• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KAB GROBOGAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KAB GROBOGAN TAHUN 2016"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini, permasalahan lingkungan yang terjadi semakin kompleks mengiringi

semakin meningkatnya berbagai tututan kehidupan sosial ekonomi masyarakat baik pada aras

local, nasional, bahkan global. Salah satunya terkait dengan terjadinya perubahan iklim (climate change) yang menyebabkan banjir, kekeringan, pencemaran udara dan air serta becnana lainnya. Pada akhirnya kondisi ini mendorong munculnya kesadaran masyarakat tentang

pentingnya kebijakan-kebijakan pembangunan yang mengutamakan kelestarian lingkungan.

Berdasarkan hal di atas, maka diperlukan suatu instrumen bagi kebijakan pengelolaan

lingkungan hidup yang berprinsip pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Instrumen pengelolaan lingkungan hidup dalam kebijakan perencanaan pembangunan

di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor

67 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam

Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. Dalam UU PPLH Pasal 1 (angka

10) disebutkan bahwa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai “rangkaian analisis

yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau

kebijakan, rencana, dan/atau program”. Sedangkan dalam UU PPLH Pasal 15 (ayat 1)

disebutkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan

bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Senada dengan

hal tersebut, dalam Permendagri RI No. 67 Tahun 2012 pasal 2 disebutkan bahwa “Gubernur

dan Bupati/Walikota wajib melaksanakan KLHS dalam penyusunan RPJPD. RPJMD, dan

Renstra SKPD yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup”.

Sebagai Daerah yang pada saat ini sedang menyusun Rancangan RPJMD Kabupaten

Grobogan Tahun 2016-2021, maka Kabupaten Grobogan wajib melaksanakan KLHS RPJMD

yang akan dan/atau sedang disusun. KLHS ini dilakukan pada tahap awal dari proses

penyusunan Rancangan RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021, sehingga dapat

diprakirakan dampak negatif terhadap lingkungan apabila Kebijakan, Rencana dam Program

(2)

melainkan mengkaji dampak sebuah Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP). Hasil dari kajian

ini tentunya bersifat strategik, karena akan menghasilkan rekomendasi untuk penyempurnaan

KRP yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Grobogan 2016-2021. Dengan kata lain, dengan

adanya implementasi KLHS ini diharapkan permasalahan lingkungan yang ada dapat di atasi

dan pembangunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan di Kabupaten Grobogan.

Pemerintah Kabupaten Grobogan saat ini tengah mengimplementasikan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Grobogan tahun 2011-2015.

Berakhirnya RPJMD yang ditandai dengan pelaksanaan Pilkada yang diselenggarakan pada

bulan Desember 2015, mengamanatkan untuk perlu menyusun RPJMD Kabupaten Grobogan

tahun 2016-2021. Terkait dengan hal tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh UU No. 32 tahun

2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) wajib dilakukan pada saat penyusunan RPJMD. Oleh

sebab itu pada tahun 2016 ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Grobogan

mengemban tugas untuk melakukan penyusunan RPJMD tersebut. Untuk memperoleh

pembelajaran yang lebih menyeluruh dari pelaksanaan RPJMD, Pemerintah Kabupaten

Grobogan melakukan kajian KLHS dalam rangka penyusunan RPJMD tahun 2016-2021.

Secara Umum, maksud dan tujuan dari penerapan KLHS dalam penyusunan RPJMD

Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021 adalah untuk memastikan bahwa kebijakan dan

program yang termuat di dalam Rancangan RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021

telah mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan: (a) saling ketergantungan

(interdependency), yaitu meliputi saling ketergantuangan antar wilayah, antar sektor, antar pemangku kepentingan dan antar kesatuan ekosistem; (b) prinsip keseimbangan (equilibrium), yaitu keselarasan proporsional antara kepentingan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan

hidup/ekologi; dan (c) prinsip keadilan (justice) yaitu keadilan dalam memperoleh manfaat pembangunan baik antar generasi maupun antar kelompok masyarakat dalam satu generasi di

daerah. Maksud dan tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas RPJMD Kabupaten

Grobogan Tahun 2016-2021 sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Dengan adanya dokumen KLHS, maka diharapkan sudah dilakukan penilaian terhadap

rancangan program-program dalam RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021, baik yang

berpotensi menimbulkan dampak dan atau risiko terhadap lingkungan hidup, serta memberikan

rekomendasi rumusan program ke dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun

2016-2021. Harapan lainnya adalah untuk meningkatnya kapasitas Kabupaten Grobogan dalam

penyelenggaraan KLHS serta meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan

(3)

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Maksud

Kegiatan Penyusunan KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan dimaksudkan untuk

melakukan kajian guna memastikan bahwa kebijakan dan program yang termuat di dalam

dokumen RPJMD Kabupaten Grobogan mengintegrasikan prinsip - prinsip pembangunan

berkelanjutan. Secara lebih spesifik, KLHS dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan dalam

dokumen RPJMD Kabupaten Grobogan memenuhi prinsip saling ketergantungan

(interdependency), prinsip keseimbangan (equilibrium), dan prinsip keadilan (justice). Prinsip saling ketergantungan meliputi saling ketergantungan antar wilayah, antar sektor, dan antar

pemangku kepentingan. Prinsip keseimbangan adalah keseimbangan antara kepentingan

ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup/ekologi. Prinsip keadilan adalah keadilan dalam

memperoleh manfaat pembangunan baik antar generasi maupun antar kelompok masyarakat

dalam satu generasi. Pelaksanaan KLHS kali ini difokuskan untuk melakukan kajian terhadap

program - program RPJMD Kabupaten Grobogan.

1.2.2. Tujuan

Kajian Lingkungan Hidup Strategi (KLHS) bertujuan untuk :

1. Untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan

terintegrasi dalam pembangunan. KLHS digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi

kebijakan, rencana dan/atau program yang akan atau sudah ditetapkan;

2. Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan program KLHS digunakan untuk menyiapkan

alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan program agar dampak negatif terhadap

lingkungan dapat diminimalkan, sedangkan dalam evaluasi kebijakan, rencana dan program

KLHS digunakan untuk mengidentifikasi dan memberikan alternatif penyempurnaan

kebijakan, rencana, dan program yang menimbulkan dampak atau resiko negatif terhadap

lingkungan;

3. Hasil kajian dari program - program ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk

pelaksanaan program Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Grobogan.

1.2.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam penerapan KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan

adalah :

1. Dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)

(4)

digunakan sebagai dasar dalam evaluasi RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 –

2021;

2. Dapat digunakan sebagai dasar dalam penyempurnaan KRP Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Wilayah (RPJMD) Kabupaten Grobogan;

3. Meningkatnya kapasitas kabupaten dalam penyelenggaraan KLHS;

4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam

penyelenggaraan KLHS.

1.3. Landasan Hukum

Landasan hukum yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan KLHS RPJMD

Kabupaten Grobogan antara lain :

1) Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

2) Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4377);

3) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional;

4) Undang - Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437);

5) Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4441);

6) Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

7) Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4851);

8) Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik

(5)

9) Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2009 Tahun 140, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

10) Undang - Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

11) Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2001 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

12) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor32, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

13) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan

Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

14) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4385 );

15) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4624);

16) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Wewenang

17) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

18) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman

Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

20) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/20011 tentang Pedoman Rencana

Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

21) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun

2010 Nomor 6);

22) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan;

23) Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 06 tahun 2011 tentang Rencana Tata

(6)

1.6. Metodologi

1) Pemetaan Pemangku Kepentingan

Pemetaan pemangku kepentingan (stakeholder mapping) dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan yang nantinya akan dilibatkan dalam proses

pelaksanaan KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan dari awal hingga akhir. Pemetaan pemangku

kepentingan dengan memperhatikan seluruh kelompok pemangku kepentingan, yang meliputi

unsur birokrat, akademisi, dunia usaha, LSM, dan tokoh masyarakat. Pemetaan pemangku

kepentingan dilakukan di dalam kerja kelompok dengan mengidentifikasi kelompok - kelompok

pemangku kepentingan (birokrat, akademisi, dunia usaha, LSM, dan tokoh masyarakat) yang

memiliki pengaruh signifikan dalam penyusunan kawasan perkotaan atau akan terkena dampat

signifikan dari pelaksanaan. Hasi dari pemetaan pemangku kepentingan digunakan oleh Tim

KLHS dalam upaya melibatkan pemangku kepentingan dalam proses pelaksanaan KLHS.

2) Pelingkupan dan Pemusatan Isu Pembangunan

Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan partisipatif untuk mengidentifikasi

isu - isu pembangunan daerah yang direncanakan yang sedang dan akan dihadapi. Proses

pelingkupan diawali dengan kegiatan pra pelingkupan yang dilakukan oleh Tim KLHS pada saat

bimbingan teknis, dengan ditambahkan dari telaah dokumen - dokumen perencanaan yang ada.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan melakukan proses pelingkupan bersama - sama dengan para

pemangku kepentingan. Proses pelingkupan dengan para pemangku kepentingan dilakukan di

dalam workshop pelingkupan melalui kerja kelompok dengan menggunakan metode/instrumen

meta plan. Setiap peserta diminta untuk menuliskan isu penting di dalam meta plan. Isu - isu yang terjaring dari peserta kemudian dikelompokkan dengan metoda kategorisasi dan

klasifikasi, sehingga daftar isu yang panjang menjadi lebih pendek. Setelah dikelompokkan, isu

- isu tersebut kemudian diuji apakah hal tersebut benar - benar merupakan isu yang bersifat

strategis dengan menggunakan beberapa kriteria, sehingga menghasilkan daftar pendek isu -

isu pembangunan berkelanjutan yang benar - benar bersifat startegis. Daftar pendek isu - isu

strategis yang diperloleh dari para pemangku kepentingan ini kemudian dipadukan dengan isu -

isu strategis hasil pra pelingkupan dan kemudian disaring/ditapis lagi dengan analisis data

baseline.

3) Pengumpulan, Penyajian dan Analisis Data

Data dan informasi menjadi elemen penting dalam keberhasilan KLHS RPJMD

Kabupaten Grobogan Ketersediaan data dan informasi yang tepat dan akurat dapat

(7)

RPJMD Kabupaten Grobogan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui

dokumentasi data institusional. Kebutuhan data dalam penerapan KLHS RPJMD Kabupaten

Grobogan ini disesuaikan dengan isu strategis yang menjadi fokus kajian. Data dan informasi

yang dikumpulkan dari berbagai sumber kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk :

a) Narasi, yaitu penyajian data dalam bentuk narasi ke dalam sebuah paragraph,

digunakan untuk menyajikan data kualitatif;

b) Tabulasi, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel;

c) Diagram, menyajikan data dalam bentuk diagram agar mudah untuk dipahami;

d) Peta, untuk menyajikan data - data dalam bentuk peta agar memudahkan analisis

spasial.

Analisis data yang dilakukan adalah analisis kecenderungan (baseline trend analysis), khususnya untuk lima tahun ke depan yang didasarkan pada data time series. Untuk memudahkan analisis spasial maka digunakan alat bantu (tools) SIG. Analisis ini dilakukan untuk merumuskan isu - isu strategis yang akan ditetapkan dan juga untuk analisis potensi

dampak dan/atau resiko lingkungan hidup dari program yang dikaji dampak atau pengaruhnya.

Guna memudahkan pengkajian dan analisis, maka program - program yang terpilih dari

daftar program yang termuat dalam dokumen RPJMD Kabupaten Grobogan

dikelompokkan/digabungkan menjadi kelompok/program terpilih. Program - program yang dipilih

adalah program yang mempunyai potensi dampak negatif signifikan terhadap isu sosial -

budaya, ekonomi dan lingkungan hidup. Sebagaimana mengacu UUPPLH Pasal 15 Ayat 3,

KLHS tata ruang diselenggarakan dengan mekanisme :

a) Pengkajian pengaruh RPJMD terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayah

perencanaan;

b) Perumusan alternatif penyempurnaan substansi RPJMD;

c) Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan penyempurnaan RPJMD

yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Ketiga mekanisme tersebut secara rinci dilaksanakan dengan metoda dan teknis

pengkajian/analisis sebagaimana diuraikan dalam penjelasan berikut ini :

1) Kajian Pengaruh RPJMD terhadap Kondisi Lingkungan Hidup

Pengkajian RPJMD terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayah perencanaan,

dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :

a) Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan.

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya adalah :

(8)

b. Untuk menjamin bahwa hasil perencanaan RPJMD memperoleh legitimasi atau

penerimaanoleh publik.

c. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya mendapatkan akses untuk

menyampaikan informasi, saran, pendapat dan pertimbangan tentang

pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

d. Identifikasimasyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dapat dilakukan sesuai

proses dan prosedur penyusunan RPJMD , yang dapat mengacu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran

Masyarakat dalam Penataan Ruang. Secara umum pemangku kepentingan dapat

dikelompokkan sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Tabel I. 1

Pengelompokan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan

Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Lembaga

Pembuat keputusan ‣ Bupati

Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/kelompok)

‣ Organisasi masyarakat /Kelompok masyarakat tertentu

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang, 2010

Identifikasi dan pelibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya juga harus

memastikan bahwa tidak seluruh pemangku kepentingan perlu dilibatkan. Perlu dilakukan

pemetaan pemangku kepentingan untuk membantu pemilihan pemangku kepentingan yang

tidak saja berpengaruh, tetapi juga mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi terhadap

RPJMD Kabupaten Grobogan. Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya

(9)

berkelanjutan. Pelibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dapat disesuaikan

dengan proses perumusan kebijakan, rencana dan/atau program.

Apabila diperlukan dapat dibentuk pengelompokan (clustering) masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya sesuai dengan permasalahan yang akan didiskusikan. Setiap

kelompok dapat dibantu oleh tim atau yang sejenis untuk menyiapkan bahan dan materi yang

didiskusikan dan menyimpulkan serta merumuskan masukan, informasi, dan pertimbangan

berdasarkan diskusi dan dialog yang dilakukan untuk bahan pertimbangan pemrakarsa

rencana. Tim atau yang sejenis dapat dipilih di antara perwakilan masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya serta dapat dibantu nara sumber sesuai keperluan. Mekanisme pelibatan

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya ini dapat dilakukan melalui publikasi, dialog,

diskusi, dan konsultasi publik, sebagaimana yang telah diatur dalam masing - masing proses

dan prosedur perencanaan RPJMD Kabupaten Grobogan.

2) Identifikasi isu - isu pembangunan berkelanjutan yang relevan dan signifikan di wilayah

perencanaan.

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan adalah :

a) Menetapkan isu - isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek

ekonomi dan aspek lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut,

berdasarkan potensi dampak dan/atau risiko lingkungan hidup dan yang menjadi

perhatian di wilayah tersebut dan untuk menjadi bahan kajian pengaruh RPJMD;

b) Membahas isu secara terfokus dan signifikan;

c) Membantu menentukan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai acuan bagi

penentuan dan/atau penilaian substansi RPJMD.

Formulasi atau perumusan isu - isu pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan melalui 5

(lima) tahap sebagai berikut :

a) Identifikasi isu - isu pembangunan berkelanjutan berdasarkan masukan dan

kesepakatan pemangku kepentingan;

b) Pengelompokan isu - isu pembangunan berkelanjutan dalam kluster - kluster isu;

c) Konfirmasi isu - isu pembangunan berkelanjutan dengan data dan informasi yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah yang tersedia;

d) Jika diperlukan dan disepakati, dilakukan kajian khusus untuk isu - isu tertentu yang

dianggap penting atau diperdebatkan;

e) Penetapan isu - isu pembangunan berkelanjutan yang akan dijadikan dasar bagi kajian

(10)

Isu - isu pembangunan berkelanjutan yang diidentifikasi difokuskan pada isu - isu yang

relevan dan signifikan sehingga kajian pengaruh RPJMD dapat dilakukan lebih tajam.

Identifikasi isu - isu pembangunan berkelanjutan dilakukan berdasarkan masukan pakar

atau data dan informasi yang tersedia. Pemangku kepentingan yang dilibatkan memberikan

informasi dan konfirmasi atas isu - isu pembangunan berkelanjutan yang menjadi perhatian

utama. Identifikasi isu - isu pembangunan berkelanjutan ini merupakan proses awal

pelingkupan dan menjadi dasar pelaksanaan KLHS selanjutnya.

3) Identifikasi muatan RPJMD yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap isu - isu

pembangunan berkelanjutan di wilayah perencanaan.

Tujuan identifikasi muatan RPJMD adalah :

a) Mengetahui dan menentukan muatan dan substansi RPJMD yang perlu ditelaah

pengaruhnya terhadap lingkungan hidup dan diberi muatan pertimbangan aspek

pembangunan berkelanjutan;

b) Mengevaluasi muatan dan substansi RPJMD yang memberikan pengaruh terhadap

lingkungan hidup.

Patut dikenali bahwa RPJMD yang akan dilakukan KLHS terhadapnya memiliki unsur

korelasi antara substansi di dalamnya. Untuk itu perlu dikenali pada tingkatan apa RPJMD

dapat berpengaruh dari masukan isu pembangunan berkelanjutan. Dalam materi substantif

RPJMD, terdapat unsur tujuan/kebijakan, rencana (pola, system jaringan dan kawasan

prioritas), pangaturan zonasi serta program.

4) Telaah pengaruh RPJMD terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah.

Tujuan telaahan pengaruh RPJMD terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah

adalah mengetahui kemungkinan dampak RPJMD terhadap isu - isu pembangunan

berkelanjutan di satu wilayah. Pada tahap ini, dilakukan telaahan RPJMD terhadap isu

pembangunan berkelanjutan dan atau kondisi lingkungan di suatu wilayah yang sudah

diidentifikasikan pada tahap sebelumnya. Telaahan pengaruh ini diawali dengan

mengidentifikasikan dan memahami apa saja komponen dalam RPJMD yang potensial

berpengaruh terhadap isu pembangunan berkelanjutan.

Telaahan pengaruh dapat mengarah pada :

a) Uji konsistensi RPJMD sebagai suatu dokumen perencanaan;

b) Uji spasial RPJMD terutama untuk mengamati dari sisi pemetaan dan visual;

c) Uji tertentu lainnya seperti misalnya mengenai status lahan, persoalan lingkungan hidup

yang harus diselesaikan karena konflik pemanfaatan ruang atau data prediksi yang

(11)

Sesuai UUPPLH Pasal 16, apabila dimungkinkan, kajian pengaruh dapat dilakukan secara

lebih detil dengan menggunakan antara lain salah satu atau kombinasi dari kajian - kajian

berikut ini :

a) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

b) Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

c) Kinerja layanan/jasa ekosistem;

d) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

f) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

5) Perumusan Alternatif Penyempurnaan RPJMD

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan RPJMD adalah untuk mengembangkan

berbagai alternatif perbaikan muatan RPJMD dan menjamin pembangunan berkelanjutan.

Setelah dilakukan kajian pengaruh RPJMD terhadap isu - isu pembangunan berkelanjutan

di suatu wilayah, dan disepakati bahwa RPJMD yang dikaji potensial memberikan dampak

negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa

alternatif untuk menyempurnakan RPJMD yang ada atau yang sedang dalam proses

penyusunan. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan RPJMD ini dikembangkan

dengan mempertimbangkan antara lain :

a) Memberikan arahan atau rambu - rambu mitigasi terkait dengan RPJMD yang

diprakirakan akan menimbulkan dampak lingkungan hidup atau bertentangan dengan

kaidah - kaidah pembangunan berkelanjutan;

b) Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan perbaikan substansi RPJMD;

c) Menunda, memperbaiki urutan atau waktu, atau mengubah prioritas pelaksanaan

RPJMD;

d) Mengubah muatan RPJMD.

Bentuk alternatif penyempurnaan tersebut antara lain sebagai berikut :

a) Kebutuhan pembangunan : mengecek kembali atau membuat skenario pengembangan

tata ruang yang baru (misalnya target - target dalam perekonomian wilayah atau

kebutuhan ruang);

b) Lokasi : mengusulkan lokasi baru bagi suatu pemanfaatan ruang yang dianggap lebih

aman, atau mengusulkan pengurangan luas suatu pemanfaatan ruang;

c) Proses, metode dan teknologi : mengusulkan alternatif proses dan/atau metode

dan/atau teknologi pembangunan yang lebih baik, seperti misalnya peningkatan

(12)

ekonomi konvensional yang menguras sumber daya alam, seperti misalnya pembuatan

jembatan untuk melintasi kawasan lindung;

d) Jangka waktu dan tahapan pembangunan : mengusulkan perubahan jangka waktu

pembangunan, baik awal kegiatan pembangunan, urutan, maupun kemungkinan

penundaan satu program pembangunan;

e) Berbagai kemungkinan pengembangan alternatif sebagaimana disebutkan di atas,

secara cepat dan sederhana dapat dilakukan melalui metode diskusi kelompok dan

atau memanfaatkan pandangan para ahli.

6) Rekomendasi Perbaikan RPJMD dan Pengintegrasian Hasil KLHS.

Tujuan rekomendasi adalah mengusulkan perbaikan muatan RPJMD berdasarkan hasil

perumusan alternatif penyempurnaan RPJMD. Mengacu ketetapan dalam UUPPLH,

rekomendasi perbaikan RPJMD ini dapat berupa :

a) Perbaikan rumusan tujuan /kebijakan dalam RPJMD;

b) Perbaikan muatan rencana dalam RPJMD;

c) Perbaikan materi program dan ketentuan peraturan zonasi dalam RPJMD.

Pada saat penyusunan rekomendasi perbaikan RPJMD tersebut juga sudah

mempertimbangkan rambu - rambu mitigasi terkait dengan substansi yang diperkirakan

akan menimbulkan dampak lingkungan hidup atau bertentangan dengan kaidah - kaidah

(13)

1.5. Pelaksanaan KLHS

Proses tahapan KLHS Penyusunan RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021

sebagaimana di atur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 67 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi

Rencana Pembangunan Daerah adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan:

Ada tiga tahapan yang dilakukan :

a. Menetapkan anggota Pokja Pengendalian Lingkungan dengan Keputusan Bupati

Grobogan Nomor : 660.1/ /2016 Tentang Pembentukan Tim Penyusun Kajian

Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021.

b. Melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) kepada SKPD yang terkait di

Kabupaten Grobogan yang berisikan pengantar mengenai materi KLHS RPJMD.

2. Tahap Pra Pelingkupan:

Dalam tahapan ini Pokja Pengendalian Lingkungan melakukan identifikasi terhadap

isu-isu pembangunan berkelanjutan (lingkungan, sosial-budaya, dan ekonomi) untuk

mendapatkan daftar panjang termasuk lingkup wilayah dan kebutuhan data/informasi

pendukung dalam proses KLHS, serta para pemangku kepentingan yang akan dilibatkan

dalam proses KLHS. Tahapan Pra-pelingkupan dilaksanakan di Gedung Riptaloka Setda

Kabupaten Grobogan pada tanggal 31 Maret 2016.

3. Tahap Pelingkupan :

Tahap pelingkupan dilakukan dalam bentuk workshop dengan mengundang para

pemangku kepentingan guna melakukan verifikasi dan melakukan penapisan isu-isu

pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan yang

kemudiaan menjadi isu-isu strategis. Tahapan ini dilakukan pada tanggal 27 April 2016 di

Gedung Riptaloka Setda Kabupaten Grobogan.

4. Tahap Identifikasi dan Analisis Data:

Tahap Identifikasi dan Analisi Data atau yang biasa kita sebut dengan Analisis

Baseline Data bertujuan untuk memberikan gambaran Pola kecenderungan isu-isu

strategis KLHS; Faktor pendorong terjadinya isu-isu strategis; Perkiraan dampak pada

(14)

5. Tahap Kajian Pengkajian:

Selanjutnya Pokja Pengendalian Lingkungan bersama dengan para pemangku

kepentingan melakukan kajian pengaruh dan perumusan alternatif dengan menggunakan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan terhadap muatan rancangan awal RPJMD

(visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah); serta melakukan

penapisan program-program utama prioritas yang memiliki keterkaitan dengan isu

strategis KLHS. Kajian pengaruh dan perumusan alternatif juga mengundang para pakar

untuk memberikan masukan terhadap hasil kerja Pokja Pengendalian Lingkungan. Tahap

Kajian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2016 di Ruang Rapat Lantai 1 Sekertariat

Daerah Kabupaten Grobogan.

6. Tahapan Perumusan Mitigasi dan/atau Alternatif;

Tahapan Kajian ini dilaksanakan di Ruang Rapat Lantai 1 Sekertariat Daerah

Kabupaten Grobogan pada tanggal 21 Juli 2016. Tahapan mitigasi dan/atau alternatif

merupakan kajian lanjutan yang menunjukkan beberapa kebijakan, rencana dan/atau

program yang ada di Kabupaten Grobogan berdampak positif, sebagian lainnya memiliki

dampak negatif terhadap isu strategis. Akan tetapi diperlukan pengkajian lebih jauh lagi

untuk melihat berapa besar dampak dari Kebijakan dan Program tersebut terhadap isu

strategis.

7. Tahap Rekomendasi

Tahapan Kajian ini dilaksanakan di Ruang Rapat Lantai 1 Sekertariat Daerah

Kabupaten Grobogan pada tanggal 21 Juli 2016. Pada tahapan rekomendasi,

program-program yang berpengaruh terhadap isu-isu strategis KLHS akan diberikan rekomendasi

perbaikan yang merupakan rangkuman dari mitigasi dan/atau alternatif.

1.6. Kendala Dalam Pelaksanaan KLHS

Pelaksanaan KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021 pada dasarnya

menggunakan acuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

RI Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. Namun demikian dalam

penerapannya masih menghadapi berbagai kendala, antara lain :

a. Beban tugas rutin dari beberapa anggota Pokja Pengendalian Lingkungan di instansi

(15)

b. Terbatasnya data sekunder/data instansional yang diperlukan pada tahap pra

pelingkupan dan tahap penyusunan data dasar (baseline data);

c. Identifikasi pemangku kepentingan sudah tersusun dengan baik, namun demikian

kehadiran pada saat pelaksanaan workshop tidak sesuai dengan yang diharapkan.

1.7. Sistematika Laporan Pelaksanaan KLHS

Sistematika penulisan laporan pelaksanaan KLHS PRJMD Kabupaten Grobogan Tahun

2016-2021 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud, tujuan, dan sasaran KLHS,

landasan hukum, lingkup kegiatan pelaksanaan KLHS, kendala-kendala dalam

pelaksanaan KLHS dan sistematika penulisan laporan.

BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN

Bab ini membahas tentang Profil Kabupaten Grobogan mulai dari Tata Letak, Fisiografi,

Ekonomi, dan Sosial Budaya hingga Ringkasan Rancangan RPJMD Kabupaten

Grobogan 2016 - 2021.

BAB III PROSES, LINGKUP KEGIATAN, METODE, DAN HASIL PELAKSANAAN KLHS

Pada bab ini akan membahas hasil dari seluruh tahapan pelaksanaan KLHS yang telah

dilakukan yaitu tahap Persiapan, Pra Pelingkungan, Pelingkupan, Identifikasi dan Analisis

Data, Pengkajian, Perumusan Mitigasi/Adaptasi dan/atau Alternatif dan Rekomendasi.

BAB IV PENGINTEGRASIAN REKOMENDASI KLHS KE DALAM RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GROBOGAN

Pada bab ini akan membahas prinsip-prinsip mengenai Pengintegrasian Rekomendasi

KLHS ke dalam Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Grobogan 2016 - 2021.

Bab V HASIL PENGAWASAN MUTU

Pada bab ini akan membahas mengenai hasil pengawasan mutu berdasarkan

Permendagri No 67 Tahun 2012.

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan membahas kesimpulan bersifat makro (saran tindak) dari seluruh

Gambar

Tabel I. 1

Referensi

Dokumen terkait

Peranan sistem informasi dalam mendukung operasi dalam suatu organisasi adalah untuk mencatat, menyimpan, dan mengorganisasikan semua data yang terkait dengan operasi tersebut,

Kode etik merupakan salah satu kontrol bagi penyalahgunaan komputer, tetapi bergantung sepenuhnya hanya dari kode etik bukan merupakan tindakan yang bijaksana,

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Geografis Pemilihan Lahan Tembakau di Kabupaten Jember Berbasis Web Menggunakan Metode

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “ Karakteristik Tablet

Penurunan kualitas (degradasi) dan dalam waktu bersamaan alih fungsi lahan pangan menjadi perkebunan kelapa sawit terus berlanjut dan berlangsung secara masif, tidak saja

Dalam sebuah penambahan imbuhan awal me- ada beberapa perubahan yang terjadi pada kata tersebut dalam peraturan bahasa Indonesia.Contoh untuk imbuhan me- diimbuhkan pada

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian

Dari hasil perhitungan nilai Kapasitas (C )maka akan didapat nilai derajat kejenuhan (DS) yang menggambarkan layak tidaknya jalan tersebut digunakan secara nyaman. sedangkan jalan