• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON

CYLINDROCLADIUM

SP. TERHADAP FUNGISIDA

BERBAHAN AKTIF MANCOZEB

SECARA

IN VITRO

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069

BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

RESPON

CYLINDROCLADIUM

SP. TERHADAP FUNGISIDA

BERBAHAN AKTIF MANCOZEB

SECARA

IN VITRO

SKRIPSI

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

RESPON

CYLINDROCLADIUM

SP. TERHADAP FUNGISIDA

BERBAHAN AKTIF MANCOZEB

SECARA

IN VITRO

SKRIPSI

OLEH :

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069

BUDIDAYA HUTAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS Nelly Anna, S.Hut., M.Si NIP. 19641228 200012 1 001 NIP. 19810610 200801 2 002

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

(4)

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro

Nama : Pebrian Indra Risky Dalimunthe

NIM : 101201069

Minat : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar., MS Nelly Anna, S.Hut., M.Si

NIP. 19641228 200012 1 001 NIP. 19810610 200801 2 022

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

(5)

ABSTRACT

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Response Cylindrocladium sp. To the active substance Mancozeb Fungicide In Vitro. Guided by EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.

Cylindrocladium sp. is one of the pathogens trigger dangerous diseases that blight on eucalyptus plants in the pulp industry. Widely spread and prevention with the use of a contact fungicide mancozeb 80% WP.

Research on Response Cylindrocladium sp. To the active substanceMancozeb Fungicide In Vitro has been completed. The purpose of this study was to determine the response Cylindrocladium sp. on the provision of different concentrations and characterize the growth of colonies (shape, color, and texture). Research using completely randomized design (CRD) non factorial with basic media PDA. Concentrations used were 0 mg / ml (control) 0.4 mg / ml (M1), 0.8 mg / ml (M2), 1.2 mg / ml (M3), and 1.6 mg / ml (M4). Parameters measured were Cylindrocladium colony diameter sp., The percentage of colonies relative barriers Cylindrocladium sp., Spore density Cylindrocladium sp., Macroscopic and microscopic observation. Treatment significantly affect colony growth, relative barriers and spore density. Macroscopic characteristics include a white colony, the hyphae such as cotton, spread evenly and thicken in the middle. Microscopic characteristics which include changes in the structure of the hyphae, branching hyphae, density klamidiospora, Konia increasingly stunted and swelling

of such tumors in a set of hyphae.

(6)

ABSTRAK

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA

Cylindrocladium sp. adalah salah satu patogen pemicu munculnya penyakit berbahaya yaitu hawar daun pada tanaman ekaliptus pada industri pulp. Penyebarannya secara luas dan pencegahannya dengan penggunaan fungisida kontak mancozeb 80% WP.

Penelitian tentang Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro telah selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian konsentrasi yang berbeda dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni (bentuk, warna, dan tekstur). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial dengan media dasar PDA. Konsentrasi yang digunakan adalah 0 mg/ml (kontrol) 0.4 mg/ml (M1), 0.8 mg/ml (M2), 1.2 mg/ml (M3), dan 1.6 mg/ml (M4). Parameter yang diamati adalah diameter koloni Cylindrocladium sp., Persentase hambatan relative koloni Cylindrocladium sp., kerapatan spora Cylindrocladium sp., pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni, hambatan relatif dan kerapatan spora. Karakteristik makroskopis meliputi koloni berwarna putih, hifa seperti kapas, menyebar merata dan menebal di tengah. Karakteristik mikroskopis yang meliputi perubahan struktur pada hifa, percabangan hifa, kerapatan klamidiospora, konia yang semakin kerdil dan terjadi pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa.

(7)

RIWAYAT HIDUP

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE dilahirkan di Batangtoru,

Tapanuli Selatan pada tanggal 7 Februari 1989 dari ayahanda Thomas Dalimunthe

dan ibunda Nur Sehat Siregar. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan

lulus pada tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1

Padangsidempuan dan lulus pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan

di SMA Negeri 1 Batangtoru dan lulus pada tahun 2008 dan pada tahun 2010

penulis diterima masuk di Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis

Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih

minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan

Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan

selama sepuluh hari pada tahun 2012. Penulis melaksanakan praktek kerja

lapangan (PKL) di PT. ITCI HUTANI MANUNGGAL, Balikpapan, Kalimantan

Timur dari tanggal 14 Juli 2014 sampai dengan 14 Agustus 2014.

Penulis melaksanakan penelitian dari bulan April 2015 sampai dengan Mei

2015 dengan judul “Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan

Aktif Mancozeb Secara In Vitro.”. dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Edy Batara

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis Panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari penelitian ini adalah “Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida

Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon Cylindrocladium sp. dan

mengkarakterisasi pertumbuhan koloni, tekstur koloni, dan warna koloni terhadap

perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml,

0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara In Vitro.

Dengan kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Thomas Dalimunthe dan Ibunda Nur

Sehat Siregar yang telah merawat dan membesarkan penulis hingga sampai

sekarang ini dengan segala pengorbanan serta yang selalu mendoakan,

mendorong memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, serta kepada adik-adik ku tersayang Septian Andri Rahman Dalimunthe,

Julian Arsyad Dalimunthe, dan Hatfizha Ilyatul Aulia Dalimunthe atas segala

dukungan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS., dan Ibu Nelly Anna, S.Hut.,

M.Si yang telah membimbing serta memberi banyak masukan, saran,

(9)

terselesaikan dan kepada dosen penguji yang telah banyak memberikan saran

dan motivasi kepada penulis.

3. Seluruh dosen pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah

memberikan ilmu, saran, dan arahan kepada penulis.

4. Teman-teman penelitian yang telah banyak membantu dalam penyusunan

skripsi ini serta teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang tak dapat

penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi yang diberikan

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk

perbaikan skripsi ini kedepannya. Akhir kata semoga hasil dari skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan,

2015

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp ... 3

Penyakit Hawar Daun ... 4

Kelompok Fungisida ... 6

Mancozeb ... 6

(11)

Cara Kerja ... 7

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 8

Bahan dan Alat Penelitian ... 8

Pelaksanaan Penelitian ... 8

Sterilisasi Alat ... 8

Isolasi Cylindrocladium sp ... 9

Pembuatan Media PDA ... 9

Pengujian Uji In Vitro ... 9

Parameter Pengamatan ... 10

Diameter Koloni Cylindrocladium sp ... 10

Persentase Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp ... 10

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ... 11

Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis ... 12

Rancangan Penelitian ... 12

Analisis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp. ... 14

Hambatan Relatif Cylindrocladium sp ... 16

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ... 17

(12)

Pengamatan Mikroskopis ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(13)

DAFTAR TABEL

No. ...Halaman

1. Rataan Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium sp (diameter) ... 14

2. Uji Duncan 5% Hambatan Relatif Cylindrocladium sp ... 16

3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp. 17 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp. ... 17

5. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 4 HSI. ... 19

6. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 8 HIS ... 19

7. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 12 HIS ... 20

8. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 16 HIS ... 20

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 4 HSI ... 32

2. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 8 HSI ... 32

3. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 12 HSI ... 33

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. ... Halaman

1. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 4 HSI. ... 28

2. Analisis Sidik Ragam Pengamatan I Hari ke-4 ... 28

3. Data Diamter Koloni Cylindrocladium sp. 8 HSI ... 28

4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan II Hari ke-8 ... 28

5. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 12 HSI ... 29

6. Analisis Sidik Ragam Pengamatan III Hari ke-12. ... 29

7. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 16 HSI. ... 29

8. Analisis Sidik Ragam Pengamatan IV Hari ke-16 ... 30

9. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 20 HSI ... 30

10. Analisis Sidik Ragam Pengamatan V Hari ke-20 ... 30

11. Data Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp ... 31

(16)

ABSTRACT

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Response Cylindrocladium sp. To the active substance Mancozeb Fungicide In Vitro. Guided by EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.

Cylindrocladium sp. is one of the pathogens trigger dangerous diseases that blight on eucalyptus plants in the pulp industry. Widely spread and prevention with the use of a contact fungicide mancozeb 80% WP.

Research on Response Cylindrocladium sp. To the active substanceMancozeb Fungicide In Vitro has been completed. The purpose of this study was to determine the response Cylindrocladium sp. on the provision of different concentrations and characterize the growth of colonies (shape, color, and texture). Research using completely randomized design (CRD) non factorial with basic media PDA. Concentrations used were 0 mg / ml (control) 0.4 mg / ml (M1), 0.8 mg / ml (M2), 1.2 mg / ml (M3), and 1.6 mg / ml (M4). Parameters measured were Cylindrocladium colony diameter sp., The percentage of colonies relative barriers Cylindrocladium sp., Spore density Cylindrocladium sp., Macroscopic and microscopic observation. Treatment significantly affect colony growth, relative barriers and spore density. Macroscopic characteristics include a white colony, the hyphae such as cotton, spread evenly and thicken in the middle. Microscopic characteristics which include changes in the structure of the hyphae, branching hyphae, density klamidiospora, Konia increasingly stunted and swelling

of such tumors in a set of hyphae.

(17)

ABSTRAK

PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA

Cylindrocladium sp. adalah salah satu patogen pemicu munculnya penyakit berbahaya yaitu hawar daun pada tanaman ekaliptus pada industri pulp. Penyebarannya secara luas dan pencegahannya dengan penggunaan fungisida kontak mancozeb 80% WP.

Penelitian tentang Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro telah selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian konsentrasi yang berbeda dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni (bentuk, warna, dan tekstur). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial dengan media dasar PDA. Konsentrasi yang digunakan adalah 0 mg/ml (kontrol) 0.4 mg/ml (M1), 0.8 mg/ml (M2), 1.2 mg/ml (M3), dan 1.6 mg/ml (M4). Parameter yang diamati adalah diameter koloni Cylindrocladium sp., Persentase hambatan relative koloni Cylindrocladium sp., kerapatan spora Cylindrocladium sp., pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni, hambatan relatif dan kerapatan spora. Karakteristik makroskopis meliputi koloni berwarna putih, hifa seperti kapas, menyebar merata dan menebal di tengah. Karakteristik mikroskopis yang meliputi perubahan struktur pada hifa, percabangan hifa, kerapatan klamidiospora, konia yang semakin kerdil dan terjadi pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa.

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekaliptus merupakan salah satu tanaman yang dikembangkan di beberapa

negara tropis termasuk di Indonesia yang pemanfaatannya digunakan untuk bahan

baku industri pulp. Industri pulp berfokus pada jenis tanaman yang cepat tumbuh

(fast growing spesies) dan siklus hidup yang pendek. Tanaman ekaliptus diketahui

mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dengan kondisi lingkungan yang kritis

(Old, et al., 2003). Apabila ditinjau pada kondisi di lapangan, industri pulp masih

menerapkan pola tanam monokultur dalam skala besar. Dimana keadaan ini

menjadi salah satu pemicu munculnya serangan penyakit yang berbahaya. Salah

satu penyakit yang menyerang tanaman ekaliptus adalah penyakit hawar daun,

yang disebabkan oleh patogen Cylindrocladium sp.

Cylindrocladium sp. merupakan patogen penyebab gejala penyakit foliar

spot dan leaf blight pada tanaman ekaliptus. Menyebabkan penyakit pada bagian

akar, leher akar, hawar tunas, hawar daun, dan bercak daun. Penyebaran dalam

jumlah yang besar yang biasanya terjadi pada permukaan daun. Cylindrocladium

sp. dapat bertahan hidup lama di dalam tanah yang penularannya biasanya mulai

dari cabang bawah kemudian sampai ke mahkota. Pencegahan penyakit ini dapat

dilakukan dengan cara pemberian fungisida yang pengendaliannya melalui

penyemprotan bergantung pada waktu yang tepat saat penyemprotan dilakukan

menurut Old, et al., (2003).

(19)

yaitu dengan penggunaan fungisida. Berbagai fungisida yang telah digunakan

sebelumnya dapat menimbulkan resistensi pada Cylindrocladium sp. Penggunaan

fungisida mancozeb diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan dan penyebaran Cylindrocladium sp. khususnya pada percobaan

secara in vitro. maka dengan itu perlu dilakukan penelitian ini sebagai upaya

mengukur sejauh mana respon yang diberikan oleh Cylindrocladium sp.terhadap

pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP secara in vitro.

Tujuan Penelitian

1. Mengukur respon Cylindrocladium sp. (diameter koloni, hambatan relatif, dan

kerapatan spora) terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif

Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara

In Vitro.

2. Mengkarakterisasi pertumbuhan koloni, tekstur koloni, warna koloni, dan

perubahan struktur sel hifa terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan

aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml)

secara In Vitro.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif

Mancozeb 80% WP.

Hipotesis

Terdapat respon yang berpengaruh nyata pada Cylindrocladium sp.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Cylindrocladium sp.

Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak

sempurna), Ordo Moniliales, serta family Moniliaceae. Selanjutnya Alexopoulus

dan Mims (1979) mengatakan bahwa ciri khas dari kelompok fungi kelas

Deuteromycetes mempunyai misellium bersekat tanpa askus dan tanpa

sambungan apit. Adanya konidiofor menunjukkan fungi ini termasuk dalam ordo

Moniliales karena struktur seperti hifa. Struktur ini pada pustaka dikenal sebagai

konidiofor yang bebas sehingga fungi ini dipastikan dari ordo Moniliales yang

paling besar diantara ordo-ordo yang lainnya dari Deuteromycetes, diantaranya

merupakan parasit dan patogen penyakit pada tumbuhan, hewan dan manusia.

Infeksi Cylindrocladium sp. terjadi pada akar atau pangkal batang semai

sehingga menimbulkan gejala pada bagian semai yang berada di atas permukaan

tanah. Timbulnya kelayuan pada pucuk daun yang terus menjalar keseluruh

bagian daun. Apabila semai yang terserang penyakit dicabut dan dibersihkan

maka pada pangkal batang terlihat adanya bagian yang berwarna coklat

kehitam-hitaman menurut dari penelitian Old, et al. (2003).

Anggraeni dan Santoso (2004) menyatakan bahwa berdasarkan

penampilan secara makroskopis yang mencakup gejala-gejala yang timbul pada

tanaman inang di lapangan dan diuji pada Postulat Koch serta pengamatan

(21)

sifat-sifat khas fungi, maka penyebab penyakit akar pada Acacia mangium adalah

fungi Cylindrocladium sp.

Old, et al., (2000) dalam Anggraeni dan Santoso (2004) mengatakan

bahwa penyebab penyakit rebah kecambah di India pada Acacia sp., selain dari

Fusarium oxysporum, Botrytis sp., dan Cylindrocladium sp., CMI (1976)

melaporkan bahwa Cylindrocladium sp merupakan fungi patogen pada beberapa

tanaman yang menyebabkan penyakit bercak daun pada tanaman teh dan cengkeh.

Tingkat serangan yang hanya berlangsung beberapa minggu sejak

munculnya benih di atas permukaan tanah hingga hipokotil mengeras dan kaku,

merupakan periode dengan probabilitas kematian tanaman sangat tinggi. Dalam

kondisi seperti inilah semai sangat rentan terhadap serangan Cylindrocladium sp.

seperti yang dijelaskan oleh Tarr (1972) bahwa terdapat hubungan antara tingkat

ketahanan dari serangan patogen dengan peertumbuhan umur dan beberapa faktor

lainnya.

Penyakit Hawar Daun

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Silalahi (2008) ditemukan

patogen penyebab penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus. Penyakit yang

ditemukan diantaranya hawar daun I yang disebabkan oleh fungi

Cyliindrocladium sp., Phaeophleospora sp., Cryptosporiopsis sp., hawar daun II

disebabkan oleh Phaeophleospora sp., dan bercak daun yang disebabkan oleh

Mycosphaerella spp. Penyakit yang menyerang bagian daun tanaman ini dapat

mengakibatkan daun gugur dan tidak mampu tumbuh dengan baik karena proses

(22)

Penyakit ini pada umumnya menyerang tanaman ekaliptus pada tingkat

pancang yang disebabkan oleh fungi Cylindrocladium sp. Hawar daun merupakan

penyakit yang menular yang terjadi apabila curah hujan cukup tinggi dan lembab.

Fungi ini menyukai kondisi tanah yang hangat dan lembab yang menjadi masalah

penting pada areal pembibitan di daerah selatan. Hifa Cylindrocladium yang

beradaptasi terhadap kondisi tanah yang lebih dingin mampu berasosiasi dengan

busuk akar pembibitan di bagian utara nursery (Bugbee dan Anderson 1963;

Thies dan Patton 1970).

Spesies Cylindrocladium biasanya dapat bertahan dalam tanah karena

adanya dinding tebal klamidiospora dan propagulnya yang melakukan penularan

petama di bawah tegakan Eukaliptus. Penularan biasanya muncul pada daun dari

cabang bawah dan menyebar sampai mahkota. Penyakit ini paling nyata

ditemukan di persemaian batang pohon dimana serangannya menjadi sangat luas

(Old dkk., 2003).

Fungisida dapat diartikan sebagai bahan pestisida yang mengandung

senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mengendalikan penyakit akibat

jamur atau fungi pada tumbuhan. Namun karena tujuan utamanya adalah untuk

membasmi penyakit baik yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau organisme

tertentu maka bukanlah masalah apakah fungisida atau bakterisida

(Magallona, et.al., 1990).

Fungi merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama dan paling umum

terjadi pada tanaman baik pada tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan.

(23)

merupakan struktur satu sel atau benang hifa yang disebut misellium jika berada

dalam kelompok besar (Widyastuti., dkk, 2004).

Kelompok Fungisida

Mancozeb

Merupakan fungisida berbentuk tepung yang biasa digunakan untuk

mengendalikan penyakit yang berasal dari fungi (fungal borne disease) berspektrum luas pada pertanian, hortikultural, florikultur, tanaman pangan, dan tanaman kehutanan. Bersifat biodegradable dan tidak terakumulasi dalam jumlah yang besar pada lingkungan.

Mancozeb adalah bahan aktif yang merupakan sub kelas dari pestisida karbamat yang disebut ditiokarbamat. Fungisida ini merupakan fungisida kontak yang berfungsi melindungi tanaman dari serangan fungi lebih lanjut dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan tanaman dan secara perlahan mengeluarkan senyawa tertentu yang mengganggu aktivitas fungi. Fungisida ini mencegah pembentukan spora pada fungi sehingga tidak dapat menyebar (Djojosumarto, 2000).

Formulasi

Menurut Semangun (2003) fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP

merupakan fungisida organik kontak campuran Zink dan Maneb yang mengandung 16% Mangan, 2% Zink, dan 62% ethylenebisdithio carbanat/mangan ethylenebisdithio carbanat plus non Zink. Bahan ini dikenalkan pertama kali oleh Rohm, Hass dan Du Pont pada tahun 1961 dengan bahan aktif Mancozeb dan Manzeb 200. Fungisida ini

diaplikasikan untuk melindungi daun. Mancozeb adalah gabungan antara Maneb dan Zink yang masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri, sehingga digunakan untuk membasmi berbagai patogen tanaman.

Menurut dari Sastroutomo (1992) dalam Wudianto (2010) macam dari

bentuk pestisida ini yaitu tepung yang dapat disuspensikan dalam air

(wettablepowder=WP). Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum

bisa secara langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus dibasahi

terlebih dahulu dengan air. Hasil campurannya dengan air disebut dengan

suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut di dalam air, melainkan hanya tercampur

(24)

penyemprot digoyang-goyang. Rumus bangun dari Mancozeb adalah sebagai

berikut :

S

CH3 – NH – C - S Mn [Zn] CH3 – NH – C- S

S

Gambar. Rumus Bangun dari Mancozeb Sumber : Magallona, et.al., 1990

Cara Kerja

(25)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai April 2015 di

Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Program Studi Kehutanan dan di

Laboratorium Penyakit Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan adalah media PDA, fungisida Dithane M-45

berbahan aktif Mancozeb 80%, kalmychetine, alkohol 70%, aquadest, aluminium

foil, tisu, kapas , plastik PE, dan label nama.

2. Alat

Alat yang digunakan adalah Millipore filter, Haemocytometer, mikropipet,

handcounter, cawan petri, Erlenmeyer, gelas ukur, mikroskop, oven, autoclave,

pisau, alat tulis, alat injeksi, laminar air flow cabinet, Bunsen, timbangan, stirrer,

pinset, jarum ose, spatula, gunting, korek api, dan kertas milimeter.

Pelaksanaan Penelitian

Sterilisasi Alat

Peralatan meliputi cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur dan pinset dicuci

hingga bersih, kemudian dikeringkan. Semua alat tersebut disterilisasi dengan

autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1,5 Psi (kg/cm2) selama 45 menit. Untuk

proses inokulasi dilakukan penyemprotan alkohol 70% pada Laminar Air Flow

(26)

Isolasi Cylindrocladium sp

Fungi patogen Cylindrocladium sp. diperoleh dari koleksi jamur di

Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Isolat

dimasukkan ke dalam media PDA yang baru untuk permudaan. Selanjutnya

dibiakkan selama kurang lebih 7 hari.

Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)

Dengan menimbang 95 gram serbuk media PDA lalu memasukkannya

kedalam Erlenmeyer 1000 ml kemudian menambahkan aquadest ke dalamnya

sampai mencapai 1000 ml, tutup dengan menggunakan kapas dan bungkus dengan

aluminium foil, panaskan air, kemudian masukkan Erlenmeyer kedalam panci

yang berisi air yang telah mendidih di atas kompor sampai media PDA larut dan

homogen, setelah dihomogenkan maka disterilkan ke dalam autoclave pada suhu

1210C selama 30 menit setelah itu tempatkan pada rak yang telah disediakan.

Pada saat media akan dipakai bisa dipanaskan kembali untuk mencairkan media

PDA yang telah padat pada waktu yang dibutuhkan.

Percobaan Uji In Vitro

Percobaan yang dilakukan di laboratorium yaitu dengan menimbang

fungisida Mancozeb 80% WP sebanyak 0.125 gram lalu dicampur dengan

aquadest sebanyak 250 ml di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan stirrer

sampai homogen. Kemudian larutan yang sudah tercampur diambil menggunakan

alat injeksi sebanyak 0 ml untuk perlakuan M0 (kontrol), 0.5 ml untuk perlakuan

M1, 1.0 ml untuk perlakuan M2, 1.5 ml untuk perlakuan M3, dan 2.0 ml untuk

(27)

Millipore Filter pada setiap media PDA yang telah diberi label pada setiap

perlakuan. Kemudian dituangkan ke setiap cawan petri yang telah disediakan.

Parameter Pengamatan

Diameter Koloni Cylindrocladium sp.

Pengamatan dilakukan tiap empat hari sekali terhadap koloni jamur

Cylindrocladium sp. perlakuan kontrol sebagai pembanding untuk tiap unit

percobaan. Pengukuran diameter koloni dilakukan ketika koloni jamur yang

tumbuh pada media PDA yang telah tercampur dengan formula fungisida sesuai

perlakuan pada cawan petri. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah kertas

millimeter yang cara perhitungannya dengan membuat garis vertikal dan

horizontal yang berpotongan tepat pada titik tengah koloni jamur pada cawan petri

sehingga diperoleh rata-rata diameter koloni cylindrocladium sp. Garis dibuat

dibagian bawah cawan petri yang berfungsi untuk memudahkan perhitungan

diameter koloninya. Cara pengukuran pada cawan petri berdasarkan rumus

sebagai berikut :

d1 + d2 D =

2 Keterangan :

D = diameter jamur Cylindrocladium sp.

d1 = diameter vertical koloni jamur Cylindrocladium sp. d2 = diameter horizontal koloni jamur Cylindrocladium sp. Persentase Hambatan Relatif koloni Cylindrocladium sp.

Kemampuan hambatan relatif terhadap pertumbuhan jamur

Cylindrocladium sp. pada masing-masing konsentrasi dihitung sampai jamur

(28)

Persentase hambatannya dihitung menurut Yuliana et al., (1987) dengan rumus

sebagai berikut:

dk – dp

HR = x 100 % dk

Keterangan :

HR = hambatan relatif dk = diameter kontrol dp = diameter perlakuan

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.

Penghitungan kerapatan spora dilakukan dengan cara spora

Cylindrocladium sp. yang tumbuh pada setiap cawan petri pada tiap ulangan

diambil dengan jarum ose lalu dimasukkan ke dalam air aquadest steril dalam

cawan petri kemudian dihomogenkan. Setelah itu suspensi spora

Cylindrocladium diteteskan pada ruang hitung haemocytometer lalu ditutup

dengan kaca obyek kemudian jumlah spora dapat dihitung dalam lima kotak

sedang di bawah mikroskop dan dilihat rata-ratanya. Perkembangan kerapatan

spora dihitung berdasarkan rumus menurut Laboratorium Lapangan Balai Besar

Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan sebagai

berikut:

S = R x K x F

Keterangan :

S= Jumlah spora

R= Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemacytometer K= konstanta koefisien alat (2,5 x 105)

(29)

Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara makroskopis dan

mikroskopis fungi Cylindrocladium sp. secara makroskopis yang diamati adalah

warna permukaan koloni dan diameter koloni fungi. Kemudian dilanjutkan secara

mikroskopis yang mencakup penampakan sekat pada hifa, tipe percabangan hifa,

serta ciri konidia berupa bentuk dan kerapatan konidia. Pengamatan ini mengacu

pada beberapa buku pedoman dari Pitt & Hocking (1997) dan Gandjar, et

al.,(1999).

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial

yang terdiri dari :

1. M0 = Kontrol (tanpa fungisida)

2. M1 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.4 mg/ml

3. M2 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.8 mg/ml

4. M3 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.2 mg/ml

5. M4 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.6 mg/ml

Analisis Data

Menurut Hanafiah (2005), rumus umum rancangan acak lengkap (RAL)

non faktorial adalah sebagai berikut:

Y

ij

= μ + τ

i

+ ε

ij

Keterangan:

Yij = respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = rataan umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = pengaruh acak/galad pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

(30)

Data dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Varians

(ANOVA). Apabila Uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan

dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 95%

(Soleh, 2005). Menggunakan software SPSS 17.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp.

Cylindrocladium sp. yang diperlakukan dengan pemberian konsentrasi

mancozeb yang berbeda diperoleh pertumbuhan diameter yang berpengaruh nyata

dimulai hari ke-12. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, diperoleh respon

pertumbuhan diameter koloni patogen Cylindrocladium sp. yang disajikan pada

Lampiran 3.

Hasil analisis data menunjukkan pemberian mancozeb berpengaruh nyata

terhadap diameter Cylindrocladium sp. Data pada pengamatan hari ke- 4 sampai

ke- 8 tidak memberikan pengaruh nyata. Pemberian mancozeb belum mampu

mempengaruhi perkembangan fungi Cylindrocladium sp. Pertumbuhan koloni

Cylindrocladium sp. baru terlihat berpengaruh nyata mulai hari ke-12 sampai hari

ke-20.

Berdasarkan hasil uji Duncan taraf 5% antara perlakuan M2, M3, dan M4

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, sementara perlakuan M1 dan

kontrol berbeda nyata dengan konsentrasi yang lainnya. Rataan pertumbuhan

koloni Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium sp. (diameter)

(31)

4 8 12 16 20

M0(kontrol) 2.29 4.85 7.13e 7.95e 8.5e

M1(0.4 mg/ml) 2.15 4.79 7.08e 7.28e 7.36e

M2(0.8 mg/ml) 2.1 3.52 4.27a 4.23a 3.94a

M3(1.2 mg/ml) 2.14 3.98 4.17a 4.17a 3.82a

M4(1.6 mg/ml) 2.03 2.8 3.63a 3.6a 3.5a

Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%

Hasil data diperoleh pertumbuhan koloni tercepat pada kontrol kemudian

diikuti oleh konsentrasi M1(0.4 mg/ml). Hal ini dikarenakan dengan konsentrasi

0.4 mg/ml sudah dapat merespon Cylindrocladium sp. dengan cepat. Dari hasil

data yang didapat sebaliknya pada konsentrasi semakin tinggi (0.8; 1.2; dan 1.6

mg/ml) malah memperlama perkembangan diameter Cylindrocladium sp. Hal ini

disebabkan konsentrasi bahan aktif mancozeb yang diberikan meningkat,

sehingga menimbulkan respon yang berbeda pada setiap pertumbuhan koloni.

Pada media yang memiliki sumber nutrisi (substrat) sebagai nutrien yang

utama bagi fungi tidak menjadikan fungi menyerap nutrisi semakin tinggi, hal ini

disebabkan Cylindrocladium sp. dipengaruhi bahan aktif mancozeb yang

mempengaruhi cara kerja enzim pada Cylindrocladium sp.

Pengaruh yang ditimbulkan terhadap pemberian mancozeb mampu

menghambat aktivitas enzim pada fungi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Thomson (1992) yang menyatakan bahwa cara kerja dari fungisida kontak yaitu

dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada fungi dengan menghasilkan

lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan sebagai agen

pengkelat sehingga protein-protein di dalam struktur sel fungi terganggu.

Pemberian konsentrasi yang meningkat memberikan pengaruh

(32)

yang menyatakan bahwa Mancozeb memiliki mekanisme kerja dengan

menghambat kerja enzim-enzim yang berperan dalam pertumbuhan fungi. Begitu

juga seperti yang dikemukakan oleh Jennifer, et al.,(2002) yang menyatakan

bahwa fungisida mancozeb memiliki spektrum yang luas terhadap fungi dari kelas

Deuteromycetes.

Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.

Dari hasil penelitian diperoleh hambatan relatif fungi Cylindrocladium sp.

pada analisis sidik ragam yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji DMRT pada

taraf 5% (Tabel 2).

Tabel 2. Uji Duncan 5% Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.

Perlakuan Rataan Hambatan Relatif (%)

M0(kontrol) 0a

M1(0.4 mg/ml) 5.96b

M2(08 mg/ml) 35.24c

M3(1.2 mg/ml) 33.71c

M4(1.6 mg/ml) 43.23c

Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Lanjut Duncan 5%

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pemberian perlakuan fungisida

Mancozeb memberikan pengaruh nyata. Pada konsentrasi 0.4 mg/ml berbeda

nyata dengan konsentrasi yang lainnya. Respon Cylindrocladium sp. terhadap

mancozeb terjadi pada konsentrasi lebih rendah terjadinya hambatan sebesar

5.96%. Keadaan yang menunjukkan bahwa pada kegiatan enzim fungi

dipengaruhi pada konsentrasi rendah.

Pada Tabel 2 disajikan respon Cylindrocladium sp. pada konsentrasi 0.4

mg/ml berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal ini bisa

(33)

pertumbuhan fungi Cylindrocladium sp. Hal yang sejalan dengan penelitian

Wakman dan Syamsudin (2007) yang menyatakan bahwa senyawa aktif

Mancozeb memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan golongan

senyawa fenolik yaitu menghambat kerja enzim fungi kemudian yang dipertegas

dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lukiandari (2014) yang

menunjukkan bahwa penggunaan bahan aktif Mancozeb lebih efektif dalam

menekan intensitas serangan fungi Cercospora nicotianae pada tembakau.

Tabel 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp.

Perlakuan Rataan Hambatan Relatif(%)

Kategori

Skoring(%) Pengaruh

M0(kontrol) 0 0 tidak berpengaruh

M1(0.4 mg/ml) 5.96 >0-20 sangat kurang berpengaruh

M2(0.8 mg/ml) 35.24 >20-40 kurang berpengaruh

M3(1.2 mg/ml) 33.71 >20-40 kurang berpengaruh

M4(1.6 mg/ml) 43.23 >40-60 cukup berpengaruh

Pada Tabel 3 disajikan persentase hambatan yang terendah terjadi pada

kontrol dengan nilai 0 % dan terbesar M4 (1.6 mg/ml) dengan nilai 43.23%,

maka respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif

mancozeb dimasukkan ke dalam kategori cukup berpengaruh. Hal ini diperkuat

oleh skoring Irasakti dan Sukatsa (1987) yang menyatakan bahwa kategori

skoring >40-60% masuk kedalam kategori yang cukup berpengaruh. Kemampuan

bahan aktif memang tidak sepenuhnya membasmi fungi Cylindrocladium sp.

tetapi dengan pemberian konsentrasi rendah sudah dapat memberikan respon yang

berpengaruh nyata dalam menghambat meluasnya perkembangan dan penyebaran

fungi Cylindrocladium sp.

(34)

Data jumlah kerapatan spora setelah dilakukannya pemanenan spora di

laboratorium penyakit pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.

Perlakuan Kerapatan Spora

M0(kontrol) 419.2 x 10-1 x 2.5 x 105f

M1(0.4 mg/ml) 240 x 10-1 x 2.5 x 105c

M2(0.8 mg/ml) 86.4 x 10-1x 2.5 x 105a

M3(1.2 mg/ml) 92.8 x 10-1 x 2.5 x 105a

M4(1.6 mg/ml) 60.16 x 10-1 x 2.5 x 105a

Pada Tabel 4 disajikan hasil respon Cylindrocladium sp. pada konsentrasi

0.4 mg/ml berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Sementara

perlakuan M2, M3 dan M4 tidak berbeda nyata. diduga karena pemberian

fungisida dengan konsentrasi yang lebih rendah sudah dapat merespon

perkembangan spora yang menjadikan struktur sel menjadi rapat dan terhambat.

Pada media yang memiliki sumber nutrisi (substrat) sebagai nutrien yang

utama bagi fungi tidak menjadikan fungi menyerap nutrisi semakin tinggi, hal ini

disebabkan Cylindrocladium sp. dipengaruhi bahan aktif yang mempengaruhi cara

kerja enzim pada Cylindrocladium sp. sehingga memberikan respon yang lemah

menghasilkan konidia lebih sedikit dan pembentukan spora yang terhambat. Hal

ini sejalan dengan penelitian Djojosumarto (2000) yang menyatakan bahwa

mancozeb dapat mencegah pembentukan spora pada fungi sehingga tidak dapat

menyebar.

Pengamatan Makroskopis

Pengamatan secara makroskopis koloni Cylindrocladium sp. dilakukan

setelah parameter lainnya selesai diamati, ditujukan agar pemberian dari fungisida

(35)

perbedaan konsentrasi yang diberikan terhadap Cylindrocladium sp. Hasil dari

pengamatan makroskopis koloni Cylindrocladium sp di mulai pada hari ke-4.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fungi Cylindrocladium sp. yang

telah diuji dapat dilihat secara visual profilnya berdasarkan karakter makroskopis

yang dimunculkan, antara lain pertumbuhan koloni, warna koloni, dan tekstur

koloni (Tabel 5, 6, 7, dan 8).

Pengamatan secara visual pada penelitian ini didukung oleh pernyataan

Gandjar et al.,(1999) yang menyatakan bahwa morfologi isolat fungi

Cylindrocladium sp. terdiri dari warna koloni yang berwarna putih, tekstur

permukaan koloninya halus, dan tipe koloni konsentris.

Tabel 5. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.

Waktu pengamatan hari ke- 4

No Perlakuan Pertumbuhan koloni Tekstur koloni

Tabel 6. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.

Waktu Pengamatan Hari ke- 8

No Perlakuan Pertumbuhan koloni Tekstur koloni

(36)

1

Tabel 7. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.

Waktu Pengamatan Hari ke- 12

No Perlakuan Pertumbuhan koloni Tekstur koloni

Tabel 8. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.

Waktu pengamatan hari ke- 16

No Perlakuan Pertumbuhan koloni Tekstur koloni

(37)

2

Pengamatan mikroskopis ini dilakukan di bawah mikroskop yang

bertujuan untuk melihat sejauh mana fungisida Mancozeb yang diberikan dapat

mempengaruhi struktur dan bentuk dari percabangan hifa, dan kumpulan

konidianya. Pengamatan mikroskopis disajikan pada Tabel 6.

Dari hasil pengamatan mikroskopis yang dilakukan di laboratorium

menyatakan bahwa fungisida Mancozeb memberikan perubahan pada struktur

hifanya. Perubahan struktur hifa setelah diberi fungisida mancozeb, mengalami

pembengkakan pada jaringan sel, pembengkakan pada percabangan, konidia yang

semakin kerdil, kumpulan konidiospora yang rapat, dan terputusnya beberapa

struktur hifa yang bersepta setelah diamati di bawah mikroskop pada beberapa

tipe pembesaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2013) yang menyatakan

bahwa mancozeb 80 WP dapat merubah isothiocyanate dan menghambat system

kerja enzim dalam pembentukan ATP. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Gortz dan Dias (2011) menyatakan bahwa mancozeb mengganggu

pertumbuhan fungi dengan merubah isothiocyanate dengan mematikan fungsi

(38)

sel fungi dan menghambat system kerja enzim dalam pembentukan ATP. ATP

penting karena peranannya sebagai sumber cadangan energi yang sewaktu-waktu

dapat digunakan keseluruh bagian sel, dan sifatnya yang tidak habis karena dapat

dihasilkan lagi dengan menambahkan gugus posfat pada ADP untuk membentuk

ATP kembali.

Fungisida berbahan aktif mancozeb yang masuk ke bagian-bagian sel

penting fungi memang dapat mengganggu fungsi bagian tersebut dan akan bekerja

dengan merubah susunan dinding sel dengan membatasi enzim esensial. Diduga

di dalam sel atau mungkin juga merubah laju metabolisme, namun tidak berarti

menghambat seluruh enzim yang dihasilkan oleh fungi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Misato dan Kakiki (1977) yang menyatakan bahwa fungisida

mancozeb tidak menghambat respirasi asam nukleat dan sintesa protein, tetapi

secara umum menghambat dan bereaksi terhadap sel fungi. Dengan menghambat

banyak fungsi metabolism, menghambat penggabungan glicosamine dengan zat

kitin pada dinding sel dan hal itu akan menimbulkan akumulasi uridine di phospat

(UDP)-N-acetylglucosamine.

Lebih lanjut Green, et al., (1989) menjelaskan bahwa fungisida yang

bersifat kontak secara langsung berpengaruh terhadap enzim yang dihasilkan oleh

fungi. Enzim merupakan suatu senyawa protein yang tersusun atas asam amino.

Asam amino dalam strukturnya memiliki gugus reaktif pada rantai molekulnya

seperti gugus amino (-NH2), imino (-NH), karboksil (COOH), hidroksil (-OH)

serta gugus sulfhidril (-SH). Banyak diantara senyawa kimia yang terkandung

dalam fungisida yang dapat bereaksi dengan gugus tersebut sehingga

(39)

alur biokimia yang esensial pada fungi penghasil enzim tersebut. Sehingga

metabolisme fungi mengalami penyimpangan seperti pembengkakan pada

jaringan sel yang menyebabkan terputusnya struktur hifa.

(40)
(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Cylindrocladium sp. menunjukkan respon terhadap pertumbuhan diameter,

hambatan relatif dan kerapatan spora yang dimulai pada pengamatan hari

ke-12 sampai ke- 20.

2. Mempunyai karakteristik makroskopis meliputi koloni berwarna putih,

hifa seperti kapas, menyebar merata dan menebal di tengah, mempunyai

tekstur yang halus, dan pertumbuhan koloni muncul pada hari ke-4 HSI

sedangkan karakteristik mikroskopisnya meliputi perubahan struktur pada

hifa, percabangan, kerapatan klamidiospora, konidia yang semakin kerdil,

dan terjadinya pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa.

Saran

Perlu dilakukan penelitian uji lanjutan fungisida berbahan aktif mancozeb

di rumah kaca dengan konsentrasi yang sama untuk mengetahui sejauh mana

respon Cylindrocladium sp. yang akan dicapai.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C. J, C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Willey and Sons. New York.

Anggraeni, I. Santoso, E. 2004. Identifikasi dan Patogenitas Penyakit Pada Akar

Acacia mangium Willd. Buletin Penelitian Hutan No. 645: 61-73.

Bugbee, W. M.; Anderson, N. A. 1963. Infection of spruce seedling by Cylindocladium scoparium. Phytopatology 53: 1267 – 1271.

Commonwealth Mycological Institute (CMI). 1976. Description of Pathogenic Fungi and Bacteria. Journal of Mycological. 176: 421 – 430.

Dwidjoseputro, 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung.

Djojosumarto, P. 2000. Tehnik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Gandjar I, Robert AS, Karin T, Oetari A, Santoso I. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Depok: Yayasan Obor Indonesia.

Gortz A & Dias L. 2011. Use of Propineb for Physiological Curative Treatment Under Zinc Deficiency. Bayer Crop Science. Jerman.

Green, M. B., G. S. Hartley and J. T. West. 1989. Chemical for Crop Protection and Pes.Control. Pergamon Press Ltd. Oxford Ox 30. Bio. England

Hanafiah, K. A. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.

Irasakti, L. dan Sukatsa. 1987. “Uji kemempanan beberapa fungisida terhadap

penyakit bercak coklat pada tanaman padi”. Gatra Penelitian Penyakit

Tumbuhan dalam Pengendalian Secara Terpadu, PFI, Surabaya, 24-26 November, hal. 55-70.

Jennifer, JS, Grogen, E & Zhang, E, 2002, „Effects of selected fungicides and the

timing of fungicide application on Beauveria bassiana -induced mortality of the Colorado potato beetle (Coleoptera:Chrysomelidae)‟, J. Biology, vol. 3, no. 1, pp. 342-8.

Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP).Medan.http://ditjenbun.deptan.go.id/ BBPPTPmed/

(43)

Magallona, E. D., Soehardjan, M., and Lumbantobing, H. 1990. Pesticide in Estate Crop Protection in Indonesia. Directorate General of estate Crops. Jakarta. 220p.

Misato T & Kakiki. 1977. Inhibition of Fungal Cell Wall Synthesis and Cell Membrane Fungction. Antifungal Compounds Vol II. New York.

Old, K.M., L.S. See, J.K. Sharma, and Z.Q. Yuan. 2000. A manual of Disease of Tropical Acacias in Australia, South-East Asia and India. Center for International Forestry Research (CIFOR). Jakarta.

Old, M.K, Wingfield, J.M and Z.Q. Yuan. 2003. A Manual of Diseases of Eucalyptus in South-East Asia. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Pitt JI, Hocking AD. 1997. Fungi and food spoilage. Second edition. Cambrige: Great Britain at the University Press.

Sastroutomo, S. 1992. Pestisida Dasar dan Tempat Penggunaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 70 hal.

Sembiring, K. W. 2008. Efektifitas Mancozeb dan Metalaxyl dalam Menghambat Pertumbuhan Cylindrocladium scoparium Hawley Boedijn et Reitsma Penyebab Penyakit Busuk Daun Teh (Camelia sinensis L.) di laboratorium, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Semangun, H. 2003. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Silalahi, N. R. 2008. Inventarisasi Fungi Patogen pada Daun Bibit Tanaman

Eucalyptus spp. (Studi Kasus di Pembibitan PT.Toba Pulp Lestari Porsea Sumatera Utara). Departemen Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan.

Situmorang, Y. A. 2013. Dampak Beberapa Fungisida Terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin di Laboratorium. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soleh, AZ. 2005. Ilmu Statistika: pendekatan teoritis dan aplikatif disertai contoh penggunaan SPSS, Cetakan Pertama, Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.

Tarr, S. A. J. 1972. The Principles of Plant Pathology. Phillippine Graphic Arts Inc. Callocan City. Phillippine.

(44)

Thomson, W. T. 1992. Agriculture Chemicals Fungicides. Thomson Publications Fresno, 181 hal.

Wakman, W & Syamsudin. 2007. Efektivitas bakteri antagonis terhadap penyakit busuk batang jagung, Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII

Widyastuti, S.M, Sumardi. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Wudianto, R. 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yuliana, T., Ambarawati, H., Modjo, H. 1987. “Mikroorganisme Antagonis

Terhadap Jamur Phytopthora palmivora Butler, Penyebab Penyakit Busuk

Pangkal Batang lada di Lampung”. Preceeding Simposium PFI Surabaya,

(45)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp.

Tabel 1. Pengamatan I Hari ke-4

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Pengamatan I Hari ke-4

SK DB JK KT F Hitung

Tabel 3. Pengamatan II Hari ke-8

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel 4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan II Hari ke-8

SK DB JK KT F Hitung F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 15.010 3.75255 2.457240 tn 2.866081 4.4306901

Galat 20 30.542 1.52714

(46)

Tabel 5. Pengamatan III Hari ke-12

Tabel 6. Analisis Sidik Ragam Pengamatan III Hari ke-12

SK DB JK KT F Hitung

Tabel 7. Pengamatan IV Hari ke-16

(47)

Tabel 8. Analisis Sidik Ragam Pengamatan IV Hari ke-16

Tabel 9. Pengamatan V Hari ke-20

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel 10. Analisis Sidik Ragam Pengamatan V Hari ke-20

(48)

LAMPIRAN

Lampiran 2. Data Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp.

Tabel 1. Pengamatan Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

4 8 12 16 20

M0(kontrol) 0 0 0 0 0 0 0

M1(0.4 mg/ml) 6.11 1.24 0.7 8.43 13.31 29.79 5.958

M2(0.8 mg/ml) 8.29 27.42 40.11 46.79 53.59 176.2 35.24

M3(1.2 mg/ml) 6.55 17.94 41.52 47.55 55.01 168.57 33.714

M4(1.6 mg/ml) 11.35 42.27 49.09 54.72 58.72 216.15 43.23

Total 590.71

Rataan 23.6284

Tabel 2. Sidik Ragam Pengamatan Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp.

SK DB JK KT F Hitung

F Tabel F Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 4 7456.58 1864.14 8.27124 ** 2.866081402 4.430690162

Galat 20 4507.53 225.377

Total 24 11964.1

ANOVA

Hambatan Relatif

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 7456.578 4 1864.145 8.271 .000

Within Groups 4507.535 20 225.377

Total 11964.113 24

LAMPIRAN

(49)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 1. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-4 Setelah Inokulasi

Keterangan: (a). Kontrol (cm), (b). Konsentrasi 0.4 mg/ml (cm), (c). Konsentrasi 0.8 mg/ml (cm), (d).Konsentrasi 1.2 mg/ml (cm), dan (e). Konsentrasi 1.6 mg/ml (cm).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-8 Setelah Inokulasi

(50)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-12 Setelah Inokulasi

Keterangan: (a). Kontrol (cm), (b). Konsentrasi 0.4 mg/ml (cm), (c). Konsentrasi 0.8 mg/ml (cm), (d).Konsentrasi 1.2 mg/ml (cm), dan (e). Konsentrasi 1.6 mg/ml (cm).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 4. Koloni Fungi Cylindrocladium sp. pada Hari ke-16 Setelah Inokulasi

Gambar

Gambar. Rumus Bangun dari Mancozeb
Tabel 2. Uji Duncan 5% Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.
Tabel 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp. Rataan Hambatan Kategori
Tabel 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp. Perlakuan  Kerapatan Spora
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran diameter koloni dilakukan ketika koloni jamur yang tumbuh pada media PDA yang telah tercampur dengan formula fungisida sesuai perlakuan pada cawan petri.. Alat

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan fungisida Metiram 70% dengan konsentrasi 0,4 , 0,8 , 1,2 dan 1,6 mg/ml secara in vitro berpengaruh nyata terhadap perubahan luas,

Parameter pengamatan meliputi kerapatan spora, persentase kematian lalat buah, daya hambat terhadap koloni jamur Fusarium oxysporum , Pada kerapatan sel bakteri

fungisida yang diberikan mampu memberikan pengaruh yang nyata, namun pada pengamatan hambatan relatif konsentrasi fungisida yang diberikan kurang berpengaruh dalam

fungisida yang diberikan mampu memberikan pengaruh yang nyata, namun pada pengamatan hambatan relatif konsentrasi fungisida yang diberikan kurang berpengaruh dalam

I adalah tanaman Eukalyptus grandis x Eukalyptus pelita sedangkan virulensi patogen penyabab penyakit hawar daun II yang paling tinggi disebabkan oleh.. Cylindrocladium

Anggraeni dan Santoso (2004) menyatakan bahwa berdasarkan penampilan secara makroskopis yang mencakup gejala-gejala yang timbul pada tanaman inang di lapangan dan

Parameter pengamatan meliputi kerapatan spora, persentase kematian lalat buah, daya hambat terhadap koloni jamur Fusarium oxysporum, Pada kerapatan sel