DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin and loebecke, james. 1991. Auditing, Suatu Pendekatan Terpadu, jilid 1, edisi keempat, terjemahan Ilham Tjakrakusuma dan Herman Wibowo, Jakarta, Erlangga.
Arthur W. Holmes, David C. Burns, 1990 Auditing Normadan Prosedur,
Jakarta Alih Bahasa M. Badjuri, Erlangga.
Baridwan, Zaki. 1989. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi Ketiga,Yogyakarta, Bagian Penerbit Akademi Akuntansi YPKN.
Harahap, Sofyan Syafri.1999. Teori Akuntansi, Jakarta, PT. Raja Grafindo. IAI. 1995. Standar Profesional Akuntan Publik , Cetakan Kedua, Yogyakarta,
STIE YKPN.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.
Munandar, S, 1996 Pokok-Pokok Intermediate Accounting, Yogyakarta Edisi Keenam, Cetakan Pertama, Gajah MadaUniversity Press.
Sinuraya, S,1990 Dasar-Dasar Akuntansi, Medan Penerbit Ade Putra Mediatama.
BAB III
INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Pengawasan Intern
Kebutuhan untuk mengamankan kas adalah sangat penting. Kas mudah
untuk disembunyikan dan dibawa, tidak memiliki tanda kepemilikan, dan
dapat digunakan di seluruh dunia. Resiko pencurian kas terkait langsung
dengan kemampuan individu untuk mengakses sistem dan memperoleh kas.
Perusahaan mengatasi masalah tersebut melalui sistem pengawasan intern.
Pengawasan dapat dilakukan dari dalam perusahaan dengan membentuk
suatu badan atau bidang tertentu yang dimaksud dengan pengawsan intern.
Sedangkan pengawasan yang dilakukan dari pihak luar perusahaan dengan
menggunakan tenaga akuntan publik disebut pengawasan ekstern.
” Pengawasan Intern adalah pengawasan suatu organisasi dan semua metode pelaksanaan dan pengukuran yang diterapkan di dalam usaha untuk melindungi hartanya, memeriksa ketepatan dan kebenaran data-data akuntansi, memperhatikan efisiensi pelaksanaan dan mendorong semua pegawai untuk mentaati kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen.”
( Arthur, David, alih bahasa M. Badjuri, 1990, hal 112 )
Pengawasan intern merupakan kebijaksanaan dan prosedur yang
melindungi dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat,
dan memastikan bahwa peraturan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
“ Pengawasan Intern adalah kebijakan dan prosedur untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan dapat
dicapai.” ( IAI, 1995, hal 341)
rangkaian dan prosedur yang dirancang untuk : 1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. (Mulyadi, 2001, hal 163)
Sesuai dengan tujuan di atas, pengawasan intern dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu :
1. Pengawsan akuntansi terdiri dari struktur organisasi dan semua
metode-metode dan prosedur yang terutama berkaitan dengan, dan berhubungan
lagsung pada pengamanan aktiva dan dapat dipercaya catatan finansial.
Pengawasan akuntansi biasanya mencakup pengawasan-pengawasan
seperti sistem pengesahan dan persetujuan, pemisahan tugas diantara pihak
yang mencatat dan membuat laporan dengan pihak pelaksana dan
penyimpanan aktiva, pengawasan fisik atas aktiva, dan internal audit.
2. Pengawasan administratif terdiri dari struktur organisasi dan semua
metode-metode dan prosedur yang terutama berkaitan dengan efisiensi
operasi dan kepatuhan pada kebijaksanaan manajemen biasanya hanya
mempunyai hubungan yang tidak langsung pada catatan finansial.
Pengawasan administratif ini biasanya mencakup pengawasan-pengawasan
seperti analisis statistic, penelitian waktu dan gerak (time and motion
studies), laporan pelaksanaan (performance report), program latihan
karyawan, dan kontrol kualitas.
Walaupun pengawasan intern dibedakan atas pengawasan akuntansi dan
pengawasan administrasi dan dengan tujuan yang berbeda pula, namun kedua
sebab yang tercakup dalam pengawasan akuntansi tercakup pula dengan
pengawasan administrasi.
B. Pengawasan Kas
Kas merupakan suatu alat pertukaran yang dapat digunakan sebagai
ukuran besarnya harga dalam akuntansi. Kas merupakan aktiva yang paling
lancar sehingga mudah untuk diselewengkan.
“ Semua mata uang kertas dan logam, baik mata uang dalam negeri
maupun luar negeri, surat-surat yang memilki sifat seperti mata uang yaitu
sifat dapat segera digunakan untuk melakukan pembayaran pada saat
dikehendaki.“ (Munandar, 1996, hal 32)
Kas yang ada diperusahaan dan di Bank merupakan suatu kesatuan
perkiraan dalam laporan keuangan. Perbedaan yang paling mendasar
mengenai aktivitas kas adalah sifatnya yang tidak produktif. Karena kas
merupakan ukuran nilai, kas tidak dapat meluas dan tumbuh kecuali jika
dikonfirmasikan ke dalam bentuk kepemilikan lainnya. Jumlah kas yang
berlebihan dalam perusahaan menyebabkan terjadinya kas menganggur (idle
cash), sehingga manfaat kas tidak efisien.
Manajemen kas yang baik mensyaratkan terjadinya kas yang memadai
dan terus bekerja secara kontiniu dalam berbagai cara diantaranya
menginvestasikan kas dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Kas terdiri dari simpanan komersial dan rekening di bank atau di tempat
lain serta pos-pos yang ada dalam perusahaan yang dapat dipergunakan
denhgan nilai yang tercantum di dalamnya.
Berikut ini yang termasuk dalam kas adalah : 1. Uang tunai (cash on hand)
2. Uang tersimpan di bank (cash in bank) 3. Tabungan yang setiap waktu dapat diambil 4. Giro (money order)
5. Dan lain-lain (S. Sinuraya, 1990, hal 233)
Apabila manajemen perusahaan melakukan pengawasan intern terhadap
kas dengan baik, maka semua bentuk penyelewengan dapat dihindari. Untuk
pengelolaan kas, manajemen dapat menggunakan alat-alat sebagai berikut :
1. Ramalan / taksiran kas
2. Manajemen arus kas yaitu pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas
3. Investasi dana yang berlebihan
4. Hubungan bank
5. Pengendalian (internal control)
C. Unsur Pengawasan Intern
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa fungsi pengawasan intern sangat
penting peranannya dalam melindungi harta kekayaan perusahaan dari
ancaman-ancaman yang dapat merugikan perusahaan terutama dari
tindakan-tindakan yang tidak bertanggungjawab yang datangnya dari dalam perusahaan
itu sendiri.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pengawasan intern maka pihak manajemen instansi perlu merancang dan menerapkan unsur pengawasan intern yang disebutkan sebagai berikut :
1. Sturuktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2. Suatu sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
dan fungsi setiap unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. (Mulyadi, 2001, hal 164).
Keempat unsur yang disebutkan di atas merupakan ciri-ciri pokok dari
suatu sistem pengawasan intern. Selain itu ada pengawasan lain yang
merupakan tambahan dari unsur tersebut, yaitu pengawasan yang dilakukan
dengan menggunakan laporan-laporan, standar atau budget dan staff internal
audit.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai unsur pokok dari
pengawasan intern :
1. Sturuktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas
Struktur organisasi yang tepat bagi suatu instansi belum tentu baik
bagi instansi lain. Oleh karena itu, organisasi harus disusun dengan
sedemikian rupa dengan pertimbangan bahwsa susunan organisasi
tersebut harus fleksibel dan dapat menunjukkan bentuk-bentuk tegas dan
jelas.
Untuk memenuhi syarat pengawasan yang baik, hendaknya
struktur organisasi dapat memisahkan fungsi operasional, penyimpanan
dan pencatatan guna menghindari terjadinya penyelewengan ataupun
kecurangan. Suatu fungsi tidak boelh diberi tanggung jawab yang penuh
untuk pelaksanakan tugas.
Pemberian wewenang dan prosedur pencatatan harus diatur
atas harta, hutang, pendapatan, dan biaya.
2. Suatu sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya
Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam instansi
merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap
operasional dan transaksi yang terjadi dan untuk mengklarifikasi data
akuntansi yang tepat.
Oleh karena itu, setiap transaksi yang terjadi harus mendapat
pengesahan dari yang berwenang, sehingga kemungkinan untuk
menyalahgunakan dana oleh pihak tertentu dapat dihindari. Hendaknya
semua pengeluaran yang dilakukan benar-benar untuk melaksanakan
kegiatan usaha perusahaan. Dalam setiap prosedur digunakan dokumen
yang merupakan bukti dasar pencatatan akuntansi.
3. Praktek yang sehat harus dijalankan di dalam melaksanakan tugas dan
fungsi setiap unit organisasi
Praktek yang harus diikuti dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
setiap organisasi. instansi yang menggunakan prosedur yang lazim akan
membawa manfaat serta dapat membantu terciptanya tujuan pengawasan
yang lebih berguna. Dengan demikian seluruh karyawan instansi harus
benar-benar mengerti tugas-tugas dan fungsi serta tanggung jawab yang
diembannya.
Setiap instansi memiliki kebijaksanaan tertentu yang berlaku untuk
dipatuhi. Beberapa cara yang bisa ditempuh oleh instansi dalam
menciptakan praktek-praktek yang sehat yaitu :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang ditanggungjawabkan
pejabat yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada
pihak yang diperiksa dengan jadwal yang tidak teratur, sehingga
mendorong karyawan melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilakukan oleh satu orang atau satu unit
organisasi dari awal sampai akhir tanpa campur tangan orang lain.
d. Perputaran jabatan atau rotasi jabatan secara rutin di dalam pelaksanakan
tugas baik staff, yang dapat menjaga independensi yang melaksanakan
tugas dan persekongkolan dapat dihindari.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya
Suatu organisasi tidak lepas dari unsur manusia, karena kegiatan
operasional selalu berkaitan dengan manusia, mulai dari karyawan bawahan
sampai dengan atasan. Tingkat kecakapan pegawai / personalia sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu sistem pengawasan intern.
Keberhasilan instansi tergantung pada seleksi awal dan latihan
serta penempatan pegawai sesuai dengan pengalaman dan kemampuan
pegawai tersebut. Untuk itu pegawai perlu mengetahui tugas dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
yang mempunyai pendidikan tinggi, melainkan seorang yang harus :
a. Mengetahui kedudukannya dalam suatu organisasi.
b. Mengetahui tugas-tugas apa yang harus dikerjakannya dan bagaimana cara
mengerjakannya.
c. Dapat menyesuaikan tugasnya, dengan siapa yang berhubungan, sampai
mana batas tanggung jawab dan kekuasaannya, kemudian pekerjaannya
tersebut dapat dilaksanakan oleh pegawai lain.
d. Mengetahui sumbangsih kerjanya terhadap instansi dan bagaimana harus
disesuaikan dengan organisasi.
Bagaimana baiknya sistem dan prosedur yang diterapkan pada
instansi namun semua bergantung pada karyawan yang melaksanakannya.
Bila instansi memiliki pegawai yang kompeten dan jujur, unsur lain dapat
dikurangi sampai batas tertentu, namun masih dapat menghasilkan
pertanggungjawaban yang dapat diandalkan.
Untuk kepentingan audit atas laporan keuangan, pengawasan intern
suatu satuan usaha meliputi tiga unsur berikut ini :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh penggabungan dari
berbagai faktor dalam membentuk, memperkuat, atau memperlemah
efektifitas kebijakan dan prosedur tertentu. Lingkungan pengendalian juga
mencerminkan seluruh sikap, kesadaran, dan tindakan dari dewan
komisaris, manajemen, pemilik dan pihak lain mengenai pentingnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian
adalah:
a. Falsafah manajemen dan gaya operasinya.
b. Struktur organisasi perusahaan.
c. Berfungsinya dewan komisaris, dan komite-komite yang dibentuk.
d. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab.
e. Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklajuti
kinerja, termasuk di dalamnya audit intern.
f. Kebijakan dan praktek personalia.
g. Berbagai faktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan praktek
satuan usaha, seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga
pemerintah.
2. Sistem akuntansi
Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan
untuk mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis,mengelompokkan,
mencatat dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk
menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang
bersangkutan dengan transaksi tersebut.
Sistem akuntansi yang efektif akan mempertimbangkan pembuatan
metode dan catatan akan :
a. Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah.
b. Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci
untuk pelaporan keuangan.
c. Mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan
nilai keuangan yang layak dalam laporan keuangan.
d. Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan
pencatatan transaksi pada periode akuntansi yang semestinya.
e. Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam
laporan keuangan.
3. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai
tambahan terhadap lingkungan dan sistem yang telah diciptakan oleh
manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu
dari satuan akan tercapai.
Prosedur pengendalian mempunyai beberapa tujuan dan diterapkan
pada berbagai tingkatan organisasi dan pemerosotan data. Prosedur
pengendalian dapat juga diintegrasikan dalam komponen tertentu
lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi.
D. Pengawasan Intern Kas
1. Pengawasan Intern Penerimaan Kas
Pengawasan intern atas penerimaan kas harus dirancang dengan
baik, sehingga uang kas dapat diamankan dari tindakan yang tidak
bertanggung jawab dan segala macam bentuk kecurangan.
Untuk itu perlu diperhatikan prinsip-prinsip dalam penyusunan prosedur penerimaan kas sebgai berikut :
b) Semua surat masuk harus dibuka dengan pengawasan yang cukup.
c) Harus segera dibuat catatan oleh yang membuka surat tentang cek atau uang yang diterima, dari siapa, jumlahnya dan tujuanya apa.
d) Semua penjualan tunai harus dibuatkan nota penjualan yang sudah diberi nomor urut atau dicatat dalam mesin cash register. e) Daftar penerimaan uang harus dicocokkan dengan jurnal
penerimaan uang.
f) Tembusan nota penjualan tunai harus dikirimkan ke kasir dan bagian pengiriman.
g) Bukti setor bank setiap hari harus dicocokkan dengan daftar penerimaan uang harian dan catatan dalam jurnal penerimaan uang.
h) Kasir tidak boleh merangkap mengerjakan buku pembantu utang dan piutang dan sebaliknya.
i) Semua penerimaan uang harus disetorkan pada hari itu juga atau pada awal hari kerja berikutnya.
j) Rekonsiliasi laporan bank harus dilakukan oleh orang yang tidak berwenang menerima uang maupun yang menulis cek.
k) Kunci cash register harus dipegang orang yang bukan pengelola kas.
l) Diadakan rotasi pegawai agar tidak timbul kerjasama untuk berbuat kecurangan.
m) Kasir sebaiknya menyerahkan uang jaminan. (Baridwan,1997, hal14)
Pengawasan intern yang baik untuk penerimaan kas memberikan
jaminan bahwa penerimaan dicatat sebagaimana mestinya. Pemisahan
fungsi tugas dan tanggung jawab pegawai yang melaksanakan dan
penyimpan uang kas harus jelas sehingga memounyai tanggung jawab
masing-masing. Terlepas dari penerimaan kasnya secara benar. Hali ini
biasanya dilakukan membuat ayat jurnal dalam jurnal penerimaan kas.
2. Pengawasan Internal Pengeluaran Kas
Untuk mencapai pengawasan intern yang memadai atau
pengeluaran kas, hendaknya semua bentuk pembayaran dengan
dilakukan dengan menggunakan kas kecil. Penarikan cek secara otomatis
akan memberikan laporan tertulis dari setiap pengeluaran kas. Pengawasan
intern atas pengeluaran kas hendaknya memberikan jaminan yang
memadai bahwa pengeluaran kas dilakukan untuk transaksi-transaksi sah.
Unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dirancang dengan merinci unsur organisasi, sistem otorisasi, dan prosedur pencatatan, serta unsur praktek sehat yang disebutkan di bawah ini :
Organisasi
1) Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. 2) Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh
dilaksanakan sendiri oleh bagian kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
1) Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.
2) Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.
3) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (atau dalam metode pencatatan tertentu dalam register cek) harus didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen mendukung yang lengkap.
Praktek yang Sehat
1) Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.
2) Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan.
3) Penggunaan rekening koran bank (bank statement), yang merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksa intern (internal audit function) yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.
4) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan pemindah bukuan.
6) Secara periodikdiadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada ditangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi. 7) Kas yang ada di tangan (cash insafe) dan kas yang ada di
perjalanan (cash in transit) di asuransikan dari kerugian. 8) Kasir diasuransikan (fidelity bond insurance).
9) Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadap kas yang ada di tangan (misalnya mesin register kas, almari besi, dan strong room).
10)Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian kasa.
(Mulyadi, 1993, 519-520).
Pengeluaran Kas Dengan Kas Kecil
Pengawasan kas akan efektif apabila semua pembayaran tunai
dilakukan melalui cek dan penerimaan kas langsung disetorkan ke bank.
Walaupun demikian, biasanya perusahaan mempunyai pembayaran kecil.
Jika pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek sungguh sangat
tidak efektif dan memakan waktu. Karena itu perusahaan biasanya
menyimpan dana kas yang terpisah untuk melakukan pembayaran tunai
yang nilainya kecil tadi. Kas kecil adalah dana kas yang dipakai untuk
membayar pengeluaran-pengeluaran yang relatif kecil. Besarnya dana kas
kecil tergantung pada jumlah, besaran, dan frekuensi-frekuensi
pengeluaran tadi.
Sistem dana kas kecil dilakukan dengan sistem saldo berfluktuasi
dan sistem imperest. Pengawasan intern kas kecil yang baik adalah dengan
menggunakan sistem imperest. Dana kas kecil seharusnya tidak dicampur
adukkan dengan penerimaan lainnya, dan harus dikelola secara terpisah
dari seluruh aktifitas lainnya. Selain itu harus ada batasan jumlah setiap
dana kas kecil.jenis pengeluaran melalui kas kecil harus ditentukan oleh
perusahaan.
Jika pengeluaran kas dilakukan melalui kas kecil, maka
pengawasan yang cukup memadai akan memerlukan suatu persetujuan
karyawan yang bertanggungjawab atas formulir kas kecil bernomor urut.
Jumlah kas dan cek sebenarnya ada dalam kas kecil ditambah jumlah
formulir kas kecil yang belum diurutkan kembali menjadi dana kas kecil
yang menunjukkan pengeluaran sesungguhnya harus sama dengan jumlah
total dana kas kecil sebagaimana dinyatakan dalam buku besar. Jika terjadi
selisih hal itu merupakan tanggung jawab pemegang kas kecil.
E. Prosedur Penerimaan Kas dan Pengawasannya 1. Prosedur Penerimaan Kas
Penerimaan kas pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA bersumber dari
pendapatan asli daerah.
Prosedur-prosedur dari penerimaan kas pada DINAS PERINDUSTRIAN
DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Wewenang Bendahara Penerimaan
a) Menerima penerimaan yang bersumber dari pendapatan asli daerah.
b) Menyimpan seluruh penerimaan.
c) Menyetorkan penerimaan yang diterima dari pihak ketiga ke
d) Mendapat bukti transaksi atas pendapatan yang diterima melalui
bank.
( Pasal 2 ayat 2, Permendagri 55-2008)
2. Bendahara Penerimaan Pembantu
a) Apabila pendapatan tersebar secara geografis sehingga wajib
pajak/wajib retribusi sulit membayar kewajibannya.
b) Bendahara penerimaan pembantu SKPD untuk melaksanakan tugas
dan wewenang bendahara penerimaan SKPD.
( Pasal 2 ayat 3 )
3. Penatausahaan Bendahara Penerimaan SKPD
a) Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran yang tertera
dalam SKP/SKR atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
SKP/SKR.
b) Bendahara penerimaan SKPD membuat Surat Tanda Bukti
Pembayaran atau bukti lain yang sah.
c) Bendahara penerimaan SKPD menyetorkan seluruh penerimaan ke
kasda paling lambat 1 hari berikutnya dengan menggunakan STS.
4. Pembukuan Bendahara Penerimaan
a) Pembukuan yang digunakan :
1) Buku penerimaan dan penyetoran bendahara.
2) Register STS.
b) Dokumen yang dijadikan dasar pembukuan adalah :
2) Bukti penerimaan yang sah
3) STS
c) Pendapatan secara tunai (penerimaan)
d) Pendapatan secara tunai (penyetoran)
e) Pendapatan melalui rekening bank bendahara penerimaan
(penyetoran) Proses Penerimaan
Tunai
Bukti Penerimaan yang sah
Pencatatan Pada Buku Penerimaan dan Penyetoran
Bukti Penerimaan dan Penyetoran
Proses Penyetoran
Tunai
STS
Pencatatan Pada Buku Penerimaan dan Penyetoran
Buku Penerimaan dan Penyetoran
Mengisi
Pencatatan Pada Buku Penerimaan dan Penyetoran
Mengisi
Register STS
Buku Penerimaan dan Penyetoran
f) Pendapatan melalui rekening kas umum daerah
5. Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
a) Pengguna Anggaran
b) Tanggal 10 bulan berikutnya
a) PPKD
b) Tanggal 10 bulan berikutnya
a) Bendahara Penerimaan Pembantu
b) Pertanggungjawaban Fungsional
Pertanggungjawaban fungsional berupa buku penerimaan dan
penyetoran yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan, dilampiri
dengan :
1) Register STS
2) Bukti penerimaan yang sah dan lengkap
c) Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Proses
Penerimaan di
Kas Umum Daerah
Slip Setoran / Bukti Lain yang
Sah
Peraturan Pada Buku Penerimaan
dan Penyetoran
Buku Penerimaan dan
Penyetoran
Diserahkan kepada Bendahara Penerimaan Paling lambat tanggal 5 bulan
c) Disampaikan kepada Pengguna
Anggaran
d) Paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya
e) Disampaikan kepada PPKD
f) Paling lambat Tanggal 10 bulan
berikutnya
d) Peratnggungjawaban Adminstratif
1) Pertanggungjawaban administratif Bendahara Pengeluaran
SKPD berupa Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
2) LPJ bendahara penerimaan merupakan penggabungan dengan Buku
Penerimaan dan penyetoran
Register STS dan Bukti‐bukti yang
Sah
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
Pembantu
Pertanggungjawaban Administratif
LPJ penerimaan pembantu dan memuat informasi tentang
rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di
bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan :
a) Buku penerimaan dan penyetoran yang telah ditutup pada
akhir bulan berkenaan
b) Register STS
c) Bukti penerimaan yang sah dan lengkap
d) Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
e) Pertanggungjawaban Fungsional
1) Pertanggungjawaban fungsional menggunakan format Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) yang sama dengan
pertanggungjawaban administratif
2) LPJ fungsional dilampiri dengan :
a) Buku penerimaan dan penyetoran yang telah ditutup pada
akhir bulan berkenaan
b) Register STS
c) Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
6. Sistematika
a) Penatausahaan
b) Pembukuan
c) Pertanggungjawaban
7. Tugas dan Wewenang
b) Mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan
PPKD
Wewenang : Mendapatkan bukti transaksi atas pendapatan yang
diterima melalui bank
( Pasal 3 ayat 1 dan 2 )
8. Penatausahaan Penerimaan
a) Penerimaan yang dikelola PPKD dapat berupa pendapatan dana
perimbangan, pendapatan lain-lain yang sah dan penerimaan
pembiayaan
b) Penerimaan diterima langsung di kas umum daerah
c) Bank membuat nota kredit ata penerimaan PPKD
d) Bendahara penerimaan PPKD wajib mendapatkan nota kredit tersebut
9. Pembukuan Penerimaan
a) Buku yang digunakan adalah Buku Penerimaan Pendapatan PPKD
b) Dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan, antara lain :
1) Nota kredit
2) Bukti penerimaan lainnya yang sah
10.Pembukuan Penerimaan
a) Langkah-langkah pembukuan
11.Pertanggungjawaban
a) Bendahara penerimaan PPKD mempertanggungjawabkan pengelolaan Bukti Penerimaan PPKD Mengidentifikasi dan
mencatatnya Nota Kredit/Bukti Lain
uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada PPKD paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya
b) Pertanggungjawaban tersebut berupa buku penerimaan PPKD yang
telah dilakukan penutupan pada akhir bulan, dilampiri dengan
bukti-bukti pendukung yang sah dan lengkap
c) Langkah-langkah pertanggungjawaban
12.Sistematika
a) Tugas dan Wewenang
b) Pengajuan SPP
c) Pembukuan
d) Pertanggungjawaban
2. Pengawasan Intern atas Penerimaan Kas
Sistem pengawasan intern penerimaan kas yang baik harus menceeg
penggabungan tugas kerja antara pemegang kas dengan orang yang melakukan
pencatatan penerimaan kas. Dengan cara ini akan mengurangi kemungkinan
terjadinya pencatatan yang tidak seharusnya, dengan tujuan untuk menutupi
penggelapan penerimaan kas. Disamping itu juga setiap penerimaan yang Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
PPKD Menutup Buku penerimaan
dan mengumpulkan bukti‐bukti yang sah
Buku penerimaan PPKD
diserahkan kepada kasir harus segera disetorkan ke bank. Pencatatan yang
berhubungan dengan itu harus langsung dilakukan oleh bagian pembukuan.
Pada waktu tertentu pihak ketiga yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kas atau pembukuan melakukan periksaan perbandingan antara saldo
kas dengan buku kas.
Prinsip-prinsip Struktur Pengendalian Internal (SPI) terkandung di
dalam sistem dan prosedur penerimaan kas antara lain diwujudkan dengan
hal-hal sebagai berikut :
1) Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah
daerah dikelola dalam APBD. Hal tersebut merupakan perwujudan
Anggaran sebagai alat pengendali program dan kegiatan maupun
pengendali program dan kegiatan maupun pengendalian keuangan.
2) Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima
pendapat daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Hal tersebut merupakan perwujudan pelaksanaan konstitusi
atau perundang-undangan yang khas dalam area pemerintahan.
3) Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai
pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undanga.
4) Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas
umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja. Untuk daerah yang kondisi
geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dan transportasi sehingga
peraturan kepala daerah. Hal tersebut menunjukkan pengendalian
terhadap uang yang memiliki risiko terkait dengan sifat-sifatnya.
5) Penerimaan daerah disetor ke rekening ka umum daerah pada bank
pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima
Nota Kredit.
Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah
dapat dilakukan dengan beberapa cara alternatif, sebagai berikut :
a. Disetor melalui bendahara penerimaan
b. Disetor melalui bendahara penerimaan pembantu
c. Disetor langsung ke bank kas daerah
d. Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor
pos dengan cara pengawasan intern atas penerimaan kas ini
meminimkan adanya penyelewengan terhadap kas tersebut.
F. Prosedur Pengeluaran Kas dan Pengawasannya 1. Prosedur Pengeluaran Kas
Prosedur-prosedur dari pengeluaran kas pada DINAS
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA
UTARA dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Wewenang Bendahara Pengeluaran
a) Mengajukan permintaan pembayaran baik melalui mekanisme
UP/GU/TU maupun LS
b) Menerima dan menyimpan UP/GU/TU
d) Menolak perintah bayar
e) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung LS
f) Mengembalikan dokumen pendukung LS
(Pasal 4 ayat 2)
2. Bendahara Pengeluaran Pembantu
3. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran Pembantu
a) Mengajukan permintaan pembayaran dari tambahan uang
persediaan yang dikelolanya
b) Menolak perintah bayar
c) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung LS
d) Mengembalikan dokumen pendukung LS
(Pasal 4 ayat 3)
4. Pengajuan SPP
a) Bendahara dapat mengajukan SPP yang terdiri dari :
1) Uang persediaan (CU)
2) Tambah uang (TU)
Pengguna Anggaran
Kuasa
Pengguna Anggaran Pengeluaran Bendahara Pembantu
Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada kuasa pengguna anggaran, ditunjuk bendahara pengeluaran
pembantu SKPD untuk melaksanakan tugas dan wewenang bendahara
3) Langsung (LS)
i. LS Gaji
ii. LS Barang dan Jasa
Bendahara membuat register SPP, SPM dan SP2D
5. Pengajuan SPP
I. SPP Uang Persediaan (UP)
1) Diuajukan setiap awal tahun
2) Berdasarkan SK Kepala Daerah tentang besaran UP
3) Diajukan sekali dalam setahun
4) Tidak membeban kode rekening tertentu
5) Dapat dilimpahkan kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu
II. SPP Ganti UAng Persediaan (GU)
1) Diajukan sebesar SPJ penggunaan uang persediaan yang
disahkan pada periode tertentu
2) Disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa
kegiatan
III. SPP Tambah Uang (TU)
1) Adanya kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak
2) Uang persediaan tidak mencukupi
3) Jumlah pengajuan harus mendapat persetujuan PPKD
4) Dipertanggungjawabkan tersendiri
5) Bila tidak habis, harus disetorkan kembali
a) Dipergunakan untuk pembayaran langsung kepada pihak
ketiga
b)Dikelompokkan menjadi :
1) Pembukuan Belanja
2) Langkah-Langkah Pembukuan Penerimaan SP2D
UP/GU/TU
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
1 BKU
2 BP Simpanan/Bank
3) Langkah-Langkah Pembukuan Pelimpahan UP/GU
Dokumen yang menjadi dasar pembukuan Buku Pembantu BKU yang
terdiridari Buku Kasi Umum (BKU)
Dokumen-dokumen Pengeluaran Perincian Obyek
Buku Pembantu Panjar Buku Pembantu Pajak
kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
1 BKU
2 BP Simpanan/Bank
4) Langkah-Langkah Pembukuan Pelimpahan UP/GU
oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
1 BKU
2 BP Simpanan/Bank
5.Langkah-Langkah Pembukuan Pembayaran
Belanja Tanpa Melalui Panjar
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
2 BP Kas Tunai atau BP
atau Simpanan/Bank
3 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)
5) Langkah-Langkah Pembukuan Pajak
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
Saat Memungut
1 BKU
2 BP Pajak
Saat Menyetor
1 BKU
2 BP Pajak
6) Langkah-Langkah Pembukuan Pemberian Panjar
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
1 BKU
Simpanan/Bank
3 BP Panjar
7) Langkah-Langkah Pembukuan Pertanggungjawaban
Panjar
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
1 BKU (senilai panjar)
2 BP Panjar
3 BKU (senilai belanja)
4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)
5 BP Kas Tunai atau BP
Simpanan/Bank
8) Langkah-Langkah Pembukuan Pertanggungjawaban
Panjar (panjar<belanja)
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
2 BP Panjar
3 BKU (senilai belanja)
4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)
5 BP Kas Tunai atau BP
Simpanan/Bank
9) Langkah-Langkah Pembukuan Belanja Melalui LS
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
1 BKU
2 BKU
3 BP Simpanan/Bank (LS)
10)Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran
a) Disampaikan kepada pengguna
anggaran
b) Pada saat laporan penggunaan
TU
c) Disampaikan kepada bendahara
pengeluaran
d) Paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya
Pertanggunjawaban Tambahan Uang Persediaan
I. Pertanggungjawaban
1) Pertanggungjawaban fungsional menggunakan format SPJ
2) SPJ dilampirkan dengan :
I. BKU
II. Laporan pentupan kas
a) Pada bulan terakhir tahun anggaran
disampaikan paling lambat hari
kerja terakhir bulan tersebut
dengan dilampiri bukti setoran sisa
uang persediaan
b) Disampaikan kepada pengguna
anggaran
c) Pada saat laporan penggunaan GU
d) Disampaikan kepada pengguna
anggaran
e) Pada saat laporan penggunaan TU
f) Disampaikan kepada pengguna
anggaran
g) Paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya
h) Disampaikan PPKD
i) Paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya
Pertanggungjawaban Uang Persediaan
Pertanggunjawaban Tambahan Uang Persediaan
Pertanggunjawaban Administratif Pertanggunjawaban
II. Pertanggungjawaban administratif berupa surat
pertanggungjawaban (SPJ) yang merupakan penggabungan
dengan SPJ bendahara pembantu
III. SPJ menggambarkan jumlah anggaran, realisasi dan sisa pagu
anggaran baik secara kumulatif maupun per kegiatan
IV. SPJ dilampiri dengan :
a) BKU
b) Laporan penutupan kas dan
c) SPJ bendahara pembantu
V. Pertanggungjawaban fungsional menggunakan format SPJ yang
sama dengan pertanggunjawaban administratif
VI. SPJ dilampiri dengan :
a) BKU
b) Laporan penutupan kas
VII. Pada bulan terakhir tahun anggaran disampikan paling lambat hari
kerja terakhir bulan tersebut dengam dilampiri bukti setoran sisa
uang persediaan
7. Sistematika
I. Tugas dan Wewenang
II. Pengajuan SPP
III. Pembukuan
IV. Pertanggungjawaban
a) Menatausahakan pengeluaran PPKD
b) Mempertanggungjawabkan pengeluaran
PPKD
c) Mengajukan LS
d) Meneliti kelengkapan LS
e) Mengembalikan dokumen pendukung
SPP-LS PPKD
(Pasal 5 ayat 1 dan 2)
9. Pengajuan SPP
a) Bendahara pengeluaran PPKD mengajukan dokumen SPP LS
SKPKD
Dokumen SPP SKPKD adalah alat pengajuan dana atas
belanja-belanja PPKD
b) Bendahara pengeluaran PPKD membuat register SPP, SPM dan
SP2D
10. Pembukuan Belanja
a) Pembukuan bendahara pengeluaran PPKD merupakan proses
pencatatan SP2D LS SKPKD ke dalam BKU pengeluaran dan buku
pembantu yang terkait
b) Buku yang digunakan adalah :
1) Buku Kas Umum (BKU)
2) Buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek
Langkah-langkah pembukuan belanja melalui LS Tugas
Langkah Mencatat Pada
Buku
Mencatat Pada Kolom
Penerimaan Pengeluaran
1 BKU
2 BKU
3 BP Rincian Obyek (LS)
11. Pertanggungjawaban
a) Pertanggungjawaban disampaikan kepada PPKD paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya
Pertanggungjawaban berupa SPJ
b) SPJ dilampiri dengan :
1) BKU
2) Ringkasan pengeluaran per rincian obyek
3) Bukti-bukti pengeluaran yang sah
2. Pengawasan Intern atas Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA dengan cara Pengajuan
SPP meliputi :
1) SPP Uang Persediaan (UP) : UP diajukan setiap awal tahun dan besaran
UP sudah ditetapkan berdasarkan SK Kepala Daerah, jadi dana untuk UP
2) SPP Ganti Uang Persedian (GU) : GU diajukan sebesar SPJ penggunaan
uang persediaan yang disahkan pada periode tertentu dan disampaikan
untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa kegiatan, jadi dana GU ini dana
persediaan untuk jika ada kegiatan yang akan dilakukan.
3) SPP Tambah Uang (TU) : TU adanya kebutuhan yang mendesak dan UP
tidak mencukupi, jadi TU ini digunakan pada saat mendesak tapi harus
mendapat persetujuan dari PPKD
4) SPP Langsung (LS) : LS digunakan langsung kepada pihak ketiga.
Jadi pada instansi ini sudah jelas pengawasan yang diatur oleh
pemerintah untuk meminimkan penyelewengan-penyelewangan yang akan
terjadi. Bendahara tidak asal saja mengeluarkan biaya-biaya tersebut,
bendahara harus mengajukan prosedur yang sudah ditetapkan. Tanpa
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 tentang
Dinas-dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara. Kemudian tugas funsi dan tata kerja
diatur berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 06.256.K Tahun
2002 tanggal 12 Mei 2002.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah
sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas
desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang
mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas onotomi,
tugas deknsentrasi dan tugas pembantu di bidang perindustrian dan
perdagangan.
Dalam pembangunan sektor ekonomi kota Medan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan memiliki peran untuk menciptakan iklim
usaha yang kondusif, menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah
maupun industri rumah tangga, pengembang daya saing sector industri dan
dagang, sehingga diharapkan produk-produk sector industri mampu bersaing
di pasar global dan mandiri sehingga mampu meningkatkan volume ekspor
kota Medan.
1) Pengawasan intern terhadap kas yang diterapkan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara sudah
memenuhi ketentuan dari PEMENDAGRI 55-2008.
2) Metode yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Sumatera Utara yang sesuai dengan ketentuan dari
PEMENDAGRI 55-2008 adalah sistematika tugas dan wewenang,
penatausahaan, pembukuan, dan pertanggungjawaban dan telah
melakukannya dengan baik.
3) Dana penerimaan kas bersumber dari pendapatan asli daerah
4) Bendahara penerimaan tidak menyimpan dana di rekening pribadi
melainkan di rekening kas umum daerah
5) Pertanggungjawaban administratif dan pertanggungjawaban fungsional
bendahara penerimaan SKPD berupa Laporan Pertanggungjawaban
(LPJ)
6) Penyetoran penerimaan yang diterima dari pihak ketiga ke rekening kas
umum daerah paling lambat 1 hari kerja
7) Bendahara penerimaan PPKD mempertanggungjawabkan pengelolaan
uang yang menjadi tanggungjawabnya kepada PPKD paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya
8) Pengajuan permintaan pembayaran baik melalui mekanisme UP/GU/TU
maupun LS
9) Bendahara pengeluaran bertanggungjawab menyampaikan kepada
10) Pertanggungjawaban administratif dan pertanggungjawaban fungsional
bendahara pengeluaran menggunakan format SPJ
11) Pelaksana penerimaan kas adalah bendahara penerimaan
12) Pelaksanaan pengeluaran kas adalah bendahara pengeluaran
B. Saran
Suatu hal yang tidak dapat disangkal lagi, bahwa setiap
instansi/perusahaan mempunyai permasalahan masing-masing yang harus
diatasi. Akan tetapi penulis melihat pada instansi ini sudah sangat baik dalam
melakukan tugas-tugasnya dan penulis berharap instansi ini tetap
mempertahankan kinerja baik, tetap disiplin dalam melakukan tugas-tugasnya
BAB II
DINAS PERIDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Sejarah Ringkas
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 tentang Dinas-dinas Daerah
Provinsi Sumatera Utara. Kemudian tugas funsi dan tata kerja diatur
berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 06.256.K Tahun 2002
tanggal 12 Mei 2002.
Sebelum terbentuk Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Sumatera Utara pada Era Otonomi Daerah, ada 2 (dua) lembaga instansi
pemerintah, yang digabung/demerger menjadi 1 (satu) instansi, yaitu :
1. Kanwil Departemen Perindustrian dan Pedagangan Provinsi Sumatera Utara
2. Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.
Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera
Utara adalah Instansi Pemerintah Pusat yang berada di daerah, yang sebagai
perpanjangan tangan Menteri di Derah Provinsi. Sedangkan Dinas
Perindustrian Provinsi Sumatera Utara , adalah Instansi Pemerintah Daerah
yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah dan Induk kepada Gubernur
Sumatera Utara.
Pada awal terbentuknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Sumatera Utara, yang menjadi Kepala Dinas adalah :
2. Drs. T. Azwar Aziz (Wakil Kepala Dinas)
Pada tanggal 26 Maret 2002 Ir.Himanuddin Nasution meninggal dunia,
dan jabatan beliau digantikan oleh Drs. T. Azwar Aziz, sesuai dengan
Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 821.23/33522/2002 tanggal 27
Desember 2002.
Sedangkan jabatan Wakil Kepala Dinas, dijabat oleh Drs. T. Zulkarnaen
Damanik, MM yang diangkat berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera
Utara No. 821.23/3522/2002 tanggal 27 Desember 2002.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 800/1485/2005
tanggal 09 September 2005 tentang memberhentikan Sdr. Drs. T. Zulkarnaen
Damanik, MM dari jabatan sebagai Wakil Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, karena yang bersangkutan mencalonkan
diri sebagai Kepala Daerah di Kabupaten Simalungun.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.
821.23/1019/2006 tanggal 1 Mei 2006 jabatan Wakil Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara diangkat Rommel
Sembiring, Msc menggantikan Drs. T. Zulkarnaen Damanik, MM.
Selanjutnya berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara No.
821.23/1019/2007 tanggal 01 Februari 2007 jabatan Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara diserah terimakan dari
Drs. T. Azwar Aziz kepada Drs. H. Mohd. Hasbi Nasutio, Msi.
B. Struktur Organisasi
hubungan tugas atau kerjasama dari orang-orang yang menggerakkan orang untuk
mencapai tujuan. Dengan adanya Struktur Organisasi maka setiap tugas dan
Tanggung jawab dapat dikerjakan dan diselesaikan oleh masing-masing individu
BIDAR ALAMSYAH,SH PEMBINA UTAMA MUDA (IV/c)
SEKRETARIAT Ir. HERIZAL A.PULUNGAN,
Msi PERDAGANGAN DALAM NEGERI
Ir.ROULY THERESIA AGUSTINA TAMBUNAN PEMBINA (IV/ )
KEPALA BIDANG PERDAGANGAN LUAR
NEGERI Ir.SUJATMIKO,MSi
SEKSI
PENGAWASAN BARANG BEREDAR, JASA & PERLINDUNGAN KONSUMEN
SEKSI
KESEIMBANGAN USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN
SEKSI
PEMBINAAN PENGADAAN PENYALURAN & INFORMASI PASAR
SEKSI
EKSPOR HASIL PERTANIAN, INDUSTRI & KEPALA BIDANG
INDUSTRI LOGAM, MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA Dra. M . ELLY SILALAHI, MSi
MESIN PERALATAN REKAYASA DAN RANCANG BANGUNAN
SEKSI TEKSTIL, ELEKTRONIK
DAN ANEKA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
Gambar 2.1
C. Job Description
Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah
sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas
desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang
mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas onotomi,
tugas deknsentrasi dan tugas pembantu di bidang perindustrian dan
perdagangan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu
oleh :
a. Sekretaris Dinas
b. Kepala Bagian Tata Usaha
c. Kepala Sub Dinas Rencana dan Program
d. Kepala Sub Dinas Bina Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan
e. Kepala Sub Dinas Bina Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Aneka
f, Kepala Sub Dinas Bina Perdagangan Dalam Negeri
g. Kepala Sub Dinas Bina Perdaganagan Luar Negeri
h. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantu di bidang Perindustrian dan Perdagangan.
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Bagian Tata Usaha dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Kepegawaian
b. Kepala Sub Bagian Keuangan
c. Kepala Sub Bagian Umum
d. Kepala Sub Bagian Organisasi dan Hukum
Kepala Sub Dinas Rencana dan Program mempunyai tugas
melaksankan sebagian tugas Dinas di bidang penyusunan rencana dan
program industri penyusunan program predagangan, iklim usaha dan
lingkungan serta evaluasi dan laporan. Untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya. Kepala Sub Dinas Rencana dan Program dibantu oleh :
a. Kepala Seksi Penyusunan Rencana dan Program Industri
b. Kepala Seksi Penyusunan Rencana dan Program Perdagangan
c. Kepala Seksi Iklim Usaha dan Lingkungan
Kepala Sub Dinas Bina Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan (IKAHH),
mempunyai tugas membantu kepala Dinas dalam bidang pemberian
bimbingan sarana, usaha, produksi, pembinaan industry kecil dan menengah
serta promosi dan investasi industry Kimia, Agro dan Hasil Hutan. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala Dinas Bina Industri Kimia Agro
dan Hasil Hutan dibantu oleh ;
a. Kepala Seksi Bimbingan Sarana
b. Kepala Seksi Bimbingan Usaha
c. Kepala Seksi Bimbingan Produksi
Kepala Sub Dinas Bina Industri Logam, Mesi, Elektronika dan Aneka
(ILMEA), mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pembinaan dan
fasilitas sarana, usaha, produksi serta industry kecil menengah, promosi dan
investasi industri logam, mesin, elektronika, dan aneka. Untuk mrlaksanakan
tugas dan fungsinya, Kepala Sub Dinas Bina ILMEA dibantu oleh :
a. Kepala Seksi Bimbingan Sarana
b. Kepala Seksi Bimbingan Usaha
c. Kepala Seksi Bimbingan Industri Kecil, Menengah, Promosi dan Investasi
Kepala Dinas Bina Perdagangan Dalam Negeri (PDN), mempunyai
tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang pembinaan usaha
perdagangan,pengadaan, dan penyaluran, pendaftaran perusahaan, serta
sarana, perdagangan, promosi dan perlindungan konsumen. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Kepala Sub Dinas PDN dibantu oleh :
a. Kepala Seksi Pembinaan Usaha Perdagangan
b. Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran
c. Kepala Seksi Pendaftaran Perusahaan
d. Kepala Seksi Sarana, Perdagangan, Promosi dan Perlindungan Konsumen
Kepala Sub Dinas Bina Perdagangan Luar Negeri (PLN),mempunyai
tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang ekspor dan hasil industri, ekspor
hasil pertanian dan pertambangan, impor serta pengembangan ekspor dan
kerja sama luar negeri. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Sub
a. Kepala Ekspor Hasil Hutan
b. Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Perdagangan
c. Kepala Seksi Impor
d. Kepala Seksi Pengembangan Ekspor dan Kerjasama Luar Negeri
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, terdiri dari :
a. Balai Metrologi Rantau Prapat
b. Balai Metrologi Medan
c. Balai Metrologi P. Siantar
d. Balai Metrologi Sertifikasi Mutu Barang
Unit Pelaksanaan Teknis yaitu Balai Metrologi Rantau Prapat, Medan,
P.Siantar dan Sibolga adalah unsure pelaksanaan dinas, masing-masing
dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas.
Kepala Balai Metrologi mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
dalam pengujian, penerapan, kalibrasi, verifikasi, sertifikasi serta pengawasan
dan penyuluhan kemetrologian. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya,
kepala UPT metrology dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
b. Kepala Seksi Ukuran Atas, Panjang dan Volume
c. Kepala Seksi Massa dan Timbangan
d. Kepala Seksi Pengawasan dan Penyuluhan
membantu Kepala Dinas dalam pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
Industri Kimia Agro, Hasi; Hutan, Logam Mesin, Elektronika dan Aneka.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Pengujian dan Sertifikasi
Mutu Barang dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
b. Kepala Sekis Jaminan Mutu dan Sarana Teknis
c. Kepala Seksi Pengujian
d. Kepala Seksi Bimbingan Teknis dan Kalibarasi
D. Jaringan Kegiatan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah
sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas
desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang
mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas onotomi,
tugas deknsentrasi dan tugas pembantu di bidang perindustrian dan
perdagangan.
Dalam pembangunan sector ekonomi kota Medan, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan memiliki peran untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusif, menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah maupun industri
rumah tangga, pengembang daya saing sector industri dan dagang, sehingga
diharapkan produk-produk sector industri mampu bersaing di pasar global dan
mandiri sehingga mampu meningkatkan volume ekspor kota Medan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara
menciptakan iklim usaha yang kondusif yang mampu mendorong dan
memberikan konstribusi dalam membangun perekonomian daerah Sumatera
Utara, memperdalam struktur komoditas dengan memperluas struktur ekspor
dari produk primer kepada produk hilir, mendorong dan mmngembangkan
ekonomi kerakyatan melalui ekonomi kerakyatan melalui penumbuhan agro
industri berbasis sumber daya alam dan teknologi ramah lingkungan,
meningkatkan kualitas aparat Pembina sehingga mampu meningkatkan
efisiensi, produktivitas, profesionalisme dan peran serta pelaku dunia usaha
yang mendukung adanya koordinasi secara sinergis dalam memanfaatkan
sumber daya yang ada, mengembangkan lembaga dan sarana perdagangan dan
distribusi dalam negeri yang efektif untuk tercapainya pelaku usaha yang
professional, dalam mendukung peningkatan dan pengembangan produksi
dalam negeri serta perlindungan konsumen, meningkatkan mutu jasa pelayanan
industri dan perdagangan.
F. Rencana Kegiatan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara
memiliki rencana kegiatan yang disusun setiap tahunnya, namun pada
kesempatan saat ini untuk tahun yang sedang berjalana ini Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara belum bisa memberikan data
rencana kegiatan kepada penulis dikarenakan rencana kegiatan tersebut masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya instansi/perusahaan yang besar selalu dihadapkan pada
masalah bagaimana cara mengelola instansi secara efektif dan efisien sesuai
dengan rencana yang akan dihadapi.
Salah satu harta instansi/perusahaan yang sangat penting adalah kas.
Kas ini sangat penting karena setiap instans/iperusahaan dalam menjalankan
usahanya selalu membutuhkan uang kas, dimana kas diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi instansi/perusahaan sehari-hari dll.
Apabila kita memperhatikan kas, mempunyai sifat yang istimewa jika
dibandingkan dengan harta-harta lainnya, oleh karena itu sifat-sifat kas ini
biasanya menjadi objek penyelewengan dan pabila sudah terjadi
penyelewengan biasanya sukar untuk menemukannya kembali, sehingga perlu
dibuat suatu cara pengawasan terhadap kas.
Sebagaimana yang dimaksud diatas, DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA juga merupakan
instansi yang perlu adanya suatu penganalisaan mengenai sistem pengawasan
intern kas yang ketat dan akurat agar beberapa aspek instansi dapat dihindari,
seperti kekurangan perusahaan itu dalam mengadakan pengawasan terhadap
kegiatan perusahaan tersebut. Sistem akuntansi merupakan salah satu fungsi
aktivitas-aktivitas instansi terhadap rencana-rencana yang telah ditetapkan terlebih
dahulu, dengan demikian rencana instansi dapat berjalan secara efektif, efesien,
dan terarah.
Dengan kata lain apabila ada sistem akuntansi yang memadai dalam
suatu instansi khususnya yang berhubungan dengan pengawasan intern kas,
penerimaan dan pengeluaran kas maka perusahaan dapat terhindar dari
keinginan pihak-pihak tertentu, seperti penyelewengan, penipuan, penggelapan
serta pemborosan terhadap harta kekayaan perusahaan/instansi dan juga akan
memperkecil seminimal mungkin penyalahgunaan dari prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Informasi keuangan ini berisikan data-data akuntansi yang dapat
dipercaya dan bersifat rahasia karena merupakan bahan untuk mengambil
keputusan pimpinan instansi. Kas merupakan aktiva lancar yang paling liquid,
yang setiap saat dapat diselewengkan. Pada umumnya setiap transaksi yang
ditemui dalam kegiatan perusahaan/instansi selalu berhubungan dengan kas
baik dari penerimaan hasil penjualan maupun dengan pengeluaran yang berupa
biaya kegiatan perusahaan/instansi sehari-harinya. Untuk itu sangat diperlukan
sekali pengawasan yang benar-benar ketat.
Pengawasan diartikan sebagai alat untuk mengkordinasi
aktivitas-aktivitas perusahaan/instansi agar sesuai dengan rencana semula. Salah satu
cara untuk melaksanakan pengawasan adalah melalui penyusunan sistem
pengawasan intern. Karena ruang lingkup dari pengawasan intern itu cukup
pengawasan memerlukan salah satu fungsi manajemen yang memegang
peranan sangat penting dalam aktivitas perusahaan/instansi. Perusahaaan yang
baik akan memungkinkan pimpinan dengan cara yang efektif mengamankan
harta kekayaan perusahaan/instansi serta mengatur pekerjaan sekarang dan
membuat rencana di masa yang akan datang.
Adapun penulis memilih pengorganisasian sistem akuntansi sebagai
sarana untuk menciptakan sistem akuntansi pengawasan intern kas adalah
dengan beberapa alasan pertimbangan yaitu :
1. Mengingat pentingnya sistem akuntansi sebagai sarana untuk menciptakan
sistem pengawasan, penulis ingin mencoba mendalami serta meneliti
sistem akuntansi dalam suatu perusahaan/instansi. Selama ini penulis hanya
mendengar dan mempelajari teori saja yang didapat dari bangku
perkuliahan dan buku-buku yang erat hubungannnya dengan prosedur
sistem akuntansi perusahaan/instansi.
2. Dengan mencoba menganalisa sistem-sistem akuntansi pengawasan intern
kas, mencakup penerimaan dan pengeluaran kas akan sangat membantu
dan sangat berguna bagi perusahaan/instansi maupun bagi saya sendiri.
Bagi perusahaan dengan menganalisa sistem akuntansi pengawasan intern
kas akan memberikan informasi yang penting dalam pengambilan
keputusan dan mengadakan ramakan tentang masa depan
perusahaan/instansi serta kebijaksanaan perusahaan/instansi untuk menjaga
kemungkinan penyalahgunaan kas sehingga perusahaan/instansi dapat
masa-masa yang akan datang
3. Alasan lainnya adalah agar dapat mengetahui setiap keputusan dan
peraturan yang telah ditetapkan dan dapat menunjang beroperasinya suatu
perusahaan/instansi dengan suatu sistem yang baik dan dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan/instansi.
Berdasarkan alasan di atas maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan serangkaian penelitian tentang penerapan pelaksanaan
pengawasan penerimaan dan pengeluaran kas yang dilaksanakan oleh
perusahaan/instansi dengan judul “ INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA “
B. Rumusan Masalah
Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah
sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas
desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan, tentunya
banyak melakukan transaksi kas, untuk itu diperlukannya internal kontrol kas
agar perusahaan/instansi dapat terhindar dari keinginan pihak-pihak tertentu,
seperti penyelewengan, penipuan, penggelapan serta pemborosan terhadap
harta kekayaan instansi dan juga akan memperkecil seminimal mungkin
penyalahgunaan dari prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Masalah pokok yang dibahas dalam paper ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengawasan intern terhadap kas yang diterapkan oleh DINAS
UTARA mampu mengamankan kas dengan baik ?
2. Bagaimana metode yang dilakukan oleh DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UATARA dalam mengawasi
kas perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis sendiri adalah untuk mengetahui apakah pengawasan intern
terhadap kas yang diterapkan oleh DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA mampu
mengamankan kas dengan baik ?
b. Agar penulis lebih memahami dan mengetahui bagaimana metode yang
dilakukan oleh DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PROVINSI SUMATERA UATARA dalam mengawasi kas perusahaan?
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi pendidikan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan
informasi bagi rekan-rekan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
b. Bagi perusahaan/instansi dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat
perencanaan dan kebijaksanaan yang tepat untuk masa yang akan datang
c. Bagi penulis sendiri tulisan ini berguna dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang telah diterima selama di bangku perkuliahan dan
member bahan untuk membandingkan teori-teori dengan masalah yang
d. Bagi pembaca yaitu sebagai masukan dan pertimbangan yang nantinya
dapat bermanfaat sebagai referensi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam
membuat paper ditahun-tahun mendatang yang berkaitan dengan internal
control kas.
D. Rencana Penulisan
1. Jadwal Penelitian/Observasi
Tabel 1.1
Jadwal penelitian dan penyusunan tugas akhir
No Keterangan
Juni Juli
I II III IV I II III IV
1. Pengesahan Tugas Akhir
2. Pengajuan judul
3. Permohonan Izin Riset
4.
Penunjukan Dosen
Pembimbing
5. Pengumpulan Data
6. Penyusunan Tugas Akhir
7. Bimbingan Tugas Akhir
8. Penyelesaian tugas akhir
2. Rencana Isi
Laporan penelitian ini terdiri 4 bab, yang dianggap cukup memadai untuk
mengemukakan hal yang dianggap penting dan relevan dengan judul Tugas
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan Bab pendahuluan yang akan membahas tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
rencana penulisan, jadwal penelitian/observasi, rencana isi.
BAB II DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
Pada Bab ini diuraikan sejarah ringkas, struktur organisasi, job
description, jaringan kegiatan, kinerja kini, rencana kegiata
BAB III INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGA PROVINSI SUMATERA UTARA
Dalam Bab ini penulis menguraikan pengertian pengawasan intern,
pengawasan kas, unsur pengawasan intern, pengawasan intern kas,
prosedur penerimaan kas dan pengawasannya, prosedur
pengeluaran dan pengawasannya.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam Bab ini penulis akan memberikan kesimpulan yang
didasarkan dari penjelasan dari bab-bab terdahulu dengan cara
menganalisa data yang tersedia. Dan penulis juga mencoba
memberikan saran-saran yang dirasakan perlu untuk meningkatkan
TUGAS AKHIR
INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
Oleh :
T ALHUMAIRAH 112102071
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : T ALHUMAIRAH
NIM : 112102071
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL TUGAS AKHIR : INTERNAL KONTROL KAS PADA
DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Tanggal 2014 Dosen Pembimbing Tugas Akhir
(Dra. Nurzaimah MM.Ak)
NIP. 19581114 198703 2 001
Tanggal 2014 Ketua Program Studi D‐III Akuntansi
( Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA )
NIP. 19511114 198203 1 002
Tanggal 2014 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU
(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : T ALHUMAIRAH
NIM : 112102071
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL TUGAS AKHIR : INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI
SUMATERA UTARA
Medan, 2014
(T ALHUMAIRAH)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan magang pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PROVINSI SUMATERA UTARA. Adapun laporan magang ini dibuat oleh
penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menerima
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT dan Rasulallah SAW yang telah memberikan hidayah serta
kesehatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.
2. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H.T. Zuanir,SE dan Ibunda Hj.
Masjidah Lubis yang menyemangati dan mendoakan penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Pembantu
Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku ketua program studi
Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas
Sumatera Utara.
7. Ibu Dra. Nurzaimah MM,Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan
Tugas Akhir ini.
8. Kakak T. Ainul Mardiah, SE, Abang T. Mhd Husyairi, S. Stp, T. Mhd
Ramadhansyah,SH Adik T. Mhd Alkhadri yang telah banyak
membantu serta memberikan semangat kepada saya.
9. Ibu Kepala Bidang Industri Kecil Agro Hasil Hutan (IKAHH) Ir. Ida
Yani, MT dan Seluruh staff Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Sumatera Utara yang membantu penulis dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
10.Teman seperjuangan Nadila Humairoh Lbs, Annisa, Nur Afifah, Arief
Rudiansyah dan sahabat Alsugi Novtiara Sari, Asrini Nur Ilmi dan
seluruh temen-teman khususnya stambuk 2011 D III Akuntansi.
Penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga kita selalu dijalan yang diridhoi Allah SWT, Amin.
Medan, 2014
Penulis