• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Concept Journaling Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Concept Journaling Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP"

Copied!
288
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Quasi Eksperimen di SMP Negeri 23 Kota Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Fahrunnisa

NIM : 1111017000086

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Syarif Hidayatullah Jakarta, Novenber 2016.

Penelitian mempunyai tujuan untuk 1) Mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan Concept Journaling, 2) Mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan ekspositori, 3) Membandingkan kedua strategi tersebut terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain two group randomized subject posstest only. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 23 Tangerang dengan sampel berjumlah 42 untuk kelas eksperimen dan 42 untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen instrumen berupa tes berbentuk essay untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa yang meliputi tiga indikator, yaitu: 1) drawing, 2) written text, 3)

mathematical expression.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata posstest kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan denganconcept journalinglebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan Concept Journaling sebesar 62,5 dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi siswa yang diajar dengan ekspositori adalah sebesar 43,26 (Zhitung = 2,9 dan Ztabel= 1,65). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar dengan menggunakan concept journaling lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan ekspositori.

(6)

ii

The research aims to 1) describe the mathematical communication skills of students who are taught by Concept Journaling, 2) describe the mathematical communication skills of students who are taught by expository, 3) Comparing both strategies towards a mathematical communication skills of students. The method used in this research is a quasi-experimental design with two groups randomized subject posstest only. Sampling was conducted using cluster random sampling technique. The experiment was conducted at SMPN 23 Tangerang sample was 42 students for the experimental class and 42 students control class. Retrieving data using instruments such as the form of an essay test to measure

students’ mhatematical communication skills which includes three indicators,

namely: 1) drawing, 2) written text, 3) mathematical expression.

The results showed that the average value posstest mathematical communication skills of students who are taught by the concept journaling better than mathematical communication skills of students who are taught by expository. This shows that there is a positive influence on the use of concept journaling of mathematical communication skills of students. This matter visible from the mean score of the results test students mathematial communication skill who taught with Concept Journaling is 62,5 and the mean score of the results test students mathematial communication skill who taught with expository is 43,26 (Zcount =

2,9 and Ztable = 1,65). Conclusion the results of this research that mathematics

(7)

iii

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Concept Journaling Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP” dengan lancar. Sholawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw, sebagai teladan bagi insan di muka bumi.

Skripsi ini merupakan tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih telah membantu tersusunnya skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangakan waktu, serta memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Ibu selalu berada dalam kemuliaan-Nya.

5. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangakan waktu, serta memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Bapak selalu berada dalam kemuliaan-Nya.

6. Ibu Eva Musyrifah, S.Pd, M.Si, selaku dosen penasihat akademik.

(8)

iv

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

10. Kedua orang tua (Umi dan Abi) yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, doa serta dukungan finansial yang tiada hentinya kepada penulis. 11. Suami tercinta (Sandika Yoga Pratama) dan buah hati tersayang (Zakir

Abqory AL Khawarizmi) yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, serta doa yang tiada hentinya kepada penulis.

12. Ibu Ani Ruhiani, S.Pd, selaku Guru Matematika SMP Negeri 23 Tangerang yang telah membimbing penulis untuk melakukan penelitian di sekolah ini. 13. Kaka (Zahrotul Wardah) serta empat orang adik (Inayah Ats’tsaqafiyah,

Arfan Zidni,Irfan Zidni, dan Abdan Syakura) yang telah memberikan doa, motivasi, inspirasi, dan bantuan yang tiada hentinya kepada penulis.

14. Sahabat sekaligus teman seperjuangan (Indriany Zuningsih, Aditya Esa Septiantara, Ririn Aria Yanti) dan teman-teman P.MTK angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan membantu penulis.

15. Rika Adelia dan Dessy Julita Sari yang telah mengajarkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi.

16. Sahabat (Mona Sylviana Dewi dan Putri Nastiti Sintya Dewi) yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Akhir kata, Penulis sadar bahwa skripsi ini masih perlu banyak saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, November 2016

(9)

v

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... .. x

Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Perumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

Bab II. Kajian Teori dan Pengujian Hipotesis A. Deskripsi Teoritik 1. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa... 10

2. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik... 12

3. Strategi PembelajaranConcept Journaling a. PengertianConcept Journaling... 14

b. Kelebihan dan KekuranganConcept Journaling... 15

c. Langkah-langkahConcept Journaling... 16

d. TujuanConcept Journaling... 19

4. Strategi Pembelajaran Ekspositori a. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori... 20

b. Langkah-langkah Penerapan Strategi Ekspositori... 20

c. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori... 21

d. Desain PembelajaranConcept Journaling dan Ekspositori..…. 22

(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

B. Metode dan Desain Penelitian... 27

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi... 28

2. Sampel... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Instrumen Penelitian... 29

1. Validitas... 31

2. Reliabilitas... 31

3. Taraf Kesukaran... 32

4. Daya Pembeda... 33

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas... 34

b. Uji Homogenitas... 36

2. Uji Hipotesis... 37

G. Hipotesis Statistik... 40

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data... 41

a. Data Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen... 42

b. Data Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Kontrol... 44

2. Analisis Data... 45

a. Uji Normalitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematik... 46

b. Uji Mann-Whitney... 47

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 48

(11)

vii

C. Keterbatasan Penelitian... 61 Bab V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan... 62 B. Saran... 64

(12)

viii

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian... 27

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik.... 30

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik... 31

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas... 33

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran... 34

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Beda... 34

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Data... 35

Tabel 4.1 Hasil Posttest Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen... 43

Tabel 4.2 Hasil Posttest Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Kontrol ... 45

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas... 47

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Mann-Whitney... 48

Tabel 4.5 Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 50

(13)

ix

Eksperimen... 44

Gambar 4.2 Kurva HasilposttestKemampuan Komunikasi Matematik Kelas Kontrol... 46

Gambar 4.3 Siswa Menggambar Jaring-Jaring... 49

Gambar 4.4 Rangkuman Siswa... 50

Gambar 4.5 Siswa Mempresentasikan Jurnalnya... 51

Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Soal... 51

Gambar 4.7 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Komunnikasi Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 53

Gambar 4.8 Perbandingan Rata-rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen dan Kontrol... 55

Gambar 4.9 Jawaban terbanyak yang diberikan siswa kelas eksperimen... 57

Gambar 4.10 Jawaban terbanyak yang diberikan siswa kelas kontrol... 57

Gambar 4.11 Jawaban terbaik yang diberikan siswa kelas eksperimen... 58

Gambar 4.12 Jawaban terbaik yang diberikan siswa kelas kontrol... 58

Gambar 4.13 Jawaban terbanyak yang diberikan siswa kelas eksperimen... 59

Gambar 4.14 Jawaban terbanyak yang diberikan siswa kelas kontrol... 59

Gambar 4.15 Jawaban terbaik yang diberikan siswa kelas eksperimen... 60

Gambar 4.16 Jawaban terbaik yang diberikan siswa kelas kontrol... 60

Gambar 4.17 Jawaban terbaik yang diberikan siswa kelas eksperimen... 61

(14)

x

Matematika Siswa... 66

Lampiran 3 Soal Pra Penelitian Komunikasi Matematika... 67

Lampiran 4 Rencana Pembelajaran Kelas Eksperimen... 68

Lampiran 5 Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol... 100

Lampiran 6 Materi Bangun Ruang Sisi Datar... 124

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kertas Eksperimen... 136

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol... 198

Lampiran 9 Instrumen Test Uji Coba Kemampuan Komunikasi Matematika... 228

Lampiran 10 Perhitungan Validitas Instrumen... 230

Lampiran 11 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen... 233

Lampiran 12 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Instrumen... 235

Lampiran 13 Perhitungan Uji Daya Beda Soal... 237

Lampiran 14 Soal Instrumen... 239

Lampiran 15 Jawaban Instrumen... 241

Lampiran 16 NilaiposttestSiswa Kelas Eksperimen... 246

Lampiran 17 NilaiposttestSiswa Kelas Kontrol... 247

Lampiran 18 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok Eksperimen... 248

Lampiran 19 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok Kontrol... 251

(15)

xi

(16)

1

Dalam proses pembelajaran matematika, berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi matematis perlu ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajaran matematika yaitu sebagai cara mengomunikasikan gagasan secara praktis, sistematis, dan efisien.1

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk sebuah soal yang mengukur kemampuan komunikasi matematik dengan kategori soal sulit yaitu secara internasional soal tersebut dijawab benar oleh 27% siswa, tetapi di Indonesia hanya 14%.2 Pada hasil penelitian yang dilakukan PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012 menunjukan bahwa hasil skor rata-rata prestasi matematik siswa Indonesia yaitu 375, menempatkan siswa Indonesia pada peringkat ke 64 dari 65 negara peserat studi.3Dengan skor siswa Indonesia yang hanya 375 menunjukan bahwa siswa Indonesia berada pada kemampuan matematika level 1, dari masalah aspek mathematical communication yang diujikan Indonesia mendapat skor yang rendah. Dalam level ini menunjukan kemampuan komunikasi matematika Indonesia tergolong rendah.4

Sebagai data pendukung dari rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa, peneliti melakukan observasi terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa SMP Negeri 23 Kota Tangerang bulan Januari 2016, dari 42 jumlah keseluruhan siswa, hasil instrumen soal yang diberikan menunjukan bahwa keseluruhan siswa memiliki kemampuan komunikasi yang rendah. Soal yang adalah sebagai berikut: Lima orang anak bernama Rara, Sisi, Kiki, Caca,

1

Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 217.

2

Stephen Provasnik, Highlight From TIMSS 011 Mathematics and Science Achievment of U.S. Fourth-and Eight-Grade Student in a International Context, 2012, h. 18

3

Angel Gurria,PISA 2012 Result in Focus: What 15-year-olds Know and What They Can Do Whit What They Know, (US: OECD, 2014), h. 19

4

(17)

dan Gigi berlomba lari pada lapangan yang berbentuk persegi dan panjang sisinya 20 m. Sudut-sudut lapangan dinamakan sudut A, B, C, dan D. Semua anak mulai lari dari titik A dan berakhir di titik yang berbeda-beda sebagai berikut: Rara di titik D, Sisi di titik tengah sisi CD, Kiki di titik C, Caca di titik tengah sisi BC, dan Gigi di titik B. Andaikan kondisi jalan yang ditempuh sama dan lintasan lari berbentuk garis lurus. Gambarlah rute lari ke lima anak tersebut?

(18)

merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematik; 3) siswa juga tidak dapat memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi. Pada kemampuan komunikasi matematika, maka kemampuan written textyaitu kemampuan siswa untuk memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, model situasi atau persoalan menggunakan tulisan, konkrit, rumus, grafik, dan aljabar. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.

Kemampuan komunikasi matematika sangat perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran matematik, sebab kemampuan ini akan berdampak banyak kepada siswa untuk mengkomunikasikan permasalahan matematika terutama dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan akan simbol-simbol dan juga informasi-informasi yang terdapat dalam matematika akan membantu siswa untuk dapat memahaminya. Tapi pada pelaksanaannya, siswa jarang diberikan kesempatan untuk dapat mengutarakan ide-ide yang dimilikinya, sehingga ini berdampak kepada rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

David J. Schwartz, dalam bukunya The Magic Of Thingking Big menyatakan bahwa : kita tidak berpikir dalam kata-kata dan frasa. Kita hanya berpikir dalam gambar dan citra. Kata-kata adalah bahan mentah dari pola pikir. Ketika sesuatu diucapkan atau dibaca, bentuk Anda otomatis mengubah perkataan dan frasa menjadi gambaran pikiran yang berbeda.5

Dalam QS. An Nisa ayat 63

ﻻ ْ ﻮَﻗ ْﻢِﮭِ ﺴُﻔْﻧَأ ﻲِﻓ ْﻢُﮭَﻟ ْ ﻞُﻗَو ْﻢُﮭْﻈ ِﻋَ و ْﻢُﮭْﻨَﻋ ْ ضِﺮْﻋَﺄَﻓ ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓ ﺎَﻣ ُ ﱠ ﷲ ُﻢَﻠْﻌَﯾ َ ﻦﯾِﺬﱠﻟا َ ﻚِﺌَﻟوُأ ﺎًﻐﯿِﻠَﺑ

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang

berbekas pada jiwa mereka”.

5

(19)

Qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Setiap siswa memiliki pemikirannya sendiri, maka dengan adanya kemampuan komunikasi matematik ini guru dapat melihat sejauh mana pola pikir siswa tentang pemahaman terhadap suatu materi tertentu.

Kemampuan komunikasi matematis penting dimiliki oleh setiap siswa dengan beberapa alasan mendasar, yaitu: (1) kemampuan komunikasi matemamatis menjadi kekuatan sentral bagi siswa dalam merumusan konsep dan strategi; (2) kemampuan komunikasi matematis sebagai modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika; (3) kemampuan komunikasi matematis sebagai wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, berbagai pikiran.6

The Principles and Standards states that “Students who have opportunities,

encouragement, and support for speaking, writing, reading, and listening in mathematics slasses reap dual benefits: they communicate to learn mathematics,

and they learn to communicate mathematically” (NCTM, 2000).7 Agar kemampuan komunikasi matematika siswa dapat berkembang, kemampuan pemahaman matematik siswa juga perlu ditingkatkan, yang oleh Jacobsin dkk. (1996) disebutkan perlu pengembangan pemahaman matematika (mathematical knowledge), yaitu pemahaman terhadap konsep, prinsip, dan strategi penyelesaian.8

Mengingat pentingnya kemampuan komunikasi matematik yang harus dimiliki siswa, maka diperlukan upaya untuk menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika. Dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, Sanjaya menyatakan bahwa9, di muka

6

Susanto,op. cit., h. 214.

7

George Cathcart, dkk,Learning Mathematics, (Canada: Canada International Development Agency, 2008), h. 12.

8

Susanto,op. cit.,h. 194.

9

(20)

bumi dijelaskan bahwa kurikulum memilih dua dimensi yang sama pentingnya, yakni kurikulum sebagai pedoman dan kurikulum sebagai implementasi. Kurikulum sebagai pedoman berfungsi sebagai acuan atau juga dinamakan dokumentasi kurikulum; sedangkan kurikulum sebagai implementasi adalah aktualisasi dari kurikulum sebagai pedoman itu, oleh sebab itu, maka implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan guru dan proses belajar yang dilakukan di dalam ataupun di luar kelas.

Mengajar adalah komunikasi antara dua orang atau lebih di mana antara keduanya terdapat saling memengaruhi melalui pemikiran-pemikiran mereka dan belajar sesuatu dari interaksi itu.10Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Jika si pelajar pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung satu arah, dan komunikasi itu tidak efektif.

DalamQS. Al Isra’ ayat 28

اًرﻮُﺴْﯿَﻣ ﻻ ْ ﻮَﻗ ْﻢُﮭَﻟ ْ ﻞُﻘَﻓ ﺎَھﻮُﺟ ْ ﺮَﺗ َﻚﱢﺑَ ر ْ ﻦِﻣ ٍﺔَﻤ ْ ﺣ َ ر َءﺎَﻐِﺘْﺑا ُﻢُﮭْﻨَﻋ ﱠ ﻦَ ﺿِﺮْﻌُﺗ ﺎﱠﻣِإَ و ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari

Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura–ucapan yang mudah”.Qaulan maisuraartinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku. Maka dalam mengajar yang komunikatif harus juga memperhatikan kata-kata yang diucapkan, jangan sampai perkataan itu tidak dapat dimengerti siswa yang menyebabkan kepasifan siswa dalam belajar.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, pembelajaran di kelas tidak bervariasi karena hanya menggunakan metode ceramah dan terkadang dengan menampilkan slide dari tampilan proyektor sehingga, siswa tidak dapat berperan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Konsep yang diterima siswa dalam penyampaian materi oleh guru juga tidak dapat secara maksimal dipahami siswa. Proses interaksi berupa

10

(21)

tanya jawab juga tidak berjalan baik. Bentuk soal yang diberikan kepada siswa hanya berupa soal-soal rutin saja sehingga siswa tidak tertantang untuk menyelesaikan soal-soal non rutin yang mungkin akan memberikan pengaruh untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa. Hal ini akan menyebabkan siswa tidak berkembang dalam hal mengasah kemampuan pengetahuan yang dimiliki. Sehingga proses belajar yang seperti ini masih menjadi kendala.

Proses belajar yang baik akan memberikan hasil belajar yang maksimal bagi siswa. Proses belajar yang baik salah satunya dilakukan dengan menentukan strategi pembelajaran untuk siswa. Seperti halnya pemain sepak bola, untuk memperoleh kemenangan maka, pelatih senantiasa memikirkan strategi bermain dengan baik supaya pemain dapat memanfaatkan secara maksimal kemampuan yang dimiliki. Dengan ketepatan penggunaan strategi bermain, maka akan menghasilkan penampilan yang baik pula saat di lapangan ketika bertanding dengan lawan. Maka dari ilustrasi di atas dapat kita simpulkan bahwa, strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.11

Salah satu strategi yang tepat digunakan untuk memahami kemampuan komunikasi matematik siswa adalah strategi yang membuka pikiran siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan symbol, grafik, gambar, atau dengan menggunakan rumus matematika di dalam proses pembelajaran. Strategi yang mampu mengkomunikasikan persoalan sehari-hari ke dalam bentuk pemodelan atau ide matematika. Strategi yang peneliti temukan untuk membantu siswa dalam memahami kemampuan komunikasi matematik adalah denganconcept journaling.

Concept Journaling adalah jenis strategi pembelajaran menggunakan grafik organizer, refleksi jurnal, ide, gambar, simbol, atau teknik lain yang tepat untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran, konsep, atau topik, dalam hal ini

11

(22)

yang berkaitan dengan matematika.12 Keunggulan penggunaan concept journalingsebagai alternatif solusi dari masalah yang ada adalah denganconcept journaling siswa dituntut untuk menuangkan ide-ide hasil pemikiran mereka sendiri dengan menggunakan simbol, grafik, tabel, rumus matematika, terhadap permasalahan sehari-hari kedalam bentuk tulisan berupa jurnal.

Dari uraian latar belakang diatas maka ada hubungan antara strategi pembelajaran concept journaling terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Oleh karena itu peneliti mengambil masalah ini sebagai bahan untuk menulis skripsi yang berjudul ”Pengaruh Concept Journaling terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Model pembelajaran yang digunakan tidak bervariatif, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran di kelas sehingga kurang memberikan konstribusi yang maksimal terhadap keaktifan siswa.

3. Kurangnya penanaman konsep materi, sehingga siswa tidak memahami materi dengan maksimal.

4. Proses interaksi berupa tanya jawab tidak berjalan baik.

5. Bentuk soal yang diberikan kepada siswa hanya berupa soal-soal rutin, belum memberikan soal-soal terkait dengan kemapuan komunikasi matematik.

12

(23)

C. Pembatasan Masalah

Agar peneliti terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sesuai dengan judul skripsi sebagai berikut:

1. Pengaruh Concept Journaling terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa SMP.

2. Fokus kemampuan komunikasi matematik siswa pada penelitian ini, yaitu

Written Text, Drawing,danMathematical Expression.

3. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 23 Tangerang kelas VIII. 4. Materi yang akan disampaikan adalah bangun ruang sisi datar.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaiman diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan

Concept Journaling?

2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan ekspositori?

3. Bagaimana perbandingan kedua strategi tersebut terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa?

E. Tujuan penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Concept Journaling terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa SMP. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan denganConcept Journaling.

(24)

3. Membandingkan kedua strategi tersebut terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang pengaruh Concept Journaling terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa dapat memberikan konstribusi sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Sebagai pedoman sekaligus menambah pengetahuan tentang pembelajaran matematika dengan menggunakanConcept Journalingdalam mempersiapkan diri menjadi seseorang pendidik profesional.

2. Bagi guru

Khususnya bagi guru mata pelajaran matematika, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan Concept Journaling.

3. Bagi pembaca

(25)

10

1. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Pada dasarnya, komunikasi adalah transmisi dari satu orang ke satu orang, di mana pengirim maupun penerimanya spesifik.1Pada saat proses pembelajaran di kelas, komunikasi terjadi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, juga antara siswa dengan sumber belajar lainnya, seperti buku dan media pembelajaran. Menurut Garbner “Komunikasi dapat didefinisikan sebagai social interactionmelalui pesan-pesan.”2

Sardiman mengemukakan komunikasi (secara konseptual) yaitu memberitahukan (dan menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran dan nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama. Suwito menjelaskan kata komunikasi (bahasa Inggris: Communication) berasal dari kata kerja Latin “communicare”, yang berarti ”berbicara bersama, berunding, berdiskusi dan berkonsultasi, satu sama lain”. Kata ini erat hubungannya dengan kata Latin ”communitas”, yang tidak hanya berarti komunitas/masyarakat sebagai satu kesatuan, tetapi juga berarti ikatan berteman dan rasa keadilan dalam hubungan antara orang-orang satu sama lain.3

Devito mengungkapkan komunikasi sebagai:

“the act, by one or more persons, of sending and receiving messages distorted by noise, within a context, with some effect and with some opportunity for feedback. The communication act, then, would include the following components: context, source(s), receiver (s), message, channels, noise, sending or enconding processes receiving, docoding processes, feedbackandeffect.”Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses

1

Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana PrenadamediaGroup, 2014), h. 125.

2

Ibid.,h. 30-31.

3

(26)

penyampaian atau proses encoding, penerima atau proses dekoding, arus balikdanefek.4

Menurut The Intended Learning Outcomes, komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan.5

Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, di mana terjadi pengalihan pesan, dan pesan yang dialihkan berisikan tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah.6Standar komunikasi matematik adalah menitikberatkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep matematika.7

There are two aspects to mathematics as communication. First, mathematics is a language. Like English, French, or any other language, mathematics has words (symbols), and semantic and syntactical rules, and conveys meaning throught the way these symbols and rules are used. On the other hand, the use of language within mathematics can be a powerful determinant of what is learned, how it is learned, and how concepts are taught.8

Dari definisi-definisi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan pengungkapan pikiran seseorang terhadap sesuatu melalui ucapan lisan maupun tulisan. Komunikasi dalam matematika juga menjadi aspek yang penting dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan komunikasi, ide-ide siswa akan tersalurkan dengan baik melalui kegiatan pembelajaran yang menarik minat siswa.

4

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 5.

5

Husna, dkk., Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair-Share (TPS),Jurnal Peluang, Vol 1 No 2, April 2013, h. 85.

6

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group), h. 213

7

Jhon A. Van de Walle,Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 4.

8

(27)

Melalui kemampuan komunikasi matematis ini siswa dapat mengembangkan pemahaman matematika bila menggunakan bahasa matematika yang benar untuk menulis tentang matematika, mengklarifikasi ide-ide dan belajar membuat argument serta merepresentasikan ide-ide matematika secara lisan, gambar dan simbol.

2. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik

Beberapa kriteria yang dipakai dalam melihat seberapa besar kemampuan siswa dalam memiliki kemampuan matematis pada pembelajaran matematika adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh NCTM, sebagai berikut:9

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual. 2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide

matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.

3. Kemampuan menggunakan istilah, notasi matematika dan struktur-strukturnya unutk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan odel situasi.

Kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematik diantaranya adalah:10

1. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa simbol, idea, atau model matematik.

2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan. 3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematik.

4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis. 5. Membuat konjektur menyusun argumen, merumuskan definisi, dan

generalisasi.

6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.

9

Susanto,op. cit., h. 215

10

(28)

Menurut Sumarno, kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam hal-hal, sebagai berikut:11

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi.

7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Components of communication that are impoetant in mathematics are:12 1. Talking

Class presentations, discussion of strategies, results of surveys, cooperative group work.

2. Reading

Tables, charts, statistics on sports page, menu, children’s literature where

math is involved. 3. Listening

Others’ solution, class reports, directions, other strategies.

4. Representing

Graph, tables, charts. Words, symbols, manipulative. 5. Writing

Logs, letters, journals, reports.

11

Susanto,op. cit.,h. 215

12

(29)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga indikator, yaitu:13

1. Written Text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan tulisan, konkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi.

2. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide matematik.

3. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

3. Concept Journaling

a. PengertianConcept Journaling

Concept Journaling is a type of learning strategy using graphic organizers, journal reflection, idea, drawing, symbols, or other appropriate techniques to communicate and express thoughts, concepts, or topics, in this case as they relate to mathematics.14

Concept Journaling as a type of writing activity using prompts that incorporate graphs, charts, real-world situations, mathematical formulas, diagrams, images, symbols text, or other appropriate resources for the student to reflect, communicate, and express mathematical ideas through writtig.15

Concept Journaling is a writing activity that can bridge real world application and writting for overall deeper mathematical understanding.16

13

Gusni Satriawati. Pembelajaran dengan PendekatanOpen-endeduntuk Meningatkan

Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP.Algoritma,Vol 1 No 1, 2006, h. 111.

14

Dan R. Saurino. Concept Journaling to Increase Critical Thinking Dispositions and Problem Solving Skills in Adult Education.The Journal of Human Resource and Adult Learning Vol. 4, Num. 1, June 2008.H.171

15

Steele, Amber, "Investigating Student Learning and Perceptions Through Concept Journaling: An Exploratory Case Study in Coordinate Algebra." Dissertation, Georgia State University, 2015. h. 34

16

(30)

Konsep merupakan batu pembangun berpikir yang merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi.17 Menurut Rosser, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.18

Conceptual knowledge consists of relationships that connect a number of mathematical ideas or concepts.19

Jurnal merupakan sebuah cara untuk membuat komunikasi tertulis sebagai bagian dari mengerjakan matematika. Jurnal merupakan sebuah tempat bagi siswa unutk menuliskan beberapa hal seperti:20

a. Pemahaman konseptual dan kemampuan pemecahan soal, termasuk gambaran ide-ide, penyelesaian, menjustifikasi soal, grafi, bagan, dan pengamatan.

b. Pertanyaan mereka mengenai topik yang sedang hangat, ide yang mereka butuhkan untuk mengembangkan ide, atau sesuatu yang tidak mereka pahami dengan baik.

c. Perasaan mereka mengenai aspek-aspek matematika, kepercayaan diri mengenai pemahaman mereka, atau ketakutan mereka berbuat salah. b. Kelebihan dan KekuranganConcept Journaling

1) KelebihanConcept Journaling

a) Siswa belajar dengan membangun hubungan ide dengan memanfaatkan pengetahuan mereka sebelumnya dan pengalaman yang mereka miliki. b) Menciptakan ruang bagi siswa untuk berdiskusi mengenai hubungan

yang bermakna dengan menggunakan beberapa sumber daya.

c) Memberikan kesempatan untuk membangun (mencari) makna dalam konteks melalui komunikasi dengan teman sebaya serta saling tukar menukar pendapat pribadi dan ide-ide.

17

Ratna Wilis Dahar,Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 62.

18

Ibid., h. 63

19

Cathcart, dkk,op. cit., h. 14.

20

(31)

d) Dipandang sebagai pengalaman yang berarti untuk memperdalam pemahaman mereka tentang matematika menggunakan aplikasi dunia nyata.

e) Dilihat oleh siswa sebagai media untuk mengembangkan kesadaran diri dalam membuat catatan pribadi.

f) Siswa menyatakan rasa koneksi ke matematika melalui penggunaan konsep kegiatan menulis journal.21

2) KekuranganConcept Journaling

a) Kurangnya pengamplikasian dalam dunia nyata.

b) Jawaban yang diberikan sisiwa harus berupa tulisan yang selanjutnya akan dipresentasikan.

c) Kurangnya siswa dalam memanfaatkan sumber daya.

d) Keterbatasan siswa dalam menuangkan ide disebabkan karena jawaban siswa harus berupa tulisan, sehingga bagi siswa yang sukar menuangkan ide lewat tuisan akan mengalami kesulitan.22

c. Langkah-langkahConcept Journaling

Strategi pembelajaranconcept journaling pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam proses belajar dikelas karena pada strategi ini siswa diminta untuk mengembakan ide-ide baru maupun pengetahuan yang telah dimiliki dengan memanfaatkan sumber daya yang ada ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan grafik, tabel, diagram, simbol, maupun rumus. Adapun langkah-langkah pelaksaan pembelajaran dengan menggunakanconcept journalingini yaitu:

a) Perencanaan

Pada tahapan ini peneliti mengembangkan pertanyaan berupa masalah yang akan diberikan sebagai pokok bahasan materi. Pada tahap ini yang dilakukan siswa (di dalam kelas) adalah menentukan ide pokok yang memungkinkan siswa menghasilkan pengetahuan tentang materi baru dari permasalahan yang diberikan.

21

Amber,op. cit., h. abstract

22

(32)

b) Pengumpulan data

Pada tahap ini siswa berpikir (berdiskusi) tentang ide-ide baru dalam kelompok. Peneliti memonitoring pekerjaan siswa.

c) Intervensi

Pada tahap ini siswa diminta untuk membuat jurnal yang kemudian dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari atau dari pengalaman yang sudah ada berupa tulisan yang juga membantu siswa dalam memanfaatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam menungangkan ide dan pemikiran mereka.

d) Refleksi dan penyesuaian intervensi

Masing-masing kelompok ditanya tentang apa yang sudah mereka pelajari dan juga tentang jurnal yang dibuat untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.

e) Siklus refleksi

Pada tahap ini peneliti memberikan post-test kepada siswa untuk dapat mengetahui sejauh mana pemahaman tentang materi yang diajarkan.23

Berikut akan digambarkan tahapan penggunaan strategi pembelajaran denganConcept Journaling.

[image:32.612.113.514.210.697.2]

Tabel 2.1

Kegiatan Guru dan Siswa dalam Strategi PembelajaranConcept Journaling

No. Tahap

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Perencanaan

Guru membangkitkan semangat belajar siswa dengan membuka berbagai saran dan ide-ide hasil pemikiran siswa tentang materi yang akan dipelajari.

Siswa menentukan ide-ide pokok yang memungkinkan siswa menghasilkan pengetahuan tentang materi baru dari permasalahan yang diberikan.

Guru menumbuhkan suatu konsep tertentu terhadap materi baru. Pemberian konsep dapat berupa:

 Memberikan contoh dalam masalah sehari-hari.

 Mendefinisikan ciri

Siswa mengikuti pelajaran dengan mendengarkan, dan menjawab serta bertanya jika ada hal yang masih tidak bisa dipahami.

23

(33)

khusus terhadap sesuatu dengan bahasa yang dapat dimengerti siswa sesuai dengan kelas dan usia siswa.

 Memberikan

pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang lalu maupun tentang sesuatu yang baru agar dapat membangkitkan siswa untuk menjawab dan bertanya balik. Guru memberikan permasalahan tentang masalah yang sesuai dengan pokok bahasan materi kepada siswa.

Siswa menyiapkan semua sumber daya yang ada untuk membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

2. Pengumpulan data

Guru membagikan siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 2 orang.

Semua siswa duduk dalam kelompok.

Guru bertindak sebagai fasilitator dan bergerak aktif da;am memonitoring siswa dalam menyelesaikan permasalahan.

 Siswa berpikir

(berdiskusi), menuangkan ide-ide baru yang

cemerlang ke dalam kelompok.

 Siswa memanfaatkan sumber daya.

 Siswa memanfaatkan aplikasi dari kecanggihan teknologi yang dimiliki.

 Siswa menggambungkan pengetahuan dari berbagai ide yang dimiliki siswa dan pengalaman belajar terdahulu untuk dapat digunakan dalam menyelesaikan

permasalahn yang baru diberikan.

[image:33.612.121.512.104.708.2]
(34)

3. Intervensi

Guru membimbing siswa untuk dapat mampu membuat jurnal dari hasil pemikiran-pemmikiran mereka pada tahap pengumpulan data.

Siswa menuangkan ide-ide hasil olah pikir mereka dengan bahasa sendiri terhadap masalah yang diberikan,yang kemudian dikembangkan juga dari permasalahan sehari-hari maupun dari pengalaman yang sudah ada ke dalam tulisan yang menarik, yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi baru.

4. Refleksi dan

penyesuaian intervensi

Guru bertindak sebagai eksekutor, yang bertugas untuk memberikan pertanyaan kepada siswa untuk membuat garis besar kesimpulan dari

permasalahan terhadapat materi yang baru diberikan.

 Siswa mempresentasikan hasil pemikiran dalam diskusi kelompok yang dilakukan sebelumnya di depan kelas.

 Siswa bersama guru membuat satu kesimpulan besar terhadap permasalahan dari materi yang baru dipelajari.

5. Siklus refleksi

Guru mengumpulkan semua jurnal yang sudah siswa selesaikan dan menaruhnya kedalam file yang dimiliki masing-masing siswa, sehingga semua jurnal yang sudah kerjakan terkumpul rapi untuk kemudian dinilai dan dibagikan kembali kepada siswa ketika pelajaran berakhir dipertemuan selanjutnya.

Masing-masing siswa mengumpulkan jurnal yang sudah selesai kedalam file jurnal yang siswa miliki kepada guru untuk memperoleh nilai.

Guru memberikan posttest kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.

Siswa mengerjakan posttest yang diberikan guru.

d. TujuanConcept Journaling

a) Mengeksplorasi pikiran, makna, dan bahasa siswa. b) Memeriksa pemahaman siswa.

(35)

4. Pembelajaran Ekspositori a. Pengertian Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.24Beberapa karakteristik strategi ekspositori, yaitu:25

1) Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mendefinisikannya dengan ceramah.

2) Materi pelajaran yang biasa disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.

3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar bagaimana cara untuk dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

b. Langkah-langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Langkah-langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:26 1. Persiapan (preparation)

Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.

2. Penyajian (presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan.

3. Korelasi (correlation)

24

Wina Sanjaya,Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet-4, h. 189

25

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet-7, h. 179

26

(36)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.

4. Menyimpulkan (generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan.

5. Mengaplikasikan (application)

Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru.

c. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori Keunggulan dan kelemahan strategi ekspositori, yaitu:27 1. Keunggulan

a. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.

b. Dianggap sangat efektif apabila metaeri pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. c. Siswa dapat mendengar melalui menuturan (kuliah) tentang suatu materi

pelajaran dan juga dapat melihat atau mengobeservasi (melalui pelksanaan demonstrasi).

d. Bisa digunakan untuk jumlah siswa san ukuran kelas yang besar. 2. Kelemahan

a. Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

b. Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampun, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

c. Akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

27

(37)

d. Keberhasilan pembelajarannya sangat bergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan pengetahuan mengelola kelas. e. Kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi

pembelajaran akan sangat terbatas pula.

d. Desain PembelajaranConcept Journalingdan Ekspositori

[image:37.612.113.518.255.711.2]

Berikut tabel perbandingan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan concept journaling dan menggunakan pembelajaran ekspositori.

Tabel 2.2

Perbandingan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakanconcept journalingdan menggunakan pembelajaran

ekspositori.

No. Kegiatan Pembelajaran

Concept Journaling Ekspositori

1. Perencanaan

Guru memberikan masalah

Persiapan

Guru menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran.

2. Pengumpulan data

Siswa menyelesaikan masalah yang diberikan dengan

bersumber dari buku, internet, dan nara sumber.

Penyajian

Guru menyampiakan materi kepada siswa.

3. Intervensi

Siswa membuat rangkuman secara garis besar dengan menggunakan bahasa sendiri atau pun yang mudah dimengerti, mengenai pokok masalah yang diberikan.

Korelasi

Menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan pengetahuan terdahulu yang dimilki siswa.

4. Refleksi dan siklus intervensi Siswa mempresentasikan hasil rangkuman yang telah dibuat. Guru dan siswa lain memerikan pertanyaan dan membuat kesimpulan.

Mengaplikasikan

(38)

5. Siklus refleksi

Guru memberikan posttest kepada siswa setiap 2 kali pertemuan sekali.

Menyimpulkan

Membuat kesimpulan terhadap materi yang diberikan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan peneliti, yaitu :

1. Faoziah (2013) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatan kemampuan Komuniakasi Matematis Siswa (penelitian Quasi Eksperimen di SMP Jayakarta). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.28

2. Dan R. Saurino (2008), Concept Journaling to Increase Critical Thinking Dispositions and Problem Solving Skil in Adult Education. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan berpikir kritis terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan yang lebih pemecahan (yaitu masalah kata) masalah terjadi. Meskipun hanya ada dan kemampuan memecahkan masalah. Penelitian terus berhubungan dengan konsep journaling dan strategi dan sedikit peningkatan nilai rata-rata lebih dari studi jangka pendek ini, ada respon positif signifikan terhadap penambahan journaling responsif dan mencatat mempengaruhi disposisi berpikir kritis teknik yang sama akan ditunjukkan.29

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah concept journaling meningkatkan kemampuan berpikir kritis terutama yang berkatan dengan pemecahan masalah dan pembelajaraan dengan kooperatif dengan menggunakan Peta Konsep meningkatkan kemampuan komunikasi matematis 28

Faoziah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatan kemampuan Komuniakasi Matematis Siswa (penelitian Quasi Eksperimen di SMP Jayakarta). Tahun 2013

29

(39)

siswa sehingga, dengan menggunakan concept jouraling juga diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.

C. Kerangka Berpikir

Kurangnya kemampuan komunikasi matematik siswa disebabkan oleh pembelajaran di kelas tidak bervariasi karena hanya menggunakan metode ceramah dan terkadang dengan menampilkan slide dari tampilan proyektor sehingga, siswa tidak dapat berperan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Konsep yang diterima siswa dalam penyampaian materi oleh guru juga tidak dapat secara maksimal dipahami siswa. Proses interaksi berupa tanya jawab juga tidak berjalan baik. Bentuk soal yang diberikan kepada siswa hanya berupa soal-soal rutin saja sehingga siswa tidak tertantang untuk menyelesaikan soal-soal non rutin yang mungkin akan memberikan pengaruh untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa. Kesemua penyebab itu memungkinkan siswa untuk tidak dapat berkomunikasi mengutarakan ide dan pemikiran mereka tentang matematika.

Penerapan strategi pembelajaran concept journaling dalam pembelajaran matematika dapat memberikan pengaruh positif untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa khususnya dalam penelitian ini berpacu kepada 3 indrikator yaitu: yang pertamaWritten Text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan tulisan, konkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi; kedua Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide matematik; dan ketigaMathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

(40)

mendukung. Pengetahuan tersebut selanjutnya dikomunikasikan dalam bentuk-bentuk lisan melalui presentasi maupun tulisan dengan jurnal, yang dapat diketahui melalui jawaban yang diberikan kepada masalah yang diberikan kepada mereka. Adapun langkah dalam penerapanconcept journalingyaitu: perencanaan, pengumpulan data, intervensi, refleksi dan penyesuaian refleksi, serta siklus refleksi.

[image:40.612.112.511.237.561.2]

Berikut gambaran kerangka berpikir peneliti dalam bentuk bagan.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Langkah-langkah tersebut dijabarkan sebagai melalui proses penanaman konsep yang diberika peneliti saat pembelajaran dimulai selanjutnya dengan berbagia pemikiran dan ide-ide terbuka yang diutarakan siswa. Proses pembelajaran dari langkah-langkah penerapan strategi concept journaling dapat dihubungkan dengan kempuan komunikasi matematik siswa. Salah satu yang terlihat jelas ketika siswa mengutarakn ide hasil pemikiran mereka, pada langkah itu kemampuan komunikasi matematika siswa yang didapat adalah kemampuan

Kemampuan Komunikasi Matematika Strategi Pembelajaran

(41)

untuk memberikan jawaban dengan bahasa sendiri. Ide yang dihasilkan lalu mereka tulis dalam jurnal berupa simbol-simbol, grafik, diagram, maupun rumus matematika, dimana kemampuan komunikasi matematika dapat diperoleh seluruhya.

D. Hipotesis Penelitian

(42)

27

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 23 Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Kiai Maja No.2 Panunggangan Utara, Pinang, Tangerang City. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-eksperimen, yaitu desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Pemilihan metode didasarkan pada keinginan peneliti untuk melihat pengaruh antara penerapan concept journaling terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa dengan cara membandingkan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya mengguanakan strategi concept journaling (kelas eksperimen) dengan kemampuan komunikasi siswa yang pembelajarannya mengunakan strategi pembelajaran ekspositori (kelas kontrol).

[image:42.612.193.507.601.666.2]

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Posttest Only Control Design dengan mengambil dua kelas/kelompok secara random untuk dijadikan kelompok kontrol dan eksperimen. Rancangan penelitian tersebut digambarkan pada Tabel 3.12

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Post Tes

Eksperimen X1 O1

Kontrol X2 O2

1

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 77 2

(43)

Keterangan: O = Possttes

X1 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran

concept journaling

X2 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori

Penelitian dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adanya kelas kontrol ini adalah sebagai pembanding sejauh manakah terjadi perubahan akibat perlakuan terhadap kelas eksperimen. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan perangkat yang dikembangkan peneliti yaitu perangkat pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran

concept journaling. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan secara konvensional dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.

C.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 23 Kota Tangerang yang terdiri dari 11 kelas. Hal ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kemampuan siswa pada kelas tersebut sama dan tidak ada kelas yang unggulan.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.3 Setelah dilakukan sampling terhadap 11 kelas yang memiliki karakteristik yang sama, selanjutnya dipilih 2 kelas secara random dan diperoleh sampel adalah kelas VIII.H sebagai kelompok kontrol yang dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dan kelas VIII.G sebagai kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaranconcept journaling.

3

(44)

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan memberikan tes. Tes ini akan diberikan kepada siswa sesudah perlakuan terhadap dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan bentuk soalnya berupa soal essay yang disesuaikan dengan indikator kemampuan komunikasi matematik yang akan diukur.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi matematik. Pemberian tes dilakukan unuk memperoleh data tentang kemampuan komunikasi matematik. Tes yang digunakan berupa tes uraian, yang akan diberikan untuk kelas kontrol dan juga kelas eksperimen setelah proses pembelajaran tentang materi yang diinginkan peneliti selesai.

[image:44.612.116.548.252.706.2]

Adapun indikator yang dapat diukur melalui tes uraian kemampuan komunikasi matematik siswa akan dijelaskan sebagaiaman terdapat pada Tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

No Indikator Soal

Kemampuan Komunikasi Matematik (no. Soal)

Jumlah Butir

Soal Mathematical

Expression

Drawing Written

Text

1. Menentukan bangun ruang dengan menyebutkan unsur-unsurnya.

1 1

2. Menyelesaikan masalah dengan menghitung volume balok

2a 2b 2

3. Menghitung volume prisma trapesium yang diketahui sisi-sisinya

(45)

4. Menyelesaikan masalah dengan menghitung total biaya dari luas permukaan kubus.

4 1

5. Menghitung luas permukaan prisma tegak segitiga dan limas segiempat beraturan.

5a; 6a 5b; 6b 5c; 6c 6

6. Menghitung luas permukaan kubus, jika diketahui volume kubus lainnya.

7a 7b 7c 3

Jumlah Butir Soal 5 4 6 15

[image:45.612.112.548.100.701.2]

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik, diperlukan rubrik peneilaian sebagai acuan pemberian skor pada setiap indikator soal. Berikut ini rubrik penskoran tes kemampuan komunikasi matematik:

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

No Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik No. Soal

Rubrik Penilaian Sko

r

Skor maks

1. Drawing 2a, 5b, 6b, 7b

Benar keduanya 5

[image:45.612.121.547.106.343.2]

5 Gambar benar, label titik salah 2,5 Gambar salah, label titik benar 2,5

Salah keduanya 0,25

Tidak menjawab 0

2. Mathematical Expression 3a,

5a, 6a, 7a

Menyebutkan dengan benarsemua yang diketahui

5

5 Menyebutkan dengan benar sebagian dari

yang diketahui

3 Salah dalam menyebutkan yang diketahui 0,25

Tidak menjawab 0

3. Written Text 1,2b, 3b, 4, 5c, 6c, 7c

Rumus benar, hitungan benar sampai akhir. 5

5 Rumus benar, hitungan benar sebagian. 4

Rumus benar, hitungan tidak ada. 3

Rumus salah 1

(46)

Tes yang akan diberikan harus memenuhi persyaratan instrumen tes yang baik. Uji coba dilakukan dengan selanjutnya dianalisis setiap butir soalnya untuk memperoleh validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal. Analisis instrumen yang dilakukan adalah:

1. Validitas

Validitas adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.4 Uji coba istrumen tes kemampuan komunikasi matematik adalah dengan menggunakan validitas butir soal. Maka untuk perhitungan validitas butir soal, akan dilakukan dengan menggunakan rumus

Product Moment dari Pearson. Perhitungan korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:5

=

Σ − (Σ ) (Σ )

{ Σ − (Σ ) } { Σ − (Σ ) } Keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasi.

N = jumlah responden X = skor butir soal Y = skor total

Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan di atas yaitu rxy atau bisa juga disebut rhitung dengan rtabel pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = n – 2, dengan ketentuan jika rhitung > rtabel berarti butir soal valid, sedangkan jika rhitung < rtabel berarti butir soal tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai. Artinya, kapan pun alat penelilaian tersebut

4

Sukardi,Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 122

5

(47)

digunakan akan memberi hasil yang relatif sama.6 Penggunaan reliabilitas untuk mengetahui kepercayaan hasil tes sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Jika hasil tes menunjukan hasil yang selalu sama maka tes tersebut dapat dikatakan reliabel atau tes tersebut memiliki kepercayaan yang tinggi. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes dalma bentuk uraian, maka peneliti menggunakan rumusAlpha Cronbach, yaitu:7

=

− 1 1 − Σ S

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes (valid) 1 = bilangan konstanta

∑ Si2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item St2 = varian total

[image:47.612.114.510.154.542.2]

Klasifikasi interpretasi reliabilitas yang digunakan sebagai berikut: Tabel 3.4

Kriteria Koefisien Reliabilitas8

Interval Koefisien Kriteria

0,00–0,199 Sangat rendah

0,20–0,399 Rendah

0,40–0,599 Sedang

0,60–0,799 Kuat

0,80–1,000 Sangat kuat

3. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:9

6

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 16

7

Arikunto,op. cit.,h.122

8

Sugiyono,op. cit.,h. 184

9

(48)

=

Keterangan:

P = Tingkat kesukaran

B = Jumlah skor yang diperoleh siswa JS = Jumlah skor ideal

[image:48.612.109.513.96.667.2]

Kategori tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:10 Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai P Tingkat Kesukaran

P < 0,3 Sukar

0,30≤ p ≤ 0,7 Sedang

P > 0,7 Mudah

4. Daya Pembeda

Daya beda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi.11 Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:12

= −

Keterangan:

D = Indeks daya beda

PA = Tingkat kesukaran kelompok atas PB = Tingkat kesukaran kelompok bawah

10

Sumarna Surapranata,Analisis , Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, h. 21

11

Arikunto,op. cit.,h. 226

12

(49)

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Beda13

Nilai D Daya Beda

0,00–0,20 Jelek (poor) 0,21–0,40 Cukup (saristifactory) 0,41–0,70 Baik (good) 0,71–1,00 Baik sekali (excellent)

[image:49.612.89.556.200.559.2]

Dari data hasil uji instrumen yang telah dilakukan maka rekapitulasi hasil perhitungan analisis instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Data

No. Item

Valiidtas Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Keterangan

Ket. rhitung r11= 0,765 (KUAT)

Kriteria DP Kriteria P

1. Valid 0,458 Cukup 0,24 Mudah 0,94 Dipakai

2a Valid 0,463 Cukup 0,29 Mudah 0,83 Dipakai

2b Valid 0,369 Jelek 0,17 Mudah 0,88 Dipakai

3a Valid 0,340 Cukup 0,27 Sedang 0,68 Dipakai

3b Valid 0,342 Cukup 0,25 Sedang 0,48 Dipakai

4 INVALID 0,290 Jelek 0,12 Mudah 0,88 Tidak dipakai

5a Valid 0,320 Jelek 0,18 Mudah 0,91 Dipakai

5b Valid 0,376 Jelek 0,17 Mudah 0,72 Dipakai

5c Valid 0,723 Baik

Sekali

0,73 Sedang 0,59 Dipakai

6a INVALID 0,267 Jelek 0,18 Mudah 0,90 Tidak dipakai

6b Valid 0,586 Baik 0,41 Mudah 0,75 Dipakai

6c Valid 0,619 Baik 0,57 Sedang 0,47 Dipakai

7a Valid 0,344 Cukup 0,25 Mudah 0,84 Dipakai

7b Valid 0,741 Baik 0,54 Sedang 0,65 Dipakai

7c Valid 0,723 Baik 0,67 Sedang 0,56 Dipakai

F. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka dilakukan analisis dari data yang diperoleh. Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan mengambil kesimpulan dari hipotesis yang diterima atau ditolak dengan

13

(50)

menggunakan perbedaan dua rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji-t. Sebelum dilakukan uji-t data terlebih dahulu dilakukan uji normalisasi dan uji homogenitas sebagai syarat boleh dilakukannya analaisis data dari sampel yang diperoleh.

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normlaitas ini dilakukan untuk menguji penyebaran data berdistribusi normal atau tidak. Jika ternyata penyebaran data berdistribusi normal maka selanjutnya dalam menguji kesamaan dua rata-rata dilakukan uji-t. Pengujian normalisasi data hasil penelitian dengan menggunakan Chi-Square, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:14

1) Perumusan hipotesis.

Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tak normal 2) Data dikelompokan ke dalam distribusi frekuensi

3) Menentukan proporsi ke-j (Pj)

4) Menentukan 100 PJ yaitu prosentase luas interval ke-j dari suatu distribusi normal melalui transformasi ke skor baku: =

5) Menghitung nilai hitung melalui rumus sbb:

= 1 0 0Σ

( − 1 0 0 ) 1 0 0

6) Menentukan pada derajat bebas (db) = k-3, dimana k banyaknya kelompok.

7) Kriteria pengujian

Jika ≤ maka H0diterima Jika > maka H0ditolak 8) Kesimpulan

≤ : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

14

(51)

> : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Apabila hasil pengujian menunjukan kesamaan varians maka untuk uji kesamaan dua rata-rata digunakan uji-t (apabila berdistribusi normal) dan digunakan varians gabungan. Apabila hasil pengujian menunjukan tidak homogen maka untuk uji kesamaan dua rata-rata digunakan uji-t (apabila berdistribusi normal) dan tidak digunakan varians gabungan.

Untuk menguji homegenitas varians dua buah variabel dapat menggunakan uji F. Formula statistik uji F diekspresikan sebagai berikut:15

1) Membuat hipotesis statistik H0: σ12= σ22

H1: σ12≠ σ22

2) Menghitung Fhitungdengan rumus:

= =

3) Menentukan taraf signifikan α = 0,05

4) Menentukan Ftabelpada derajat bebas db1= (n1– 1) untuk pembilang dan db2= (n2–1) untuk penyebut, dengan n = banyaknya anggota kelompok. 5) Kriteria pengujian

Jika Fhitung≤ Ftabel

Gambar

Kegiatan Guru dan Siswa dalam Strategi PembelajaranTabel 2.1 Concept
grafik, simbol, tabel,
Tabel 2.2Perbandingan kegiatan pembelajaran matematika dengan
Gambar 2.1Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Turnover karyawan, rasio manajer dan on stream factor telah sesuai dengan hasil penelitian bahwa peubah tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja keuangan PT pupuk

Tama, perkawinan antar-agama adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang, karena berbeda agama, menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa saat ini pengembangan pariwisata di Kampung Tablanusu sudah melibatkan partisipasi masyarakat lokal Kampung Tablanusu namun

Namun, permasalahannya disini adalah suhu pada pemicu yang diberikan berada diluar jangkauan suhu dari parameter antoine sehingga kita tidak bisa menggunakan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis zat aditif dengan konsentrasi zat aditif berpengaruh terhadap nilai keteguhan rekat kayu laminasi.. Hasil

follows a global offshore development strategy of customer solutions using traditional code-centric Software Engineering methodologies Based on such approaches, the code is

Kemudian pada tahun 1985, Al-Attas mendirikn ISTAC (International Institute of Islamic.. al-Attas berpandangan bahwa pengaruh Islam sangat besar di Nusantara. Islam telah

Dalam mengukur efisiensi transmisi kebijakan moneter pada perbankan konvensional menggunakan empat variabel yaitu, sertifikat bank indonesia, pasar uang antar bank,