KEJADIAN DISMENORE BERDASARKAN KARAKTERISTIK ORANG DAN WAKTU SERTA DAMPAKNYA PADA REMAJA PUTRI SMA DAN SEDERAJAT
DI JAKARTA BARAT TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
Abdul Karim Asma’ulludin NIM: 1111101000094
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Februari 2016
Abdul Karim Asma’ulludin, NIM: 1111101000094
Kejadian Dismenore Berdasarkan Karakteristik Orang dan Waktu serta Dampaknya pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 xix + 113 halaman, 15 tabel, 9 grafik, 3 Bagan, 3 Lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang: Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang umum dialami oleh remaja. Prevalensi dismenore lebih dari 50% di hampir setiap negara di dunia. Di Indonesia diperkirakan sekitar 55% wanita Indonesia mengalami dismenore. Banyak faktor risiko terjadinya dismenore, di antaranya, usia
menarche, riwayat keluarga, stres dan lain-lain. Meski tidak terlalu membahayakan, dismenore tetap dapat mengganggu aktivitas sehari-hari salah satunya terganggunya aktivitas belajar siswa. Tujuan: Diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan karakteristik orang dan waktu serta dampaknya pada siswi SMA dan sederajat di Jakarta Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penentuan sampel menggunakan multistage random sampling
dengan total sampel sebanyak 317 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner self-reported, termasuk infromasi responden, kejadian dismenore dan keparahannya, aktivitas fisik, tingkat stres, IMT, riwayat keluarga dan dampaknya. Analisis dalam penelitian ini berupa analisis univariat dengan menggunakan software pengolah data. Hasil: kejadian dismenore ringan yang paling banyak dialami oleh remaja putri (49,9%). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada variabel usia, tingkat stres, usia menarche, lama menstruasi dan siklus menstruasi dengan kejadian dismenore (Pvalue >0,05). Hubungan yang signifikan hanya didapat pada variabel aktivitas fisik dan riwayat keluarga (Pvalue <0,05). Dampak yang paling banyak dialami oleh remaja putri adalah berkurangnya konsentrasi saat KBM Simpulan:. Dismenore merupakan kejadian yang umum dialami oleh remaja putri di Jakarta Barat. Dismenore yang dialami oleh remaja putri sangat berdampak terhadap kegiatan belajarnya. Perlu pembinaan oleh pihak sekolah terkait dampak dan cara penanganan dismenore di sekolah.
Kata Kunci: Kejadian dismenore, Keparahan nyeri dismenore, Dampak dismenore, Remaja putri, SMA dan sederajat, Jakarta Barat.
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY Epidemiology
Undergraduate Thesis, February 2016
Abdul Karim Asma’ulludin, NIM: 1111101000094
Prevalences of Dysmenorrhea Based on Person and Time Characteristic and The Impact to Female Adolescent at Senior High School in West Jakarta 2015
xix + 113 pages, 15 tables, 9 grafics, 3 charts, 3 attachments
ABSTRACT
Backgroud: Dysmenorrhea is a menstrual disorder that commonly happened to female adolescent. Prevalences of Dysmenorrhea are more than 50% in every country in the world. In Indonesia, it is estimated about 55% of female experienced dysmenorrrhea. There are many risk factors of dysmenorrhea, such as menarche age, family history, stress levels and so on. Although it is not dangerous, dysmenorrhea can affected to daily activity, such as studying. Aim & Objective: The objective of this study was to know about prevalences of dysmenorrhea based on person and time characteristic and its impact to female adolescent at senior high school in West Jakarta. Methods: A cross sectional study was carried out on November 2015 to 317 students at 8 schools in West Jakarta. Data were collected by self-administered questionnaire, including personal information, prevalence and severity of dysmenorrhea, physical activity, stress levels, BMI, family history, and the impact. Result: Prevalences of mild dysmenorrhea had 49,9%. There was no statistically significant correlation between dysmenorrhea to age, stress disorder, BMI, age at menarche, length of menstruation and menstruation cycle. But there was statically significant between dysmenorrhea to physical activity and family history. Conculsion: Dysmenorrhea was commonly happen in adolscent at West Jakarta. The impact of Dysmenorrhea was really affected their study activity. In addition, there is a need of education from school to students about the impact and how to treat a dysmenorrhea at school is needed.
Keyword: Dysmenorrhea, Severity Pain of Dysmenorrhea, The Impact of Dysmenorrhea, Female adolescent, High school, West Jakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi
Nama : Abdul Karim Asma’ulludin
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 9 April 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Sumur Bor Raya No 22 RT 004/012, Kalideres Jakarta Barat 11840
Telp/Hp : 085694929185
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Email : asmaulludin@yahoo.co.id
Kemampuan : Public Speaking, Pengoperasian Komputer (Ms. Word, Excel, Power Point), Bahasa Inggris, enumerator, analisis data (SPSS dan epidata)
B. Riwayat Pendidikan
1998-1999 : TK Nurul Hasanah
1999-2005 : SD Negeri 01 Cengkareng Barat
2001-2005 : Madrasah Diniyah Nurul Jannah Sumur Bor, Kalideres
2005-2008 : MTs. Annida Al Islamy Rawa Buaya
2008-2011 : SMA Negeri 94 Jakarta
Jakarta
C. Pengalaman Organisasi
2013-2014 : Staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Orang Epidemiologi Student Association (ESA)
D. Pengalaman Kepanitiaan
2014 : Koordinator Perlengkapan Divisi Acara
Seminar Profesi Peminatan Epidemiologi
2014 : Koordinator Perlengkapan Kunjungan
Lapangan Rumah Sakit Umum Fatmawati
E. Pengalaman Penelitian
2013 : Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat terhadap Masalah Banjir di Kampung Sumur Bor RT 004 RW 012 Kalideres, Jakarta Barat.
2013 : Praktik Surveilans Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2013.
2014 : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Ibu Terkait Kelengkapan dan Ketepatan Pemberian Imunisasi Dasar pada Anak Usia 9-60 Bulan di Kelurahan Pamulang Timur, Kecamatan Pamulang.
2014 : Gambaran Jarak Absolut dan Jangkauang
2014 : Penyusunan Rencana Program
Penanggulangan Status Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita di Kelurahan Bakti Jaya, Muncul dan Keranggan, Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 (Pendekatan One Health).
2014 : Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan
dan Pencarian Pengobatan pada Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.
2014 : Program Pengendalian Penyakit Campak di
Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2014 (Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak).
F. Pengalaman Kerja
2013 : Praktik Belajar Lapangan I di Kelurahan
Buaran, Kota Tangerang Selatan.
2013 : Praktik Belajar Lapangan II di Kelurahan
Buaran, Kota Tangerang Selatan.
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, Februari 2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah memberikan
nikmat-Nya sehingga skripsi dengan judul ″Kejadian Dismenore Berdasarkan Karakteristik Orang dan Waktu serta Dampaknya pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015“ dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih, penulis haturkan kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, dukungan serta motivasi
dalam penyelesaian skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Fajar Ariyanti Ph.D. selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes. selaku pembimbing I
yang telah memberikan arahan dan masukan sejak persiapan hingga
selesainya skripsi ini.
5. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan masukan sejak persiapan hingga selesainya
skripsi ini
6. Ibu Horunnisa Ph.D yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada penulis
7. Dosen-dosen Prodi Kesmas UIN lainnya yang juga telah memberikan
ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan
9. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para responden
yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Karena tanpa mereka
tidak mungkin penelitian ini akan berhasil
10.Begitu pula kepada seluruh kepala sekolah yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah
tersebut.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi penyempurnaan skripsi ini menjadi lebih baik.
Jakarta, Februari 2016
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xviii
DAFTAR BAGAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Pertanyaan Penelitian ... 7
1.4. Tujuan Penelitian ... 7
1.4.1. Tujuan Umum ... 7
1.4.2. Tujuan Khusus ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti ... 8
1.5.3. Manfaat Bagi Sekolah Menengah Atas ... 8
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Dismenore ... 10
2.1.1. Pengertian Dismenore... 10
2.1.2. Derajat Nyeri Dismenore ... 11
2.1.3. Lama Nyeri Dismenore ... 13
2.1.4. Etiologi Dismenore ... 13
2.2. Epidemiologi Dismenore ... 14
2.2.1. Karakteristik Orang ... 15
2.2.1.1. Usia ... 15
2.2.1.2. Aktivitas Fisik ... 16
2.2.1.3. Tingkat Stres ... 20
2.2.1.4. Indeks Massa Tubuh ... 21
2.2.1.5. Riwayat Keluarga ... 23
2.2.2. Karakteristik Tempat ... 24
2.2.2.1. Perkotaan/ Urban ... 24
2.2.2.2. Pedesaan/ Rural ... 25
2.2.3. Karakteristik Waktu ... 27
2.2.3.1. Usia Menarche ... 27
2.2.3.2. Lama Menstruasi ... 29
2.2.3.3. Siklus Menstruasi ... 30
2.3.1. Gangguan Belajar ... 31
2.4. Kerangka Teori ... 33
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 34
1.1. Kerangka Konsep ... 34
1.2. Definisi Operasional ... 36
3.3. Hipotesis ... 40
BAB IVMETODOLOGI ... 41
4.1. Desain Penelitian ... 41
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
4.3. Populasi dan Sampel ... 41
4.4. Pengumpulan Data ... 46
4.5. Pengolahan Data ... 49
4.6. Analisis Data ... 51
BAB VHASIL PENELITIAN ... 52
5.1. Hasil Univariat ... 52
5.1.1. Prevalensi Kejadian Dismenore... 52
5.1.2. Gejala Penyerta Dismenore ... 52
5.1.3. Lama Dismenore... 53
5.1.4. Karakteristik Orang ... 53
5.1.4.1. Usia ... 53
5.1.4.3. Tingkat Stres ... 54
5.1.4.4. Indeks Massa Tubuh ... 54
5.1.4.5. Riwayat Keluarga ... 55
5.1.5. Karakteristik Waktu ... 55
5.1.5.1. Usia Menarche ... 55
5.1.5.2. Lama Menstruasi ... 55
5.1.5.3. Siklus Menstruasi ... 56
5.1.6. Dampak Dismenore ... 56
5.2. Hasil Bivariat ... 57
5.2.1. Karakteristik Orang ... 57
5.2.1.1. Usia ... 57
5.2.1.2. Tingkat Aktivitas Fisik ... 58
5.2.1.3. Tingkat Stres ... 59
5.2.1.4. Indeks Massa Tubuh ... 60
5.2.1.5. Riwayat Keluarga ... 61
5.2.2. Karakteristik Waktu ... 62
5.2.2.1. Usia Menarche ... 62
5.2.2.2. Lama Menstruasi ... 63
5.2.2.3. Siklus Menstruasi ... 64
BAB VIPEMBAHASAN ... 66
6.1. Keterbatasan Penelitian ... 66
6.2. Kejadian Dismenore ... 66
6.3.1. Usia ... 69
6.3.2. Aktivitas Fisik ... 71
6.3.3. Tingkat Stres ... 73
6.3.4. Indeks Massa Tubuh ... 76
6.3.5. Riwayat Keluarga ... 79
6.4. Karakteristik Waktu ... 81
6.4.1. Usia Menarche ... 81
6.4.2. Lama Menstruasi ... 84
6.4.3. Siklus Menstruasi ... 87
6.5. Dampak Kejadian Dismenore ... 88
BAB VIISIMPULAN DAN SARAN ... 90
7.1. Simpulan ... 90
7.2. Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 32
Tabel 4.1. Alokasi Jumlah Siswi pada Sekolah Terpilih ... 39
Tabel 4.2. Alokasi Sampel Penelitian pada Masing-Masing Sekolah ... 40
Tabel 4.3. Pengkodean Kuesionar ... 46
Tabel 5.1. Prevalensi Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 48
Tabel 5.2.Rata – Rata Lama Dismenore yang Dialami oleh Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 49
Tabel 5.3.Rata – Rata Usia Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 49
Tabel 5.4.Tingkat Aktivitas Fisik pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 49
Tabel 5.5.Tingkat Stres pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 50
Tabel 5.6.Indeks Massa Tubuh yang Dimiliki oleh Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 50
Tabel 5.7. Riwayat Dismenore pada Keluarga Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 50
Tabel 5.8.Rata – Rata Usia Menarche Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 51
Tabel 5.10.Rata – Rata Siklus Menstruasi pada Remaja Putri SMA dan Sederajat
di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 51
Tabel 5.11.Dampak Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1.Gejala Penyerta Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di
Jakarta Barat Tahun 2015 ... 48
Grafik 5.2. Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia pada Remaja Putri SMA dan
Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 53
Grafik 5.3. Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik pada Remaja
Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 54
Grafik 5.4.Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Stres pada Remaja Putri
SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 54
Grafik 5.5. Kejadian Dismenore Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Remaja
Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 55
Grafik 5.6.Kejadian Dismenore Berdasarkan Riwayat Keluarga pada Remaja Putri
SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ... 56
Grafik 5.7.Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia Menarche Remaja Putri SMA
dan Sederajat di Jakarta Barat ... 56
Grafik 5.8.Kejadian Dismenore Berdasarkan Lama Menstruasi pada Remaja Putri
SMA dan Sederjata di Jakarta Barat ... 57
Grafik 5.9.Kejadian Dismenore Berdasarkan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Kerangka Teori ... 30
Bagan 3.1. Kerangka Konsep ... 31
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia
yang sangat penting. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa. Pada masa tersebut banyak ditandai dengan
perubahan baik fisik, mental maupun psikososial. Salah satu perubahan
yang dialami oleh remaja, khususnya remaja putri adalah menstruasi
(Saguni dkk, 2013).
Menstruasi merupakan masa keluarnya darah dan jaringan dari
endometrium, yaitu lapisan dalam uterus melalui vagina. Menstruasi
terjadi karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma sehingga sel telur dan
seluruh jaringan yang terbentuk pada dinding rahim luruh dan keluar
(Adnan dan Kaseng, 2008). Menstruasi merupakan hal yang terjadi secara
rutin dengan adanya suatu siklus setiap bulan. Akan tetapi, saat menstruasi
mungkin terdapat gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi saat
menstruasi adalah dismenore.
Dismenore atau yang juga dikenal sebagai nyeri haid merupakan
keluhan umum yang dialami oleh remaja putri (Utami dkk, 2013). Angka
kejadian nyeri haid atau dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih
dari 50% perempuan dari setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi
kejadian dismenore di Amerika sekitar 60%, sedangkan di Swedia sekitar
dilakukan di beberapa negara dengan tingkat prevalensi yang tinggi dan
bervariasi (lebih dari 50%). Penelitian yang dilakukan di Thailand pada
remaja putri menemukan bahwa prevalensi dismenore mencapai 84,2%
(Tangchai, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Unsal dkk (2010)
mendapatkan 72,7% remaja mengalami dismenore. Penelitian Kumbhar
dkk (2011) di Khadapa juga menemukan bahwa prevalensi dismenore
cukup tinggi yaitu mencapai 65%. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh
Al Kindi dan Al Bulushi (2011) di SMA Omani dan El Hameed dkk
(2011) di Mesir mendapatkan prevalensi dismenore yang sangat tinggi
yaitu sebesar 94% dan 94,4% (Al Kindi dan Al Bulushi, 2011; El Hameed
dkk, 2011).
Prevalensi dismenore di Indonesia tidak memiliki angka yang pasti.
Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar
55% dari jumlah perempuan usia produktif yang ada (Mulastin, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Novia dan Nunik (2008) di Desa Banjar
Kematren menemukan bahwa 71% responden mengalami dismenore.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto dkk (2008) di Makassar, 93,8%
remaja putri mengalami dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Utami
dkk (2013) pada remaja putri di sebuah SMA di Kabupaten Bone,
menunjukkan hasil 87,1% remaja putri mengalami dismenore. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Sianipar dkk (2009) di Kecamatan Pulo
Gadung Jakarta Timur menemukan 63,2% remaja putri mengalami
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya dismenore. Faktor
hormonal yang menyebabkan dismenore terjadi karena peningkatan kadar
prostaglandin dalam tubuh saat menstruasi sehingga mengakibatkan
adanya kontraksi pada miometrium. Selain itu, faktor lain yang
menyebabkan dismenore adalah usia menarche yang terlalu dini atau
terlambat, siklus menstruasi, lama menstruasi, Indeks Massa Tubuh (IMT),
aktivitas fisik, stres dan daerah tempat tinggal.
Penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011),
terdapat kecenderungan bahwa kejadian dismenore dialami oleh remaja
yang usia menarche-nya kurang dari 13 tahun. Penelitian Unsal dkk pun
menemukan hal yang serupa. Meskipun tidak ditemukan adanya hubungan
antara usia menarche dengan dismenore tetapi diketahui bahwa terdapat
kecenderungan risiko dismenore empat kali lebih tinggi pada remaja
dengan usia menarche terlalu dini (Unsal dkk, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk (2012) menemukan
bahwa remaja putri yang memiliki siklus mesntruasi tidak teratur memiliki
risiko 1,6 kali mengalami dismenore dibanding dengan remaja yang siklus
menstruasinya teratur. Penelitian Charu dkk (2012), menemukan tidak ada
hubungan antara siklus mesntruasi dengan kejadian dismenore, namun
Charu dkk (2012) menjelaskan bahwa penelitian lain menyatakan
dismenore paling banyak dialami oleh remaja dengan siklus menstruasi
yang panjang. El Hameed dkk (2011) menyebutkan bahwa 51,2% kejadian
dismenore dialami oleh remaja dengan lama menstruasi lebih dari empat
Pada penelitian tersebut remaja yang memiliki lama mesntruasi 5-6 hari
paling banyak mengalami dismenore (Omidvar dan Begum, 2012).
Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui juga sebagai salah satu faktor
penyebab dismenore. Penelitian Charu dkk (2012) menemukan bahwa
sebagian besar (67%) kejadian dismenore memiliki IMT normal
(18,50-25,00). Hanya sebagian kecil saja yang memiliki IMT kurus dan kelebihan
berat badan. Namun pada penelitian ini, Charu dkk (2012) tidak
menemukan adanya hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian
Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian Sianipar dkk (2009)
menemukan bahwa dua per tiga wanita aktif mengalami dismenore.
Penelitian Maruf dkk (2013) menemukan bahwa sebagian besar kejadian
dismenore memiliki aktivitas fisik dengan intensitas lebih dari satu jam per
hari.
Faramarzi dan Salmalian (2014) menyatakan bahwa stres sebagai
salah satu faktor psikologi yang berhubungan dengan kejadian dismenore
pada remaja putri. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa remaja putri
yang memiliki gejala stes memiliki risiko dua kali mengalami dismenore
daripada remaja putri yang tidak memiliki gejala stres (Faramarzi dan
Salamalian, 2014). Penelitian El Gilany dkk (2005) menemukan bahwa
kejadian dismenore di daerah urban lebih rendah daripada kejadian
dismenore di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban memiliki
prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6% sedangkan prevalensi
2005). Penelitian Avasarala dan Panchangam (2008) mendapatkan hasil
serupa. Pada penelitiannya, Avasarala dan Panchangam (2008)
menemukan bahwa prevalensi kejadian dismenore di daerah urban sedikit
lebih rendah daripada daerah rural.
Dismenore dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari remaja.
Dampak dari dismenore yang sering dialami oleh remaja putri antara lain
berkurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakhadiran di sekolah , aktivitas
olah raga terhambat dan berkurangnya waktu dalam aktivitas sosial
Tangchai, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2006), siswi
yang mengalami dismenore memiliki ketidakhadiran di kelas selama
kurang lebih tiga hari (Sulastri, 2006). Bahkan Al Kindi dan Al Bulushi
(2011) pun menemukan bahwa remaja yang mengalami dismenore
mengalami menurunan dalam performa akademik. Salah satu indikator
dalam mengetahui keadaan performa akademik siswa adalah berdasarkan
nilai ujian nasional. Pada tahun 2015, hasil ujian siswa SMA dan sederajat
di Jakarta Barat menempati posisi kedua terbawah diantara lima kota yang
ada dengan nilai rata-rata yaitu 74,61 (Disdik DKI Jakarta, 2015). Selain
itu, dismenore juga memiliki dampak jangka panjang. Dampak jangka
panjang jika dismenore tidak diatas dengan baik adalah dapat memicu
terjadinya sindrom ovarium polikistik dan ensdometriosis (Hatem et al,
2015).
Menurut Sianipar (2009), tahun-tahun awal menstruasi merupakan
periode yang rentan terhadap gangguan (Sianipar, 2009). Biasanya
2013). Remaja putri usia 15-19 tahun merupakan masih dalam tahun-tahun
awal mereka mengalami menstruasi. Jumlah populasi wanita di DKI
Jakarta berdasarkan hasil sensus tahun 2010 sebanyak 4.735.126 jiwa atau
49,3% (BPS, 2010). Hampir 10% dari populasi wanita merupakan remaja
usia 19 tahun (BPS, 2010). Di Jakarta Barat persentase remaja usia
15-19 tahun sebesar 25,12% dan yang terbanyak di Jakarta Timur dengan
persentase 26,62% (BPS, 2010). Penelitian mengenai dismenore pernah
dilakukan di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur pada tahun 2009.
Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa 90%
responden mengalami dismneore. Belum adanya penelitian serupa di
Jakarta Barat dan usia remaja (15-19) tahun merupakan usia yang rentan
terhadap terjadinya dismenore serta tingginya prevalensi dismenore
berdasarkan hasil studi pendahuluan membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui deskripsi kejadian dismenore berdasarkan karakterstik orang
dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di
Jakarta Barat.
1.2. Rumusan Masalah
Tingginya prevalensi kejadian dismenore baik di dunia maupun di
Indonesia yang melebihi 50% dari jumlah perempuan. Bahkan berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada salah satu
sekolah di Jakarta Barat, didapatkan bahwa 36 dari 40 siswi atau sekitar
90% mengalami dismenore. Adanya dampak terhadap performa siswi
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah salah satunya berdasarkan
dan usia remaja (15-19) tahun merupakan usia yang rentan terhadap
terjadinya dismenore membuat peneliti tertarik untuk meniliti mengenai
deskripsi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di
Jakarta Barat.
1.3. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan
sederajar di Jakarta Barat?
b. Bagaimana deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan
karakteristik orang (usia, aktivitas fisik, stress dan riwayat keluarga)
pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat?
c. Bagaimana deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan
karakteristik waktu (usia menarche, lama menstruasi dan siklus
menstruasi) pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat?
d. Bagaimana dampak akibat dismenore pada remaja putri SMA dan
sederajat di Jakarta Barat?
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan karakteristik
orang dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan
sederajat di Jakarta Barat.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri
SMA dan sederajar di Jakarta Barat.
b. Diketahuinya deskripsi dan distribusi kejadian dismenore
riwayat keluarga) pada remaja putri SMA dan sederajat di
Jakarta Barat.
c. Diketahuinya deskripsi dan distribusi kejadian dismenore
berdasarkan karakteristik waktu (usia menarche, lama
menstruasi dan siklus menstruasi) pada remaja putri SMA dan
sederajat di Jakarta Barat.
d. Diketahuinya dampak akibat dismenore pada remaja putri
SMA dan sederajat di Jakarta Barat.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan
meningkatkan kepedulian terhadap masalah kesehatan reproduksi
remaja. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan
pertimbangan pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan
desain yang sama atau berbeda atau pada populasi yang berbeda.
1.5.2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan
referensi bagi perpustakaan dan bagi civitas akademia di program
studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.3. Manfaat Bagi Sekolah Menengah Atas
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak
sekolah untuk membangun dan mengembangkan peran pusat
peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dalam memberikan
pelayanan bagi warga sekolah.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada siswi SMA dan sederajat di Jakarta
Barat khususnya siswi kelas XI dan XII. Penelitian ini telah dilaksanakan
pada bulan Juli hingga Desember 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah
diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan faktor orang dan waktu serta
dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel yaitu multistage
random sampling pada tingkat sekolah dan simple random sampling dalam
pemilihan siswi. Analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini
menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square (taraf
signifikansi <0,05) dengan bantuan software epidata ver. 2.0 dan software
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dismenore
2.1.1. Pengertian Dismenore
Salah satu gangguan ginekologi yang sering dialami oleh
wanita khususnya remaja putri adalah dismenore (Edmonds, 2007).
Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang dialami oleh
wanita (Okoro dkk, 2013). Dismenore umumnya dialami oleh
remaja (Okoro dkk, 2013). Dismenore juga dapat diartikan sebagai
siklus abdominal bagian bawah atau nyeri pelvic yang terjadi
sebelum dan selama menstruasi (Ortiz, 2010). Dismenore
merupakan nyeri di perut bagian bawah yang menyebar ke
pinggang dan paha. Nyeri ini dapat timbul tidak lama sebelum atau
bersama-sama dengan permulaan haid (Wiknjosastro, 1999).
Nyeri menstruasi atau dismenore dapat berlangsung selama
beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus rasa nyeri tersebut
juga dapat berlangsung hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 1999).
Pada umumnya dismesnore muncul ketika menstruasi terjadi pada
beberapa jam sebelum dan setelah terjadinya onset serta berakhir
pada 24-48 jam pertama (Harel, 2006).
Gejala dismenore yang paling sering dialami oleh wanita
adalah kram pada perut. Gejala lain yang umum menyertai
contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh Chongpengsuklert dkk
pada tahun 2008 di Provinsi Khon Kaen Thailand, ia menemukan
bahwa pegal dan sakit punggung sebagai gejala yang paling banyak
menyertai dismenore pada remaja putri. Bahkan beberapa tahun
sebelumnya, Tangchai (2004) menemukan bahwa remaja yang
mengalami dismenore 58,9% diantaranya disertai dengan sakit
punggung dan 42,9% mengalami pegal-pegal.
2.1.2. Derajat Nyeri Dismenore
Menstruasi yang dialami oleh perempuan dapat
menyebabkan rasa nyeri, khususnya pada awal menstruasi. Namum
tingkat nyeri yang dialami oleh setiap perempuan dapat
berbeda-beda. Menurut Manuaba (1999), dismenore dibagi menjadi tiga
tingkat keparahan, antara lain:
a. Dismenore ringan
Seseorang akan mengalami rasa nyeri yang masih dapat
ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang. Rasa
nyeri tersebut dapat berlangsung selama beberapa saat dan
dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari (Manuaba, 1999). Jika
menggunakan face pain score, derajat ringan terdapat pada
skala nyeri dengan tingkat 1-4 (Leppert, 2004).
b. Dismenore sedang
Respon yang biasa dialami oleh perempuan seperti
merintih dan menekan-nekan bagian nyeri, perlu diberikan obat
aktivitasnya (Manuaba, 1999). Jika menggunakan face pain
score, derajat sedang berada pada skala 5-6 (Leppert, 2004).
c. Dismenore berat
Rasa nyeri yang dialami seperti adanya rasa terbakar
dan dapat menghambat aktivitas harian seseorang. Selain itu
juga diperlukan istirahat selama beberapa hari dan disertai
dengan gejala lain, seperti sakit kepala, migrain, diare, rasa
tertekan dan mual (Manuaba, 1999). Jika mengguanakan face
pain score, tingkatan ini berada pada skala 7-10 (Lepert, 2004).
Nurhidayati (2007) pernah melakukan penelitian di
Cianjur menemukan bahwa prevalensi nyeri dimsenore ringan
cukup tinggi, yaitu sebesar 56,6% dan 43,3% lainnya
mengalami dismenore berat. Dua penelitian lainnya yang
dilakukan di Tasikmalaya (Asih, 2013)dan di Medan (Sirait
dkk, 2014) menemukan bahwa dismenore ringan dialami oleh
66,1% dan 79,1% responden. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011) yang
menemukan bahwa nyeri sedang 41% dan ringan hanya 27%.
Hal serupa juga ditemukan oleh penelitian Gumanga dan Aryee
(2012) di Accra, Ghana, 170 orang (37,5%) mengalami nyeri
dismenore sedang. Okoro dkk (2013) juga menemukan hasil
yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu 54% dari kejadian
2.1.3. Lama Nyeri Dismenore
Dismenore mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya
pendarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun
beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadinya
pendarahan haid. Bahkan ada juga yang berlangsung hingga
beberapa hari. Penelitian yang dilakukan oleh Alosaimi (2014),
memberikan tiga ketegori terhadap lamanya dismenore yang
dialami oleh responden dalam penelitian tersebut.
Kategorisasi dalam penelitian tersebut antara lain <2 hari,
3-4 hari dan lebih dari 4 hari (Alosaimi, 2014). Dalam penelitian
tersebut, Alosaimi menemukan bahwa lama dismenore yang
dialami oleh responden paling banyak ≤2 hari. Penelitian El Gilany
dkk (2005), prevalensi paling tinggi remaja yang mengalami
dismenore dengan durasi atau lama nyeri kurang dari 24 jam, yaitu
sebesar 64, 9%. Penelitian El Hameed dkk (2011), dismenore
paling banyak dialami oleh remaja selama 24 jam pertama saat
menstruasi, bahkan juga ada yang telah mengalaminya pada waktu
satu minggu sebelum menstruasi (El Hameed dkk, 2011). Gagua
dkk (2012) juga sependapat dengan hasil penelitian ini. Pada
penelitian tersebut 34,42% mengalami dismenore selama satu hari
atau lebih.
2.1.4. Etiologi Dismenore
Dismenore terjadi akibat endometrium mengandung
i. Di bawah pengaruh progesteron selama fase luteal siklus
menstruasi, endometrium yang mengandung prostaglandin
meningkat, mencapai tingkat tinggi pada awal menstruasi.
ii. Prostaglandin menyebabkan kontraksi pada miometrium yang
kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah. Hal itu dapat
mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, pendarahan,
dan nyeri (Morgan dan Hamilton, 2009).
2.2. Epidemiologi Dismenore
Di Amerika presentase kejadian dismenore sekitar 60% dan di
Swedia sekitar 72% (Mulastin, 2013). Di Amerika Serikat, nyeri haid
didapatkan 30-70% wanita dalam usia reproduksi serta 60-70% wanita
dewasa yang tidak menikah. Menurut Riyanto dalam Novia dan Nunik
(2008), tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah penderita dismenore
di Indonesia. Penelitian mengenai prevalensi dismenore pada mahasiswi di
sebuah universitas di Jakarta tahun 2004 menemukan bahwa 83,5%
mahasiswi mengalami dismenore (Sianipar dkk, 2009). Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Sianipar dkk (2009) pada siswi SMU di
Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur menemuka bahwa 63,2% remaja
putri mengalami gangguan menstruasi (Sianipar dkk, 2009).
Menurut Noor (2008), dalam studi epidemiologi, terdapat tiga
karakteristik yang dapat menggambarkan kejadian suatu penyakit
2.2.1. Karakteristik Orang 2.2.1.1.Usia
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan
seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi
kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat
perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Poppy, 1998).
Sedangkan menurut pendapat tokoh lain usia adalah lama
waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
(Hoetomo, 2005).
Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011)
dilakukan pada remaja usia 15 sampai 23 tahun dengan
rata-rata usia 17-18 tahun. 51% responden yang berusia
15-17 tahun mengalami disemnore dan 49% responden
berusia 18-23 tahun juga mengalami dismenore. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Manorek dkk (2014), usia
responden berada pada rentanag 15-16 tahun. Menurut
Sianipar dkk (2009), tahun-tahun awal menstruasi
merupakan periode yang rentan terhadap gangguan
(Sianipar dkk, 2009). Biasanya dismenore primer muncul
pada usia kurang dari 20 tahun (Fauziyah, 2013).
Smeltzzer menjelaskan bahwa pengaruh usia pada
persepsi rasa nyeri dan toleransi nyeri sebenarnya tidak
diketahui secara luas. Hal ini dikarenakan penentuan rasa
nyeri hanya didasarkan pada laporan rasa nyeri dan pereda
mendukung beberapa penelitian terdahulu yang tidak
menemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia
dengan kejadian dismenore seperti yang dilaporkan oleh
Sirait dkk (2014) ataupun penelitian Nurhidayati (2007).
Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh El Gilany
dkk (2005), menemukan bahwa semakin tinggi usia
seseorang semakin berisiko mengalami dismenore. Bahkan
El Gilany dkk menyatakan bahwa responden yang berusia
17 tahun ke atas memiliki risiko 6,59 kali mengalami
dismenore dibanding dengan responden yang berusia 14
tahun (El Gilany dkk, 2005).
2.2.1.2.Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan
oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier,
2003). Menurut WHO, aktifitas fisik ialah seluruh
gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot rangka yang
membutuhkan energi (WHO, 2010). Dengan melakukan
aktivitas fisik, seseorang dapat mencegah terjadinya
penyakit dan mengurangi faktor risiko penyakit tersebut.
Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk semua umur, baik
anak-anak, remaja maupun orang dewasa (CDC, 2011).
Berdasarkan jenis kegiatannya, aktivitas fisik
a. Kegiatan ringan: kegiatan yang menyebabkan
perubahan dalam pernapasan atau ketahanan
(endurance) dan hanya memerlukan sedikit tenaga.
Ketahanan yang dihasilkan sangat berguna untuk
organ paru-paru, otot dan sirkulasi darah. Durasi
kegitan yang diperlukan untuk mendapatkan
ketahanan hanya selama 30 menit (4-7 hari per
minggu). Contoh kegiatan: berjalan kaki, menyapu
lantai, mencuci piring/baju, mencuci kendaraan dan
bermain dengan teman.
b. Kegiatan sedang: kegiatan yang memerlukan tenaga,
gerakan otot dan kelenturan (flexibility). Kelenturan
bermanfaat untuk mempertahankan otot tubuh agar
tetap bugar dan sendi dapat berfungsi dengan baik.
Sama halnya dengan kegiatan ringan, durasi yang
diperlukan pada kegiatan sedang selama 30 menit (4-7
hari per minggu). Contoh kegiatan: berlari kecil,
bermain tenis meja, berenang, bersepeda dan jalan
cepat.
c. Kegiatan berat: kegiatan yang berhubungan dengan
olahraga dan membutuhkan kekuatan (strength) dan
dapat mengeluarkan banyak keringat. Kekuatan yang
dilakuakan selama berolahraga bermanfaat agar
mempertahankan bentuk tubuh. Durasi yang
diperlukan pada kegiatan ini selama 30 menit (2-4
hari per minggu). Contoh kegiatan : berlari, sepak
bola, push-up, angkat beban dan naik turun tangga.
Kegiatan aktivitas fisik yang direkomendasikan
untuk anak-anak dan remaja berusia 6-17 tahun
berdasarkan Physical Activity Guidelines for Americans
adalah melakukan aktivitas aerobik selama 60 menit atau
lebih per minggu dan melakukan penguatan otot tulang
minimal tiga hari per minggu.Sedangkan pada orang
dewasa berusia 18-64 tahun perlu melakukan aktivitas
aerobik selama 150 menit (1 jam 30 menit) per minggu
atau 75 menit (1 jam 15 menit) kegiatan berlari kecil,
melakukan penguatan semua kelompok otot utama
(kaki,pinggul, punggung, perut, dada, bahu dan lengan)
selama dua hari atau lebih per minggu (CDC, 2011).
Pada anak-anak dan remaja, aktivitas fisik
bermanfaat untuk perbaikan peredaran darah dan
kebugaran otot, kesehatan tulang, kesehatan jantung dan
metabolisme tubuh serta memperbaiki komposisi tubuh.
Dengan melakukan aktivitas fisik, gejala stress yang
dialami anak-anak dan remaja akan berkurang (CDC,
2011). Selain itu, melakukan aktivitas fisik dengan teratur
darah pada otot rahim menjadi lancar sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri saat menstruasi (Yulistianingsih,
2004). Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi.
Pada saat seseorang berolahraga, tubuh akan
menghasilkan suatu hormon yang disebut endorphin.
Hormon ini dapat berfungsi sebagai mediasi persepsi rasa
nyeri. Sehingga semakin sering melakukan olahraga,
biasanya dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami (Sirait
dkk, 2014).
Salah satu jenis olahraga yang dapat dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi adalah
senam. Penelitian yang dilakukan oleh Suparto (2011),
menunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan senam
dapat menurunkan rasa nyeri yang dialami. Pada
penelitian tersebut, sebelum senam diketahui bahwa
prevalensi dismenore tingkat ringan sebesar 7%, sedang
53% dan berat 40%. Setelah dilakukan senam, tidak ada
responden yang mengalami nyeri dismenore berat,
namum prevalensi yang mengalami rasa nyeri ringan
menjadi 73,3%. Penelitian yang dilakukan oleh
Rich-Edwards (2002), menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan gangguan menstruasi lebih rendah dialami
pada wanita dengan aktivitas fisik yang aktif dibanding
Beberapa penelitian lain menemukan hal yang
berbeda. Sianipar dkk (2009), justru menemukan dua per
tiga wanita aktif mengalami dismenore. Selain itu,
penelitian yang dilalukan oleh Maruf dkk (2013),
menemukan bahwa sebagian besar yang mengalami
dismenore baik ringan, sedang maupun berat memiliki
aktivitas fisik dengan intensitas lebih dari satu jam per hari.
2.2.1.3.Tingkat Stres
Stress merupakan reaksi tubuh terdapat sinyal
internal dan eksternal. Sinyal internal dan eksternal ini
disebut sebagai stressor. Stres juga dianggap sebagai
ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi ancaman yang
dihadapi oleh fisik, mental, emosional maupun spriritual,
sehingga pada suatu hari hal itu dapat mempengaruhi
kesehatan fisik orang tersebut (National Safety, 2003).
Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stress memiliki tiga
bentuk, yaitu:
1) Stimulus, yaitu merupakan kondisi atau kejadian
tertentu yang menimbulkan stress atau yang biasa
disebut sebagai stressor.
2) Respon, yaitu merupakan suatu respon atau reaksi
individu yang muncul karena adanya situasi tertentu
3) Proses, yaitu suatu proses dari individu secara aktif
dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi
tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Faramarzi dan
Salmalian (2014), mengenai Hubungan Faktor Psikologi
dan Nonpsikologi terhadap kejadian dismenore primer
mendapatkan hasil bahwa, stres sebagai salah satu faktor
psikologi berhubungan dengan gangguan dismenore pada
remaja putri. Penelitian Muntar (2010) melaporkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres
dengan dismenore yang dialami oleh remaja putri.
Demikina pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prihartanti (2010), yang bahkan menemukan adanya
korelasi sedang antara tingkat kecemasan dengan kejadian
dismenore. Secara teori, stres diketahui sebagai salah satu
pemicu dismenore. Faktor psikologi seperti kecemasan
menyebabkan penyaluran FSH dan LH menjadi tidak
normal (Affandi, 2006).
2.2.1.4.Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu
parameter penilaian status gizi. Dalam penilaiannya, indeks
massa tubuh (IMT) terdiri atas perhitungan antara berat
dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (m),
dimana tinggi badan sebelumnya dikuadratkan.
Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui juga sebagai
salah satu faktor penyebab dismenore. Penelitian Charu dkk
(2012) menemukan bahwa sebagian besar (67%) kejadian
dismenore memiliki IMT normal (18,50-25,00). Hanya
sebagian kecil saja yang memiliki IMT kurus dan kelebihan
berat badan. Namun pada penelitian ini, Charu dkk (2012)
tidak menemukan adanya hubungan antara IMT dengan
dismenore. Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan
dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Asih (2013) di
Tasikmalaya menemukan bahwa status gizi atau IMT
berhubungan secara signifikan terhadap kejadian
dismenore. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sophia (2013) di Medan.
Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang pada
remaja adalah kurangnya asupan makanan, termasuk zat
besi yang dapat menyebabkan anemia. Anemia diketahui
sebagai salah satu faktor konstitusi yang menyebabkan
kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri, sehingga
pada saat menstruasi sangat mungkin terjadi dismenore
(Sylvia dan Lorraine, 2006). Selain itu pada remaja yang
dismenore. Hal itu dikarenanya jaringan lemak yang
berlebihan. Berlebihnya jaringan lemak ini menyebabkan
terjadinya hiperplasi pada organ reproduksi wanita.
Sehingga darah yang seharusnya mengalir pada masa
menstruasi terganggu dan menyebabkan rasa nyeri (Sirait
dkk, 2014; Ehrenthal, 2006).
2.2.1.5.Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga merupakan riwayat
medis yang dimiliki oleh anggota keluarga di masa lalu.
Pada umumnya anggota keluarga tersebut memiliki
hubungan darah dan persamaan kondisi fisik secara
anatomis maupun fisiologis (Sophia, 2013; pilliteri, 2003).
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya dismenore pada remaja. Beberapa penelitian
terdahulu menunjukkan hal tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Unsal dkk (2010), menemukan bahwa
84,4% responden yang mengalami dismenore memiliki
riwayat keluarga. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh
Shah dkk (2015), Kumbhar dkk (2011), Faramarzi dan
Salmalian (2014). Walaupun dengan hasil yang
berbeda-beda pada setiap penelitian. Keempat penelitian tersebut
bahkan menemukan hubungan yang signifikan bahwa
riwayat keluarga memang menjadi faktor risiko dismenore.
menemukan adanya peningkatan risiko sebesar 2,63 kali
pada remaja yang memiliki riwayat keluarga untuk
mengalami dismnore dibanding dengan remaja yang tidak
memiliki riwayat dalam keluarganya. Bahkan hasil tersebut
tidak jauh berbeda setelah di-adjusted dengan variabel
lainnya.
2.2.2. Karakteristik Tempat 2.2.2.1.Perkotaan/ Urban
Menurut R. Bintarto, kota adalah sebuah bentang
budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non
alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang
cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen
dan matrealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya
(Gunawan, 2007). Sedangkan, menurut Northam, kota
adalah lokasi dengan ciri-ciri:
a) Kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata kepadatan penduduk di sekitarnya
b) Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut sebagian
besar tidak bergantung pada sektor pertanian dan tidak
juga pada aktivitas ekonomi primer
c) Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi
dan ekonomi bagi wilayah-wilayah sekitarnya
Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan
daerah perkotaan atau urban sedikit lebih rendah dari pada
di pedesaan, yaitu dengan prevalensi 52,5%. Penelitian El
Gilany dkk (2005) menemukan bahwa kejadian dismenore
di daerah urban lebih rendah daripada kejadian dismenore
di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban
memiliki prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6%.
2.2.2.2.Pedesaan/ Rural
Secara etimologi, istilah desa berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu dari kata deshi yang artinya tanah
kelahiran atau tanah tumpah darah. Dalam kehidupan
sehari-hari istilah desa dering diartikan sebagai suatu
wilayah yang letaknya jauh dari keramaian kota, serta
dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sebagian besar
mata pencahariaanya di sektor pertanian. Berikut pengertian
desa menurut para ahli (Soewadi, 2007) :
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Pasal 1
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakn rumah tangga sendiri dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Soewadi,
2007).
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri (Harwantiyoko,
1997).
c. Menurut S.D. Misra
Desa tidak hanya kumpulan tempat tinggal,
tetapi juga kumpulan daerah pertanian dengan
batas-batas tertentu yang luasnya antara 50-1.000 ha
(Soewadi, 2007).
d. Menurut R. Bintarto
Menurut tinjauan geografi yang
dikemukakannya, desa merupakan suatu hasil
perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural
yang terdapat di suatu daerah serta memiliki
hubungan timbal balik dengan daerah lain
(Harwantiyoko, 1997).
Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan
Panchangam (2008), menemukan bahwa di daerah rural
atau pedesaan kejadian dismenore sebesar 55,7%.
Prevalensi ini sedikit lebih tinggi dibanding prevalensi
kejadian dismenore di perkotaan. Adanya perbedaan ini
menurut peneliti karena perbedaan persepsi mengenai
cenderung menganggap ini adalah yang yang biasa
terjadi, masalah yang tidak dapat dihindari dan
mengaturnya dengan menahan rasa sakit dan tidak
panik. Penelitian El Gilany dkk (2005) menemukan
bahwa kejadian dismenore di daerah rural lebih tinggi
daripada kejadian dismenore di daerah urban.
Sedangkan prevalensi kejadian dismenore pada remaja
putri di rural mencapai 80,1%(El Gilany, 2005).
2.2.3. Karakteristik Waktu 2.2.3.1.Usia Menarche
Menstruasi yang pertama kali dialami oleh remaja
perempuan disebut menarche, hal ini merupakan ciri
biologis dari kematangan seksual perempuan. Usia gadis
remaja pada waktu pertama kali mendapat menstruasi
(menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi
rata-ratanya 12,5 tahun (Pernoll, 2009), menarche biasanya
terjadi pada usia 8-13 tahun. Terdapat dua faktor yang
menentukan kejadian menarche pada seorang remaja putri,
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
dapat mempengaruhi menarche seperti genetic sedangkan
faktor eksternal seperti asupan gizi, pola hidup dan status
gizi remaja tersebut (Santrock, 2003). Selain itu, faktor
psikologis cukup berperan ketika terjadi menarche. Hal ini
mengakibatkan menarche terjadi lebih dini, yaitu pada usia
kurang dari atau sama dengan 10 tahun (Kusmiran, 2011).
Pada dasarnya peristiwa menarche pada remaja putri
memiliki kaitan yang erat denga puncak kurva kecepatan
penambahan tinggi badan. Seotjiningsih (2004)
menjelaskan bahwa remaja putri yang terlambat menstruasi
umumnya memiliki berat badan yang lebih ringan
dibanding remaja putri yang menstruasi pada usia ideal.
Sedangkan remaja putri yang terlalu cepat menstruasi
memiliki IMT yang lebih tinggi. Akan tetapi remaja putri
yang terlambat cenderung memiliki IMT yang lebih kecil
dari pada usia yang seharusnya(Seotjiningsih, 2004). Usia
menarche juga dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan
gizi dan kesehatan pada umumnya. Ketika asupan gizi yang
didapat seorang remaja putri itu baik, sehingga
menyebabkan percepatan pembentukkan hormon-hormin
yang berpengaruh terhadap menarche (Meorsitawati, 2008).
Selain itu paparan yang berlebihan dari prostaglandin juga
dapat mempercepat menarche (Charu, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Charu (2012),
menemukan bahwa usia menarche berhubungan dengan
kejadian dismenore pada remaja putri. Dalam menelitian
tersebut, menemukan bahwa remaja putri yang usia
untuk melaporkan terjadi dismenore dibanding dengan
remaja putri yang usia menarche antara 12-14 tahun.
Begitupula dengan remaja putri yang terlalu cepat
menarche (<11 tahun) memiliki peluang 23% lebih tinggi
untuk mengalami dismenore. Harel (2006), menjelaskan
bahwa tingkat keparahan dismenore berhubungan positif
dengan usia menarche.
2.2.3.2.Lama Menstruasi
Lama menstruasi merupakan waktu yang diperlukan
dalam satu fase menstruasi. Lama menstruasi berkisar
anatar 3-8 hari namun umumnya sekitar lima hari
(pkbi-diy). Lamanya menstruasi seseorang dapt disebabkan oleh
faktor psikologis maupun fisiologis. Faktor psikologis ini
berkaitan dengan tingkat emosional remaja yang cenderung
labil. Sedangkan faktor fisiologis dapat disebabkan oleh
kontraksi otot uterus yang berlebih, sehingga produksi
prostaglandinpun juga berlebih (Utami dkk, 2013; Sirait
dkk, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Omidvar dan Begum
(2012), pada remaja usia 18-28 tahun menunjukkan bahwa
kejadian dismenore paling banyak dialami oleh remaja yang
memiliki lama menstruasi 5-6 hari, yaitu sebesar 54,2%.
Penelitian yang dilakukan oleh El Hameed dkk (2011) pun
dismenore dialami oleh remaja yang memiliki durasi
menstruasi ≥5 hari.
2.2.3.3.Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara masa
menstruasi, yaitu jarak dari pertama menstruasi terakhir ke
hari pertama menstruasi berikutnya. siklus menstruasi
bervariasi sesuai usia, keadaan fisik dan emosi, serta
lingkungan. Panjang siklus menstruasi pada seorang
perempuan yang normal adalah sekitar 28 hari atau 1 bulan,
tetapi interval 24-32 hari masih dianggap normal kecuali
siklusnya sangat tidak teratur (Manuaba, 2003). Siklus
menstruasi dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pra-ovulasi
(dari hari pertama sampai saat ovulasi) dan pasca ovulasi
(dari hari ovulasi sampai haid berikutnya). Charu dkk
(2012) memberikan tiga kategori dalam menentukan siklus
menstruasi dalam penelitiannya. Remaja dengan interval
selama 21-35 hari dianggap memiliki siklus mesntruasi
normal, jika kurang dari 21 hari, terlalu cepat dan jika lebih
dari 35 hari terlalu lama.
Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk (2012),
remaja putri yang memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur memiliki risiko 1,6 kali mengalami dismenore
dibanding dengan yang siklus menstruasi teratur. Penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara siklus
menstruasi yang tidak normal dengan dismenore. Siklus
menstruasi yang tidak teratur diketahui sebagai salah satu
risiko yang paling besar mengalami dismenore.
2.3. Dampak Dismenore 2.3.1. Gangguan Belajar
Gangguan saat menstruasi seperti disminorea, dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari, khususnya pada remaja dapat
menimbulkan gangguan belajar pada seorang siswi atau mahasiswi
sehingga berpengaruh pada prestasi dibidang akademik maupun
non akademik. Banyak remaja yang mengeluh bahkan tidak masuk
sekolah pada saat menstruasi. Hal ini disebabkan karena proses
menstruasi yaitu peluruhan dinding rahim, keadaan seperti ini dapat
dicegah dengan pola hidup sehat dan makan makanan yang bergizi
(Sheila, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan Panchangan
(2008) menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami
dismenore 48,5% tidak hadir di dalam kelas dan 27,8% tidak hadir
ketika ujian. Selain itu penelitian Charu (2012) juga menemukan
bahwa dismenore berhubungan dengan ketidakhadiran remaja putri
di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dan Hidayati
(2010) ditemukan bahwa kejadian dismenore pada remaja putri
memengaruhi aktivitas belajar mereka. Penelitian Iswari dkk
dialami oleh responden, maka aktivitas belajarnya pun semakin
terganggu. Oleh karena itu, salah satu dampak dialaminya
dismenore oleh remaja putri adalah terganggunya aktivitas belajar
mereka, baik itu dari segi kehadiran maupun konsentrasi saat
2.4. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka Teori
(Sumber: Morgan dan Hamilton, 2009; Noor, 2008; Wikjosastro, 1999; Bobak, 2005; Okoro dkk, 2013) Menstruasi
Peningkatan hormon progesterone pada fase luteal
Peningkatan Prostaglandin
Adanya kontraksi pada miometrium
Dismenore
Karakteristik Orang
1. Usia Responden
2. Aktivitas Fisik 3. Stres
4. Indeks Massa
Tubuh
5. Riwayat Keluarga
Karakteristik Tempat 1. Perkotaan / Urban 2. Pedesaan / Rural
Karakteristik Waktu
1. Usia Menarche
2. Siklus Menstruasi
3. Lama Menstruasi
Dampak Dismenore
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
1.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori pada bab II, dalam penelitian ini
terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, antara lain usia responden,
aktivitas fisik, dan stres untuk karakteristik orang, usia menarche, lama
dismenore dan lama siklus menstruasi untuk karakteristik waktu, dan
variabel dampak dismenore yang terdiri atas gangguan belajar dan
gangguan sosial.
Karakteristik tempat tidak diteliti karena tempat penelitian berada
di wilayah perkotaan sehingga tidak dapat membandingkan kejadian
disemenore di pedesaan. Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan kejadian dismenore di daerah urban dan rural.
Oleh karena itu, kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat
sebagai berikut:
Karakteristik Orang
Karakteristik Waktu Usia
Aktivitas Fisik
Stres
Usia Menarche
Lama Dismenore
Dismenore Indeks Massa Tubuh
Riwayat Keluarga
Berdasarkan pada teori bahwa usia responden merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya dismenore. Selain itu usia ini juga masih berkaitan dengan faktor
risiko yang lain yaitu usia menarche, karena berdasarkan pada teori dismenore
biasanya terjadi dua hingga tiga tahun pasca menarche. Sedangkan usia menarche
yang terlalu cepat ataupun lambat juga menjadi faktor risiko dismenore. Variabel
lain yang diteliti seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh, tingkat stres dan
riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko dismenore. Berdasarkan teori
aktivitas fisik yang kurang cenderung berkorelasi dengan kejadian dismenore.
Begitu pula dengan indeks massa tubuh yang terlalu kurus ataupun terlalu gemuk
juga cenderung menyebabkan remaja putri mengalami dismenore. Tingkat stres
yang dialami oleh remaja pun juga berhubungan dengan kejadian dismenore.
Keberadaan riwayat dismenore dalam keluarga juga cenderung memperbesar
risiko mengalami dismenore pada remaja putri.
Selain itu variabel lain yang juga menjadi faktor risiko dari dismenore
adalah lama menstruasi dan siklus menstruasi yang dialami oleh remaja putri. Hal
ini sangat berkaitan dengan paparan prostaglandin ketika remaja putri menstruasi.
Semakin lama masa menstruasi yang dijalani, semakin sering pula terpapar
prostaglandin tersebut. Begitu pula dengan siklus menstruasi. Jika remaja putri
memiliki siklus menstruasi yang terlalu cepat, sehingga mengakibatkan seringnya
terpapar prostaglandin juga dapat memicu dismenore. Meskipun terdapat akibat
jangka panjang dari dismenore seperti berisiko mengalami endometriosis, remaja
putri juga akan mengalami dampak lain khususnya dalam aktivitas belajar mereka.
Banyak hasil penelitian yang menyebutkan bahwa remaja putri yang mengalami
1.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dismenore Rasa nyeri di perut bagian
bawah yang menyebar ke pinggang dan paha yang terjadi beberapa hari sebelum dan selama menstruasi yang dialami oleh responden pada periode menstruasi sebelum atau ketika penelitian dilakukan
Self-reported Kuesioner 0. Tidak ada nyeri 1. Nyeri ringan 2. Nyeri sedang 3. Nyeri berat
Ordinal
Lama Dismenore Rentang waktu mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum dan selama menstruasi
Self-reported Kuesioner 0. ≤ 2 hari 1. 3-4 hari 2. > 4 hari (Alosaimi, 2014)
Ordinal
Usia Kronologi Lama hidup responden sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilakukan dalam satuan tahun
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Aktivitas Fisik Kegiatan fisik sehari-hari
meliputi berjalan, berlari, bersepeda, olahraga dan lain-lain yang dilakukan sebelum penelitian
Self-reported Kuesioner 0. Rendah, jika skor < 600 MET per minggu
1. Sedang, jika skor 600-2999 MET per minggu
2. Tinggi, jika aktivitas fisik dilakukan ≥ 3000 MET per minggu
(WHO, 2010)
Ordinal
Stres Tekanan atau gangguan yang
dialami oleh responden sehingga menghambat kegiatan sehari-hari pada periode menstruasi sebelum penelitian dilakukan
Self-reported Kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale)
0. Stres ringan, jika skor total 15-18
1. Stres sedang, jika skor total 19-25
2. Stres berat, jika skor total 26-33
3. Stres sangat berat ≥ 34 ()
Ordinal
Indeks Massa Tubuh Perbandingan antara berat badan (kg) dengan tinggi badan (m2) yang dimiliki oleh
Self-Reported Kuesioner 0. Sangat Kurus, jika IMT < 17,50
1. Kurus, jika IMT
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur responden pada periode
mesntruasi sebelum penelitian dilakukan
18,49
2. Normal, jika IMT 18,50 – 24,99
3. Gemuk, jika IMT 25,00 – 27,00
4. Obesitas, jika IMT > 27,00
() Riwayat Keluarga Ada tidaknya anggota keluarga
responden yang mengalami dismenore
Self-reported kuesioner 0. Tidak 1. Tidak Tahu 2. Ya
Nominal
Usia Menarche Usia responden saat pertama kali mengalami menstruasi yang dinyatakan dalam satuan tahun
Self-reported kuesioner Tahun Rasio
Lama Menstruasi Rentang waktu menstruasi yang biasa dialami oleh responden dalam satu siklus menstruasi
Self-reported Kuesioner 0. ≤ 4 hari 1. 5-7 hari 2. > 7 hari (Alosaimi, 2014)
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Siklus Menstruasi Rentang waktu antara satu
menstruasi dengan menstruasi berikutnya
Self-reported Kuesioner 0. < 21 hari 1. 21-35 hari 2. > 35 hari (Charu dkk, 2012)
Ordinal
Gangguan Belajar
Kehadiran saat
kegiatan belajar mengajar
Kehadiran responden dalam proses belajar mengajar di kelas saat mengalami dismenore
Self-reported Kuesioner 0. Hadir 1. Tidak hadir
Nominal
Kehadiran saat ujian Kehadiran responden ketika ujian berlangsung pada saat mengalami dismenore
Self-reported Kuesioner 0. Hadir 1. Tidak hadir
Nominal
Konsentrasi saat belajar
Kefokusan responden dalam memperhatikan pemberian materi oleh guru atau tenaga pendidik saat mengalami dismenore
Self-reported Kuesioner 0. Konsentrasi 1. Tidak konsentrasi
3.3. Hipotesis
1. Adanya hubungan antara usia dengan kejadian dismenore pada remaja
putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat
2. Adanya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian
dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat
3. Adanya hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore pada
remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat
4. Adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian dismenore
pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat
5. Adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore
pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat
6. Adanya hubungan usia menarche antara dengan kejadian dismenore pada
remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat
7. Adanya hubungan lama menstruasi antara dengan kejadian dismenore
pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat
8. Adanya hubungan siklus menstruasi antara dengan kejadian dismenore
BAB IV METODOLOGI
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan
menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional). Studi cross
sectional dipilih dalam penelitian ini karena pengukuran dan pengumpulan
data baik variabel independen maupun variabel dependen dilakukan dalam
waktu yang sama.