• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

TERPADU SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

NELDA SUSANTI

Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar di sekolah dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu? Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar di sekolah dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post fakto dengan populasi sebesar 162 orang. Sampel didapat dengan menggunakan rumus slovin dengan probability sampling dengan menggunakan simple random sampling yaitu sebanyak 114 orang. spengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar di sekolah dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar dengan tingkat kesalahan 5%. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar di sekolah lebih kuat jika dibandingkan dengan minat belajar.

(2)

I. PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Pendidikan memiliki tanggung jawab

yang besar dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas, dan memiliki daya saing

yang tinggi.Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan

pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun berada.

Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam usaha mengembangkan

dan membina seoptimal mungkin potensi yang dimiliki setiap anak didik. Dalam pencapaiannya

harus dilakukan secara terencana,terarah, dan sistematis.Berdasarkan observasi yang telah

dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung hasil belajar yang dicapai oleh para siswa

umumnya belum mencapai hasil yang maksimal khusunya mata pelajaran IPS Terpadu.

Tabel 1. Nilai Mid Semester Ganjil siswa kelas IX di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

(3)

1 2 3 4 5

≥82 77-81 72-76 67-71 ≤66

- 10 40 51 61

- 6,2 24,7 31,5 37,6

Jumlah 162 100

Sumber : Guru IPS Terpadu SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

Berdasarakan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas IX semester

ganjil SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 masih kurang optimal.

Diketahui jumlah siswa yang mencapai nilai diatas 72 adalah 50 atau dengan persentase 30,9%.

Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai dibawah 72 adalah 112 dengan persentase 69,1%. Hal

ini berarti sebagian besar siswa memilki hasil belajar yang masih tergolong rendah. Karena

seorang siswa dikatakan berhasil menguasai pelajaran jika ia sudah menguasai 66% lebih dari

materi yang ada.

Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2000 : 97) yaitu” apabila bahan pelajaran yang

diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka prosentase (%) keberhasilan siswa pada

mata pelajaran tersebut tergolong rendah.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 8

Bandar Lampung sebesar 72. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal maka kelulusan siswa

siswi SMP Negeri 8 Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Ketuntasan Belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas IXSMP Negeri 8 Bandar Lampung 2011/2012.

No Nilai (0-100) Banyaknya (fi) Persentase (%)

1

(4)

Jumlah 162 100 Sumber : Guru IPS Terpadu SMP Negeri 8 BandarLampung.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal maka siswa yang lulus hanya 50 orang atau 30,9%

saja. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah 72 adalah 112 orang atau sebesar 69,1%.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor, hal tersebut

ssejalan dengan pendapat Slameto (2003: 54-72) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut.

1. Faktor intern

a. Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan, cacat tubuh

b. Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.

c. Faktor kelelahan 2. Faktor ekstern

a. Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latarbelakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin skolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keaadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

c. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, salah satu faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah

minat belajar, sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar adalah fasilitas

belajar.berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 8

Bandar Lampung diketahui faktor yang dominan pengaruhnya adalah fasilitas belajar

disekolah.Kegiatan belajar mengajar disekolah akan semakin sukses bila ditunjang dengan

sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik jumlah,keadaannya maupun

(5)

Kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan memudahkan siswa jika fasilitas belajar

yang dibutuhkan tersedia. Dengan semakin lengkap sarana dan prasarana yang ada maka

semakin memudahkan siswa untuk dapat memahami dan mengerti isi dari bahan pelajaran yang

disampaikan . siswa juga akan merasa lebih tenang karena tidak disibukkan oleh kekurangan

sarana dan prasarana belajar yang pasti akan mempengaruhi hasil belajar siswa.Fasilitas atau

Sarana dan prasarana belajar yang menunjang dapat bermacam-macam bentuknya, seperti yang

diungkapkan oleh Dimyati (2006:249) yang menyatakan bahwa “ prasarana pembelajaran

meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang kesenian, ruang ibadah, dan

peralatan olahraga. Sedangkan sarana belajarnya meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan

fasilitas laboratorium sekolah,dan berbagai media pengajaran yang lain.

Dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 42 tentang Standar Nasional Pendidikan

menyatakan bahwa.

1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar yang lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan.

2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin,instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang tempat lain

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaraan yang teratur dan berkelanjutan (Peraturan Pemerintah No19, 2005:28).

Peran aktif dalam pemanfaatan fasilitas belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan baik

guru ataupun siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan belajar. Namun dalam hal

pemanfaatan fasilitas belajar tidak terlepas daripada peran aktif dari berbagai pihak sekolah

(6)

akan menunjang proses penerimaan bahan pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang

nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Faktor kedua yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah minat belajar. Karena minat belajar

diduga berhubungan dengan hasil belajar. Minat belajar merupakan rasa suka atau ketertarikan

pada suatu hal atau aktivitas dalam belajar tanpa ada yang menyuruh. Minat belajar juga

merupakan keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegitan pikiran secara penuh

perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan

dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang dituntutnya karena minat belajar

merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kaitannya dengan belajar.

Minat merupakan alat motivasi utama yang dpat membangkitkankegairahan belajar anak didik

dalam rentangan waktu tertentu (Djamarah 2006 : 133). Minat belajar akan mempengaruhi

proses dan hasil belajar. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk mendapatkan hasil ataupun

prestasi belajar yang baik bagi seorang siswa yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.

Dengan minat yang ada pada diri siswa maka akan membantu siswa untuk mempelajari atau

memahami bahan pembelajaran sehingga akan tercapai hasil belajar yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam bidang pelajaran IPS Terpadu belum

memuaskan. Rendahnya Hasil belajar IPS Terpadu ini diduga kuat disebabkan oleh fasilitas

belajar siswa yang belum memadai dan minat belajar yang rendah. karena didalam proses

pembelajaran sering ditemukan siswa yang menunjukkan minat yang rendah. Siswa merasa

(7)

bosan dengan cara penyampaian guru dalam hal menyampaikan materi,keaktifan siswa dikelas

yang kurang yaitu ketika diberi kesempatan untuk bertanya jarang ada yang bertanya.

Selain itu minat belajar menciptakan dan menimbulkan konsentrasi dalam belajar. Siswa akan

memiliki konsentrasi yang baik apabila didalam dirinya terdapat minat untuk mempelajari hal

yang ingin siswa ketahui, konsentrasi yang terbentuk inilah yang mempermudah siswa

memahami pelajaran.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut untuk itu penulis mengambil judul

“Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Pemanfaatan Fasilitas Belajar di Sekolah dan Minat

Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu siswa kelas IX Semester Ganjil di SMP

Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Ketersediaan fasilitas belajar di sekolah SMP N 8 Bandar Lampung yang

masih kurang mendukung dalam proses pembelajaran.

2. Minat belajar siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung kelas IX terhadap

mata pelajaran IPS Terpadu yang terlihat masih rendah.

3. Keaktifan siswa pada saat pelajaran IPS Terpadu masih terlihat kurang,

hal ini bisa dilihat pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.

4. Hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas IX SMP Negeri 8 Bandar Lampung

(8)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah mengkaji ruang lingkup

tentang tentang apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar di

sekolah dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas IX Semester Ganjil di

SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar

disekolah terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas IX di SMP Negeri 8 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Apakah ada pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa

kelas IX di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar

di sekolah dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas

IX Semester Ganjil di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam

(9)

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang

pemanfaatan fasilitas belajar disekolah terhadap hasil belajar IPS Terpadu

siswa kelas IX di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012.

2. Apakah ada pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu

siswa kelas IX di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012.

3. Apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar

disekolah dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas

IX Semester Ganjil di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012.

F. Kegunaan penelitian

1. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai masukan dalam usaha meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran IPS Terpadu dengan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, sehingga bisa meminimalisir faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar.

2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai masukan untuk meminimalisir faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu, terutama yang

(10)

3. Bagi sekolah sebagai masukan dalam usaha mengkondisikan pemanfaatan fasilitas belajar

disekolah yang lebih kondusif.

4. Sebagai bahan masukkan bagi guru dan siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu

sehingga hasil belajar kearah yang lebih baik.

5. Memberikan peluang peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang

sama dengan menggunkan teori-teori lain yang belum digunakan dalam penelitian ini.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Obyek Penelitian

Ruang lingkup obyek penelitian yang hendak diteliti adalah keadaan fasilitas belajar di

sekolah,dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011/2012.

5. Bidang ilmu

(11)
(12)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survey. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Sugiyono, 2009 : 6). Tujuan penelitian ini merupakan

verifikatif yaitu untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu kondisi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan data yang ada di tempat penelitian sehingga menggunakan pendekatan ex post facto dan survey. Penelitian dengan pendekatan ex post facto merupakan penelitian yang meneliti peristiwa yang telah terjadi dengan merunut ke

belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Sugiyono, 2009 : 7).

(13)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2010:173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

Tabel 4. Daftar populai penelitian

No Keterangan Jumlah

1 2 3 4 5

Kelas IX.A Kelas IX.B Kelas IX.C Kelas IX.D Kelas IX.E

33 siswa 33 siswa 32 siswa 33 siswa 31 siswa

Jumlah 162 siswa

Sumber : SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2011/2012

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174). Menurut Sugiyono (2006: 78) apabila populasi lebih dari 30 maka dapat diambil sampel. Dalam penelitian ini besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut.

2 1 Ne

N n

 

Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir.

(14)

Berdasarkan rumus di atas, apabila sampel error sebesar 5% atau (0,05) maka besarnya sampel adalah sebagai berikut.

2 1 Ne N n  

,1405 115,3 162 05 , 0 162 1 162

2  

  n

jadi jumlah keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 115 orang. Untuk lebih proporsional, maka dicari besarnya sampel masing-masing kelas dengan rumus alokasi proporsional (Rahmat, 1997:82) sebagai berikut.

Kelas a JumlahSisw lasi JumlahPopu el JumlahSamp kelas el

JumlahSamp /   /

Table 5. perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas

No Kelas Perhitungan Sampel

1 2 3 4 5 IX.A IX.B IX.C IX.D IX.E 115/162x33=23,42 115/162x33=23,42 115/162x32=22,71 115/162x33=23,42 115/162x31=22,00 23 23 23 23 22

Jumlah 114

Sumber: Hasil pengolahan data 2012

C. Variabel Penelitian

(15)

Variabel terikat adalah variabel dipengaruhi oleh variabel bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar (Y).

2. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah persepsi siswa tentang pemanfaatan Fasilitas Belajar Di Sekolah.

D. Definisi Operasional variabel

Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan secara operasional suatu konsep sehingga dapat diukur, dicapai dengan melihat pada dimensi tingkah laku atau properti yang ditunjukkan oleh konsep, dan mengakategorikan hal tersebut menjadi elemen yang dapat diamati dan diukur (Basrowi dan Kasinu, 2007 : 179).

1. Persepsi siswa tentang pemanfaatan Fasilitas Belajar a. Definisi Konseptual

Persepsi siswa tentang fasilitas belajar disekolah adalah pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien. menurut fadal (2003:2), bahwa Fasilitas sekolah dapat dikelompokkkan menjadi.

1. Sarana. 2. Prasarana.

b. Definisi Operasional

(16)

a. Ketersediaan OHP, Papan tulis dan spidol.

b. Tersedianya buku di sekolah sesuai dengan pegangan guru. c. buku belajar tersedia sesuai kebutuhan siswa.

d. media mengajar tersedia sesuai kebutuhan belajar. e. tersedianya fasilitas internet atau area hotspot disekolah. 2. Prasarana.

a. jumlah gedung, kelas yang tersedia. 2. Minat Belajar

a. Definisi Konseptual

Minat dengan kata lain adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada menyuruh (Syaiful, 2000:132).

b. Definisi Operasional

Minat belajar meliputi sebagai berikut. 1. Perasaan senang atau tertarik.

a. Senang mempelajari IPS Terpadu. b. Senang mengerjakan tugas.

c. Tertarik pada pelajaran IPS Terpadu. d. Tidak merasa bosan.

e. Tidak merasa beban. 1. Perhatian.

a. Memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru pelajaran IPS Terpadu. b. Mencatat materi pelajaran.

(17)

d. Konsentrasi dalam belajar. 1. Keaktifan dalam belajar,

a. Kehadiran

b. Keaktifan dalam bertanya.

c. Memanfaatkan jam kosong disekolah. 2. Berusaha mendapatkan Hasil Belajar yang baik.

a. Mengulang kembali pelajaran IPS Terpadu di rumah. b. Belajar mandiri.

c. Belajar kelompok.

d. Mengerjakan tugas IPS Terpadu. e. Menyelesaikan Soal-soal IPS Terpadu. 3. Hasil Belajar

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar yang dilakukan dengan evaluasi atau penilaian dan merupakan cara atau tindak lanjut untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. ( Jihad dan Haris, 2008: 14).

b. Definisi Konseptual

Besarnya angka atau nilai IPS Terpadu yang diperoleh siswa pada saat mid semester mata pelajaran IPS Terpadu semester ganjil.

Berikut ini disajikan tabel yang berisi tentang indikator dan sub indikator masing-masing variabel penelitian.

(18)

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Pengukuran Persepsi siswa

tentang pemanfaatan Fasilitas Belajar Di Sekolah (X1)

1. Sarana Pendidikan

2. Prasarana Pendidikan.

a.ketersediaan OHP, papan tulis dan spidol.

b.Tersedianya buku di sekolah sesuai dengan pegangan guru. c.buku belajar tersedia sesuai kebutuhan belajar. d.Media mengajar tersedia sesuai kebutuhan belajar. e.Tersedianya fasilitas internet atau area hotspot di sekolah

a.Jumlah gedung, kelas yang tersedai sesuai dengan KTSP. b.Tersedia laboratorium sekolah. Ordinal Minat Belajar

(X2) 1. Perasaan senang/ tertarik.

a. Senang mempelajari IPS Terpadu

b. Senang mengerjakan tugas.

c. Tertarik pada pelajaran IPS Terpadu. d. Tidak merasa bosan.

e. Tidak merasa beban.

(19)

Tabel 6. Lanjutan…

2. perhatian

3. Keaktifan Dalam Belajar

4. 4. Berusaha mendapatkan hasil yang baik. a. Memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru pelajaran IPS Terpadu. b. Mencatat materi pelajaran.

c. Memperhatikan diskusi yang sedang berlangsung di dalam kelas. d. Konsentrasi dalam belajar. a. Kehadiran b. Keaktifan dalam bertanya. c. Memanfaatkan jam kosong disekolah a.Mengulang kembali pelajaran

IPS Terpadu di rumah. b.Belajar kelompok c.Mengerjakan tugas IPS Terpadu. d.Menyelesaikan Soal-soal IPS Terpadu. Hasil belajar (Y) 1.nilai yang

(20)

Ganjil

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencataatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Purwansto dalam Basrowi dan Kasinu,2007: 166).

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Kasinu, 2007 : 166).

c. Kuesioner (Angket)

Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk dijawab sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2006: 99). Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi siswa tentang pemanfaatan Fasilitas Belajar di Sekolah dan minat Belajar.

F.Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas Angket

(21)

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Metode uji kevalidan yang digunakan dalam

sebagai berikut.

 

 

 

   2 2 X X X xy N N XY N r Keterangan.

=koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah Responden

X = Jumlah Skor Item

Y = Jumlah Skor Total

Dengan kriteria pengujian jika r

tersebut valid. Begitu pula sebaliknya, jika r (Arikunto, 2009 : 72).

2. Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas adalah ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran. Reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan rumus

data kontinum atau data berskala sehingga menghendaki gradualisasi penilaian, jadi rumus yang tepat digunakan adalah rumus alpha,

               

 1

22

1 t

b

xy nn

r

Keterangan.

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Metode uji kevalidan yang digunakan dalam penelitian adalah metode korelasi

 

 2 2 Y Y Y

antara variabel X dan variabel Y

Dengan kriteria pengujian jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 0,05, maka alat ukur tersebut valid. Begitu pula sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka alat ukur tersebut tidak valid

Reliabilitas adalah ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran. Reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Karena data yang akan di ukur berupa data kontinum atau data berskala sehingga menghendaki gradualisasi penilaian, jadi rumus yang

alpha, dengan bentuk rumus sebagai berikut.

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. penelitian adalah metode korelasi product moment

dengan taraf signifikansi 0,05, maka alat ukur tersebut tidak valid

(22)

R11 = Reliabilitas Instrume

n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

 = Jumlah Varians Butir

2 t

 = Varians Total

Dengan kriteria pengujian jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 0,05, maka alat ukur tersebut reliabel. Begitu pula sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka alat ukur tersebut tidak valid (Arikunto, 2009 : 109).

Jika alat instrumen tersebut reliabel, maka dapat dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasi (r) sebagai berikut.

a.Antara 0,800-1,000 : sangat tinggi b.Antara 0,600-0,800 : tinggi c.Antara 0,400-0,600 : sedang d.Antara 0,200-0,400 : rendah

e.Antara 0,000-0,200 : sangat rendah (Arikunto, 2009 : 75).

G. Uji Persyaratan Statistik Parametrik (Analisis Data)

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil angket (kuesioner), observasi (pengamatan), dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

(23)

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan statistik parametrik yaitu uji normalitas data populasi. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorof-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan uji K-S. Untuk menguji normalitas distribusi data populasi diajukan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal

Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Menggunakan nilai Asymp.Sig.(2-tailed). Apabila menggunakan ukuran ini maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditetapkan sebelumnya. Karena α yang ditetapkan sebesar 0,05 (5%), maka kriteria pengujian yaitu.

1. Tolak H0 apabila nilai Asymp.Sig.(2-tailed) < 0.05 berarti distribusi sampel tidak normal.

2. Terima H0 apabila nilai Asymp.Sig.(2-tailed) > 0.05 berarti distribusi sampel adalah normal (Sudarmanto, 2005: 105-108).

2. Uji Homogenitas

(24)

diperoleh berasal dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas populasi diperlukan hipotesis sebagai berikut.

H0: Data populasi bervarians homogen

Ha: Data populasi tidak bervarians homogen

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Menggunakan nilai signifikansi. Apabila menggunakan ukuran ini harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditentukan sebelumnya. Karena α yang ditetapkan sebesar 0,05 (5%), maka kriterianya yaitu.

1. Terima Ho apabila nilai signifikansi> 0,05

2. Tolak Ho apabila nilai signifikansi< 0,05 (Sudarmanto, 2005: 123)

H. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan juga untuk mengukur tingkat signifikansi antara X dan Y digunakan analisis regresi.

1. Keliniearan Regresi

Uji keberartian dan kelinieran dilakukan untuk mengetahui apakah pola regresi bentuknya linear atau tidak serta koefisien arahnya berarti atau tidak. Uj keberartian regresi linear multiple

menggunakan statistik F dengan rumus.

sis S

reg S F  22

(25)

S2sis = varians sisa

Dengan dk pembilang 1 dan dk

ditolak, hal ini berarti arah regresi berarti. Uji kelinieran regresi liniear multiple menggunakan statistik F dengan rumus.

G S

TC S F  22

Keterangan.

S2TC = varians tuna cocok S2G = varians galat

Dengan kriteria uji apabila Fh< F

Untuk mencari Fhitung digunakan tabel ANAVA sebagai berikut. Tabel 7. Analisis varians untuk uji regresi linier

Sumber

Varians Dk

Total N

Koefisien (a) 1 Regresi (b/a)

Sisa 1 n-2

Tuna cocok

Galat k-2 n-k

Keterangan.

JK = jumlah kuadrat KT = kuadrat tengah N = banyaknya responden Ni = banyaknya anggota JK (T) =

Y2

JK (a) =

 

n

Y 2

Dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut n-2, α = 0,5. Kriteria uji apabila F

ditolak, hal ini berarti arah regresi berarti. Uji kelinieran regresi liniear multiple menggunakan

< Ft maka Ho ditolak, hal ini berarti regresi linier. digunakan tabel ANAVA sebagai berikut.

Tabel 7. Analisis varians untuk uji regresi linier

Jk KT Fhitung

JK (a) JK (a) JK

(b/a) JK (s)

S2

reg = JK (b/a)

S2sis = JK

(TC) JK (G)

S2TC =

S2G =

(26)

 

 

         

n Y X XY b a b JK /

 

S JK

 

T JK

 

a JK

 

b a

JK    /

 

 

          ni Y Y G JK 2 2

 

TC JK

 

S JK

 

G

JK  

(Sudjana, 2002 : 330-332).

2. Uji Multikolinieritas

Menurut Sudarmanto (2005 : 136-138), uji asumsi tentang multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) yang satu dengan variabel bebas (independen) lainnya. Ada atau tidaknya korelasi antarvariabel independen dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi product moment dari Pearson.

  

 

 

    2 2 2

2 X Y Y

X Y X xy N N XY N r

rumusan hipotesis yaitu:

H0 : tidak terdapat hubungan antar variabel independen.

H1 : terdapat hubungan antar variabel independen.

Kriteria hipotesis yaitu:

(27)

3. Uji Autokorelasi

Menurut Sudarmanto (2005 : 142

apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Adanya Autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji t tidak dapat digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang

dengan menggunakan uji Durbin

tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistik Durbin

dinyatakan bahwa data pengamatan tidak memiliki autokorelasi.

Tahap-tahap pengujian dengan uji Durbi

1. Carilah nilai-nilai residu dengan OLS dari persamaan yang akan diuji dan hitung statistik d dengan menggunakan persamaan.

 

t ut ut tut

d 2 2 1 2

1 /

2. Menentukan ukuran sampel dan jumlah variabel independen kemudian lihat tabel statistik Durbin-Watson untuk mendapatkan nilai

dan nilai Durbin-Watson, d1.

3. Dengan menggunakan terlebih dahulu Hipotesis Nol bahwa tidak ada autokorelasi positif dan Hipotesis Alternatif.

H0 :  ≤ 0 (tidak ada otokorelasi positif)

Ha : < 0 (ada otokorelasi positif)

Menurut Sudarmanto (2005 : 142-143), pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Adanya Autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji t tidak dapat digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistik Durbin-Watson mendekati angka 2, maka dapat

ata pengamatan tidak memiliki autokorelasi.

tahap pengujian dengan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut.

nilai residu dengan OLS dari persamaan yang akan diuji dan hitung statistik d dengan menggunakan persamaan.

Menentukan ukuran sampel dan jumlah variabel independen kemudian lihat tabel statistik Watson untuk mendapatkan nilai-nilai kritis d yaitu nilai Durbin-Watson Upper, d

terlebih dahulu Hipotesis Nol bahwa tidak ada autokorelasi positif dan

≤ 0 (tidak ada otokorelasi positif)

< 0 (ada otokorelasi positif)

autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Adanya Autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji t tidak dapat digunakan, salah. Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi Watson. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan ada atau Watson mendekati angka 2, maka dapat

nilai residu dengan OLS dari persamaan yang akan diuji dan hitung statistik d

Menentukan ukuran sampel dan jumlah variabel independen kemudian lihat tabel statistik Watson Upper, du

(28)

Mengambil keputusan yang tepat . Jika d<dL, tolak H0

Jika d > dU, tidak menolak H0 Jika dL ≤ d ≤ dU, tidak tersimpulkan

Dalam keadaan tertentu, terutama untuk menguji persamaan beda pertama, uji d dua sisi akan lebih tepat. Langkah-langkah 1 dan 2 persis sama diatas sedangkan langkah 3 adalah menyusun hipotesis nol bahwa tidak ada autokorelasi.

H0 :  = 0 H0 :  = 0

Aturan keputusan yang tepat adalah. Apabila d<dL menolak H0

Apabila d > 4  dL menolak H0 Apabila 4  d>d tidak menolak H0

Apabila yang lainnya tidak tersimpulkan (Sarwoko, 2005 : 141). Rumus hipotesis yaitu.

H0 : tidak terjadi adanya autokorelasi diantara data pengamatan. H1 : terjadinya adanya autokorelasi diantara data pengamatan.

Kriteria.

(29)

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah variani residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu rank korelasi dari Spearman. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak menggunakan harga koefesien

signifikansi dengan membandingkan tingkat alpha yang ditetapkan maka dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas diantara data pengamatan tersebut dan sebaliknya (Sudarmanto, 2005 : 147 - 158).

Pengujian rank korelasi Spearman koefisien korelasi rank dari Spearman didefinisikan sebagai berikut.

 

   

   

1 6 221

N N

d

r i

s

Dimana d1 = perbedaan dalam rank yang diberikan kepada 2 karakteristik

yang berbeda dari individu atau fenomena ke i. n = banyaknya individu atau fenomena yang diberi rank.

Koefisien korelasirank tersebut dapat dipergunakan untuk deteksi heteroskedastisitassebagai berikut.

Asumsikan.

i

i X U

Y  0 1 1

(30)

Langkah II dengan mengabaikan tanda ei dan Xi sesuai dengan urutan yang meningkat atau

menurun dan menghitung koefisien rank korelasi Spearman

 

   

   

1 6 221

N N

d

r i

s

Langkah III dengan mengasumsikan bahwa koefisien rank korelasi populasPs adalah 0 dan N

> 8 tingkat signifikan dari rs yang di sampel depan uji dengan pengujian t

sebagai berikut.

2 2 1 s

N s

r r t

 

Dengan derajat kebebasan = N-2 Kriteria pengujian.

Jika nilai t yang dihitung melebihi nilai tkritis, kita bisa menerima hipotesis adanya

heteroskedastisitas, kalau tidak kita bisa menolaknya. Jika model regresi meliputi lebih dari satu variabel X, rs dapat dihitung antara e1 dan tiap variabel Xsecara terpisah dan dapat diuji tingkat penting secara statistik, dengan pengujian t (Gujarati,2000: 177).

I. Pengujian Hipotesis

Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan juga mengukur hubungan antara X dan Y digunakan analisis regresi.

(31)

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga yaitu pengaruh Persepsi siswa tentang pemanfaatan Fasilitas Belajar dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 menggunakan statistik t dengan model regresi linier sederhana, yaitu.

Ŷ = a + bX

Keterangan.

a =

 

 



  X X n. XY X X Y 2 2 Figure 1

b = 2

  

 

2

X X n. Y X XY n

  keterangan.

Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstanta)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. (Sugiyono, 2011: 261 - 262).

(32)

Keterangan.

b = koefisien arah regresi Sb = Standar deviasi

Kriteria pengujian hipotesis yaitu.

jika tØ>ttabel maka Ho ditolak dan jika t distribusi t dengan peluang (1-) dan dk

2. Regresi Linier Multiple

Untuk pengujian hipotesis keempat yaitu untuk mengetahui pengaruh Persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar disekolah dan minat belajar terhadap hasil belajar menggunakan rumus regresi linier multiple, yaitu.

Ŷ = a + b1X1 +b2X2+ b3X3

Keterangan.

Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstanta)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (

turun.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. (Sugiyono, 2011:261-262)

Kemudian untuk menguji signifikan simultan dilakukan uji F dengan rumus:

1 / /    k n JKreg k JKreg F

Kriteria pengujian hipotesis yaitu.

maka Ho ditolak dan jika tØ<ttabel maka Ho diterima. Ttabel diperoleh dari daftar ) dan dk = n-2.

Untuk pengujian hipotesis keempat yaitu untuk mengetahui pengaruh Persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar disekolah dan minat belajar terhadap hasil belajar menggunakan rumus regresi linier multiple, yaitu.

= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstanta)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan el dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Kemudian untuk menguji signifikan simultan dilakukan uji F dengan rumus:

diperoleh dari daftar

(33)

Keterangan.

b X Y b X Y b X Y reg

JK( ) 1 1 2 2 3 3

 ( )

)

(reg Y2 JK reg JK

n = banyaknya responden k = banyaknya kelompok Dengan Ft = F (k : n – k – l)S

Keterangan:

 = tingkat signifikansi

K = banyaknya kelompok n = banyaknya responden

(34)

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Persepsi Siswa Tentang Pemanfaatan Fasilitas Belajar Di Sekolah

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam

memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan, dan penciuman (Thoha, 2007:141-142).Persepsi secara luas dapat diartikan sebagai

pandangan seseorang terhadap suatu obyek.

“Persepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak

manusia”lebih lanjut lagi Slameto menjelaskan bahwa melalui persepsi manusia terus-menerus

mengadakan hubngan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat panca indera penglihatan,

pendengaran, peraba, perasa, dan penciumanSlameto (2003: 102).

Menurut (Robbins dalam Suroso 2006:169), persepsi adalah proses yang digunakan individu

mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada

lingkungan mereka. Manusia merupakan makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk

individual, maka wajar jika terdapat perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya.

Persepsi secara luas dapat diartikan sebagai pandangan seseorang terhadap suatu objek. Menurut

(35)

dan menafsikan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan

mereka.

Manusia merupakan makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka wajar jika

terdapat perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan inilah yang

antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain

tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu

menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru harus tahu benar bagaimana cara menyampaikan

pelajaran agar apa yang ingin disampaikan oleh guru dapat diterima siswa dengan benar.

Perbedaan-perbedaan persepsi setiap orang disebabkan karena adanya perbedaan kepribadian,

sikap,pengalaman, dan berbagai hal dari setiap individu.

Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut paut dengan

persepsi sangat penting karena.

1. Makin baik suatu objek,orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat di ingat.

1. Dalam pengajaran, menghindari salah pengrtian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadi siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan, dan

2. Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru (Slameto,

2003:102).

Prinsip- prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang Guru atau pendidik.

(36)

Manusia bukanlah instrument ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarya. Manusia tidak dapat menyebutkan secara persis berat suatu benda yang dilihatnya, tetapi ia dapat secara relative menerka berat benda tersebut. Berdasarkan

pernyataan bahwa persepsi itu relative, seorang guru dapat meramalkan dengan baik persepsi siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.

2. Persepsi itu selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada disekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, yang menarik perhatiannya, dan kearah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan.

3. Persepsi itu mempunyai tatanan

Pelajaran yng disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik. Jika tidak, maka siswa akan menyusun sendiri butir-butir pelajaran sesuai kemampuannya yang terkadang tidak sesuai dengan yang dikehendaki guru. Hasilnya adalah salah interpretasi/pengertian. 4. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan). Harapan dan

kesiapan penerima akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan tersebut akan diinterprestasikan.

Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain

sekalipun situasinya sama.

Berdasarkan pengertian mengenai persepsi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa persepsi

merupakan suatu pendapat, kesan-kesan dan penafsiran seseorang terhadap obyek tertentu yang

didahului oleh proses penginderaan dan diteruskan ke pusat syaraf, sehingga individu dapat

menegenal dan memaknakan suatu obyek yang ada dilingkungannya dan menghasilkan

pencitraan.

Menurut (Robbins dalam Suroso : 2009) beberapa hal yang mempengaruhi persepsi adalah

sebagai berikut.

1. Perceir yaitu karakter individu yang bersangkutan, karakter tersebut dipengaruhi oleh sikap,minat, pengalaman, serta pengharapan atau ekspekti.

(37)

3. The Situation yaitu situasi yang mempengaruhi persepsi manusia. Waktu dan dimana objek penelitian itu terlihat akan mempengaruhi perhatian

Suatu lembaga sekolah perlu menyediakan sarana atau fasilitas belajar sebagai usaha dalam

meningkatkan Hasil Belajar siswa. Kesuksesan kegiatan belajar mengajar disekolah dapat juga

ditunjang oleh fasilitas belajar atau sarana dan prasarana yang lengkap.

Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat menunjang kelancaran siswa dalam proses

belajarnya. Sedangkan fasilitas belajar disekolah, yaitu segala sesuatu yang dimiliki oleh sekolah

dalam menunjang belajar siswa di sekolah. Sekolah perlu meyediakan sarana dan fasilitas belajar

sebagai usaha dalam meningkatkan hasil belajar ataupun prestasi belajar siswa.

Fasilitas atau Sarana dan prasarana belajar yang menunjang dapat bermacam-macam bentuknya,

seperti yang diungkapkan oleh Dimyati (2006:249) yang menyatakan bahwa “ prasarana

pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang kesenian, ruang

ibadah, dan peralatan olahraga. Sedangkan sarana belajarnya meliputi buku pelajaran, buku

bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah,dan berbagai media pengajaran yang lain.Menurut

Dimyati (2006:250) dengan adanya fasilitas belajar atau sarana dan prasarana guru dan siswa

mempunyayi peranan masing-masing yaitu.

Peranan guru

1. Memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana yang menggembirakan. 2. Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan siswa

belajar.

3. Mengorganisir belajar siswa sesuai dengan prasarana dan sarana secara tepat guna.

Peranan siswa

1. Ikut serta memelihara dan mengatur prasarana dan sarana secara baik.

2. Ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara tepat guna. 3. Menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalamrangka pencerdasan kehidupan

(38)

Fasilitas sekolah adalah proses pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif

dan efisien (Fadal 2003 : 2). Kegiatan belajar mengajar disekolah akan semakin sukses bila

ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik jumlah maupun

kelengkapannya (Suryosubroto, 2002 : 292).

Pendapat di atas menyatakan bahwa kesuksesan kegiatan belajar mengajar di seolah juga

ditunjang oleh sarana dan prasarana belajar yang lengkap.Sedangkan menurut pasal 42 peraturan

pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa.

1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar yang lainnya, bahan habis pakai, serta

perlengkapan lain yang diperlukan.

2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin,instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaraan yang teratur dan berkelanjutan.

Fasilitas belajar sebagai salah satu yang dapat digunakan untuk merangsang fikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri

siswa (Fadal 2003 : 2).

Tersedianya sarana belajar yang lengkap, siswa tidak akan mengalami hambatan dalam belajar.

Akan membantu siswa lebih fokus dalam belajar sehingga memudahkan siswa untuk mengerti

dan memahami pelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, maka persepsi siswa tentang pemanfaatan fasilitas belajar dapat

diartikan sebagai cara pandang atau penafsiran siswa mengenai fasilitas belajar yang ada

disekolah dalam hal pemanfaatannya, baik sarana maupun prasarana yang secara langsung

(39)

2. Minat Belajar

Minat merupakan kecenderungan kepada sesuatu yang mampu dijadikan dorongan untuk

melakukan suatu dalam diri seseorang untuk tertarik atau menyenangi sesuatu. Minat juga

merupakan ketertarikan kepada suatu aktivitas sehingga mencapai hasil yang maksimal. Minat

berkenaan dengan respon suka atau tidak suka terhadap suatu objek.Secara sederhana , minat

berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau yang besar terhadap sesuatu.

Menurut Slameto ( 2003:180) minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan

antara diri sendiri dengan sesuatu diluar. Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut

maka akan semakin besar minat.

Di dalam dunia pendidikan telah banyak peran ahli mendefinisikan tentang minat, Dalam

hubungannya dengan pemusatan pemikiran, minat mempunyai peranan dalam memudahkan

terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar (Gie, 2004:57).

Minat merupakan kecederungan yang menetap untuk diperhatikan dan mengenang beberapa

aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan mempunyai kecenderungan

dalam memperhatikan aktivitas tersebut secara konsisten dan dengan rasa senang. Minat dengan

kata lain adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada

menyuruh (Syaiful, 2000:132). Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut, semakin besar pula minat yang ada pada seseorang.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

(40)

2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik.

3. Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran

4. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan

guna mencapai tujuan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila pelajaran yang dipelajari tidak sesuai

dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik

baginya. Ia segan-segan untuk belajar ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan

pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat

menambah kegiatan belajar (Slameto, 2003:57).

Selanjutnya menurut Sardiman (2004:20) Belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Minat belajar menurut Slameto (2003 : 59) adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, diperhatikan terus menerus disertai rasa

senang. anak didik memilki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan

perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah ketertarikan seseorang

pada suatu hal atau aktivitas yang timbul karena adanya dorongan dari luar maupun dari dalam

diri seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Minat merupakan kebutuhan siswa dalam belajar , karena ini adalah salah satu faktor yang dapat

(41)

Untuk menumbuhkan minat belajar siswa dapat diusahakan beberapa cara antara lain seperti

yang diungkapkan oleh Sardiman (2001 : 93) yakni sebagai berikut.

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau 3. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik 4. Menggunakan berbagai macam bentuk belajar

“Belajar dengan minat akan mendorong siswa lebih baik daripada belajar tanpa minat karena

minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau

merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya” Hamalik (2008 :

67).

Berdasarkan pendapat di atas, guru dituntut untuk dapat menarik minat belajar siswa dengan cara

membangkitkan suatu kebutuhan seperti kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, hasil

belajar yang baik serta memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga timbul

rasa puas pada diri siswa.

Selain itu Surya (2004 : 8) juga menambahkan bahwa untuk mengembangkan minat belajar

tidak lain siswa harus menanamkan dalam hati bahwa belajar merupakan kebutuhan mutlak dan

mejadi bagian kepribadian siswa untuk membentuk kecakapan-kecakapan yang siswa butuhkan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, menurut Susanto (1998:10), adalah

sebagai berikut.

1. Motivasi Dan Cita-Cita

Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan

(42)

(Sudirman 1999:196). Sedangkan cita-cita adalah keinginan atau kehendak yang selalu ada

didalam pikiran (Depdikbud, 1999:196).

2. Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan yang paling utama, karena sebagian

besar kehidupan siswa berada dalam lingkungan keluarga, keadaan keluarga serta keadaan

rumah juga mempengaruhi minat seorang siswa. Suasana rumah yang tenang, damai, tentram

dan menyenangkan akan mendukung minat siswa dalam belajar dirumah. Siswa dapat belajar

dengan tenang, sehingga menguntungkan bagi kemajuan belajar siswa. Oleh karena itu,

adanya perhatian keluarga terhadap aktifitas dan sarana belajar siswa akan dapat

meningkatkan belajar tersebut.

3. Peranan Guru

Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga harus dapat berperan sebagai motivator. Dalam

hal ini, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif dan

dapat merangsang minat siswa dalam belajar.

4. Sarana dan Prasarana

Menurut Santoso (1998:11), fasilitas-fasilitas yang dimiliki sekolah, seperti perpustakaan,

ruang kelas, dan laboraturium juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Kurang

lengkapnya perpustakaan serta sedikitnya jumlah buku-buku yang disediakan untuk siswa,

kemudian ruang belajar yang sempit, kotor

dan gelap juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga hal-hal tersebut dapat

(43)

5. Teman Pergaulan

Teman pergaulan baik itu disekolah maupun dilingkungan tempat tinggal juga dapat

mempengaruhi minat belajar siswa. Jika teman pergaulan memiliki minat belajar dan motivasi

yang tinggi dalam belajar, maka minat teman yang lainya juga dapat mempengaruhinya.

6. Mass Media

Berbagai macam mass media seperti: televisi, radio, vidio visual serta media cetak lain seperti

buku-buku bacaan, majalah dan surat kabar juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa.

Peran mass media sangat bermanfaat dalam meningkatkan minat belajar serta dapat

meningkatkan pengetahuan siswa.

3. Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis

dan jenjang pendidikan. belajar merupakan kebutuhan setiap individu karena

dengan belajar itu sendiri dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan yang

baik untuk dirinya maupun dalam kehidupan bermasyarakat . Hal ini sesuai dengan pendapat

Gagne dalam Dalam Dimyati dan Mujiono (2006 : 8) yaitu

“Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar setiap individu memiliki keterampilan,pengetahuan, sikap, dan nilai. Setelah belajar maka diperolah hasil belajar yang berupa kapabilitas untuk mengetahui, meamhami, dan mengerti konsep. Timbulnya kapabiliatas tersebut karena adanya stimulus yang berasal dari lingkungan dan dari proses kognitif yang dilakukan oleh siswa”.

Sedangkan (Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono 2006 : 116) secara sederhana mengungkapkan

bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami

(44)

Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa ” belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang

terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu tentu tidak

setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar”.

Slameto (2003:54-72) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu.

1. Faktor intern

a. Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan, cacat tubuh

b. Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.

c. Faktor kelelahan 2. Faktor ekstern

a. Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latarbelakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin skolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keaadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

c. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar meliputi pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan keterampilan yang didapat melalui pengalaman dan berlangsung secara

aktif dengan lingkungan belajarnya yang akan tampak pada penngkatan kualitas dan kuantitas

sebagai hasil belajar dari pengalman belajar yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mencapai

tujuan.

Sedangkan Nasution dalam Djamarah (2008 : 176 - 204) mengemukakan berbagai faktor yang

(45)

1.Faktor eksternal (dari luar individu) a. Lingkungan.

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya.

b. Instrumental

setiap sekolah mempunyayi tujuan yang akan dicapai. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah:

kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru. 2. Faktor Internal (dari dalam diri siswa)

a. Fisiologis, kondisi siswa yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlaianan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. panca

indera (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh) terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar.

b. Psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seoarang siswa, yang meliputi: minat, kecerdasan,bakat, motivasi, kemampuan kognitif.

Selanjutnya didukung oleh pendapat Sagala (2003 : 38) mengatakan bahwa agar peserta didik

dapat berhasil belajar deperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini

1. kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Social Aptitude Test),

2. menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory).

3. bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Different Aptitude Test),

4. menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test),

Menurut Gagne, dalam dimyati dan mudjiono (2002 : 10) berpendapat bahwa setelah belajar

orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Berdasarkan dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan

penilaian penguasaan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor.

Sehingga merupakan hasil dari adanya perubahan tingkah laku setelah mengikuti kegiatan

(46)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan

sistem pendidikan yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok

aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik

(Depdikbud, 1996:3). Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajarannya disusun

dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran IPS terpadu

dapat mengambil topik dari salah satu cabang ilmu tertentu kemudian dilengkapi, diperdalam

dan diperluas dengan cabang-cabang ilmu yang lain.

[image:46.612.73.465.372.642.2]

B . Penelitian yang Relevan

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

Tahun Nama Judul Keterangan

2008 Adi

Suroso Pengaruh persepsi siswa tentang fasilitas belajar di sekolah , motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar Ekonomi siswa kelas X semester ganjil SMA N 1 Semendawi Suku III Oku Timur Tahun Pelajaran 2008/2009.

Ada pengaruh persepsi siswa tentang fasilitas belajar di sekolah , motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar Ekonomi siswa kelas X semester ganjil SMA N 1 Semendawi Suku III Oku Timur Tahun Pelajaran 2008/2009 dibuktikan dengan hasil perhitungan uji t

diperoleh thitung > ttabel yaitu

5,911>1,980 koefisien determinasi (r2) sebesar 0,590

hal ini berarti bahwa H0 ditolak

(47)

2011 Yulia Wita Lestari

Pengaruh fasilitas belajar disekolah dan prestasi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas IX SMK YP 17 Baradatu Way kanan

[image:47.612.71.474.226.735.2]

Ada Pengaruh fasilitas belajar disekolah dan prestasi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajarekonomi siswa kelas IX SMK YP 17 Baradatu Way kanan Tahun Pelajaran 2011/2012. hal ini

Tabel 3 lanjutan…

Tahun Nama Judul Keterangan

2007 Fitria Mandal Sari

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hubungan antara aktivitas belajar dan minat belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas IX IPS3 dan IPS4 semester ganjil di SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007.

dibuktikan dengan perhitungan uji F yang menunjukkan bahwa Fhitung

> Ftabel yaitu 67,518 > 3,08

maka H0 ditolak dan H1

diterima

Ada Hubungan antara aktivitas belajar dan minat belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas IX IPS3 dan IPS4 semester ganjil di SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2006/2007. hal ini

dibuktikan denga r sebesar 0,720 maka H0 ditolak dan

H1 diterima.

2011 Burhanuddin Pengaruh minat belajar, kemandirian belajar dan persepsi siswa tentang kepedulian orangtua terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII Semester Ganjil SMP 11 Maret Sumber agung

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011.

Ada Pengaruh minat

(48)

yaitu 2,802 > 1,986. maka H0 ditolak dan H1 diterima.

2010 Agnes

Siskaria Pengaruh fasilitas belajar dan aktivitas belajar di sekolah terhadap prestasi belajar Ekonomi siswa kelas XI semester ganjil SMA pengudi luhur Su

Ada Pengaruh fasilitas belajar dan aktivitas belajar di sekolah terhadap prestasi belajar Ekonomi siswa kelas XI semester ganjil SMA pengudi luhur

[image:48.612.71.464.105.488.2]

Sukaraja Kecamatan Buay tabel 3 lanjutan…

Tahun Nama Judul Keterangan

2011 Huliyatul Aini

Sukaraja Kecamatan Buay madang Oku Timur Tahun Pelajaran 2009/2010.

Pengaruh minat belajar, cara belajar dan

lingkungan belajar di sekolah terhadap prestasi belajar Ekonomi siswa kelas XI IPS MA Al Fatah Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011.

madang Oku Timur Tahun Pelajaran 2009/2010.

Ada Pengaruh minat belajar, cara belajar dan lingkungan belajar di sekolah terhadap prestasi belajar Ekonomi siswa kelas XI IPS MA Al Fatah Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011. hal ini dibuktikan dengan dengan perhitungan F yang menunjukkan Fhitung Ftabel

yaitu 24,919 > 2,769.

C. Kerangka pikir

Hasil Belajar adalah hasilyang dapat dicapai siswa dengan ditunjukkan terjadinya perubahan

pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil usaha siswa setelah melakukan proses

pembelajaran.

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar baik itu faktor dari dalam dan dari luar siswa itu

sendiri. Slameto (2003 : 54 - 72) mengatakan fasilitas yang ada dapat mempengaruhi lancar

(49)

Sedangkan Nasution dalam Djamarah (2008 : 176-204) mengemukakan berbagai faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu.

a. Faktor eksternal (dari luar individu) 1. Lingkungan.

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya.

2. Instrumental

setiap sekolah mempunyayi tujuan yang akan dicapai. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah: kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru.

b. Faktor Internal (dari dalam diri siswa)

1. Fisiologis, kondisi siswa yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlaianan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. panca indera (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh) terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar.

2. Psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seoarang siswa, yang meliputi: minat, kecerdasan,bakat, motivasi, kemampuan kognitif.

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka peneliti hanya akan

meneliti mengenai persepsi siswa tentang fasilitas belajar disekolah , minat belajar dan Hasil

belajar siswa.

faktor fasilitas belajar merupakan salah satu faktor eksteren siswa yang berpengaruh terhadap

akivitas pembelajaran. Kelengkapan fasilitas atau sarana prasarana belajar disekolah akan sangat

membantu memepengaruhi lancar tidaknya proses belajar. kurangnya fasilitas atau sarana dan

prasarana disekolah akan menghambat kegiatan pembelajaran, sehingga kualitas daya serap

siswa terhadap materi

Gambar

Tabel 2. Ketuntasan Belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas IXSMP   Negeri 8 Bandar Lampung 2011/2012
Table 5. perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas
Tabel 6. Lanjutan…
Tabel 7. Analisis varians untuk uji regresi linier Tabel 7. Analisis varians untuk uji regresi linier
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bernilai dalam membuat keputusan yang terbaik berkenaan dengan strategi pemasaran baik untuk meningkatkan kualitas

Salah satu tugas pokok dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai supervisor. Maka di dalam mengelola pendidikan di sekolah, Kepala Sekolah harus mengelola supervisi

The objectives of this research were to find out whether wh - question technique can be used to develop reading comprehension ability and teacher’s performance and also students’

Apabila bahan dan alat yang dibutuhkan tidak terdapat di daerahmu bersama guru diharapkan mencari alternatif lain sehingga kompetensi membuat produk kerajinan logam teknik ukir

Respondents about the two-way communication (interactivity) (X3) is high, the number of respondents is 39 people or 90.6% while the least belong in the category of low and

ANOVA assumes (1) that for each condition represented by a combination of predictor values, the dependent variable is normally distributed about the mean for that condition,

Ketentuan merek sendiri telah diatur dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang merek, namun aturan-aturan ini dalam kenyataannya masih mempunyai banyak kendala

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa besarnya nilai hubungan interaksi sosial kelompok teman sebaya (variabel x) terhadap perilaku konsumtif remaja