Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fadhilah Ulima Nasution
Tempat/ Tanggal Lahir : Solok, 20 Juni 1994
Agama : Islam
Alamat : Jln. Dr. Picauly No.16 Medan
Riwayat Pendidikan :
1. SD Baiturrahmah Padang (2000-2006)
2. SMP Negeri 12 Padang (2006-2009)
3. SMA Negeri 3 Padang`(2009-2012)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-Sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Divisi Keputrian PHBI FK USU 2013-2014
2. Anggota Muda Divisi Hubungan Luar, Informasi dan Teknologi
(HUBLU IT) SCORE PEMA FK USU 2013-2014
3. Anggota Seksie Administrasi dan Kesekretaritan Acara Pekan Ta’aruf
2013
4. Koordinator Seksie Publikasi dan Dokumentasi Acara Mentoring
Outdoor 2014
3. Sekretaris Manager Divisi Hubungan Luar, Informasi dan Teknologi
(HUBLU IT) SCORE PEMA FK USU 20114-2015
5. Anggota Seksie Publikasi dan Dokumentasi Acara GET TOGETHER
Universitas Sumatera Utara
6. Anggota Seksie Publikasi dan Dokumentasi Acara PIM SCORE PEMA
FK USU 2013
7. Anggota seksie Publikasi dan Dokumentasi Acara Beasiswa Medica
Carita 2013
8. Anggota Seksie Publikasi dan Dokumentasi Acara SRF SCORE
PEMA FK USU 2014
9. Koordinator Seksie Publikasi dan Dokumentasi Musyawarah Besar
SCORE PEMA FK USU 2014
10. Instruktur Workshop Hewan Coba PIM SCORE PEMA FK USU 2014
11. Wakil Koordinator Seksie Publikasi dan Dokumentasi Acara SRF
Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA / WALI CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya yang bernama Fadhilah Ulima Nasution, NIM 120100385, sedang
menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saat
ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Usia Menarche, Lama Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi
SMK Negeri 8 Medan”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari adanya hubungan antara nyeri
saat menstruasi dengan usia awal menstruasi, lama menstruasi, dan riwayat
keluarga. Penelitian ini memberikan informasi kepada siswi dan masyarakat
tentang faktor–faktor yang mempengaruhi nyeri haid, serta mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan mengasah kemampuan analisis.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengizinkan
siswi yang bersangkutan menjadi partisipan dalam penelitian ini dengan
menjawab pertanyaan yang akan diberikan dengan jujur dan apa adanya.
Tidak ada biaya yang dikenakan kepada Bapak/Ibu untuk penelitian ini.
Identitas pribadi partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan
hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Jika terdapat hal yang kurang dipahami, Bapak/Ibu dapat bertanya langsung
kepada peneliti atau melalui nomor 081268924190. Jika Bapak/Ibu bersedia
mengizinkan siswi yang bersangkutan berpartisipasi, silahkan menandatangani
persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.. Atas perhatian dan kesediaan Saudari
berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.
Medan,...2015
Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 3
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Orang Tua / Wali dari :
Alamat :
No. HP :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian : Hubungan Usia Menarche, Lama Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015
Nama Peneliti : Fadhilah Ulima Nasution
Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dengan ini menyatakan bersedia anak saya menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan tanpa paksaan.
Medan,...2015
Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 4
KUESIONER HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN DISMENORE PADA SISWI
SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Kelas :
B. INDEKS MASSA TUBUH RESPONDEN
1. Berat Badan :
2. Tinggi Badan :
3. IMT :
C. POLA MENSTRUASI
1. Apakah Anda telah mengalami menstruasi :
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya pada umur berapa Anda mengalami menstruasi pertama :
... tahun
3. Berapa lamakah biasanya Anda menstruasi : ... hari
4. Berapa lama siklus menstruasi Anda :…………...….hari 5. Apakah Anda pernah mengalami nyeri menstruasi :
a. Ya b. Tidak
(Jika ya jawab pertanyaan 6-16 )
6. Jika ya, nyeri menstruasi tersebut muncul ketika : a. Sebelum menstruasi
b. Selama menstruasi
c. Sebelum dan selama menstruasi
7. Dimanakah lokasi nyeri yang paling Anda rasakan : a. Perut bawah
Universitas Sumatera Utara
8. Bagaimana sifat nyeri yang Anda rasakan : a. Menetap
b. Hilang timbul
9. Apakah nyeri yang Anda rasakan sampai ke pinggang atau paha?
a. Ya b. Tidak
10.Apakah Anda juga merasakan sakit kepala saat menstruasi?
a. Ya b. Tidak
11.Apakah Anda merasakan mual atau muntah saat menstruasi?
a. Ya b. Tidak
12.Apakah Anda mengalami diare saat menstruasi?
a. Ya b. Tidak
13.Apakah nyeri bertambah parah pada saat Anda buang air kecil?
a. Ya b. Tidak
14.Apakah nyeri menetap sampai hari terakhir menstruasi?
a. Ya b. Tidak
15.Apakah Anda tetap merasakan nyeri walaupun menstruasi sudah selesai?
a. Ya b. Tidak
16.Apakah nyeri menstruasi menggangu aktivitas Anda?
a. Ya b. Tidak
17.Apakah Anda pernah menemukan benjolan pada / disekitar kemaluan Anda?
a. Ya b. Tidak
18.Apakah Anda perlu menggunakan lebih dari tujuh pembalut dalam satu hari ketika menstruasi?
a. Ya b. Tidak
19.Apakah Anda pernah tidak masuk sekolah karena nyeri menstruasi?
a. Ya b. Tidak
20.Apakah Anda mengonsumsi obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri menstruasi?
Universitas Sumatera Utara
21.Apakah obat tersebut bisa mengurangi rasa nyeri yang Anda rasakan?
a. Ya b. Tidak
D. RIWAYAT KELUARGA
1. Apakah ada anggota keluarga Anda yang juga mengalami nyeri menstruasi :
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, anggota keluarga yang mengalami nyeri menstruasi adalah : a. Ibu
Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 6
Deskripsi Karakteristik Responden
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 16 93 28.6 28.6 28.6
17 189 58.2 58.2 86.8
18 38 11.7 11.7 98.5
19 5 1.5 1.5 100.0
Total 325 100.0 100.0
Mengalami Dismenore
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 275 84.6 84.6 15.4
Tidak 50 15.4 15.4 100.0
Total 325 100.0 100.0
Usia Menarche
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 12 65 20.0 20.0 20.0
12-13 tahun 189 58.2 58.2 78.2
> 13 tahun 71 21.8 21.8 100.0
Total 325 100.0 100.0
Lama Menstruasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3-7 hari 310 95.4 95.4 95.4
> 7 hari 15 4.6 4.6 100.0
Universitas Sumatera Utara Riwayat Keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 238 73.2 73.2 26.8
Tidak 87 26.8 26.8 100.0
Total 325 100.0 100.0
Hasil Analisa Statistik Usia Menarche dengan Kejadian Dismenore Crosstab
Dismenore
Total Ya Tidak
Usia_menarche < 12 Count 54 11 65
% within Usia_menarche 83.1% 16.9% 100.0%
% of Total 16.6% 3.4% 20.0%
12-13 tahun Count 167 22 189
% within Usia_menarche 88.4% 11.6% 100.0%
% of Total 51.4% 6.8% 58.2%
> 13 tahun Count 54 17 71
% within Usia_menarche 76.1% 23.9% 100.0%
% of Total 16.6% 5.2% 21.8%
Total Count 275 50 325
% within Usia_menarche 84.6% 15.4% 100.0%
% of Total 84.6% 15.4% 100.0
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.149a 2 .046
Likelihood Ratio 5.828 2 .054
Linear-by-Linear
Association
1.453 1 .228
Universitas Sumatera Utara Hasil Analisa Statistik Lama Menstruasi dengan Kejadian Dismenore
Crosstab
Dismenore
Ya Tidak Total
Lama_menstruasi 3-7 hari Count 263 47 310
% within Lama_menstruasi 84.8% 15.2% 100.0%
% of Total 80.9% 14.5% 95.4%
> 7 hari Count 12 3 15
% within Lama_menstruasi 80.0% 20.0% 100.0%
% of Total 3.7% .9% 4.6%
Total Count 275 50 325
% within Lama_menstruasi 84.6% 15.4% 100.0%
% of Total 84.6% 15.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .257a 1 .612
Continuity Correctionb .020 1 .888
Likelihood Ratio .240 1 .624
Fisher's Exact Test .711 .414
Linear-by-Linear
Association
.257 1 .613
Universitas Sumatera Utara Hasil Analisa Statistik Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore
Crosstab
Dismenore
Total Ya Tidak
Riwayat_keluarga Tidak Count 63 24 87
% within Riwayat_keluarga 72.4% 27.6% 100.0%
% of Total 19.4% 7.4% 26.8%
Ya Count 212 26 238
% within Riwayat_keluarga 89.1% 10.9% 100.0%
% of Total 65.2% 8.0% 73.2%
Total Count 275 50 325
% within Riwayat_keluarga 84.6% 15.4% 100.0%
% of Total 84.6% 15.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 13.587a 1 .000
Continuity Correctionb 12.337 1 .000
Likelihood Ratio 12.386 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association
13.545 1 .000
Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA
Andri, F. & Hurmaly, T. 2013. Diet Sehat Khusus Remaja. Yogyakarta: Khitah Publishing.
Anurogo, D. & Wulandari, A.,2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
August, A, 2009. Memelihara Kesehatan Reproduksi Perempuan Sejak Dini. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional.
Azwar, A., 2002. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.
Baradero, M, 2006. Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Calis, K.A. 2013. Dysmenorrhea. Diperoleh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/253812-overview. [Diakses pada: 23 April 2015]
Chandra, B. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chandran, L., 2008. Menstruation Disorders: Overview. E-medicine Obstetrics and Gynecology. Diperoleh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/953945-overview/ [Diakses pada: 11 April 2015].
Chudnoff, Scott G., 2005. Dysmenorrhea. Medscape Ob/Gyn & Women’s Health. Diperoleh dari:
http://www.medscape.com/files/feeds/asktheexperts_3.xml. [Diakses pada: 23 April 2015].
Universitas Sumatera Utara
Cunningham, F. G. (2006). Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dewi R. 2012. Tiga Fase Penting pada Wanita. Jakarta: PT Elex Media.
Edmonds, K., 2007. Gynaecological Disorders of Childhood and Adolescense :
Dewhurst’s Textbook of Obstetrics and Gynaecological.7th Edition. London: Blackwell Publishing.
Ehrenthal, D., 2006. Menstrual Disorders. Versa Press : USA.
Eman, M. M., 2012. Epidemiology of Dysmenorrhea among Adolescent Students in Assiut City, Egypt.Assiut University. Diperoleh dari:
http://www.lifesciencesite.com/lsj/life0901/050_8058life0901_348_353. pdf [Diakses pada 12 Mei 2015].
Eriyanto. 2007.Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: Pelangi Aksara.
Fitria, A., 2007.Panduan lengkap Kesehatan Wanita.Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta.
French, Linda, 2005. Dysmenorrhea. American Family Physician 71(2): 285-291.
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hembing, W.K., 2011.Penyembuhan dengan Tanaman Obat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Hamilton, D., 2009. Obstetri dan Ginekologi. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Karout. 2011. Prevalence and Pattern of Menstrual Disorders Among Lebanese
Nursing Students. Eastern Mediterranean Health Journal (EMHJ) 18(4):
346-352.
Lestari, H. 2010. Gambaran Dismenore pada Remaja Putri Sekolah Menengah
Pertama di Manado. Sari Pediatri 12(2): 99-102.
Universitas Sumatera Utara
Diperoleh dari: http//www.researchgate.net/ [Diakses pada: 24 April 2015].
Liliwati. 2007. Dysmenorrhoea and Its Effects on School Activities
AmongAdolescent Girls in A Rural School in Selangor, Malaysia. Med
Health 2(1): 42-47.
Manan, Al., 2013. Kamus Cerdik Kesehatan Wanita. Jakarta: FlashBooks.
Manuaba, I. A. C, dkk., 2009.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Manuaba, I. B. G, dkk,. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media.
Norwitz E. & Schorge, J., 2006. Obstetrics and Gynaeclogy at a Glance. Second Edition. Blackwell Publishing. NewYork. Terjemahan D.Artsiyanti E.P. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Okparasta,A., 2003. Dismenore. Diperoleh dari:
http://fkunsri.wordpress.com/2008/02/06/dismenore-part-1. [Diakses pada: 20 April 2015].
Osuga, Y., 2005. Dysmenorrhoea in Japanese Women. International Journal of Gynecology and Obstetrics 88 (1): 82-83.
Pilliteri, A., 2003. Maternal & Child Health Nursing, Care of the Childbearing &
Childearing Family. Edisi Keempat. Lippincott William & Wilkins :
Philadelphia.
Prawirohardjo, S., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Universitas Sumatera Utara
Proctor, M., & Farquhar, C., 2006. Diagnosis and Management of
Dysmenorrhoea.BMJ vol. 332: 1134-1138.
Proverawati & Misaroh, 2009. Menarche; Pertama Penuh Makna. Bandung: Nuha Medika.
Rahma dan Anbarin. 2011. Prevalence and Impact of Dysmenorrhoea among
Omani High School Students. Diperoleh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3206751/ [Diakses pada: 1 Mei 2015]
Rumdasih, Y dan Heryati. 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset
Schorge J.O., J.I.Schaffer, L.M.Halvorson, B.LHoffman, K.D.Bradshaw dan F.G.Cunningham. 2008. Williams Gynaecology. 23rd Ed. New York: The McGraw-Hill Companies,Inc.
Shanon, Dianne. 2006. Dysmenorrhea. http://www.mednyu.edu. [Diakses pada 5 Desember 2015].
Sherwood, L.,2011.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sianipar, O. 2009. Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Majalah Kedokteran Indonesia 59(7): 308-313.
Simanjuntak, P., 2007. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam : Prawirohardjo, Sarono, Wiknjosastro, Hanifa, edisi 2. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sophia, F., Muda, S. dan Jemadi. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dismenore Pada Siswi SMK Negeri 10 Medan. Diperoleh dari:
Universitas Sumatera Utara
Stenchever, M. A., 2002.Comprehensive Gynecology. 4th ed. New York: Mosby.
Tortora, G.J. & Derrickson, B.H. 2011. Principles of Anatomy and Physiology. 13th Ed. Asia: John Wiley & Sons.
Utami, A. N. R., Ansar, J. & Sidik, D., 2013. Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Dismenorea pada Remaja Putri di SMAN 1 Kahu Kabupaten Bone. Diperoleh dari :
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5523. [Diakses pada: 14 April 2015].
Wiknjosastro, 2005.Haid dan Siklusnya, Ilmu Kandungan.Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Universitas Sumatera Utara BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
5.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
- Usia menarche
- Lama menstruasi Dismenore Primer
- Riwayat keluarga
- Status gizi
- Faktor fisik
- Faktor psikis
- Siklus menstruasi
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
5.2. Definisi Operasional
5.2.1. Variabel Independen a. Usia Menarche
Menarche merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai
pertanda siklus masa subur sudah dimulai. Menarche diartikan sebagai permulaan
menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas.
-Cara ukur : Pengisian kuesioner
-Alat ukur : Kuesioner
-Kategori : Peserta penelitian dikelompokkan sesuai umur
menarche-nya menjadi tiga kelompok yaitu, kelompok yg menstruasi pertama kali
pada usia <12 tahun, usia 12-13 tahun, dan usia >13 tahun.
Universitas Sumatera Utara b. Lama menstruasi
Lama menstruasi yang dimaksudkan adalah lamanya fase menstruasi, yaitu
fase dimana dinding rahim mengalami peluruhan dan keluar melalui vagina dalam bentuk darah dengan kadar kekentalan yang berbeda-beda pada. Lama menstruasi ini digenapkan dalam hitungan hari.
-Cara ukur : Pengisian Kuesioner
-Alat ukur : Kuesioner
-Kategori : Pengukuran lama menstruasi dibagi pada dua kategori,
yaitu kategori yang lama menstruasinya normal (3-7 hari) dan kategori lama menstruasi tidak normal (>7 hari).
-Skala pengukuran : Ordinal
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang dimaksud adalah penilaian ada atau tidaknya
keluarga (nenek, ibu, saudari kandung, sepupu) yang mengalami dismenore dan
memiliki hubungan garis keturunan secara langsung.
-Cara ukur : Pengisian kuesioner
-Alat ukur : Kuesioner
-Kategori : Kuesioner dilakukan untuk mengetahui apakah peserta
penelitian memiliki keluarga yang mengalami dismenore atau tidak.
-Skala pengukuran : Nominal
5.2.2. Variabel Dependen : Dismenore Primer
Dismenore adalah sensasi nyeri pada saat menstruasi yang dirasakan pada
daerah abdomen bawah.
-Alat ukur : Kuesioner
-Cara ukur : Pengisian kuesioner
-Kategori :Kuesioner dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengalaman dismenore.
Universitas Sumatera Utara 5.3. Hipotesis
-Ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore.
-Ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore.
Universitas Sumatera Utara BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei analitik dengan
design penelitian cross-sectional study untuk mengetahui hubungan usia
menarche, lama menstruasi, dan riwayat keluarga dengan kejadian dismenore
pada siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga November 2015
setelah mendapatkan Ethical Clearance dari komisi etik. Penelitian ini dilakukan
di SMK Negeri 8 Medan, yang berlokasi di Jl. dr. Mansyur, Kec. Medan Selayang.
Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan:
1. Dari hasil survei pendahuluan, peneliti mendapatkan informasi bahwa SMK
Negeri 8 didominasi oleh siswa perempuan.
2. Peneliti lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian di sekolah ini,
karena belum ada penelitian tentang dismenore sebelumnya.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1.Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi SMK Negeri 8 Medan dari
kelas XII yang berjumlah 383 orang. Namun terdapat 58 orang siswi yang
termasuk dalam kriteria eksklusi, sehingga tersisa 325 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswi yang sudah mengalami
menstruasi dengan menggunakan teknik total sampling yaitu pengambilan semua
Universitas Sumatera Utara 4.3.2.Kriteria Inklusi
Siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan yang bersedia ikut dalam penelitian.
4.3.3. Kriteria Eksklusi
Siswi yang memiliki kelainan ginekologi.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini merupakan data primer, dimana semua data yang
diperlukan diperoleh dari kuesioner. Kuesioner yang digunakan berkaitan dengan
usia menarche, lama menstruasi, riwayat keluarga, dan dismenore, dimana
responden diminta menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu dari sejumlah
alternatif.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian akan dianalisis dengan
menggunakan program komputer (computerized system) melalui tahapan editing,
coding, dan entry data. Jenis analisis data yang dilakukan adalah :
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi
atau besarnya sebaran responden berdasarkan variabel yang diteliti (Saryono,
2008).
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas (usia menarche, lama menstruasi, dan riwayat keluarga) dan variabel terikat
kejadian dismenore, dengan menghitung ratio prevalence (usia menarche, lama
menstruasi, dan riwayat keluarga). Untuk mengetahui kemaknaan dilakukan uji
Universitas Sumatera Utara BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 8 Medan yang berlokasi di
Jalan dr. Mansyur, Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara. SMK ini
memiliki infrastruktur seperti ruang kelas yang dipakai untuk proses belajar
mengajar, laboratorium Informasi dan Telekomunikasi (IT), laboratorium khusus
untuk tiap jurusan, perpustakaan, lapangan voli, aula, kantin, open stage, dan
bagian administrasi sekolah.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 325 siswi kelas XII
SMK Negeri 8 Medan yang berstatus aktif dan masih bersekolah. Siswi yang
mengikuti penelitian ini terbagi dalam 14 kelas, yaitu; 4 kelas jurusan akomodasi
perhotelan, 4 kelas jurusan tata boga, 2 kelas jurusan tata kecantikan, dan 4 kelas
jurusan tata busana. Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi usia
menarche, lama menstruasi, riwayat keluarga, dan dismenore. Data mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel yang ada di bawah ini.
Tabel 5.1. Frekuensi umur responden
Umur (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
16 93 28.6
17 189 58.2
18 38 11.7
19 5 1.5
Total 325 100
Pada tabel 5.1 dapat dilihat terdapat 93 orang responden (28,6%) yang
Universitas Sumatera Utara
189 orang (58,2%). 38 orang (11,7%) responden berumur 18 tahun. Selebihnya 5
orang (1,5%) responden berumur 19 tahun.
5.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menarche
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan usia menarche
Usia Menarche Frekuensi (n) Persentase (%)
< 12 tahun 65 20.0
12-13 tahun 189 58.2
> 13 tahun 71 21.8
Total 325 100
Berdasarkan tabel 5.2. diatas, diketahui bahwa dari 325 orang responden
yang mengikuti penelitian, terdapat 65 orang (20%) yang termasuk ke dalam
kelompok usia menarche <12 tahun. Pada kelompok usia menarche 12-13 tahun
terdapat 189 orang (58,2%), sedangkan pada kelompok usia menarche >13 tahun
terdapat 71 orang (21,8%).
5.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menstruasi
Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan lama menstruasi
Lama Menstruasi Frekuensi (n) Persentase (%)
Normal 310 95.4
Tidak Normal 15 4.6
Total 325 100
Berdasarkan tabel 5.3. diatas, didapati bahwa rata-rata responden yaitu 310
orang (95,4%), mengalami lama menstruasi normal (3-7 hari). Terdapat 15 orang
Universitas Sumatera Utara 5.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga
Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan riwayat keluarga
Riwayat Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
Ada 238 73.2
Tidak Ada 87 26.8
Total 325 100
Berdasarkan tabel 5.4. diatas, dapat dilihat bahwa 238 orang (73,2%)
memiliki riwayat keluarga dismenore. Terdapat 87 orang responden (26,8%) yang
tidak memiliki riwayat keluarga dismenore.
5.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Dismenore
Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan kejadian dismenore
Dismenore Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 275 84.6
Tidak 50 15.4
Total 325 100
Berdasarkan tabel 5.5. di atas, diketahui bahwa dari 325 orang responden
yang mengikuti penelitian, sebanyak 275 orang (84,6%) menderita dismenore dan
50 orang (15,4%) tidak menderita dismenore.
5.1.7. Hasil Analisa Statistik Usia Menarche dengan Kejadian Dismenore
Tabel 5.6. Hasil analisa statistik usia menarche dengan kejadian dismenore
Usia Menarche
Dismenore (+) (n)
Dismenore (-) (n)
Jumlah
(n) p
<12 tahun 54 11 65
0.046
12-13 tahun 167 22 189
>13 tahun 54 17 71
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat pada kelompok usia menarche <12
tahun didapati 54 siswi (16,6%) yang mengalami dismenore. Pada kelompok usia
menarche 12-13 tahun terdapat 167 siswi (51,4%) yang mengalami dismenore.
Sedangkan pada kelompok usia menarche >13 tahun, terdapat 54 siswi (16,6%)
yang mengalami dismenore.
Pada tabel 5.6. ini pula dapat dilihat bahwa pada kelompok usia menarche
<12 tahun terdapat 11 siswi (3,4%) yang tidak mengalami dismenore. Pada
kelompok usia menarche 12-13 tahun tidak ditemui dismenore pada 22 siswi
(6,8%). Pada kelompok usia menarche >13 tahun didapati 17 siswi (5,2%) yang
tidak mengalami dismenore.
5.1.8. Hasil Analisa Statistik Lama Menstruasi dengan Kejadian Dismenore
Tabel 5.7. Hasil analisa statistik lama menstruasi dengan kejadian dismenore
Lama Menstruasi
Dismenore (+) (n)
Dismenore (-) (n)
Jumlah
(n) p
Normal 263 47 310
0.621
Tidak Normal 12 3 15
Total 275 50 325
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa sebaran dismenore pada
kelompok siswi dengan lama menstruasi normal adalah 263 siswi (80,9%). Pada
kelompok siswi dengan lama menstruasi tidak normal terdapat 12 siswi (3,7%)
yang mengalami dismenore.
Sebaran siswi yang tidak dismenore dengan lama menstruasi normal yaitu
47 siswi (14,5%). Pada kelompok siswi dengan lama menstruasi tidak normal
Universitas Sumatera Utara 5.1.9. Hasil Analisa Statistik Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore
Tabel 5.8. Hasil analisa statistik riwayat keluarga dengan kejadian dismenore
Riwayat Keluarga
Dismenore (+) (n)
Dismenore (-) (n)
Jumlah
(n) p
Ada 212 26 238
0.000
Tidak ada 63 24 87
Total 275 50 325
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa sebaran dismenore pada
kelompok siswi dengan riwayat keluarga dismenore yaitu 212 siswi (65,2%). Pada
kelompok siswi yang tidak mempunyai riwayat keluarga dismenore terdapat 63
siswi (19,4%) yang mengalami dismenore.
Pada kelompok siswi yang tidak mengalami dismenore terdapat 26 siswi
(8%) dengan riwayat keluarga dismenore. Pada kelompok siswi yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dismenore terdapat 24 siswi (7,4%) yang juga tidak
mengalami dismenore.
5.2. Pembahasan
Sebagian besar dari responden (58,2%) menarche pada usia 12-13 tahun.
Hal ini sesuai dengan penelitian Novia dan Puspitasari (2006) di Kabupaten
Sidoarjo yang menemukan 52% responden menarche pada usia tersebut. Hal ini
disebabkan karena usia 12-13 tahun adalah usia normal untuk mengalami
menarche.
Hampir seluruh responden memiliki lama mestruasi. Sesuai dengan
penelitian Novia dan Puspitasari (2006) yang menemukan 84% respondennya
memiliki lama menstruasi normal. Menstruasi yang normal berlangsung selama
3-7 hari.
Sebanyak 73,2% memiliki riwayat keluarga dismenore. Hal ini sesuai
dengan penelitian Utami et al. (2013) di Kab.Bone dimana 68,5% responden
Universitas Sumatera Utara
oleh angka epidemiologi yang juga tinggi pada perempuan yang mengalami
dismenore.
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 275 orang (84,6%) mengalami
dismenore. Hal ini sesuai dengan penelitian Poverawati dan Misaroh (2009) yang
menemukan bahwa 45-95% perempuan di Indonesia mengalami dismenore.
Pada hasil analisis statistik usia menarche dan lama menstruasi dengan
menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,046, lebih kecil dari nilai α=0,05
yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan
kejadian dismenore pada siswi SMK Negeri 8 Medan tahun 2015. Hal ini
konsisten dengan penelitian Sophia et al. (2013) yang dilakukan di SMK Negeri
10 Medan.
Pubertas adalah suatu masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan organ-organ reproduksi. Salah satu tanda remaja
wanita sudah memasuki masa pubertas adalah menarche. Menurut Ehrenthal
(2006) usia menarche yang terlalu muda dimana organ–organ reproduksi belum
berkembang secara maksimal dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim,
maka akan timbul rasa sakit pada saat menstruasi, karena organ reproduksi wanita
belum berfungsi secara maksimal. Usia menarche yang normal ternyata masih
mengalami dismenore primer. Hal ini terjadi karena kejadian dismenore juga
dipengaruhi oleh tingginya kadar Prostaglandin F2α (PGF2α).
Pada tabel 5.7. dapat dilihat hasil analisis statistik lama menstruasi dan
dismenore dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,612, lebih
besar dari nilai α=0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada siswi SMK Negeri 8
Medan tahun 2015. Hal ini konsisten dengan penelitian Utami et al. (2013) dan
bertentangan dengan penelitian Sophie et al (2013).
Menurut Shanon (2006) semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin
sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang
Universitas Sumatera Utara
nyeri. Selain itu, kontraksi uterus yang terus-menerus juga menyebabkan suplai
darah ke uterus berhenti sementara sehingga terjadilah dismenore primer.
Kemungkinan terjadinya perbedaan pada hasil analisa ini adalah karena
dismenore merupakan kasus yang multifaktorial dan bukan satu faktor saja yang
akan memicu kejadiannya. Mungkin terdapat faktor-faktor lain yang mengambil
peran lebih penting yang telah dibahas sebelumnya, seperti usia menarche,
merokok, konsumsi alkohol, riwayat keluarga, aktivitas fisik, dan obesitas
(Edmons, 2007).
Dapat dilihat pula pada tabel 5.8. hasil analisis statistik riwayat keluarga
dan dismenore dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,000 lebih
kecil dari nilai α=0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore pada siswi SMK Negeri 8 Medan
tahun 2015. Hal ini konsisten dengan penelitian Sophia et al. (2013) dan Utami et
al. (2013).
Riwayat penyakit pada keluarga adalah riwayat medis di masa lalu dari
anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah. Sebagian besar responden
yang mengalami dismenorea serta memiliki riwayat keluaga positif. Hal ini
menunjukkan riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) merupakan
salah satu faktor risiko dismenore. Hal ini disebabkan adanya faktor genetik yang
dapat mempengaruhi keadaan responden. Kondisi anatomi dan fisiologis dari
seseorang pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara-saudaranya
Universitas Sumatera Utara BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sebaran kejadian dismenore pada siswi SMK Negeri 8 Medan pada tahun 2015
adalah 84,6%.
2. Sebaran usia menarche tertinggi di SMK Negeri 8 Medan adalah kelompok
usia 12-13 tahun (58,2%).
3. Sebaran lama menstruasi tertinggi pada siswi SMK Negeri 8 Medan
terdapat pada kelompok siswi dengan lama mestruasi normal (95,4%).
4. Sebagian besar siswi SMK Negeri 8 Medan (73,2%) memiliki riwayat
keluarga dismenore.
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan kejadian
dismenore pada siswi SMK Negeri 8 Medan tahun 2015 (p=0,046).
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan
kejadian dismenore pada siswi SMK Negeri 8 Medan tahun 2015 ( p=0,612).
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian
dismenore pada siswi SMK Negeri 8 Medan tahun 2015 (p=0,000).
6.2. Saran
Universitas Sumatera Utara Masyarakat yang mengalami dismenore sebaiknya melakukan upaya
pencegahan yang sewajarnya, seperti olah raga dan diet yang baik agar
mengurangi gejala dismenore.
2. Bagi Pihak Sekolah
Sebaiknya di sekolah diadakan penyuluhan kepada siswi tentang masalah
kesehatan reproduksi khususnya dismenore.
3. Bagi Kalangan Medis
Kalangan medis sebaiknya meningkatkan wawasan mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan dismenore.
4. Bagi Penulis
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam
menunjukkan pengaruh usia menarche, lama menstruasi, dan riwayat
keluarga terhadap dismenore. Hal ini karena, untuk menjaga keamanan
dan kenyamanan siswi dalam proses belajar mengajar, pihak sekolah tidak
dapat memberikan izin kepada peneliti untuk turun tangan langsung
memberikan dan menjelaskan kuesioner kepada siswi yang menjadi
responden. Salah seorang staf pengajar ditunjuk untuk membagikan
kuesioner dan selanjutnya kuesioner tersebut dibagikan ke ketua
masing-masing kelas. Akibatnya apabila siswi mempunyai pertanyaan atau
kesulitan dalam mengisi kuesioner yang diberikan, peneliti tidak dapat
Universitas Sumatera Utara terlebih dahulu menjelaskan tiap butir pertanyaan kuesioner kepada staf
pengajar yang bersangkutan.
Pada penelitian selanjutnya, diharapkan kepada peneliti agar secara
langsung mengawasi pelaksanaan penelitian serta berkontak langsung
dengan responden. Selain itu penelitian ini hanya dilakukan di satu
sekolah saja. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, peneliti memperluas
Universitas Sumatera Utara BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dismenore
2.1.1. Definisi Dismenore
Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa Yunani, dimana “dys”
berarti gangguan/nyeri hebat/abnormalitas, “meno” berarti bulan dan “rrhea”
berarti aliran, sehingga dismenore (dysmenorrhoea) dapat diartikan dengan
gangguan aliran darah haid (Winknjosastro, 2005).
Menurut Prawihardjo (2008), dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya
dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat
terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Nyeri haid yang dimaksud
adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan tersebut datang berobat
ke dokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri.
Dismenore adalah nyeri kram dan sering diikuti dengan nyeri punggung
bawah, mual dan muntah, sakit kepala, diare, dan dialami saat menstruasi
(Schorge et.al, 2008).
Menurut Calis (2013), dismenore merujuk pada keseluruhan gejala-gejala
nyeri yang timbul ketika menstruasi, yang dapat dibedakan menjadi dismenore
primer dan sekunder.
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dan Chudnoff (2005)
sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering bersamaan
dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare
dan tremor yang terjadi saat menstruasi.
2.1.2. Epidemiologi Dismenore
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Amerika angka
presentasinya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Angka kejadian (prevalensi) dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia
produktif (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Pada tahun 2005 di Jepang angka kejadian dismenore primer 46 %, dan
27,3 % dari penderita absen dari sekolah dan pekerjaannya pada hari pertama
menstruasi (Osuga, 2005).
Pada tahun 2007 prevalensi dismenore di Malaysia 62,33% dimana 80,7%
memiliki riwayat keluarga yang mengalami dismenore (Liliawati, 2007).
Hasil penelitian di Oman tahun 2011 menunjukkan bahwa remaja putri di
Oman yang mengalami menstruasi ada 94% dengan derajat kesakitan 27%
dismenore ringan, 41% dismenore sedang, dan 32% dismenore berat (Rahma &
Anbarin, 2011).
Pada tahun yang sama dilakukan penelitian pada mahasiswa keperawatan di
Libanon dan diperoleh prevalensi kejadian dismenore sebesar 38,1 % (Karout,
2011).
Hasil penelitian Olaf Sianipar pada tahun 2009 menunjukkan 31,6% remaja
putri di Jakarta Timur mengalami dismenore.
Pada tahun 2010, prevalense dismenore di Manado sebesar 98,5% dengan
keluhan 10,1% mengalami mual muntah, 14,1% nyeri kepala, 33,7% gangguan
emosi dan 1% pingsan (Lestari, 2010).
Klein dan Litt (1981) dalam Eman (2012) melaporkan prevalensi dismenore
dunia mencapai 59.7%. Dari pasien yang mengalami keluhan, 12%
mendeskripsikan nyeri yang severe, 37% mengalami nyeri moderate dan 49%
mengalami nyeri mild. Dismenore menyebabkan 14% remaja putri ketinggalan
pelajaran sekolah. Selain itu, dikatakan bahwa dismenore lebih sering terjadi pada
Universitas Sumatera Utara 2.1.3. Etiologi Dismenore
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea
primer tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor
memegang peranan sebagai penyabab dismenorea primer antara lain:
1) Faktor kejiwaan dan fisik, dimana pada gadis-gadis yang emosinya belum
stabil dan tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid mudah
timbul dismenore. Selain itu kesehatan fisik yang menurun juga erat
hubungannya dengan faktor tersebut diatas, faktor ini dapat juga menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit
menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore
(Simanjuntak, 2007).
2) Faktor obstruksi kanalis servikalis, salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer. Pada wanita dengan uterus dalam
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi
hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab
dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan
tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa
keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak
dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai
atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot
uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut
(Simanjuntak, 2007).
3) Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi
pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan kontraktilitas otot uterus.
Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci
berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus,
sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori
ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada
Universitas Sumatera Utara
kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron (Simanjuntak,
2007).
4) Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith
menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid (Simanjuntak, 2007).
Penyebab dari dismenorea sekunder adalah pemakaian alat kontrasepsi,
adenomiosis, uterine myoma (fibroid), polip rahim, adhesi, kelainan bawaan
sistem mullerian , striktur atau stenosis serviks, kista ovarium, pelvic congestion
syndrome, Allen-Masters syndrome, Mittelschmerz (nyeri pertengahan siklus
ovulasi) dan sakit psikogenik (Norwitz & Schorge, 2006).
2.1.4. Faktor Resiko Dismenore
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan dismenore primer berupa
usia yang sangat muda ketika menarche (<12 tahun), nulliparity, perdarahan
menstruasi yang berlebihan dan lama berhenti, merokok, konsumsi alkohol,
adanya riwayat dismenore pada keluarga, obesitas (Edmons, 2007).
Adapun faktor resiko yang turut berkontribusi dalam timbulnya dismenore
sekunder adalah leiomiomata (fibroid), pelvic inflammatory disease, abses
tubaovarian, endometriosis, adenomiosis (Calis, 2013).
2.1.5. Patofisiologi Dismenore
Penelitian membuktikan bahwa dismenore primer disebabkan karena adanya
Prostaglandin F2α (PGF2α), yang merupakan stimulan miometrium poten dan
vasokonstriktor pada endometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat selalu
ditemui pada wanita yang mengalami dismenore dan tentu saja berkaitan erat
dengan derajat nyeri yang ditimbulkan. Peningkatan kadar ini dapat mencapai 3
kali dimulai dari fase proliferatif hingga fase luteal, dan bahkan makin bertambah
ketika menstruasi.
Selama fase luteal dan menstruasi, PGF2αdisekresi. Pelepasan PGF2α yang
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan
kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
Adapun hormon yang dihasilkan pituitari posterior yaitu vasopresin yang
terlibat dalam penurunan aliran menstrual dan terjadinya dismenore. Selain itu,
diperkirakan faktor psikis dan pola tidur turut berpengaruh dengan timbulnya
dismenore tetapi mekanisme terjadinya dan pengaruhnya dengan dismenore
belum jelas dan masih dipelajari (Calis, 2013).
Wanita dengan dismenore berat mempunyai kadar prostaglandin yang tinggi
selama masa siklus haid, konsentrasi tinggi ini terjadi selama 2 hari dari fase
menstruasi (Cunningham, 2008).
Peningkatan kadar prostaglandin juga ditemui pada dismenore sekunder,
tetapi harus ditemui adanya kelainan patologis pada panggul yang jelas untuk
menegakkan diagnosa dismenore sekunder (Baradero, 2006)
Faktor yang ditemukan dalam patogenesis dismenore sekunder adalah
endometriosis, pelvic inflammatory disease, kista dan tumor ovarium,
adenomiosis, fibroid, polip uteri, adanya kelainan kongenital, pemasangan
intrauterine device, transverse vaginal septum, pelvic congestion syndrome dan allen-masters syndrome (Calis, 2013).
2.1.6. Klasifikasi Dismenore a. Dismenore Primer
Menurut Prawihardjo (2011), dismenore primer adalah nyeri haid tanpa
ditemukan keadaan patologi pada panggul.
Dismenore primer merupakan dismenore yang paling umum terjadi pada
wanita. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi prostglandin. Dismenore
primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi
miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang
diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi. Perempuan dengan dismenore
primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
menstruasi pertama dan berlangsung sebelum atau sesudah menstruasi selama 2-3
hari.
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder pada umumnya terjadi akibat dari kelainan struktural
serviks atau uterus, benda asing seperti alat kontrasepsi dalam rahim (IUD),
endometriosis atau endometritis. Endometriosis merupakan suatu kondisi dimana
implantasi jaringan endometrium ditemukan pada lokasi ektopik dalam rongga
peritonium (Hamilton, 2009).
Menurut Prawihardjo (2011), dismenore sekunder adalah nyeri haid yang
berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya
endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang
panggul, perlekatan panggul atau irritable bowel syndrome.
2.1.7. Manifestasi Klinis Dismenore
Gejala dismenore primer biasanya dimulai 6-12 bulan setelah menarche,
pada saat ovulasi mulai terjadi. Nyeri digambarkan sebagai nyeri kram, rasa tidak
nyaman pada abdomen bagian bawah, yang mulai beberapa jam setelah
menstruasi. Nyeri biasanya berlangsung selama 1 atau 2 hari. Gejala yang
menyertainya berupa sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri punggung
(Corwin, 2009).
Gejala dismenore sekunder cenderung terjadi tidak berhubungan dengan
menarche. Penyebab yang sering terjadi adalah endometriosis.Selain itu, dapat juga disebabkan oleh infeksi pelvis, kehamilan intrauteri atau ekstrauteri, dan
pemakaian IUD. Gejala khas dari dismenore sekunder adalah nyeri hebat saat
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Perbedaan gambaran klinis dismenorea primer dan sekunder
Dismenorea primer Dismenorea sekunder
Onset singkat setelah menarche Onset dapat terjadi kapan saja setelah
menarche
Nyeri kram di perut bawah atau pelvis dengan awal keluarnya darah selama 8-72 jam
Waktu dari nyeri berubah-ubah sepanjang siklus menstruasi
Pola nyeri sama setiap siklus Memburuk setiap waktu, dapat unilateral, dapat memburuk pada waktu berkemih
Nyeri pada paha dan pinggang, sakit kepala, diare, mual dan muntah dapat dijumpai
Dijumpai gejala ginekologi: dispareunia dan menorragia
Tidak dijumpai kelainan patologis pelvis
Dijumpai abnormalitas pelvis patologis
Sumber: Diagnosis and management of dysmenorrhea (Proctor dan Farquhar,
2006)
2.1.8. Penegakan Diagnosa Dismenore
Menurut Calis (2013), anamnese yang perlu ditanyakan kepada pasien
dengan keluhan dismenore adalah sebagai berikut :
a. Usia menarche.
b. Frekuensi menstruasi tiap bulan, durasi menstruasi, banyak darah yang
keluar.
c. Onset, durasi, ciri khas, dan derajat nyeri yang dirasakan.
d. Adanya faktor eksternal yang menyebabkan nyeri
e. Pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
f. Adanya riwayat keluarga.
Selain anamnese, perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap,
terutama untuk dewasa muda yang baru menstruasi. Pemeriksaan dapat berupa
(Calis, 2013) :
a. Inspeksi pada genitalia eksterna, untuk melihat apakah ada rash,
Universitas Sumatera Utara
b. Inspeksi apakah ada vaginal discharge, darah ataupun benda asing.
c. Inspeksi pada serviks, apakah ada massa atau benda asing.
d. Pemeriksaan palpasi bimanual, apakah ada nyeri tekan atau adanya
massa pada pelvik.
Pada kebanyakan pasien dengan nyeri menstruasi, terapi empiris diberikan
dengan presumpsi diagnosis dismenore primer, berdasarkan riwayat adanya nyeri
pelvik anterior bagian bawah yang dimulai pada masa remaja dan berhubungan
secara spesifik dengan periode menstruasi. Riwayat yang inkonsisten dan atau
adanya penemuan massa di pelvik pada pemeriksaan fisik, keluarnya cairan
vagina yang abnormal, atau kaku pelvik yang tidak terbatas pada periode
menstruasi mengarahkan diagnosis kepada dismenore sekunder (French, 2005).
2.1.9. Tatalaksana Dismenore
2.1.9.1.Tatalaksana Non-Farmakologi
Penanganan nyeri menstruasi non obat menurut Wylio (2011) adalah :
a. Tempelkan bantal pemanas ke perut bagian bawah (di bawah pusar). Jika
tidak memiliki bantal pemanas, penderita dapat memasukkan air panas ke
dalam botol dan membungkus botol tersebut dengan kain sebelum
menempelkan ke perut.
Pendapat senada dikemukakan Hembing (2011) bahwa untuk
mengurangi nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan kompres hangat
bagian perut yang terasa nyeri dengan handuk kecil. Jika ingin panas
lebih lama, penderita dapat menggunakan botol atau hot water bag yang
telah diisi air panas dan diletakkan di bagian perut bawah atau pinggang.
Rasa hangat yang diberikan akan menstimulus untuk merasa jauh lebih
nyaman.
b. Letakkan kaki lebih tinggi dari jantung dan perut saat anda berbaring,
atau berbaring miring dengan lutut menekuk. Berbaring telentang sambil
mengganjal bagian bawah lutut dengan bantal adalah cara yang tepat
Universitas Sumatera Utara
perlahan. Minum minuman hangat juga dapat digunakan untuk
meminimalkan sensasi nyeri yang dirasakan (Hembing, 2011).
c. Pijatlah perut bagian bawah dengan pijatan melingkar yang ringan. Cara
lain untuk mengurangi nyeri menstruasi adalah dengan pijat dengan
lembut daerah perut secara perlahan. Pijatan-pijatan kecil akan
melonggarkan sedikit ketegangan otot yang ditimbulkan dari reaksi
hormonal dalam rahim (Hembing, 2011).
d. Minumlah minuman yang hangat.
e. Bila penderita merasa mual sehingga selera makannya terganggu,
penderita dapat mengganti makan besar dengan makanan ringan yang
lebih sering.
f. Pilih diet kaya karbohidrat kompleks seperti biji-bijian, buah-buahan, dan
sayuran yang rendah garam, gula, dan tanpa kafein.
g. Perbanyak asupan vitamin B6, kalsium dan magnesium.
h. Mandi dengan air hangat.
i. Turunkan berat badan jika penderita kelebihan berat badan.
j. Berolahraga dapat mengurangi nyeri menstruasi. Olahraga ringan seperti
senam, jalan kaki, atau bersepeda yang dilakukan sebelum dan saat
menstruasi sangat penting dilakukan untuk melancarkan aliran darah
pada otot di sekitar rahim (Okparasta, 2003).
2.1.9.2.Tatalaksana Farmakologi
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk menangani dismenore adalah:
a. Obat antiinflamasi nonsteroid / NSAID
NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dismenore.
NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat
sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar
(Prawihardjo, 2011).
Seperti diketahui sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform
siklooksigenase (COX) yang berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian
Universitas Sumatera Utara
b. Pil Kontrasepsi Kombinasi
Bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan
endometrium sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi
prostaglandin serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi
sangat efektif untuk mengatasi dismenore dan sekaligus akan membuat
siklus haid teratur. Progestin dapat juga dipakai untuk pengobatan
dismenore, misalnya medroksi progesteron asetat (MPA) 5 mg atau
didrogestron 2x10 mg mulai haid hari ke-5 sampai 25. Bila penggunaan
obat tersebut gagal mengatasi nyeri haid sebaiknya dipertimbangkan untuk
mencari penyebab dismenore sekunder ( Prawihardjo, 2011).
c. Gonadotropin-Releasing Hormone Agonists dan Androgen
Efek penurunan estrogen yang dimilik obat ini menyebabkan atrofi
dari endometrium dan penurunan kadar prostaglandin (Schorge, 2008).
2.2.Menstruasi
2.2.1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan
peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal
dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai
menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi (Ganong, 2003).
Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2007).
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan
yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini
penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini bisa terjadi setiap bulan antara
Universitas Sumatera Utara 2.2.2. Fisiologi Menstruasi
Haid normal merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi. Siklus ovulasi
diawali dari pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus, diikuti ovulasi
dari satu folikel dominan, yang terjadi pada pertengahan siklus. Kurang lebih
lebih 14 hari pascaovulasi, bila tidak terjadi pembuahan akan diikuti dengan haid
(Sherwood, 2011).
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang disekresi hipotalamus
mengontrol siklus baik pada ovarium dan uterus. GnRH merangsang
dilepaskannya follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH)
oleh pituitari anterior. FSH berperan dalam pertumbuhan folikel, sedangkan LH
berperan dalam perkembangan dari folikel tersebut. FSH dan LH menstimulasi
folikel-folikel untuk mensekresikan estrogen. Selain itu, LH juga berperan untuk
merangsang theca cells dari suatu folikel yang sedang berkembang untuk
mensekresi androgen. Androgen yang dihasilkan ini nantinya akan dikonversi
menjadi estrogen karena adanya pengaruh dari FSH. LH akan memicu terjadinya
ovulasi dan pembentukan corpus luteum, corpus luteum akan menghasilkan
estrogen, progesterone, relaxin dan inhibin.
Estrogen yang disekresi oleh folikel memiliki beberapa fungsi yang
penting :
1) Perkembangan dari struktur reproduksi wanita dan karakteristik seks
sekunder.
2) Meningkatkan anabolisme protein, termasuk pertumbuhan tulang
(bekerja bersama dengan Growth Hormone).
3) Menurunkan level kolesterol darah.
4) Inhibisi pelepasan GnRH oleh hipotalamus dan sekresi LH serta FSH
oleh pituitari anterior.
Progesteron, disekresi oleh sel yang terdapat pada corpus luteum, bersama
dengan estrogen untuk mempertahankan endometrium agar dapat terjadi
implantasi jika terjadi pembuahan dan mempersiapkan kelenjar mamae untuk
sekresi air susu. Relaksin diproduksi untuk menginhibisi kontraksi uterus yang
Universitas Sumatera Utara luteum setelah ovulasi, fungsinya untuk mencegah sekresi FSH dan mengurangi
kadar LH (Tortora & Derrickson, 2011).
Siklus haid pada wanita umumnya antara 24-36 hari. Fase-fasenya terbagi
empat antara lain (Tortora & Derrickson, 2011):
1) Fase menstrual
Fase ini terjadi pada 5 hari pertama dari suatu siklus. Pada ovarium,
fase ini adalah fase ketika terjadi perkembangan folikel primordial
menjadi folikel sekunder sedangkan di uterus terjadi peluruhan 50-150
ml yang berupa darah, jaringan serta mukus. Peluruhan ini terjadi
karena penurunan kadar progesteron dan estrogen yang memicu sekresi
prostaglandin sehingga menyebabkan arteriol uterus menjadi
vasokonstriksi.
2) Fase pre-ovulatori
Fase pre-ovulatori merupakan waktu antara hari terakhir menstruasi
dengan ovulasi. Fase ini terjadi pada hari ke-6 hingga hari ke-13. Di
ovarium, folikel sekunder mulai mensekresikan estrogen dan inhibin.
Pada hari ke-6, folikel sekunder akan menyebabkan folikel lainnya
menjadi folikel dominan. Sedangkan pada uterus, estrogen yang
dibebaskan ke dalam darah oleh folikel ovarium menstimulasi
regenerasi dari endometrium sehingga ketebalan endometrium menjadi
lebih kurang 4 - 10 mm. Fase preovulatori juga disebut juga fase
proliferatif karena endometrium sedang berproliferasi.
3) Fase ovulasi
Fase ini merupakan fase rupturnya folikel matur (graafian) dan
dilepaskannya oosit sekunder ke rongga pelvik, pada umumnya terjadi
pada hari ke-14.
4) Fase post-ovulatori
Fase post ovulatori terjadi antara ovulasi dengan onset dari
menstruasi berikutnya. Fase ini terjadi pada hari 15 sampai hari
ke-28. Di ovarium, folikel matur mengalami degenerasi menjadi corpus
Universitas Sumatera Utara
ditransformasi menjadi corpus luteum karena pengaruh LH. Fase ini
disebut juga dengan fase luteal. Pada uterus, progesteron dan esterogen
yang dihasilkan oleh corpus luteum menyebabkan perkembangan
kelenjar endometrial, vaskularisasi dari endometrium dan penebalan
endometrium. Fase ini disebut juga dengan fase sekretori. Apabila tidak
terjadi fertilisasi, maka kadar hormon akan turun karena degenerasi
corpus luteum.
2.2.3. Usia Menarche
Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Rumdasih & Heryati,
2005).
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa salah satunya
ditandai dengan menarche atau mentruasi yang pertama kali. Biasanya terjadi
pada usia 12-13 tahun tetapi menstruasinya masih tidak teratur karena tanpa
pelepasan telur. Setelah itu, sekitar usia 18-19 tahun siklus menstruasinya mulai
teratur karena disertai dengan pelepasan telur (Manuaba, 2009).
2.2.4. Lama Menstruasi
Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche
sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari
selama lebih kurang 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2
hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang
hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan jumlah pemakaian
pembalut sekitar 2-3 buah. (Manuaba, 2010).
2.2.5. Gangguan Menstruasi
Gangguan haid pada masa reproduksi (Prawihardjo, 2011) :
a. Gangguan lama dan jumlah darah haid : hipermenorea (menoragia) dan
hipomenorea.
Universitas Sumatera Utara
c. Gangguan perdarahan di luar siklus haid : menometroragia.
d. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid : dismenore dan sindroma
pra-haid.
Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada masa remaja.
Gangguan ini dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada pasien
maupun keluarganya. Faktor fisik dan psikologis berperan pada masalah ini
(Chandran, 2008).
2.3. Riwayat Keluarga
Keluarga memiliki asosiasi yang kuat dengan kesehatan dan penyakit
seseorang melalui hubungan dan dinamika kehidupannya. Dengan mengetahui
salah satu riwayat penyakit keluarga, seseorang dapat melakukan pencegahan
serta menurunkan risiko untuk mengalami suatu penyakit tertentu (Azwar, 2002).
Menurut Notoadmodjo (2007) keadaan keluarga secara keseluruhan
memang mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan setiap
anggotanya. Pengaruh tersebut dapat dilihat setidaknya pada lima hal yaitu:
a. Penyakit keturunan
Apabila ditemukan kelainan tertentu pada faktor genetik keluarga,
seseorang dapat menderita penyakit genetik tertentu pula.
b. Perkembangan bayi dan anak
Meskipun keadaan fisik dan mental bayi atau anak mempunyai
kemampuan mengatasi berbagai pengaruh lingkungan, namun jika bayi
tersebut dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi yang
tidak sehat, maka perkembangan bayi atau anak tersebut akan terganggu,
baik fisik maupun perilaku.
c. Penyebaran penyakit
Apabila di lingkungan keluarga terdapat penderita penyakit infeksi,
maka tidak sulit diperkirakan bahwa anggota keluarga yang lain akan
Universitas Sumatera Utara
Menstruasi
Lama Menstruasi
Siklus Menstruasi
Pelepasan Prostaglandin
Dismenore Primer
d. Pola penyakit dan kematian
Seorang yang hidup tanpa pasangan atau bercerai cenderung
memperlihatkan angka penyakit dan kematian yang lebih tinggi dari
mereka yang berkeluarga.
e. Proses penyembuhan penyakit
Pless dan Satterwhite membuktikan bahwa penyembuhan penyakit
pada anak-anak yang menderita penyakit kronis jauh lebih baik pada
keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat daripada keluarga dengan
fungsi keluarga yang sakit.
2.4. Kerangka Teori
Usia Menarche
Faktor Fisik:
Merokok
Status Gizi
Kebiasaan berolahraga
Nulipara
Diet
Faktor Psikis
(Stres)
Universitas Sumatera Utara BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa dimana terjadi berbagai perubahan yang
sangat cepat baik dalam proses pertumbuhan, kognitif, maupun psikososial.
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi ini meliputi fisik, mental, maupun
aktivitas (Andri & Hurmaly, 2013).
Pada masa remaja, seseorang mengalami perubahan seks primer dan
sekunder. Pada perempuan tampak rambut mulai tumbuh disekitar alat kelamin
dan ketiak, payudara, pinggul mulai membesar, dan kulit yang lebih halus.
Menstruasi merupakan salah satu tanda primer bahwa seorang perempuan telah
memasuki usia pubertas (Dewi, 2012).
Gangguan menstruasi yang dihadapi perempuan cukup banyak antara lain
pre menstruation syndrome (PMS), amenore, polimenore, oligomenore, dan salah
satunya adalah dismenore. Dismenore ini menyebabkan rasa nyeri pada perut
bagian bawah, yang menyebar menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai.
Dismenore biasanya timbul dua sampai tiga tahun sesudah menarche. Rasa nyeri
mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi (Manan, 2013).
Banyak orang yang beranggapan, nyeri haid merupakan hal yang sangat
wajar dan dapat terjadi pada perempuan yang mengalami mentruasi khususnya
pada remaja putri, namun tidak sedikit perempuan yang mengalami nyeri yang
berkepanjangan dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak
dapat melakukan aktifitas selama menstruasi karena rasa nyeri yang tidak
tertahankan. Dismenorea juga memiliki hubungan dengan keadaan psikologis
yang tidak nyaman pada perempuan yang menstruasi seperti, cepat tersinggung,
suasana hati yang buruk, mudah marah,dan lain–lain (Anurogo & Wulandari,
2011).
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Amerika angka
Universitas Sumatera Utara
kejadian (prevalensi) dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita produktif
(Proverawati dan Misaroh, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami et al. (2012) di
SMA Negeri 1 Kahu Kabupaten Bone, diketahui bahwa dari 232 responden usia
subur (15-30 tahun), ditemukan 87,1% responden mengalami dismenore primer.
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa riwayat keluarga
berpengaruh terhadap kejadian dismenore. Sedangkan variabel yang tidak
berpengaruh terhadap dismenore adalah usia menarche dan lama menstruasi. Ini
berbeda dengan hasil penelitian Sophia et al. (2013), yang dilakukan pada siswi
SMK Negeri 10 Medan yang menyebutkan bahwa dari 171 siswi, prevalensi
dismenore adalah 81,30%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche, lama
menstruasi, dan riwayat keluarga dengan kejadian dismenore di SMK Negeri 10
Medan.
Berdasarkan adanya perbedaan-perbedaan pada hasil penelitian tersebut
maka peneliti masih tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan usia
menarche, lama menstruasi, dan riwayat keluarga dengan kejadian dismenore
pada kelompok remaja yang lain.
1.2. Rumusan Masalah
- Adakah hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore?
- Adakah hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore?
- Adakah hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan usia menarche, lama
mestruasi, dan riwayat keluarga dengan kejadian dismenore pada siswi SM