tawan dari

nyak yang isian kuesio sa dari peng wisatawan tawan dari A

[image:40.595.153.499.114.371.2]

‐  Tahu 9% ‐   % Gambar 5 para wisata dilihat bah saan Jerman berkebangs 2, dari data

nduduki per ng tinggi da

api hasil ya Benua E berpartisip oner wisataw gisian kuesi dari benua Asia Pasifik un  Tahun  % ‐  T %

5. Umur res awan sebag hwa 40% da n dan 8% saan Singap a yang didap

ringkat pert an wisatawa ang diperole Eropa, khu

pasi dalam wan dari ne

oner yang m a Eropa le k.

Tahun  %

sponden per gian besar b ari wisatawa berkebangs pura dan 2%

pat tertulis tama yang m an dari benu

eh dari pene ususnya Be

pengisian gara Cina d menggunaka ebih mendo >    rempuan berasal dari an berkeban saan Ameri % berkebang bahwa wis mempunyai ua Eropa m elitian ini m elanda mer

kuesioner, dan Jepang m

an Bahasa I ominasi dib < ‐  Tahu % Tahun  % negara Ero ngsaan Bela ika. Wisataw gsaan Cina satawan dar i tingkat ke menduduki p

(41)
[image:41.595.131.497.117.376.2]

4.2. Tingk Highs Vaca pendi yaitu tingk 2% d Gambar 6 kat Pendidi Tingkat pe

school (SL

tional Train

idikan wisa 54% deng at SLTA. K ari respond F Germany 1 Hungaria  China  % Italy1% New Zealan % Singapore  Sout

6. Pangsa w

ikan Wisat

endidikan w LTA), Univ

ning (Kejur atawan yang gan pendid Kategori Not

en tidak me French 1% 1% % % nd  % th Africa  % Tun wisatawan m tawan wisatawan

versity (Uni ruan/Kursus g dominan dikan terak t Applicable enjawab per isian  % Venezuela menurut keb dikelompok iversitas/S1

s). Dari Ga adalah ting khir univers

e (NA) pada rtanyaan me Aust a  %

angsaan wi

kkan menja ), Graduat

ambar 7 ter gkat highsch

sitas dan 2 a Gambar 7 engenai pen tralia  %

Britis C

satawan

adi (4) emp

te School ( rlihat bahw

hool dan un

(42)

4.3. Penda penda $40.0 memp penda 30.00 tahun wisat penda wisat tahun Gambar apatanWis Pendapatan apatan di b 000-$50.000

punyai pend apatan $10 00 per tahu n, (6) enam tawan mem apatan wisa tawan yang nnya. Gradua Schoo 19% V

r 7. Karakter

satawan

n wisatawan bawah $10.0

0 dan pend dapatan di b .000-$20.00 un, 28 wisa m wisatawan mpunyai pe

atan per tah g memilih ate ol Vacational Training 5% ristik wisata n dikelomp 000, $10.00 dapatan di bawah $10 00, 22 wisa atawan mem

n mempuny endapatan l hun berkisar untuk tida awan berda pokkan men 00-$20.000, atas $50.0 .000 per tah atawan mem mpunyai pe yai pendap lebih dari r $30.000-4 ak menyeb NA 3% sarkan pend

njadi (6) en , $20.000-$ 000. Seban hun, 18 wis mpunyai p endapatan patan $40.0 $50.000 pe 40.000. Aka utkan bera Univ 7 didikan nam katego $30.000, pe

nyak 34 w satawan me endapatan $30.000-40 000-$50.000 er tahun. R an tetapi ter apa pendap versity 73% ori, yaitu ndapatan wisatawan empunyai $20.000-0.000 per

[image:42.595.115.490.115.335.2]
(43)
[image:43.595.111.515.117.359.2]

4.5. Freku baru meng merup wisat uensi Kunj Dari hasil pertama gunjungi pu pakan kunj tawan dan 3 Tabel 4. D Frekuen Pert 3 > > $ 1 NA 1% Gambar 8. ungan

penelitian m kali meng ulau Bali 3

ungan kedu 3,9% wisata Distribusi wi nsi (kali) tama 2 3-4 > 5 . % Pendapatan menunjukka gunjungi P

3-4 kali, 1 ua dan kunj awan tidak m isatawan be

n responden

an bahwa 5 Pulau Bali, 0,8% wisa njungan lebi menjawab p erdasarkan f P

n per tahun

55,9% wisat , 18,6% m atawan men

ih dari 5 k pertanyaan i frekuensi ke Persentase (%

(44)

4.6. Analisis Regresi

Analisis regresi adalah analisis yang mendeskripsikan tentang pengaruh sebab-akibat dan besarnya nilainya hubungan tersebut (Komputer, 2009). Pada penelitian ini analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan ke Bali terhadap peubah-peubah yang telah ditentukan, yaitu motivasi, gaya hidup, gaya berlibur dan preferensi. Hipotesis telah diformulasikan guna mengetahui hubungan jumlah kunjungan dengan peubah yang digunakan pada penelitian ini. Perhitungan deskriptif dilakukan untuk mengetahui jumlah data yang valid, melihat rataan dan standar deviasi untuk setiap peubah. Hasil dari analisis desktriptif terdapat pada Lampiran 5

4.6.1. Pengaruh jumlah kunjungan terhadap motivasi (motivation)

Untuk melihat pengaruh jumlah kunjungan (Y) terhadap motivasi responden untuk berlibur (X), maka hipotesis diformulasikan berikut :

Ho : Tidak terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan

ke Bali terhadap motivasi liburan.

H1 : Terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap motivasi liburan.

Dengan menggunakan SPSS versi 17, maka didapatkan hasil dari uji parsial (Tabel 5), terlihat bahwa motivasi paling berpengaruh terhadap jumlah kunjungan adalah travel motivation 3, travel motivation 5, travel motivation 7, dan travel motivation 8 dengan masing-masing nilai nyata lebih kecil dari nilai

(45)
[image:45.595.129.515.135.431.2]

Tabel 5. Uji parsial motivasi

Peubah Nilai Nyata (Sig)

Travel motivation 1 0,410

Travel motivation 2 0,068

Travel motivation 3 0,025*

Travel motivation 4 0,309

Travel motivation 5 0,025*

Travel motivation 6 0,320

Travel motivation 7 0,017*

Travel motivation 8 0,000*

Travel motivation 9 0,289

Travel motivation 10 0,482

Travel motivation 11 0,137

Travel motivation 12 0,729

Travel motivation 13 0,940

*) nyata pada taraf nyata 5%

Hasil dari uji Anova (Lampiran 6) menunjukkan nilai nyata 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai α 5% (0,05), maka dari hasil ini Hodapat

ditolak, terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan terhadap motivasi berlibur (Travel Motivation) yang berdampak pada jumlah kunjungan ke Bali. Pada Lampiran 6 dapat dilihat nilai adjusted RSquare adalah 0,371 (0,371%), yang mempunyai arti besarnya keragaman dari jumlah kunjungan ke Bali mampu diterangkan oleh motivasi berlibur.

4.6.2. Pengaruh jumlah kunjungan terhadap gaya hidup (Lifestyle)

Hipotesis untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan terhadap gaya hidup diformulasikan sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan

(46)

H1 : Terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

[image:46.595.171.442.202.289.2]

terhadap gaya hidup.

Tabel 6. Pengaruh kunjungan terhadap gaya hidup

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa, nilaiadjusted Rsquare 0,151 atau (15,1%). Besar keragaman yang mampu diterangkan oleh gaya hidup 15,1%. Hasil output dari uji Anova (Lampiran 7) memiliki nilai nyata lebih kecil dari 5% (0,05), sehingga Ho dapat ditolak dan menerima H1, ada pengaruh nyata

antara jumlah kunjungan ke Bali terhadap gaya hidup responden.Dari uji parsial yang dilakukan, ada (2) dua pernyataan gaya hidup yang berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan ke Bali, pernyataan-pernyataannya adalah pernyataan gaya hidup 1, yaitu “I do artistic work and enjoy shows in performing arts”, dan pernyataan gaya hidup 2 yaitu “I do yoga and meditation” (Tabel 7). Dua pernyataan ini mempunyai nilai nyata lebih kecil dari α 5% (0,05).

Tabel 7. Uji parsial kunjungan terhadap gaya hidup.

Peubah Nilai Nyata (Sig)

Lifestyle 1 0,000*

Lifestyle 2 0,002*

Lifestyle 3 0,695

Lifestyle 4 0,160

Lifestyle 5 0,139

Lifestyle 6 0,261

*) nyata pada taraf nyata 5%

Model Summary

,420a ,176 ,151 1,04423

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Lifestyle 6, Lifestyle 3, Lifestyle 2, Lifestyle 5, Lifestyle 1, Lifestyle 4

[image:46.595.125.512.541.691.2]
(47)

4.6.3. Pengaruh jumlah kunjungan ke Bali terhadap gaya berlibur (Vacation Style).

Untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan terhadap gaya berlibur diformulasikan hipotesis berikut :

Ho: Tidak terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke

Bali terhadap gaya berlibur.

H1: Terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap gaya berlibur.

Tabel 8 menjelaskan bahwa nilai adjusted Rsquare 0,174 (17.4%) mempunyai arti besar keragaman yang menjelaskan gaya berlibur 17,4%. Dalam pengujian hipotesis dengan uji Anova (Lampiran 7), nilai nyata lebih kecil dari α 5% (0,05), maka Ho dapat ditolak dan menerima H1, yaitu ada pengaruh

[image:47.595.178.444.404.499.2]

nyata antara jumlah kunjungan terhadap gaya berlibur. Tabel 8. Jumlah kunjungan terhadap gaya berlibur

Menurut Uji parsial ada (4) empat pernyataan gaya berlibur yang berpengaruh nyata, yaitu pernyataan gaya berlibur 1, 2 dan 4. Pernyataan tersebut antara lain: “When choosing a destination, it is important that I can feel safe” (1), “On vacation it is important that everything is organized, so that I don’t have to care about anything” (2), “on vacation, intense experience of water and sun are important” (3). Tiga pernyataan ini mempunyai nilai lebih kecil dari -α 5% (0,05) (Tabel 9).

Model Summary

,450a ,203 ,174 1,02974

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Vacation style 7, Vacation style 2, Vacation style 1, Vacation style 4, Vacation style 6, Vacation style 3, Vacation style 5

(48)
[image:48.595.119.514.136.307.2]

Tabel 9. Uji parsial jumlah kunjungan dengan gaya berlibur

Peubah Nilai Nyata (Sig)

Vacation style 1 0,000*

Vacation style 2 0,000*

Vacation style 3 0,279

Vacation style 4 0,001*

Vacation style 5 0,400

Vacation style 6 0,263

Vacation style 7 0,484

*) nyata pada taraf nyata 5%

4.6.4. Pengaruh jumlah kunjungan terhadap preferensi

Hipotesis untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan terhadap preferensi adalah :

Ho: Tidak terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap preferensi berlibur.

H1: Terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

terhadap preferensi berlibur.

Hasil analisis regresi linear berganda dengan nilai adjusted R square0,264 (26,4%) mempunyai arti besar keragaman yang mampu dijelaskan oleh preferensi berlibur adalah 26,4% (Tabel 10). Pada Lampiran 7 uji Anova menunjukkan nilai nyata, yaitu (0,000), yang berarti Ho ditolak dan menerima

H1, yaitu terdapat pengaruh nyata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

(49)
[image:49.595.135.515.270.463.2]

Tabel 10. Pengaruh jumlah kunjungan dengan preferensi berlibur

Tabel 11. Uji parsial pengaruh jumlah kunjungan terhadap preferensi berlibur

Peubah Nilai Nyata (Sig)

Preference 1 0,000*

Preference 2 0,755

Preference 3 0,000*

Preference 4 0,004*

Preference 5 0,090

Preference 6 0,008*

Preference 7 0,078

Preference 8 0,071

*) nyata pada taraf nyata 5%

4.7. Analisis Faktor

Sebelum melakukan analisis faktor, diperlukan uji KMO dan uji Barlett Test

untuk mengetahui nilai Barlett Test of Sphericity. Nilai Barlett Test

menunjukkan apakah ada korelasi nyata antar peubah, sedangkan untuk uji KMO untuk mengukur kecukupan contoh dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisien parsialnya. Menurut Wahana Komputer (2009) kriteria kesesuaian dalam pemakaian analisis faktor adalah: 1. Jika nilai KMO 0,9 berarti sangat memuaskan.

2. Jika nilai KMO 0,8 berarti memuaskan. 3. Jika nilai KMO 0,7 berarti harga menengah. 4. Jika nilai KMO 0,6 berarti cukup.

Model Summary

,541a ,293 ,264 ,97223

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Preference 8, Preference 1, Preference 3, Preference 6, Preference 4, Preference 2, Preference 7, Preference 5

(50)

5. Jika nilai KMO 0,5 berarti kurang memuaskan. 6. Jika nilai KMO kurang dari 0,5 tidak dapat diterima.

Hasil dari KMO dan Bartlett’s test tahap satu seperti terlihat pada Tabel 18 menyatakan bahwa besaran nilai Barlett Test of Sphericity adalah 5,760,058 nyata pada 0,000, yang berarti ada korelasi yang sangat nyata antar peubah dan hasil perhitungan KMO 0,706, sehingga kecukupan contoh termasuk kategori menengah (Lampiran 8).

Proses selanjutnya melakukan uji "Anti-Image Matrics", dimana pengujian ini membantu menentukan peubah mana yang layak digunakan dalam analisis lanjutan. Peubah yang layak untuk dianalisis adalah peubah yang memiliki nilai MSA kurang dari 0,5. Apabila peubah dengan nilai MSA rendah sudah didapatkan, maka pengujian KMO dan Bartlett’s Test dilakukan kembali dan begitu seterusnya sampai mendapatkan peubah-peubah dengan nilai MSA di bawah standar. Peubah yang mendapatkan nilai MSA di bawah 0,5 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai MSA tahap 1

Peubah MSA

Travel Motivation 2 0,455

Travel Motivation 8 0,452

Lifestyle 2 0,451

(51)

tahap dua, tidak terdapat peubah yang mendapat nilai di bawah 0,5, maka tidak ada peubah yang dikeluarkan dan pengujian dapat dihentikan, hasil dari nilai MSA tahap dua dari seluruh peubah dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari hasil MSA tahap dua tidak terdapat peubah dengan nilai di bawah 0,5 maka analisis dapat dilanjutkan tanpa harus melakukan uji MSA kembali.

4.7.1. Communalities

Setelah melewati dua (2) tahap sebelumnya, maka dilakukan analisa “Communalities”, yangmenunjukkan nilai faktor yang menjelaskan varian peubah (Komputer, 2009) atau jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu peubah pada peubah lainnya. Pada Tabel 13 terlihat nilai communalities selalu positif, nilai peubah travel motivation 1 dapat dilihat 0,664 (66.4%), yaitu 66,4% keragaman dari travel motivation 1 dapat menjelaskan tujuh (7) faktor yang terbentuk dan memberikan interpretasi sama untuk setiap peubah pada Tabel 13. Dari Tabel 13 dapat dilihat hanya satu peubah yang mendapatkan nilai 0,574, maka peubah ini dinyatakan hanya dapat menjelaskan 57,4% keragaman dari peubah preference 8; pernyataan peubah ini adalah “I prefer destination that are less developed” merupakan peubah dengan terkecil diantara peubah-peubah yang lain, dimana peubah-peubah tersebut mendapatkan nilai cukup besar.

(52)
[image:52.595.117.519.134.609.2]

Tabel 13. Nilai Communalities peubah

Peubah Ekstraksi

Travel Motivation 9 0,822

Travel Motivation 3 0,775

Travel Motivation 4 0,744

Travel Motivation 10 0,718

Travel Motivation 12 0,697

Travel Motivation 5 0,694

Travel Motivation 11 0,687

Travel Motivation 13 0,672

Travel Motivation 1 0,664

Travel Motivation 7 0,624

Travel Motivation 6 0,607

Life Style 4 0,745

Life Style 1 0,686

Life Style 6 0,684

Life Style 5 0,622

Life Style 3 0,609

Vacation Style 5 0,843

Vacation Style 3 0,835

Vacation Style 6 0,818

Vacation Style 1 0,793

Vacation Style 2 0,779

Vacation Style 7 0,777

Vacation Style 4 0,754

Preference 7 0,824

Preference 5 0,792

Preference 1 0,791

Preference 3 0,763

Preference 4 0,721

Preference 6 0,648

Preference 2 0,638

Preference 8 0,574

Peubah terakhir yang mendapatkan nilai di atas 80% adalah peubah dari faktor gaya berlibur, vacation style 6 mendapatkan nilai 81,8% “On choosing a vacation destination, I put emphasis on cultural and customs of the local

people”. Dapat dikatakan bahwa faktor gaya berlibur atau vacation style

(53)

terkait dibandingkan dengan tiga faktor lainnya. Akan tetapi ini tidak berarti peubah-peubah yang mendapatkan nilai di bawah 80% tidak dapat menjelaskan faktor terkait. Teori lain yang menjelaskan bahwa nilai ekstraksi di bawah 0.5 mengindikasikan bahwa peubah tidak cocok dengan solusi faktornya dan peubah ini dapat dikeluarkan dari analisa (Utrecht University, 2011). Langkah selanjutnya dari analisis faktor adalah melihat nilai total keragaman yang dijelaskan.

4.7.2. Total Variance

Analisis total variancetermasuk proses analisis faktor. Analisis ini menjelaskan persentase varian yang dijelaskan oleh tujuh (7) faktor. Hasil dari analisis total varianceterdapat pada Lampiran 10. Pada Lampiran 10 terlihat hanya peubah 1-7 yang mendapatkan nilai di atas 1, peubah lainnya tidak berhasil dilakukan ekstraksi dengan SPSS versi 17, dikarenakan nilai eigen value menunjukkan nilai di bawah 1 (University of Colorado, 2011). Kolom "% of variance" menunjukkan berapa banyak keragaman pada setiap peubah yang dapat menerangkan faktor, contohnya pada faktor 1 dapat menjelaskan 28,687% keragaman pada 31 peubah, faktor 2 menjelaskan 17,547% keragaman dari 31 peubah, faktor 3 menjelaskan 6,156% keragaman dari 31 peubah, faktor 4 menjelaskan 5,805% keragaman dari 31 peubah, faktor 5 dapat menjelaskan 5,209% keragaman dari 31 peubah, selanjutnya faktor 6 menjelaskan 4,627% dari 31 peubah dan terakhir faktor 7 dapat menjelaskan 4,226% keragaman dari 31 peubah (Lampiran 10). Sedangkan pada kolom

Initial Eigen-Values menunjukkan faktor yang terbentuk dan jika semua faktor dijumlahkan menunjukkan jumlah peubah.

(54)

dapat dilakukan setelah mengetahui faktor loading dari setiap peubah yang dianalisa dengan melanjutkan tahapan berikutnya, yaitu Component Matrix. 4.7.3. Component Matrix

Component matrix menunjukkan nilai korelasi antara suatu peubah dengan faktor yang terbentuk (Komputer, 2009). Hasil dari analisis component matrix (Lampiran 11) menunjukkan bahwa peubah travel motivation 3 memiliki faktor loading lebih kuat dengan faktor 1 dibandingkan 6 faktor lainnya. Demikian juga peubah travel motivation 1 dengan faktor 7, dibandingkan dengan 6 faktor lainnya. Suatu peubah dikatakan mempunyai korelasi kuat pada suatu faktor, jika faktor loadinglebih besar atau sama dengan 0,55. Atas dasar teori ini, maka travel motivation 3, 5, 6, 9, 10, 11 dan 13; lifestyle 5 dan 6, vacation style 5 dan preference 5, 6 dan 7 mempunyai korelasi kuat dengan faktor 1. Sedangkan untuk peubah vacation style 1, 2, 3 dan 4 mempunyai korelasi kuat dengan faktor 2. Travel motivation12 mempunyai korelasi kuat dengan faktor 3, travel motivation 4 mempunyai korelasi kuat dengan faktor 6 dan travel motivation 1 mempunyai korelasi kuat dengan faktor 7. Namun jika diperhatikan kembali Tabel 23 ada tiga peubah dengan nilai di bawah 0.55, peubah ini adalah travel motivation 7, lifestyle 1, 3, 4, preference 1 dan preference 4. Untuk menyelesaikan persoalan ini dibutuhkan analisis lanjutan, yaitu metode rotasi.

4.7.4. Rotated Component Matrix (Metode Rotasi)

Metode rotasi digunakan untuk menyederhanakan data dari beberapa peubah menjadi lebih sedikit dengan menggabungkan beberapa kategori yang memiliki kategori sama (Komputer, 2009). Untuk membaca hasil dari metode rotasi (Lampiran 12) pada kolom 1-7 merupakan faktor dimana peubah akan dikategorikan, dan pada tabel tersebut tercantum nilai-nilai yang dimiliki setiap peubah. Nilai tertinggi pada suatu faktor diartikan bahwa peubah tersebut masuk pada kategori tersebut. Hasil dari metode rotasi menunjukkan bahwa peubah travel motivation 1 mempunyai nilai tertinggi pada faktor 4, maka

(55)

dimasukkan pada faktor 4 dengan nilai 0,797848. Selanjutnya travel motivation 9, yaitu “to experience lifestyle, customs, and culture” masuk pada faktor 2 dengan nilai 0,844986. Cara membaca metode rotasi ini berlaku untuk setiap peubah, hasil dari bentuk sederhana metode rotasi terdapat pada Tabel 23, dimana pada Tabel ini, dapat dilihat bahwa peubah terbanyak masuk pada kategori faktor 2 dan faktor 1.

Untuk membaca bentuk hasil sederhana pada Tabel 14, maka perlu dilihat kembali analisa total varian (Lampiran 10). Dari analisa total varian dapat dilihat bahwa faktor 1 mempunyai nilai eigen 8,893 dan mampu menjelaskan keragaman total 28,687%, lalu faktor 2 mempunyai nilai eigen 5,440 dan mampu menjelaskan keragaman total 17,547%, faktor 3 mempunyai nilai eigen 1,908 dan mampu menjelaskan keragaman total 6,156%, faktor 4 mempunyai nilai eigen 1,800 dan mampu menjelaskan keragaman total 5,085%, faktor 5 mempunyai nilai eigen 1,615 dan mampu menjelaskan keragaman total 5,209%, selanjutnya faktor 6 mempunyai nilai eigen 1,434 dan mampu menjelaskan keragaman total 4,627%, terakhir adalah faktor 7 mempunyai nilai eigen 1,310 dan mampu menjelaskan keragaman total 4,226% (Lampiran 10). Setelah mengetahui besar kolerasi, tahap selanjutnya adalah memberikan nama pada faktor-faktor yang terbentuk. Faktor 1 dinamakan faktor Psikologi atau Psikografik, faktor 2 dinamakan faktor motivasi, faktor 3 dinamakan faktor kebutuhan, faktor 4 dinamakan kepribadian, faktor 5 dinamakan faktor sikap, faktor 6 dinamakan sosial ekonomi, dan faktor 7 dinamakan faktor demografik.

(56)
[image:56.595.60.543.204.812.2]

Dari hasil analisis total varian (Lampiran 10), terlihat bahwa faktor 1 (faktor psikologi atau faktor psikografik) mempunyai nilai keragaman total 28,687% dan nilai eigen 8,893. Atas dasar ini, faktor paling utama jatuh pada faktor psikologi. Faktor paling kecil pengaruhnya adalah faktor 7 yaitu demografik dengan nilai eigen 1,310 dengan total keragaman 4,226%.

Tabel 14. Bentuk sederhana faktor

Dari hasil analisis faktor dan regresi, maka implikasi managerial dapat diberikan pada aspek ekonomi dan lingkungan.

4.8. Analisis Trend

Analisis trend dilakukan untuk mengetahui peramalan tingkat kunjungan wisawatan asing ke Bali untuk 15 tahun kedepan. Forecasting (peramalan) dilakukan untuk meramal kunjungan wisatawan asing pada tahun 2010-2025 Faktor 1 (9) Faktor 2

(10)

Faktor 3 (4)

Faktor 4 (2)

Faktor 5 (3) Faktor 6 (2) Faktor 7 (1) Vacation Style 1 Travel Motivation 3 Preference 1 Travel Motivation 1 Travel Motivation 7

Lifestyle 1 Travel Motivation 12 Vacation Style 2 Travel Motivation 4 Preference 5

Lifestyle 4 Lifestyle 3 Preference 4 Vacation Style 3 Travel Motivation 5 Preference 6

Preference 8

Vacation Style 4 Travel Motivation 6 Preference 7 Vacation Style 5 Travel Motivation 9 Vacation Style 6 Travel Motivation 10 Vacation Style 7 Travel Motivation 11

Preference 2 Travel Motivation 13

Preference 3 Lifestyle 5

(57)
[image:57.595.115.518.194.724.2]

dengan menggunakan data statistik kunjungan tahun 2005-2009 sebagai dasar data dari peramalan yang dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program Minitab versi 15 dan hasil peramalan tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Peramalan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Bali Tahun Jumlah Wisatawan Asing ke Bali (orang) 2005 1,386,449* 2006 1,260,317* 2007 1,667,665* 2008 1,479,079* 2009 2,229,945* 2010 2,176,417 2011 2,366,993 2012 2,557,568 2013 2,748,143 2014 2,938,719 2015 3,129,294 2016 3,319,870 2017 3,510,445 2018 3,701,020 2019 3,891,596 2020 4,082,171 2021 4,272,747 2022 4,463,322 2023 4,653,897 2024 4,844,473 *) sumber Bali Tourism Board 2010

(58)

terjadi ±sebesar 8% untuk setiap tahunnya. Ada jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2009 sebesar 6,323,730 wisatawan dan tahun 2010 sebesar 7,002,944 wisatawan (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2010). Diagram dari Tabel 15 terdapat pada Lampiran 13.

4.9. Implikasi Managerial (sosial, lingkungan dan ekonomi)

4.9.1. Sosial

Meningkatnya wisatawan asing yang berkunjung ke Bali telah memaksa pelaku pariwisata dan instansi pariwisata Bali untuk terus membangun akomodasi yang dapat memadai bagi wisatawan-wisatawan yang berlibur. Meningkatnya pembangunan hotel, café, restoran dan tempat wisata di Bali akan membuka lahan pekerjaan bagi penduduk lokal Bali. Wirausahawan juga dapat tercipta untuk penduduk lokal Bali, dimana kesempatan ini dapat dipergunakan oleh generasi muda Bali. Keahlian yang kompeten dan pendidikan di bidang industri pariwisata amat perlu diperhatikan di Bali, karena Bali merupakan salah satu destinasi ternama di Indonesia. Untuk itu, penduduk lokal Bali perlu mempunyai keahlian dan pendidikan yang tinggi guna meningkatkan persaingan Bali sebagai destinasi pariwisata dunia. Hendaknya instansi pemerintah menyediakan pendidikan pariwisata yang berstrata satu di Bali, sehingga penduduk lokal Bali dapat mengecam pendidikan pariwisata secara luas, agar kedepannya dapat bersaing diluar dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Instansi pemerintah dapat bekerjasama untuk menjalin kerjasama dengan universitas asing, agar pertukaran pelajar dan beasiswa dapat terjalin, sehingga nantinya para pelajar mempunyai keahlian yang kompeten dan siap menyalurkan ilmunya untuk pariwisata Bali. 4.9.2. Lingkungan

(59)

merupakan pulau yang tergolong kecil sudah mengalami penurunan lahan sawah dikarenakan lahan sering kali digunakan atau dijual kepada pelaku pariwisata untuk dijadikan hotel maupun tempat hiburan. Hal ini sungguh memprihatinkan mengingat makanan pokok penduduk Indonesia adalah nasi. Pencanangan 81.000 hektar lahan sawah di Bali untuk dijadikan lahan sawah abadi sudah dalam perencanaan (Berita Bali, 2011) sebagai bentuk kesadaran pemerintah akan penting

Gambar

Gambar 55. Umur res
Gambar 66. Pangsa wwisatawan mmenurut kebangsaan wisatawan
Gambarr 7. Karakterristik wisataawan berdasarkan penddidikan
Gambar 8. Pendapatann responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru PAI yang akan dinilai, maka penilaian dapat dilakukan oleh Pengawas PAI Kepala Sekolah atau Guru PAI dari Sekolah

Peneliti Selanjutnya yang Tertarik dengan Tema Pembahasan yang Sama Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan bahwa terdapat penguatan kecerdasan spiritual remaja

“ gini nilai itu kan tujuannya untuk diamalkan kan, nah jadi gak semua orang bisa mengamalkannya secara menyeluruh alias 100%, tapi kalau semakin kesini saya

The coil currents can be measured with either current clamps or with the analyzers control module, if the utility allows a local breaker operation.. The control voltage is

matematis yaitu kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.. dengan alasan yang tepat, sistematis, dan terarah, serta dapat mengevaluasi. suatu argumen dengan

dilakukan penelitian yang berjudul: “Hubungan Kemampuan Mencatat Dengan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Materi Sistem. Peredaran Darah Pada

materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa

• Sebagian besar kegiatan manusia berhubungan dengan memori (ingatan) manusia, seperti saat manusia selalu mengingat semua yang terjadi, memori manusia berisi semua pengetahuan dari