• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON TEGAKAN

CAMPURAN AKASIA DAN KAYU PUTIH DI AREAL

REKLAMASI PT. BUKIT ASAM (Persero) Tbk

CIKAL UTAMI WILLUJENG

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

ABSTRAK

CIKAL UTAMI WILLUJENG. Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA dan DADAN MULYANA.

Reklamasi adalah upaya untuk mengembalikan kondisi pasca tambang sesuai peuntukkan lahan. Revegetasi yang dapat dilakukan adalah dengan cara menanam jenis akasia dan kayu putih. Salah satu hasil dari reklamasi adalah adanya kandungan karbon yang diserap dan disimpan dalam bentuk biomassa, sehingga simpanan karbon dapat diduga dari potensi biomassanya. Faktor yang mempengaruhi besarnya biomassa adalah kesuburan tanah, umur tegakan, tingkat perkembangan vegetasi, iklim, komposisi dan struktur tegakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi biomassa di areal bekas jalan penambangan (blok B) sebesar 16,70 ton/ha lebih besar dari areal bekas galian penambangan (blok A) sebesar 14,24 ton/ha. Hasil pendugaan potensi simpanan karbon berbanding lurus dengan potensi biomassa. Simpanan karbon pada blok A yaitu 4,14 ton/ha dan pada blok B 5,56 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan tegakan campuran akasia dan kayu putih dalam menyimpan karbon belum optimal.

Kata kunci: akasia, biomassa, kayu putih, simpanan karbon, reklamasi

ABSTRACT

CIKAL UTAMI WILLUJENG. Estimation of Carbon Storage Potency of Acacia and Eucalyptus Mixed Stand in Mine Reclamation at PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Supervised by OMO RUSDIANA and DADAN MULYANA.

Reclamation is an attempt to restore the appropriate post-mining land uses. Revegetation of land can be done by planting acacia and eucalyptus. One of the results of reclamation is the carbon content that absorbed and stored in biomass, so carbon storage can be expected from their biomass. The influence factors of biomass value are soil fertility, age of stands, vegetation developing stage, climate, composition and structure of stands. The result show that the biomass potency in exhauling area (block B) is 16,70 tons/ha is bigger than post mining area (block A) is 14,24 tons/ha. Estimation of potency of carbon storage is proportional to the biomass potency. Carbon storage in block A is 4,14 tons/ha and in block B is 5,56 tons/ha. The result show the ability of acacia and eucalyptus in storing carbon is not optimal yet.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON TEGAKAN

CAMPURAN AKASIA DAN KAYU PUTIH DI AREAL

REKLAMASI PT. BUKIT ASAM (Persero) Tbk

CIKAL UTAMI WILLUJENG

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Nama : Cikal Utami Willujeng

NIM : E44080045

Disetujui oleh

Dr Ir Omo Rusdiana, MSc, FTrop Pembimbing I

Dadan Mulyana, SHut, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas Rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini berjudul Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Omo Rusdiana dan Bapak Dadan Mulyana selaku pembimbing, serta Bapak Erianto Indra Putra dan tim yang telah membantu penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. dan seluruh dosen beserta staf Departemen Silvikultur. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah Ayi Saefullahak, Ibu Ida Jubaidatul Asna, Bapak Mas Ali, Abang Faisal Amin Nasution serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terimakasih atas bantuannya kepada Silvikultur 45 dan keluarga besar LAWALATA IPB terutama angkatan Bantimurung Bulusaraung.

Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Metode Kerja 2

Analisis 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

KESIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 15

(8)

DAFTAR TABEL

1 Sifat kimia tanah pada lokasi penelitian 7

2 Kadar hara tanah di lokasi penelitian 8

3 Tekstur tanah pada lokasi penelitian 9

4 Potensi biomassa tegakan campuran akasia dan kayu putih 10 5 Presentase kandungan karbon dalam biomassa tegakan campuran

akasia dan tegakan kayu putih di areal reklamasi PTBA 11 6 Potensi biomassa dan karbon total di atas permukaan lahan reklamasi 13

DAFTAR GAMBAR

1 Desain plot penelitian satu kluster plot FHM 3

2 Kondisi tegakan campuran akasia dan kayu putih 6 3 Potensi biomassa dan karbon tegakan campuran 10

4 Potensi biomassa dan karbon tumbuhan bawah 11

5 Potensi biomassa dan karbon serasah 12

6 Potensi biomassa dan karbon nekromassa 12

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan iklim global yang terjadi dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK). Penyebab naiknya GRK adalah karbondioksida (CO2) yang dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil, kerusakan ekosistem gambut, degradasi dan deforestasi. Salah satu penyebab degradasi dan deforestasi adalah adanya kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan yang menggunakan teknik penambangan terbuka berakibat perubahan bentuk bentang alam sehingga upaya-upaya guna menjamin pemanfaatan lahan di areal bekas tambang perlu dilakukan. Reklamasi adalah upaya untuk mengembalikan kondisi pasca tambang sesuai peruntukkan lahan. Salah satu produsen batubara di Indonesia yang mempunyai komitmen menjaga kelestarian lingkungan dengan melakukan kegiatan reklamasi adalah PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA). Berdasarkan status kawasan, kegiatan pertambangan di PTBA yang berada di dalam kawasan hutan memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) seluas 3.453 ha. Setelah selesai melakukan kegiatan pertambangan didalam kawasan hutan, PTBA mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kawasan tersebut menjadi hutan kembali.

Keberadaan hutan dan keseimbangan ekosistemnya mampu mengurangi kandungan CO2 di atmosfer. Tegakan hutan yang terdiri dari pohon memegang peran penting dalam penyerapan CO2. Gas CO2 diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis dan hasilnya disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi semakin tinggi dan besar

Revegetasi yang telah dilakukan PTBA adalah dengan cara menanam jenis akasia dan kayu putih. Pendugaan potensi karbon tersimpan pada tegakan campuran akasia (Acacia auriculiformis) dan kayu putih (Melaleuca cajuputi) dilakukan untuk menduga berapa besar karbon tersimpan dari hasil kegiatan reklamasi yang sudah dilakukan. Salah satu hasil dari reklamasi adalah kandungan karbon yang diserap dan disimpan oleh kedua tegakan tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga potensi karbon tersimpan pada tegakan campuran akasia dan kayu putih di areal reklamasi PTBA.

Manfaat Penelitian

(10)

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di areal reklamasi PTBA, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Lokasi penelitian dilakukan pada 2 areal dengan kondisi yang berbeda. Areal pertama adalah bekas penambangan batubara secara terbuka (Blok A), pada blok ini tanaman hasil reklamasi yaitu akasia dan kayu putih berumur 3 tahun. Areal kedua adalah bekas jalan (Blok B), pada blok ini tanaman hasil reklamasi yaitu akasia dan kayu putih berumur 4 tahun. Penelitian pendugaan simpanan karbon ini dilaksanakan pada bulan Maret−April 2012.

Alat dan Bahan

Peralatan pengukuran dan pengambilan sampel meliputi meteran 40 meter, kompas, tali rafia, pita ukur 150 cm, hagameter, GPS, golok, chain saw, terpal, timbangan 200 kg, timbangan 2 kg, plastik sampel, label, kamera digital, tally sheet, dan alat tulis. Peralatan di laboratorium meliputi golok, oven, neraca analitik, cawan abu, desikator, alat saring (mesh screen), alat penggiling (willey mill), dan tanur listrik.

Bahan yang diteliti adalah tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok A dan blok B.

Metode Kerja

Pembuatan Petak Penelitian dan Pengambilan Sampel Tanah

Plot yang digunakan dalam penelitian adalah plot Forest Health Monitoring (FHM). Plot FHM merupakan plot permanen sehingga data perkembangan tanaman berupa biomassa, biodiversitas, produktivitas, vitalitas dan kualitas lahan dapat terpantau secara kontinyu. Plot FHM dalam penelitian ini hanya digunakan untuk menentukan kerapatan tegakan dan pengambilan sampel tanah. Penghitungan biomassa dan simpanan karbon didasarkan pada tegakan yang terdapat pada annular plot, sedangkan pengambilan sampel tanah dilakukan pada tiga buah titik sampel tanah yang mewakili kondisi areal. Desain plot FHM dapat dilihat pada Gambar 1.

(11)

3

Pengukuran Potensi Tegakan dan Biomassa

Pengukuran potensi tegakan dilakukan dengan inventarisasi tegakan meliputi identifikasi nama jenis, pengukuran tinggi bebas cabang (m) dan tinggi total (m), serta pengukuran diameter (cm) pada ketinggian 1,3 m di atas permukaan tanah.

Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven dalam ton per unit area. Menurut Pamudji (2011) secara umum ada 4 metode pendugaan biomassa yaitu:

1 Metode sampling dengan pemanenan (destruktif) 2 Metode sampling tanpa pemanenan

3 Metode pendugaan pengindraan jauh 4 Metode pembuatan model

Pengukuran biomassa dalam penelitian ini menggunakan metode destruktif. Metode ini dilakukan dengan cara menebang pohon contoh diluar klaster yang dipilih melalui pengamatan langsung. Pengumpulan data pohon contoh melalui tahapan pengukuran diameter dan tinggi pohon. Pemangkasan cabang yang masih teraih dan penebangan batang utama, dilanjutkan pemisahan bagian-bagian pohon menjadi kelompok batang, kelompok cabang, kelompok ranting dan kelompok daun dan bunga. Selanjutnya penimbangan bagian-bagian pohon dan pengambilan sampel sebesar 200 gram untuk uji di laboratorium.

(12)

4

Perhitungan Biomassa Tumbuhan Bawah, Serasah dan Nekromassa

Pada setiap petak penelitian berukuran 1 m x 1 m di dalam plot annular dilakukan perhitungan biomassa tumbuhan bawah meliputi tumbuhan menjalar, semak-semak, dan rumput. Seluruh tumbuhan bawah yang terdapat di dalam plot ditebang, dikumpulkan dan ditimbang. Selain perhitungan biomassa tumbuhan bawah, dilakukan juga perhitungan biomassa serasah dan nekromassa pada petak yang sama. Nekromassa merupakan massa bagian pohon yang telah mati baik yang masih dalam kondisi tegak di suatu lahan (batang, tunggak atau tunggul pohon), atau telah tumbang/tergeletak pada permukaan tanah yang belum terurai secara sempurna (Hairiah dan Rahayu 2007). Seluruh serasah dan nekromassa dikumpulkan dan ditimbang untuk mendapatkan total berat basahnya. Selanjutnya contoh masing-masing dari tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa diambil untuk sampel sebanyak 200 gram dan disimpan dalam kantong berlabel.

Analisis

Pengovenan

Seluruh sampel di oven pada suhu 105oC selama ± 48 jam. Selanjutnya ditimbang untuk mendapat data berat kering sehingga kadar air sampel dapat dihitung. Data berat kering sampel ini juga diperlukan untuk mengkonversi kandungan karbon sampel menjadi kandungan karbon pohon dalam klaster.

Perhitungan Kadar Air

Sampel yang telah dikumpulkan dilakukan perhitungan kadar airnya. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), kadar air dihitung dengan menggunakan rumus: bunga), tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa dilakukan menggunakan rumus Haygreen dan Bowyer (1989) yaitu:

BKT =

BB 1+ % KA

100

(13)

5

Potensi Karbon

Kadar karbon terikat diukur dengan metode SNI 06-3730-1995 dengan rumus:

Kadar Karbon = 100% - kadar zat terbang - kadar abu. Perhitungan kadar karbon melalui tahapan:

1 Perhitungan kadar air sampel karbon.

Sampel bagian-bagian pohon dicincang, dioven, dan digiling untuk selanjutnya disaring. Serbuk sampel sebanyak ±2 gram dari saringan 40−60 mess dimasukan kedalam cawan abu untuk di oven pada suhu 105oC sampai beratnya konstan dan didapatkan persen kadar air.

2 Perhitungan zat terbang

Cawan abu yang berisi serbuk dimasukan kedalam tanur listrik selama 2−10 menit pada suhu 950 ± 20oC sampai tidak berasap. Setelah didinginkan dalam desikator, sampel segera ditimbang dan dicatat nilai zat terbangnya.

3 Perhitungan persen abu

Sampel kembali dimasukan kedalam tanur selama ± 6 jam. Selanjutnya dipindahkan kedalam oven selama 24 jam pada suhu 105oC dan ditimbang untuk mendapat data persen abu.

Selanjutnya untuk mengetahui berat karbon dilapangan, dilakukan pendugaan karbon dari biomassa berdasarkan SNI 7724 (2011), dengan menggunakan rumus:

Cb = B x %C organik Dimana:

Cb = kandungan karbon dari biomassa (kg) B = total biomassa (kg)

%C organik = nilai presentase kandungan karbon, sebesar 0,47 atau menggunakan nilai persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium.

Dalam penelitian ini, nilai persentase kandungan karbon yang digunakan berasal dari nilai persentase karbon hasil pengukuran di laboratorium. Potensi simpanan karbon diketahui melalui konversi simpanan karbon total yang tersimpan pada tiap bagian pohon dengan jumlah pohon per hektarnya (Hardjana 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Badan Usaha Milik Negara PT. Bukit Asam (Persero) Tbk memiliki kantor pusat di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Luas PTBA Unit Tanjung Enim adalah ±15.500 ha yang terdiri dari 3 lokasi penambangan yaitu Tambang Air Laya ±7.621 ha, Muara Tiga Besar ±3.300 ha dan Bangko Barat ±4500 ha.

(14)

6

Kegiatan pertambangan di PTBA menggunakan metode penambangan terbuka yang merubah bentuk bentang alam. Permasalahan dan tantangan yang timbul selanjutnya dalam mereklamasi diantaranya pengelolaan air asam tambang, perbaikan kesuburan tanah, pengendalian erosi, ketersediaan dana dan kualiatas sumberdaya manusia (Mansur 2010). Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan maka sesuai PP RI No: 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang, kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu proses pertambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.

Tegakan hutan hasil revegetasi di PTBA didominasi oleh tanaman akasia (Acacia mangium dan Acacia auriculiformis), kayu putih (Melaleuca cajuputi), sengon (Paraserianthes falcataria), angsana (Pterocarpus indicus), saga (Adenanthera parvifolia), dan trembesi (Albizia saman). Sedangkan pada hutan yang masih asli terdapat jenis-jenis lokal seperti plangas (Aporosa aurita), waru (Hibiscus spp ) dan keliat (Microcos tomentosa). Saat ini, jenis akasia sudah tidak lagi digunakan seiring dikeluarkannya Permenhut RI tentang Pedoman Reklamasi Hutan, bahwa jenis tanaman diarahkan pada penanaman jenis tumbuhan asli yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah setempat. Sementara itu, jenis kayu putih merupakan jenis yang dominan ditanam di PTBA. Selain karena kemampuannya tumbuh di lahan terbuka, jenis ini juga tidak disukai oleh sapi yang mudah dijumpai di areal reklamasi PTBA. Daun kayu putih di PTBA juga dimanfaatkan untuk produksi minyak atsiri melalui kegiatan kemitraan dengan masyarakat.

Data penelitian diambil di areal reklamasi yang merupakan bekas penambangan batubara secara terbuka (Blok A) dan di areal reklamasi bekas jalan (Blok B) (Gambar 2).

Karakteristik Lahan pada Lokasi Penelitian

Karakteristik lahan pada lokasi penelitian dapat diketahui melalui informasi tata ruang, status kawasan, sejarah pengelolaan lahan, dan kesuburan tanah. Penggunaan lahan (land use) wilayah Tanjung Enim berupa pemukiman, pertanian,

perkebunan dan industri. Berdasarkan penutupan lahan (land cover) wilayah Tanjung

Enim tutupan lahannya berupa sawah, semak, lahan terbangun, lahan terbuka, dan

(15)

7

pertambangan karena telah diketahui adanya mineral dibawah permukaan tanah pada kedalaman tertentu.

Berdasarkan status kawasan, kegiatan pertambangan di PTBA yang berada di dalam kawasan hutan memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) seluas 3.453 ha. Setelah selesai melakukan kegiatan pertambangan didalam kawasan hutan, PTBA mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kawasan tersebut menjadi hutan kembali. Kedua lokasi penelitian yaitu blok A dan blok B termasuk kedalam kawasan hutan yang telah selesai dilakukan rangkaian kegiatan pertambangan, reklamasi yang dilakukan yaitu dengan cara menanam jenis akasia dan kayu putih. Blok A merupakan bekas penambangan secara terbuka, pada lokasi ini dilakukan reklamasi berupa penataan timbunan batuan penutup dan penyebaran tanah. Penyebaran tanah dilakukan dengan menempatkan lapisan subsoil setebal 2 meter dan tanah pucuk (topsoil) setebal 0,3−0,5 meter, namun seringkali penyebaran tanah penutup tidak sesuai tergantung stok tanah yang tersedia. Blok B yang merupakan bekas jalan melalui tahapan reklamasi berupa penggemburan tanah dan penebaran topsoil. Selanjutnya sebelum proses penanaman di kedua blok penelitian, dilakukan penyebaran kapur pertanian (kaptan) pada tanah yang dimaksudkan untuk menetralkan pH tanah, meningkatkan unsur hara, serta memperbaiki stuktur dan tekstur tanah. Penyebaran kaptan ini dilakukan satu hari sebelum penanaman, sedangkan masa inkubasi kaptan dalam tanah yang sesuai adalah selama 2 minggu sampai 1 bulan. Hal ini akan menjadi faktor kematian bibit saat awal penanaman karena pH tanah masih asam. Revegetasi dimulai dengan penebaran Legume Cover Crop (LCC) yang berfungsi untuk mengurangi laju erosi, menstabilkan struktur tanah dan membentuk lanscape baru. Selanjutnya dilakukan pemasangan ajir dan pembuatan lubang tanam dengan jarak 4x4 m. Pemberian pupuk bokashi dan urea dilakukan pada saat penanaman serta saat tanaman berumur 2 bulan dan 1 tahun. Kegiatan penyulaman tanaman yang mati di areal reklamasi PTBA dilakukan selama 2 tahun dan pengayaan dilakukan 3 tahun setelah penanaman pionir. Selain itu, bentuk pemeliharaan tanaman yang dilakukan berupa pemupukan dan penyiraman.

Kesuburan tanah dikedua blok penelitian diketahui dari hasil analisis sampel tanah di laboratorium. Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya biomassa tegakan hutan disamping faktor lainnya seperti umur tegakan hutan, tingkat perkembangan vegetasi, iklim, komposisi dan struktur tegakan (Kusmana 1993). Hasil analisis tanah pada Tabel 1 menunjukan bahwa tanah pada kedua lokasi penelitian memiliki derajat keasaman (pH) yang rendah yaitu 3,60−4,40 sehingga mempengaruhi Kapasitas Tukar Kation (KTK).

Tabel 1 Sifat kimia tanah pada lokasi penelitian

Lokasi penelitian Kedalaman (cm) pH KTK (me/100 g)

Blok A 0−10 4,40 (rendah) 9,52 (rendah)

10−20 4,40 (rendah) 6,80 (rendah)

Blok B 0−10 3,90 (rendah) 21,52 (sedang)

10−20 3,60 (rendah) 14,27 (rendah)

(16)

8

tanah blok A yaitu 6,80−9,52 (rendah). Hal ini menunjukan tanah blok B lebih subur dibandingkan blok A. Lokasi penelitian blok B yang merupakan bekas jalan tidak mengalami perubahan bentang alam yang besar, sehingga unsur haranya masih banyak tersedia (Tabel 2).

Tabel 2 Kadar hara tanah di lokasi penelitian

No. Sifat Kimia Tanah Kedalaman

(cm)

Lokasi penelitian

Blok A Blok B

1. Nitrogen (%) 10−200−10 0,08 (sangat rendah) 0,24 (sedang)

0,04 (sangat rendah) 0,13 (sedang)

2. Fosfor Bray (ppm) 10−200−10 2,30 (sangat rendah) 4,30 (sangat rendah) 2,00 (sangat rendah) 2,40 (sangat rendah)

3. Kalsium (me/100g) 10−200−10 1,16 (rendah) 4,94 (rendah)

1,06 (rendah) 3,67 (rendah)

4. Magnesium (me/100g)

0−10 2,42 (tinggi) 10,36 (sangat tinggi)

10−20 1,34 (sedang) 4,94 (tinggi)

5. Kalium (me/100g)

0−10 0,25 (rendah) 0,62 (tinggi)

10−20 0,36 (sedang) 0,47(sedang)

6. Natrium (me/100g)

0−10 0,60 (sedang) 0,71 (sedang)

10−20 0,55 (sedang) 1,30 (sangat tinggi)

7. C-organik (%)

0−10 0,80 (sangat rendah) 3,25 (tinggi) 10−20 0,32 (sangat rendah) 1,44 (rendah) 8. Aluminium (me/100g) 10−200−10 3,48 (sangat tinggi) 0,72 (rendah) 3,70 (sangat tinggi) 0,80 (rendah)

Tabel 2 menunjukan kadar hara pada tanah. Nitrogen (N) diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman, unsur N (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman Jika nilai pH tanah >5,50. Nilai pH yang rendah berpengaruh pada ketersediaan N pada tanah. Pada blok A ketersediaan N dalam tanah sangat rendah, dan di blok B sedang (Hardjowigeno 1995). Unsur lainnya seperti pospor (P) akan tersedia bagi tanaman pada kondisi pH 6,0−6,5 (Munawar 2011). Unsur P yang ditemukan pada kedua lokasi nilainya >10 ppm (sangat rendah). Posfor berperan untuk menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang berguna bagi tanaman, sehingga unsur P mempunyai peran vital didalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan normal. Unsur K dalam tanah biasanya banyak tersedia didalam tanah, namun di kedua lokasi penelitian jumlah unsur K yang ditemukan 0,25−0,62 me/100 g (sangat rendah-rendah). Kalium memiliki fungsi penting untuk pertahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Kondisi pH tanah yang rendah akan menyebabkan penurunan jumlah unsur-unsur seperti posfor, kalsium, kalium, dan magnesium secara cepat (Lubis 2012). Tanaman mempunyai kemungkinan besar teracuni oleh logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut jika pH tanah terlalu rendah. Menurut Setiadi (2013) aluminium (Al) dalam tanah dengan rentang 0−3 me/100 g tidak berpotensi meracuni tanaman, sedangkan kadar Al >3 me/100 g akan menjadi racun pada tanaman. Pada areal reklamasi blok A kadar Al lebih dari 3 me/100 g yaitu sebesar 3,48−3,70 me/100 g sehingga tanaman di areal tersebut dapat dipastikan teracuni oleh Al. Keracunan Al akan menghambat pertumbuhan akar primer dan menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar, ujung akar

menjadi tebal sehingga menghasilkan sistem perakaran tanaman yang kerdil. Unsur

(17)

9 Ketersediaan hara yang rendah pada blok A dibandingkan dengan blok B juga dipengaruhi tekstur tanahnya. Data analisis menunjukkan persentase tekstur pasir di blok A yaitu 62−68,3%, dimana kemampuan pasir untuk mengikat air dan hara sangat rendah serta mudah tercuci. Tekstur tanah pada areal reklamasi blok B termasuk kelas liat berdebu dan lebih baik dari blok A yang termasuk kelas lempung berpasir (Tabel 3).

Kondisi kesuburan tanah pasca kegiatan pertambangan yang menurun perlu dilakukan perbaikan sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah pengembalian top soil dengan ketebalan yang sesuai, pemberian bahan pembenah tanah (humic acid, kapur pertanian dll), serta penambahan bahan dan pupuk organik.

Potensi Biomassa dan Karbon Tegakan

Pada lokasi penelitian telah ditanami oleh campuran jenis akasia dan kayu putih pada tahun 2008 dan 2009 dengan jarak tanam awal 4 x 4 m yang berarti jumlah tanaman pada awal penanaman berjumlah 625 N/ha. Berdasarkan nilai kerapatan pada kedua areal reklamasi terlihat persen tumbuh tanaman di kedua areal belum maksimal. Pada areal reklamasi blok A persen tumbuh tanaman hanya 41% dengan jumlah tanaman yang hidup 256 N/ha. Nilai persentase lebih kecil ditunjukan pada areal reklamasi blok B yaitu 25% dengan jumlah tanaman yang hidup 156 N/ha.

Persen tumbuh tanaman yang rendah dikarenakan kesuburan tanah yang rendah. Selain itu, jenis tanah pada areal reklamasi PTBA adalah tanah latosol dan podsolik. Kedua jenis tanah ini merupakan tanah yang sangat tercuci, rendah kadar hara dan bahan organiknya, serta memiliki pH rendah. Persen tumbuh tanaman yang rendah dan pertumbuhan yang tidak maksimal ini berdampak pada besarnya biomassa tegakan. Potensi biomassa tegakan campuran akasia dan kayu putih pada kedua areal reklamasi dapat dilihat pada Tabel 4.

(18)

10

Tabel 4 Potensi biomassa tegakan campuran akasia dan kayu putih Lokasi tegakan di blok B lebih besar daripada blok A. Volume tegakan di blok B adalah 16,75 m3/ha dan di blok A adalah 7,36 m3/ha. Hasil penghitungan biomassa tegakan blok B adalah 8,26 ton/ha sedangkan di blok A yaitu 5,25 ton/ha. Besarnya nilai potensi volume dan biomassa pohon di blok B dikarenakan pertambahan umur tegakan dan sejarah arealnya. Seiring bertambahnya umur, pohon akan mengalami pertumbuhan melalui pembelahan sel yang akan menambah diameter batang sehingga mempengaruhi nilai volume pohon. Selain itu, blok B mempunyai kualitas lahan yang lebih baik dibandingkan dengan blok A. Hasil potensi volume dan biomassa yang lebih besar ditunjukan pada penelitian Arista (2012) untuk jenis Acacia mangium umur 4 tahun di areal reklamasi batubara PT. Arutmin. Dengan jarak tanam 2 x 3 m dan kerapatan 1240 N/ha dihasilkan potensi volume tegakan sebesar 68,16 m3/ha dan potensi biomassa 41,58 ton/ha. Hasil penelitian Arista (2012) lebih besar dikarenakan persen tumbuh tanamannya mencapai 74% yang sangat mempengaruhi nilai potensi volume dan biomassanya.

Perbedaan potensi biomasa berbanding lurus dengan potensi karbon tegakannya. Potensi karbon tegakan di blok A adalah 1,69ton/ha, sedangkan di blok B sebesar 3,03 ton/ha (Gambar 3). Hasil penelitian Hardjana (2011) pada tegakan Acacia mangium di areal Hutan Tanaman Industri PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur dengan jarak tanam 2 x 3 m menunjukan nilai potensi karbon yang jauh lebih besar yaitu 42,37 ton/ha pada umur 3 tahun dan 74,20 ton/ha pada umur 4 tahun.

(19)

11 Karbon umumnya menyusun 46% dari total biomassa (Hairiah dan Rahayu 2007). Namun hasil analisis di laboratorium menunjukan persentase simpanan karbon dalam biomassa tegakan pada kedua areal reklamasi tidak mencapai 46%. Pada tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok A simpanan karbonnya 32,19% dari biomassa, akan tetapi nilai lebih besar ditunjukkan oleh blok B yaitu 36,68% (Tabel 5). Nilai persentase simpanan karbon umur 4 tahun yang lebih besar daripada umur 3 tahun juga ditunjukan dari hasil penelitian Hardjana (2011) pada tegakan Acacia mangium di areal Hutan Tanaman Industri PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Hasil penelitian Hardjana menunjukan nilai persentase simpanan karbon dalam biomassa umur 3 tahun sebesar 33,66% dan pada umur 4 taun 35,87%. Hal ini menunjukan potensi simpanan karbon sangat dipengaruhi potensi biomassanya.

Potensi Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah

Potensi biomassa dan karbon tumbuhan bawah di blok B berbanding terbalik dengan nilai biomassa dan karbon tegakannya. Tumbuhan bawah di blok B memilki potensi biomassa dan karbon yang lebih kecil daripada blok A. Potensi biomassa tumbuhan bawah blok B adalah 0,72 ton/ha dengan potensi karbonnya 0,21 ton/ha. Sedangkan di blok A, potensi biomassa tumbuhan bawahnya yaitu 4,61 ton/ha dengan potensi karbonnya 1,14 ton/ha (Gambar 4). Hal ini dapat terjadi karena tingginya jumlah serasah pada blok B (Gambar 5). Serasah akasia mengandung aleopati yaitu senyawa yang menghambat pertumbuhan jenis lain dan termasuk serasah yang membutuhkan waktu lama untuk terdekomposisi sehingga pertumbuhan tumbuhan bawah di lokasi penanaman tidak tumbuh dengan baik (Wardani 2012). Selain itu, kayu putih juga mempunyai senyawa metabolit sekunder yang bersifat racun bagi tumbuhan lain dan mikroba pengurai sehingga dapat menjadi faktor rendahnya pertumbuhan tumbuhan bawah.

Gambar 4 Potensi biomassa dan karbon tumbuhan bawah

Tabel 5 Presentase kandungan karbon dalam biomassa tegakan campuran akasia dan tegakan kayu putih di areal reklamasi PTBA

(20)

12

Potensi Biomassa dan Karbon Serasah

Pendugaan potensi biomassa dan karbon serasah pada blok A diperoleh hasil potensi biomassa sebesar 3,02 ton/ha dengan potensi karbonnya 0,86 ton/ha. Sedangkan di blok B potensi biomassanya sebesar 4,79 ton/ha dengan potensi karbon sebesar 1,52 ton/ha (Gambar 5). Nilai potensi biomassa serasah blok B lebih tinggi karena akumulasi serasah yang terjadi selama 4 tahun lebih besar daripada blok A yang berumur 3 tahun.

Potensi Biomassa dan Karbon Nekromassa

Potensi biomassa dan karbon nekromasa di areal reklamasi blok B lebih besar daripada blok A. Potensi biomassa nekromassa di blok B adalah 2,93 ton/ha dengan potensi karbon 0,81 ton/ha. Untuk blok A memiliki potensi biomassa nekromassa 1,36 ton/ha dengan potensi karbon 0,44 ton/ha (Gambar 6). Nilai potensi biomassa nekromassa blok B lebih tinggi karena akumulasi nekromassa yang terjadi selama 4 tahun lebih besar daripada blok A. Selain itu, menurut Rindyastuti dan Darmayanti (2010) kandungan polifenol, lignin dan selulosa pada Acacia auriculiformis cukup tinggi sehingga proses dekomposisinya akan lambat (rata-rata 1-3 bulan). Hal yang sama juga terdapat pada jenis Melaleuca sp. dimana kandungan lignin dan selulosanya cukup tinggi.

Gambar 5 Potensi biomassa dan karbon serasah

(21)

13

Potensi Biomassa dan Karbon Total di Atas Permukaan

Potensi biomassa total terdiri dari penjumlahan potensi biomassa di atas permukaan (tegakan, tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa). Potensi biomassa total menunjukan di blok A adalah 14,24 ton/ha dan di blok B adalah 16,57 ton/ha. Begitu juga untuk potensi karbon total di atas permukaan adalah penjumlahan dari potensi karbon tegakan, tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa. Potensi karbon total berbanding lurus dengan biomassa totalnya. Potensi karbon total di atas permukaan di blok A adalah 4,14 ton/ha dan di blok B sebesar 5,56 ton/ha (Tabel 6). Dari Tabel 6 terlihat bahwa potensi simpanan karbon untuk tegakan campuran akasia dan kayu putih di areal reklamasi PTBA belum maksimal namun masih dapat ditingkatkan.

Tabel 6 Potensi biomassa dan karbon total di atas permukaan lahan reklamasi

Upaya-upaya yang dapat dilakukan di areal reklamasi diantaranya adalah menerapkan praktek silvikultur yang tepat pada hutan yang masih ada, meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman, dan mengembangkan hutan dengan jenis-jenis yang cepat tumbuh (Selviana 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Terdapat perbedaan antara karakteristik lahan di areal reklamasi blok A dan blok B. Karakteristik dan kualitas lahan di blok B yang merupakan bekas jalan (non-tambang) lebih baik dari Blok A yang merupakan bekas penambangan terbuka (eks-tambang).

Karakteristik lahan sangat mempengaruhi potensi biomassa dan karbon tegakan. Hasil yang didapatkan menunjukan potensi simpanan karbon pada tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok A adalah 1,69 ton/ha, sedangkan di blok B adalah 3,03 ton/ha. Potensi simpanan karbon total di atas permukaan pada tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok A adalah 4,14 ton/ha, sedangkan di blok B adalah 5,56 ton/ha. Potensi simpanan karbon pada tegakan campuran akasia dan kayu putihdi kedua areal reklamasi sangat rendah.

Saran

Karakteristik lahan antara eks-tambang dan non-tambang sangat berbeda, sehingga perlakuan untuk perbaikan kualitas lahan sebelum penanaman juga harus

Lokasi penelitian Potensi total di atas permukaan (ton/ha)

Potensi biomassa Potensi karbon

Blok A 14,24 4,14

(22)

14

dibedakan. Langkah awal untuk membedakan perlakuan yang akan dirikan yaitu dengan membuat zonasi areal reklamasi eks-tambang dan non tambang dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai. Areal eks tambang memerlukan perlakuan yang lebih intensif dalam setiap tahapan reklamasinya dibandingkan dengan non-tambang. Teknik penyiapan lahan di eks-tambang membutuhkan perbaikan tanah (soil amandement) berupa perbaikan tekstur tanah, menaikkan pH tanah untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Selajutnya perlu penanaman jenis-jenis lokal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat serta untuk mengembalikan keanekaragaman vegetasi setempat. Kegiatan penanaman dan pemeliharaan dengan teknik silvikultur yang tepat akan memaksimalkan potensi simpanan karbon. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pendugaan simpanan karbon pada bagian pohon yaitu akar.

DAFTAR PUSTAKA

Arista B. 2012. Pendugaan kandungan karbon pada tegakan akasia (Acacia mangium) dan tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) di lahan reklamasi pasca tambang batubara PT. Arutmin Batulicin Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Hairiyah K, Rahayu S. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Center-ICRAF, SEA Region Office.

Hardjana AK. 2011. Potensi biomassa dan karbon pada hutan tanaman Acacia mangium di HTI. PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 7 (4):237-249.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Keempat. Jakarta (ID): Akademi Pressindo.

Haygreen JG, JL Bowyer. 1989. Hasil hutan dan ilmu kayu. Suatu pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kusmana C. 1993. A Study on mangrove forest management base on ecological data in East Sumatera, Indonesia [disertation]. Japan (JP): Kyoto University, Faculty of Agricultural.

Lubis RS. 2012. Pendugaan korelasi antara karakteristik tanah terhadap cadangan karbon (carbon stock) pada hutan sekunder [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Mansyur I. 2010 .Teknik Silvikultur Untuk Reklamasi LahanBekas Tambang. Bogor (ID): Seameo Biotrop.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press.

Pamudji WH. 2011. Potensi serapan karbon pada tegakan akasia [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Presiden Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang. Jakarta (ID): RI. Rindyastuti R dan Darmayanti AS. 2010. Komposisi kimia dan estimasi proses

(23)

15 Seminar Nasional Biologi 24-25 September 2010.Yogyakarta : Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada.

Selviana V. 2012. Pendugaan potensi volume, biomassa, dan cadangan karbon tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Setiadi Y. 2013. Post Mining Restoration Notes: Pembenahan Lahan Pasca Tambang. (tidak dipublikasikan).

Wardani A. 2012. Pendugaan Kandungan Karbon Pohon pada Tegakan Hutan Tanaman Industri Akasia ( Acacia crassicarpa A. Cunn Ex. Benth) di Areal PT. Wana Subur Lestari, Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

(24)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Maret 1991 sebagai anak tunggal dari pasangan Ayi Saefullahak dan Ida Jubaidatul Asna. Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Pandeglang (2008) dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan masuk Mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan. Selama menjalani studi di IPB, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan yaitu Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam–LAWALATA IPB sebagai sekretaris umum (2009-2010) dan anggota aktif divisi Gunung Hutan.

Penulis mengikuti kegiatan praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar Alam Leuweung Sancang Timur–Gunung Papandayan (2010), Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur (2011) dan Praktik Kerja Profesi di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim, Sumatra Selatan (2012).

Gambar

Gambar 1  Desain plot penelitian satu kluster plot FHM (USDA-FS,
Gambar 2  Kondisi tegakan campuran akasia dan kayu putih di
Tabel 2 Kadar hara tanah di lokasi penelitian
Gambar 3 Potensi biomassa dan karbon tegakan campuran akasia dan kayu putih
+3

Referensi

Dokumen terkait

LAMMPS Piranti ini merupakan komponen utama dalam menjalankan simulasi adsorpsi hidrogen terhadap CNT, karena piranti ini dapat membuat sebuah sistem pemodelan dari bermacam –

)alam KS (ang )iberikan guru untuk men(usun tabel )alam KS (ang )iberikan guru untuk men(usun tabel )istribusi .rekuensi )ata berkelom%ok ber)asarkan )istribusi .rekuensi

Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap beberapa hal yang memiliki gap atau kesenjangan harapan dengan persepsi paling tinggi yakni kecepatan dalam memperoleh koleksi

Agar keakuratan pelayanan pemesanan lapangan prima futsal lebih terjamin dengan banyaknya jumlah pemesan yang berkunjung, dan lebih tepat dalam waktu yang relatif lebih singkat

Dengan ini diumumkan bahwa berdasarkan Ketetapan Panitia Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov.

diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik terhadap prestasi

Pelajar yang telah didedahkan kepada teknik pembelajaran melalui laman Web berasaskan teori konstruktivisme merasakan bahawa ia suatu teknik pembelajaran baru yang

[r]