1
BANK RAKYAT INDONESIA UNIT PARUNG, BOGOR
OLEH :
RANDI SUDARMAJI A14104070
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
2
dalam Sektor Perdagangan, Industri, dan Pertanian di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Parung, Bogor. Di bawah bimbingan D. IWAN RISWANDI.
Sektor pertanian, industri, dan perdagangan merupakan tiga sektor usaha yang mempunyai peranan besar bagi perekonomian negara. Ketiga sektor tersebut merupakan basis pertumbuhan ekonomi nasional dan sangat strategis bagi perekonomian bangsa. Hal ini dikarenakan sektor-sektor tersebut memberikan sumbangan terbesar terhadap peningkatan PDB nasional (Badan Pusat Statistik, 2007). Posisi kredit diketiga sektor tersebut (perdagangan, industri, dan pertanian) mengalami kenaikan dari tahun 2002 hingga 2006, namun pangsa kredit di ketiga sektor tersebut berfluktuatif setiap tahunnya. Penyaluran kredit untuk sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar Rp 45,2 dan PDB 2007 sebesar Rp 271,6 (dalam triliun). Sektor perindustrian sebesar Rp 184,0 dan PDB sebesar Rp 538,1 (dalam triliun), dan sektor perdagangan sebesar Rp 163,4 dan PDB sebesar Rp 338,9 (dalam triliun). Salah satu lembaga keuangan yang memiliki perhatian terhadap sektor perdagangan, industri, dan pertanian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI memberikan kredit ke sektor usaha mikro dengan mobilitas yang tinggi hingga ke pedesaan. Program unggulan BRI dalam rangka membantu penyediaan modal usaha mikro adalah Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Kupedes disalurkan melalui BRI unit yang tersebar di desa maupun kota di seluruh Indonesia agar mudah dijangkau oleh masyarakat dan sektor usaha mikro.
BRI unit Parung menyalurkan Kupedes ke sektor pertanian jauh lebih besar dibanding BRI Unit lain (2004), yaitu sebesar Rp 691.000.000 dan berada di urutan pertama dibanding BRI Unit lain di Kabupaten Bogor. Sektor perdagangan menerima Kupedes lebih besar yaitu Rp 3.009.000.000, berada di urutan ke empat, sedangkan sektor industri menerima Kupedes sebesar Rp 230.000.000 dan berada di urutan ke empat. Berdasarkan data tersebut, BRI Unit Parung menyalurkan Kupedes cukup merata di ketiga sektor tersebut dengan total Kupedes yang disalurkan sebesar Rp 5.131.000.000 dan berada di urutan ke 11. Namun pada tahun 2008, terjadi penurunan penyaluran kredit dalam sektor pertanian dan industri di BRI Unit Parung, apakah penurunan ini disebabkan karena kinerja kedua sektor tersebut menurun padahal kedua sektor tersebut merupakan sektor yang produktif. Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis kinerja sektor perdagangan, industri, dan pertanian setelah menerima Kupedes, membandingkan rasio aktivitas dan profitabilitas debitur di ketiga sektor tersebut, dan menganalisis sektor mana yang mempunyai kinerja lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan penyaluran Kupedes di BRI Unit Parung; (2) Mendeskripsikan karakteristik dan profil usaha responden; (3) Menganalisis pengaruh penyaluran Kupedes terhadap performance business debitur dalam sektor pertanian, perdagangan, dan industri; (4) Menganalisis perbandingan rasio aktivitas dan profitabilitas pada debitur Kupedes dalam sektor perdagangan, industri, dan pertanian di BRI Unit Parung
3
terakhir, dan tanggungan keluarga. Profil usaha responden dalam penelitian ini diukur berdasarkan pengalaman usaha, komoditas yang dijalankan, awal tahun pinjaman dan pinjaman yang diterima.
Besarnya Kupedes yang diterima akan meningkatkan performance business. Dilihat dari nilai performance business-nya, sektor industri dan pertanian mempunyai keterkaitan dengan Kupedes lebih besar dibanding sektor perdagangan, apabila dilihat dari kinerja respondennya. Berdasarkan nilai responden kedua sektor tersebut, secara berurutan didapatkan jumlah responden dengan kinerja baik menurut nilai labanya sebanyak 90 persen dan 93,33 persen, asset sebanyak 100 persen dan 93,33 persen, persediaan sebanyak 53,33 persen dan 50 persen, penjualan sebanyak 100 persen dan 96,67 persen, dan biaya operasi sebanyak 93,33 persen dan 96,67 persen. Sedangkan untuk biaya rumah tangga, di ketiga sektor tersebut mempunyai nilai keterkaitan yang sama dengan rata-rata biaya rumah tangga di sektor perdagangan sebesar Rp 1.687.167, sektor industri sebesar Rp 1.870.000, dan sektor pertanian sebesar Rp 1.750.833.
Berdasarkan nilai rasio aktivitasnya, sektor perdagangan mempunyai nilai rata-rata perputaran persediaan, perputaran piutang, dan perputaran total aktiva lebih besar dibanding dengan sektor industri dan pertanian, yaitu sebesar 4,26; 28,89; dan 1,46. Sektor industri mempunyai rata-rata nilai sebesar 3,80; 21,13; dan 1,23; sedangkan sektor pertanian mempunyai nilai sebesar 2,95; 18,94; dan 1,03. Jumlah responden yang mempunyai nilai rasio aktivitas (perputaran piutang dan perputaran total aktiva) terbesar adalah sektor pertanian sebanyak 60 persen dan 43,33 persen, sedangkan sektor yang mempunyai nilai perputaran persediaan terbesar adalah sektor perdagangan sebanyak 36,67 persen.
Berdasarkan nilai rasio profitabilitasnya, sektor pertanian mempunyai rata-rata nilai NPM dan GPM lebih besar yaitu sebesar 9,02 persen dan 14, 97 persen, sedangkan sektor perdagangan mempunyai rata-rata nilai ROI yang lebih tinggi yaitu sebesar 9,26 persen. Sektor perdagangan mempunyai jumlah reponden dengan nilai NPM dan GPM di atas rata-rata yaitu sebanyak 43,33 persen dan 30 persen, sedangkan sektor pertanian memiliki kinerja nasabah yang baik berdasarkan nilai ROI-nya yaitu sebanyak 36,67 persen.
4
BANK RAKYAT INDONESIA UNIT PARUNG, BOGOR
OLEH :
RANDI SUDARMAJI A14104070
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
5
dan Pertanian di Bank Rakyat Indonesia Unit Parung, Bogor
Nama : Randi Sudarmaji
NRP : A 14104070
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. D. Iwan Riswandi, M.Si NIP 131 901 736
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019
6
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS
PENERIMAAN KUPEDES TERHADAP PERFORMANCE BUSINESS DEBITUR
DALAM SEKTOR PERTANIAN, PERDAGANGAN, DAN INDUSTRI DI BANK
RAKYAT INDONESIA UNIT PARUNG, BOGOR” BENAR-BENAR MERUPAKAN
HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIGUNAKAN PADA SKRIPSI ATAU HASIL KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2008
7
dari lima bersaudara pasangan Alm. M. Naseh dan Siti Kulsum.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Larasati Jakarta pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan ke SD YWKA I Jakarta. Pada tahun 1998, melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Jakarta, kemudian ke Sekolah Menengah Umum Negeri 26 Jakarta pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
8
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Penerimaan Kupedes terhadap Performance Business Debitur dalam Sektor Perdagangan, Industri, dan Pertanian di Bank Rakyat Indonesia Unit Parung, Bogor ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan Kupedes terhadap performance business Debitur dalam sektor perdagangan, industri, dan pertanian. Alat analsis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis keuangan berupa rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
Penulis berharap skripsi ini dapat membantu pembaca dan sebagai bahan referensi untuk penulisan berikutnya. Penulis juga mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Bogor, Agustus 2008
vi
Segala puji syukur hanya pada Allah SWT atas segala nikmat yang tercurah sejak pertama kali memandang dunia sampai akhir hayat, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia mulia sepanjang zaman, Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis tercinta atas dukungan dan doanya serta kakak dan adik-adik penulis yang selalu menginginkan penulis untuk cepat lulus.
2. Dr. D. Iwan Riswandi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik yang telah memberikan kritik dan sarannya.
4. Faroby Falatehan, SP, ME selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan masukan atas penulisan skripsi ini.
5. Pihak BRI Unit Parung, Pak Purba, Pak Ma’ruf, Mbak Indo, Bu tini, Pak Wayan, terima kasih atas kerjasamanya.
vii
8. Krishna, Fadhel, dan Deris atas kebersamaannya selama di IPB dan dikosan..we are the bujang PM
9. Wahid (makasih bukunya), Pak De Doni, Taufik (makasih FM-nya), Cahyo (makasih udah mau jadi temen sekamar), Triyadi terima kasih atas masukan dan dukungannya.
10.Mas Ahmad (makasih laptopnya), Ibu Nyai dan Bapak yang telah menampung penulis selama dua tahun dan wisma bejita yang menjadi inspirasi buat tidur. 11.Ariani Dian Pratiwi (Sastrow) yang telah menjadi pembahas dalam seminar
penulis.
12.Teman-teman satu bimbingan (Menik dan Yudhi). Terimakasih atas semangat dan perjuangannya selama menyusun skripsi.
13.Genk KRL (Wd, Fanny, MamieQ, Nung, Intan). Kapan ya pulang bareng lagi?? 14.Pretty, Uci, Iwan, Evan, Dani, Mbak teZ, Mita, Widya terimakasih sudah
menghadiri seminar penulis (tanpa kalian penulis ga bakal jadi seminar) dan Agnez (maap ga bisa ngasih pisang coklat) yang hadir pada sidang penulis. 15.Skuad futsal AGB 41 (Fandi, Rudi, Agus, Agung, Aliy, Gerry, Duta, Opik, Saut,
Nu2) dan Tim olahraga AGB yang menjadi awal perkenalan penulis dengan anak-anak AGB.
1
BANK RAKYAT INDONESIA UNIT PARUNG, BOGOR
OLEH :
RANDI SUDARMAJI A14104070
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
2
dalam Sektor Perdagangan, Industri, dan Pertanian di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Parung, Bogor. Di bawah bimbingan D. IWAN RISWANDI.
Sektor pertanian, industri, dan perdagangan merupakan tiga sektor usaha yang mempunyai peranan besar bagi perekonomian negara. Ketiga sektor tersebut merupakan basis pertumbuhan ekonomi nasional dan sangat strategis bagi perekonomian bangsa. Hal ini dikarenakan sektor-sektor tersebut memberikan sumbangan terbesar terhadap peningkatan PDB nasional (Badan Pusat Statistik, 2007). Posisi kredit diketiga sektor tersebut (perdagangan, industri, dan pertanian) mengalami kenaikan dari tahun 2002 hingga 2006, namun pangsa kredit di ketiga sektor tersebut berfluktuatif setiap tahunnya. Penyaluran kredit untuk sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar Rp 45,2 dan PDB 2007 sebesar Rp 271,6 (dalam triliun). Sektor perindustrian sebesar Rp 184,0 dan PDB sebesar Rp 538,1 (dalam triliun), dan sektor perdagangan sebesar Rp 163,4 dan PDB sebesar Rp 338,9 (dalam triliun). Salah satu lembaga keuangan yang memiliki perhatian terhadap sektor perdagangan, industri, dan pertanian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI memberikan kredit ke sektor usaha mikro dengan mobilitas yang tinggi hingga ke pedesaan. Program unggulan BRI dalam rangka membantu penyediaan modal usaha mikro adalah Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Kupedes disalurkan melalui BRI unit yang tersebar di desa maupun kota di seluruh Indonesia agar mudah dijangkau oleh masyarakat dan sektor usaha mikro.
BRI unit Parung menyalurkan Kupedes ke sektor pertanian jauh lebih besar dibanding BRI Unit lain (2004), yaitu sebesar Rp 691.000.000 dan berada di urutan pertama dibanding BRI Unit lain di Kabupaten Bogor. Sektor perdagangan menerima Kupedes lebih besar yaitu Rp 3.009.000.000, berada di urutan ke empat, sedangkan sektor industri menerima Kupedes sebesar Rp 230.000.000 dan berada di urutan ke empat. Berdasarkan data tersebut, BRI Unit Parung menyalurkan Kupedes cukup merata di ketiga sektor tersebut dengan total Kupedes yang disalurkan sebesar Rp 5.131.000.000 dan berada di urutan ke 11. Namun pada tahun 2008, terjadi penurunan penyaluran kredit dalam sektor pertanian dan industri di BRI Unit Parung, apakah penurunan ini disebabkan karena kinerja kedua sektor tersebut menurun padahal kedua sektor tersebut merupakan sektor yang produktif. Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis kinerja sektor perdagangan, industri, dan pertanian setelah menerima Kupedes, membandingkan rasio aktivitas dan profitabilitas debitur di ketiga sektor tersebut, dan menganalisis sektor mana yang mempunyai kinerja lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan penyaluran Kupedes di BRI Unit Parung; (2) Mendeskripsikan karakteristik dan profil usaha responden; (3) Menganalisis pengaruh penyaluran Kupedes terhadap performance business debitur dalam sektor pertanian, perdagangan, dan industri; (4) Menganalisis perbandingan rasio aktivitas dan profitabilitas pada debitur Kupedes dalam sektor perdagangan, industri, dan pertanian di BRI Unit Parung
3
terakhir, dan tanggungan keluarga. Profil usaha responden dalam penelitian ini diukur berdasarkan pengalaman usaha, komoditas yang dijalankan, awal tahun pinjaman dan pinjaman yang diterima.
Besarnya Kupedes yang diterima akan meningkatkan performance business. Dilihat dari nilai performance business-nya, sektor industri dan pertanian mempunyai keterkaitan dengan Kupedes lebih besar dibanding sektor perdagangan, apabila dilihat dari kinerja respondennya. Berdasarkan nilai responden kedua sektor tersebut, secara berurutan didapatkan jumlah responden dengan kinerja baik menurut nilai labanya sebanyak 90 persen dan 93,33 persen, asset sebanyak 100 persen dan 93,33 persen, persediaan sebanyak 53,33 persen dan 50 persen, penjualan sebanyak 100 persen dan 96,67 persen, dan biaya operasi sebanyak 93,33 persen dan 96,67 persen. Sedangkan untuk biaya rumah tangga, di ketiga sektor tersebut mempunyai nilai keterkaitan yang sama dengan rata-rata biaya rumah tangga di sektor perdagangan sebesar Rp 1.687.167, sektor industri sebesar Rp 1.870.000, dan sektor pertanian sebesar Rp 1.750.833.
Berdasarkan nilai rasio aktivitasnya, sektor perdagangan mempunyai nilai rata-rata perputaran persediaan, perputaran piutang, dan perputaran total aktiva lebih besar dibanding dengan sektor industri dan pertanian, yaitu sebesar 4,26; 28,89; dan 1,46. Sektor industri mempunyai rata-rata nilai sebesar 3,80; 21,13; dan 1,23; sedangkan sektor pertanian mempunyai nilai sebesar 2,95; 18,94; dan 1,03. Jumlah responden yang mempunyai nilai rasio aktivitas (perputaran piutang dan perputaran total aktiva) terbesar adalah sektor pertanian sebanyak 60 persen dan 43,33 persen, sedangkan sektor yang mempunyai nilai perputaran persediaan terbesar adalah sektor perdagangan sebanyak 36,67 persen.
Berdasarkan nilai rasio profitabilitasnya, sektor pertanian mempunyai rata-rata nilai NPM dan GPM lebih besar yaitu sebesar 9,02 persen dan 14, 97 persen, sedangkan sektor perdagangan mempunyai rata-rata nilai ROI yang lebih tinggi yaitu sebesar 9,26 persen. Sektor perdagangan mempunyai jumlah reponden dengan nilai NPM dan GPM di atas rata-rata yaitu sebanyak 43,33 persen dan 30 persen, sedangkan sektor pertanian memiliki kinerja nasabah yang baik berdasarkan nilai ROI-nya yaitu sebanyak 36,67 persen.
4
BANK RAKYAT INDONESIA UNIT PARUNG, BOGOR
OLEH :
RANDI SUDARMAJI A14104070
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
5
dan Pertanian di Bank Rakyat Indonesia Unit Parung, Bogor
Nama : Randi Sudarmaji
NRP : A 14104070
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. D. Iwan Riswandi, M.Si NIP 131 901 736
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019
6
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS
PENERIMAAN KUPEDES TERHADAP PERFORMANCE BUSINESS DEBITUR
DALAM SEKTOR PERTANIAN, PERDAGANGAN, DAN INDUSTRI DI BANK
RAKYAT INDONESIA UNIT PARUNG, BOGOR” BENAR-BENAR MERUPAKAN
HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIGUNAKAN PADA SKRIPSI ATAU HASIL KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2008
7
dari lima bersaudara pasangan Alm. M. Naseh dan Siti Kulsum.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Larasati Jakarta pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan ke SD YWKA I Jakarta. Pada tahun 1998, melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Jakarta, kemudian ke Sekolah Menengah Umum Negeri 26 Jakarta pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
8
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Penerimaan Kupedes terhadap Performance Business Debitur dalam Sektor Perdagangan, Industri, dan Pertanian di Bank Rakyat Indonesia Unit Parung, Bogor ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan Kupedes terhadap performance business Debitur dalam sektor perdagangan, industri, dan pertanian. Alat analsis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis keuangan berupa rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
Penulis berharap skripsi ini dapat membantu pembaca dan sebagai bahan referensi untuk penulisan berikutnya. Penulis juga mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Bogor, Agustus 2008
vi
Segala puji syukur hanya pada Allah SWT atas segala nikmat yang tercurah sejak pertama kali memandang dunia sampai akhir hayat, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia mulia sepanjang zaman, Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis tercinta atas dukungan dan doanya serta kakak dan adik-adik penulis yang selalu menginginkan penulis untuk cepat lulus.
2. Dr. D. Iwan Riswandi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik yang telah memberikan kritik dan sarannya.
4. Faroby Falatehan, SP, ME selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan masukan atas penulisan skripsi ini.
5. Pihak BRI Unit Parung, Pak Purba, Pak Ma’ruf, Mbak Indo, Bu tini, Pak Wayan, terima kasih atas kerjasamanya.
vii
8. Krishna, Fadhel, dan Deris atas kebersamaannya selama di IPB dan dikosan..we are the bujang PM
9. Wahid (makasih bukunya), Pak De Doni, Taufik (makasih FM-nya), Cahyo (makasih udah mau jadi temen sekamar), Triyadi terima kasih atas masukan dan dukungannya.
10.Mas Ahmad (makasih laptopnya), Ibu Nyai dan Bapak yang telah menampung penulis selama dua tahun dan wisma bejita yang menjadi inspirasi buat tidur. 11.Ariani Dian Pratiwi (Sastrow) yang telah menjadi pembahas dalam seminar
penulis.
12.Teman-teman satu bimbingan (Menik dan Yudhi). Terimakasih atas semangat dan perjuangannya selama menyusun skripsi.
13.Genk KRL (Wd, Fanny, MamieQ, Nung, Intan). Kapan ya pulang bareng lagi?? 14.Pretty, Uci, Iwan, Evan, Dani, Mbak teZ, Mita, Widya terimakasih sudah
menghadiri seminar penulis (tanpa kalian penulis ga bakal jadi seminar) dan Agnez (maap ga bisa ngasih pisang coklat) yang hadir pada sidang penulis. 15.Skuad futsal AGB 41 (Fandi, Rudi, Agus, Agung, Aliy, Gerry, Duta, Opik, Saut,
Nu2) dan Tim olahraga AGB yang menjadi awal perkenalan penulis dengan anak-anak AGB.
viii
17.Erfan (Kordes), Heni, Ita, dan Lola yang telah menjadi keluarga selama KKP di Desa tegallega, Warung Kondang. (kapan kita nostalgila kesana lagi?)
Mudah-mudahan skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2008
ix
DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 11 1.4 Manfaat Penelitian ... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbankan ... 13 2.1.1 Pengertian Bank ... 13 2.1.2 Pengertian Kredit ... 15 2.1.2.1 Siklus Perkreditan ... 18 2.1.2.2 Sifat-sifat Kredit Bank ... 19 2.2 Kredit Umum Pedesaan ... 20 2.3 Penelitian Terdahulu ... 23 2.3.1 Penelitian Mengenai Kupedes ... 23 2.3.2 Penelitian Mengenai Penilaian Kinerja ... 24 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis... 29 3.1.1 Pasar Kredit ... 29 3.1.2 Analisis Penyaluran Kredit Terhadap Kinerja Debitur .... 31 3.1.3 Analisa Rasio Keuangan ... 32 3.1.3.1 Rasio Aktivitas ... 33 3.1.3.2 Rasio Profitabilitas ... 35 3.2 Kerangka Operasional ... 36 BAB IV METODE PENELITIAN
x BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Gambaran Umum BRI Unit Parung ... 49 5.2 Produk Pelayanan BRI Unit Parung ... 51 5.3 Penyaluran Kupedes BRI Unit Parung ... 52
BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA
6.1 Karakteristik Responden... 55 6.2 Profil Usaha ... 58
BAB VII KETERKAITAN KUPEDES TERHADAP PERFORMANCE
BUSINESS
7.1 Keterkaitan Kupedes terhadap Nilai Laba ... 64 7.1.1 Sektor Perdagangan ... 64 7.1.2 Sektor Industri ... 66 7.1.3 Sektor Pertanian... 68 7.1.4 Perbandingan Kinerja di Setiap Sektor Berdasarkan Nilai
Laba ... 69 7.2 Keterkaitan Kupedes terhadap Nilai Asset ... 70 7.2.1 Sektor Perdagangan ... 70 7.2.2 Sektor Industri ... 72 7.2.3 Sektor Pertanian... 74 7.2.4 Perbandingan Kinerja di Setiap Sektor Berdasarkan Nilai
Asset ... 75 7.3 Keterkaitan Kupedes terhadap Persediaan ... 76 7.3.1 Sektor Perdagangan ... 76 7.3.2 Sektor Industri ... 78 7.3.3 Sektor Pertanian... 80 7.3.4 Perbandingan kinerja di Setiap Sektor Berdasarkan Nilai
Persediaan ... 81 7.4 Keterkaitan Kupedes terhadap Penjualan ... 82 7.4.1 Sektor Perdagangan ... 82 7.4.2 Sektor Industri ... 84 7.4.3 Sektor Pertanian... 86 7.4.4 Perbandingan Kinerja di Setiap Sektor Berdasarkan Nilai
Penjualan ... 87 7.5 Keterkaitan Kupedes terhadap Biaya Operasi ... 88 7.5.1 Sektor Perdagangan ... 87 7.5.2 Sektor Industri ... 90 7.5.3 Sektor Pertanian... 92 7.5.4 Perbandingan Kinerja di Setiap Sektor Berdasarkan Biaya
xi
7.6.3 Sektor Pertanian... 97 7.6.4 Perbandingan Kinerja di Setiap Sektor Berdasarkan Biaya
Rumah Tangga ... 98 7.7 Analisis Rasio Aktivitas dan Profitabilitas di setiap sektor ... 99 7.7.1 Sektor Pertdagangan ... 100 7.7.2 Sektor Industri ... 105 7.7.3 Sektor Pertanian... 109 7.7.4 Perbandingan Rasio Aktivitas di Setiap Sektor ... 114 7.7.5 Perbandingan Rasio Profitabilitas di Setiap Sektor ... 115 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
xii
1. Nilai Laba Tahun 2003-2007 Berdasarkan Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga konstan 2000 ... 1 2. Perkembangan Kredit Nasional ... 3 3. Tingkat Bank Berdasarkan Kredit... 4 4. Posisi Kupedes di BRI Cabang Bogor Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2001-2004 ... 6 5. Sebaran Kupedes Per Sektor di BRI Unit Kabupaten Bogor,
Tahun 2004 ... 7 6. Perkembangan Jumlah Kupedes Per Sektor di BRI Unit Parung,
Bulan Januari-Maret 2008 ... 8 7. Perkembangan Nasabah Kupedes Per Sektor di BRI Unit Parung,
Bulan Januari-Maret 2008 ... 9 8. Tingkat Perubahan Pendapatan Rata-rata Sebelum dan Sesudah
Menerima Kupedes Berdasarkan Sektor Tahun 2004-2005 ... 10 9. Resume Penelitian Terdahulu ... 26 10. Perkembangan Kupedes Per Sektor di BRI Unit Parung,
xiii
20. Perbandingan Kinerja Nilai Asset Setiap Sektor ... 75 21. Perbandingan Kinerja Nilai Persediaan Setiap Sektor ... 81 21. Perbandingan Kinerja Nilai Penjualan Setiap Sektor ... 87 22. Perbandingan Kinerja Nilai Biaya operasi Setiap Sektor ... 94 23. Perbandingan Kinerja Nilai Biaya Rumah Tangga Setiap Sektor ... 98 24. Rasio Aktivitas dalam Sektor Perdagangan ... 101 25. Rasio Profitabilitas dalam Sekor Perdagangan ... 103 26. Rasio Aktivitas dalam Sektor Industri ... 105 27. Rasio Profitabilitas dalam Sektor Industri ... 108 28. Rasio Aktivitas dalam Sektor Pertanian ... 110 29. Rasio Profitabilitas dalam Sektor Pertanian ... 112 31. Perbandingan Rasio Aktivitas Berdasarkan Jumlah responden Setiap
Sektor ... 114 32. Perbandingan Rasio Aktivitas Berdasarkan Nilai Rata-rata Rasio Aktivitas
Setiap Sektor ... 115 33. Perbandingan Rasio Profitabilitas Berdasarkan Jumlah responden Setiap
Sektor ... 116 34. Perbandingan Rasio Profitabilitas Berdasarkan Nilai Rata-rata Rasio
xiv
1. Siklus Perkeditan ... 18 2. Permintaan dan Penawaran Kredit ... 30 3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 37 4. Struktur Organisasi BRI Unit Parung ... 51 5. Perbandingan Kupedes terhadap Laba untuk Masing-masing Responden Kupedes dalam Sektor Perdagangan ... 65 6. Perbandingan Kupedes terhadap Laba untuk Masing-masing
RespondenPenerima Kupedes dalam Sektor Industri ... 66 7. Perbandingan Kupedes terhadap Laba untuk Masing-masing Responden
Penerima Kupedes dalam Sektor Pertanian ... 68 8. Perbandingan Kupedes terhadap Nilai Asset untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Perdagangan ... 71 9. Perbandingan Kupedes terhadap Nilai Asset untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Industri ... 72 10. Perbandingan Kupedes terhadap Nilai Asset untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Pertanian ... 74 11. Perbandingan Kupedes terhadap Persediaan untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Perdagangan ... 77 12. Perbandingan Kupedes terhadap Persediaan untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Industri ... 78 13. Perbandingan Kupedes terhadap Persediaan untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Pertanian ... 80 14. Perbandingan Kupedes terhadap Penjualan untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Perdagangan ... 83 15. Perbandingan Kupedes terhadap Penjualan untuk Masing-masing
xv
17. Perbandingan Kupedes terhadap Biaya Operasi untuk Masing-masing Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Perdagangan ... 89 18. Perbandingan Kupedes terhadap Biaya Operasi untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Industri ... 91 19. Perbandingan Kupedes terhadap Biaya Operasi untuk Masing-masing
Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Pertanian ... 92 20. Perbandingan Kupedes terhadap Biaya Rumah Tangga untuk Masing-
masing Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Perdagangan ... 95 21. Perbandingan Kupedes terhadap Biaya Rumah Tangga untuk Masing-
masing Responden Penerima Kupedes dalam Sektor Industri... 96 22. Perbandingan Kupedes terhadap Biaya Rumah Tangga untuk .Masing-
xiv
1
1.1 Latar Belakang
Besarnya pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa sektor, di
antaranya sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air
bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, serta keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan. Pada Tabel 1 dijelaskan mengenai jumlah PDB yang
diberikan setiap sektor kepada negara.
Tabel 1. Nilai PDB Tahun 2003-2007 Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Dalam Triliun Rupiah)
Lapangan Usaha Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 240,4 247,2 253,7 262,4 271,6
2. Pertambangan 167,6 160,1 165,1 168,0 171,4 3. Industri Pengolahan 441,8 469,9 491,4 514,1 538,1 4. Listrik, gas dan air bersih 10,3 10,9 11,6 12,3 13,5
5. Bangunan 89,6 96,3 103,5 112,2 121,9
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 256,5 271,1 293,9 312,5 338,9 7. Pengangkutan dan Komunikasi 85,5 96,9 109,5 125,0 142,9 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 140,4 151,1 161,4 170,1 183,7
9. Jasa-jasa 145,1 152,9 160,6 170,7 182,0
Sumber : Badan Pusat Statistika, 20071.
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa, sektor pertanian, industri, dan
perdagangan merupakan tiga sektor usaha yang mempunyai peranan besar bagi
perekonomian negara. Ketiga sektor tersebut merupakan basis pertumbuhan
ekonomi nasional dan strategis bagi perekonomian bangsa. Hal ini dikarenakan,
sektor-sektor tersebut memberikan sumbangan terbesar terhadap peningkatan
1
[image:30.595.112.510.373.541.2]PDB nasional. Sektor pertanian memberikan penambahan PDB terkecil diantara
kedua sektor tersebut. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa
penyumbang terbesar PDB bagi negara adalah sektor industri, dan sektor
perdagangan berada diurutan kedua.
Keberhasilan ketiga sektor tersebut dalam meningkatkan PDB negara tidak
terlepas dari fungsinya sebagai penyedia pangan, penyedia lapangan kerja,
penyedia bahan baku industri, dan sumber devisa bagi negara. Keberadaan sumber
daya alam Indonesia sangat mendukung dalam pengembangan ketiga sektor
tersebut.
Posisi kredit diketiga sektor tersebut (perdagangan, industri, dan pertanian)
mengalami kenaikan dari tahun 2002 hingga 2006. Namun, dapat dilihat juga
bahwa pangsa kredit di ketiga sektor tersebut berfluktuatif setiap tahunnya. Posisi
tertinggi berada di sektor perindustrian tetapi pangsa kreditnya mengalami
penurunan. Walaupun ketiga sektor tersebut sebagai salah satu pendukung
perekonomian, namun masih membutuhkan kredit sebagai salah satu alternatif
pembiayaan.
Penyaluran kredit ke ketiga sektor tersebut mempunyai proporsi yang
berbeda, pihak perbankan memberikan proporsi kredit lebih besar ke sektor
perdagangan dan industri. Sektor pertanian mendapatkan proporsi yang lebih
rendah dibandingkan kedua sektor tersebut, alasan utamanya karena sektor
pertanian memiliki resiko lebih besar dan hasil yang didapatkan tidak dapat
ditentukan atau diprediksi sebelumnya, karena ditentukan oleh faktor alam.
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal tersebut
[image:32.595.97.531.172.407.2]dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Kredit Nasional
Sektor Ekonomi
Posisi (Triliun Rupiah) Pangsa (%)
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 Pertanian 22,7 24,6 33,1 37,2 45,2 6,1 5,6 5,9 5,3 5,7 Pertambangan 3,9 5,1 7,8 8,1 14,1 1,1 1,2 1,4 1,2 1,8 Perindustrian 122,7 123,8 144,9 171,3 184,0 33,1 28,5 25,9 24,6 23,2 Listrik, Gas
dan Air Bersih
4,4 4,5 6 5,4 7,2 1,2 1 1,1 0,8 0,9 Konstruksi 9,4 12,5 20 27 33,1 2,5 2,9 3,6 3,9 4,2 Perdagangan 66,3 85,1 113,1 135,8 163,4 17,9 19,6 20,2 19,5 20,6 Pengangkutan 12,6 16,4 17,7 19,8 27,1 3,4 3,8 3,2 2,8 3,4 Jasa Dunia
Usaha 31,8 45 56,4 72,6 78,4 8,6 10,3 10,1 10,4 9,9 Jasa Sosial 4,6 10,9 8,1 10 12,0 1,2 2,5 1,4 1,4 1,5 Lain-lain 92,9 112,6 152,5 208,4 227,7 25 25,9 27,3 30 28,7 Total 371,3 440,5 559,6 714,9 792,2 100
Sumber : Bank Indonesia, 20072.
Berdasarkan Tabel 2, penyaluran kredit untuk sektor pertanian pada tahun
2006 sebesar Rp. 45.2 dan PDB 2007 sebesar Rp 271.6 (dalam triliun). Sektor
perindustrian sebesar Rp. 184.0 dan PDB sebesar Rp 538.1 (dalam triliun), dan
sektor perdagangan sebesar Rp. 163.4 dan PDB sebesar Rp. 338.9 (dalam triliun).
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah
penyaluran kredit oleh lembaga perbankan dari tahun 2002 hingga 2006, tidak
terkecuali sektor perdagangan, industri, dan pertanian.
Proporsi kredit yang dikeluarkan oleh bank-bank di Indonesia
berbeda-beda, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 tersebut, dapat
diketahui enam besar dari sepuluh bank yang memberikan dan menyalurkan kredit
umum.
2
Tabel 3Tingkat Bank Berdasarkan Kredit
Urutan Posisi Kredit
Nama Bank
Desember 2006 November 2007
Total Kredit (dalam miliar) Pangsa terhadap Kredit Umum (%) Total Kredit (dalam miliar) Pangsa terhadap Kredit Umum (%) 1. PT. Bank
Mandiri Tbk 108.492 13,69 114.600 11,93
2. PT.`Bank Rakyat Indonesia
90.295 11,40 109.752 11,42
3. PT. Bank Negara
Indonesia Tbk
66.494 8,39 84.409 8,79
4. PT. Bank Central Asia Tbk
61.549 7,77 76.004 7,91
5. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
41.062 5,18 50.454 5,25
6. PT. Bank Niaga
Tbk 33.208 4,19 39.641 4,13
Sumber : Bank Indonesia, 20073.
Pada Tabel 3 dijelaskan bahwa PT. Bank Mandiri memiliki tingkat kredit
paling besar ditahun 2006 dan 2007 dengan pangsa 13,69 persen dan PT. Bank
Rakyat Indonesia berada di urutan kedua dengan pangsa 11,40 persen. Pada
urutan yang lainnya terdapat Bank Negara Indonesia, Bank Centra Asia, Bank
Danamon, dan Bank Niaga. Sedangkan diurutan ketujuh hingga kesepuluh
terdapat Bank Permata, Bank Internasional Indonesia, Citibank, dan Panin Bank.
Keempat bank tersebut secara bergantian berada diurutan ketujuh hingga ke
sepuluh pada tahun 2006 dan 2007.
Salah satu lembaga keuangan yang memiliki perhatian terhadap sektor
perdagangan, industri, dan pertanian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI
3
memberikan kredit ke sektor usaha mikro hingga ke pedesaan. Program unggulan
BRI dalam rangka membantu penyediaan modal usaha mikro adalah Kredit
Umum Pedesaan (Kupedes). Kupedes disalurkan melalui BRI unit yang tersebar
di desa maupun kota di seluruh Indonesia agar mudah dijangkau oleh masyarakat
dan sektor usaha mikro. Kupedes memiliki peranan dalam hal pembiayaan usaha
di ketiga sektor tersebut, namun belum tentu Kupedes mempunyai keterkaitan
terhadap kinerja sektor-sektor tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk merupakan salah satu bank pemerintah
yang berfokus pada bisnis yang mengarah pada pembayaran usaha mikro. Fokus
bisnis tersebut telah menempatkan BRI sebagai bank pemerintah terbesar kedua
dari sisi penyaluran kredit. Sektor ekonomi yang dibiayai oleh BRI antara lain
sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, pertanian, jasa dunia
usaha, dan sektor lain termasuk kredit konsumer.
Kredit merupakan salah satu kebutuhan setiap sektor untuk mendukung
dan menjalankan usahanya. Salah satu jenis kredit tersebut adalah Kredit Umum
Pedesaan atau yang biasa dikenal dengan Kupedes. Kupedes merupakan produk
pelayanan yang dijalankan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), Kupedes ini
mendekatkan kegiatannya hingga ke usaha mikro. Sektor perekonomian yang
dibiayai oleh BRI dalam program Kupedes antara lain sektor pertanian (tanaman,
peternakan, dan perikanan), perindustrian (manufaktur dan kerajinan),
Lokasi yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian selain BRI Unit
Parung adalah BRI cabang Bogor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Tarigan (2006) didapatkan data tentang proporsi Kupedes di Kabupaten Bogor,
data tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Posisi Kupedes di BRI Cabang Bogor Menurut Sektor Ekonomi, Tahun 2001-2004 (dalam juta Rp)
Sektor
2001 2002 2003 2004
Laju (%/tahun) Nilai Kredit Proporsi (%) Nilai Kredit Proporsi (%) Nilai Kredit Proporsi (%) Nilai Kredit Proporsi (%)
Pertanian 4.040 4,26 5.009 4,49 5.719 4,80 4.355 3,19 4,77 Perindustrian 3.160 3,33 3.227 2,89 3.479 2,92 3.178 2,33 0,43 Perdagangan 41.827 44,14 49.116 44,00 57.070 47,89 70.048 51,34 18,79 Jasa lainnya 7.930 8,37 8.169 7,32 9.873 8,29 8.235 6,04 13,49 Golbertap 37.812 39,90 46.107 41,30 43.023 36,10 50.611 37,10 10,96
Total 94.769 100,0 111.628 100,00 119.164 100,00 136.427 100,00 12,73
Sumber : BRI Cabang Bogor dalam Tarigan, 2006.
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa proporsi Kupedes terbesar pada BRI
Cabang Bogor disalurkan ke sektor perdagangan, dengan proporsi mencapai 44
hingga 51 persen. Posisi kedua terbesar adalah golongan berpenghasilan tetap
(golbertap) dengan proporsi mencapai 36 hingga 41 persen. Sektor industri dan
pertanian menempati urutan kedua terakhir, kedua sektor ini mendapatkan
proporsi terkecil. Kupedes seharusnya disalurkan ke sektor usaha yang produktif,
seperti pertanian dan industri dan bukannya ke golbertap yang sifatnya lebih
konsumtif. Sektor industri dan pertanian mempunyai peranan yang besar, karena
dengan berkembangnya sektor tersebut maka akan meningkatkan lapangan
pekerjaan dan juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
Selain melihat proporsi Kupedes di BRI cabang Bogor, dapat dilihat juga
Bogor. Data penyaluran Kupedes di BRI Unit Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Kupedes Per Sektor di BRI Unit Kabupaten Bogor, Tahun 2004 (dalam juta Rp)
No. BRI Unit Pertanian Industri Perdagangan Jasa lainnya Total
1 Jasinga 194 111 1.886 902 3093
2 Cigudeg 25 5 2.835 1.131 3.996
3 Leuwliang 67 105 2.674 2.345 5.191
4 Cibungbulang 592 73 2.878 789 4.332
5 Ciampea 211 139 2.747 1.154 4.251
6 Ciomas 21 135 8.124 2.687 10.967
7 Cijeruk 208 128 2.435 2.217 4.988
8 Cisarua 26 74 1.496 1.730 3.326
9 Cibinong 47 43 2.719 7.860 10.669
10 Citeureup - 362 2.935 2.085 5.382
11 Gunung putri - 10 3.159 4.097 7.266
12 Jonggol 94 48 2.943 973 4.226
13 Semplak 479 314 2.115 5.476 8.384
14 Parung 691 230 3.009 1.201 5.131
15 Parung Panjang 98 137 2.062 1.390 3.687
16 Harjasari 85 80 2.117 5.657 7.939
17 Bojong Gede 18 73 1.854 1.146 3.091
18 Kedung Halang 60 157 2.431 2.600 5.248
19 Cipayung 233 71 2.440 817 3.561
20 Purbasari 138 128 3.396 1.623 5.285
21 Cileungsi 117 144 2.607 1.623 4.500
22 Cariu 494 67 2.084 974 3.619
23 Warung Jambu 195 278 3.470 2.868 6.811
Jumlah 4.093 2.912 64.416 53.345 124.943
Persentase 3,28 2,33 51,56 42,70 100,00
Sumber : BRI dalam Tarigan 2006.
Berdasarkan data pada Tabel 5, BRI Unit Parung menyalurkan Kupedes ke
sektor pertanian jauh lebih besar dibanding BRI Unit lain setelah sektor
perdagangan. Salah satunya penyebab tingginya tingkat kebutuhan di sektor
pertanian adalah masih banyak usaha pertanian di daerah tersebut, seperti tani
ikan. Pemberian Kupedes di BRI Unit Parung juga merata ke semua sektor usaha.
Pada tabel di atas, BRI unit Parung menyalurkan Kupedes ke sektor
pertanian jauh lebih besar di banding BRI Unit lain, yaitu sebesar Rp 691.000.000
yaitu Rp 3.009.000.000, berada di urutan keempat. Sektor industri menerima
Kupedes sebesar Rp 230.000.000 dan berada di urutan keempat. Berdasarkan
data tersebut, BRI Unit Parung menyalurkan Kupedes cukup merata di ketiga
sektor tersebut di banding BRI Unit lain di wilayah Kabupaten Bogor, dengan
total Kupedes yang disalurkan sebesar Rp 5.131.000.000 yang berada di urutan ke
11.
Berdasarkan data tahun 2008, pada BRI Unit Parung terjadi penurunan
jumlah pinjaman dalam sektor pertanian dan industri. Pada Tabel 6 akan
dijelaskan perkembangan laju pinjaman di BRI Unit Parung pada tahun 2008.
Tabel 6. Perkembangan Jumlah Kupedes Per Sektor di BRI Unit Parung, Bulan Januari-Maret 2008
Sektor Pinjaman (Juta Rp)
Jan 2008 Feb 2008 Mar 2008 Laju (%)
Pertanian 183,42 175,03 161,57 -4,20
Industri 1003,78 66,40 177,46 -44,80
Perdagangan 5058,43 5981,78 6408,63 7,74
Jasa 129,37 90,57 138,35 2,51
Golbertap 1805,07 145,32 91,13 -83,95
Total 8630,06 7056,08 6977,15 -7,29
Sumber : BRI Unit Parung, 2008.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa laju perkembangan pinjaman Kupedes
di BRI Unit Parung pada bulan Januari hingga Maret 2008, berdasarkan data
tersebut maka sektor perdagangan merupakan sektor yang memiliki laju
perkembangan Kupedes paling besar, yaitu sebesar 7,74 persen. Sektor jasa
berada di urutan kedua dengan laju pinjaman sebesar 2,51 persen, sedangkan
sektor pertanian dan industri mengalami penurunan dengan laju masing-masing
Selain jumlah pinjaman, dapat diketahui juga perkembangan jumlah
nasabah yang menerima Kupedes di BRI Unit Parung. Jumlah nasabah pada
sektor pertanian dan industri juga mengalami penurunan. Data tersebut dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan Nasabah Kupedes Per Sektor di BRI Unit Parung, Bulan Januari-Maret 2008
Sektor Jumlah Nasabah
Jan 2008 Feb 2008 Mar 2008 Laju (%)
Pertanian 24 22 19 -7,69
Industri 38 25 18 -24,69
Perdagangan 690 735 791 4,56
Jasa 31 13 22 -13,64
Golbertap 286 43 26 -73,24
Total 1069 838 876 -6,93
Sumber : BRI Unit Parung, 2008.
Pada Tabel 7 dapat diketahui laju perkembangan jumlah nasabah, sektor
perdagangan memiliki jumlah nasabah yang selalu meningkat, yaitu sebesar 4,56
persen. Perdagangan merupakan sektor yang diminati oleh BRI dan jumlah
nasabahnya termasuk yang paling besar dibanding sektor pertanian dan industri.
Besarnya nasabah di sektor perdagangan dikarenakan lokasi BRI Unit Parung
yang dekat dengan pasar parung.
Laju jumlah nasabah sektor industri dan pertanian mengalami penurunan
dengan nilai masing-masing 24,69 persen dan 7,69 persen untuk pertanian.
Berdasarkan hal tersebut, akan dianalisis apakah menurunnya nilai Kupedes dan
jumlah nasabah disebabkan kinerja yang dimiliki oleh kedua sektor setelah
menerima Kupedes lebih rendah dibanding sektor perdagangan. Selain itu, apakah
sektor tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Novitasari (2006) di BRI
Unit Kreo, Tanggerang, didapatkan perubahan pendapatan yang diterima oleh
debitur Kupedes. Perubahan pendapatan tersebut diukur pada waktu yang sama
dengan membandingkan pendapatan sebelum dan setelah meminjam Kupedes,
kedua data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Perubahan Pendapatan Rata-rata Sebelum dan Sesudah Menerima Kupedes Berdasarkan Sektor Tahun 2004-2005
Sektor Usaha Sebelum Kredit (Rp)
Sesudah Kredit
(Rp) Perubahan (%)
Pertanian 7.200.000 9.360.000 30,00
Industri 18.000.000 21.660.000 20,33
Perdagangan 19.504.000 27.422.480 40,59
Jasa komersial 13.054.286 17.777.143 36,18
Total 57.054.086 76.219.623 31,96
Sumber : Novitasari, 2006.
Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa pendapatan nasabah sebelum dan
setelah menerima kredit mengalami perubahan, namun apakah perubahan tersebut
dikarenakan dengan menerima Kupedes. Tingkat perubahan pendapatan terbesar
berada di sektor perdagangan, secara keseluruhan rata-rata perubahan pendapatan
yang diterima debitur setelah meminjam Kupedes sebesar 31,96 persen. Selain
dari pendapatan, maka akan dilihat keterkaitan Kupedes terhadap perubahan nilai
laba, asset, persediaan, biaya operasi dan rumah tangga, apakah Kupedes
mempunyai keterkaitan terhadap faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, penelitian
ini dilaksanakan untuk menganalisis performance business debitur di sektor
pertanian, perdagangan, dan industri setelah menerima Kupedes.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah
2. Bagaimana karakteristik dan profil usaha responden?
3. Apakah penerimaan Kupedes mempunyai keterkaitan terhadap
performance business debitur dalam sektor perdagangan, industri, dan
pertanian?
4. Bagaimana perbandingan rasio aktivitas dan profitabilitas debitur Kupedes
dalam sektor perdagangan, industri, dan pertanian di BRI Unit Parung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah
1. Mendeskripsikan penyaluran Kupedes di BRI Unit Parung
2. Mendeskripsikan karakteristik dan profil usaha responden
3. Menganalisis pengaruh penyaluran Kupedes terhadap performance
business debitur dalam sektor pertanian, perdagangan, dan industri
4. Menganalisis perbandingan rasio aktivitas dan profitabilitas pada debitur
Kupedes dalam sektor perdagangan, industri, dan pertanian di BRI Unit
Parung.
1.4 Manfaat Penelitian
penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi
pihak yang berkepentingan, baik penulis maupun mahasiswa.
1. Bagi penulis, diharapkan dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh
pada saat kuliah, serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang
2. Bagi mahasiswa, diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan
referensi untuk perkuliahan dan penelitian yang akan dilakukan
selanjutnya.
3. Bagi BRI, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor –
faktor yang dipengaruhi oleh Kupedes terhadap performance business
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbankan
2.1.1 Pengertian Bank
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalammelaksanakan kegiatan
usahanya. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan
demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama
perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat,
serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yaitu sebagai penunjang
kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dari masa ke masa bank bergerak dan merubah sifatnya dari sebuah
perusahaan yang menyelenggarakan jual-beli dan penukaran uang
(money-changer) serta sebagai juru bayar (cashier) menjadi sebuah perusahaab yang
menyelenggarakan perkreditan (Susatyo, 1965). Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan meyalurkannya
kepada masyarkat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
(Dendawijaya, 2001).
Menurut Undang-undang nomor 7 tentang perbankan 1992 dapat
disimpulkan definisi bank sebagai berikut : bank merupakan salah satu badan
usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa.
Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan
dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga ataupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (Simorangkir, 2004).
Bank dalam kamus istilah Bank Indonesia, 2006 adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak. Tugas bank memberikan kredit dan
pinjaman yang diberikan oleh bank dibebankan kepada saldo nasabah. Walaupun
bank memberikan kredit, jumlah saldo nasabah tidak berkurang. Sebaliknya,
nasabah memiliki hak penuh terhadap setiap penarikan uangnnya selama saldo di
bank mencukupi.
Dengan diberlakukannya Undang-undang tentang Bank Indonesia No. 23
Tahun 1999, peranan Bank Indonesia dalam membantu usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) menjadi bersifat tidak langsung dan lebih terfokus kepada
bantuan teknis serta pengembangan kelembagaan yang menunjang UMKM.
Upaya-upaya Bank Indonesia tersebut dilakukan melalui (1) Pemberian bantuan
teknis; (2) Pengembangan kelembagaan; (3) Kebijakan kredit.perbankan; dan (4)
Dalam Suyatno (2007) menurut Pasal 5 undang-undang Nomor 7/1992,
menurut jenisnya bank terdiri dari a) Bank Umum, adalah bank yang dapat
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan b) Bank Perkreditan Rakyat,
adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.
Terdapat beberapa jenis atau bentuk bank lainnya, tergantung pada cara
penggolongannya. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya terdiri dari bank milik
negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN), bank milik pemerintah daerah
(Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD), bank milik swasta nasional, bank milik
swasta campuran (nasional dan asing), dan bank milik asing (cabang atau
perwakilan). Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya antara lain bank
retail, bank korporasi, bank komersial, bank pedesaan, dan bank pembangunan.
Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha terdiri dari
bank konvensional, bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran., dan
bank berdasarkan prinsip syariah yang aturan perjanjiannya berdasarkan hukum
islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah.
2.1.2 Pengertian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang
asing bagi masyarakat. perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di
kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat
populer. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya
sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang,
uang, atau jasa (Suyatno, 2007).
Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan.
Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah di antara si pemberi dan
si penerima kredit. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang atau barang)
dengan balas prestasi (kontra prestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang
(Simorangkir, 2004).
Ekonomi bank dan kredit adalah bagian daripada ekonomi umum yang
mempelajari teori-teori umum yang dapat dipraktekan guna membahas
masalah-masalah perbankan dan perkreditan. Perbankan dan perkreditan senantiasa
dipandang sebagai sosial ekonomi pada umumnya dan sebagai industri pada
khususnya (Susatyo, 1965).
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Dendawijaya, 2001).
Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit (Dendawijaya, 2001) adalah (1)
Kepercayaan yaitu keyakinan pemberi kredit bahwa transaksi yang akan diberikan
akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu; (2) Waktu yaitu masa
memisahkan antara pemberi transaksi dan kontra transaksi yang akan diterima
pada masa yang akan datang; (3) Resiko yaitu suatu kemungkinan yang akan
dihadapi sebagai akibat jangka waktu dari pengembalian transaksi yang diberikan;
Bank yang pedomannya adalah memperoleh hasil yang setinggi-tingginya
dari yang dipinjamkan tanpa mempersoalkan penggunaan kredit yang
diberikannya disebut pemberian kredit berdasarkan private ekonomi.
Pertimbangan utama baginya ialah pinjaman pokok bersama tingkat bunga yang
tinggi dinayar kembali tepat pada waktunya. Bank komersial dalam memberikan
kredit pada umumnya bertitik tolak dari segi sosial ekonomi (Simorangkir, 2004).
Pemberian kredit dimaksudkan untuk memproleh keuntungan, maka bank
hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk
kredit, jika merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu
dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan
dan kemauan tersebut, tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga
unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit. Kedua unsur tersebut saling
berkaitan (Suyatno, 2007).
Apabila dibedakan menurut sumbernya, kredit dapat dibedakan menjadi
kredit formal dan non formal. Kredit formal adalah kredit yang berasal dari
lembaga keuangan formal, baik lembaga yang berciri bank atau bukan bank.
Sedangkan kredit non-formal adalah kredit yang berasal dari lembaga keuangan
non-formal, seperti pelepas uang/rentenir, pedagang/tengkulak, pengijon, keluarga
dan sebagainya (Rachmina, 1994).
Kredit sangat dibutuhkam dalam rangka pelaksanaan pembangunan
ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai dua komponen penting, yaitu
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan. Pertumbuhan
ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan produksi (output). Peningkatan
7b. Tambahan kredit
1. Permohonan kredit
2. Analisis kredit
3. Persetujuan kredit
4. Perjanjian kredit 5. Pencairan kredit
6. Pengawasan kredit
7a. Pelunasan kredit 7c. Kredit
bermasalah
cara menerapkan teknologi baru. Penambahan input maupun penggunaan
teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal. Modal yang
digunakan bersumber dari modal sendiri dan atau dari modal pinjaman (kredit).
Namun, mengingat modal milik sendiri umumnya relatif sedikit, maka sebagai
tumpuan tentunya akan beralih pada kredit yang dapat tersedia pada saat
diperlukan (tepat waktu).
2.1.2.1 Siklus Perkreditan
Siklus perkreditan dimulai sejak pengajuan permohonan kredit hingga
akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan pelunasan kredit secara grafis dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Siklus Perkreditan (Dendawijaya, 2001)
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa ada tujuh tahap siklus
perkreditan, pertama calon debitur/nasabah mengajukan permohonan kredit
kepada pihak atau badan yang memberikan kredit, kemudian surat permohonan
tersebut, persetujuan kredit dilakukan oleh suatu komite yang dibentuk direksi
yang disebut “komite kredit” (3). Selanjutnya perjanjian kredit dipersiapkan
notaris publik yang ditunjuk oleh bank atau dipilih oleh calon nasabah (4), setelah
berbagai persyaratan dipenuhi oleh debitur bank akan mencairkan kredit (5).
Pengawasan kredit dilakukan setelah kredit cair, pengawasan ini merupakan satu
kunci utama untuk mengetahui dari keberhasilan pemberian kredit (6). Dalam
kondisi ideal, nasabah akan dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai
dengan kesepakatan yang dimuat dalam perjanjian kredit dan nasabah dapat
(mampu atau mau) membayar aangsuran pokok pinjaman (7a). Bagi nasabah yang
berhasil dalam menjalankan usahanya, maka nasabah tersebut akan datang
kembali ke bank untuk mambicarakan kemungkinan memperoleh penambahan
kredit bagi perluasan usaha (7b). Perkembangan pemberian kredit yang paling
tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya
ternyata menjadi kredit yang bermasalah, debitur gagal untuk memenuhi
kewajibannya membayar angsuran pokok kredit (7c).
2.1.2.2 Sifat-sifat Kredit Bank
Beberapa sifat atau ciri dari kredit bank yaitu (Weston dan Brigham, 1998)
(1) Jatuh tempo, meskipun kredit bank lazimnya mempunyai jangka waktu yang
lebih panjang daripada utang usaha, namun sebagian besar kredit bank adalah
berupa pinjaman jangka pendek; (2) Promes, jika bank menyetujui pemberian
kredit maka kesepakatan itu diwujudkan dengan menandatangani promes
(promissory note). Promes adalah dolumen yang merinci persyaratan den
Plafond kredit, kesepakatan formal atau informal di antara bank dan peminjam
mengenai jumlah kredit maksimum yang akan diberikan bank kepada peminjam.
2.2 Kredit Umum Pedesaan
Bank Rakyat Indonesia Unit (BRI Unit) merupakan salah satu dari unit
kerja Bank Rakyat Indonesia yang melayani kegiatan usaha perbankan pada
segmen mikro. Secara struktural BRI Unit berada di level paling bawah dalam
strukur organisasi BRI. Unit kerja yang berada di atas BRI Unit secara
berturut-turut adalah kantor cabang, kantor wilayah, dan kantor pusat.
BRI Unit yang sebelumnya bernama BRI Unit Desa, pertama kali dibentuk
pada tahun 1969 berkaitan dengan program Bimbingan Massal (Bimas) yang
merupakan program pemerintah. Peran BRI Unit Desa dalam program Bimas
tersebut adalah sebagai pemberi modal kepada petani di wilayah pedesaan. Dana
yang disalurkan BRI Unit kepada petani berasal dari dana pemerintah. Penyaluran
kredit Bimas sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah setempat
khususnya dalam hal menentukan sasaran kredit. BRI Unir Desa tidak mempunyai
kewenangan penuh karena segala ketentuan dan sistemnya ditentukan pemerintah.
Dalam hal ini BRI Unit Desa lebih bersifat “kasir” saja, karena tidak mempunyai
wewenang untuk melakukan penilaian kredit dan menentukan pihak-pihak mana
saja yang layak untuk diberi kredit. Realisasi dan kinerja kredit Bimas mengalami
penurunan, oleh karena itu pada tahun 1983 program Bimas dihentikan.
Pada tahun 1983 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi keuangan
dan perbankan, diantaranya diberikan kemudahan persyaratan untuk mendirikan
produknya. Kebijakan deregulasi ini dimanfaatkan oleh BRI tentang keberadaan
BRI Unit Desa yaitu dengan merubah fungsi BRI Unit Desa yang semula
keberadaannya hanya berfungsi sebagai kepanjangan tangan (chanelling) dalam
penyaluran kredot Bimas menjadi commercial rural finansial intermediary
(lembaga perantara keuangan pedesaan).
Lokai BRI Unit Desa yang semula lebih banyak didirikan di daerah
pertanian atau persawahan, mulai direlokasi ke sentra-sentra perekonomian di
wilayah setempat, dan nama BRI Unit Desa diganti dengan nama yang lebih
komersial, yaitu BRI Unit. Selain kredit Bimas, BRI Unit Desa juga melayani
kredit Mini-Midi yang dananya juga masih disubsidi oleh pemerintah.
Pada tahun 1984 BRI Unit mulai menyalurkan Kredit Umum Pedesaan
(Kupedes) yang pendekatannya mengarah ke komersial. Kupedes adalah suatu
fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI Unit (bukan oleh Kantor Cabang BRI
atau Bank lain), untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang
layak.
Sasaran Kupedes, yaitu pihak perorangan atau perusahaan yang usahanya
dinilai layak (eligible). Dalam hal ini, pengusaha yang bergerak diberbagai sektor
ekonomi yang ada di wilayah kerja BRI Unit. Golongan masyarakat
berpenghasilan tetap (Golbertap)., misalkan pegawai pegeri sipil, anggota
TNI/POLRI, pegawai BUMN, pegawai perusahaan daerah, pensiunan dan
pegawai berpenghasilan tetap, dan lain-lain.
Berdasarkan tujuan penggunaan, Kupedes dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu Kupedes modal kerja (eksploitasi) dan Kupedes investasi. Ditinjau dari
sektor perdagangan, sektor industri, sektor jasa-jasa lainnya, da sektor golongan
berpenghasilan tetap (golbertap).
Pada tahun 2005 hingga sekarang, besarnya plafond yang diberikan
maksimum Rp 100.000.000. Pengusaha yang memiliki pengalaman minimal satu
tahun hanya dapat meminjam sampai dengan Rp 50.000.000-, sedangkan untuk
pengalaman usaha minimal 2 tahun dapat minimum hingga Rp 100.000.000-.
Jangka waktu angsuran kredit minimal 3 bulan dan maksimal 36 bulan,
kecuali untuk golbertap jangka waktu maksimum 96 bulan. Pola angsuran, secara
bulanan atau angsuran secara bulanan dengan grace period angsuran 3,4, 6 bulan.
Dalam Kupedes terdapat fasilitas lain yang biasa disebut dengan Intensif
Pembayaran Tepat Waktu (IPTW). IPTW diberikan bagi nasabah yang tertib
mengangsur pinjamannya secara tepat waktu selama periode tertentu, besarnya
IPTW yang diberikan sebesar 1/4 bagian dari suku bunga dan dibayarkan 6 bulan
sekali langsung masuk ke tabungan nasabah.
Besarnya suku bunga yang dibebankan kepada nasabah bebrbeda-beda,
sesuai dengan pinjaman yang diterima.
1. Plafond < Rp 25.000.000, besar bunga yang diberikan sebesar 2%.
2. Plafond Rp 25.000.000-Rp 49.000.000, besar bunga yang diberikan
sebesar 1.67%.
3. Plafond Rp 50.000.000, besar bunga yang diberikan sebesar 1.6%.
4. Plafond > Rp 50.000.000, besar bunga yang diberikan sebesar 1.2%.
Untuk besar pinjaman dari 1-3 mendapatkan IPTW, sedangkan pinjaman 4
tidak mendapatkan IPTW tetap bungan yang diberikan lebih rendah. Agunan yang
Kupedes yang diterimanya beserta kewajiban-kewajibannya (pinjaman pokok dan
bunga).
2.3 Penelitian Terdahulu
2.3.1 Penelitian Mengenai Kupedes
Alamsyah (2007) menjelaskan bahwa karakteristik individu debitur
Kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan atau penunggakan dalam
pembayaran kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD,
memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, mengikuti pembinaan
dari petugas BRI, dan memiliki rumah yang berjarak sekitar dua sampai empat
kilometer dengan BRI. Adapun karakteristik usaha debitur Kupedes sektor
agribisnis yang mengalami kemacetan atau penunggakan dalam pembayaran
kredit sebagian besar memiliki pengalaman usaha antara 3-6 tahun, memiliki
jangka waktu pengembalian kredit 24 bulan, menyatakan tidak keberatan dengan
beban bunga, dan memiliki omzet per bulan Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000.
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi logistik.
Wicaksono (2007) didalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit pertanian oleh BRI Indonesia adalah
variabel produk domestik bruto sektor pertanian dan variabel tingkat
pengembalian kredit bermasalah sektor pertanian di BRI. Sedangkan variabel
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak berpengaruh secara nyata.
Metode penelitian menggunakan model ekonometrika pada tingkat signifikansi
Penelitian yang dilakukan Tarigan (2006) menjelaskan gambaran umum
BRI, syarat-syarat dan prosedur penyaluran kredit serta faktor 5 C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy) di BRI Unit Parung.
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan Kupedes di BRI Unit
Parung adalah jumlah agunan, pengalaman kredit, dan omzet. Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit dijelaskan secara kuantitatif. Dalam
hal ini digunakan metode pendekatan langsung dengan menggunakan regresi.
Candrayasa (2000) dalam penelitiannya tetntang analisis efektivitas
penyaluran kredit umum pedesaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembaliannya di Bank Rakyat Indonesia Unit Diponegoro Surabaya,
menyatakan bahwa secara ummum penyaluran Kupedes di BRI Unit Dipoenegoro
telah berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat dari data tahunan bank yang
menunjukkan adanya perkembangan penyaluran kredit dari tahun ke tahun, dan
hanya pada tahun 1997-1998 yang mengalami penurunan yang lebih disebabkan
oleh keadaan ekonomi yang sangat buruk. Sedangkan untuk melihat efektivitas
penyaluran kredit berdasarkan pada pendapatan nasabah. Pendapatan nasabah
terhadap penyaluran fasilitas Kupedes oleh BRI Unit Diponegoro umumnya baik,
dengan pencapaian skor pada selang sangat efektif dengan perhitungan skala
linkert.
2.3.2 Penelitian Mengenai Penilaian Kinerja
Menurut Haerudin (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kinerja
keuangan Swamitra-Kowapi dilihat dari sisi rasio likuiditas, solvabilitas, dan
tersebut menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing rasio
tersebut masih di atas nilai minimum yang ditentukan Bank Indonesia.
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit adalah rata-rata
pendapatan perbulan dan pengalaman menggunakan kredit.
Supriadi, et al (2007) dalam jurnal MPI, menganalisis tentang pengaruh
pemberian kredit terhadap kinerja debitur mikro. Jurnal tersebut menganalisis
kinerja debitur apabila dilihat dari profitabilitas dan skala usaha. Dinyatakan
bahwa terdapat hubungan nyata antara pemberian kredit yaitu terjadi peningkatan
kinerja usaha debitur mikro setelah mendapatkan kredit. Faktor-faktor yang
dipengaruhi seperti profit margin (PM), ROE, aset, dan penjualan. sedangkan
ROA mengalami penurunan setelah mendapatkan kredit. Jurnal tersebut juga
mengatakan bahwa terdapat kebutuhan pembiayaan yang bersifat transaksional
atau