Tabel Z
Agustian, R.D. dan Robecca, J. 2014. Perencanaan Kebutuhan Baku Pupuk NPK di
PT. Pupuk Kujang Cikampek. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
(http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/654/jbptunikompp-gdl-robidwiagu-32664-10-jurnal.pdf)
Astuti, W.A.G., Cipta, W. dan Meitriana, A.M. 2013. Penerapan Metode Economic
Order Quantity Persediaan Bahan Baku Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap
“Banyuatis”. Jurnal pada Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. 4:1.
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/view/2048/1786)
Baroto, T. 2002. Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Penerbit Gahlia
Indonesia.
Fitriani, N., Yusuf, R.P. dan Rantau, I.K. 2014. Analisis Persediaan Beras Di
Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Nusa Tenggara Timur. E-Jurnal
Agribisnis dan Agrowisata. 3:1.
Kotb, K.A.M., Genedi, H.M. dan Zaki, S.A. 2011. Quality Control for Probabilistic
Single-Item EOQ Model with Zero Lead Time Under Two Restrictions:A
Geometric Programming Approach.
International Mathematical Forum. 6:28.
(http://www.m-hikari.com/imf-2011/25-28-2011/kotbIMF25-28-2011.pdf)
Limansyah, T. 2011. Analisis Model Persediaan Barang EOQ Dengan
Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa Dan Faktor All Unit Discount.
Universitas
Katolik
Parahyangan.
(
http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/download/73/62.)Rangarajan, K dan Karthikeyan, K. 2015. Analysis of an EOQ Inventory Model for
Deteriorating Items with Different Demand Rates. Applied Mathematical
Sciences. 9:46.(http://www.m-hikari.com)
Rangkuti, F. 2007. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Prasada.
Richardus, E.I dan Richardus I. 2003. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT. Grasindo.
Susanto, B. 2009. Analisis Pengendalian Persediaan Air Mineral Menggunakan
Metode EOQ. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/557/1/BUDI%20S
USANTO-FST.pdf)
Yamit, Z. 1999. Manajemen Persedian. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII.
3.1 Permintaan Bahan Baku Karet
Bahan baku yang tersedia di gudang sebagian besar digunakan untuk proses produksi
dan sisanya disimpan untuk cadangan produksi berikutnya. Data penggunaan bahan
baku PT. Asahan Crumb Rubber ditunjukan pada Tabel 3.1. Dimana kapasitas
penggilingan mesin sebesar 2.400.000 kg per bulannya. Berdasarkan Tabel 3.1, dapat
diketahui bahwa rata-rata penggunaan bahan baku sama dengan rata-rata pembelian
bahan baku yaitu 2.278.405 kg dengan persediaan (safety stock) sama dengan nol.
21
Tabel 3.1 Permintaan Bahan Baku Karet Tahun 2014 (Dalam
Kilogram)
No
Bulan
Permintaan
Safety Stock
1
Januari
2.400.000
161.305
2
Februari
2.400.000
100.415
3
Maret
2.312.020
0
4
April
1.900.555
0
5
Mei
2.310.005
0
6
Juni
2.400.000
401.000
7
Juli
2.400.000
150.605
8
Agustus
2.400.000
51.815
9
September
2.400.000
528.235
10
Oktober
2.028.235
0
11
November
2.235.000
0
12
Desember
2.155.050
0
Jumlah
27.340.865
0
Rata-rata
2.278.405,417
Sumber: PT. Asahan Crumb Rubber
3.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Karet
Biaya pemesanan PT. Asahan Crumb Rubber tahun 2014 ditunjukkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Karet (Dalam Rupiah)
Jenis Biaya
Biaya (Rp)
Biaya penerimaan/pembongkaran barang
21.871.672,00
Biaya Adm dan umum
2.000.000,00
Jumlah
23.871.672,00
Sumber: PT. Asahan Crumb Rubber
Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwa pada tahun 2014 biaya pemesanan yang di
keluarkan oleh perusahaan adalah Rp 23.871.672,00
3.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku Karet
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang terkait dengan proses penyimpanan bahan
baku mulai dari tangan pemasok sampai ke tangan produsen. Biaya ini akan
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah persediaan karet yang disimpan
begitu juga sebaliknya, biaya ini akan mengalami penurunan jika persediaan karet
yang disimpan juga berkurang. Besarnya biaya penyimpanan pada PT. Asahan
Crumb Rubber oleh pihak manejemen ditetapkan sebesar 2% dari harga karet per
kilogram. Biaya penyimpanan PT. Asahan Crumb Rubber dapat dilihat pada Tabel
3.3 berikut:
Tabel. 3.3 Persentase Biaya simpan, Harga per Kg dan Biaya penyimpanan
Tahun
Persentase Biaya
Penyimpanan (%)
Harga Bahan Baku
per kg (Rp)
Biaya Penyimpanan
per kg (Rp)
2014
2
15.300
306,00
[image:6.612.120.524.533.599.2]23
3.4 Penentuan Total Biaya Persediaan Perusahaan
Perhitungan total biaya persediaan pada PT. Asahan Crumb Rubber dengan rumus
sebagai berikut:
= Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan
=
× + ×
Keterangan:
= Biaya persediaan perusahaan
= Rata-rata penggunaan bahan baku per tahun
= Biaya penyimpanan bahan baku
= Banyak bulan per tahun (12 bulan)
= Biaya pemesanan bahan baku
Dengan menggunakan rumus di atas maka dapat dihitungan total biaya persediaan
perusahaan sebagai berikut:
=
× + ×
= 2.278.405 × Rp 306 + 12 × Rp 23.871.672
= Rp 697.191.930 + Rp 286.460.064
= Rp 983.651.994
,00
Pada PT. Asahan Crumb Rubber didapat total biaya persediaan persediaan tahun
2014 adalah Rp 983.651.994,00.
3.5 Perhitungan Biaya Persediaan dengan Metode EOQ (Economic Order
Quantity)
Perhitungan persediaan bahan baku pada PT. Asahan Crumb Rubber tahun 2014 telah
di selesaikan. Dimana, perhitungan persediaan bahan baku perusahaan tersubut
meliputi pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan. Sedangkan perhitungan
(safety stock), penentuan pemesanan kembali (reorder point), penentuan persediaan
maksimal (maximum inventory), dan perhitungan total biaya persediaan. Berdasarkan
jumlah pesanan standar didasarkan atas pertimbangan efisiensi, yang disebut dengan
jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity).
3.5.1
Penentuan Pemesanan yang Ekonomis dengan Metode EOQ (Economic
Order Quantity)
! = "
#$% &= "
#×#'.()*.+)#,--×#).'.-.(+/'-+= 2.065.388,86
kg
Dengan frekuensi pembelian adalah 13,2 kali maka, pembelian yang dilakukan
sebanyak 13 kali.
3.5.2
Penentuan Banyaknya Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Untuk menentukan banyaknya persediaan pengaman diperlukan nilai standar deviasi
(
0
) pemakaian bahan baku pada tahun 2014 dan juga safety factor (Z) yang
digunakan perusahaan. Perusahaan mengharapkan terjadinya stockout hanya 5% dan
apabila dilihat dari tabel distribusi normal didapat nilai apabila error yang diharapkan
hanya 5% maka nilai safety factor (Z) yang digunakan adalah 1,65.
= 1 × 0
= 1,65 × 168.765
= 278.461,72
kg
Dari perhitungan safety stock diatas, dapat diketahui besarnya jumlah pesediaan yang
25
kehabisan bahan baku (Stock Out). Persediaan pangaman tersebut akan tetap
dipertahankan walaupun bahan bakunya dapat diganti yang baru.
3.5.3
Penentuan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Titik pemesanan kembali digunakan untuk mengetahui apabila pada saat banyaknya
bahan baku di gudang sudah mencapai titik pemesanan kembali (Reorder Point)
maka pemesanan harus dilakukan kembali. Data waktu lead time yang digunakan
adalah dalam hitungan per tahun. Misal: lead time untuk bahan baku adalah 1 hari,
maka
=
'+/*.
2 =
× 3 +
= 427.340.865 ×
*'+/
5 + 278.461,72
= 353.368,20
kg
3.5.4
Penentuan Persediaan Maksimal (Maximum Inventory)
Persediaan maksimal (Maximum Inventory) diperlukan untuk mengetahui banyaknya
maksimal bahan baku yang seharusnya terdapat di gudang.
6 =
+ !
= 278.461,72 + 2.065.388,86
= 2.343.850,58
kg
Pada tahun 2014 jumlah persediaan yang boleh ada di gudang adalah sebesar
2.343.851 kg. Bila jumlah persediaan karet yang ada di gudang melebihi jumlah
tersebut, maka dikhawatirkan jumlah biaya penyimpanan yang akan dikeluarkan
3.5.5
Penentuan Total Biaya Persediaan Bahan Baku
= 7! × 8 + 7
!
2 × 8
= 4
#).'.-.(+/#.-+/.'((,(+
× 23.871.6725 + 4
#.-+/.'((,(+ #,--× 306,005
= 316.004.493,9 + 316.004.495,58
=
Rp 632.008.989,51
Didapat total biaya persediaan menurut metode EOQ (Economic Order Quantity)
adalah sebesar Rp 632.008.989,00
3.5.6
Hubungan Antara EOQ, SS dan ROP
27
Perbedaan antara frekuensi dan jumlah pembelian bahan baku berdasarkan
perhitungan perusahaan dengan metode EOQ (Economic Order Quantity) pada tahun
2014. Dimana, frekuensi pembelian dilakukan setiap hari oleh perusahaan sedangkan
dengan metode EOQ hanya memerlukan sebanyak 13x pembelian dan jumlah total
pembelian perusahaan sebanyak 2.278.405 kg sedangkan metode EOQ hanya
memerlukan 2.065.389 kg untuk setiap kali pesan. Jika jumlah pembelian bahan baku
yang selalu meningkat dan frekuensi pembelian yang terlalu sering tentunya
menyebabkan membengkaknya total biaya pembelian. Perusahaan telah menyusun
total inventory cost, yang disusun oleh perusahaan tersebut dibandingkan dengan
total inventory dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) tahun
2014. Perbandingan TIC perusahaan dengan TIC EOQ dapat dilihat pada flowchart
[image:12.612.157.524.351.655.2]berikut.
29
[image:13.612.129.512.155.219.2]Perbedaan TIC perusahaan dengan TIC EOQ dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Perbedaan Total Inventory Cost tahun 2014 (Dalam rupiah)
TIC Perusahaan
(Rp)
TIC EOQ
(Rp)
Selisih
(Rp)
983.651.994,00
632.008.989,00
351.643.005,00
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan yang telah dilakukan maka
diketahui bahwa pemakaian bahan baku karet pada PT. Asahan Crumb Rubber masih
berfluktuasi. Hal ini dibuktikan dari pemakaian bahan baku karet yang selalu berbeda
beda setiap bulannya. Dengan demikian penting bagi perusahaan untuk melaksanakan
suatu metode pembelian persediaan yang lebih efisien, sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.
Sedangkan untuk mengatasi pemakaian yang berfluktuasi tersebut dapat
digunakan sebuah metode pembelian yang biasa dikenal dengan EOQ (Economic
Order Quantity). EOQ merupakan metode pembelian persediaan yang mampu
meminimalkan biaya penyimpanan. Dalam perhitungan metode ini, dipertimbangkan
beberapa hal, antara lain jumlah kebutuhan bahan baku, biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan.
Perbedaan yang muncul antara metode yang diterapkan perusahaan dengan
metode EOQ (Economic Order Quantity), dapat dilihat pada Tabel 3.4, table tersebut
menjelaskan perhitungan EOQ yang telah diselesaikan. Dari perhitungan tersebut,
diperoleh total biaya persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan total biaya
persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, dengan metode EOQ perusahaan
harus mengeluarkan total biaya persediaan sebesar Rp 632.008.989,00. Jumlah ini
lebih kecil jika dibandingkan dengan total biaya persediaan yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk periode yang sama yaitu mencapai Rp 983.651.994,00.
Dengan frekuensi pembelian sebanyak 13 kali dalam satu periode jika menggunakan
oleh perusahaan dengan frekuensi pembelian setiap hari. Selain itu, frekuensi
pembelian yang lebih sedikit akan lebih menekan biaya pemesanan yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Tetapi perlu diingat juga bahwa metode pembelian
persediaan dengan metode EOQ juga memiliki banyak keterbatasan dan
kondisi-kondisi yang harus dipenuhi, misalnya tentang perubahan harga. Karena metode ini
tidak memperhitungkan tentang perubahan harga yang kemungkinan terjadi, maka
hendaknya perusahaan juga memperhatikan faktor perubahan harga dalam
menentukan pembelian persediaan bahan baku. Selain itu dalam penggunaan metode
EOQ terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, antara lain permintaan akan
produk, harga per unit produk, biaya penyimpanan per unit per tahun produk, biaya
pemesanan, waktu antara pemesanan dilakukan sampai dengan barang diterima
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan
yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Jumlah pemesanan bahan baku karet yang ekonomis adalah 2.065.389 kg dengan
frekuensi pemesanan sebanyak 13 kali. Jumlah persediaan pengaman (Safety
Stock) sebanyak 278.462 kg dan persediaan maksimum yang bisa dikelola adalah
sebanyak 2.343.851 kg. Titik pemesanan karet kembali (reorder point) dilakukan
pada saat tingkat persediaan bahan baku karet di gudang mencapai sebanyak
353.368 kg.
2.
Total biaya persediaan bahan baku karet yang dikeluarkan oleh perusahaan pada
tahun 2014 adalah sebesar Rp 983.651.994,00 sedangkan berdasarkan metode
EOQ (Economic Order Quantity) biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
4.2 Saran
Penelitian ini hanya membahas model persediaan satu/single item dengan periode
datangannya pemesanan yang konstan, penelitian ini tidak memperhitungkan
faktor-faktor lain seperti cuaca, perubahan harga dan kekurangan pemasok. Penulis berharap
pada penelitian selanjutnya dengan pembahasan yang sama agar memperhitungkan
faktor tersebut dengan menerapkannya kedalam model atau metode lain sehingga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan
barang-barang yang masi dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi
persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan
bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi,
serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
konsumen atau langganan setiap waktu (Rangkuti, 1995).
2.1 Teori Persediaan
2.1.1 Definisi Persediaan
Persediaan merupakan sumberdaya yang disimpan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan pada saat ini atau masa depan. Salah satu
persoalan manejemen yang potensial adalah persediaan. Persediaan terdiri dari
empat jenis, yaitu persediaan bahan mentah, persediaan dalam proses, persediaan
barang pemeliharaan, dan persediaan barang jadi. Fungsi dari persediaan adalah
untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan
waktu proses diperlukannya persediaan, menghindari inflasi dan perubahan harga,
menghindari kekurangan stok karena cuaca, kekurangan pemasok, masalah mutu,
dan pengiriman, serta menjaga operasi agar berjalan lancar (Susanto, 2009).
Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan
barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll)
yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock) untuk
manghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung.
Untuk lebih jelasnya mengenai persediaan, maka akan dipaparkan
pengertian persediaan. Pengertian persediaan akan dijelaskan dari beberapa
1. Persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut
aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai
dan ditatausahakan dalam bentuk buku perusahaan (Richardus dan Richardus,
2003).
2. Persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan
dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta
barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan
dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti, 1995).
3. Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process),
barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Baroto dalam Riggs,
1976).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material
yang berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan
dalam suatu tempat atau gudang dimana barang tersebut menunggu untuk diproses
atau diproduksi lebih lanjut.
2.1.2 Penyebab Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut (Baroto, 2002)
mengatakan bahwa penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan
Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang
tersebut tidak tersedia sebelummya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan
waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan
hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian
Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam
jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak
konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead
time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat
dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan
8
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan
besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
2.1.3 Jenis-Jenis Persediaan
Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan
yang berbeda. (Rangkuti, 1995) memaparkan persediaan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis.
1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang
berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan
dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi
suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih
lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim
kepada pelanggan.
2.1.4 Fungsi-Fungsi Persediaan
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen.
Ada empat faktor yang dijadikan fungsi dari persediaan, yaitu (Yamit,
1. Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum
barang jadi sampai kepada konsumen.
2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier, menyebabkan perusahaan
memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun
keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan, disebabkan oleh
kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan
operasi, bahan cacat dan berbagai aspek lainnya.
4. Faktor ekonomis, adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan
alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan
menentukan jumlah yang paling ekonomis.
Adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik adalah
sebagai berikut (Rangkuti, 1995):
1. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan
mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada
pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang
dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses
individual perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi
diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para
pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation
stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan
sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar, dibandingkan biaya- biaya yang timbul karena
10
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan
dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman (seasional inventories).
2.2 Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu kebijakan
pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang
dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain,
pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan
tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan
dapat berjalan lancar.
Pengendalian persediaan adalah kegiatan untuk mendapatkan laba yang
maksimum, serta adanya kontinuitas dan kelancaran dalam menjalankan
usahanya. Baik perusahaan jasa, perdagangan, ataupun perusahaan manufaktur
selalu memerlukan persediaan. Persediaan merupakan salah satu aspek keputusan
yang sangat riskan dalam manajemen logistik. Terlalu besarnya persediaan akan
membebani perusahaan dengan biaya simpan (carrying cost) yang tinggi. Jika
persediaan tidak diimbangi dengan permintaan, maka dapat menurunkan kualitas
barang yang disimpan karena terlalu lama. Sebaliknya, jika terlalu sedikit
persediaan akan memperbesar kemungkinan terjadinya kekurangan stok (stock
out). Hal ini akan menurunkan pelayanan terhadap konsumen, karena tidak dapat
memenuhi keinginan dari konsumen itu sendiri. Pengendalian persediaan barang
juga dapat mempengaruhi keberhasilan dari suatu perusahaan untuk bertahan dan
bersaing (Setiawan et al, 2014).
Dalam persediaan dikenal berbagai macam biaya yang berkaitan dengan
pengadaan persediaan, diantaranya adalah:
1. Biaya pembelian.
Ini merupakan harga pembelian jika barang dibeli atau biaya produksi jika
barang dibuat sendiri. Untuk barang yang dibeli, biaya total adalah harga
2. Biaya pemesanan.
Ini merupakan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali memesan barang ke
supplier, atau biaya setup yang terjadi setiap kali ada pergantian proses
produksi dari satu produk ke produk lainnya.
3. Biaya penyimpanan.
Ini adalah biaya yang harus dikeluarkan karena harus menyimpan barang
untuk suatu periode tertentu. Biaya-biaya yang termasuk kelompok ini
misalnya listrik, pajak, premi asuransi, biaya tenaga kerja yang mengawasi
persediaan, dan lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan satu-satuan
barang dalam persediaan untuk suatu periode waktu, dan biaya kehabisan stok
yang mencerminkan konsekuensi ekonomi atas kehabisan stok.
Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting
bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar
dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya
penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan penyusutan
dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi
keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan yang terlalu kecil akan
mengakibatkan kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami
kerugian juga.
Apabila persediaan bahan terlalu besar atau penentuan tingkat persediaan
yang salah dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain
disebabkan oleh:
1. Penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar.
2. Keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil
mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.
3. Kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi.
Dan faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:
1. Perkiraan pemakaian.
2. Harga bahan baku.
3. Biaya-biaya dari persediaan, yang meliputi biaya pemesanan dan biaya
12
4. Pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data
perusahaan.
5. Waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan
barang sampai barang tersebut tiba. Waktu tunggu ini tidak selamanya
konstan, cenderung bervariasi karena tergantung dari jumlah barang yang
dipesan dan waktu pemesanan.
2.3 Formulasi Matematika Model Persediaan EOQ (Economic Order Quantity)
Metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah kuantitas barang yang
dapat diperoleh denganbiaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah
pembelian yang optimal. Ada dua keputusan dasar dalam EOQ (Agustian et al,
2014), yaitu:
a. Berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan pada saat bahan baku tersebut
perlu dibeli kembali (Replenisment Cyle).
b. Kapan perlu dilakukan pembeliaan kembali (Reorder point).
Metode EOQ diperkenalkan oleh Ford W. Harris (1915), menyeimbangkan
biaya pemesanan sebuah item dengan biaya penyimpanan persediaan untuk item.
Diketahui tingkat permintaan dikenal dari kebutuhan tahunan, perusahaan harus
menyeimbangkan biaya jika memesan jumlah yang lebih kecil lebih sering untuk
meminimalkan biaya penyimpanan, terhadap biaya pembuatan sejumlah kecil
pembelian yang lebih besar-kuantitas untuk meminimalkan pemesanan biaya.
EOQ menentukan kuantitas pesanan optimal yang meminimalkan biaya gabungan
pemesanan dan memegang persediaan (Zinn dan Charnes, 2005).
Model persediaan EOQ untuk kerusakan barang konstan dengan tingkat
permintaan yang konstan, fungsi linier dan kuadrat waktu dan waktu tergantung
biaya penyimpanan. Tujuan utama dari ini Model adalah untuk meminimalkan
total biaya tanpa kekurangan (Rangarajan dan Karthikeyan, 2015).
Model EOQ sederhana adalah yang paling mendasar dari semua model
persediaan. diasumsikan bahwa biaya pemesan dan tingkat permintaan konstan
Economic Order Quantity (kuantitas pesanan yang ekonomis) klasik
memberikan bentuk analisis persediaan paling mendasar dan fundamental.
Model-model ini memberikan sarana untuk menentukan berapa jumlah yang harus
dipesan (kuantitas pesanan) dan kapan pemesanan harus dilakukan sehingga
biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan dapat diminimalisir. Asumsi
dasar atas model-model ini adalah bahwa permintaan diketahui dengan pasti dan
bersifat konstan ( Limansyah, 2011).
Dengan demikian, secara matematika biaya total persediaan dapat
dinyatakansebagai berikut :
Biaya Total Persediaan = Biaya Pembelian + Biaya Pemesanan +Biaya
Penyimpanan + Biaya Kekurangan (2.1)
Misalkan permintaan akan suatu barang adalah konstan sepanjang waktu
dengan tingkat D unit pertahun, biaya yang dikeluarkan ketika sebuah pesanan
diajukan adalah P, biayapenyimpanan perunit barang pertahun adalah S, harga
beli perunit barang adalah H, dantingkat persediaan tertinggi terjadi ketika jumlah
[image:24.612.180.427.435.600.2]pesanan Q unit dikirim.
Gambar 2.1.Biaya Persediaan.
Sumber: (Rangkuti, 1995)
( )
2 ( )
( )
14
Karena dalam model persediaan barang EOQ diasumsikan tidak terjadi
kekurangan barang dan biaya pembelian tidak berpengaruh seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1, maka persamaan (2.1) menjadi
Biaya Total Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan (2.2)
Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan ketika sebuah pesanan diajukan,
sehingga besarnya biaya pemesanan selama setahun adalah
Biaya pemesanan
= ×
'(
=
Keterangan:
P : Biaya pembelian
'
( : Frekuensi pemesanan dalam setahun
D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan
Q : Jumlah pemesanan ekonimis
Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan barang
selama barang tersebut disimpan, sehingga besarnya biaya penyimpanan selama
setahun adalah
Biaya penyimpanan = ×()
= 2
Keterangan:
S : Biaya penyimpanan perunit barang
(
)
:
Rata-rata banyaknya barang yang disimpanQ : Jumlah pemesanan ekonimis
(2.3)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.3) dan (2.4) ke dalam persamaan (2.2),
maka diperoleh biaya total persediaan untuk model persediaan barang EOQ
adalah
= + 2
Selanjutnya untuk mencari nilai Q sehingga diperoleh biaya total persediaan yang
minimum, maka haruslah +,-.+( = 0. Diperoleh
0
0 = 0 0
0 =0 1 2 +0 0 1 2 2 = 00
− ) + 2 = 0
) = 2
2 = )
)= 2 (2.6)
Jadi agar biaya total persediaan menjadi minimum, maka jumlah pesanan yang
harus diajukan perusahaan adalah
= 6)7' 8 unit.
2.3.1 Menentukan Jumlah Pemesanan yang Ekonomis (EOQ)
Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang
dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan (Rangkuti, 1995).
Adapun asumsi yang harus dipenuhi dalam metode EOQ, yaitu:
1. Tingkat permintaan datang secara konstan, berulang-ulang dan diketahui.
2. Tidak diperbolehkan terjadinya kehabisan persediaan.
3. Bahan yang dipesan dan diproduksi pada satu waktu.
4. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan.
16
5. Barang yang dipesan tunggal.
Tetapi dalam kenyataannya asumsi-asumsi di atas tidak dapat dipenuhi
semuanya, karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba. Oleh
karena itu metode EOQ mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan
kondisi dan keadaan dari perusahaan itu sendiri. Secara umum metode EOQ dapat
dirumuskan sebagai berikut:
9: ( ) = ;2
Keterangan:
P : biaya setiap kali memesan
D : tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan
[image:27.612.233.404.362.676.2]S : biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan
2.3.2 Menentukan Jumlah Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Pengertian persediaan pengaman (Safety Stock) adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
bahan (Stock Out) (Rangkuti, 1995).
Secara umum dapat di rumuskan sebagai berikut:
< =88= atau = <> (2.7)
Keterangan:
Z = Safety factor yang digunakan oleh perusahaan
[image:28.612.231.406.334.657.2]> = Standar deviasi permintaan = Persediaan pengaman
18
2.3.3 Menentukan Saat Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Reorder Point ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian
rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu tepat pada
waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol (Riyanto, 1996).
Dalam menentukan saat pemesanan kembali dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut:
?: = ( @ A) + (2.8)
Keterangan:
?: = Reorder Point
= Jumlah permintaan (per unit) dalam waktu yang ditentukan
A = Lead time
[image:29.612.231.405.331.638.2]= Persediaan pengaman
2.3.4 Menentukan Persediaan Maksimal
Besarnya persediaan maksimal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Fitriani
et al, 2014).
B = + 9: (2.9)
Keterangan:
B = Maximum Inventory = Persediaan pengaman
9: = Economic Order Quantity
2.3.5 Menentukan Total Biaya Persediaan
Dan untuk mendapatkan total biaya persediaan (Rangkuti, 1995) merumuskan.
= C'(× D + C()× D
Keterangan:
= Biaya total persediaan
= Jumlah permintaan (per unit) dalam waktu yang ditentukan
= Economic Order Quantity
= Biaya pemesanan dalam sekali pemesanan dilakukan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu
peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat
pemborosan dalam biaya simpan, tetapi apabila persediaan sedikit, maka akan
mengakibatkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
jika permintaan nyatanya lebih besar dari pada persediaan yang diperkirakan.
Setiap perusahaan selalu mempunyai persediaan bahan baku dalam keadaan dan
jumlah yang berbeda-beda untuk mendukung kelancaran proses produksinya.
Permasalahan yang biasa dihadapi adalah perusahaan belum dapat merealisasikan
rencana produksi yang paling optimal dengan persediaan sumber daya yang ada.
Produksi yang dilakukan harus dapat memenuhi permintaan dari marketing
tersebut, namun perusahaan hanya berproduksi berdasarkan pengalaman masa
lalu. Untuk itu diperlukan perencanaan persediaan dan pengoptimalan produksi
untuk memperoleh pendapatan maksimum dengan meminimumkan biaya
persediaan. Untuk dapat meminimalkan biaya persediaan diperlukan perencanaan
yang baik dalam mengoptimalkan jumlah barang yang akan dipesan. Jika
pengendalian berjalan dengan optimal, kebutuhan barang perusahaan dapat
terpenuhi, dan perusahaan dapat meminimalkan total biaya persediaan.
PT. Asahan Crumb Rubber adalah perusahaan yang bergerak dibidang
perkaretan dalam mengolah bahan baku karet yang berasal dari petani karet untuk
diolah menjadi produk setengah jadi oleh pabrik. Terjadinya ketidak seimbangan
antara persediaan terhadap permintaan konsumen, sehingga ini menjadi salah satu
faktor yang membuat perusahaan sulit untuk menentukan waktu dan jumlah
pemesanan untuk kebutuhan bahan baku sehingga perusahaan sering kekurangan
dan kelebihan bahan baku. Hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Apabila terjadi kekurangan bahan baku maka perusahaan akan berhenti
mengakibatkan kerugian karena tertanamnya modal secara tidak produktif. Dari
fenomena yang terjadi di perusahaan maka terlihat bahwa belum ada pengendalian
persediaan bahan baku yang baik.
Untuk menyikapi permasalahan tersebut salah satu solusi yang dapat
dilakukan oleh pihak perusahaan adalah melakukan pengendalian persediaan
bahan baku sehingga dapat menentukan waktu dan jumlah pemesanan dengan
tepat. Selain dapat mengatasi persoalan yang ada, diharapkan juga dapat
meminimasi biaya-biaya yang terkait dengan bahan baku.
Metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah salah satu metode dalam
manajemen persediaan yang klasik dan sederhana. Perumusan metode EOQ
pertama kali ditemukan oleh FW Harris pada tahun 1915, tetapi metode ini sering
disebut EOQ Wilson Karena metode ini dikembangkan oleh seorang peneliti
bernama Wilson pada tahun 1934. Metode ini digunakan untuk menghitung
minimalisasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik
equilibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan. Berdasarkan permasalahan
tersebut maka penulis tertarik untuk membahas masalah meminimalkan biaya
persediaan dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Karet
dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity)”
1.2Perumusan Masalah
Permasalahan yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengendalikan persediaan bahan baku, sehingga diperoleh total biaya persediaan
yang optimal.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan persediaan bahan baku yang
optimal pada PT. Asahan Crumb Rubber dan perbandingan biaya persediaan
bahan baku antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dan biaya menurut EOQ
3
1.4Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu meluasnya masalah dan adanya penyimpangan dalam
pengambilan kesimpulan, perlu adanya batasan-batasan untuk menyelesaikan
permasalahan, yaitu:
a. Data bahan baku karet yang digunakan adalah periode Januari sampai dengan
Desember 2014.
b. Bahan baku yang diolah adalah “Karet”.
c. Periode datangnya pemesanan (lead time) adalah tetap.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi perusahaan untuk mengambil keputusan yang lebih akurat dalam hal
mengendalikan persediaan bahan baku.
b. Mengetahui titik optimal banyaknya persediaan bahan baku yang harus
dilakukan untuk menjamin kebutuhan para pelanggan.
1.6Metodologi Penelitian
1. Pengumpulan data yang berkaitan dengan topik penelitian.
Dalam melakukan penelitian, penulis mewawancarai manager perusahaan
secara langsung dan mendapatkan data sekunder dari perusahaan. Adapun data
yang didapat dari perusahaan tersebut adalah:
a. Jumlah pemakaian bahan baku karet.
b. Biaya penyimpanan bahan baku karet.
c. Biaya pemesanan bahan baku karet.
d. Biaya persediaan bahan baku karet yang dikeluarkan perusahaan.
2. Pengolahan data.
Menghitung hal-hal berhubungan dengan pengendaliaan persediaan karet
seperti:
a. Kuantitas pesanan yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ
(Economic Order Quantity).
c. Pemesanan bahan baku kembali (Reorder Point).
d. Persediaan maksimal (Maximum Inventory).
e. Total biaya persediaan per tahun.
f. Menghitung total biaya persediaan dengan metode EOQ (Economic Order
Quantity) dan membandingkan dengan biaya persediaan yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
3. Mengambil kesimpulan dan saran.
1.7Langkah-langkah Penelitian
5
Gambar 1.1 Langkah-langkah Penelitian Kesimpulan dan saran
Selesai Mulai
Identifikasi Pengendalian Persidiaan Bahan Baku
Kondisi Persediaan Bahan Baku
Analisis perbandingan biaya persediaan perusahaan dan menurut metode EOQ
Penentuan nilai pemesanan ekonomis (EOQ)
Penentuan banyaknya persediaan pengaman (Safety Stock)
Penentuan titik pemesanan kembali (Reorder Point)
Penentuan total biaya persediaan menurut metode EOQ Jumlah Permintaan Bahan Baku
Biaya Pesanan Bahan Baku Biaya Penyimpanan Bahan Baku Frekuensi Pembelian Bahan Baku Waktu Tunggu Kedatangan Bahan Baku Biaya Persediaan Bahan Baku
Biaya Persedian Bahan Baku
iv
ABSTRAK
Pengendalian persediaan bahan baku karet pada PT. Asahan Crumb Rubber direncanakan dengan menggunakan metode pengendalian persediaan EOQ (Economic Order Quantity) dengan tujuan untuk meminimalkan total biaya persediaan dandapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat. Serta menjaga kontinuitas produksi perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode perhitungan persediaan bahan baku yang diterapkan perusahaan dengan cara pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, perhitungan biaya total persediaan lebih besar dibandingkan dengan persediaan bahan baku bila menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) dengan penentuan pemesanan kembali (ROP) yaitu 353.368 kg, persediaan pengaman (Safety Stock) yaitu 278.462 kg, total biaya persediaan sebesar Rp 625.782.148,00. Terbukti bahwa jumlah pemesanan lebih optimal dengan metode EOQ (Economic Order Quantity) dengan penghematan biaya persediaan sebesar Rp 344.199.416,00 dari biaya perusahaan.
v ABSTRACT
Inventory control of rubber raw material in PT. Asahan Crumb Rubber is planned with EOQ (Economic Order Quantity) method which the goal is to minimize total inventory cost and also can be fulfill demand from costumer rapidly. Inventory control also can keep the factory production continuity. Result of the research shows that the method that the factory used with purchase of the raw material, use of the raw material, ordering cost, holding cost and total of inventory cost is bigger than the EOQ (Economic Order Quantity) method. With the result is reorder point (ROP) is 353.368 kg, safety stock is 278.462 kg, total inventory cost is Rp 625.782.148,00. Proved that the optimal number of reservations to the method of EOQ (Economic Order Quantity) with inventory cost savings of Rp 344.199.416,00 of the company’s costs.
(Studi K
DEP
FAKULTAS MAT
ALAM UN
i Kasus: PT. Asahan Crumb Rubber)
SKRIPSI
NELLA SARI HARAHAP
110803025
EPARTEMEN MATEMATIKA
ATEMATIKA DAN ILMU PENGETAH
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ANALISIS PENG
KAR
(Studi K
Diajukan untuk mele
DEP
FAKULTAS MAT
ALAM UN
GENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN B
ARET DENGAN METODE EOQ
(Economic Order Quantity)
Kasus: PT. Asahan Crumb Rubber)
SKRIPSI
elengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk m gelar Sarjana Sains
NELLA SARI HARAHAP
110803025
EPARTEMEN MATEMATIKA
ATEMATIKA DAN ILMU PENGETAH
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
N BAKU
mencapai
i
PERSETUJUAN
Judul : Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Karet Dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Asahan Crumb Rubber)
Kategori : Skripsi
Nama : Nella Sari Harahap
Nomor Induk Mahasiswa : 110803025
Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2015
Komisi Pembimbing:
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Drs. Pengarapen Bangun, M.Si Dr. Elly Rosmaini, M.Si NIP. 19560815 198503 1 005 NIP.19600520 198503 2 002
Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
Prof. Dr. Tulus, M.Si.
ii
PERNYATAAN
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KARET DENGAN METODE EOQ
(Economic Order Quantity)
(Studi Kasus: PT. Asahan Crumb Rubber)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2015
iii
PENGHARGAAN
Alhamdullah hirobbil’alamin, puji dan syukur atas rahmat dan karunia yang
dilimpahkan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Elly Rosmaini, M.Si. selaku pembimbing I
dan Bapak Drs. Pangarapen Bangun, M.Si. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Terimakasih kepada Bapak Dr. Syahriol Sitorus, M.IT dan Bapak
Dr. Suyanto, M.Kom selaku dosen penguji atau pembanding. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Tulus, Vordipl. Math, M.Si.
dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Matematika, kepada Dekan dan Pembantu Dekan, serta seluruh dosen di
Departemen Matematika, dan semua pegawai yang ada di FMIPA USU.
Teristimewa kedua orang tua yang saya cintai Bapak I. Harahap, Ibu S. Siregar
dan seluruh keluarga besar atas doa, nasehat, bimbingan dan dukungan moril dan
materil, yang menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk tetap semangat dalam
perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada sahabat-sahabat penulis Ade Neny Surawan, Switamy Angnitha P, Tami
Indriyani, Franklin Otto Sitinjak dan terkhusus untuk teman-teman seperjuangan
stambuk 2011 yang selama ini telah memberikan semangat, dorongan dan saran
baik dalam pengerjaan skripsi ini maupun dalam proses belajar sehari-hari.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada abang, kakak, dan adik-adik di
Matematika FMIPA USU atas dukungan dan semangat yang telah diberikan
iv
ABSTRAK
Pengendalian persediaan bahan baku karet pada PT. Asahan Crumb Rubber direncanakan dengan menggunakan metode pengendalian persediaan EOQ (Economic Order Quantity) dengan tujuan untuk meminimalkan total biaya persediaan dandapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat. Serta menjaga kontinuitas produksi perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode perhitungan persediaan bahan baku yang diterapkan perusahaan dengan cara pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, perhitungan biaya total persediaan lebih besar dibandingkan dengan persediaan bahan baku bila menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) dengan penentuan pemesanan kembali (ROP) yaitu 353.368 kg, persediaan pengaman (Safety Stock) yaitu 278.462 kg, total biaya persediaan sebesar Rp 625.782.148,00. Terbukti bahwa jumlah pemesanan lebih optimal dengan metode EOQ (Economic Order Quantity) dengan penghematan biaya persediaan sebesar Rp 344.199.416,00 dari biaya perusahaan.
v ABSTRACT
Inventory control of rubber raw material in PT. Asahan Crumb Rubber is planned with EOQ (Economic Order Quantity) method which the goal is to minimize total inventory cost and also can be fulfill demand from costumer rapidly. Inventory control also can keep the factory production continuity. Result of the research shows that the method that the factory used with purchase of the raw material, use of the raw material, ordering cost, holding cost and total of inventory cost is bigger than the EOQ (Economic Order Quantity) method. With the result is reorder point (ROP) is 353.368 kg, safety stock is 278.462 kg, total inventory cost is Rp 625.782.148,00. Proved that the optimal number of reservations to the method of EOQ (Economic Order Quantity) with inventory cost savings of Rp 344.199.416,00 of the company’s costs.
vi DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar ix
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Metodologi Penelitian 4
1.7 Langkah-Langkah Penelitian 5
Bab 2. Tinjauan Pustaka 6
2.1 Teori Persediaan 6
2.1.1Defenisi Persediaan 6
2.1.2Penyebab Persediaan 7
2.1.3Jenis-jenis Persediaan 8
2.1.4Fungsi-fungsi Persediaan 8
2.2 Pengertian Pengendaliaan Persediaan 10 2.3 Formulasi Matematika Model Persediaan EOQ
(Economic Order Quantity) 12
2.3.1 Menentukan Jumlah Pemesanan yang Ekonomis (EOQ) 15 2.3.2 Menentukan Jumlah Persediaan Pengaman (Safety Stock) 17 2.3.3 Menentukan Saat Pemesanan Kembali (Reoder Point) 18 2.3.4 Menentukan Persediaan Maksimal 19 2.3.5 Menentukan Total Biaya Persediaan 19
Bab 3. Hasil dan Pembahasan 20
3.1 Permintaan Bahan Baku Karet 20
3.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Karet 21 3.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku Karet 22 3.4 Penentuan Total Biaya Persediaan Perusahaan 23 3.5 Perhitungan Biaya Persediaan dengan Metode EOQ (Economic Order
Quantity) 23
3.5.1 Penentuam Pemesenan yang Ekonomis dengan Metode EOQ
vii
3.5.2 Penentuan Banyaknya Persediaan Pengaman (Safety Stock) 24 3.5.3 Penentuan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) 25 3.5.4 Penentuan Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) 25 3.5.5 Penentuan Total Biaya Persediaan Bahan Baku 26 3.5.6 Hubungan Antara EOQ, SS dan ROP 26
Bab 4. Kesimpulan dan Saran 31
4.1 Kesimpulan 31
4.2 Saran 32
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel
3.1 Tabel Penggunaan Bahan Baku Karet Tahun 2014 21
3.2 Tabel Biaya Pemesanan Bahan Baku Karet 22
3.3 Tabel Biaya Simpan, Harga per Kg dan Biaya Penyimpanan 22
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar
1.1 Langkah-Langkah Penelitian 5
2.1 Biaya Persediaan 13 2.2 Flowchart Untuk Pemesanan Ekonomis (EOQ) 16
2.3 Flowchart Untuk Safety Stock (SS) 17
2.4 Flowchart Untuk Reorder Point (ROP) 18
3.1 Flowchart Hubungan Antara EOQ, SS dan ROP 27