KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI LINGKUNGAN TENTANG
BIDANG PERIZINAN ATAS PENGELOLAAN LIMBAH PADA
PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERMATA HIJAU SAWIT
TESIS
Oleh
FAJAR KHAIFI RIZKY
117005088 / HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI LINGKUNGAN TENTANG
BIDANG PERIZINAN ATAS PENGELOLAAN LIMBAH PADA
PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERMATA HIJAU SAWIT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
FAJAR KHAIFI RIZKY
117005088 / HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI LINGKUNGAN
TENTANG PERIZINAN ATAS PENGELOLAAN
LIMBAH PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERMATA HIJAU SAWIT
Nama Mahasiswa : Fajar Khaifi Rizky Nomor Pokok : 117005088
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH Ketua
)
(Prof. Muhammad Abduh, SH) (Dr. Pendastaren, SH, MS Anggota Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)
Telah diuji pada
Tanggal 18 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
Anggota : 1. Prof. Muhammad Abduh, SH
2. Dr. Pendastaren, SH, MS
3. Dr. Jusmadi Sikumbang, SH, MS
ABSTRAK
Salah satu instrumen dalam upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan adalah izin lingkungan, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 butir 35 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dalam ketentuan tersebut diatas terdapat dua jenis izin yaitu izin lingkungan hidup dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Sebagai pelaksanaan dari salah satu bentuk perizinan dan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah izin pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
PT. Permata Hijau Sawit sebagai salah satu usaha yang bergerak dalam bidang industri pengelolaan kelapa sawit yang harus melengkapi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dalam bentuk penyusunan dokumen UKL-UPL dan perizinan dalam upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Sebagai salah satu permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan mengenai perizinan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit.
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perizinan pengelolaan limbah pada pabrik kelapa sawit PT. Permata Hijau Sawit.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa izin lingkungan merupakan salah satu instrumen dalam upaya pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, untuk mewujudkan tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup khususnya pengelolaan limbah dimana substansi pengaturan perizinan pengelolaan limbah belum lengkap dan masih memerlukan peraturan pelaksana.
ABSTRACT
Once of instrument in the effort to prevent contamination and environtment damage is an environtment approval , like in a Article 1 point 35 on the Protection and Management of the Environment which continued obeyed in Government Regulation Number 27 Year 2012 about Environtment Approval. In that provision, there are two kinds of approval environtment and protaction approval and
management environmental. As a implementation from one of approval and protection and management of hazardous waste and toxic materials, in indonesia language we can called (B3) is a substance, energy, and other component which because of characteristic, consentration and it count, indirect way or indirect way, can be contaminated and destroyed the environmental, and danger of environmental, health, and also human survival and the other organism.
PT. Permata Hijau Sawit as once of effort which is move in industry side of oil palm management must to complate and supply th earticle regulation which is pretend in making the document of UKL-UPL and approval to prevent contamination and environment and damage environmental.
As one of the problems in a research is how to regulate about approval which have relation with the management of hazardous waste and toxic materials (B3) at oil palm factory PT. Permata Hijau Sawit.
This research used the yuridis normatif method with consideration that the point of departure analysis research toward legislation which regulate about waste management approval and poison thing on an oil palm factory PT. Permata Hijau Sawit.
Based of that ilustration can be concluded that environment approval is one of instrument in the effort to prevent contamination and environment damage, for realize
purpose of protection and management of environmental especially waste
management where the substance of the licensing arrangement waste management was not complete and still need executive regulation.
KATA PENGANTAR
Tiada kata pembuka paling pantas dikemukakan selain kata puji syukur
kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat beriring salam
keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, tabi’in dan
pengikutnya hingga hari penghisaban.
Tesis ini diberi judul Kajian Hukum Administrasi Lingkungan Tentang
Perizinan Atas Pengelolaan Limbah Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata
Hijau Sawit mengupas tentang pengaturan perizinan pengelolaan limbah pada pabrik
kelapa sawit PT. Permata Hijau Sawit serta keterkaitan antara perizinan pabrik kelapa
sawit PT. Permata Hijau Sawit dengan pengelolaan limbah termasuk juga kendala
dan upaya dalam memperoleh izin.
Penulis menyadari bahwa, uraian yang terdapat dalam tesis ini belumlah
merupakan hasil pemikiran yang bersifat final dan menyeluruh, tetap disadari bahwa
masih mengandung kekurangan, kelemahan dan ketidaksempurnaan, baik dalam
untaian kata dan kalimatnya maupun substansi yang menjadi topik bahasan. Oleh
karena itulah diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak
sehingga segala kekurangan dan ketidaksempurnaan dimaksud dapat diatasi dan
diminimalisir. Atas sumbangsih kritik dan saran yang membangun tersebut penulis
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberhasilan
penulis menyelesaikan tugas penulisan tesis dan studi Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Beberapa pribadi perlu kiranya dikemukakan secara khusus dengan tidak
mengurangi penghargaan kepada banyak pihak, mereka itu adalah:
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K).
2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung,
SH, M.Hum atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasiswa Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
yang telah memberikan perhatian penuh, mendorong dan membekali penulis
dengan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan studi.
4. Komisi pembimbing Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, Prof. Muhammad
Abduh, SH dan Dr. Pendastaren, SH, MS yang telah banyak memberikan arahan
dan perhatian serta meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis.
5. Komisi penguji Bapak Dr. Jusmadi Sikumbang, SH, MS dan Ibu Dr. Agusmidah,
SH, M.Hum yang telah memberikan masukan berupa saran dan kritik dalam
penulisan tesis saya.
6. Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh guru besar dan dosen pada Sekolah
7. Kepada ayahanda, Bapak Prof. Syamsul Arifin, SH, MH yang telah banyak
memberikan arahan, perhatian penuh serta banyak meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dengan penulis dan selama ini selalu memberikan motivasi dan do’a
kepada Penulis.
8. Kepada ibunda saya tercinta, Ibu Hj. Meriyanti yang selama ini selalu
memberikan motivasi dan do’a kepada Penulis.
9. Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi Reguler A stambuk
2011 dan Reguler B stambuk 2011 dan Konsentrasi Hukum Administrasi Negara
Program Studi Magister Ilmu Hukum yang telah memberikan masukan berupa
saran dan kritik untuk penyempurnaan tesis dan membantu dalam menyelesaikan
penyusunan tesis ini.
10. Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi membantu penulis dalam
menjalankan pendidikan maupun dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua amal
kebaikan tersebut dengan berlipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi diri penulis
khususnya dan khalayak pembaca umumnya.
Medan, 27 November 2013
RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri :
Nama : Fajar Khaifi Rizky
Tempat/Tgl. Lahir : Binjai, 20 Juli 1989
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 55 Binjai
Pendidikan Formal :
a. Sekolah Dasar Inpres 024754 Binjai, Tahun 1995-2001
b. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Binjai, Tahun 2001-2004
c. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Binjai, Tahun 2004-2007
d. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan,
Tahun 2007-2011
e. Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 16
D. Manfaat Penelitian ... 17
E. Keaslian Penelitian ... 18
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 19
1. Kerangka Teori ... 19
2. Konsepsi ... 24
G. Metode Penelitian ... 27
1. Spesifikasi Penelitian dan Sifat Penelitian ... 27
2. Sumber Data/Bahan Hukum ... 28
4. Alat Pengumpulan Data ... 31
5. Analisis Data ... 31
BAB II : PENGATURAN MENGENAI PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH... 33
A. Ruang Lingkup Perizinan ... 33
1. Istilah Perizinan ... 33
2. Proses dan Prosedur Perizinan ... 45
3. Persyaratan Perizinan ... 48
B. Jenis-Jenis Perizinan ... 50
C. Akibat Hukum Perizinan ... 55
BAB III : KETERKAITAN ANTARA PERIZINAN PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERMATA HIJAU SAWIT DENGAN PENGELOLAAN LIMBAH DALAM UPAYA MENCEGAH TERJADINYA PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP ... 58
A. Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit... 58
B. Peraturan-Peraturan Yang Berhubungan Dengan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit ... 67
C. Perizinan Dalam Pengelolaan Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit ... 85
BAB IV : KENDALA DAN UPAYA DALAM MEMPEROLEH IZIN ... 88
1. Kendala Dalam Memperoleh Izin ... 88
2. Upaya Dalam Memperoleh Izin ... 94
B. Dari Segi Pentaatan Dan Kewajiban Perusahaan Terhadap Substansi Perizinan ... 94
1. Kendala Dalam Memperoleh Izin ... 94
2. Upaya Dalam Memperoleh Izin... 99
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN...101
A. Kesimpulan...101
B. Saran...103
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1 : Luas Areal Kebun PT. Permata Hijau Sawit... 59
Tabel 2 : Parameter, Frekuensi Pemantauan Air Limbah dan
Metode Analisis... 73
Tabel 3 : Parameter, Frekuensi Pemantauan Air Tanah dan
Metode Analisis... 73
Tabel 4 : Parameter, Frekuensi Tanah dan Metode Analisis... 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR SINGKATAN
BAPEDAL : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
HANI : Hukum Administrasi Negara Indonesia
PMS : Pabrik Minyak Sawit
TPS : Tempat Penyimpanan Sementara
TUN : Tata Usaha Negara
UKL-UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup-Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
ABSTRAK
Salah satu instrumen dalam upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan adalah izin lingkungan, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 butir 35 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dalam ketentuan tersebut diatas terdapat dua jenis izin yaitu izin lingkungan hidup dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Sebagai pelaksanaan dari salah satu bentuk perizinan dan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah izin pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
PT. Permata Hijau Sawit sebagai salah satu usaha yang bergerak dalam bidang industri pengelolaan kelapa sawit yang harus melengkapi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dalam bentuk penyusunan dokumen UKL-UPL dan perizinan dalam upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Sebagai salah satu permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan mengenai perizinan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit.
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perizinan pengelolaan limbah pada pabrik kelapa sawit PT. Permata Hijau Sawit.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa izin lingkungan merupakan salah satu instrumen dalam upaya pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, untuk mewujudkan tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup khususnya pengelolaan limbah dimana substansi pengaturan perizinan pengelolaan limbah belum lengkap dan masih memerlukan peraturan pelaksana.
ABSTRACT
Once of instrument in the effort to prevent contamination and environtment damage is an environtment approval , like in a Article 1 point 35 on the Protection and Management of the Environment which continued obeyed in Government Regulation Number 27 Year 2012 about Environtment Approval. In that provision, there are two kinds of approval environtment and protaction approval and
management environmental. As a implementation from one of approval and protection and management of hazardous waste and toxic materials, in indonesia language we can called (B3) is a substance, energy, and other component which because of characteristic, consentration and it count, indirect way or indirect way, can be contaminated and destroyed the environmental, and danger of environmental, health, and also human survival and the other organism.
PT. Permata Hijau Sawit as once of effort which is move in industry side of oil palm management must to complate and supply th earticle regulation which is pretend in making the document of UKL-UPL and approval to prevent contamination and environment and damage environmental.
As one of the problems in a research is how to regulate about approval which have relation with the management of hazardous waste and toxic materials (B3) at oil palm factory PT. Permata Hijau Sawit.
This research used the yuridis normatif method with consideration that the point of departure analysis research toward legislation which regulate about waste management approval and poison thing on an oil palm factory PT. Permata Hijau Sawit.
Based of that ilustration can be concluded that environment approval is one of instrument in the effort to prevent contamination and environment damage, for realize
purpose of protection and management of environmental especially waste
management where the substance of the licensing arrangement waste management was not complete and still need executive regulation.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 3 Oktober 2009, Pemerintah Republik Indonesia telah
mensahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Materi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup termasuk kedalam ruang lingkup
hukum lingkungan. Hukum lingkungan adalah juga bagian dari hukum yang
berhubungan dengan lingkungan fisik dan yang dapat diterapkan terhadap penegakan
atau penanggulangan masalah-masalah pencemaran, pengurasan dan penyerangan.
Hukum lingkungan mengandung ketentuan-ketentuan bagi perilaku masyarakat untuk
mencegah atau menanggulangi masalah-masalah lingkungan. Perbuatan kaidahnya
melalui dua cara. Langsung dengan menetapkan perintah-perintah dan
larangan-larangan dan secara tidak langsung, karena hukum lingkungan memberikan
peraturan-peraturan atas dasar mana organ-organ penguasa dapat merumuskan
kaidah-kaidah warganya lebih lanjut.1
1
Selanjutnya hukum lingkungan memberikan, untuk bertindaknya penguasa
untuk kepentingan lingkungan, peraturan-peraturan hukum dalam bentuk
ketentuan-ketentuan yang menciptakan kewenangan.2
Perundang-undangan lingkungan terutama terdiri dari perundang-undangan
pokok (kaderwetgeving).3 Ciri khas dari perundang-undangan pokok membawa serta
bahwa untuk daya kerja undang-undang lingkungan sejumlah pokok bahasan harus
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri atau peraturan
dari penguasa-penguasa yang lebih rendah. Akibatnya ialah bahwa, pelaksanaan
perundang-undangan lingkungan, berada baik di tangan penguasa rendahan/(Propinsi,
Kabupaten/Kotamadya dan para pengelola kualitas air) maupun di tangan penguasa
kerajaan.4
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat berbagai aspek hukum diantaranya Hukum
Administrasi Negara (HAN) yang terdiri dari Pasal 4 sampai kepada Pasal 82 yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Hal ini juga terjabar dalam berbagai bentuk peraturan, antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Dari ketentuan-ketentuan diatas, segi hukum administrasi (bestuur recht)
berkaitan dengan peran Pemerintah untuk memberikan perizinan pendirian usaha dan
melakukan langkah pengamanan atau upaya yang bersifat preventif untuk mematuhi
2
Ibid., hlm. 3.
3
Ibid.
4
persyaratan-persyaratan lingkungan dan memberikan sanksi administrasi terhadap
pelanggaran atas perizinan lingkungan yang telah diberikan, dan gugatan
administrasi.
Perizinan adalah suatu contoh yang baik tentang berbarengnya fungsi
instrumental dan normatif dari hukum lingkungan. Segi instrumental dari perizinan
antara lain terdiri dari hal bahwa kebijaksanaan lingkungan dilaksanakan dengan
perantaraan perizinan itu. Perizinan adalah suatu alat untuk menstimulasi perilaku
yang baik untuk lingkungan atau untuk mencegah perilaku yang tidak dikehendaki.
Segi normatif dari perizinan adalah bahwa hukum menentukan peraturan-peraturan
mana yang dapat kita cakupkan untuk dipakai bagi suatu perizinan. Kaidah-kaidah
hukum lingkungan memperoleh isi yang konkrit karena pemberian izin dan karena
mengkaitkan peraturan-peraturan pada perizinan itu.5
Ada bermacam-macam bentuk pengaturan secara langsung dalam hukum
lingkungan, yang paling bersifat pencegahan adalah larangan kecuali izin.6
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.7
5
Ibid., hlm. 17.
Perizinan diatur dalam pasal 36 s/d 41, menetapkan
sebagai berikut :
6
Ibid., hlm. 19.
7
Pasal 36 dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menetapkan bahwa :
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan
persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Selanjutnya Pasal 37 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menetapkan bahwa :
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dapat
dibatalkan apabila :
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat
hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam
keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL, atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL
tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (2), izin
lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha negara.8
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
mengumumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan. Pengumuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang mudah diketahui
oleh masyarakat.
9
Ketentuan di atas merupakan pelaksanaan atas keterbukaan informasi, dengan
adanya pengumuman memungkinkan peran serta masyarakat, khususnya yang belum
menggunakan kesempatan dalam prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain
dalam proses pengambilan keputusan. Izin lingkungan persyaratan untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan, dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau
kegiatan dibatalkan. Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbaharui izin lingkungan.
10
8
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
9
Pasal 39 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
10
Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu
dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan
perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi,
perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen,
dan konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah
terjadi. Sehingga perlu dikembangkan satu sistem hukum perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin
kepastian hukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan sumber daya
alam serta kegiatan pembangunan lain. Mendayagunakan berbagai ketentuan hukum,
baik hukum administrasi, hukum perdata, maupun hukum pidana, diharapkan selain
akan menimbulkan efek jera juga akan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku
kepentingan tentang betapa pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup demi kehidupan generasi masa kini dan masa depan.11
Perizinan terpadu bidang lingkungan hidup dalam hal ini tidak hanya tentang
teknis administrasi (prosedur, waktu dan biaya) sebagaimana dipahami oleh aparat
pemerintahan selama ini. Namun juga berkaitan dengan aspek substansi perizinan
bidang lingkungan hidup itu sendiri. Sebagai suatu sistem, berdasarkan UU-PPLH
perizinan lingkungan hidup harus didasarkan pada Kajian Lingkungan Hidup
11
Strategis (KLHS), rencana tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).12
Berkaitan dengan keterpaduan perizinan, Pasal 123 UUPPLH menyatakan,
bahwa segala izin di bidang lingkungan hidup yang telah dikeluarkan oleh Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib diintegrasikan
ke dalam izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak undang-undang ini
ditetapkan. Izin dalam ketentuan ini, misalnya izin pengolahan limbah B3, izin
pembuangan air limbah ke laut, dan izin pembuangan air limbah ke sumber air.
13
Mencermati ketentuan-ketentuan berkaitan dengan perizinan dalam hal
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ini, pada satu sisi, yang dimaksudkan adalah izin lingkungan
sebagai syarat mendapat izin usaha dan/atau kegiatan (sektoral). Jika terdapat kaitan
yang erat antara izin lingkungan dengan izin usaha dan/atau kegiatan. Kedudukan
AMDAL sendiri merupakan syarat memperoleh izin lingkungan dan izin usaha
dan/atau kegiatan merupakan satu kesatuan sistem perizinan dalam UUPPLH.14
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
12
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), hlm. 7.
13
Ibid., hlm. 8.
14
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.15
Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.16
Klasifikasi Bahan Berbahaya Beracun (B3) menurut karakteristiknya adalah
sebagai berikut :
17
1. mudah meledak (explosive),
2. pengoksidasi (oxidizing),
3. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable),
4. sangat mudah menyala (highly flammable),
5. mudah menyala (flammable),
6. amat sangat beracun (extremely toxic),
7. sangat beracun (highly toxic),
8. beracun (toxic),
9. berbahaya (harmfull),
10.korosif (corrosive),
11.bersifat iritasi (irritant),
12.berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment),
13.karsinogenik (carcinogenic),
15
Pasal 1 butir 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
16
Pasal 1 butir 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
17
14.teratogenik (teratogenic),
15.mutagenik (mutagenic).
Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan.18
Kewajiban untuk melakukan pengelolaan B3 merupakan upaya untuk
mengurangi terjadinya kemungkinan risiko terhadap lingkungan hidup yang berupa
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup mengingat B3
mempunyai potensi yang cukup besar untuk menimbulkan dampak negatif.19
Adapun kewajiban-kewajiban Pengelola B3 adalah sebagai berikut :20
Penghasil, yaitu :
a. Wajib mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup,
b. Wajib meregristrasikan B3 yang diproduksi,
c. Wajib membuat MSDS (Material Safety Data Sheet),
d. Wajib mengemas setiap B3 sesuai klasifikasinya serta memberi simbol dan label,
e. Wajib memiliki tempat penyimpanan yang memenuhi syarat,
f. Wajib melengkapi sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan B3,
g. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,
h. Wajib menanggulangi kecelakaan dan keadaan darurat,
18
Pasal 1 butir 23 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
19
Syamsul Arifin, op.cit., hlm. 120.
20
i. Wajib menyampaikan laporan kegiatan.
Penyimpan, yaitu:
a. Wajib mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan,
b. Wajib memiliki MSDS,
c. Wajib mengemas setiap B3 sesuai klasifikasinya dan memberikan simbol dan
label,
d. Wajib memiliki sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan B3,
e. Wajib melakukan penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat,
f. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,
g. Wajib menyampaikan laporan kegiatan,
Pengguna, yaitu:
a. Wajib mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup,
b. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,
c. Wajib memiliki MSDS,
d. Wajib memasang simbol dan label sesuai klasifikasinya,
e. Wajib melakukan penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat,
f. Wajib memiliki prosedur penanganan dan keadaan darurat,
g. Wajib menyampaikan laporan.
Pengangkut, yaitu:
a. Wajib mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan,
c. Wajib menggunakan sarana yang layak operasi,
d. Wajib mengemas B3 sesuai klasifikasinya dan memberi simbol dan label,
e. Wajib melengkapi sistem tanggap darurat dan prosedur,
f. Wajib melakukan penanggulangan keadaan darurat dan kecelakaan,
g. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,
h. Wajib menyampaikan laporan kegiatan.
Pengedar, yaitu:
a. Wajib melakukan pencegahan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan,
b. Wajib memiliki MSDS,
c. Wajib mengemas sesuai dengan klasifikasinya, memberi simbol dan label,
d. Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,
e. Wajib melakukan penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat.
Pasal 59 UUPPLH mengatur mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun sebagai berikut :
(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah
B3 yang dihasilkannya.
(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,
pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.
(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi
pengelola limbah B3 dalam izin.
(6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan dari Pasal 59 ayat (1) menyebutkan, bahwa pengelolaan limbah B3
merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, dan/atau pengolahan, termasuk
penimbunan limbah B3. Yang dimaksud dengan pihak lain adalah badan usaha yang
melakukan pengelolaan limbah B3 dan telah mendapatkan izin.21
Bahan beracun dan berbahaya dapat diidentifikasikan dalam bentuk dan sifat
bahan itu sendiri, apakah berupa cairan atau pun gas. Disamping itu perlu diketahui
efek bahan kimia terhadap lingkungan, bahaya langsung terhadap masyarakat, kontak
dengan sumber air, pengaruh hujan dan sebagainya. Perkiraan bahaya bahan kimia
dapat diketahui dari nama suatu unsur kimia, hasil reaksinya terhadap unsur kimia
lain, berat jenis, tekanan uap dan batas-batas peledakan. Bahan beracun dan
berbahaya banyak dikaitkan dengan masalah penyimpanan dan penggunaan.
Penyimpanan bahan yang mudah terbakar berbeda dengan penyimpanan bahan yang
peka terhadap air. Bahan yang peka terhadap air antara lain, natrium, kalsium, sulfide
dan alkali pekat. Bahan-bahan ini banyak digunakan sebagai bahan penolong ataupun
21
bahan-bahan utama dalam industri dan disimpan dalam pabrik. Jenis bahan-bahan
oxidator seperti permanganate, bormat, kromat, ozon, perborat dan senyawa-senyawa
nitrat harus disimpan dalam ruangan sejuk, yang tahan api dan terventilasi.
Bahan-bahan yang bersifat korosif, natrium hidroksida, formaldehyde, kresol, natrium,
sodium cyanide, seng chloride dan lain-lain.22
Ketentuan tanggung jawab mutlak (“Strict Liability”) ditetapkan dalam Pasal
88 UUPPLH, sebagai berikut : “Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung
jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”.23
Penjelasan Pasal di atas menyebutkan, bahwa :24
Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability
adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis
dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu. Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan perundang-undangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup.
Berdasarkan uraian diatas, dihubungkan dengan Pasal 67 UUPPLH, bahwa
setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Makna yang terkandung dari ketentuan diatas memberikan kewajiban kepada
setiap orang untuk mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang dapat dilaksanakan oleh setiap orang sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1
butir 32 dari UUPPLH, bahwa “setiap orang adalah orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum”.
Dalam praktiknya terdapat banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan
aktivitasnya menghasilkan limbah dan salah satunya adalah limbah B3. Dari hasil
penelitian Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 dan 2012
terdapat banyak perusahaan yang menghasilkan limbah B3 di Provinsi Sumatera
Utara antara lain adalah rumah sakit, perusahaan industri kimia dan pabrik kelapa
sawit. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji ketentuan yang berhubungan dengan
perizinan terhadap pabrik kelapa sawit.25
Dalam upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup yang disebabkan oleh limbah B3, maka kepada
perusahaan-perusahaan tersebut diwajibkan untuk memperoleh izin lingkungan. Sebagaimana
dalam Pasal 1 butir 35 UUPPLH, izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau
UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
25
Sebagai salah satu persyaratan yang wajib dilakukan oleh perusahaan adalah
izin lingkungan. Terutama dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah dimana terdapat 5 (lima)
kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang terwujud dalam bentuk
perizinan yaitu perizinan penyimpanan, perizinan pengumpulan, perizinan
pengangkutan, perizinan pemanfaatan, dan perizinan pengolahan limbah B3. Namun
dalam praktik dan penerapan telah menimbulkan permasalahan.
PT. Permata Hijau Sawit yang bergerak dalam bidang industri pengelolaan
kelapa sawit yang beralokasi di Jalan Lintas Sibuhuan-Sosa, Desa Mananti,
Kecamatan Hutaraja Tinggi, Kabupaten Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara. Dan
kemudian PT. Permata Hijau Sawit ini berkantor di Jl. Sultan Iskandar Muda No. 107
Medan 20154 Indonesia yang telah melakukan usahanya sejak tahun 2008 dan telah
melakukan penyusunan dokumen UKL dan UPL ini sesuai dengan format Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.
Oleh karena itu beranjak dari uraian-uraian latar belakang di atas dipilihlah
judul tentang “Kajian Hukum Adminsitrasi Lingkungan Tentang Perizinan Atas
Pengelolaan Limbah Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit”.
B. Perumusan Masalah
Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
1. Bagaimana pengaturan mengenai perizinan yang berhubungan dengan
pengelolaan limbah pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit ?
2. Bagaimana keterkaitan antara perizinan Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata
Hijau Sawit dengan pengelolaan limbah dalam upaya mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup ?
3. Bagaimana kendala dan upaya dalam memperoleh perizinan dalam
pengelolaan limbah pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit dalam
praktek hukumnya ?
C. Tujuan Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif
dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan
penulisan tersebut26.
1. Untuk menganalisis pengaturan mengenai perizinan yang berhubungan
dengan pengelolaan limbah pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau
Sawit.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
2. Untuk menganalisis dan menjelaskan keterkaitan antara perizinan Pabrik
Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit dengan pengelolaan limbah dalam
upaya mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
26
3. Untuk menganalisis kendala dan upaya dalam memperoleh perizinan dalam
pengelolaan limbah pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit dalam
praktek hukumnya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam
memproses ilmu pengetahuan.27 Secara operasional penelitian dapat berfungsi
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, menunjang pembangunan,
mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia.28
Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang
timbul. Oleh karena itu penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam
kerangka know-how di dalam hukum. Dengan melakukan penelitian hukum
diharapkan hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa
yang seyogyanya atas isu yang diajukan. 29
a. Secara teoritis
Bertitik tolak dari tujuan penelitian
sebagaimana tersebut diatas, diharapkan dengan penelitian ini akan dapat
memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan praktis di bidang hukum yaitu:
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan membuka wawasan dan paradigma
berpikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum yang
27
Bahder Johan Nasution , Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju, 2008), hlm. 10.
28
Ibid., hlm. 77.
29
berkaitan dengan Kajian Hukum Administrasi Lingkungan Tentang Perizinan
Atas Pengelolaan Limbah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
perbandingan dan referensi bagi peneliti lanjutan serta dapat memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan hukum.
b. Secara praktis
Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada Pemerintah Indonesia melalui
Perizinan Atas Pengelolaan Limbah. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan dan harmonisasi berbagai
perangkat perundang-undangan yang mengatur tentang Kajian Hukum
Administrasi Lingkungan Tentang Perizinan Atas Pengelolaan Limbah.
E. Keaslian Penelitian
Dari hasil penelusuran kepustakaan yang ada di Lingkungan Universitas
Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul “Kajian
Hukum Administrasi Lingkungan Tentang Perizinan Atas Pengelolaan Limbah Pada
Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit” belum pernah ada yang meneliti
sebelumnya.
Dari hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut:
Perizinan Atas Pengelolaan Limbah yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program
1. Zainal Abidin, Nim: 037005028, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis
Pengelolaan Limbah B3 Dirumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhoksemawe.
2. Syarifuddin Siba, Nim: 067005079, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis
Tanggung Jawab Hukum Terhadap Pengelolaan Limbah di Kawasan Industri
Medan.
3. Hendra G. Aman, Nim: 087005027, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis
Analisis Hukum Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Studi di
Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang).
Namun demikian penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan
penelitian yang dilaksanakan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
dilaksanakan adalah asli dan dapat saya pertanggung jawabkan. Penulis bertanggung
jawab sepenuhnya apabila dikemudian hari ternyata dapat dibuktikan adanya plagiat
dalam hasil penelitian ini.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang fenomena
tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau eksistensinya,30
30
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, (Bandung : Refika Aditama 2005), hlm. 23.
dan suatu
teori harus konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial oleh partisipan
menghubungkan teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain,31 sedangkan kerangka
teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu
kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan
teoritis.32
Menurut W.L. Neuman, yang berpendapat dikutip dari Otje Salman dan Anton
F Susanto menyebutkan bahwa : “Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh
berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang
memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia, ia adalah cara yang
ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja”.33
Otje Salman dan Anton F Susanto akhirnya menyimpulkan pengertian Teori
menurut pendapat beberapa ahli, dengan rumusan sebagai berikut : “Teori adalah
seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk
memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial
bagi keseluruhan teori yang lebih umum”.34
Teori yang dipergunakan sebagai alat untuk melakukan analisis di dalam
penelitian ini adalah Teori Roscoe Pound, law as a tool of engineering sebagai
landasan teoretis pembinaan hukum di Indonesia yang dikembangkan oleh Mochtar
31
Ibid.
32
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hlm. 80.
33
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, op.cit., hlm. 22.
34
Kusumaatmadja. Perkembangan selanjutnya, konsep pembinaan hukum ini diberi
nama “teori hukum pembangunan”.35
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum berfungsi sebagai sarana
pembaruan atau sarana pembangunan didasarkan atas anggapan, bahwa hukum dalam
arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau
sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia yang ke arah yang
dikehendaki oleh pembangunan.36
Hubungan antara hukum dan pembangunan, menurut Michael Hager yang
mengintrodusir konsep development law meliputi tindakan dan kegiatan yang
memperkuat infrastruktur hukum seperti lembaga hukum, profesi hukum, dan
lembaga pendidikan hukum, serta segala sesuatu yang berkenaan dengan
penyelesaian problema-problema khusus pembangunan.37
Kiranya pendapat Michael Hager tersebut, sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa hukum tidak saja merupakan keseluruhan
asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat,
melainkan meliputi pula lembaga-lembaga (institution) dan proses-proses (processes)
yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.38
35
Otje Salman dan Eddy Damian (ed), Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan dari Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M., (Bandung : Alumni, 2002), hlm. 5.
Dengan kata
lain, suatu pendekatan yang normatif semata-mata tentang hukum tidak cukup apabila
36
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, (Bandung : Bina Cipta, 1995), hlm. 19.
37
Syamsuhardi Bethan, Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup dan Kehidupan Antar Generasi, (Bandung : Alumni, 2008), hlm. 25.
38
akan melakukan pembinaan hukum secara menyeluruh. Selanjutnya, Mochtar
menyatakan bahwa hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu
sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga (institution) dan proses
(processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.39
Hukum dalam fungsinya sebagai sarana pembangunan, menurut Michael Hager dapat
mengabdi dalam tiga sektor, yaitu sebagai berikut:40
1. Hukum sebagai alat penertib (ordering). Dalam rangka penertiban hukum
dapat menciptakan suatu kerangka bagi pengambilan keputusan politik dan
pemecahan sengketa yang mungkin timbul melalui suatu hukum acara yang
baik. Ia pun dapat meletakkan dasar hukum (legitimacy) bagi penggunaan
kekuasaan.
2. Hukum sebagai alat penjaga keseimbangan (balancing). Fungsi hukum dapat
menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan negara,
kepentingan umum, dan kepentingan perorangan.
3. Hukum sebagai katalisator. Sebagai katalisator hukum dapat membantu untuk
memudahkan terjadinya proses perubahan melalui pembaharuan hukum (law
reform) dengan bantuan tenaga kreatif di bidang profesi hukum.
Perwujudan hukum sebagai sarana pembangunan muncul dalam bentuk
peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang-bidang kehidupan. Salah
39
Mochtar Kusumaatmadja, op.cit., hlm. 15.
40
satuya adalah pengaturan mengenai lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan
hukum positif yang mengatur pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup di
Indonesia.
Teori hukum pembangunan menjabarkan dan mewujudkan pembangunan
nasional. Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, wujud
pembangunan tersebut muncul dalam peraturan perundang-undangan bidang
pengelolaan lingkungan di Indonesia sebagai hukum lingkungan nasional.41
Pengelolaan lingkungan hidup hanya dapat berhasil menunjang pembangunan
berkelanjutan, apabila administrasi pemerintahan berfungsi secara efektif dan
terpadu. Perizinan lingkungan hidup terpadu merupakan salah satu sarana yuridis
untuk mencegah serta menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Perizinan merupakan wujud keputusan pemerintahan dalam hukum administrasi
negara.42
Sebagai bagian dari keputusan pemerintah, maka perizinan adalah tindakan
hukum pemerintah berdasarkan kewenangan publik yang membolehkan atau
memperkenankan menurut hukum bagi seseorang atau badan hukum untuk
melakukan sesuatu kegiatan.43
41
Helmi, op.cit., hlm. 22.
Instrumen perizinan diperlukan pemerintah untuk
42
Ibid., hlm. 28.
43
mengkonkretkan wewenang pemerintah. Tindakan ini dilakukan melalui penerbitan
keputusan tata usaha negara.44
Keputusan izin diberikan untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan
termasuk bidang usaha atau kegiatan bidang lingkungan hidup. Drupsteen
mengatakan, perizinan merupakan instrumen kebijaksanaan lingkungan yang paling
penting. Berdasarkan uraian tentang perizinan, perizinan bidang lingkungan hidup
adalah perizinan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
didasarkan pada UU tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.45
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa perizinan merupakan upaya
pencegahan atau berkarakter sebagai preventif instrumental terhadap tindakan
pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dalam
pengelolaan lingkungan hidup, perizinan ditujukan untuk memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.46
2. Konsepsi
Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam
penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi
dan realita.47
44
Helmi, op.cit., hlm. 29.
Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang
45
Siti Sundari Rangkuti, op.cit., hlm. 146.
46
Loc.cit.
47
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi
operasional.48
Konsep dapat dilihat dari segi subyektif dan obyektif. Dari segi subyektif
konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu. Sedangkan dari
segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan intelek tersebut.
Hasil dari tangkapan akal manusia itulah yang dinamakan konsep.49
Konsep merupakan “alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis”.
50
Dalam kerangka konseptional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian
yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.51 Selanjutnya konsep atau
pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka
konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai
gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi
secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. Maka konsep merupakan definisi
dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variable-variable yang ingin
menentukan adanya gejala empiris.52
48
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : RajaGrafindo, 1998), hlm. 307.
49
Komaruddin, Yooke Tjuparmah S, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), hlm. 122.
50
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 70.
51
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 7.
52
Beranjak dari judul tesis ini, yaitu: “Kajian Hukum Administrasi
Lingkungan Tentang Perizinan Atas Pengelolaan Limbah Pada Pabrik Kelapa
Sawit PT. Permata Hijau Sawit” maka dapatlah dijelaskan konsepsi ataupun
pengertian dari kata demi kata dalam judul tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Kajian adalah hasil peningkatan dari upaya dan kegiatan untuk menambah
pengetahuan.53
2. Hukum admnistrasi lingkungan adalah suatu aturan kaedah yang mengatur
kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hukum lingkungan.
3. Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat
pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat.54
4. Pengelolaan ialah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat di pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.55
5. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.56
6. PT. Permata Hijau Sawit adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
pengelolaan kelapa sawit.
53
Bambang Setyabudi, Asisten Deputi Urusan Perencanaan Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), (Jakarta : Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2007), hlm. 1.
54
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm. 168.
55
http://m.artikata.com/arti-367785-pengelolaan.html, diakses pada hari Senin tanggal 18 Februari 2013 jam 13.20 WIB.
56
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan salah satu cara yang tepat untuk memecahkan masalah.
Selain itu, penelitian juga dapat digunakan untuk menentukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran. Dilaksanakan untuk mengumpulkan data guna memperoleh
pemecahan masalah atau mendapat jawaban atas pokok-pokok permasalahan yang
dirumuskan, sehingga diperlukan rencana yang sistematis, metodologi yang
merupakan suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya
pada saat melakukan penelitian seseorang harus memperhatikan ilmu pengetahuan
yang menjadi induknya.57
Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu
yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau gejala hukum tertentu dengan jelas
menganalisanya.
Pada penelitian hukum ini, jelas bahwa bidang ilmu
hukum yang menjadi landasan ilmu pengetahuan induknya. Oleh karena itu, maka
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum.
58
1. Spesifikasi Penelitian dan Sifat Penelitian
Agar mendapat hasil yang lebih maksimal maka saya melakukan
penelitian hukum dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
Sesuai dengan rumusan penelitian maka penelitian ini dilakukan
dengan yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian
57
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 9.
58
analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perizinan pengelolaan limbah pada pabrik kelapa sawit PT. Permata Hijau
Sawit.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis, merupakan metode yang
dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang
berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data mengenai objek
penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian
dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.59
2. Sumber Data/Bahan Hukum
Dalam penelitian ini metode deskriptif analisis digunakan untuk
memberikan gambaran atau suatu fenomena yang berhubungan dengan
Kajian Hukum Administrasi Lingkungan Tentang Perizinan Atas Pengelolaan
Limbah Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Permata Hijau Sawit.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data-data sekunder untuk mendapatkan konsepsi teori atau
doktrin, pendapat atau pemikiran secara konseptual yang ada kaitannya
dengan objek yang diteliti. Adapun sumber-sumber bahan hukum dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer,60
59
Wiranto Surakhmad, Dasar dan Teknik Research, (Bandung : Transito, 1978), hlm. 132. yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu:
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
60
Negara/PERATUN, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995 dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
b. Bahan hukum sekunder,61
61
Ibid.
yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer, antara lain berupa buku-buku, makalah, dokumen Berita
Acara Pemeriksaan tanggal 1 Juni 2011, putusan sela Pengadilan Negeri
Padang Sidempuan Nomor: 675/Pid. Sus/2011/PN. Psp, Berita Acara
Verifikasi Pelaksanaan Sanksi Administrasi tanggal 6 Mei 2009, dokumen
laporan akhir Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) Pabrik Minyak Sawit
PT. Permata Hijau Sawit, dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) Perkebunan Kelapa Sawit serta Pengolahan Minyak Sawit PT.
c. Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti Internet, Wawancara, dan
sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data.
Menurut Bambang Sunggono:62
“Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi data. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh pasal-pasal yang berisi kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dengan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut adakan dianalisis secara induktif kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dapat dijawab”.
Oleh karenanya, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah library research (studi pustaka) dimana alat
pengumpulan datanya adalah studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara
memilih data-data yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data-data yang
telah dipilih kemudian dipilah-pilah dengan cara mengkaitkannya dengan
permasalahan yang diteliti untuk selanjutnya dianalisa sehingga mendapatkan
kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini
akan dapat terjawab.
62
4. Alat Pengumpulan Data.
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan
kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam
penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan cara :
a. Studi Dokumen.
Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan
membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data
sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.63
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana penulis
melakukan percakapan atau tatap muka kepada Kepala Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara Ibu Dr. Ir. Hj. Hidayati Msi dan Kepala
Bagian Penegakan Hukum Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera
Utara Bapak Dr. Indra Utama Msi guna memperoleh keterangan atau
data-data yang diperlukan.
5. Analisis Data.
Analisis data adalah sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh
pengertian tentang situasi yang sesungguhnya, disamping itu juga harus
dikerjakan untuk situasi yang nyata.64
63
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan
mengumpulkan data sekunder, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan
pengelompokkan agar menghasilkan data yang lebih sederhana sehingga
mudah dibaca dan dimengerti.
Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk
uraian sistematis pula dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis
data, selanjutnya semua data dipilih dan dipilah untuk diolah, selanjutnya
dianalisis secara deskriptif sehingga disamping akan menggambarkan dan
mengungkapkan dasar hukumnya, tetapi juga dapat memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dimaksud.
64
BAB II
PENGATURAN MENGENAI PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH
A.Ruang Lingkup Perizinan
1. Istilah Perizinan
Pembukaan UUD 1945 menetapkan dengan tegas tujuan kehidupan bernegara
yang berdasarkan hukum, hal ini berarti bahwa hukum merupakan supermasi atau
tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya merealisasi Negara
berdasarkan hukum dan mewujudkan kehidupan bernegara maka hukum menjadi
pengarah, perekayasa, dan perancang bagaimana bentuk masyarakat hukum untuk
mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut harus disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan.
Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan,
tidak melarang.65
Menurut W. F Prins bahwa istilah izin adalah tepat kiranya untuk maksud
memberikan dispensasi (bebas syarat) dan sebuah larangan, dan pemakaiannya pun
adalah dalam pengertian itu juga. Akan tetapi, sebetulnya izin itu diberikan biasanya
65
karena ada peraturan yang berbunyi “dilarang untuk..., tidak dengan izin” atau bentuk
lain yang dimaksud sama seperti itu.66
Menurut R. Kosim Adisapoetra, izin diartikan dengan perbuatan pemerintah
yang memperkenankan suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan yang bersifat
umum.67
Utrecht memberikan pengertian vergunning sebagai berikut:68
Bilamana pembuatan peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).
Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga
diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.69
Sesudah mengetahui pengertian dispensasi, di bawah ini akan disampaikan
overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal van handeling
waarop in het algemeen belang speciaal toezicht vereist is, maar die, in het
algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd (perkenan/izin dari pemerintah
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk
66
Adrian Sutedi, op.cit., hlm. 169.
67
R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1978), hlm. 72.
68
E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta : Ichtiar, 1957), hlm. 187.
69
perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada
umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki).70
Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan
halangan, hal yang dilarang menjadi boleh,
71
atau Als opheffing van een algemene
verbodsregel in het concrete geval, (sebagai peniadaan ketentuan larangan umum
dalam peristiwa konkret).72
Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara
bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan
persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan.73
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum
dilarang.74
N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas
dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan
70
S.J. Fockema Andreae, Rechtsgdeerd Handwoordenboek, Tweede Druk, J.B. Wolter’ Uitgeversmaatshappij N.V., (Groningen, 1951), hlm. 311.
71
Ateng Syafrudin, Perizinan untuk Berbagai Kegiatan, Makalah tidak dipublikasikan, hlm. 1.
72
M.M. van Praag, Algemen Nederlands Administratief Recht, Juridische Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed & Zoon, (‘s-Gravenhage, 1950), hlm. 54.
73
Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995, hlm. 1-2.
74
Bagir Manan, Ketentuan-Ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak