• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Pengertian Kredit

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat. perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat populer. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan dapat memenuhi segala

sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa (Suyatno, 2007).

Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah di antara si pemberi dan si penerima kredit. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang atau barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang (Simorangkir, 2004).

Ekonomi bank dan kredit adalah bagian daripada ekonomi umum yang mempelajari teori-teori umum yang dapat dipraktekan guna membahas masalah- masalah perbankan dan perkreditan. Perbankan dan perkreditan senantiasa dipandang sebagai sosial ekonomi pada umumnya dan sebagai industri pada khususnya (Susatyo, 1965).

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Dendawijaya, 2001).

Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit (Dendawijaya, 2001) adalah (1) Kepercayaan yaitu keyakinan pemberi kredit bahwa transaksi yang akan diberikan akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu; (2) Waktu yaitu masa memisahkan antara pemberi transaksi dan kontra transaksi yang akan diterima pada masa yang akan datang; (3) Resiko yaitu suatu kemungkinan yang akan dihadapi sebagai akibat jangka waktu dari pengembalian transaksi yang diberikan; (4) Transaksi yaitu objek kredit yang bisa berupa uang, barang atau jasa.

Bank yang pedomannya adalah memperoleh hasil yang setinggi-tingginya dari yang dipinjamkan tanpa mempersoalkan penggunaan kredit yang diberikannya disebut pemberian kredit berdasarkan private ekonomi. Pertimbangan utama baginya ialah pinjaman pokok bersama tingkat bunga yang tinggi dinayar kembali tepat pada waktunya. Bank komersial dalam memberikan kredit pada umumnya bertitik tolak dari segi sosial ekonomi (Simorangkir, 2004).

Pemberian kredit dimaksudkan untuk memproleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut, tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit. Kedua unsur tersebut saling berkaitan (Suyatno, 2007).

Apabila dibedakan menurut sumbernya, kredit dapat dibedakan menjadi kredit formal dan non formal. Kredit formal adalah kredit yang berasal dari lembaga keuangan formal, baik lembaga yang berciri bank atau bukan bank. Sedangkan kredit non-formal adalah kredit yang berasal dari lembaga keuangan non-formal, seperti pelepas uang/rentenir, pedagang/tengkulak, pengijon, keluarga dan sebagainya (Rachmina, 1994).

Kredit sangat dibutuhkam dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai dua komponen penting, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan produksi (output). Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input atau dengan

7b. Tambahan kredit 1. Permohonan kredit 2. Analisis kredit 3. Persetujuan kredit 4. Perjanjian kredit 5. Pencairan kredit 6. Pengawasan kredit 7a. Pelunasan kredit 7c. Kredit bermasalah

cara menerapkan teknologi baru. Penambahan input maupun penggunaan teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal. Modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri dan atau dari modal pinjaman (kredit). Namun, mengingat modal milik sendiri umumnya relatif sedikit, maka sebagai tumpuan tentunya akan beralih pada kredit yang dapat tersedia pada saat diperlukan (tepat waktu).

2.1.2.1 Siklus Perkreditan

Siklus perkreditan dimulai sejak pengajuan permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan pelunasan kredit secara grafis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Siklus Perkreditan (Dendawijaya, 2001)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa ada tujuh tahap siklus perkreditan, pertama calon debitur/nasabah mengajukan permohonan kredit kepada pihak atau badan yang memberikan kredit, kemudian surat permohonan tersebut dianalisis apakah disetujui atau tidak (2). Atas laporan analisis kredit

tersebut, persetujuan kredit dilakukan oleh suatu komite yang dibentuk direksi yang disebut “komite kredit” (3). Selanjutnya perjanjian kredit dipersiapkan notaris publik yang ditunjuk oleh bank atau dipilih oleh calon nasabah (4), setelah berbagai persyaratan dipenuhi oleh debitur bank akan mencairkan kredit (5). Pengawasan kredit dilakukan setelah kredit cair, pengawasan ini merupakan satu kunci utama untuk mengetahui dari keberhasilan pemberian kredit (6). Dalam kondisi ideal, nasabah akan dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang dimuat dalam perjanjian kredit dan nasabah dapat (mampu atau mau) membayar aangsuran pokok pinjaman (7a). Bagi nasabah yang berhasil dalam menjalankan usahanya, maka nasabah tersebut akan datang kembali ke bank untuk mambicarakan kemungkinan memperoleh penambahan kredit bagi perluasan usaha (7b). Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit yang bermasalah, debitur gagal untuk memenuhi kewajibannya membayar angsuran pokok kredit (7c).

2.1.2.2 Sifat-sifat Kredit Bank

Beberapa sifat atau ciri dari kredit bank yaitu (Weston dan Brigham, 1998) (1) Jatuh tempo, meskipun kredit bank lazimnya mempunyai jangka waktu yang lebih panjang daripada utang usaha, namun sebagian besar kredit bank adalah berupa pinjaman jangka pendek; (2) Promes, jika bank menyetujui pemberian kredit maka kesepakatan itu diwujudkan dengan menandatangani promes (promissory note). Promes adalah dolumen yang merinci persyaratan den ketentuan pinjaman, termasuk jumlahnya, suku bunga dan jadwal angsuran; (3)

Plafond kredit, kesepakatan formal atau informal di antara bank dan peminjam mengenai jumlah kredit maksimum yang akan diberikan bank kepada peminjam.