• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keterandalan Bangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Keterandalan Bangunan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS

ANALISIS KETERANDALAN BANGUNAN

Disusun Oleh:

Tito Sucipto, S.Hut., M.Si.

NIP. 19790221 200312 1 001

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan keajaiban-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “Analisis Keterandalan Bangunan“.

Karya tulis ini berisi tentang gambaran umum mengenai analisis keterandalan bangunan sebagai dasar pengelolaan dan pemeliharaan bangunan. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memperkaya khasanah wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu dan teknologi kayu.

Tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif demi menyempurnakan karya tulis.

Medan, Desember 2009

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

Pendahuluan ... 1

Konstruksi Bangunan... 2

Kerusakan pada Bangunan... 6

Audit dan Pemeliharaan Bangunan... 11

(4)

DAFTAR GAMBAR

(5)

ANALISIS KETERANDALAN BANGUNAN

Pendahuluan

Bangunan dibuat dari kayu, konkret beton, batu alam, dan lain-lain. Selain rumah sebagai tempat berlindung, bangunan juga berfungsi sebagai perkantoran, rekreasi, pertokoan, tempat ibadah, tempat pendidikan, dan sebagainya. Dengan berjalannya waktu, bangunan akan mengalami penurunan keandalan dalam hal kekuatan maupun nilai estetik. Penurunan ini disebabkan bangunan mengalami kerusakan karena proses mekanis, fisis, kimiawi, biotis, maupun aktivitas manusia (Sulaiman, 2004).

Kemunduran kualitas (deteriorasi) bangunan merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, namun lajunya bisa ditekan dengan tindakan pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan dan perawatan yang baik akan memberikan efek penghematan biaya dan waktu, memberikan manfaat lebih lama, serta mendukung kinerja bangunan yang lebih baik. Bangunan yang dipelihara dan dirawat akan mencapai service life time sesuai yang direncanakan bahkan dapat melebihinya. Bangunan yang tidak dipelihara/dirawat akan lebih cepat mengalami deteriorasi.

Dalam menjalankan berbagai fungsinya, bangunan harus kuat dan cukup aman bagi manusia penggunanya sepanjang service life time-nya. Karena dengan perjalanan waktu, bangunan mengalami kemunduran keterandalannya, maka harus dilakukan pemeriksaan berkala kondisi suatu bangunan. Pemeriksaan ini diperlukan agar dapat segera diambil keputusan mengenai tindakan-tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan kondisi bangunan sesuai hasil pemeriksaan. Keputusan-keputusan itu dapat berupa pembersihan, penggantian komponen, renovasi, pengendalian hama, atau lainnya. Pemeriksaan ini disebut sebagai kegiatan audit bangunan.

(6)

berfungsi dalam memberi informasi sejarah, cara hidup, proses perubahan manusia dan pendukungnya, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, terutama bagi generasi yang akan datang.

Konstruksi Bangunan

Puspantoro menyebutkan bahwa ditinjau dari strukturnya, sebuah bangunan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah merupakan bagian bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, yaitu pondasi. Sedangkan struktur atas merupakan yaitu bagian bangunan yang berada di atas permukaan tanah. Struktur atas terdiri dari badan bangunan dan atap. Antara struktur bawah dan struktur atas terdapat lantai yang merupakan lapis penutup tanah. Sedangkan antara badan bangunan dan atap terdapat lapis pembatas yang disebut langit-langit atau plafon. Untuk mempelajari sebuah bangunan, perlu ditinjau bagian-bagian sebagai berikut: atap, pondasi, rangka dinding, langit-langit, dinding, kusen/daun, lantai, drainase halaman, dan utilitas (Sulaiman 2005).

Atap

Atap bangunan berfungsi sebagai pelindung bangunan dibawahnya dari panas matahari, air hujan, dan tiupan angin. Puspantoro yang diacu dalam Sulaiman (2005) menyebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pekerjaan atap, yaitu: serasi dengan bentuk bangunan sehingga menambah keindahan bangunan; dibuat dengan kemiringan tertentu sehingga cepat mengalirkan air hujan; material pembuatnya tahan lama dan tidak mudah rusak oleh pengaruh cuaca; memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Secara umum, konstruksi atap dapat dibagi menjadi tiga bagian (Sulaiman 2005), yaitu kuda-kuda, rangka atap, dan bahan penutup atap.

(7)

batang miring yang membentuk sudut kemiringan atap, berfungsi sebagai tumpuan balok gording dan beban diatasnya. Balok datar adalah batang tarik yang menahan gaya horizontal yang timbul karena adanya gaya yang bekerja pada kaki kuda-kuda. Batang tegak yang menahan lenturan yang terjadi pada batang datar atau disebut juga sebagai tiang kuda-kuda/tiang gantung/makelar adalah balok penggantung. Sedangkan balok penyokong merupakan batang yang berfungsi untuk menyokong kaki kuda-kuda agar tidak melentur oleh beban gording. Balok gapit adalah dua batang kayu yang dipasang mengapit rangka kuda-kuda agar tidak melentur ke samping.

Rangka atap adalah batang-batang lain sebagai pelengkap kuda-kuda dan konstruksi atap, yang meliputi balok angin, balok gording, balok bubungan, balok tembok, usuk atau kaso, reng, dan papan bubungan.

Penutup atap merupakan bagian yang merupakan pelindung bangunan dari panas dan hujan yang berhubungan langsung dengan kondisi udara luar. Bahan penutup atap haruslah terbuat dari materi yang tidak mudah rusak oleh pengaruh panas, hujan dan udara. Beberapa bahan yang biasa digunakan untuk penutup atap adalah genting, sirap, asbes gelombang, dan seng logam.

Kemiringan atap biasanya ditentukan oleh faktor keindahan dan selera, serta bahan penutupnya. Kemiringan atap minimum untuk genting adalah 350, untuk asbes atau yang berukuran besar lainnya hanya 100. Kemiringan atap sebaiknya tidak melebihi 600, karena selain mengkonsumsi kayu lebih banyak akan menyebabkan bahan penutupnya mudah lepas. Untuk melengkapi pekerjaan atap, diperlukan pekerjaan talang dan lisplank.

Rangka bangunan

(8)

Bangunan yang dinding-dindingnya terbuat dari pasangan bata, harus diberi perkuatan konstruksi beton bertulang praktis, yaitu balok sloof, kolom, kolom praktis, dan balok atas. Balok sloof dipasang di atas seluruh panjang pondasi, yang berfungsi untuk mendukung dan meratakan beban tembok di atasnya dan meneruskan ke pondasi di bawah. Kolom merupakan perkuatan rangka bangunan dan dipasang di pada pertemuan-pertemuan tembok seperti pertemuan sudut dan persilangan. Sedangkan kolom praktis sebagai perkuatan tembok dipasang pada setiap jarak 3 m pada pada pasangan tembok lurus, di kanan dan kiri lobang pintu dan jendela untuk pegangan dan jepitan kusen. Pada bagian atas pasangan bata diberi balok penjepit yang disebut balok atas, yang berfungsi untuk meratakan beban kuda-kuda dan rangka plafon ke dinding atau kolom di bawahnya.

Langit-langit

Langit-langit mempunyai fungsi sebagai batas tinggi suatu bangunan, isolasi panas yang dating dari atap, meredam suara air hujan yang jatuh di atas atap, dan sebagai tempat untuk menggantung bola lampu serta tempat peletakkan kabel-kabel instalasi listrik.

Tinggi plafon dari permukaan lantai dibuat sedemikian rupa sehingga menjaga kelancaran sirkulasi udara agar tidak pengap dan panas, dimana di daerah tropis sebaiknya plafon dibuat dengan tinggi minimal 3 m. Bahan-bahan untuk plafon bermacam-macam, diantaranya eternity, triplek, karpet, kaca, papan atau reng, dan aluminium. Untuk memasang bahan-bahan ini diperlukan rangka plafon yang dibuat dari batang-batang kayu.

Lantai

Lantai adalah pelapis penutup tanah dalam ruangan untuk berpijak penghuni, sehingga kebersihan ruangan dapat tetap terjamin dan ruangan menjadi tampak lebih rapid an sehat (sulaiman 2005). Lantai bangunan biasanya dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah halaman agar air dari halaman tidak masuk ke bangunan.

(9)

lantai yang banyak dipakai dan memenuhi persyaratan bangunan adalah tegel, yang dibuat dari campuran semen dan pasir dan dicetak dengan mesin sehingga padat, keras, halus, dan indah.

Untuk memasang lantai, harus diberi dasar urugan pasir setebal 20 cm sebagai bantalan untuk memperoleh permukaan lantai yang rata. Urugan pasir ini kemudian disiram dengan air sampai jenuh.

Pondasi

Setiap bangunan memiliki struktur bangunan bawah yang disebut pondasi. Pondasi adalah bagian bangunan yang berfungsi mendukung seluruh berat bangunan dan meneruskannya ke tanah di bawahnya. Dalam pembuatan pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan permukaan tanah setebal ± 50 cm (tanah humus) yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung. Untuk menjamin kestabilan, dasar pondasi diletakkan pada kedalaman yang mencapai lapisan tanah asli yang keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi dibuat sesuai kebutuhan, makin berat beban bangunan yang harus didukung tanah maka makin lebar pula dasar pondasinya.

Beberapa jenis pondasi yang dapat dipakai untuk bangunan rumah adalah: a. Pondasi umpak. Pondasi ini umum dipakai untuk bangunan sederhana yang

terbuat dari rangka kayu dengan dinding dari papan atau anyaman bamboo. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang-tiang penyangga. Untuk memelihara keaweatan kayu-kayunya, pondasi umpak biasanya dibuat sampai keluar dari permukaan tanah setinggi ± 1 m.

(10)

c. Pondasi setempat. Tipe pondasi ini digunakan bila kondisi tanah yang keras berada sangat dalam, sehingga jika dibuat pondasi menerus akan menelan biaya yang besar dan tidak efisien. Pondasi setempat dibuat di bawah kolom-kolom pendukung bangunan. Pondasi ini dapat dibuat dalam dua macam bentuk, yaitu pondasi pilar yang dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung; dan pondasi sumuran yang dibuat dengan menggali tanah berbentuk bulat hingga mencapai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton dan batu-batu besar tanpa tulangan.

d. Pondasi telapak (voetplat) yang dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat.

Drainase halaman

Sebuah bangunan haruslah memenuhi syarat-syarat kesehatan selain kuat dan indah dan karena itu harus dilengkapi fasilitas sanitasi atau drainase halaman. Fasilitas sanitasi ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (Sulaiman 2005):

a. Penerima air buangan, yaitu kamar mandi, WC, bak dapur, dan tempat cuci. b. Saluran pembuang, dari pipa tanah atau pipa beton.

c. Tempat pembuangan, yaitu riool kota, sungai, atau peresapan buatan.

Air buangan dari kamar mandi dan bak cuci dialirkan ke tempat pembuangan. Bila tidak ada riool kota atau sungai di dekat bangunan, maka dibuat tempat pembuangan buatan yang disebut sumur peresapan. Sumur peresapan ini bertujuan untuk menampung air buangan untuk selanjutnya diresapkan ke dalam tanah. Air buangan dari WC tida boleh langsung dibuang ke tempat pembuangan, tapi dialirkan ke bak penghancur kotoran yang disebut septictanc. Septictanc ini harus rapat air dan cukup udara segar untuk menjamin kelangsungan hidup bakteri penghancur. Untuk mensuplai udara segar, maka bak dihubungkan oleh pipa hawa dengan udara luar.

Kerusakan pada Bangunan

(11)

terbaik dari bangunan tersebut. Hal-hal yang dapat menurunkan atau mengurangi pengaruh cacat pada bangunan harus dicatat untuk menentukan secara dini prioritas yang harus diperbaiki, dipelihara, atau ditingkatkan performanya.

Dalam masa penggunaannya, bangunan mengalami kemunduran akibat kerusakan yang terjadi secara alami, ditambah lagi permasalahan yang berhubungan dengan kualitas rancang bangun yang rendah, teknik perbaikan dan pemeliharaan yang kurang baik yang mengurangi fungsional bangunan.

Kerusakan mekanis adalah kerusakan yang disebabkan oleh gaya, baik gaya statis maupun gaya dinamis. Bentuk kerusakan ini misalnya berupa retakan, patahan, atau pecahan. Kerusakan fisis merupakan pelapukan yang disebabkan oleh faktor iklim (suhu dan kelembaban). Perubahan suhu dan kelembaban tersebut kadang-kadang terjadi secara mendadak. Gejala pelapukan yang terjadi misalnya berupa retakan-retakan mikro, keausan, pengelupasan lapisan cat, perubahan warna asli kayu, pemudaran cat dan sebagainya.

Kerusakan kimia terutama disebabkan oleh air, baik berupa air kapiler maupun air hujan. Disamping itu udara yang terpolusi dan unsur-unsur lemak juga merupakan faktor pemacu yang tidak bisa diabaikan. Gejala pelapukan yang secara makroskopis teramati misalnya berupa pembusukan.

Selanjutnya, pelapukan secara biotis yang disebabkan oleh pertumbuhan jasad renik. Pertumbuhan jasad renik tersebut tidak hanya mengganggu secara estetis saja tetapi juga mampu menimbulkan proses pembusukan ataupun noda dari hasil sekresi zat-zat organik yang dihasilkannya. Beberapa jenis jasad renik yang umumnya berperan adalah jamur, bakteri, dan lumut kerak. Di samping itu, serangan serangga terutama rayap, merupakan salah satu faktor perusak yang sangat membahayakan bahan bangunan dari kayu.

Yang terakhir, kerusakan karena faktor manusia yang bisa berupa kesalahan rancang bangun, goresan benda tajam, corat-coret cat (vandalisme), kurangnya perawatan, dan lain-lain.

(12)

Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:

a. Kerusakan ringan, yaitu kerusakan terutama pada komponen nonstruktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi.

b. Kerusakan sedang, yaitu kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.

c. Kerusakan berat, yaitu kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya

Beberapa penyebab kerusakan bangunan adalah: 1. Variabel klimatik

Variasi iklim berpengaruh terhadap desain bangunan, serta performa dan umur pakai bangunan (Sulaiman 2005). Kondisi iklim lokal berpengaruh pada faktor-faktor seperti topografi, vegetasi (pepohonan), bangunan (situasi dan orientasi), dan aktivitas manusia (polusi) yang membentuk iklim mikro. Pola perubahan iklim, seperti pemanasan global dan el nino, serta fenomena alam, seperti hujan es, longsor, gempa bumi, gunung meletus, banjir, gelombang pasang, tornado, merupakan faktor tersendiri yang menjadi pertimbangan dalam mendesain bangunan.

2. Kilat

Kilat terjadi karena perbedaan potensial antara dua awan atau antara awan dengan bumi. Kerusakan yang ditimbulkan berupa pengeluaran energi panas, kebakaran, keretakan logam, dan beban lebih pada instalasi listrik. Perlindungan harus diberikan pada bangunan dan struktur yang beresiko terhadap kilat.

3. Kerusakan oleh iklim dan pencemaran

(13)

dan mneyebabkan keretakan dan desintegrasi. Kerusakan yang teramati pada bangunan adalah permukaan temboknya bisa runtuh dan lepas.

4. Cahaya dan radiasi elektromagnetik

Sinar matahari terdiri dari 50% sinar tampak, 40% inframerah, dan 10% ultraviolet. Monitoring terhadap sinar tampak dan ultraviolet dapat dilakukan pada situasi dimana bahan dan isi bangunan rentan terhadap kerusakan.

5. Penyaringan udara

Udara yang mengnadung partikel debudan kontaminan dapat memasuki bangunan melalui rongga terbuka (pintu dan jendela) ataupun meresap melalui retakan dan cacat bangunan. Di atmosfer terdapat gas-gas dan polutan. Konsentrasi polutan tergantung kepada beberapa faktor seperti lokasi, atmosfer dan klimatik. Sumber-sumber poluasi adalah sulfur dioksida (SO2), Nitrogen oksida

(NOx), ozon (O3), karbon dioksida (CO2), Radon (Rn), metana (CH4),

cloroflourkarbon (CFCs), hidroflourkarbon (HFCs), sulfur heksaflorida (SF6).

6. Kelembaban berlebihan dan peristiwa kimia

Kelembaban berlebihan yang disebabkan oleh munculnya air dan penetrasinya, kondensasi, kebocoran, proses luapan konstruksi, akan mengakibatkan munculnya kerusakan dan penurunan keterandalan bangunan. Kondisi kelembaban yang tinggi dapat meneybabkan degradasi kimia dan biologi.

Unsur-unsur kimia dan komponen bahan bangunan yang digunakan di dalam dan sekitar bangunan akan berinteraksi dengan manusia, proses alami dan lingkungan. Contoh dari proses ini adalah berkaratnya logam, serangan garam sulfat, karbonasi beton dimana karbonasi beton akan menyebabkanberkurangnya proteksi terhadap daya lekat logam dan cepat berkarat.

7. Peristiwa fisika dan perubahannya

(14)

8. Peristiwa biologi dan perubahannya.

Interkasi antara bangunan dengan tumbuhan dan hewan berpengaruh terhadap kesehatan bangunan. Akar pohon dan vegetasi dapat memasuki pondasi dan merusak strukturnya. Sulur-sulur tumbuhan merambat juga bisa menimbulkan kerusakan pada bangunan, menimbulkan penyumbatan saluran, selokan, dan pipa.

Jamur-jamur yang menginfestasi bangunan dapat menimbulkan pelapukan dan penurunan niai estetik. Jamur-jamur yang menimbulkan masalah pada bangunan misalnya cendawan lapuk (mold), noda (stain), soft rot, white rot, brown

rot. Sedangkan tumbuhan tingkat rendah lain seperti lumut dan alga dapat tumbuh

membentuk koloni di permukaan bangunan.

Infestasi burung pada bangunan dapat menyumbat atap, menghalangi sistem pembuangan air hujan dengan bahan-bahan sarangnya, serta mengotori permukaan dinding dengan kotorannya. Sarang burung juga bisa mnejadi tempat berkembangnya kutu, kepinding, dan serangga parasit lain. Tikus, kelelawar dan binatang pengerat lain juga bisa menimbulkan bahaya kerusakan pada bangunan dan penyakit bagi penghuninya. Serangga seperti kumbang dan rayap memanfaatkan material bangunan dan isinya sebagai tempat tinggal dan sumber makanan sehingga bisa menimbulkan kerusakan yang serius pada bangunan.

9. Pergerakan.

Bergeraknya bangunan berlangsung pada suatu tingkatan molekular yang disebabkan oleh respon material ke stimuli seperti embun dan temperatur dan adanya beberapa gaya eksternal yang mempengaruhi beban. Salah satu penyebab pergeseran bangunan adalah kondisi tanah, misalnya kemiringan tanah, ketidakstabilan tanah, kondisi air tanah (adanya sungai/arus bawah tanah), ataupun struktur bawah tanah dan getaran lalu lintas dan mesin.

(15)

10. Kebakaran

Resiko kebakaran adalah faktor yang harus diperhitungkan secara matang dalam desain dan konstruksi bangunan sehingga dalam pembangunannya digunakan bahan-bahan tahan api.

11. Faktor manusia

Aktivitas dan perilaku manusia saat mendesain dan membangun konstruksi atau selama bangunan dipergunakan oleh penghuninya akan berpengaruh pada keutuhan bangunan. Desain dan spesifikasi bahan yang tidak memenuhi standar, pengerjaan dan pengawasan konstruksi yang buruk, dan kurangnya perawatan yang baik akan menyebabkan kemunduran kualitas bangunan.

Audit dan Pemeliharaan Bangunan

Audit bangunan adalah proses sistematis untuk memastikan keseluruhan sistem bangunan berada pada kondisi yang sesuai dengan tujuan desain dan keperluan operasionalnya. Tujuan audit bangunan dapat diperoleh dengan mereview arsip dokumentasi desain bangunan, bersamaan dengan verifikasi aktual dari keberadaan arsitektural, elektrikal, mekanikal, dan proteksi kebakaran di seluruh lokasi audit. Audit bangunan dilakukan oleh tim survei yang memiliki kapabilitas dalam bidang desain/ konstruksi elektrikal, mekanikal, serta komunikasi (Nova Building Audit Services 2007).

Menurut Department of Facilities Management of University of Colorado (2003), audit bangunan adalah analisis mendalam dari kapasitas bangunan dalam mendukung kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Tipe area yang diperiksa meliputi struktur, sistem mekanikal dan elektrikal, material berbahaya (asbes, cat/lead, dan lain-lain), serta keselamatan hidup (life safety).

Menurut Cardon diacu dalam Sulaiman (2005), tugas ahli forensik dalam mengukur keterandalan bangunan adalah menjawab pertanyaan:

a. Apa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana cara terjadi? b. Siapa yang menyebabkan?

(16)

Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002), perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan yang terjadi agar bangunan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Pemeliharaan bangunan adalah usaha untuk mempertahankan kondisi bangunan agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan serta menjaga terhadap pengaruh faktor perusak.

Prinsip perbaikan berhubungan erat dengan pemeliharaan bangunan, didasarkan pada beberapa faktor, yaitu:

a. Mentaati kebutuhan spesifik (hukum, kesehatan, keamanan, kontrak). b. Memenuhi kebutuhan fungsional dan penampilan.

c. Menghindari terjadinya cacat atau pembusukan.

d. Melindungi nilai dan kegunaan bangunan serta fasilitasnya. e. Memenuhi standar yang diharapkan.

Bangunan dan pelayanannya tidak dapat diabaikan dari keusangan sebagai hasil yang berhubungan dengan aspek fungsional, ekonomi, letak, sosial dan perubahan dalam kebutuhan dan aspirasi pengguna bangunan. Umur dan keusangan menurunkan nilai bangunan dan merupakan proses yang berkelanjutan, tetapi keusangan ini dapat diperlambat dengan usaha perbaikan dan pemeliharaan bangunan. Pemeliharaan dapat dijalankan pada tiap komponen struktur untuk mengantisipasi kegagalan, atau dengan membuat suatu standar untuk memperbaiki dan memelihara bangunan (Sulaiman 2005).

Analisis keterandalan bangunan dilakukan dengan cara: 1. Mengumpulkan data-data dan sejarah bangunan

Data dan sejarah bangunan diperoleh dengan mengumpulkan data-data sekunder dari literatur-literatur perpustakaan dan internet.

2. Wawancara pengelola bangunan

Wawancara dilakukan terhadap pengelola bangunan untuk mengetahui sejarah dan kondisi bangunan serta kerusakannya.

3. Inspeksi dan analisis kondisi bangunan

(17)

Teknik pembobotan dilakukan terhadap kondisi bangunan yang diamati untuk selanjutnya dinilai kondisi bangunan untuk mengetahui keterandalan bangunan. Sedangkan kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya No. Nilai kondisi

bangunan (%)

Predikat

kategori Keterangan

1. 81-100 Baik bila kondisi pada komponen tersebut masih berfungsi dengan baik dan ada pemeliharaan rutin

2. 61-80 Sedang bila kondisi pada komponen tersebut masih berfungsi meski tidak ada pemeliharaan rutin 3. 41-60 Rusak

ringan

bila kerusakan terjadi pada komponen non struktural, seperti finishing, penutup atap, pasangan plafon, pasangan keramik, pasangan bata, plesteran

4. 21-40 Rusak sedang

bila kerusakan terjadi pada sebagian komponen non struktural maupun struktural seperti struktur atap, struktur langit-langit, struktur beton, lantai, dan lain-lain. Pada fasilitas utilitas kerusakan yang terjadi sudah mengganggu fungsional fasilitas tsb.

5. 0-20 Rusak berat

kerusakan terjadi pada sebagian besar

komponen bangunan, baik struktural maupun non struktural yang bila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya dengan pembiayaan yang cukup mahal Sumber: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002)

Keterangan:

(18)

Referensi

Department of Facilities Management of University of Colorado. 2003. Building Audit. www.fm.colorado.edu/planning/glossary/buildingaudit.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah RI. 2002. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman teknis Pembangunan Gedung Negara. Jakarta: PT. Mediatama Saptakarya Istana Kepresidenan RI. 2004. Sejarah Istana Cipanas. www.presidensby.info/

istana/index.php/statik/sejarah/cipanas.html.

Nova Building Audit Services. 2007. http://www.nova-corp.com/Construction/ pdfs/CM_Infra_Build_Audit.pdf.

Nugroho, W. 2005. Tempat Soekarno mencari inspirasi. Kompas, Selasa 9 Agustus 2005. www.kompas.com/kompas-cetak/0508/09/Politikhukum/ 1956094.htm.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Jakarta.

Sulaiman. 2005. Keterandalan Konstruksi Bangunan Pendidikan [Thesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Watt, D.S. 1999. Building Pathology Timber in Construction, Principles and Practice. Blackwell Science. Leicester: De Monfort University.

Wilkipedia Indonesia. 2007. Istana Cipanas. http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_ Cipanas.

Gambar

Tabel 1.  Kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya

Referensi

Dokumen terkait

berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi, juga agar pori-pori pada permukaan tanah dasar dan bidang bawah pondasi

Pondasi merupakan suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah

yang berkaitan dengan bagian-bagian struktur bangunan, fungsi bagian atas dan bagian bawah struktur bangunan, pada setiap jenis bangunan seperti bangunan gedung, bangunan air, jalan

Drainase bawah permukaan merupakan jenis drainase yang digunakan untuk mengeringkan air hujan yang menggenang di atas permukaan tanah dan menerapkannya kedalam

Pondasi tiang pancang merupakan struktur bagian bawah yang menumpu pada tanah keras atau pada tumpuan tanah yang padat dan bekerja sebagai penopang struktur yang berada

Pondasi adalah elemen bangunan yang berada dibawah permukaan tanah, sebagai konstruksi yang berfungsi memikul beban diatasnya dan meneruskan ke tanah

Bangunan di bagian atas menggunakan struktur baja, untuk bagian bawah menggunakan struktur beton khususnya untuk bagian pondasi. Base-plate digunakan sebagai penghubung

Yang dimaksud struktur atas adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah. Struktur im memberikan bentuk yang permanen pada suatu bangunan. Struktur atas ini terdiri