DAFTAR PUSTAKA
1. Dale Varberg, Purcell. “Calculus” 9th edition, Pearson 2003.
2. Gupta, S.C. “Fluid Mechanics and Hydraulic Machines”, Pearson
Education India, 2006
3. Khurmi, R.S. “A Textbook of Hydraulics, Fluid Mechanics and
Hydraulics Machines”, S. Chand Ltd., 1987
4. Munson, Bruce, R., Young, Donald, F., Okiishi, Theodore, H.,
“Fundamentals Of Fluid Mechanics Fifth Edition”. Jhon Wiley & Sons
Inc., 2006
5. Prof. B.S. Thandaveswara, “Hydraulics: Rotational and Irrotational Flow”,
Indian Institute of Thechnology Madras.
6. Rajput Rames, “A Textbook of Fluid Mechanics and Hydraulic Machine”,
Part-II, Rajput. Company, 2000.
7. Sujate Wanchat, Ratchaphon Suntivarakorn, Sujin Wanchat, Kitipong Tonmit,
and Pongpun Kayanyiem, “A Parametric Study of a Gravitation Vortex
Power Plant”, Khonkaen University,Khonkaen, Thailand, 2013.
8. S. Mulligan & P. Hull “Design and Optimisation of a Water Vortex
Hydropower Plant”, Department of Civil Engineering and Construction, IT
Sligo, 2011
9. Yasser Aboelkassem, “On The Decay of Strong Concentrated Columnar
Vortices”, Concordia University, Canada 2003 .
10.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan oktober 2013 hingga oktober 2014. Proses
studi literature dilakukan di Universitas Sumatera Utara, perancangan dan
pembuatan instalasi skala laboratorium dilakukan di Laboratorium Proses
Produksi, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara, dan proses analisis data dilakukan di Departemen Teknik Mesin
Universitas Utara.
3.2 Perancangan Instalasi
Dengan pertimbangan penelitian skala laboratorium, yang kemudian
dianalisis secara matematis, maka direncanakan dimensi instalasi sebagai berikut:
a. Menentukan ukuran reservoir air.
Reservoir air berukuran 60 cm x 60 cm x 120 cm.
b. Menentukan talang air.
Talang air berukuran 100 cm x 25 cm x 25 cm.
c. Menentukan dimensi vortex basin.
Rumah turbin vortex berbentuk lingkaran dengan diameter vortex basin =
50 cm, dan tinggi basin = 40 cm.
d. Menentukan diameter lubang buang.
Terdapat 5 jenis lubang buang, yaitu : • Diameter 3 cm
3.2 Proses Analisa Data
Analisa dilakukan berdasarkan variasi diameter lubang buang dan variasi
ketinggian vortex head di bak vortex, dengan tahapan analisa sebagai berikut:
a. Menghitung sirkulasi ( Ґ ).
b. Menghitung kekuatan vortex (C).
c. Menghitung kecepatan tangensial (Ut).
d. Memprediksi ketinggian permukaan vortex disetiap jari-jari (r).
e. Menghitung daya teoritis maksimum air
Setelah dilakukan analisis terhadap aliran fluida, dilanjutkan dengan analisis
terhadap runner turbin, yaitu:
a) Menghitung daya yang bekerja pada poros setiap runner
b) Menghitung efisiensi setiap runner.
BAB IV
ANALISA TEORITIS
Adapun tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi
lubang buang dan ketinggian terbaik pada bak vortex berbentuk lingkaran dengan
diameter 50 cm, dengan variasi diameter lubang buang: 3 cm, 5.6 cm, 8.5 cm,
10.5 cm, 16.5 cm. Adapun variasi lubang buang dilakukan dengan peninjauan
langsung ukuran pipa berbahan besi/baja komersial yang ada di pasaran.
Ketinggian vortex (head vortex) ditentukan melalui pengujian langsung, dimana
karakteristik fisik vortex yang paling kuat adalah yang permukaan bebas aliran air
pada tepi lubang buang, paling mendekati nilai diameter lubang buang (ketebalan
air di tepi lubang buang paling tipis), setelah ditemukan seperti yang ditentukan
lalu dilakukan pengujian debit. Variasi selanjutnya pada penelitian kali ini adalah,
penggunaan variasi ketinggian air masuk ke bak vortex menggunakan penghalang,
sehingga meningkatkan ketinggian air masuk. Pada variasi ketinggian air masuk
ini, debit air tidak dirubah pada masing-masing lubang buang sesuai dengan
karakteristik sebelumnya. Dengan tahapan analisis perancangan sistematis sebagai
berikut:
4.1 Ketinggian Aliran Vortex yang Dianalisis
a. Lubang Buang 1
Tabel 4.1 Variasi Head Vortex lubang buang 1
Ketingian Vortex
Tabel 4.2 Variasi Head Vortex lubang buang 2
Ketingian Vortex
Tabel 4.3 Variasi Head Vortex lubang buang 3
d. Lubang Buang 4
Tabel 4.4 Variasi Head Vortex lubang buang 4
Ketingian Vortex
Tabel 4.5 Variasi Head Vortex lubang buang 5
Ketingian Vortex
4.2 Sirkulasi dan Kekuatan Vortex
Sirkulasi dihitung berdasarkan asumsi aliran dalam kondisi steady,
inkompresibel, dan irrotational. Kecepatan pada tepi bak dianggap 0 karena
faktor gesekan. Sehingga dapat dirumuskan langsung:
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Pada lubang buang 1, air masuk dari dasar bak…
diketahui:
Head vortex = 10 cm
Maka:
Setelah mendapatkan nilai sirkulasi, dapat dihitung konstanta kekuatan vortex,
yaitu:
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Maka:
Sehingga dapat dihitung nilai sirkulasi dan konstanta C pada setiap variasi sebagai
berikut;
a. Lubang Buang 1
Tabel 4.6 Tabel Variasi Sirkulasi dan Konstanta C terhadap Variasi LB1
Head Γ C π g
meter m2/s m2/s m/s2
0.1 0.13188 0.021
3.14 9.8 0.105 0.135137 0.021519
b. Lubang Buang 2
Tabel 4.7 Tabel Variasi Sirkulasi dan Konstanta C terhadap Variasi LB2
Head Γ C π g 0.195 0.337627 0.053762 0.1975 0.339785 0.054106 0.2 0.341929 0.054447
c. Lubang Buang 3
Tabel 4.8 Tabel Variasi Sirkulasi dan Konstanta C terhadap Variasi LB3
Head Γ C π g 0.305 0.652569 0.103912 0.31 0.657896 0.104761 0.335 0.68391 0.108903
d. Lubang Buang 4
Tabel 4.9 Tabel Variasi Sirkulasi dan Konstanta C terhadap Variasi LB4
e. Lubang Buang 5
Tabel 4.10 Tabel Variasi Sirkulasi dan Konstanta C terhadap Variasi LB5
Head Γ C π g
meter m2/s m2/s m/s2
0.3 1.256326 0.200052
3.14 9.8 0.3 1.256326 0.200052
0.305 1.266752 0.201712 0.3075 1.271933 0.202537 0.31 1.277093 0.203359 0.31 1.277093 0.203359
4.3 Distribusi Kecepatan Tangensial pada Permukaan Bebas (p=patm) Karena sifat aliran vortex bebas, maka kita dapat langsung mencari
distribusi sepanjang r pada permukaan bebas dengan persamaan:
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Dengan mengisi nilai r dengan interval tepi lubang buang sampai tepi dinding
vortex, didapat:
a. Lubang Buang 1
Tabel 4.11 Tabel Variasi Kecepatan Tangensial pada LB1
Head C Kecepatan Tangensial pada r=… (m/s)
Gambar 4.2 Grafik Variasi Distribusi Kecepatan Tangensial pada LB1
b. Lubang Buang 2
Tabel 4.12 Tabel Variasi Kecepatan Tangensial pada LB2
Head C Kecepatan Tangensial pada r=… (m/s)
meter m2/s 0.0275 0.06457 0.10164 0.13871 0.17578 0.21285 0.2499
0.17 0.050198 1.8254 0.7774 0.4939 0.3619 0.2856 0.2358 0.2009
0.18 0.051653 1.8783 0.8000 0.5082 0.3724 0.2939 0.2427 0.2067
0.19 0.053069 1.9298 0.8219 0.5221 0.3826 0.3019 0.2493 0.2124
0.195 0.053762 1.9550 0.8326 0.5289 0.3876 0.3059 0.2526 0.2151
0.1975 0.054106 1.9675 0.8379 0.5323 0.3901 0.3078 0.2542 0.2165
0.2 0.054447 1.9799 0.8432 0.5357 0.3925 0.3097 0.2558 0.2179
c. Lubang Buang 3
Tabel 4.13 Tabel Variasi Kecepatan Tangensial pada LB3
Head C Kecepatan Tangensial pada r=… (m/s)
meter m2/s 0.0425 0.07707 0.11164 0.14621 0.18078 0.21535 0.2499
Gambar 4.4 Grafik Variasi Distribusi Kecepatan Tangensial pada LB3
d. Lubang Buang 4
Tabel 4.14 Tabel Variasi Kecepatan Tangensial pada LB4
Head C Kecepatan Tangensial pada r=… (m/s)
Gambar 4.5 Grafik Variasi Distribusi Kecepatan Tangensial pada LB4
e. Lubang Buang 5
Tabel 4.15 Tabel Variasi Kecepatan Tangensial pada LB5
Head C Kecepatan Tangensial pada r=… (m/s)
meter m2/s 0.0825 0.1104 0.1383 0.1662 0.1941 0.222 0.2499
0.3 0.200052 2.4249 1.8121 1.4465 1.2037 1.0307 0.9011 0.8005
0.3 0.200052 2.4249 1.8121 1.4465 1.2037 1.0307 0.9011 0.8005
0.305 0.201712 2.4450 1.8271 1.4585 1.2137 1.0392 0.9086 0.8072
0.3075 0.202537 2.4550 1.8346 1.4645 1.2186 1.0435 0.9123 0.8105
0.31 0.203359 2.4650 1.8420 1.4704 1.2236 1.0477 0.9160 0.8138
0.31 0.203359 2.4650 1.8420 1.4704 1.2236 1.0477 0.9160 0.8138
4.4 Prediksi Ketinggian Z Permukaan bebas di Sepanjang Radius pada Saat p=patm=0 (pgauge)
Setelah mendapatkan distribusi kecepatan pada permukaan bebas,
selanjutnya dapat diprediksi secara matematis bentuk kurva hiperbolik permukaan
bebas. Dengan mengambil persamaan Bernoulli kembali:
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Lalu dengan mensubstitusikan nilai konstanta C ke dalam persamaaan, sehingga
4.4.1 Lubang Buang 1
a. Air masuk dari Ketinggian 0 cm
Gambar 4.7 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB1H1
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
b. Air masuk dari mulai ketinggian 4 cm
Gambar 4.8 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB1H2
Persamaan kurva :
Luas daerah diarsir
c. Air masuk dari ketinggian 8 cm
Gambar 4.9 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB1H3
Persamaan Kurva
Luas daerah diarsir
d. Air masuk dari ketinggian 12 cm
Gambar 4.10 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB1H4
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
e. Air masuk dari ketinggian 16 cm
Gambar 4.11 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB1H5
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
f. Air masuk dari ketinggian 20 cm
Gambar 4.12 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB1H6
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
4.4.2 Lubang Buang 2
a. Air masuk dari ketinggian 0 cm
Gambar 4.13 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB2H1
Persamaan Kurva :
Luas daerah diarsir
b. Air masuk dari ketinggian 4 cm
Gambar 4.14 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB2H2
Persamaan Kurva :
Luas daerah diarsir
c. Air masuk dari ketinggian 8 cm
Gambar 4.15 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB2H3
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
d. Air masuk dari ketinggian 12 cm
Gambar 4.16 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB2H4
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
e. Air masuk dari ketinggian 16 cm
Gambar 4.17 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB2H5
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
f. Air masuk dari ketinggian 20 cm
Gambar 4.18 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB2H6
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
4.4.3 Lubang Buang 3
Lubang Buang 3
a. Air masuk dari ketinggian 0 cm
Gambar 4.19 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB3H1
Persamaan kurva;
Luas daerah diarsir
b. Air masuk dari ketinggian 4 cm
Gambar 4.20 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB3H2
Persamaan kurva
Luas daerah diarsir
c. Air masuk dari ketinggian 8 cm
Gambar 4.21 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB3H3
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
d. Air masuk dari ketinggian 12 cm
Gambar 4.22 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB3H4
Persamaan kurva
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
e. Air masuk dari ketinggian 16 cm
Gambar 4.23 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB3H5
Persamaan kurva
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
f. Air masuk dari ketinggian 20 cm
Gambar 4.24 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB3H6
Luas daerah diarsir
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
4.4.4 Lubang Buang 4
Lubang Buang 4
a. Air masuk dari ketinggian 0 cm
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
b. Air masuk dari ketinggian 4 cm
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
c. Air masuk dari ketinggian 8 cm
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
Gambar 4.28 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB4H4
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
Gambar 4.29 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB4H5
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
f. Air masuk dari ketinggian 20 cm
Gambar 4.30 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB4H6
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
4.4.5 Lubang Buang 5
a. Air masuk dari ketinggian 0 cm
Gambar 4.31 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB5H1
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
b. Air masuk dari ketinggian 4 cm
Gambar 4.32 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB5H2
Persamaan kurva:
Luas daerah diarsir
c. Air masuk dari ketinggian 8 cm
Gambar 4.33 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB5H3
Persamaan kurva:
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
d. Air masuk dari ketinggian 12 cm
Gambar 4.34 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB5H4
Persamaan kurva:
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
e. Air masuk dari ketinggian 16 cm
Gambar 4.35 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB5H5
Luas daerah diarsir
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
f. Air masuk dari ketinggian 20 cm
Gambar 4.36 Grafik Variasi Distribusi Z pada LB5H6
Luas daerah diarsir
Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:
4.5 Analisa Momentum Sudut dan Segitiga Kecepatan Sudu
Sebelum menganalisa momentum sudut, berikut merupakan hasil rekam
fenomena yang tejadi pada kondisi nyata:
1. Lubang Buang 1
Tabel 4.17 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air
Masuk Lubang Buang 1
Debit (Q) Ketingian Vortex (Hv) air masuk
dari ketinggian 0 cm
0.23 L/s
10 cm dari ketinggian 4 cm 10,5 cm dari ketinggian 8 cm 14 cm dari ketinggian 12 cm 15,5 dari ketinggian 16 cm 16 cm dari ketinggian 20 cm 16,5 cm
Tabel 4.18 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air
Masuk Lubang Buang 2
Debit (Q) Ketingian Vortex (Hv) air masuk
dari ketinggian 0 cm
0,909 L/s
17 cm dari ketinggian 4 cm 18 cm dari ketinggian 8 cm 19 cm dari ketinggian 12 cm 19,5 cm dari ketinggian 16 cm 19,75 cm dari ketinggian 20 cm 20 cm
3. Lubang Buang 3
Tabel 4.19 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air
Masuk Lubang Buang 3
Debit (Q) Ketingian Vortex (Hv) air masuk
dari ketinggian 0 cm
3,33 L/s
Tabel 4.20 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air
Debit (Q) Ketingian Vortex
Tabel 4.21 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air
Masuk Lubang Buang 5
Debit (Q) Ketingian Vortex (Hv) dari ketinggian 12 cm 30,75 cm dari ketinggian 16 cm 31 cm dari ketinggian 20 cm 31 cm
Dari data yang tercantum di tabel tersebut, dirancang 2 jenis runner, dengan
variasi masing2, yaitu:
a. Runner A dengan jumlah sudu masing-masing runner berjumlah 6 buah,
dengan variasi diameter, 15.5 cm, 18.5 cm, 20.5cm
b. Runner B dengan diameter 22 cm, dengan variasi jumlah sudu, 4, 5, dan 6
sudu.
4.5.1 Analisa Momentum Sudut
Berikut hasil analisa kecepatan masuk pada masing-masing radius runner
pada setiap lubang buang, dengan mencari distribusi tekanan lalu kecepatan
tangensial sepanjang z;
(Sumber : Gupta, S.C., 2006)
Lalu dilanjutkan mencari kecepatan tangensial sepanjang z, dengan
mengembalikan ke persamaan Bernoulli, menjadi:
(Sumber : Gupta, S.C., 2006)
Berikut adalah gambar distribusi kecepatan yang terjadi pada sudu.
Ut inlet (m/s) S
Pada lubang buang 1 (kekuatan vortex = 0.026975 m2/s) dengan runner A1 (air masuk pada r=0.0775 m), kemudian dicari tekanan pada radius tersebut pada
dasar bak dengan:
P = (9800)((0,159-0)-(0,0269752)/(2.9,8.0.07752))
P = 1556.426 Pa
Kemudian mencari kecepatan pada radius runner pada dasar sudu;
Ut = ((0,159.19,6)-(1556.426/1000))0.5
Ut = 1.754 m/s
1. Lubang Buang 1 a. Runner A1
Sudu A1 (r=0.0775m)
Analisa sederhana momentum sudut ini digunakan untuk menghitung nilai
torsi dan daya yang bekerja sampai kepada poros turbin melalui perhitungan
momen-momentum.
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Tanda “+” dan “-“ merujuk pada arah masuk dan keluar ke dan dari sistem.
Hubungan daya poros dengan momen puntir poros dan kecepatan sudut:
= T
shaftω
(Sumber : M. Bruce, 2006)
dengan menyatakan w= ωr, maka didapat:
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Dimana:
Ut = Kecepatan tangensial fluida
W = Kecepatan keliling runner
Dengan asumsi seluruh kecepatan tangensial fluida ditangkap oleh sudu, hingga
tersisa komponen kecepatan aksial saja pada bagian keluar sudu, sehingga
persamaannya menjadi:
(Sumber : M. Bruce, 2006; S. Mulligan, 2011)
Dari referensi impuls dan penelitian turbin vortex sebelumnya oleh S. Mulligan
dan P. Hull, didapat bahwa, efektifitas maksimum terjadi saat kecepatan keliling
sudu sama dengan setengah dari kecepatan fluida kerja.
Tabel 4. 22 Analisa Momentum Sudut Lubang Buang 1
LUBANG BUANG 1 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Kec. Runner (m/s) 0.59 0.58 0.58 0.57
Kec. Tangensial Fluida (m/s) 1.17 1.16 1.15 1.14
Torsi Poros (Nm) 0.27 0.27 0.26 0.26
Daya Poros (Watt) 0.16 0.15 0.15 0.15
Tabel 4. 23 Analisa Momentum Sudut Lubang Buang 2
LUBANG BUANG 2 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Kec. Runner (m/s) 0.70 0.68 0.67 0.66
Kec. Tangensial Fluida (m/s) 1.39 1.35 1.33 1.32
Torsi Poros (Nm) 1.26 1.23 1.21 1.20
Daya Poros (Watt) 0.88 0.83 0.80 0.79
Tabel 4. 24 Analisa Momentum Sudut Lubang Buang 3
LUBANG BUANG 3 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Kec. Runner (m/s) 1.00 0.95 0.93 0.92
Kec. Tangensial Fluida (m/s) 2.00 1.90 1.86 1.84
Torsi Poros (Nm) 6.66 6.33 6.19 6.11
Daya Poros (Watt) 6.66 6.01 5.76 5.61
Tabel 4. 25 Analisa Momentum Sudut Lubang Buang 4
LUBANG BUANG 4 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Kec. Runner (m/s) 1.03 0.97 0.94 0.93
Kec. Tangensial Fluida (m/s) 2.06 1.94 1.88 1.85
Torsi Poros (Nm) 6.94 6.54 6.34 6.23
Daya Poros (Watt) 7.15 6.34 5.96 5.77
Tabel 4. 26 Analisa Momentum Sudut Lubang Buang 1
Kec. Tangensial Fluida (m/s) 0.00 2.32 2.21 2.15
Torsi Poros (Nm) 0.00 9.81 9.35 9.09
Daya Poros (Watt) 0.00 11.38 10.33 9.78
4.5.2 Segitiga Kecepatan Sudu
Gambar 4.39 Skema Segitiga Kecepatan yang Bekerja pada Sudu Turbin Vortex
Keterangan:
W = Kecepatan Keliling Sudu (Kecepatan Putaran Sudu)
Ut = Kecepatan Absolut / Kecepatan Fluida Kerja / Kecepatan Tangensial
V = Kecepatan Relatif
Dari analisa momentum sudut kita mendapat:
Karena asumsi pada sisi keluar sudu, komponen kecepatan tangensial fluida sudah
ditangkap oleh sudu (=0), maka:
Dari segitiga kecepatan di atas didapat 2 persamaan:
Atau
dan,
Jika disubstitusikan maka:
Jika disubstitusikan ke dalam persamaan daya poros
Maka:
Karena nilai daya sudah didapatkan, maka nilai V dan U dapat disubstitusikan,
dan dengan skema segitiga kecepatan di atas, maka dapat dilihat, sudut antara
V/Vx atau V/Ut adalah sudut pembentuk sudu.
Dengan menggunakan data momentum sudut pada lubang buang 4 (Lubang buang
a. Sudut pada RUNNER A1
Tabel 4. 27 Tabel Kerja Poros dan Kecepatan Runner A1
RUNNER A1
Kerja poros 1.38530697 2 x Kerja poros 2.77061394
w2 0.69265349
b. Sudut pada RUNNER A2
Tabel 4. 28 Tabel Kerja Poros dan Kecepatan Runner A2
RUNNER A2
Kerja poros 0.97244704 2 x Kerja poros 1.94489408
Dan V= 2.3 m/s
Maka Vx/V= 0.7/2.3= 0.3 = Cos α; maka α ≈ 72O
c. Sudut pada RUNNER A3
Tabel 4. 29 Tabel Kerja Poros dan Kecepatan Runner A3
RUNNER A3
Kerja poros 0.79195717 2 x Kerja poros 1.58391434
w2 0.39597858
Tabel 4. 30 Tabel Kerja Poros dan Kecepatan Runner B
RUNNER B Kerja poros 0.68764463 2 x Kerja poros 1.37528926
w2 0.34382231
V2-U2 1.71911157
Maka pada Runner B
Jika sudut masuk air ke sudu = 30O, maka Cos 30O=Ut/U=0.86
Maka nilai U= 0.72 m/s
Dan V= 1.5 m/s
Maka Vx/V= 0.58/1.5= 0.3 = Cos α; maka α ≈ 60O
4.5.3 Efisiensi Teoritis Turbin
Nilai efisiensi turbin dapat dicari dengan rumus
Dimana Pair adalah daya maksimum teoritis air di bak vortex, yang dapat dihitung
dengan :
Sehingga dapat dihitung daya maksimu teoritis air pada setiap lubang buang:
Tabel 4. 31 Tabel Daya Teoritis Air Setiap Lubang Buang
Lubang
Tabel 4. 32 Tabel Efisiensi Tiap Runner di Lubang Buang 1
Lubang Buang 1 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Daya Poros (Watt) 0.16 0.15 0.15 0.15
Daya Teoritis Air (Watt) 0.37
Efisiensi 42.33% 41.39% 40.89% 40.19%
Tabel 4. 33 Tabel Efisiensi Tiap Runner di Lubang Buang 2
Lubang Buang 2 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Daya Poros (Watt) 0.88 0.83 0.80 0.79
Daya Teoritis Air (Watt) 1.78
Efisiensi 49.29% 46.49% 45.13% 44.45%
c. Pada Lubang Buang 3
Tabel 4. 34 Tabel Efisiensi Tiap Runner di Lubang Buang 3
Lubang Buang 3 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Daya Poros (Watt) 6.66 6.01 5.76 5.61
Daya Teoritis Air (Watt) 10.93
Efisiensi 60.92% 54.98% 52.69% 51.28%
d. Pada Lubang Buang 4
Tabel 4. 35 Tabel Efisiensi Tiap Runner di Lubang Buang 4
Lubang Buang 4 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Daya Poros (Watt) 7.15 6.34 5.96 5.77
Daya Teoritis Air (Watt) 10.24
Efisiensi 69.84% 61.94% 58.17% 56.33%
e. Pada Lubang Buang 5
Tabel 4. 36 Tabel Efisiensi Tiap Runner di Lubang Buang 5
Lubang Buang 5 runner A1 runner A2 runner A3 runner B
Daya Poros (Watt) 0 11.38 10.33 9.78
Daya Teoritis Air (Watt) 12.85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Kecepatan tangensial puncak aliran vortex dari hasil analisis vortex bebas,
yaitu:
a. Kecepatan maksimum pada lubang buang 1 : 1.79 m/s
b. Kecepatan maksimum pada lubang buang 2 : 1.97 m/s
c. Kecepatan maksimum pada lubang buang 3 : 2.56 m/s
d. Kecepatan maksimum pada lubang buang 4 : 2.46 m/s
d. Kecepatan maksimum pada lubang buang 5 : 2.46 m/s
Dari data di atas dapat disimpulkan kecepatan tangensial puncak paling besar
terdapat pada lubang buang 3
2. Dari hasil perhitungan daya maksimum teoritis air didapat:
a. Daya maksimum teoritis air pada lubang buang 1 : 0.37 Watt
b. Daya maksimum teoritis air pada lubang buang 2 : 1.78 Watt
c. Daya maksimum teoritis air pada lubang buang 3 : 10.93 Watt
d. Daya maksimum teoritis air pada lubang buang 4 : 10.23 Watt
d. Daya maksimum teoritis air pada lubang buang 5 : 12.58 Watt
Dari data di atas didapat daya maksimum teoritis paling besar didapat dari lubang
3. Dari hasil analisa momentum sudut, didapat daya yang bekerja di poros pada
setiap lubang buang, yaitu:
a. Lubang buang 1.
-. Daya poros pada runner A1 : 0.014 Watt
-. Daya poros pada runner A2 : 0.009 Watt
-. Daya poros pada runner A3 : 0.008 Watt
-. Daya poros pada runner B : 0.007 Watt
b. Lubang buang 2.
-. Daya poros pada runner A1 : 0.22 Watt
-. Daya poros pada runner A2 : 0.15 Watt
-. Daya poros pada runner A3 : 0.12 Watt
-. Daya poros pada runner B : 0.10 Watt
c. Lubang buang 3.
-. Daya poros pada runner A1 : 3.29 Watt
-. Daya poros pada runner A2 : 2.31 Watt
-. Daya poros pada runner A3 : 1.88 watt
-. Daya poros pada runner B : 1.63 Watt
d. Lubang buang 4.
-. Daya poros pada runner A3 : 2.66 Watt
dari data di atas dapat disimpulkan daya perolehan maximum pada poros turbin
paling tinggi didapat pada lubang buang 5 dengan menggunakan runner A2.
4. Dengan membandingkan daya yang bekerja pada poros dengan daya
maksimum teoritis air, didapat efisiensi tiap runner yang dihitung pada tiap
-. Efisiensi runner A1 : 30.12 %
dari data di atas dapat disimpulkan efisiensi turbin paling tinggi terdapat pada
penggunaan runner turbin A2 pada lubang buang 5.
5.2
SARAN
1.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan debit yang seragam.2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan sudu yang radius
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan diameter bak yang lebih
besar dengan perbandingan diameter lubang buang/diameter bak 8.5/25 s/d
10.5/25.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan runner yang jumlah
sudunya lebih banyak sehingga lubang keluar lebih rapat untuk mengoptimasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vorteks
Dalam Dinamika Fluida, Vorteks adalah sebuah daerah di dalam fluida
dimana aliran sebagian besar bergerak memutar pada terhadap sumbu yang
imajiner. Pola gerakan disebut Aliran Vorteks. Vorteks terbentuk oleh fluida
termasuk cairan, gas, dan plasma. Vorteks adalah sebuah komponen utama dalam
aliran Turbulen.8 Dengan tidak adanya gaya luar, gesekan viskos dalam cairan cenderung membuat aliran menjadi kumpulan yang disebut vortisitas irrotasional.
Dalam pusaran tersebut, kecepatan fluida yang terbesar berada di samping sumbu
imajiner, dan penurunan kecepatan berbanding terbalik terhadap jarak dari sumbu
imajner. Pusaran sangat tinggi di wilayah inti sekitar sumbu, dan hampir nol di
ujung pusaran; sementara tekanan turun tajam saat mendekati wilayah itu. Setelah
terbentuk, vorteks dapat berpindah, meregang, berputar, dan berinteraksi secara
kompleks. Sebuah Vorteks bergerak membawa serta momentum sudut dan linier,
energi, dan massa di dalamnya. Dalam pusaran stasioner, maka streamlines dan
pathlines tertutup. Dalam pusaran bergerak atau berkembang, streamline dan
pathlines biasanya bergerak spiral.
2.2 Klasifikasi Vorteks
Gbr 2.2 Klasifikasi Vorteks berdasarkan kekuatannya
sumber : Prof. B. S. Thandaveswara, Indian Institue of Technology Madras
Secara umum, fenomena vorteks terbagi atas dua bahagian yaitu :
1. Vorteks Paksa / Vorteks Berotasi
Adalah vorteks yang terbentuk karena adanya gaya luar yang
berpengaruh pada fluida.
2. Vorteks Bebas / Vorteks Tak Berotasi
Adalah vorteks yang terbentuk karena fenomena natural, tidak
terpengaruh oleh gaya dari luar sistem fluida, pada aliran
inkompresibel, umumnya terjadi karena adanya lubang keluar.
Berikut penjelasannya.
2.2.1 Vorteks Paksa / Vorteks Berotasi
Vorteks Paksa dikenal juga sebagai vorteks flywheel2. Jika fluida berputar
seperti benda kaku - yaitu, jika naik secara proporsional terhadap r - bola kecil
bagian dari benda kaku. Dalam hal ini, vektor omega adalah sama di mana-mana.
Arahnya sejajar dengan sumbu putar, dan besarnya adalah dua kali kecepatan
sudut untuk seluruh fluida.
Gambar 2.3 Teh Cangkir yang di aduk adalah sebuah Aplikasi Vorteks paksa.
Sumber : Khurmi, R.S., 1987
Gambar 2.4 Rotational (rigid-body) vorteks
Sumber : M. Bruce, 2006; Wikipedia.org
Dimana:
Ut = Kecepatan Tangensial aliran vortex, biasa disebut juga dengan Kecepatan
pusar (Swirl Velocity)
ω = Kecepatan sudut aliran vortex paksa, pada vortex paksa kondisinya konstan dimanapun sepanjang aliran.
r = Jari-jari vortex, diukur dari titik pusat vortex.
2.2.2 Vorteks Bebas / Vorteks Tak Berotasi
Ketika massa fluida bergerak secara alami (karena pengaruh gaya-gaya
internal) dalam sebuah kurva aliran, gerakan vorteks bebas akan muncul, dalam
kasus ini tidak ada torsi ataupun gaya eksternal yang mempengaruhi fluida.
Vorteks bebas dikenal juga sebagai potential vorteks. Jika kecepatan tangensial
partikel Ut berbanding terbalik dengan jarak r, maka percobaan bola khayalan
tidak akan berputar terhadap dirinya sendiri; ini akan mempertahankan arah yang
sama sambil bergerak dalam lingkaran di sekitar garis vorteks dan aliran
dikatakan tak berotasi. Contoh dari gerakan vorteks bebas adalah aliran air yang
keluar dari lubang yang berada di dasar tangki, aliran di pipa yang melengkung,
aliran di pinggiran rumah keong pompa, tepat setelah keluar dari impeller pompa
sentrifugal, dan aliran angin siklon.2
Gambar 2.5 Vortex bebas
Dalam analisa aliran vorteks pada bak vorteks ini, digunakan pendekatan
analisa melalui pemodelan vorteks bebas ini, dengan asumsi aliran steady dan
disederhanakan. Untuk jenis ini, kita dapat menggunakan metode potential
vortex.8
Karena tidak adanya torsi eksternal yang terjadi pada sistem, maka:
..(2.2)
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Maka:
(sifat dan syarat aliran vorteks bebas) ....(2.3) (Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Dimana C selanjutnya disebut sebagai konstanta, faktor penunjuk kekuatan Aliran
vorteks yang terbentuk sepanjang radius r, maka kecepatan tangensial pada aliran
ini bervariasi secara invers terhadap fungsi r.
Persamaan Gaya-gaya dalam arah radial
Maka,
....(2.4)
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Karena asumsi tidak ada gerakan dalam arah vertikal, maka variasi tekanan akan
…(2.5)
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Lalu distribusi tekanan pada sebuah aliran vorteks diberikan:
....(2.6)
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Jika kita substitusikan nilai persamaan (2.4) dan (2.5) ke dalam persamaan (2.6),
maka
…(2.7)
Jika persamaan (2.7) diintegralkan;
Setelah disusun kembali menjadi:
...(2.8)
(Sumber: Gupta, S.C. 2006)
Yang merupakan persamaan bernoulli, yang berlaku dimanapun di dalam
aliran tak berotasi.
Bunyi hukum Bernoulli:
Teorema Bernoulli menetapkan jumlah keseluruhan dari energy potensial
(energy datum), energy tekanan dan energy kinetic dari sebuah aliran ideal fluida
inkompresibel adalah tetap pada setiap titik dalam kondisi aliran tunak dan tak
berotasi. Batasan hukum Bernoulli:
1. Fluida kerja adalah fluida ideal dan fluida nonviskos
2. Fluida kerja adalah fluida inkompresibel atau fluida tak mampu
mampat
3. Aliran fluida dalam kondisi steady atau tak berubah terhadap waktu
4. Aliran fluida adalah aliran tak berotasi.
Dimana;
(Sumber : M. Bruce, 2006)
P = Tekanan fluida alir
Z = Elevasi (datum), atau ketinggian air tertentu pada aliran.
U= Kecepatan aliran fluida kerja
g = Percepatan gravitasi
w = Berat jenis air (ρxg)
Dalam kasus aliran vorteks bebas, garis-garis arus aliran terpusat dan kecepatan
bervariasi berdasarkan radius dan sesuai dengan persamaan yang menunjukkan
energi total per satuan berat dari setiap fluida adalah tetap dari masing2 garis
arusnya, atau dengan kata lain nilai Head energy fluida, (dH/dr)=0
a. Sirkulasi
Untuk dapat menghitung distribusi dari komponen tangensial dari suatu
fungsi atau aliran berkecepatan yang dibatasi oleh sebuah alur atau fungsi kurva
tertutup yang kita misalkan dengan S dalam sebuah medan aliran, dalam sebuah
analisa dua dimensi, medan aliran dapat direpresentasikan sebagai garis arus.
Gambar 2.6 Notasi untuk menentukan sirkulasi pada kurva tertutup S
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Jadi, sirkulasi dapat didefinisikan sebagai:
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Jika kita mengambil asumsi, kurva S pembatas berbentuk lingkaran, dan garis
arus juga berbentuk lingkaran, maka kita dapat mensubstitusikan fungsi sirkulasi
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Untuk aliran vorteks bebas, , maka, jika nilai Ut disubstitusikan,
maka:
Kemudian diintegralkan;
Dan kesimpulannya :
(Sumber : Gupta, S.C.,2006)
Dimana:
Γ = Sirkulasi sepeanjang aliran
C = Konstanta aliran vortex bebas, yang menyatakan kekuatan vortex.
Untuk aliran tak berotasi, nilai sirkulasi pada setiap garis arus adalah sama, maka
untuk vorteks bebas:
Maka:
(Sumber : Gupta, S.C.,2006)
b. Menghitung Sirkulasi
Sirkulasi dihitung untuk dapat menghitung kekuatan aliran pada suatu
aliran vortex.
Sirkulasi =
Jika kita susbstitusikan nilai Konstanta C dengan Ut yaitu sifat vorteks
bebas maka,
Dimana nilainya tetap pada seluruh garis arus pada aliran vorteks bebas.
Karena kondisi steady, maka berlaku hukum Bernoulli:
Jika kita misalkan, aliran pada permukaan yang bersentuhan dengan udara,
p1=p2=patm=0(pressure gauge),
Maka,
Jika pada kondisi Z1 adalah titik tertinggi permukaan air (nilai Head) dan Z2
berada pada titik terendah permukaan air (segaris dengan garis dasar bak, nilai
Karena faktor gesekan, maka kecepatan tepat pada tepi bak dapat dianggap = 0,
maka persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
Karena nilai sirkulasi di setiap garis arus di seluas daerah aliran adalah sama,
maka kita dapat mencari nilai sirkulasi dari substitusi hasil perbandingan
persamaan di atas, dengan mensubstitusikan Ut dengan Ut2
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Dimana:
Γ = Sirkulasi sepeanjang aliran
r = Radius kecepatan pada suatu titik diukur dari titik pusat vortex
H = Head vortex, ketinggian maksimum vortex di dalam bak
g = Percepatan gravitasi
c. Menghitung Kekuatan Vortex
Setelah mendapatkan nilai sirkulasi, maka kita dapat menghitung nilai dari
Konstanta C atau yang disebut juga dengan kekuatan aliran vorteksnya.
Dimana:
Γ = Sirkulasi sepeanjang aliran
C = Konstanta aliran vortex bebas, yang menyatakan kekuatan vortex.
Konstanta kekuatan vortex ini dihitung, agar kita dapat mengetahui kecepatan
pada permukaan bebas serta distribusinya.
d. Menghitung Distribusi Kecepatan
Setelah mendapatkan nilai konstanta kekuatan vortex, maka dapat
dikembalikan ke persamaan awal sifat vortex bebas, yaitu:
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Dengan memasukkan interval nilai radius dari mulai tepi lubang buang sampai
tepi dinding bak vortex.
e. Menghitung Tekanan dan Distribusi Tekanan pada Kondisi Tertentu
Setelah mendapatkan nilai konstanta C dan distribusi kecepatan, kita juga dapat
menghitung tekanan (gauge) dan distribusi tekanan sepanjang r pada Δz=0,
dengan meninjau kembali persamaan energi Bernoulli:
(Sumber : Gupta, S.C., 2006)
ket:
Ut = Kecepatan tangensial, kecepatan pusar, kecepatan swirl vorteks
H = Zmax = Ketinggian aliran air maksimum pada bak vorteks
Dimana pada titik sembarang sulit mengetahui kecepatan tangensial langsung
secara teoritistanpa menghitung tekanan terlebih dahulu, maka nilai Ut dapat
disubstitusikan dengan nilai C, sehingga menjadi :
(Sumber : Gupta, S.C., 2006)
Sehingga dapat ditentukan tekanan pada sembarang titik pada aliran tertentu
dengan basis perhitungan konstanta C, karena nilai C adalah konstan seluas
bidang alir.
(Sumber : Gupta, S.C., 2006)
ket:
P = Tekanan fluida alir pada sembarang titik (pressure gauge)
Z = Elevasi, atau ketinggian air tertentu pada aliran vorteks
C = Konstanta kekuatan vortex
H = Zmax = Ketinggian aliran air maksimum pada bak vorteks
Setelah mendapat tekanan pada koordinat (r,Z) tertentu, maka dapat juga dicari
(Sumber : Gupta, S.C., 2006)
f. Memprediksi ketinggian (Z) permukaan bebas (p=patm)
Setelah menghitung kecepatan tangensial fluida sepanjang vortex bebas,
maka ketinggian permukaan bebas tersebut juga dapat dihitung dengan modifikasi
ketetapan bernoullli menjadi:
(Sumber : Gupta, S.C., 2006)
ket:
Z = Ketinggian permukaan bebas pada r tertentu
r = jari-jari vortex tertentu
C = Konstanta kekuatan vortex
H = Total head vortex
2.3 Turbin Air
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
industry pembangkit listrik. Sekarang lebih umum dipakai untuk generator listrik.
Turbin kini dimanfaatkan secara luas dan merupakan sumber energi yang dapat
diperbaharukan. Kincir air sudah sejak lama digunakan untuk industri tenaga
listrik. Pada mulanya yang dipertimbangkan adalah ukuran kincirnya, yang
membatasi debit dan head yang dapat dimanfaatkan. Perkembangan kincir air
menjadi turbin modern membutuhkan jangka waktu yang cukup lama.
metode dan prinsip ilmiah. Mereka juga mengembangkan teknologi material dan
metode produksi baru pada saat itu.
Kata "turbine" ditemukan oleh seorang insinyur Perancis yang bernama
Claude Bourdin pada awal abad 19, yang diambil dari terjemahan bahasa Latin
dari kata "whirling"(pusaran) atau "vorteks" (pusaran air). Perbedaan dasar antara
turbin air awal dengan kincir air adalah komponen putaran air yang memberikan
energi pada poros yang berputar. Komponen tambahan ini memungkinkan turbin
dapat memberikan daya yang lebih besar dengan komponen yang lebih kecil.
Turbin dapat memanfaatkan air dengan putaran lebih cepat dan dapat
memanfaatkan head yang lebih tinggi. (Untuk selanjutnya dikembangkan turbin
impulse yang tidak membutuhkan putaran air).
Turbin – turbin hidrolik berfungsi mengubah energi air menjadi energi
kinetik, kemudian energi kinetik akan diubah menjadi energi listrik oleh
generator. Hal ini menyebabkan setiap pembahasan tentang turbin hidrolik akan
mengikutsertakan generator sebagai pembangkit listrik. Air mengalir melalui
turbin akan memberikan tenaga pada penggerak (runner) turbin dan membuat
runner itu berputar. Poros dari penggerak turbin berhubungan dengan poros
generator sehingga energi kinetik turbin menjadi input bagi generator dan diubah
menjadi energi listrik. Jadi turbin – turbin hidrolik menempati kunci dalam bidang
teknik hidrolik dan memberikan kontribusi yang besar dari seluruh biaya proyek,
terutama untuk PLTA skalabesar.
2.3.1 Klasifikasi Turbin Air
Turbin hidrolik adalah suatu alat yang dapat menghasilkan torsi sebagai
akibat gaya dinamik dan gaya tekan air, turbin hidrolik ini dapat dikelompokkan
menjadi dua tipe, yaitu :
1. Turbin Reaksi (reaction turbine) adalah turbin yang mengkombinasikan
energypotensial tekan dan energi kinetik untuk menghasilkan energi
2. Turbin Impuls (impuls turbine) adalah turbin yang memanfaatkan
energikinetik dari pancaran air yang berkecepatan tinggi untuk diubah
menjadienergi gerak.
Diagram klasifikasi turbin air dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.7 Klasifikasi Turbin air
Sumber : www.wikipedia.or.id
2.3.2 Turbin Reaksi (Reaction Turbine)
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini
memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat
berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai
turbin reaksi. Proses ekspansi fluida kerja pada turbin reaksi terjadi pada sudu
pengarah dengan tekanan yang tinggi. Pada saat air yang bertekanan tersebut
mengalir kesekeliling sudu - sudu, runner turbin akan berputar penuh. Energi yang
ada pada air akan berkurang ketika meninggalkan sudu. Energi yang hilang
tersebut telah diubah menjadi energi mekanis oleh roda turbin. Dilihat dari
konstruksinya, turbin reaksi ada dua jenis:
1) Turbin Francis.
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang
diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di
bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah
mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin francis
dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang
dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air
penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
Gambar 2.8 Turbin Francis
Sumber : Rajput Rames, 2000
2) Turbin Kaplan.
Tidak berbeda dengan turbin francis, turbin kaplan cara kerjanya
baling-baling pesawat terbang. Bila baling-baling pesawat terbang berfungsi
untuk menghasilkan gaya dorong, roda jalan pada kaplan berfungsi untuk
mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat menghasilkan torsi pada poros
turbin. Berbeda dengan roda jalan pada francis, sudu-sudu pada roda jalan kaplan
dapat diputar posisinya untuk menyesuaikan kondisi beban turbin. Turbin kaplan
banyak dipakai pada instalasi pembangkit listrk tenaga air sungai, karena turbin
ini mempunyai kelebihan dapat menyesuaikan head yang berubah-ubah sepanjang
tahun. Turbin Kaplan dapat beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran
roda turbin lebih kecil dan dapat dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi
pada beban tidak penuh turbin kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal
inidikarenakan sudu-sudu turbin kaplan dapat diatur menyesuaikan dengan beban
yang ada.
Gambar 2.9 Turbin Kaplan
Sumber : Rajput Rames, 2000
2.3.3 Turbin Impuls (Impulse Turbine)
Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nozzle atau sistem
serupa nozzle. Air keluar nozle yang mempunyai kecepatan tinggi membentur
Turbin impuls adalah turbin tekanan sama karena aliran air yang keluar dari nosel
tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi
tempat dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi
kecepatan.Adapun jenis – jenis turbin impuls adalah sebagai berikut :
1) Turbin Pelton.
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set
sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih
alat yang disebut nosel. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang
paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head
tinggi.
Gambar 2.10 Turbin Pelton
Sumber : Rajput Rames, 2000
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan
pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan
pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk
turbin dengan daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa
nosel. Dengan demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu
lebih kecil. Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih
2) Turbin Turgo.
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin
pelton turbin turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran
air dari nozle membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih
besar dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin
ke generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya
perawatan.
Gambar 2.11 Turbin Turgo
Sumber : Rajput Rames, 2000
3) Turbin Ossberger Atau Turbin Crossflow (Turbin Michell-Banki).
Pada turbin impuls pelton beroperasi pada head relatif tinggi, sehingga
pada head yang rendah operasinya kurang efektif atau efisiensinya rendah. Karena
alasan tersebut, turbin pelton jarang dipakai secara luas untuk pembangkit listrik
skala kecil. Sebagai alternatif turbin jenis impuls yang dapat beroperasi pada head
rendah adalah turbin crossflow atau turbin impuls aliran ossberger.Turbin
crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 litres/sec hingga 10 m3/sec dan head
antara 1 s/d 200 m. Aliran air dilewatkan melalui sudu sudu jalan yang berbentuk
silinder, kemudian aliran air dari dalam silinder ke luar melalui sudu-sudu. Jadi
perubahan energi aliran air menjadi energi mekanik putar terjadi dua kali yaitu
Gambar 2.12 Turbin Cross Flow atau Banki
Sumber : Rajput Rames, 2000
4) Turbin Vorteks
Turbin ini dinamakan sebagai Gravitation Water Vorteks Power Plant
(GWVPP) oleh penemunya Frans Zotleterer berkebangsaan Austria, tetapi nama
turbin ini dikenal juga sebagai turbin Vorteks atau turbin pusaran air. Sesuai
dengan namanya pusaran air, air ini memanfaatkan pusaran air buatan untuk
memutar sudu turbin dan kemudian energi pusaran air diubah menjadi energi
putaran pada poros. Prosesnya air dari sungai dialirkan melalui saluran masuk ke
tanki turbin yang berbentuk lingkaran dan di bagian tengah dasar tanki terdapat
saluran buang berupa lingkaran kecil. Akibat saluran buang ini maka air mengalir
akan membentuk aliran pusaran air. Ketinggian air (head) yang diperlukan untuk
turbin ini 0,7 – 2 m dan debit berkisar 1000 liter per detik. Turbin ini sederhana,
mudah dalam perawatannya, kecil, kuat, dan bertahan hingga 50 – 100 tahun.
Gambat 2.13 Tubin Vorteks
2.4 Turbin Vorteks
Aliran sungai dengan head yang kecil belum termanfaatkan dengan
optimal. Hal ini menjadi referensi untuk memanfaatkan aliran sungai dengan
mengubahnya menjadi aliran vorteks.Seorang Peneliti dari Jerman Viktor
Schauberger mengembangkan teknologi aliran vorteks (pusaran) untuk
diterapkan pada pemodelan turbin air dengan memanfaatkan aliran irigasi yang
kemudian diubah menjadi aliran vorteks (pusaran), yang kemudian dimanfaatkan
untuk menggerakkan sudu turbin. Aliran vorteks yang juga dikenal sebagai aliran
pulsating atau pusaran dapat terjadi pada suatu fluida yang mengalir dalam suatu
saluran yang mengalami perubahan mendadak.
Fenomena aliran vorteks sering kali dijumpai pada pemodelan sayap
pesawat, aliran vorteks cenderung dianggap sebagai suatu kerugian dalam suatu
aliran fluida. Kemudian teknologi ini dikembangkan oleh Franz Zotloeterer
berkebangsaan Austria.Ia memulai penelitian ini pada tahun 2004 dan memulai
pemasangan turbin pertamanya di Obergrafendorf, Austria pada tahun 2005,
kemudian sampai dengan tahun 2013 turbin ini sudah dibangun di beberapa
negara seperti Jerman, Republik Ceko, Hungaria, Cili, Thailand, Irlandia,
Indonesia, Jepang, Francis, Italy, dan Swiss.
2.4.1 Perhitungan Perancangan Teoritis Turbin Vorteks
Ada beberapa perhitungan yang penting dalam perancangan turbin vortex,
yaitu:
1.Perhitungan Daya Maksimum Teoritis Turbin Vortex
Diambil dari potensial energi air per satuan waktu, dimana:
Ket:
P = Daya maksimum teoritis fluida kerja
ρ = Massa jenis air
g = Percepatan gravitasi
Q = Debit fluida mengalir
Hv = Ketinggian aliran vortex maksimum di bak/basin.
2.Perhitungan Daya Poros Teoritis Turbin Vortex
Diambil dari Energi Kinetik aliran vortex per satuan waktu, yaitu:
(Sumber : M. Bruce, 2006)
Ket:
P = Daya maksimum teoritis fluida kerja
= Laju aliran massa fluida kerja
U =Kecepatan aliran fluida kerja, dalam hal ini adalah kecepatan
tangensial fluida memasuki runner
3.Tinjauan Momentum Sudut
Diambil untuk menghitung torsi dan daya efektif yang tersalur ke poros
turbin melalui analisa segitiga kecepatan.
Tshaft =
(Sumber : M. Bruce, 2006)
=
Ket:
Tshaft = Momen torsi yang bekerja pada poros
Wshaft/time = kerja yang terjadi pada poros per satuan waktu= daya teoritis poros
= laju aliran massa fluida kerja
r = jari-jari runner (luar dan dalam)
V = Kecepatan fluida kerja masuk sudu (kec. tangensial masuk sudu)
U = Kecepatan Sudu/impeler (dapat direncanakan)
1&2 = keterangan kondisi masuk dan keluar kondisi batas
2.4.2 Prinsip Kerja Turbin Vorteks
Sistem PLTA pusaran air adalah sebuah teknologi baru yang
memanfaatkan energi yang terkandung dalam pusaran air yang besar yang dibuat
dengan menciptakan melalui perbedaan head rendah di sungai.
Cara kerjanya:
1. Air Sungai dari tepi sungai disalurkan dan diarahkan ke tangki sirkulasi. Tangki
sirkulasi ini memiliki suatu lubang lingkaran pada dasarnya.
2. Tekanan rendah pada lubang dasar tangki dan kecepatan air pada titik masuk
tangki sirkulasi mempengaruhi kekuatan aliran vorteks.
3. Energi potensial seluruhnya diubah menjadi energy kinetic rotasi di inti vortex
yang selanjutnya diekstraksi melalui turbin sumbu vertikal.
Berikut adalah penemuan fundamental dari penilitian dari Institute of Technology,
Sligo in Civil Engineering:
1. Bentuk permukan Pusaran Air dapat digambar secara matematik dan diprediksi
secara akurat. Gambar 2.17
2. Efisiensi daya Pusaran air yang maksimal dapat terjadi dalam jangkauan rasio
antara diamater lubang dan diameter tanki adalah sekitar 14% - 18%
masing-masing untuk tempat head rendah dan tinggi.
3. Tinggi pusaran bervariasi secara linier sesuai dengan debit.
4. Energi keluar maksimum secera teoritis idealnya = ρgQHv
( Hv = Height of Vorteks)
5. Efesiensi Hidrolik maksimum meningkat saat kecepatan impeler setengah dari
kecepatan fluida. (lihat Grafik 2.18)
Grafik 2.18 Efesiensi Hidrolik Turbin vorteks
2.4.3 Aplikasi Turbin Vorteks
Teknologi Turbin vorteks ini sudah dikembangkan oleh Franz Zotloeterer
berkebangsaan Austriasejak tahun 2004 dan memulai pemasangan turbin
pertamanya di Obergrafendorf, Austria pada tahun 2005, kemudian sampai
dengan tahun 2013 turbin ini sudah dibangun di beberapa negara seperti Jerman,
Republik Ceko, Hungaria, Cili, Thailand,Irlandia, Indonesia, Jepang, Francis,
Italy, dan Swiss.
1.Tahun 2005 Pemasangan pertama di dunia Gravitation Water Vorteks Power
Plant di Obergrafendorf diAustria.
Tinggi head : 1,5m
Debit : 0,9m³/s
Energi Listrik : 6,1kW (max. 7,5kW)
2. Tahun 2011 pemasangan Gravitation Water Vorteks Power Plant di Kärnten,
Austria.
Tinggi head: 0,9m
Debit : 2x 0,7m³/s
Turbin Energi Listrik : 2x 3,5kW
Kapasitas kerja pertahunnya: 25.000kWh
3. Pada Pebruari 2012 pemasangan Double- Gravitation Water Vorteks Power
Plant di Winterberg, Jerman.
Tinggi head: 2x 1,4m
Debit : 0,5m³/s
Energi Listrik : 2x 4,0kW
Kapasitas kerja pertahunnya : 30.000kWh
4. Pada Agustus 2012 pemasangan Gravitation Water Vorteks Power Plant di
Nantes, Prancis.
Tinggi head : 1m
Debit : 0,3m³/s
Energi Listrik : 1,7kW
5. Tahun 2013 pemasangan Gravitation Water Vorteks Power Plant di
Kotting/Obergrafendorf,
Tinggi head: 1,3m
Debit : 2x 2,2m³/s
Energi Listrik : 2x 17kW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi listrik dewasa ini bertumbuh sangat cepat, seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Dengan semakin terbatasnya jumlah
persediaan bahan bakar fosil berimbas pada stimulasi penelitian terhadap sumber
energy alternatif terbarukan. Isu tentang pemanasan global, polusi udara, serta
efek gas rumah kaca turut mendorong kemajuan penelitian sumber energi listrik
yang lebih ramah lingkungan. Ilmuwan – ilmuwan diseluruh dunia menyadari hal
ini dan mencoba berbagai energi alternatif. Salah satu sumber energi yang saat ini
sedang masif diteliti adalah energi air. Penggunaan berbagai macam turbin
sebagai sumber energi terbarukan (renewable energy) semakin maju di Indonesia
termasuk turbin angin dan air.
Indonesia merupakan negara maritim yang 2/3 dari luas permukaannya
ditutupi oleh air, sehingga energi air merupakan salah satu bidang yang sangat
potensial untuk dikembangkan dengan kondisi seperti ini. Kondisi angin di
Indonesia juga sangat bervariasi dan relatif kurang stabil di setiap tempat,
sehingga turbin air lebih aplikatif dari turbin angin karena air di indonesia relatif
stabil. Massa jenis air yang hampir 1000 kali lipat massa jenis udara
menyebabkan gaya dan torsi yang mempengaruhi turbin semakin besar.
PLTA dewasa ini masih menjadi produk unggulan dalam bidang energy
terbarukan yang ramah lingkungan dan dengan efisiensi yang tinggi. Namun pada
prakteknya pemanfaatan energi air masih membutuhkan head jatuh air yang
tinggi, sehingga pada umumnya sumber energi air dengan head rendah sama
sekali belum termanfaatkan. Beberapa contohnya hampir semua sungai di
Indonesia dengan head rendah tapi debit yang cukup besar sama sekali belum
dimanfaatkan, sementara jumlah sungai di Indonesia cukup melimpah.
Seorang Peneliti dari Jerman Viktor Schauberger mengembangkan
dengan memanfaatkan aliran irigasi yang kemudian diubah menjadi aliran vortex
(pusaran), yang kemudian dimanfaatkan untuk menggerakkan sudu turbin. Aliran
vortex yang juga dikenal sebagai aliran pulsating atau pusaran dapat terjadi pada
suatu fluida yang mengalir dalam suatu saluran yang mengalami perubahan
mendadak. Fenomena aliran vortex sering kali dijumpai pada pemodelan sayap
pesawat, baling-baling helicopter, maupun turbin bertekanan tinggi. Aliran vortex
cenderung dianggap sebagai suatu kerugian dalam suatu aliran fluida.
Kemudian teknologi ini dikembangkan oleh Franz Zotloeterer , seorang
peneliti berkebangsaan Austria. Ia memulai penelitian ini pada tahun 2004 dan
memulai pemasangan turbin pertamanya dengan judul “GRAVITATIONAL
WATER VORTEX POWER PLANT” di Obergrafendorf, Austria pada tahun 2005,
kemudian sampai dengan tahun 2013 turbin ini sudah dibangun di beberapa
negara seperti Jerman, Republik Ceko, Hungaria, Cili, Thailand, Irlandia,
Indonesia, Jepang, Francis, Italy, dan Swiss. Referensi teoritis dan hasil penelitian
tentang teknologi turbin ini jarang dibahas di dunia pendidikan dan sangat jarang
dipublikasikan karena teknologi ini sudah menjadi hak paten Zotloeterer1. Oleh
sebab itu peneliti dari berbagai Universitas di dunia memulai penelitian jenis
turbin ini dengan melakukan eksperimen – ekperimen yang ada. Contohnya di
Amerika Sligo Institute (Amerika), Khonkaen Universty (Thailand) dan
Perguruan Tinggi UGM (Indonesia) sudah memulai penelitian turbin ini2. Oleh
sebab itu sudah selayaknya Universitas Sumatera Utara juga ikut berkontribusi
dalam penelitian teknologi PLTA yang baru ini sehingga menjadi inspirasi kita
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik kita yang semakin meningkat dengan
cara yang semakin ramah lingkungan.
Bertolak dari kondisi tersebut di atas maka penyusun melakukan
penelitian yang cukup panjang tentang fenomena vortex ini. Penelitian tentang
“turbin vortex” masih jauh dari sempurna, bukan karena Indonesia kekurangan
peneliti tetapi pengaplikasiannya belum banyak sehingga penelitiaan ini nantinya
dapat dijadikan tolok ukur. Oleh karena itu perlu dibuat penganalisaan fenomena
aliran vortex yang kuat atau yang lemah yang nantinya akan mempengaruhi
putaran air terhadap sudu turbin dan sangat berpengaruh terhadap daya dan
prestasi turbin.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan dan penulisan laporan tugas akhir ini adalah
untuk mengetahui pengaruh diameter lubang buang dan ketinggian head vortex
terhadap:
1. Kecepatan teoritis aliran vortex
2. Daya teoritis maksimum air
Serta pengaruh diameter runner terhadap:
3. Daya teoritis yang bekerja di poros
4. Efisiensi tiap runner
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik aliran
vortex di dalam vortex basin dan potensi pemanfaatannya pada aliran sungai
untuk menghasilkan daya listrik.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini ada beberapa batasan masalah yang
diberikan agar penelitian ini lebih terarah, yaitu:
1. Bentuk vortex basin yang digunakan berbentuk lingkaran dengan diameter 50
2. Diameter lubang buang yang digunakan adalah 3 cm, 5.5 cm, 8.5 cm 10.5 cm
dan 16.5 cm.
3. Variasi diameter runner yang dianalisa adalah 15.5 cm, 18.5 cm, 20.5 cm
untuk runner A dan 22 cm untuk runner B.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini antara lain
adalah :
1. Studi literatur, penulis melakukan penelaahan terhadap buku dan literatur yang
mendukung penulis mengembangkan ide sehinggga dapat terlaksananya suatu
penelitian dari perancangan sampai didapatkan tujuan penelitian.
2. Analisis sesuai literatur, setelah mendapatkan fungsi fungsi yang dibutuhkan
dari literatur dan dimensi-dimensi dari hasil perancangan, maka dilakukan
analisis aliran vortex fluida dan analisis prestasi turbin secara matematis.
1.6. Sitematika Penulisan
Agar penyusunan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis dan mempermudah
pembaca memahami tulisan ini, maka skripsi ini dibagi dalam beberapa bagian,
yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan
masalah yang berisi antara lain : latar belakang, tujuan penelitian, manfaat
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang dasar teori dari topik yang dikaji dan digunakan
sebagai landasan dalam memecahkan masalah dan menganalisis permasalahan
tersebut meliputi penjelasan mengenai Aliran vortex, Hukum Bernoulli, Turbin
air, Klasifikasi Turbin air dan performansi dan efisiensi.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang beberapa tahapan analisa dan tahapan
perancangan.
BAB IV : ANALISA TEORITIS
Bab ini berisi tentang pembahasan dari data-data yang diperoleh dan
dianalisis, yakni, kecepatan tangensial fluida, ketinggian permukaan bebas,
analisa momentum sudut, daya teoritis air dan efisiensi turbin.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pengamatan hasil pengujian dan
saran penyempurnaan untuk penelitian berikutnya.
ABSTRAK
Penelitian ini adalah analisis perancangan secara teoritis dari sebuah bak
vortex yang dirancang untuk membentuk dan memunculkan sebuah aliran vortex
yang dipengaruhi oleh gravitasi. Dalam aplikasinya, kecepatan air dari aliran
vortex memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energy
alternative terbarukan. Dalam penelitian ini, penulis tertarik dengan analisa
teoritis aliran vortex bebas yang terjadi dalam bak vortex, yang masih merupakan
cara baru dalam membangkitkan tenaga air dalam dunia teknik tenaga air.
Keuntungan dari teknologi ini adalah pembangkitan tenaga listrik oleh tenaga air
yang mempunyai nilai head sangat rendah, mulai dari 0.1 sampai 0.335 meter.
Penelitian ini menganalisis menggunakan teori potential vortex yang
sangat mendekati fenomena vortex bebas. Hasilnya nantinya dapat diterapkan
dalam pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Penelitian ini meneliti beberapa
parameter yang mempengaruhi kecepatan pusar fluida kerja, yaitu 1) Diameter
lubangbuang, 2) Head vortex, dan 3) Diameter runner. Kecepatan tangensial atau
kecepatan memusar fluida mempunyai distribusi sepanjang radius bak yang
digunakan untuk menganalisa sudu dengan hasil optimal untuk diuji lapangan
pada penelitian berikutnya. Model atau prototype ini dirancang untuk
menganalisis kemampuannya untuk menghasilkan tenaga, pada akhirnya tenaga
listrik.
Dari hasil analisa ini didapat daya potensial air paling besar terdapat pada
lubang buang 5 sebesar 12.58 Watt, daya dan efisiensi turbin terbesar juga
ditunjukkan pada lubang buang 5 dan pada penggunaan runner A2 yakni 11.38
Watt dan 88.58%.
Kata kunci: gravitational vortex, vortex basin, vortex strength, circulation,
ABSTRACT
This study is the analysis of a design of a basin structure which has the
ability to form a gravitational vortex stream. Such a high velocity water vortex
stream can possibly used as an alternative energy resource. In this study we are
interested in the formation of a water vortex stream by gravitation, which is a new
technique used in the field of hydro power engineering. The advantage of this
method for electrical generation is the capability of producing energy using low
heads of 0.01 to 0.335 meters.
This study used the potential vortex theorem that similar to free vortex
phenomenon. It can be applied in a low head micro hydro power plant. The
studies investigated parameters which affect the fluid swirl velocity, which
include 1) Outlet diameter at the bottom centre of the basin, 2) Gavitational vortex
head, and 3) Runner diameter. The tangensial velocity distribution is used to
determine the suitable blade for testing. A gravitational vortex power plant model
is created to investigate electrical power output.
The analysis study shows highest ideal theoretical potential water power is
in orifice 5 as 12.58 Watt, best power and efficiency of the turbine got in orifice 5
and by the usage of runner A2 was 11.38 Watt and 88.58%.
Keywords: gravitational vortex, vortex basin, vortex strength, circulation,
ANALISA TEORITIS TURBIN VORTEKS DENGAN RUMAH
TURBIN BERBENTUK LINGKARAN DENGAN VARIASI
DIAMETER SALURAN BUANG, KETINGGIAN AIR DAN
DIAMETER RUNNER
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
PETRUS JESE PATARMATUA PARDEDE 090401064