i
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR
PADA SISWA KELAS IV-A SDN 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
FERA ISYANTI
Rendahnya kemampuan menulis narasi siswa SD Negeri 1 Rajabasa merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti melakukan penelitian tindakan dengan cara memanfaatkan media gambar guna meningkatkan kemampuan menulis narasi. Untuk itu, tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis narasi melalui pemanfaatan media gambar, khususnya siswa kelas IV-A SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung.
ii
Hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa belum optimal. Pada siklus II dalam proses pembelajaran dan latihan menulis narasi guru menggunakan media gambar yang berwarna. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan prestasi belajar siswa meningkat karena sesuai dengan indikator kerja yang menyatakan penelitian tindakan kelas berhasil, jika hasil belajarb mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 80%.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan prasiklus siswa dalam menulis narasi di bawah KKM sekolah tersebut yaitu 65,00 dalam kategori kurang dengan rata-rata nilai sebesar 51,62 dari 32 siswa yang tuntas 2 siswa dengan persentase 6% dan yang belum tuntas 30 siswa dengan persentase 94%. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar, kemampuan menu-lis narasi pada siklus I dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai sebesar 61,40 atau meningkat sebesar 9,78 atau 11,83% sedangkan siswa yang tuntas 17 dari 32 siswa atau 60%. Selanjutnya, kemampuan menulis narasi pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 75,00 dengan kategori baik atau mengalami peningkatan sebesar 9,72 atau 11,53% dengan ketuntasan klasikal 29 siswa atau sebesar 85%.
iii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR
PADA SISWA KELAS IVA SD N 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh FERA ISYANTI Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh FERA ISYANTI NPM 1113066004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Nilai Rata-Rata Siswa pada Setiap Siklus ... 69 4.2 Ketuntasan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas IV A
xii
2.4.2 Fungsi dan Manfaat Media Pendididkan... 17
2.4.3 Media Gambar ... 19
2.4.4 Tujuan Pemakaian Media Gambar ... 19
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Klasifikasi Rentang Nilai Hasil Ulangan Harian Menulis Narasi Siswa Kelas IV A SDN 1 Rajabasa 3
3.1 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa ... 39
3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru ... 41
3.3 Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran (IPPP) ... 42
3.4 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Narasi Melalui Pemanfaatan Media Gambar ... 43
4.4 Tolak Ukur penilaian Keterampilan Menulis Narasi ... 44
4.1 Daftar Urutan Kepala Sekolah SDN 1 Rajabasa ... 47
4.2 Keadaan Guru SDN 1 Rajabasa ... 47
4.3 Jumlah Siswa SDN 1 Rajabasa Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 48
4.4 Data Rerata Hasil Kemampuan Siswa Menulis Narasi Siklus 1 58 4.5 Persentase Hasil Penilaian Menulis Narasi Siklus 1 ... 59
4.6 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Alur Siklus 1... 60
4.7 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Narasi Melalui Pemanfaatan Media Gambar untuk Aspek Alur Siklus 1 ... 61
4.8 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Tokoh Siklus 1 ... 61
xvi
Media Gambar untuk Aspek Latar Siklus 1 ... 63 4.12 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Pemakaian Ejaan Siklus 1 64 4.13 Data Kemampuan Siswa Menulis Narasi Melalui Pemanfaatan
Media Gambar untuk Aspek Pemakaian Ejaan Siklus 1 ... 65 4.14 Data Rerata Hasil Kemampuan Siswa Menulis Narasi Siklus II ... 66 4.15 Hasil Persentase Menulis Narasi Siklus II ... 66 4.16 Analisis Tingkat Kompetensi Menulis Narasi Siswa
Kelas IV A SDN 1 Rajabasa ... 68 4.17 Data Ketuntasan Belajar Menulis Narasi Kelas IV A
xi MOTO
”Tiada keberhasilan tanpa usaha dan doa”
”Bermimpilah agar mimpimu menjadi kenyataan”
”Berikan yang terbaik apa yang kamu punya kepada semua
v
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. ...
Sekretaris : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Wini Tarmini, M.Hum. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
iv
Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Pemanfaatan Media Gambar pada Siswa Kelas IVA SDN 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama Mahasiswa : Fera Isyanti
NPM : 1113066004
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI, Komisi Pembimbing
Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. NIP 196401061988031001 NIP 195106141981032001
Ketua Jurusan, Pendidikan Bahasa dan Seni
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang memiliki segala keindahan dan kesempurnaan yang hakiki yang telah menghamparkan cinta dan kasih sayang kepada kami semua. Kupersembahkan karyaku ini kepada kedua orang tuaku dan kedua mertuaku yang selalu mencurahkan cinta kepada seluruh keluarga, kepada suami dan putriku tercinta Arsy Khairunnisa dan Nayla Salma yang selalu memberi semangat dan dorongan, kepada kakak dan adikku, serta kepada teman-teman seperjuangan di S-1 dalam jabatan FKIP Unila jurusan pen-didikan Bahasa dan Seni, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, kepada guru-guru SD Negeri 1 Rajabasa Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung, dan almamaterku tercinta Universitas Lampung.
vi
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bukit Kemuning, Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten
Lampung Utara pada 25 Pebruari 1981. Jenjang pendidikan peneliti dimulai dari
SD Negeri 3 Bukit Kemuning 1993, SMP Negeri 1 Bukit Kemuning 1996, SMA
Negeri Bukit Kemuning 1999, dan D-3 Bahasa dan Sastra Daerah Lampung FKIP
Unila 2002.
Pada 2003 sampai dengan 2004 peneliti menjadi guru bantu di SDN 1 Gulak
Galik Teluk Betung Utara dan sejak 1 Januari 2005 peneliti diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di SD Negeri 1 Tulus Rejo Kecamatan Pekalongan
Kabupaten Lampung Timur. Selanjutnya, Bulan Agustus 2010 peneliti pindah ke
Kota Bandar Lampung kembali dan mengajar di SDN 1 Rajabasa sampai dengan
sekarang.
Pada 22 Agustus 2003 peneliti menikah dengan Muhammad Hali, S.Pd. dan telah
dikaruniai dua orang putri yang bernama Arsy Khairunnisa yang saat ini
viii
SANWACANA
Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Allah Yang Mahaagung atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi
Melalui Pemanfaatan Media Gambar pada Siswa Kelas IV-A Sekolah Dasar
Negeri 1 Rajabasa Bandarlampung”. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Solallohualaihiwasallam, beserta para
sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Peneliti telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd selaku pembimbing I dalam menyelesaikan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan penuh ketegasan dan memberi
motivasi yang kuat, serta arahan yang membuat peneliti termotivasi untuk
menyelesaikan PTK ini dengan segera;
2. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. selaku pembimbing II dalam penyelesaian
PTK ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh
ix
4. Dr. Edi Suyanto,S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah;
5. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni;
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Unila yang telah
membekali peneliti dengan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi selama
mengikuti perkuliahan;
7. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila;
8. Bapak Drs. Sukarma Wijaya selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar
Lampung yang telah memberi kesempatan peneliti untuk belajar di FKIP
Unila;
9. Guru-guru SD Negeri 1 Rajabasa Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung,
terutama Siswati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah dan Yuli Sarwati, S.Pd. sebagai
guru mitra yang telah banyak memberi motivasi dalam menyelesaikan PTK
ini;
10.Kedua orang tuaku tersayang, atas segala kasih sayang dan doa;
11.Suamiku Muhammad Hali, S.Pd. dan putriku tercinta Arsy Khairunnisa dan
Nayla Salma, atas segala doa, dorongan dan motivasi serta dukunganya; dan
12.Para senior ku di S-1 dalam jabatan Mursidi, Yurialin, Puji Astuti, Rohimah,
atas segala dukungan dan kerjasamanya semoga kalian tetap semangat dan
x
selama kuliah adalah kenangan tersendiri untuk masa depan kita;
14.Anak-anak didikku kelas IVA SDN 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2011/2012 kalian memberi cerita tersendiri dalam kehidupan
gurumu ini.
Semoga Allah membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, saudara,
teman-teman, adik-adik serta orang-orang yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
per satu. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, karya kecil ini bisa
bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di sekolah.
Bandar Lampung, September 2012 Peneliti
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup panjang. Menulis memerlukan adanya pengetahuan, waktu dan pengalaman. Selain fasilitator dan motivator guru dituntut profesional dalam
menguasai materi agar siswa memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran dan dapat mengungkapkan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Ide-ide itu dapat
digali dari berbagai sumber, misalnya dengan membaca, menyimak, atau mendengarkan pembicaraan orang lain bahkan dari suatu bentuk yang dilihatnya.
Menulis adalah sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno,2008:1.3). Oleh
sebab itu, dapat dikemukakan bahwa menulis merupakan suatu rangkaian proses mulai dari memikirkan gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca sampai dengan menentukan cara mengungkapkan atau menyajikan gagasan itu dalam
rangkaian kalimat.Kegiatan menulis bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan memperluas wawasan karena sebuah tulisan sangat dipengaruhi oleh
Menulis membutuhkan kemampuan mengorganisasikan pikiran, banyak pilihan kata yang sulit untuk dipakai secara tepat guna membentuk rangkaian kalimat
yang mengandung pikiran pokok yang tepat.Kegiatan menulis juga membutuhkan latihan karena dengan berlatih dapat memotivasi diri kita untuk mengembangkan ide-ide yang kita miliki. Dengan banyak berlatih menulis seseorang akan semakin
mahir untuk menuangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Setelah terbiasa menulis, seseorang akan merasa senang atau nyaman untuk menulis, sehingga
menulis bukanlah sebagai suatu yang menyebalkan, tetapi sesuatu yang menyenangkan. Sebelum sampai pada rangkaian kalimat yang baik, setiap penulis harus mampu mengungkapkan pikirannya, minimal lewat apa yang di lihat.
Salah satu cara supaya siswa terampil dalam menulis adalah melatih siswa
membuat karangan. Terdapat lima jenis karangan yaitu: (1) narasi, (2) eksposisi, (3) persuasi, (4) argumentasi, dan (5) deskripsi. Salah satu jenis karangan yang membuat siswa terampil dalam menulis adalah karangan narasi. Karangan narasi
adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan jenis ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya
(kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Sebagai sebuah karangan, narasi dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar
narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur (plot), penokohan, latar. Titik pandang, pemilihan
Dalam kurikulum KTSP Sekolah Dasar semester 2 kelas IV, tepatnya pem-belajaran dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menyusun karangan dengan
berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll), dengan indikator: (1) mampu menyusun karangan dengan berbagai topik, (2) mampu menggunakan ejaan dalam menulis karangan
dengan benar. Dengan kompetensi ini siswa dituntut untuk memiliki keterampilan berbahasa, khususnya terampil menulis narasi.
Realitanya pembelajaran bahasa Indonesia di SD selama ini belum mendapat
respon yang positif dari siswa pada umumnya, khususnya siswa SD Negeri 1 Rajabasa Kecamatan Rajabasa, lebih-lebih pada kompetensi menulis narasi. Hal ini dibuktikan oleh hasil ulangan harian siswa, kemampuan siswa menulis narasi
masih rendah, lebih dari 80% siswa tidak mampu menulis narasi dan mendapat nilai di bawah KKM sekolah tersebut, yaitu 65,00. Dari 32 siswa hanya 2 siswa yang memiliki tingkat kemampuan baik, dengan persentase 6,25%, siswa
memiliki tingkat kemampuan sedang dengan persentase 15,62%, 15 siswa memiliki tingkat kemampuan kurang dengan persentase 46,87%, dan 31,25%
siswa memiliki tingkat kemampuan sangat kurang yang terdiri dari 10 siswa. Hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1.1 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Klasifikasi Rentang Nilai Hasil Ulangan Harian Menulis Narasi Siswa Kelas IVA SD 1 Rajabasa
Kategori Interval Jumlah Siswa Persentase (%)
Baik sekali 85 - 100 - -
Beberapa faktor penyebab pembelajaran menulis siswa sekolah dasar mengalami kesulitan, yaitu siswa enggan menulis, tidak tahu untuk apa siswa menulis, merasa
tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang
memotivasi dan merangsang minat siswa. Pengalaman belajar yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak
dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkanya.
Berdasarkan gambaran di atas, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang diajarkan, juga penggunaan berbagai macam strategi dan media pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media
mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak-jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan mengahadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada siswa dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Salah satu di
antaranya adalah media gambar.
Pembelajaran melalui media gambar digunakan untuk mengembangkan berbagai potensi kebermaknaan siswa dan membantu siswa dalam menuangkan ide,
gagasan, dan daya imajinasi dalam bentuk naskah tulisan yang baik. Media gambar dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai alat dan sarana untuk membantu siswa dalam menulis narasi. Aktifitas menulis yang dilakukan siswa
dalam menulis. Media gambar yang ditampilkan di sini yakni gambar yang dekat dengan skemata siswa serta mudah dipahami dan diapresiasi siswa.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya
tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar siswa (Djamarah, 2006: 122). Berarti kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan
meng-hasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa media.
Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian dengan judul “ Meningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Pemanfaatan Media Gambar pada Siswa
Kelas IVa SDN 1 RajabasaTahun Pelajaran 2011/2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Bertolak dari uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yakni secara khusus dan secara umum. Rumusan masalah secara khusus adalah sebagai
berikut “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IVa SD Negeri 1 Rajabasa tahun pelajaran 2011/2012?”
Selanjutnya, secara lebih rinci rumusan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perencanaan pelaksanaan kemampuan menulis narasi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IVa SD Negeri 1 Rajabasa?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran kemampuan menulis narasi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IVa SD Negeri 1
Rajabasa?
1.3 Tujuan Penelitian Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini dibagi dua yakni khusus dan umum. Penelitian tindakan ini tujuan khusus adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis narasi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IVa SD Negeri 1 Rajabasa tahun pelajaran
2011/2012.
Selanjutnya tujuan secara lebih rinci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan rencana pembelajaran kemampuan menulis narasi melalui
pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IVa SD Negeri 1 Rajabasa? 2. Mendeskripsikan pelaksanaan peningkatan kemampuan menulis narasi
me-lalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IVa SD Negeri 1
Rajabasa?
3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis narasi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IVa SD Negeri 1 Rajabasa?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut. 1. Siswa
membosankan, siswa menjadi aktif dan inovatif dalam pembelajaran menulis narasi melalui media gambar.
2. Guru
Sebagai sumbangan pertimbangan bagi guru untuk memilih, mengombinasikan, dan menerapkan media pembelajaran khususnya media
gambar sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.
3. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide untuk memecahkan masalah pembelajaran menulis narasi di kelas sehingga akan
membantu teciptanya suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kondusif, dan menyenangkan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVa semester genap SDN 1 Rajabasa tahun pelajaran 2011/2012
2. Pembelajaran kemampuan menulis narasi adalah karangan yang me-nyajikan serangkaian peristiwa serta berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi
arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan
berbahasa lisan (Santosa,2009:6.1). Keterampilan berbahasa tulis terdiri dari
keterampilan membaca dan menulis, sedangkan keterampilan berbahasa lisan
terdiri dari keterampilan menyimak dan berbicara. Membaca merupakan kegiatan
memahami bahasa tulis, sedangkan menulis adalah kegiatan menggunakan bahasa
tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan (Santosa, 2009:6.3).
2.2 Keterampilan Menulis
Menurut Suparno (2008: 1.29), sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis
merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat
menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam
formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Menulis sebagai
aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa
yang diperoleh melalui menyimak, membaca, dan berbicara, akan memberinya
masukan berharga untuk kegiatan menulis. Berikut akan dikemukakan beberapa
2.2.1 Pengertian Menulis
Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat
surat) dengan tulisan (KBBI,2005:1219). Menulis adalah sebagai kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya (Suparno,2008:1.3).
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan dalam Yulinar 2009:8).
Menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis
kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu (Akhadiah
dalam Yulinar 2009:8). Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui
media bahasa tulis (Nurgiyantoro dalam Kusmana, 2011:99). Menulis adalah
berkomunikasi secara tertulis (Kusmana, 2011:99).
Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti mengacu pada pendapat yang
mengatakan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan (KBBI,2005:1219) karena menulis
narasi merupakan tulisan yang menuturkan perbuatan dan pengalaman yang
dialami seseorang.
2.2.2 Jenis-Jenis Menulis
Jenis-jenis menulis karangan menurut Suparno (2008: 1.11) adalah sebagai
berikut:
b. menulis karangan argumentasi;
c. menulis karangan deskripsi;
d. menulis karangan persuasi;
e. menulis karangan eksposisi.
2.2.3 Tahapan Menulis
Tahapan menulis menurut Kusmana (2011: 101) adalah sebagai berikut.
a) Prapenulisan
Prapenulisan terdiri atas (1) memilih topik, (2) membatasi topik, (3)
merumuskan tujuan, (4) mengumpulkan bahan, dan (5) menyusun kerangka
karangan.
b)Proses penulisan
Proses penulisan terdiri atas (1) menggunakan penalaran dalam menulis, (2)
menggunakan ejaan, (3) memilih kata, (4) menggunakan kalimat efektif, (5)
menyusun paragraf kohesif dan koheren, (6) menerapkan ketentuan menulis.
c) Penyuntingan
Penyuntingan terdiri atas (1) membaca kembali tulisan, (2) menandai
kesalahan dan membetulkannya, (3) merevisi tulisan.
2.3 Menulis Narasi
Ada beberapa pendapat tentang narasi, berikut ini akan dipaparkan pengertian
narasi, struktur narasi, jenis-jenis narasi, serta langkah-langkah menulis
2.3.1 Pengertian Menulis Narasi
Narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa menurut
urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah
dari cerita itu (Suparno, 2006: 4.54). Narasi adalah suatu bentuk karangan
tentang serangkaian kejadian yang diatur berdasarkan urutan waktu
(Rustamaji dan Priyantoro, 2004: 61). Sejalan dengan pendapat di atas Keraf
(2007:136) menjelaskan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang
sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam kesatuan waktu.
Dalam menulis narasi (cerita) umumnya ada pelaku, peristiwa, konflik, dan
penyelesaiannya. Peristiwa yang ada dalam karangan narasi dapat berupa
hal-hal yang bersifat realitas maupun imajinatif (khyalan) belaka. Narasi
mementingkan urutan kronologis dari suatu peristiwa serta masalah.
Pengarang bertindak sebagai sejarahwan atau tukang cerita (Parera, 1993: 5).
Karangan narasi menurut Narsito (1999:39) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) bersumber dari fakta atau sekedar fiksi;
2) beberapa rangkaian peristiwa;
3) bersifat menceritakan.
2.3.2 Struktur Narasi
Struktur sebuah narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang mem-
juga dianalisa berdasarkan alur (plot) narasi (Keraf, 2007:145). Selanjutnya, menulis sebuah karangan narasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip
dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, dan sudut pandang
(Suparno, 2008: 4.39).
Berdasarkan teori di atas, penelitian ini akan mengacu kepada pendapat yang
akan dijadikan landasan tumpu untuk mengukur kemampuan siswa menulis
narasi dibatasi pada permasalahan yang berkaitan dengan alur, penokohan,
dan latar. Selanjutnya, alur, penokohan, dan latar akan dijadikan indikator
penilaian. Selain itu, dikarenakan siswa dituntut mampu menulis narasi maka
indikator dengan baik maka indikator penilaian akan ditambah dengan
penggunaan ejaan.
a) Alur
Alur adalah interrelasi fungsional antara unsur-unsur yang timbul dari
tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran) dan sudut pandang, serta ditandai
klimaks-klimaks dalam rangkaian tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai
urutan bagian-bagian dalam keseluruhan narasi (Keraf, 2007:147). Menurut
Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1998:113) alur adalah cerita yang berisi urutan
peristiwa yang dihubungkan secara kausal.
Dari pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Keraf yang
menyebutkan bahwa alur adalah interrelasi fungsional antara unsur-unsur
yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran) dan sudut
tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai bagian-bagian dalam keseluruhan narasi
(Keraf, 2007:147).
b) Latar (Setting)
Latar disini ialah tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh (Suparno, 2006:4.42). Sehubungan dengan latar
Keraf (2007:148) mengemukakan hal sebagai berikut.
Tempat atau pentas disebut latar atau setting. Latar dapat digambarkan secara hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada tindak-tanduk yang berlanngsung. Ia dapat menjadi unsur yang penting dalam tindak-tanduk yang terjadi, atau hanya berperan sebagai unsur tambahan saja. Pada bagian tertentu mungkin saja peranan latar kurang sekali bisa dibandingkan dengan latar bagian lain. Demikian juga latar yang menjadi tempat atau pentas itu bisa berbentuk suatu suasana pada suatu kurun waktu tertentu. Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan suasana yang melatar belakangi terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita. Latar mempunyai fungsi memperjelas atau menghidupkan peristiwa dalam cerita. Cerita yang baik harus memiliki setting yang menyatu dengan tema, watak pelaku, dan alur.
c) Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini . Apapun sudut pandang yang dipilih pengarang
akan menentukan sekali gaya dan corak cerita (Suparno, 2006:4.44).
Sehubungan dengan sudut pandang, Keraf (2007: 190-192) mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa sudut pandang dalam narasi mempersoalkan: siapakah narator dalam narasi itu, dan apa atau bagaimana relasinya dengan sebuah proses tindak-tanduk karakter-karakter dalam narasi.
Jadi, sudut pandang dalam narasi berfungsi menyatakan bagaimana fungsi
seorang pengisah (narator) dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian (participant) atau sebagai pengamat (observer) dari seluruh aksi yang ada dalam narasi.
d) Penokohan
Penokohan atau Karakterisasi adalah proses yang digunakan oleh seorang pe-
ngarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fisiknya (Tarigan, 1992: 141). Sehu-
bungan dengan karakter dan karakterisasi, (Keraf, 2007:164) mengemukakan
hal berikut.
Karakter-karakter adalah tokoh-tokoh dalam sebuah narasi dan karakterisasi adalah cara seorang penulis kisah menggambarkan tokoh-tokohnya. Perwatakan dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha memberi gambaran tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya (pendukung karakter), sejalan tidaknya kata dan perbuatan. Motivasi para tokoh itu dapat dipercaya atau tidak diukur melalui tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan, dan sebagainya. Dalam bertindak mereka harus memberikan reaksi-reaksi kepada lingkungan yang dimasukinya, apakah nilai reaksi itu wajar atau semu, berbicara atau bertindak sesuai dengan karakter dominan atau menyimpang dari karakter yang dominan tadi.
2.3.3 Jenis Narasi
Dilihat dari peristiwa yang ditampilkan narasi dapat dibedakan menjadi dua
a) Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah narasi yang memberi informasi kepada pembaca
agar pengetahuan dan pengertian pembaca bertambah luas. Narasi ini
bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa
yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan
pengetahuan pembaca sesudah membaca kisah tersebut (Keraf, 2007:136).
Menurut sifatnya narasi ekspositoris terbagi menjadi dua macam yaitu (1)
narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi, (2) narasi ekspositoris yang
bersifat khas atau khusus.
b) Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang menyampaikan sebuah makna kepada para
pembaca melalui daya khayal yang dimiliki penulis. Seperti halnya dengan
narasi ekspositoris, narasi sugestif juga pertama-tama bertalian dengan
tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam satu kejadian atau
peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam satu kesatuan
waktu dantujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan
seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa itu sebagai
pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa itu atau kejadian itu,
maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinatif) (Keraf,
2007:138). Dalam penelitian ini penulis mengkhususkan pada karangan
2.3.4 Langkah-Langkah Menulis Narasi
Langkah-langkah menulis narasi menurut Suparno (2008: 4.50) sebagai
be-rikut.
1) Menentukan tema dan amanat yang ingin disampaikan.
2) Tetapkan sasaran pembaca.
3) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam skema
alur.
4) Bagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir
cerita.
2.4 Media dalam Pembelajaran
Media sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya
wawasan anak didik. Berikut akan dijelaskan pengertian media, fungsi dan
manfaat media.
2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kamauan siswa sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada dirinya (Wetty, 2004:55). Media adalah alat bantu
apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran (Djamarah, 2006: 121).
Pendapat lain mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, kemauan, dan minat serta perhatian siswa
Dari berbagai pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat yang
mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, kemauan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi (Sadiman, 2009:7).
2.4.2 Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Menurut Wetty (2004: 61-62), media pendidikan berfungsi sebagai 1) mengubah
titik berat pendidikan formal, 2) membangkitkan motivasi belajar pada siswa, 3)
memberikan kejelasan (classification), 4) memberikan rangsangan (stimulation). Berdasarkan fungsi dan media pendidikan di atas, akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Mengubah titik berat pendidikan formal; dari pendidikan yang menekankan
pada pengajaran akademis, pengajaran yang hanya menekankan mengajar
mata pelajaran, yang sebagian besar kurang berguna bagi kebutuhan
kehidupan anak beralih pada pendidikan yang mementingkan kebutuhan
kehidupan anak.
2. Membangkitkan motivasi belajar pada siswa, karena:
a) media pendidikan pada umumnya merupakan sesuatu yang baru pada
anak, sehingga menarik perhatian anak,
b) penggunaan media pendidikan memberi kebebasan kepada anak lebih
besar dibandingkan dengan cara belajar yang tradisional,
c) media pendidikan lebih konkret dan lebih mudah dipahami,
e) mendorong anak untuk ingin tahu lehih banyak, dan lain-lain.
3. Memberikan kejelasan (classification)
Dengan penggunaan berbagai media anak mendapat pengalaman yang
lengkap, yaitu melalui lambang, wakil dari benda yang sebenarnya, dan
dengan melalui benda-benda yang sebenarnya.
4. Memberikan rangsangan (stimulation)
Penggunaan media pendidikan merangsang anak ingin tahu, keingintahuan
merupakan pangkal daru ilmu pengetahuan, Karenanya rasa ingin tahu ini
hendaknya kita eksploitir dalam proses belajar mengajar dengan pemakaian
media pendidikan.
Manfaat praktis penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar, menurut Arsyad (2010; 26) adalah sebagai berikut.
1. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dari hasil belajar.
2. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu. 4. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.
Media pendidikan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi
keberlangsungan proses belajar mengajar di kelas. Menurut Hamalik (dalam
Arsyad, 2010:15) pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat, serta motivasi dan rangsangan
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media terhadap orientasi pengajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pengajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa,
media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,
:nenyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data,
serta memadatkan informasi.
2.4.3 Media Gambar
Gambar merupakan media visual yang paling sering digunakan dalam proses
pembelajaran.Gambar menyajikan ilustrasi yang hampir sama dengan kenyataan
dari sesuatu objek dan situasi (Arsyad, 2010: 106). Dalam penyajiannya gambar
dapat memberikan pengertian yang lebih dari sekadar kata-kata atau dengan kata
lain gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung
di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan dengan
kata-kata, baik yang tertulis maupun yang diucapkan (Hamzah dalam Badiah, 2010:
27).
2.4.4 Tujuan Pemakaian Media Gambar
Ada beberapa tujuan dalam pemakaian media gambar menurut Wetty (2004: 71)
antara lain sebagai berikut: a) untuk menerjemahkan simbol verbal, b)
memper-kaya bacaan, c) untuk membangkitkan motivasi belajar, d) memperbaiki
kesan-kesan yang salah, e) merangkum suatu unit bacaan, f) menyentuh dan
menggerak-kan emosi.
abstrak dapat digambarkan dan dibantu dengan penggunaan media sehingga
verbalisme dapat diminimalkan atau bahkan ditiadakan. Misalnya,
menunjukkan gambar kuda akan lebih membuat siswa tahu bentuk kuda,
daripada jika guru hanya menceritakannya saja.
b) Memperkaya bacaan maksudnya adalah dapat digunakan melatih siswa
mengeja dan memperkaya kosa kata. Gambar tersebut menjadi petunjuk dan
rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Misalnya,
dalam latihan memperlancar bacaan-bacaan shalat, disajikan gambar setiap
c) Membangkitkan motivasi belajar. Artinya, media gambar dapat melakukan
sesuatu terhadap siswa. Misalnya, jika guru ingin mengajarkan tentang
kebudayaan masyarakat Aceh sebaiknya guru menunjukkan berbagai gambar
tentang pakaian, rumah, atau foto perkawinan orang Aceh. Gambar-gambar
tersebut akan lebih menarik minat siswa untuk mempelajari kebudayaan Aceh
dibandingkan dengan jika guru hanya menyajikan cerita dengan berceramah
saja.
d) Memperbaiki kesan-kesan yang salah. Artinya, suatu gambar yang sulit untuk
dideskripsikan dengan kata-kata akan menjadi mudah dan sederhana bila
dengan menggunakan gambar atau tiruanya diperlihatkan kepada siswa.
Misalnya gambar gajah.
e) Merangkum suatu unit bacaan. Misalnya, guru ingin menjelaskan tentang daur
hidup kupu-kupu mulai dari larva/ulat. Agar lebih konkret, guru dapat
kupu-kupu. Tanpa guru menjelaskan panjang-lebar, siswa akan menjadi lebih
mengerti tentang daur hidup kupu-kupu dari media yang diperlihatkan guru.
f) Menyentuh dan menggerakkan emosi. Artinya, suatu media gambar yang
digunakan guru di depan kelas, siswa akan memperoleh pengalaman sosial dan
emosional.
2.4.5 Kriteria Memilih Gambar sebagai Media Pembelajaran
Menurut Wetty (2004: 72), kriteria pemilihan gambar untuk pembelajaran perlu
memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut.
1) Apakah gambar itu akan membantu guru dalam mencapai tujuan
pem-belajaran?
2) Apakah gambar itu menyajikan tanggapan yang benar?
3) Apakah gambar itu memberikan kesan yang benar mengenai ukuran relatif?.
4) Apakah gambar itu akan menambah wawasan anak?.
5) Apakah gambar itu akan merangsang imajinasi anak?.
6) Apakah gambar itu dalam segi teknis maupun artistik baik?.
7) Apakah gambar itu memusatkan perhatian terhadap suatu ide tertentu?.
8) Apakah gambar itu menunjukkan detail secara tepat?.
Berdasarkan teori di atas, pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran
yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung
penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang
mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok pelajaran. Bilamana tujuan
instruksional yang ingin dicapainya adalah kemampuan siswa mendeskripsikan
mencolok. Berikut contoh gambar yang dapat membantu guru mencapai tujuan
pembelajaran mengenai mendeskripsikan hewan. Diyakini pula gambar berikut
dapat menyajikan tanggapan yang tepat.
Contoh gambar di atas, dapat pula diyakini menimbulkan kesan mengenai ukuran
hewan yang akan dideskripsikan siswa. Gambar di atas diyakini dapat menambah
wawasan siswa dan merangsang imajinasi siswa. Gambar di atas juga dari segi
teknis dan artistik cukup baik sehingga dapat membuat siswa memusatkan
perhatian kepada suatu ide tertentu sehingga siswa dapat mendeskripsikan detail
hewan tersebut secara tepat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambar merupakan media yang
murah dan mudah, dan besar artinya untuk mempertinggi nilai pengajaran, karena
dengan gambar pengalaman dan pengertian anak menjadi lebih luas, lebih jelas,
dan tidak mudah dilupakan.
2.4.6 Kelebihan Media Gambar
Media gambar dalam pembelajaran menurut Sadiman (2009: 29-31) mempunyai
a) Gambar bersifat konkret.
Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang
dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas.
b) Gambar mengatasi ruang-ruang dan waktu.
Maksudnya dengan media gambar siswa tidak harus mendatangi kebun
binatang untuk melihat berbagai jenis binatang secara langsung karena itu
akan menghabiskan banyak waktu dan biaya. Dengan media gambar siswa
melihat jenis-jenis binatang jelas dan efisien.
c) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
d) Gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalahpahaman.
e) Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan.
2.4.7 Kekurangan Media Gambar
Penggunaan media gambar dalam pembelajaran selain mempunyai
kelebihan-kelebihan juga mempunyai kelemahan. Menurut Sadiman (2009 :31), kekurangan
media gambar adalah sebagai berikut.
1. Gambar hanya menekan persepsi mata. Maksudnya, siswa hanya dapat
melihat hal-hal yang ditampilkan dalam gambar tanpa dapat mendengar apa
yang diceritakan , misalnya gambar orang utan, siswa tidak dapat mendengar suara dari orang utan tersebut.
2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran. Maksudnya gambar yang terlalu penuh atau banyak objeknya
keadaan pada gambar dengan sangat rinci dan tidak selesai dalam waktu yang
ditentukan yang hanya 2 jam pelajaran. Dalam penelitian ini gambar yang
disediakan penulis adalah gambar yang ringan dan tidak terlalu kompleks.
3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Maksudnya gambar yang ada tidak sesuai dengan kelas normal.
2.4.8 Syarat-Syarat untuk Memilih Media Gambar
1. Gambar harus bagus, jelas dan menarik, mudah dimengerti dan cukup besar
untuk memperhatikan detail.
2. Apa yang tergambar harus cukup pentingdan cocok untuk hal yang dipelajari
atau masalah yang sedang dihadapi.
3. Gambar harus benar dan autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa
jika dilihar dalam keadaan yang sebenarnya.
4. Kesederhanaan, maksudnya hindari gambar yang rumit dan sulit.
5. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan yang melihatnya.
6. Warna, walaupun tidak mutlak, dapat meningkatkan nilai sebuah gambar.
Menjadikannya lebih realistis dan merangsang minat untuk melihatnya.
7. Perhatikan ukuran perbandingan. (Danim dalam Nurazizah, 2007: 36).
2.4.9 Jenis-Jenis Media Gambar
Media gambar terdiri dari 2 yaitu:
1. Gambar Seri
Gambar seri merupakan gambar yang terdiri dari beberapa bagian gambar
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan gambar seri sebagai media
dalam pembelajaan menulis narasi. Berikut ini contoh gambar seri.
2. Gambar Tunggal
Gambar tunggal merupakan gambar yang hanya terdiri dari satu gambar saja
untuk mewakili keseluruhan hal yang ingin kita jelaskan. Berikut ini contoh
gambar tunggal.
2.5 Aktivitas Belajar
Setiap manusia di dalam dirinya tumbuh dan berkembang beraneka ragam potensi
yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Potensi yang dimiliki
menumbuhkan keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Hal inilah yang
mengendalikan manusia untuk bertingkah laku dan beraktivitas. Soemanto (1983:
suatu tujuan yang akan dicapai dan tujuan itu memang telah dilakukan. Setiap
siswa memiliki berbagai kebutuhan baik jasmani, rohani, maupun sosial.
Kebutuhan ini tentu akan menumbuhkan dorongan untuk berbuat atau beraktivitas
termasuk dalam belajar. Menurut (Slameto, 2003: 2) belajar adalah suatu usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi secara sadar, bersifat
kontinue dan fungsional, bersifat positif dan aktif, memiliki tujuan, dan mencakup
seluruh aspek tingkah laku. Proses perubahan tingkah laku adalah sebuah
aktivitas. Meichawati (1980: 52) menegaskan bahwa aktivitas adalah segala usaha
atau kegiatan yang dilakukan disertai dengan kesiapan jasmani dan rohani, yang
akan membawa hasil yang baik juga. Setiap siswa dalam belajar ada keinginan
untuk beraktivitas diantaranya: bertanya, menjawab pertanyaan, menulis,
menggambar atau hal lain dalam kegiatan pembelajaran.
Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas sebagai hasil belajar ditunjukan dalam
berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi,
atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Dalam kegiatan belajar, berpikir, dan
berbuat merupakan serangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sardiman
(2006: 96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh
dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dan bekerja sendiri, dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Pada proses
pembelajaran tradisional, guru senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa terlalu
terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan jika diberi
pertanyaan guru, menurut cara yang ditentukan guru, dan berpikir sesuai dengan
yang digariskan guru. Sardiman (2006: 96) menerangkan bahwa seorang anak itu
berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir.
Karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk
beraktivitas. Aktivitas belajar memiliki arti luas yang meliputi aktivitas fisik
(jasmani) dan aktivitas mental (rohani). Aktivitas fisik seperti mengerjakan
sesuatu, menyusun inti sari pelajaran, membuat peta dan lain-lain memerlukan
gerakan anggota badan, sedangkan aktivitas mental misalnya siswa dapat
mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan menganalisis, kemampuan mengucapkan pengetahuan atau dengan
kata lain jika jiwanya bekerja atau berfungsi dalam proses pembelajaran.
Hamalik (1993: 24) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan
belajar yang dilakukan seorang berupa kegiatan mendengarkan, merenungkan,
menganalisis, berpikir, membandingkan, dan menghubungkan dengan masa
lampau. Kemudian Sardiman (2006: 101) menggolongkan aktivitas belajar
berdasarkan pendapat Denrick dalam delapan golongan dan diuraikan seperti
dibawah ini.
1. Aktivitas visual (visual activities), seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, memperhatikan orang bekerja.
2. Aktivitas lisan (oral activities), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
3. Aktivitas mendengarkan (listening activities), contohnya: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Aktivitas menulis (writing activities), seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Aktivitas menggambar (drawing activities), misalnya: menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
6. Aktvitas motorik (motor activities), yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, berternak.
7. Aktivitas mental (mental activities), sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Aktivitas emosi (emotional activities), misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dari delapan golongan aktivitas belajar berdasarkan pendapat Denrick diatas,
aktivitas yang dapat menunjang siswa dalam menulis narasi melalui pemanfaatan
media gambar dan selanjutnya akan dipakai sebagai observasi proses aktivitas
siswa, peneliti mengacu pada aktivitas sebagai berikut.
1. Aktivitas visual, meliputi: membaca, dan memperhatikan.
2. Aktivitas lisan, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Aktivitas mendengarkan, contohnya: mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi.
5. Aktivitas emosi, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan daur
ulang atau siklus model yang dikemukakan oleh Wardani (2006 : 2.16). Beliau
menyatakan bahwa setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu, perencanaan,
tindakan, mengamati, refleksi. Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Model Siklus Modifikasi dari Wardhani (2006:2.16)
Kegiatan pertama penelitian adalah menemukan masalah dan berupaya mencari
solusi berupa perencanaan dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan
disertai dengan observasi kemudian refleksi melalui diskusi antara peneliti,
peneliti dan siswa (jika diperlukan) sehingga menghasilkan perbaikkan untuk
tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.
Dengan usaha tersebut guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari
tindakan yang dilakukannya dan berusaha memperbaiki kelemahan dan
mengulangi untuk menyempurnakan tindakan yang dianggapnya sudah baik.
Dengan demikian, data yang dikumpulkan dari prakti sendiri. Bukan dari sumber
data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktik,
sehingga guru mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai guru dan peneliti. Guru
bukan hanya sekedar pelaksana pembelajaran, tetapi berperan secara aktif dari
tahap perencanaan hingga tahap evaluasi dan refleksi hasil tindakan.
3.2 Setting Penelitian
Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVa SD Negeri 1 Rajabasa Kecamatan
Rajabasa Bandarlampung tahun pelajaran 2011/ 2012. Dengan jumlah siswa 32
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Rajabasa Kecamatan Rajabasa Bandar
Lampung tepatnya kelas IVa semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Dengan
jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 17 siswa
perempuan.
3.2.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012.
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia di kelas
IVa dan berlangsung hingga mencapai indikator yang telah ditentukan.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian menekankan pada perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan
seiring dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan di sekolah.
3.3.1 Perencanaan
a) Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri atas
dua tindakan dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
b) Menetapkan kelas penelitian, yaitu kelas IVa. Waktu penelitian semester
genap tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan pembelajaran diamati oleh
observer, refleksi dan kolaborasi dilakukan setiap selesai pemberian
tindakan.
c) Menyusun rencana pembelajaran dan alokasi waktu.
d) Menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa media gambar.
3.3.2 Tindakan
Pelaksanaan setiap siklus dilaksanakan secara umum mengikuti prosedur
sebagai berikut:
a) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan.
b) Melaksanakan pengamatan terhadap siswa oleh observer.
c) Mencatat semua peristiwa selama pembelajaran dengan instrumen
penelitian.
d) Mengumpulkan data hasil pengamatan dari observer.
e) Mendiskusikan temuan-temuan dalam pembelajaran dan refleksi.
Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia selama
2 kali pertemuan ( 4 × 35 menit ) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut.
SIKLUS I
A. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
1. Guru mengondisikan kelas.
2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
3. Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang
berhubungan media pembelajaran yang akan digunakan.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan tentang karangan narasi.
2. Guru menjelaskan tentang judul tema karangan.
4. Guru menjelaskan tentang pemilihan kata yang tepat dalam karangan.
5. Guru menjelaskan tentang pemakaian ejaan yang tepat yaitu penulisan kata,
penulisan huruf dan pemakaian tanda baca.
c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran pertemuan pertama siklus
kesatu.
B. Pertemuan Kedua a. Kegiatan Awal
1. Guru mengondisikan kelas.
2. Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
3. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menampilkan gambar yang berukuran besar di papan tulis sebagai
media pembelajaran.
2. Siswa mengamati gambar yang dipaparkan oleh guru dan menyebutkan
bagian-bagian yang ada pada gambar.
3. Setiap siswa ditugaskan membuat narasi berdasarkan gambar yang telah
diamati dan harus memperhatikan pemilihan kata dan ejaan yang tepat.
4. Guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang kesulitan-kesulitan siswa
c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa mengadakan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kedua siklus
satu.
SIKLUS 2
A.Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
1. Guru mengondisikan kelas.
2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
3. Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang
berhubungan media pembelajaran yang akan digunakan.
B.Kegiatan Inti
1.Guru menjelaskan tentang karangan narasi.
2.Guru menjelaskan tentang judul tema karangan.
3.Guru menjelaskan tentang kerangka karangan.
4.Guru menjelaskan tentang pemilihan kata yang tepat dalam karangan.
5.Guru menjelaskan tentang pemakaian ejaan yang tepat yaitu penulisan kata,
penulisan huruf dan pemakaian tanda baca.
C.Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran pertemuan pertama siklus
kesatu.
B.Pertemuan Kedua
a.Kegiatan Awal
2. Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
3. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
b.Kegiatan Inti
1. Guru menampilkan gambar yang berwarna dengan LCD sebagai media
pembelajaran.
2. Siswa mengamati gambar yang dipaparkan oleh guru dan menyebutkan
bagian-bagian yang ada pada gambar.
3. Setiap siswa ditugaskan membuat narasi berdasarkan gambar yang telah
diamati dan harus memperhatikan pemilihan kata dan ejaan yang tepat.
4. Guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang kesulitan-kesulitan siswa
dalam menulis narasi.
c.Kegiatan Akhir
Guru dan siswa mengadakan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kedua siklus
satu.
3.3.3 Observasi
Observasi atau pengamatan terhadap keterampilan proses yang dikembangkan
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati yaitu kinerja siswa
dalam pembelajaran dan kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran melalui
media gambar. Data aktifitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati
dilakukan selama kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan media gambar
3.3.4 Refleksi
Merefleksi berarti menuangkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum
terjadi atau kekeliruan dan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
tampak hasil penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan begitu dapat
dicermati hasilnya secara positif maupun negatif. Refleksi berarti mengingat dan
merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam
observasi. Dengan refleksi dapat melakukan perbaikan baru, menyusun rencana
baru. Hasil analisis refleksi digunakan untuk melaksanakan pada siklus
berikutnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan observasi aktivitas
siswa dan guru. Jenis tes yang digunakan adalah tes kemampuan menulis narasi.
Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.
1. Menugasi siswa menulis narasi setelah melihat media gambar.
2. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.
3. Guru mengevaluasi pekerjaan siswa secara keseluruhan dengan menggunakan
indikator penilaian yang telah ditentukan.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan
data. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan
sifat data yang diambil, seperti: lembar observasi siswa, lembar observasi aktivitas
3.5.1 Instrumen Observasi Siswa
Observasi siswa adalah mengamati, melihat, dan menilai aktivitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi siswa dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.1 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa
No Unsur yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor Maks Skor
1. Aktivitas Visual
Semua siswa terlihat membaca serta memperhatikan.
Ada 3-5 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Ada 6-8 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Ada 9-11 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Ada >11 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Semua siswa terlihat bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada 3-5 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada 6-8 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada 9-11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada >11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
3. Mendengarkan Aktivitas
Semua siswa terlihat fokus mendengarkan penjelasan guru.
Ada 3-5 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.
Ada 6-8 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.
Ada >11 siswa yang tidak fokus mendengarkan
penjelasan guru. 1
4. Aktivitas Menulis
Semua siswa terlihat mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 3-5 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 6-8 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 9-11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada >11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 3-5 siswa yang tidak berminat/antusias.
Ada 6-8 siswa yang tidak berminat/antusias.
Ada 9-11 siswa yang tidak berminat/antusias.
Ada >11 siswa yang tidak berminat/antusias.
5
3.5.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru
Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media kartu bergambar berlangsung di
Table 3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru
3.Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
4.Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan
5.Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai
dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa
6.Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
B Pendekatan/Strategi Pembelajaran
7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media
Pembelajaran
13.Menggunakan media secara efektif dan efesien
14.Menghasilkan pesan yang menarik
15.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
D Pembelajaran yang Memicu dan Memilihara
Keterlibatan Siswa
16.Menumbuhkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran
17.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa
18.Menumbuhkan kerjasama dan antusiasme
siswa dalam belajar
E Penilaian Proses dan Hasil Belajar
19.Memantau kemajuan belajar selama proses
20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
F Penggunaan Bahasa
21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara
22.Menyampaikan pesan dengan gaya yang
sesuai
III PENUTUP
23.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan siswa
24.Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan
Jumlah
Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Perencanaan pembelajaran (IPPP)
No Aspek yang dinilai Skor
1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak
menimbulkan penafsiran ganda dan perilaku hasil belajar) 1 2 3 4 5
2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan
karakteristik peserta didik) 1 2 3 4 5
3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika
materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) 1 2 3 4 5
4. Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan
tujuan, materi, dan karakteristik peserta didik 1 2 3 4 5
5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah
kegiatan pembelajaran: awal, inti, dan penutup) 1 2 3 4 5
6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah
tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)
1 2 3 4 5
7. Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5
8. Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) 1 2 3 4 5
3.5.3 Instrumen Penilaian Kegiatan Menulis Narasi
Kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Narasi Melalui Pemanfaatan Media Gambar
No Komponen Kriteria Penilaian Skor Skor Maks.
1 Alur
a. Peristiwa yang dihadirkan sepenuhnya bersifat kausal dan sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar 5
5
b. Peristiwa yang dihadirkan hampir sepenuhnya bersifat
kausal dan sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar 4 c. Peristiwa yang dihadirkan cukup bersifat kausal dan cukup
sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar 3 d. Peristiwa yang dihadirkan kurang bersifat kausal dan
kurang sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar 2 e. Peristiwa yang dihadirkan tidak bersifat kausal dan
tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar 1 a. Menghadirkan tokoh dan tindakan tokoh sepenuhnya logis
serta watak yang disajikan wajar dan sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar.
5 5
2 Tokoh dan Penokohan
b. Menghadirkan tokoh dan tindakan tokoh hampir sepenuhnya logis serta watak yang disajikan hampir sepenuhnya wajar dan sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar.
4
c. Menghadirkan tokoh dan tindakan tokoh hampir cukup logis serta watak yang disajikan cukup wajar dan sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar.
3
d. Menghadirkan tokoh dan tindakan tokoh kurang logis serta watak yang disajikan kurang wajar dan kurang sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar.
2
e. Menghadirkan tokoh dan tindakan tokoh yang tidak logis serta watak yang disajikan tidak wajar dan tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam gambar.
1
3 a. Hubungan antara tokoh dan alur yang disajikan dalam latar sepenuhnya selaras. 5 5
b. Hubungan antara tokoh dan alur yang disajikan dalam latar
hampir sepenuhnya selaras. 4
Latar c. Hubungan antara tokoh dan alur yang disajikan dalam latar
cukup selaras. 3
d. Hubungan antara tokoh dan alur, yang disajikan dalam
latar kurang selaras. 2
e. Hubungan antara tokoh dan alur, yang disajikan dalam