• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Xerostomia Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Xerostomia Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H.Adam Malik Medan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the medically compromised patient-pageburst on vitalsource. 7th ed. Mosby 2008: 212-33.

2. Danaei G et al. National, regional, and global trends in fasting plasma glucose and diabetes prevalence since 1980: systematic analysis of health examination surveys and epidemiological studies with 370 country-years and 2,7 million participants. The Lancet 2011; 378: 31–40.

3. Pedersen AML. Diabetes mellitus and related oral manifestations. Oral Biosci Med 2004; 1(4): 229-243.

4. Vernillo AT. Dental considerations for the treatment of patients with diabetes mellitus. J Am Dent Assoc 2003; 134: 24-33.

5. Loe H, Genco RJ. Oral complications in diabetes.

http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/america/pdf/chapter23.pdf

6. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial pathology. 3rd ed.St. Louis: Saunders, 2009: 464-5.

(14 Juli 2012).

7. Fox CP. Xerostomia: Recognition and management.

(2)

32

9. Khovidhunkit W, Chomkhakhai U, Mitrirattanakul S, Thaweboon S, Suwantuntula T, Khovidhunkit P S. Xerostomia, hyposalivation and oral microbiota in type 2 diabetic patients: A Preliminary Study. J Med Assoc Thai 2009; 92(9): 1220-8.

10. Harijanti K, Soebadi B, Mulyaningsih I. Prevalence of xerostomia on type 2 diabetes mellitus in Hajj Hospital Surabaya. Dent. J 2007; 40(3): 136-9.

11. Adi SP. 2007. Kondisi kesehatan rongga mulut penderita diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit haji adam malik medan agustus-september 2007. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi, 2007: 27.

12. Riaz S. Diabetes mellitus. Academic Journals 2009; 4 (5): 367-373.

13. Varon F, Shipman LM. The role of the dental professional in diabetes care. The Journal of Contemporary Dental Practice. 1(2). Winter Issue. 2000: 1-13.

14. Donald R, Coustan. Gestational diabetes.

(16 April

2013)

15. Sitompul R. Retinopati diabetik. J Indon Med Assoc 2011; 61(8): 338-340. 16. Kyselova Z, Stefek M, Bauer V. Pharmacological prevention of diabetic cataract.

J Diabetes Complications 2004; 18: 132-4.

(3)

33

18. Chase P H. Understanding diabetes. 11th ed. Denver: Pharos Press, 2006: 237-240.

19. International Diabetes Federation. Diabetes and cardiovascular diseases: Time to act. Aalst: Imprimerie L Vanmelle SA, 2001: 37-43.

20. Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab, manifestasi dan penanggulannya.Medan: USU Press, 2002: 1-6.

21. AI Saif KM. Clinical management of salivary deficiency. Saudi Dental Journal 1991; 3(2): 77-80.

22. Emilienne MPA. Xerostomia oral pathology.

23. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and practice of oral medicine. Philadelphia: Saunders. 1984: 553-4

24. Brightman VJ. Oral symptoms without apparent physical abnormality. In. Lynch MA, Brightman VJ. Greenberg MS. Eds. Burket’s oral medicine, diagnosis and treatment. 9th ed. Philadelphia: Lippincot. 1994: 399.

25. Boedi, S. Penelurusan penyebab xerostomia dan penatalaksanaannya dalam bidang kedokteran gigi. JITEKGI 2006; 3(3): 71-5.

26. Gupta A, Epstein JB, Sroussi H. Hyposalivation in elderly patients. J Can Dent Assos 72(9). 2006: 841-6.

(4)

34

28. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2002: 92.

29. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2002: 43-7

(5)

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian cross sectional yaitu dimana pengambilan data variabel independen maupun variabel

dependen dilakukan sekaligus pada suatu saat.28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit umum pusat di Medan dan juga rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan untuk penderita diabetes mellitus di daerah Sumatera utara. Di rumah sakit ini juga terdapat Departemen Penelitan dan Pengembangan (LITBANG) jadi penelitian yang dilakukan di rumah sakit ini lebih diakui.

3.2.2 Waktu Penelitian

(6)

18

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien yang menderita diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel “purposive sample” dimana semua pasien yang menderita diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan dan memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi akan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan besar sampel data nominal non probabilitas sampel dengan rumus :

Keterangan: n = Besar Sampel Zα = Deviasi baku alpha

P = Persentase insiden xerostomia Q = 1 – P

(7)

19

Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95 % sehingga untuk Z duah arah diperoleh nilai Zα = 1,96. Nilai P yang ditetapkan adalah 0,76 berdasarkan penelitian Harijanti di Surabaya.10 Kesalahan absolut atau ketetapan relatif yang diinginkan adalah sebesar 0,1. Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :

(

)

70,04

Berdasarkan hasil dari perhitungan rumus sampling di atas maka di dapat jumlah sampel yang diambil adalah sejumlah 70 subjek.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Penderita diabetes mellitus tipe 2. b. Berumur 40 – 60 tahun.

c. Sudah pernah melakukan pemeriksaan kadar HbA1c. .

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian. b. Pasien yang tidak bersedia diperiksa rongga mulutnya.

(8)

20

e. Pasien yang sedang menjalani radioterapi di bagian kepala dan leher. f. Pasien yang merokok.

c. Pasien wanita yang mengalami menopause.

3.5 Kerangka Konsep

3.6 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Diabetes Mellitus tipe 2 2. Variabel Terikat : Xerostomia

3.7 Defenisi Operasional 1. Diabetes Mellitus tipe 2

Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) dan memiliki kadar gula darah sewaktu di atas 140mg/dl yang didapatkan dari rekam medis pasien.1

2. Diabetes mellitus tipe 2 terkontrol adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan nilai HbA1c < 7%.1

3. Diabetes mellitus tipe 2 tidak terkontrol adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan nilai HbA1c > 7%.1

Diabetes Mellitus Tipe 2

• Terkontrol

• Tidak terkontrol

(9)

21

4. Xerostomia

Merupakan keadaan mulut kering yang diketahui dengan menempelkan bagian belakang kaca mulut pada mukosa apabila terasa lengket maka dinyatakan xerostomia.25

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kaca mulut untuk memeriksa keadaan saliva pasien diabetes mellitus tipe 2.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Sarung tangan

2. Masker 3. Desinfektan 4. Kapas

3.9Prosedur Penelitian

3.9.1 Cara Pengumpulan Data

(10)

22

Setelah pasien setuju menjadi subjek penelitian, pasien diminta menandatangani informed consent. Kemudian dari rekam medik dicatat data pribadi pasien (nama,

umur, dan jenis kelamin), kadar glukosa darah dan nilai HbA1c. Selanjutnya diperiksa keadaan rongga mulut pasien dengan bagian belakang kaca mulut yang ditempelkan pada dinding mukosa bukal pasien untuk memeriksa keadaan saliva. Jika bagian belakang kaca mulut lengket atau melekat pada mukosa bukal maka keadaan tersebut menunjukkan keadaan hiposalivasi (xerostomia) dan jika bagian belakang kaca mulut tidak melekat pada mukosa bukal maka kedaan tersebut menunjukkan keadaan saliva yang normal.7,21

3.9.2 Cara Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.10 Analisis Data

Analisis data terdiri dari analisis univariat. Analis univariat adalah analisis statistik yang memperhitungkan faktor atau variabel tunggal.28

Data univariat disajikan dalam bentuk tabel, meliputi:

1. Distribusi persentase penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan umur. 2. Distribusi persentase penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan jenis

kelamin.

(11)

23

(12)

24

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data dari penelitian ini ditujukan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampi bulan September 2013. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 70 orang. Sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sample. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut

pasien. Setelah data terkumpul, dilakukan perhitungan dan selanjutnya disusun dalam tabel induk. Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin N (frekuensi) %

Laki-laki 36 orang 51

Perempuan 34 orang 49

Jumlah 70 orang 100

(13)

25

Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Umur N (frekuensi) %

Pada tabel 2 terlihat karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur kelompok usia 40-45 tahun sebanyak 18 orang (26%), 46-50 tahun sebanyak 32 orang (46%), 51-55 tahun sebanyak 14 orang (20%) dan kelompok usia 56-60 tahun sebanyak 6 orang (8%). Pada penelitian ini diperoleh data jumlah subjek penelitian pada rentang umur 46-50 yang paling sering menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

Tabel 3. Distribusi Persentase Xerostomia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

Jumlah %

Xerostomia 41 59

Tidak Xerostomia 29 41

Total 70 100

(14)

26

Tabel 4. Distribusi Persentase Xerostomia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kontrol Metabolik

Xerostomia Tidak

Xerostomia

Total

N % N % N %

Diabetes Mellitus tipe 2 Terkontrol 7 10 15 21 22 31 Diabetes Mellitus tipe 2 Tidak

Terkontrol

34 49 14 20 48 69

Total 41 59 29 41 70 100

(15)

27

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitan Danaei dkk hingga tahun 2011 penderita diabetes mellitus diperkirakan mencapai 350 juta orang di seluruh dunia. Di Indonesia jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 mencapai 5,6 juta orang.2 Diabetes mellitus tipe 2 memiliki beberapa komplikasi yang dapat terjadi di rongga mulut. Salah satu komplikasi yang disebabkan diabetes mellitus tipe 2 ini adalah xerostomia atau mulut kering.3,5

Xerostomia merupakan sensasi subjektif berupa kekeringan mulut yang sering namun tidak selalu berhubungan dengan hipofungsi kelenjar saliva atau berkurangnya aliran saliva.6 Xerostomia memberikan efek yang buruk bagi kesehatan penderitanya, xerostomia menyebabkan sulit untuk mengunyah maupun menelan makanan dan meningkatkan resiko terjadinya karies.20

(16)

28

Hal ini mendorong laki-laki memiliki perilaku mencari kesehatan yang lebih baik dari perempuan sehingga dalam penelitian ini subjek penelitian yang lebih banyak di dapat adalah laki-laki.29

Pada penelitian ini penderita diabetes mellitus tipe 2 lebih sering terjadi pada kelompok usia 46-50 tahun yakni sebanyak 32 orang (46%). Menurut Ika (2009) prevalensi diabetes mellitus tipe 2 tertinggi pada rentang usia 41-50 tahun.30 Berdasarkan teori, jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 meningkat pada usia > 45 tahun.4 Hal ini diakibatkan mulai menurunnya aktifitas fisik dan gaya hidup yang kurang baik seperti makan yang tidak teratur dan kurangnya olah raga, proses penuaan juga menyebabkan fungsi pankreas menurun dalam memproduksi insulin .2

Persentase xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 pada penelitian ini adalah 59% (41 orang) dan yang tidak mengalami xerostomia adalah 41% (29 orang). Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Khovidhunkit (2009), dimana prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang didapat pada penelitian tersebut adalah sebesar 62%.9 Prevalensi yang cukup besar juga didapatkan Harijanti dkk (2007) di Rumah Sakit Haji Surabaya yakni sebesar 84,21%.10 Pada umumnya subjek penelitian yang didapat memiliki kadar gula darah yang cukup tinggi yakni >220 mg/dl, menurut Vernillo semakin tinggi kadar gula darah seseorang maka semakin rentan dia mengalami xerostomia.4

(17)

29

(18)

30

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan prevalensi xerostomia pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan sebesar 59%. Prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus 2 yang tidak terkontrol lebih besar yaitu sebesar 49% dibandingkan prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol yaitu sebesar 10%.

7.2 Saran

(19)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan glukosa untuk masuk ke jaringan dari pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang tinggi dan sekresi glukosa melalui urin.1,12

2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Berdasarkan tanda dan gejalanya diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu:

1. Diabetes Mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 adalah ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel pankreas dihancurkan oleh proses autoimun. Kondisi ini menyebabkan tubuh kekurangan insulin.1,13

2. Diabetes Mellitus tipe 2

(20)

6

defesiensi relatif insulin.1,3 Kondisi ini menyebabkan sel mengalami desenstisasi terhadap glukosa. Penurunan jumlah produksi insulin diakibatkan penurunan fungsi

dari sel β untuk memproduksi insulin di tubuh. Hal ini diakibatkan oleh kadar glukosa

yang tinggi dan berlangsung lama akan menyebabkan apoptosis sel β.1 Diabetes mellitus tipe 2 dapat dibagi menjadi diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol dan diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol.1 Pada diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol dapat ditentukan dari hasil pemeriksaan kadar HbA1c <7 % sedangkan pada diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol hasil pemeriksaan kadar HbA1c >7 %. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 tidak terkontrol komplikasi yang diakibatkan lebih banyak daripada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol.1,3,13

3. Diabetes mellitus tipe lain

Diabetes tipe lain ini diakibatkan karena adanya kelainan pada pankreas, kelainan fungsi dari sel β dan antibodi insulin.12

4. Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)

(21)

7

2.1.2 Komplikasi Diabetes Mellitus 2.1.2.1 Komplikasi Sistemik

1. Diabetik retinopati

Retinopati adalah salah satu komplikasi mikrovaskular diabetes mellitus yang merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa.15 Hiperglikemi merusak pembuluh darah pada retina yang merupakan jaringan sensitif cahaya di belakang mata yang berperan mengartikan cahaya kedalam impuls elektrik yang diinterpretasikan sebagai penglihatan oleh otak.13

2. Katarak

Katarak merupakan kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual atau cacat fungsional pada mata.13 Patofisiologi katarak diabetik berhubungan dengan akumulasi sorbitol di lensa dan denaturasi protein lensa.16

3. Glaukoma

Penyakit ini timbul ketika terjadi peningkatan tekanan cairan didalam mata yang memicu terjadinya kerusakan saraf mata secara progresif.13 Diabetes mellitus menyebabkan pembuluh darah di mata melemah dan membuat kerusakan pada saraf mata. Orang yang menderita diabetes 2 kali lebih besar kemungkinan terkena glaukoma dibandingkan dengan yang non diabetes.17

4. Diabetik neuropati

(22)

8

5. Diabetik nefropati

Setelah mengidap diabetes selama 15 tahun, satu sampai tiga orang penderita diabetes mellitus berkembang menjadi penyakit ginjal.18 Diabetes merusak pembuluh darah kecil di ginjal sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyaring kotoran yang kemudian dieskresikan melalu urin.13

6. Stroke

Tekanan darah tinggi, merokok dan diabetes mellitus adalah faktor resiko utama stroke.13 Diabetes mellitus mempengaruhi tingginya tingkat kolesterol Low Density Lipid (LDL) sehingga menumpuk di pembuluh darah dan mengakibatkan

penyumbatan di pembuluh darah.18 7. Penyakit kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular merupakan komplikasi yang biasa terlihat pada penderita diabetes.13 Diabetes mellitus menyebabkan penimbunan kolesterol di pembuluh darah jantung yang mengakibatkan penyumbatan di pembuluh darah, penyumbatan ini membuat tekanan darah di sekitar jantung menjadi tinggi yang sekaligus juga membuat penderita diabetes mellitus rentan terhadap penyakit jantung.19

2.1.2.2 Komplikasi Oral

(23)

9

pada orang yang menderita diabetes mellitus tipe 1 selama 10 tahun sebesar 16% dan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebesar 54% dengan durasi yang sama.3

2.2 Xerostomia

Xerostomia dapat diartikan sebagai mulut kering (xeros = kering dan stoma = mulut). Xerostomia merupakan sensasi subjektif berupa kekeringan mulut yang sering namun tidak selalu berhubungan dengan hipofungsi kelenjar saliva atau berkurangnya aliran saliva, namun kadang jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh mulutnya kering.1,20

2.2.1 Etiologi Xerostomia

Xerostomia dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain efek radioterapi, efek farmakologis atau efek samping obat-obatan, gangguan kelenjar saliva, gangguan sistem saraf, faktor-faktor lokal seperti kebiasaan buruk, kelainan kongenital, defisiensi nutrisi dan hormonal, keadaan fisiologis serta penyakit sistemik seperti diabetes mellitus.3,20

2.2.1.1 Efek radioterapi pada daerah kepala dan leher

Gangguan fungsi kelenjar saliva setelah terapi radiasi pada daerah kepala dan leher untuk perawatan kanker sudah banyak diketahui. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran.21

(24)

10

berkurangnya volume saliva, dengan terjadinya gejala antara lain kepekatan saliva, pH saliva lebih rendah, kecepatan sekresi protein berkurang, konsentrasi protein naik, konsentrasi sekresi IgA berkurang, konsentrasi elektrolit bertambah dan jumlah mikroorganisme kariogenik naik, terutama Candida, laktobasilus dan streptokokus.20,21

2.2.1.2 Efek Samping Obat-obatan

Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi saliva. Lebih dari 600 obat dilaporkan dapat menyebabkan xerostomia sebagai efek samping.20 Obat tersebut mempengaruhi aliran saliva secara langsung dengan memblokade sistem syaraf dan menghambat sekresi saliva. Oleh karena sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem saraf parasimpatis, obat-obatan dengan pengaruh antikolinergik dan anti β

-adrenergik (yang disebut β-bloker) akan menghambat pengeluaran saliva.22

2.2.1.3 Gangguan kelenjar saliva

Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva.20 Sialadenitis adalah infeksi bakteri pada glandula salivatorius, biasanya disebabkan oleh batu yang menghalangi atau hiposekresi kelenjar. Sialadenitis kronis lebih sering mempengaruhi kelenjar parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi sel asini dan penyumbatan duktus.,21

(25)

11

jaringan ikat yang dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel asini kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresi berkurang.21

2.2.1.4 Gangguan sistem saraf

Gangguan sistem saraf pusat dan/atau perifer dapat mempengaruhi kecepatan sekresi saliva.7 Kelainan saraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multipel, akan mengakibatkan turunnya pengeluaran atau sekresi saliva.20

2.2.1.5 Kebiasaan buruk

Kebiasan buruk seperti merokok, dengan menggunakan pipa, tembakau atau cerutu, dapat menyebabkan xerostomia karena nikotin akan menghambat rangsangan sekresi saliva. Kandungan nikotin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terhambatnya sekresi saliva.23

2.2.1.6 Kelainan kongenital

Kelainan kongenital murni pada kelenjar saliva sangat jarang terjadi. Aplasia ataupun malforasi kelenjar saliva dapat terjadi unilateral ataupun bilateral.24

2.2.1.7 Defesiensi nutrisi dan hormonal

(26)

12

kadar estrogen pada wanita yang telah mengalami menopause dapat menyebabkan atropi epitel kelenjar saliva yang rawan terhadap inflamasi. Atropi pada epitel kelenjar saliva akan mengakibatkan sekresi saliva berkurang.20,24

2.2.1.8 Kesehatan umum menurun dan penyakit sistemik

Demam, diare yang lama atau pengeluaran urin yang melampaui batas, misalnya pada penderita diabetes mellitus atau penyakit lain dapat menyebabkan dehidrasi sehingga menyebabkan xerostomia. Gangguan dalam pengaturan air dan elektrolit yang diikuti oleh terjadinya keseimbangan air yang negatif, dapat menyebabkan turunnya sekresi saliva.20

Kesehatan umum yang menurun dan penurunan fungsi organ tubuh serta proses penuaan pada penderita lanjut usia dapat menyebabkan berkurangnya sekresi saliva yang mengakibatkan meningkatnya risiko terhadap radang mulut. Gangguan pengaturan elektrolit, seperti pada penderita penyakit ginjal yang melakukan hemodialisis, juga dapat mengalami rasa tidak enak karena kekeringan di mulut yang terus-menerus.20,25 Banyak penyakit sistemik lain seperti Sjogren’s syndrome, diabetes mellitus, diabetes insipidus, sarcoidosis, infeksi HIV, graft-versus-host disease, psychogenic disorders juga dapat mengakibatkan xerostomia.25

2.2.2 Diagnosis Xerostomia

(27)

13

xerostomia. Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gambaran klinis yang tampak dalam rongga mulut. Gambaran klinis tersebut, antara lain hilangnya genangan saliva pada dasar mulut, mukosa terasa lengket bila disentuh oleh jari atau ujung gagang instrumen, mukosa mulut terlihat memerah dan pada kasus yang lebih lanjut permukaan dorsal lidah terlihat berfisur dan berlobul.20,26

Ada beberapa pemeriksaan pada kelenjar saliva yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis. Pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan jumlah sekresi saliva, sialografi, dan biopsi.20 Pemeriksaan jumlah sekresi saliva atau sialometri dapat dilakukan dengan menampung saliva selama 3-5 menit dengan penampung saliva. Laju aliran saliva normal yang tidak distimulasi secara keseluruhan sekitar 0,15 ml/menit. Pemeriksaan sialometri yaitu pengumpulan saliva total (whole saliva) dapat dilakukan saat pasien beristirahat (unstimulated), atau pada saat pasien melakukan aktivitas (stimulated).27

Sialografi dan biopsi dilakukan untuk membantu diagnosis penyebab xerostomia. Sialografi merupakan gambaran radiografis dari kelenjar saliva beserta duktusnya. Sialografi dilakukan untuk memeriksa apakah ada penyumbatan atau kerusakan pada duktus yang mengakibatkan terjadinya xerostomia. Biopsi terhadap kelenjar saliva biasanya dilakukan untuk membantu diagnosis xerostomia akibat Sjorgren’s syndrome.25,27

2.2.3 Perawatan Xerostomia

(28)

14

mengunyah permen karet yang mengandung xylitol.20 Bila keluhan mulut kering disebabkan pemakaian obat-obatan, maka mengganti obat dari kategori yang sama akan dapat mengurangi pengaruh mulut kering. Pada keadaan berat dapat digunakan bahan pengganti saliva.21

2.3 Xerostomia pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 1 selama 10 tahun sebesar 16% dan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebesar 54% dengan durasi yang sama.3 Perbedaan prevalensi ini diakibatkan karena penderita diabetes mellitus tipe 2 pada umumnya berusia lebih tua, sudah memiliki banyak komplikasi diabetes dan mengonsumsi lebih banyak obat yang bisa mengakibatkan timbulnya xerostomia. Beberapa penelitian pada penderita diabetes mellitus tipe 2 juga menunjukkan adanya sensasi mulut kering yang berhubungan dengan penurunan laju aliran saliva, baik pada keadaan terstimulasi maupun tidak terstimulasi.3,13,21

(29)

15

tipe 2 yang terkontrol jarang terjadi hiperglikemia sehingga hanya sedikit penderita yang mengalami xerostomia sebaliknya pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol penderita akan mengalami hiperglikemi dan poliuria sehingga dapat menyebabkan xerostomia pada dirinya .1

(30)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia.1 Penelitan hingga tahun 2011 menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus diperkirakan mencapai 350 juta orang di seluruh dunia, dimana negara yang memiliki persentase tertinggi adalah Cina dan India. Di Indonesia jumlah orang yang menderita diabetes mellitus mencapai 5,6 juta orang.2

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit sistemik yang memiliki banyak sekali komplikasi.1 Komplikasi yang lebih parah ditemukan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol dibandingkan dengan penderita yang diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol dan penderita diabetes mellitus tipe 1.3 Komplikasi diabetes dapat terjadi pada mata, ginjal, saraf, hati, pembuluh darah dan juga rongga mulut.4 Pada rongga mulut diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit periodontal, kandidiasis oral, karies gigi, xerostomia dan sialosis.5

(31)

2

kesehatan mulut penderitanya, xerostomia menyebabkan sulit untuk mengunyah maupun menelan makanan dan meningkatkan resiko terjadinya karies.4,7

Penelitian yang dilakukan oleh Sreebny dkk pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di New York pada tahun 1991, menunjukkan bahwa 30% dari 40 subjek yang menderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami xerostomia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Khovidkhunkit dkk di Thailand pada tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengalami xerostomia sebesar 62% dari 154 subjek yang menderita diabetes mellitus tipe 2.8,9 Penelitian yang dilakukan oleh Harijanti dkk pada tahun 2006 di Surabaya, menemukan 76% dari 50 subjek yang menderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami xerostomia.10

Penelitian yang pernah dilakukan di Medan untuk melihat prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dilakukan pada tahun 2007 oleh Syukri di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian Syukri menggunakan anamnesis dengan kuesioner. Hasil penelitian ini menemukan 49% dari 100 subjek yang menderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami xerostomia dan persentase penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami xerostomia lebih besar pada diabetes mellitus 2 yang tidak terkontrol yaitu sebesar 35% sedangkan pada yang terkontrol sebesar 14%.11

(32)

3

melakukan penelitian kembali tentang prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan dengan metode penelitian yang berbeda yaitu dengan melakukan pemeriksaan klinis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penting untuk diketahui:

Berapakah prevalensi xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi xerostomia pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

(33)

4 1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi dokter gigi, mahasiswa kedokteran gigi, dan masyarakat mengenai xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

(34)

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA

DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: Junaydi Kuintus S NIM : 080600064

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2014

Junaydi Kuintus S

Prevalensi Xerostomia Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H.Adam Malik Medan

ix + 33 Halaman

(36)

penelitian menunjukkan jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Subjek paling banyak berumur 46-50 tahun. Prevalesi xerostomia pada penderita diabetes mellitus sebesar 59%. Berdasarkan kontrol metabolik, penderita diabetes mellitus tidak terkontrol lebih sering mengalami xerostomia (49%) dibandingkan dengan penderita diabetes mellitus yang terkontrol (10%). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi xerostomia pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan sebesar 59%.

(37)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Oktober 2014

Pembimbing : Tanda tangan

(38)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 30 Oktober 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Nurdiana, drg., Sp.PM

(39)
(40)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tersayang yaitu Ayahanda Alm Jannes Situmorang dan Ibunda Pesta Silalahi yang senantiasa mendoakan, menyayangi, dan mendukung penulis. Penulis juga mengucapkan rasa sayang yang mendalam kepada seluruh keluarga atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(41)

vi

3. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di FKG USU.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah memberikan masukan, saran dan bantuan kepada penulis.

5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalani kuliah.

6. Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik Medan, Kepala Instalasi Litbang RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf, dan Kepala Poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

7. Kekasih tersayang dr. Yunita Manurung yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis yaitu Lamser, Rahmat, Ferry, Gideon, Johan, Chandra, Martin dan Harnaldes yang telah membantu dan memotivasi penulis, serta teman-teman seangkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(42)

vii

khususnya Departemen Ilmu Penyakit Mulut, serta pengembangan ilmu di kalangan masyarakat.

Medan, Oktober 2014

Penulis

(43)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

(44)

ix

2.2.1.7 Defesiensi Nutrisi dan Hormonal... 11

2.2.1.8 Kesehatan Umum Menurun dan Penyakit Sistemik ... 12

2.2.2 Diagnosis Xerostomia ... 13

2.2.3 Perawatan Xerostomia ... 14

2.3 Xerostomia Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 14

2.4 Kerangka Teori ... 16

(45)

x

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 19

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 19

3.5 Kerangka Konsep ... 20

3.6 Variabel Penelitian ... 20

3.7 Definisi Operasional ... 20

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ... 21

3.9 Prosedur Penelitian ... 21

3.9.1 Cara Pengumpulan Data ... 21

3.9.2 Cara Pengolahan Data ... 22

3.10 Analisis Data ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

(46)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 23

2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur ... 24

3. Distribusi Persentase Xerostomia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 24

4. Distribusi Persentase Xerostomia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

(47)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lembar Persetujuan Setelah penjelasan

Persetujuan Etik Penelitian

Surat Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
Tabel 4. Distribusi Persentase Xerostomia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR BAGIAN LAYANAN PENGADAAN. KELOMPOK KERJA (POKJA)

“ Motivasi belajar mahasiswa akan meningktat setelah mengikuti acara dari sng motivator Mario Teguh.. Buat kesimpulan dari

[r]

TRAJECTORY PLANNING FOR PERIODIC STEADY-STATE MOTION The dynamic model developed above was used in [13] to design feasible periodic trajectories that extend beyond the static

My personality as a hard worker, a fast learner type of person would bring benefit to STMIK Teknokrat and having skill in computer application, accounting, programming,

Tabel 4.3 Kepemilikan SIUP Menurut Sektor 41 Tabel 4.4 Kepemilikan SIUP Menurut Skala Usaha 41 Tabel 4.5 Kepemilikan NPWP Menurut Sektor 42 Tabel 4.6 Kepemilikan NPWP Menurut Skala

[r]

[r]