• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA FOTO JURNALISTIK MENURUT PERSPEKTIF ISLAM DI MEDIA ONLINE DETIK.COM (ANALISIS SEMIOTIKA STUDI KASUS: RUBRIK NEWS KRIMINALITAS EDISI JANUARI 2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ETIKA FOTO JURNALISTIK MENURUT PERSPEKTIF ISLAM DI MEDIA ONLINE DETIK.COM (ANALISIS SEMIOTIKA STUDI KASUS: RUBRIK NEWS KRIMINALITAS EDISI JANUARI 2017)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA FOTO JURNALISTIK MENURUT PERSPEKTIF ISLAM DI

MEDIA ONLINE DETIK.COM

(Analisis Semiotika Studi Kasus: Rubrik News Kriminalitas Edisi Januari 2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) strata satu

pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Febriyani Dwi Putri Ramadhan

NIM : 20130710073

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI KOMUNIKASI DAN KONSELING ISLAM

(2)

ETIKA FOTO JURNALISTIK MENURUT PERSPEKTIF ISLAM DI

MEDIA ONLINE DETIK.COM

(Analisis Semiotika Studi Kasus: Rubrik News Kriminalitas Edisi Januari 2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) strata satu

pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Febriyani Dwi Putri Ramadhan

NIM : 20130710073

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI KOMUNIKASI DAN KONSELING ISLAM

(3)
(4)
(5)
(6)

v

MOTTO

“Maka Nikmat Tuhan Kamu yang manakah yang kamu

dustakan?”

(Ar-Rahman)

“Jangan Membanggakan dan menyombongkan

diri apa-apa yang

(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT Karya tulis ini saya persembahkan untuk :

1. Nenek ku tersayang, Ibu Kosidah (alm), Orang tua tercinta, Ibu Rokhaeni , Bpk. Agus Munif telah memberikan dukungan dan motivasi baik materi maupun non materi serta tak lelah untuk mendoakan aku sampai saat ini.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamin. Adapun pujian itu hanya milik Allah, Tuhan pemiik

Alam. Atas limpahan nikmat yang begitu besar kepada peneliti yang berupa kesehatan, rezeki yang alirannya lancar, dan begitu banyak nikmat Allah yang tidak sanggup peneliti menghitungnya.

Proses penyusunan skripsi ini memberi pelajaran kepada peneliti bahwa segala sesuatu yang diniatkan untuk kebaikan akan datang jalan kemudahan untuk menyelesaikan kebaikan yang kita niatkan. Termasuk mengumpulkan bahan, dan lain-lain yang dengan izin Allah semuanya dimudahkan.

Adapun tantangan dan hambatan yang peneliti hadapi, peneliti tidak menganggapnya sebagai hambatan, melainkan sebagai pijakan. Dengan sebab itu, tentu saja akan menaikkan manusia pada level tertentu setelah kita melaluinya dengan baik dan dengan kesabaran sikap. Hingga akhirnya peneliti skripsi ini dapat diselesaikan dalam tempo waktu yang sepadat-padatnya.

Segala bentuk bantuan, support, nasihat dan doa yang begitu indah mengalun kepada peneliti. Maka melalui secarik kertas ini peneliti menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

viii

3. Ustadz Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang tak pernah lelah menasehati serta memberi arahan kepada anak didiknya.

4. Bapak Imam Suprabowo, S.Sos.I.,M.Pd.I selaku dosen pembimbing dengan sabar membimbing, memberi masukan dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.

5. Ibu Twediana B Hapsari, Ph.D selaku penguji munaqosah dengan sabar dan tegas saat menguji dan memberi arahan dalam proses konsultasi revisi skripsi ini hingga sampai berbuah Acc.

6. Seluruh jajaran Dosen dan staff Fakultas Agama Islam yang telah memberikan ilmu serta dukungan kepada peniliti selama menempuh pendidikan hingga menyelesaikan tugas skripsi ini.

7. Hana Fauziana, Mauildina N.A, Sulis, Ayu Novita Dewi, Siti Fatimah Munawaroh, Firtya Maha Putri, terimakasih sudah menjadi temen selama di Yogyakarta ini dan mau berbagi keluh kesah selama di Universitas Muhammadiyah.

8. Lailati Nazula, Rahma Faizah, Winda Rahayu, Wahyu Indah Triyani, Asa Mulia, Nona Fadilah dan Nur Suci Aufa Dinina yang berjuang sama-sama untuk berhijrah di jalan Allah dan menyemangatkan ku sampai saat ini.

9. Kawan-kawan KKI 2013, all you guys, amazing. Persahabatan kita terasa begitu cepat, aku ingin lebih lama, tapi apa daya dunia telah menanti kita. Semangat kakak. 10.Dan semua pihak yang tidak mungkin saya tulis satu persatu di daam skripsi ini,

(10)

ix

Kepada semua pihak, peneliti mengucapkan jazakumullah khairan katsiran atas segala bantuan serta dorongan. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik dan berlimpah. Peneliti sebagai manusia biasa, tentunya mempunyai banyak kekurangan dan kekhilafan, karena itu peneliti mohon maaf atas segala kekeliruan.

Kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini selalu peneliti tunggu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 18 Mei 2017 Peneliti

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ...xv

ABSTRACT ... xvi

TRANSLITERASI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan dan Kegunaan...7

D. Sistematika Pembahasan ...8

(12)

xi

B. Kerangka Teori ...12

1. Foto Jurnalistik ...12

a. Pengertian ...12

b. Jenis-jenis ...15

c. Keunggulan ...17

d. Syarat ...18

2. Teori Semiotika ...19

a. Pengertian...19

b. Semiotika dalam fotografis ...25

3. Etika ...28

a. Pengertian ...28

b. Macam-macam ...29

c. Jenis-jenis ...31

d. Etika Pemutaran Gambar ...32

e. Kode Etik Pewarta Foto Indonesia ...35

f. Kode Etik Foto Jurnalistik Perspektif Islam ...39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...42

B. Subjek dan Objek ...43

C. Metode Pengumpulan Data ...44

D. Analisis Data Media Online ...46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ...48

1. Sejarah ...48

2. Keistimewaan ...50

(13)

xii

4. Struktur Organisasi ...51

5. Nilai ...51

6. Visi dan Misi ...52

B. Etika Foto Jurnalistik Umum dan Perspektif Islam ...52

C. Analisis Foto Metode Semiotik ...57

D. Persamaan dan Perbedaan ...82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...84

B. Saran ...85

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.0 Terduga Penganiaya Siswa SD Ini Mengaku Punya Ilmu Kebatilan...61

Gambar 4.1 Sidang kasus penyerangan pelajar hingga tewas di bantul tertutup...66

Gambar 4.2 Polisi limpahkan berkas bandit sadis di Ogan Ilir ke kejaksaan...70

Gambar 4.3 Buang bayi ke sungai, sepasang kekasih ini ditangkap polisi...74

(16)

xiii

ABSTRAK

Foto Jurnalistik adalah suatu aktivitas dokumentasi pengambilan gambar dalam sebuah peliputan berita melalui sebuah foto dan teks yang memperkuat berita tersebut dan menyampaikan beragam bukti berupa visual atas suatu peristiwa yang terjadi di lapangan dalam sebuah media, fotografi jurnalistik mulai berkembang pada abad 19 setelah fotografi ditemukan seiring perkembangan teknologi. Dalam pengelolaan media di tanah air, sesungguhnya ada aturan main yang menjadi acuan bagi setiap wartawan, yaitu lewat kode etik jurnalistik. Pedoman yang dimuat dalam kode etik jurnalistik secara umum adalah memberi arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan nilai-nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawanan. Dalam menulis berita dan mengambil foto untuk berita atau disebut foto jurnalistik. wartawan dituntut harus mempublikasikan berita dan foto jujur, obyektif dan didukung oleh fakta yang kuat.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang mucul, yaitu: Mengetahui apakah foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 memenuhi standarisasi etika foto jurnalistik umum dan menurut persfektif Islam dan Menjelaskan Perbedaan dan persamaan Etika Foto Jurnalistik Foto Jurnalistik Umum dan Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui observasi dan dokumentasi yang di analisis mengumpulkan teori semiotika oleh Charles Sanders Peirce. Dimana dilihat dari ikon, indeks dan simbol.

foto-foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 di media online Detik.com ditinjau dari katagori etika foto jurnalistik menurut umum dan perspektif Islam, dari sampel lima buah foto dari rubrik news kriminalitas mematuhi adanya etika atau peraturan-peraturan yang dibuat oleh pewarta foto. Dalam islam etika foto jurnalistik yang mengedepankan sifat kejujuran dan perkataan yang benar sasja dalam menyampaikan berita atau informasi seperti pada Surat al-ahzab ayat 70 serta seorang jurnalis meneliti kebenaran berita dan foto yang akan dipublikasika. Dengan mengunakan metode analisis semiotika teori Charles Sander Peirce yaitu dari sudut ikon, indeks dan simbol secara menyeluruh isi dari foto jurnalistik ini mengangkat kasus kriminal yang menampakan pelaku-pelaku tindakan kriminal

(17)

xiv

(18)

xvii

TRANSLITERASI

Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب Ba‟ B -

ت Ta T -

ث Sa S S (dengan titik di atas)

ج Jim J -

ح Hã H H (dengan titik di bawah)

خ Khã Kh -

د Dãl D -

ذ Zal Z Z (dengan titik di atas)

ر Ra‟ R -

ز Za‟ Z -

س Sin S -

ش Syin Sy -

ص Sad .s S (dengan titik di bawah)

ض Dad .d D (dengan titik di bawah)

ط Ta‟ .t T (dengan titik di bawah)

ظ Za‟ .z Z (dengan titik di bawah)

ع „Ain „ Koma terbalik ke atas

غ Gain G -

ف Fa F -

ق Qaf Q -

ك Kaf K -

ل Lam L -

م Mim M -

ن Nun N -

و Wawu W -

ه Ha‟ H -

ء hamzah „ apostrof

(19)
(20)

xiii

ABSTRAK

Foto Jurnalistik adalah suatu aktivitas dokumentasi pengambilan gambar dalam sebuah peliputan berita melalui sebuah foto dan teks yang memperkuat berita tersebut dan menyampaikan beragam bukti berupa visual atas suatu peristiwa yang terjadi di lapangan dalam sebuah media, fotografi jurnalistik mulai berkembang pada abad 19 setelah fotografi ditemukan seiring perkembangan teknologi. Dalam pengelolaan media di tanah air, sesungguhnya ada aturan main yang menjadi acuan bagi setiap wartawan, yaitu lewat kode etik jurnalistik. Pedoman yang dimuat dalam kode etik jurnalistik secara umum adalah memberi arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan nilai-nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawanan. Dalam menulis berita dan mengambil foto untuk berita atau disebut foto jurnalistik. wartawan dituntut harus mempublikasikan berita dan foto jujur, obyektif dan didukung oleh fakta yang kuat.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang mucul, yaitu: Mengetahui apakah foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 memenuhi standarisasi etika foto jurnalistik umum dan menurut persfektif Islam dan Menjelaskan Perbedaan dan persamaan Etika Foto Jurnalistik Foto Jurnalistik Umum dan Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui observasi dan dokumentasi yang di analisis mengumpulkan teori semiotika oleh Charles Sanders Peirce. Dimana dilihat dari ikon, indeks dan simbol.

foto-foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 di media online Detik.com ditinjau dari katagori etika foto jurnalistik menurut umum dan perspektif Islam, dari sampel lima buah foto dari rubrik news kriminalitas mematuhi adanya etika atau peraturan-peraturan yang dibuat oleh pewarta foto. Dalam islam etika foto jurnalistik yang mengedepankan sifat kejujuran dan perkataan yang benar sasja dalam menyampaikan berita atau informasi seperti pada Surat al-ahzab ayat 70 serta seorang jurnalis meneliti kebenaran berita dan foto yang akan dipublikasika. Dengan mengunakan metode analisis semiotika teori Charles Sander Peirce yaitu dari sudut ikon, indeks dan simbol secara menyeluruh isi dari foto jurnalistik ini mengangkat kasus kriminal yang menampakan pelaku-pelaku tindakan kriminal

(21)

xiv

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebebasan pers dan kode etika jurnalistik nyaris merupakan istilah yang paling kerap disebut para akademi komunikasi, aktivis dan pengawalan media ketika berbicara mengenai media dan jurnalisme di era pasca orde baru. Ibarat mimpi yang baru saja menjadi kenyataan, dua istilah itu menjadi ―buah bibir‖ setelah 32 tahun kebebasan pers hanya jadi jarkon. Sehingga kedua istilah juga mulai mengalami kebebasan pers dan kode etik jurnalistik makin simpang siur karna keduanya

ditempatkan sebagai ‗istilah sakral’ karena begitu mudah diucapkan seperti barang

yang di obral, pihak yang merasa kecewa, dengan kinerja pers pasca orde baru juga dengan mudah menyalahkan kebebasan pers. Terhadap media potografis, mereka bilang: inilah dampak kebebasan pers. Terhadap pengelola media ― Kepala Batu‖

terhadap kritik, mereka bilang: Inilah akibat kode etik yang ―Banci‖ sebuah umpatan

spontan tapi ironis.1 Perkembangan media terus mengelami perubahan, mengikuti zaman irama penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi informasi. Banyak cara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi atau mengemukakan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain.2

Sebagaimana fungsi pers adalah informasi (to inform) berarti mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya tentang segala sesuatu yang ingin dan harus diketahui oleh masyarakat luas. Setiap informasi yang disampaikan hendaknya harus memenuhi kriteria dasar yaitu anatara lain; aktual, akurat, faktual,

1

Amir Effendi Sirenggar, Kebebasan dan Kode Etik Jurnalistik (Yogyakarta: UII Pers, 2004), hlm. Vii 2

(23)

benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur, adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis dan sebagainya. Tidak sekadar menginformasikan, berita yang disebarluaskan hendaknya juga dalam kerangka mendidik (to educate), education value-nya jangan sampai terlupakan. Selain itu, berita yang disampaikan sedapat mungkin juga dijadikan sebagai kontrol sosial (to control) terhadap fenomena yang ada di masyarakat, dengan begitu masyarakat akan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan sosialnya. Sedangkan untuk fungsi menghibur (toentertain), kinerja pers harus dapat menyuguhkan sebuah informasi yang menarik, menghibur sekaligus menyehatkan. Oleh karena itu, jurnalistik lebih kepada seni dan keterampilan dalam meliput, mengolah dan mempublikasikan berita daripada sekadar menyebar luaskan berita.3

Dalam media online saluran termudah untuk mengekpresikan berita dan foto jurnalistik. Situs berita dan sejenisnya memajang foto jurnalistik. Kecepatan yang mendeteksi siaran berita televisi. Internet meakukan update gambar lebih cepat ketimbang media cetak.4 Beberapa situs berita adalah ―hidangan‖ dalam bentuk lain dari media yang tercetak kecepatan dalam publikasi misal Detik.com ini.

Sedangkan kelebihan dari media online karena sifatnya adalah mempunyai fungsi interaktif dalam arti informasi yang dipublikasikan selalu up to date, kejadian atau peristiwa yang terjadi di lapangan dapat langsung di upload ke dalam situs web media online ini, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari, seperti yang terjadi pada media elektronik atau media cetak.

Analisis semiotika dipilih untuk menyelesaikan penelitian ini. Berkenaan dengan foto jurnalstik, analisis semiotika merupakan upaya untuk mempelajari

3 Limatus Sauda’,

Etika Jurnalistik Perspektif Al-Qur’an, Dalam Jurnal Dakwah Dakwah & Komunikasi,

ESENSIA, Vol. 15, No. 2, September 2014 (Yogyakarta : Pascasarjana UIN, 2014). hlm 162 4

(24)

hakikat tentang keberadaan suatu tanda di mana semua perilaku manusia yang membawa makna atau fungsi sebagai tanda. Analisis semiotika Charles Sander Pierce adalah salah satu tokoh yang mengembangkan pendekatan semiotika, menurut Pierce adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dalam teori segetiga (triangle meaning) yaitu:

Ikon : ikon adalah hubungan kemiripan atau kesamaan antara tanda dan acuanya. Ikon adalah tanda yang muncul dari perwakilan fisik. Misalnya, patung manga di Indramayu adalah ikon kota Indramayu, patung pangeran diponogoro adalah icon pangeran diponogoro, sedangkan gedung sate adalah ikon dari kota Bandung.

Indeks : yaitu tanda yang muncul dari hubungan sebab akibat. Istilah lain untuk indeks yaitu sinyal atau gejala. Misalnya, awan gelap sebagai tanda akan hujan.

Symbol : yaitu tanda yang muncul dari kesepakatan. Misalnya, lampu lalulintas berwarna merah berarti kendaraan harus berhenti.5

Foto Jurnalistik adalah suatu aktivitas dokumentasi pengambilan gambar dalam sebuah peliputan berita melalui sebuah foto dan teks yang memperkuat berita tersebut dan menyampaikan beragam bukti berupa visual atas suatu peristiwa yang terjadi di lapangan dalam sebuah media, fotografi jurnalistik mulai berkembang pada abad 19 setelah fotografi ditemukan seiring perkembangan teknologi. Dalam foto jurnalistik terdapat jenis foto salah satunya Foto Hard News adalah foto jurnalistik yang sangat penting, memiliki nilai aktualitas tinggi. Foto seperti ini biasanya dimuat di halaman utama atau rubrik utama majalah berita.6

5

Yasraf Amir Piliang, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), hlm. 16-17 6

(25)

Pemberitaan dengan menggunakan unsur foto jurnalistik pada media online berperan untuk mempengaruhi para pembaca, agar keaktualan berita dapat dipercaya terhadap peneguhan pengetahuan dari pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya, member baru, menambah wawasan pengetahuan dan bentuk opini. Foto jurnalistik mampu merekam sesuatu secara cepat, objektif, hingga membuat cocok untuk menyajikan peristiwa yang mengandung berita dan informasi. Dengan foto jurnalistik maka isi dari berita biasa bisa tersirat terlebih dahulu jauh lagi foto jurnalistik dapat menampilkan berbagai keadaan, lingkungan suasana, perasaan dan aksi secara lengkap akurat.

Dalam pengelolaan media di tanah air, sesungguhnya ada aturan main yang menjadi acuan bagi setiap wartawan, yaitu lewat kode etik jurnalistik. Pedoman yang dimuat dalam kode etik jurnalistik secara umum adalah memberi arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan nilai-nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawanan. Dalam menulis berita dan mengambil foto untuk berita atau disebut foto jurnalistik. wartawan dituntut harus mempublikasikan berita dan foto jujur, obyektif dan didukung oleh fakta yang kuat. Dengan demikian diharapkan jangan sampai wartawan mempublikasikan berita atau foto yang di muat berbohong atau fitnah yang bisa berakibat fatal bagi pihak yang diberitakan.7

Foto jurnalistik sebagai salah satu teknik komunikasi visual yang dapat memberikan nilai estetika (keindahan) dan artistic (seni) harusnya juga memiliki aturan-aturan atau etika tersendiri dalam penerbitnya. Dan dalam proses penerbitan foto jurnalistik, setiap media online memiliki kebijakan atau parameter tersendiri.

7

(26)

Setiap media massa memiliki aturan dan kebijakan yang mereka buat untuk mengatur tentang penerbitan foto jurnalistik tersebut.

Standar etika foto jurnalistk yang layak di muat telah tertera jelas dalam rumusan Pewarta Foto Indonesia (PFI) dan juga pada kode etik jurnalistik. Aturan tersebut dirancang guna mengatur pemuatan foto jurnalistik agar tidak melanggar dari kode etik Pewarta Foto Indonesia dalam setiap pemuatan atau publikasinya. Karena dalam pemuatan foto jurnalistik memiliki batasan-batasan yang jelas dan ketat sehingga wartawan akan tahu batasan-batasan tersebut, dalam hal ini wartawan harus paham betul terhadap aturan-aturan tersebut. Kebebasan pers bukan diartikan sebagai pers yang sebebas-bebasnya namun terdapat aturan yang terkait didalam kebebasan pers tersebut, system pers yang Indonesia yang merujuk pada system pers tanggung jawab social juga secara tersirat menerangkan bahwa setiap kegaiatan atau pekerjaan harus mampu dipertanggung jawabkan dari sudut pandang diri sendiri dan masyarakat luas pada umumnya. Begitu pula pada media online Detik.com dalam setiap penerbitan gambar pasti seharusnya sudah dipertimbangkan dengan matang hal-hal yang sudah masuk dalam aturan penerbitan gambar yang akan di publikasikan.

Mengapa peneliti memilih detik.com pada penelitianya, menurut blooglok Detik.com adalah media online yang pertama di Indonesia, Detik.com menepati peringkat pertama dalam ukuran jumlah pembaca. Dalam sehari, Detik.com menerima kunjungan pembaca rata-rata 1.395.354 dan jumlah halaman yang dikunjungi sebanyak 3.488.285 halaman.8 Pada rubrik news kriminalitas, gambar-gambar yang ditampilkan harus menurut etika yang dibuat oleh pewarta foto Indonesia. Peneliti ini dilakukan pada foto berita di Detik.com pada rubrik news kriminalitas edisi 2017, dengan sample 5 (lima) buah foto dalam rubrik news kriminalitas edisi januari 2017.

8

www.blogooblok.com/2015/10/ini-penghasilan-12-media-online.html?=1 diakses pada 10 mei 2017 Jam

(27)

Dalam Islam, etika yang dijadikan dasar nilai-nilai yang terkandung adalah

al-Qur’an. Al-Quran sebagai wahyu telah memberikan prinsip-prinsip dasar tentang

etika komunikasi, termasuk etika foto jurnalistik. Etika foto jurnalistik dalam perspektif Al-Qur’an diantaranya sperti, Teliti kebenaran tentang sumber berita (Q.S Al Hujurat ayat 6), tidak berprasangka buruk (An-Nur ayat 19) dan tidak mencela, memaki dan mengumpat (Al Hujurat ayat 11).9

Dengan demikian foto berita di Detik.com sangat menarik dikaji, dimana pada media online tersebut, mayoritas menampilkan foto-foto yang aktual dan bersifat umum. Seperti foto yang menggambarkan berita pada peristiwa tragedi pembunuhan Pulomas.10

Hal ini yang membuat penulis ingin mengetahui dan mengumpas lebih jauh etika foto jurnalistik di Detik.com pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017. Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk membahas atau mangajukan judul penelitian : “ETIKA FOTO JURNALISTIK MENURUT

PERSPEKTIF ISLAM DI MEDIA ONLINE DETIK.COM (Analisis Semiotika

Studi Kasus: Rubrik News Kriminalitas Edisi Januari 2017)”.

B. Rumusan Masalah

Pokok masalah atau fokus penelitian ini terkait dengan Etika Foto Jurnalistik Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com.

Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

9

Sri Ayu Astuti, Kebebasan Pers dan Etika Pers Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Genta Publising, 2015), hlm. viii

10

https://m.detik.com/news/tragedipembunuhanpulomas.com, Diakses pada 3 Maret 2017 Jam 09:21

(28)

1. Bagaimana foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 di media online Detik.com ditinjau dari katagori Etika Foto Jurnalistik menurut umum dan perspektif Islam?

2. Apa perbedaan dan persamaan Etika Foto Jurnalistik Umum dan Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang mucul, yaitu:

1) Mengetahui apakah foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 memenuhi standarisasi etika foto jurnalistik umum dan menurut persfektif islam 2) Menjelaskan Perbedaan dan persamaan Etika Foto Jurnalistik Foto Jurnalistik

Umum dan Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com.

Kegunaan penelitian memuat 2 (dua) hal, yaitu kegunaan teoritik dan kegunaan praktis di antaranya:

1) Secara Teoritik

Secara teoritik penelitian ini akan bermanfaat bagi para pewarta fotod dan para wartawan media online dalam mengambil gambar untuk berita untuk di publikasikan di media online atau cetak.

2) Secara Praktis

(29)

D. Sistematika Pembahasan

Untuk memepermudah penyususnan dan pembahasan skripsi, penulis membagi sistematika pembahasan kedalam beberapa bagian. Hal ini dilakukan agar pembahasan saling terkaitan dan menghasilkan penelitian dan penyusunan yang utuh dan sistematis. Maka penelitian tentang Etika Foto Jurnalistik Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com (Anaisis Semiotika pada Studi Kasus: Rubrik News Kriminalitas Edisi Januari 2017) disusun dengan sistematika berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika pembahasaan.

BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab ini memuat tinjuan pustaka tentan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti atau skripsi karya orang serta berisi teori-teori yang menunjang penelitian ini.

BAB III METOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metode-metode penelitian yang dirujuk oleh peneliti.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN

Bab ini menggambarkan tentang gambaran umum detik.com, sekilas

(30)

ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada foto jurnalistik di media online Detik.com

BAB V PENUTUP

Bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Kemudian

(31)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJUAN PUSTAKA

Banyak hal didapat dengan membaca, bahkan Allah Swt, menurunkan ayat yang pertama, adalah perintah untuk membaca, yakni surah Al-’Alaq ayat 1-5. Pada kajian ini peneliti tidak menjelekan pewarta foto jurnalistik tetapi ingin mengetahui secara jelas tentang Etika Foto Jurnalistik Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com. Adapun kajian yang pernah dilakukan oleh peneliti yang lain yaitu:

Pertama, Penelitian yang berkaitan dengan Etika Foto Jurnalistik Menurut Perspektif Islam sudah banyak dilakukan oleh peneliti, diantaranya oleh Irwan Abdullah Ririn Yanuar dan Timbul Haryono (2011), yang berjudul Kode Etik Jurnalistik Dalam Praktik Foto jurnalisme: Kasus Kampanye Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia. Penelitian ini ditunjukan bahwa foto jurnalistik telah dimanfaatkan secara intensif oleh pemilik modal yang juga calon-calon presiden dan wakil presiden. Foto – foto mereka tidak ditampilkan apa adanya dalam surat kabar, akan tetapi dikomposisikan sesuai dengan tujuan dan citra yang ingin dibangun oleh para calon. Dalam tekanan kelangsungan hidup media yang berat, dan dunia yang berubah menjadi lebih pragmatis, serta kompetisi yang semakin ketat antar media, maka media

secara perlahan kehilangan sifat ―independennya‖. Media hidup dari pesanan-pesanan

dan dari hal-hal yang sederhana berupa iklan hingga pesanan nilai, dan kepentingan yang diusung oleh hadirnya suatu surat kabar.1

1

(32)

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Irwan Abdullah, Ririn Yanuar dan Timbul Haryono karena penelitian ini fokus pada kode etik jurnalistik dalam praktik foto jurnalisme Kasus Kampanye Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia.

Kedua, Penelitian lain berbeda dengan penelitian oleh Limmatus Sauda’ (2013), yang berjudul Etika Jurnalistik Perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaitkan etika jurnalistik umum dengan persepktif Al-quran dengan surat surat tertentu yang mengaitkan dengan etika jurnalistik tersebut. Penelitian ini akan menjelaskan metode pengkajian al-Qur’an dengan menggunakan metode Tafsir

Double Movement. Sebuah pendekatan baru yang menekankan pada kesadaran pada teks (text), konteks (context), dan kontekstualisasi al-Qur’an yang bersifat historis

menyebabkan munculnya gagasam dan teori hermeneutik (metode penafsiran). Teori ini menjadi kerja usaha yang sangat mendesak untuk dikembangkan dalam memahami makna al-Qur’an secara utuh.2

Penelitian yang di lakukan Limatus Sauda’ berbeda dengan penelitian ini

karena penelitian ini fokus pada etika jurnalistik perspektif al-Qur’an.

Dan terakhir, Skripsi karya Hady Cahyanda, Analisis Simiotika Foto Jurnalistik Pada Media Online Suarabobotoh.com Bandung Edisi Foto Persib Juara 9 November 2014, Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah foto-foto berita yang diangkat media online Suarabobotoh.com Bandung edisi foto Persib Juara 9 November 2014 memenuhi standarisasi etika foto jurnalistik. Karena media Online Suarabobotoh.com bisa dikatakan media baru namun sudah menunjukan media yang mampu bersaing dan mendapat perhatian lebih dari khalayak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode yang digunakan analisis semiotika. Di dalam penelitian yang

2Limatus Sauda’,

(33)

menggunakan metode analisis semiotika ini terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang terdiri dari : Studi literature, Studi kepustakaan dan wawancara. Foto berita yang dimuat dalam sebuah album foto Persib Juara 9 November 2014 merupakan objek penelitian ini.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian karya Hady Cahyanda karena penelitian ini menggunakan analisis simiotika dan fokus pada salah satu kasus.3

B. KERANGKA TEORI

1. Foto Jurnalistik

a. Pengertian Foto Jurnalistik

Membahas foto jurnalistik tidak bisa lepas dari media massa karena perkembangan media massa, baik media cetak, elektronik maupun online, memicu setiap orang untuk membuat dan mendapatkan foto yang bagus dari media pilihannya.4

Media foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephone Niepce yang memulai pekerjaannya dalam bidang ini pada tahun 1813. Pada awalnya, lagu Niepce masih mencoba-coba dengan menggunakan alat tradisional. Dan baru pada tiga tahun berikutnya sistem film negatif seperti apa yang kita kenal saat ini ia temukan. Jauh sebelum itu orang-orang banyak yang mencoba-coba melakukan kegiatan dalam bentuk penggunaan suatu alat kamera.

Tugas utama jurnalis foto adalah menyajikan berita visual. Sebagaimana media AS menyebutkan dengan istilah news

3

Hady Cahyanda, Analisis Simiotika Foto Jurnalistik Pada Media Online Suarabobotoh.com Bandung Edisi Foto Persib Juara 9 November 2014, Skripsi Fakultas Ilmu Soial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi, (Bandung: UNPAS, 2014)

4

(34)

photograper.5Penggunaan foto jurnalis dalam koran dan majalah mulai berkembang tahun 1930 an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik.6 Foto jurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi yang sekarang disebut komunikasi foto (Photographic Communcation). Foto ataupun gambar memang bisa digunakan sebagai salah satu bentuk media dalam berkomunikasi antara manusia. Semakin berkembangnya teknologi yang canggih di Indonesia penggunaan foto jurnalistik juga merambat dunia Online. Foto jurnalistik telah menempati kunci mode dalam proses komunikasi massa. Sebagai suatu lambang yang berdimensi visual, foto dan gambar dapat mendeskripsikan suatu pesan yang tidak secara eksplisit tertuang dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan.7

Dari definisi di atas bisa di simpulkan bahwa foto jurnalistik merupakan laporan yang mempergunakan kamera untuk menghasilkan bentuk visual. Seorang jurnalis foto hendaklah mampu menggabungkan antara keahlian membuat laporan inventigasi dan membedakan dengan penulisan

feature. Dengan demikian foto jurnallistik adalah pelapor visual yang menginterprestasikan berita lebih baik dibanding tulisan.

Bisa di katakan foto jurnalistik adalah sebagai salah satu bentuk berita disebuah media yang mempunyai peranan yang sangat penting sebagai deskripsi non verbal, merupakan hasil liputan yang dilakukan pewarta foto suatu media fotografer guna pemenuhan kebutuhan suatu media.

5

Taufan Wijaya, Foto Jurnalistiti, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm. 103 6

Audi Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 4 7

(35)

Menurut Wilson yang di kutip oleh Alwi dalam buku Fotografis jurnalistik mengartikan foto jurnalistik sebagai

―Kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan suatu kesatuan

komunikasi saat dan kesamaan antara latar belakang dan sosial pembacanya.‖8

Sementara menurut Wijaya yang dikutik oleh Rita Gani dalam bukunya foto jurnalistik mengartikan foto jurnalistik yaitu

― Foto yang bernilai berita atau foto yang menarik bagi pembaca tertentu, dan

informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat sesingkat mungkin.‖9

Sebuah foto bisa dikatakan sebagai foto jurnalistik apabila penyampaian berita tersebut kepada khlayak dengan tujuan adanya satu kesatuan komunikasi. Foto jurnalistik memiliki beberapa karakter yang mencerikannya yaitu :

1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Communication Photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan jurnalis foto terhadap suatu objek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti koran berita (wire service).

3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan diri. 4. Foto jurnalistik adalah perpaduan dari foto dan teks foto.

5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia, manusia adalah subjek sekaligus pembaca foto jurnallistik.

8

Audi Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 5 9

(36)

6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (massaudiencesi).

Karena itu, pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

7. Foto jrunalistik merupakan hasil kerja editor foto.

8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freendom of speech and freendom of pressi).10

Mengacu pada beberapa hal tersebut, sebuah foto jurnalistik bukan sekedar foto yang dipotret siapa saja pada peristiwa apa saja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga bisa disebut foto jurnalistik. Banyak pewarta yang kerap salah dalampengambilan atau mencomot foto-foto untuk berita akan tetapi ada juga unsur perpaduan antara teks dan foto tersebut.

b. Jenis Foto Jurnalistik

Dalam bukunya yang berjudul Business Of Photojournalism, A. E oosley (1971) mengatergorikan jenis foto jurnalistik berdasarkan :

1. Nilai Kepentingan

a) Foto Hard News adalah foto jurnalistik yang sangat penting, memiliki nilai aktualitas tinggi. Foto seperti ini biasanya dimuat di halaman utama atau rubrik utama majalah berita.

b) Foto soft news adalah foto jurnalistik yang kurang begitu penting, namun baik juga untuk dimuat.

c) Filter news adalah foto jurnalistik yang berfungsi sebagai selingan atau pengisi halaman. Bila tidak memungkinkan, foto ini bisa juga di muat.

10

(37)

2. Penyajian

a) Spot news atau foto berita adalah sebuah foto yang merekam kejadian atau peristiwa sesaat dengan waktu yang sangat singkat dan tidak berulang. Biasanya berupa foto tunggal yang berdiri sendiri menyajikan suatu peristiwa.

b) Photo essay atau foto esai adalah serangkaian foto yang menggambarkan berbagai aspek dari suatu masalah yang dikupas secara mendalam.

c) Photo sequence adalah serangkaian foto yang menyajikan suatu kejadian secara mendetail, beruntun, dan kronologis. Kejadian atau peristiwa itu terjadi dalam selisih waktu yang amat singkat (dalam bilangan menit atau bahkan detik).

d) Feature photograph adalah sebuah foto jurnalistik yang menyangkut kehidupan sehari – hari namun mengundang segi kemanusiaan yang menarik.11

Banyak aturan main untuk menjadi pewarto foto yang karyanya di muat di media massa, terutama pewarta foto harus tau adanya jenis-jenis foto jurnalistik. Maka dari itu pewarta foto harus mengetahui apa saja jenis-jenis foto jurnalistik yang ada di Indonesia.

c. Keunggulan Foto Jurnallistik

Foto jurnalistik dalam media massa maupun media online sangat diperelukan dan penting. Dikarenakan foto jurnalistik memiliki keunggulan yaitu:

11

(38)

1. Nilai sebuah foto sama dengan nilai sebuah berita karena mengungkapkan aspek dari kenyataan dengan menyiratkan rumus 5w=1h.

2. Foto jurnalistik membuat segar halamana surat kabar dan menolong pembaca untuk melihat hal-hal yang menarik.

3. Foto jurnalistik dapat memisahkan dua berita agar tidak monoton. 4. Foto jurnalistik dapat dibuat dengan mudah, cepat dan akurat 5. Foto jurnalistik dapat mengejar jangka waktu.

6. Foto jurnalistik tidak memerlukan penerjemahan untuk pemberitaan lintas Negara.

7. Foto jurnalistik lebih kompak.

8. Foto jurnalistik memiliki efek yang lebih besar kepada pembaca.12

Foto jurnalitik dalam media massa dibagi dua kelompok besar. Yang pertama foto berita yaitu foto yang bertujuannya untuk menyampaikan pesan, informasi, kejadian dan peristiwa. Foto berita bisa muncul tanpa ada berita tertulis, tetapi juga bisa diikuti oleh berita yang tertulis. Kedua foto penulis artikel foto-foto ini bertujuan untuk membantu menjelaskan sebuah tulisan atau artikel.

Dalam beberapa penjelasan tentang foto jurnalistik dapat peneliti memaknai bahwa foto jurnalistik sangat berperan besar dalam sebuah media massa berupa cetak maupun elektronik.

d. Syarat Foto Jurnaistik

Syarat foto jurnalistik, setelah mengandung berita dan secara fotografi, bagus (fotografis), syarat lain kepada, foto harus mencerminkan etika dan norma hukum, baik dari segi pemuatannya maupun penyiarannya.

12

(39)

Di Indonesia, etika yang mengatur foto jurnalistik ada pada kode etik yang disebut kode etik jurnalistik. Pasal-pasal yang mengatur hal itu ada, khususnya pada pasal 2 dan 3.

Pasal 2 berisi pertanggung jawaban antara lain : Wartawan Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif (merusak) dan dapat merugikan bangsa dan Negara, hal-hal yang menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang.

Sementara pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Didalam menyusun suatu berita harus dapat membedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat atau opini.13

Contoh penerapan dari pasal-pasal diatas pada kehidupan manusia yaitu, misalnya pada pemuatan gambar atau foto tentang kecelakaan atu keributan berupa kekerasan yang memakan korban, tidaklah boleh memuat dengan menampakkan wajah korban, melainkan ditutupi dengan suatu atau bisa juga disiasati dengan pemngambilan gambra dari jarak jauh. Contoh lainnya, foto-foto proses pengadilan atau pengintrogasian yang harus dibuat atau diambil dari belakang orang yang diadili, hal ini dilakukan untuk menghargai asas praduga tak bersalah, karena status orang tersebut masih tersangka jadi untuk menghindari penghukuman yang dilakukan oleh

13

(40)

wartawan (trail by the press). Lalu foto-foto yang bersifat pornografi juga tidak boleh disiarkan. Foto-foto yang dimanipulasi oleh komputer atau grafis juga tidak dibenarkan untuk disiarkan jika tidak berdasarkan kebenaran.14

2. Teori Semiotika

a. Pengertian

Secara etimologi semiotic dari kata yunani semeion, yang berarti tanda. Semiotika adalah ilmu tentang tanda atau studi tentang bagaimana sistem pendandaan fungsi. Semiotia adalah cabang ilmu dari filsafah yang

mempelajari ―tanda‖ dan bisa disebut filsafah tanda. Semiotika adalah teori

dari analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Secara umum, semiotika didefinisikan berbagai tanda ssebagai teori filsafat yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbl sebagai bagian dari sistem kode yang di gunakan untuk mengkonsumsikan informasi. Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda dan sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh saluran indra yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan prilaku manusia.15

Dalam buku Sobur Semiotika komunikasi, menurut Peirce adalah suatu ilmu metode analisis untuk mengkaji tanda. Dalam buku semiotika mempunyai konsep dasar yaitu :

―Konsep tentang tanda-tanda: tak hanya bahasa dan system komunikasi yang

tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait

14

Ibid,.

15

(41)

dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda, jika tidak begitu,

manusia tidak akan bisa menjalin hubungan dengan realitas.‖16

Semiotika adalah sebuah ilmu yang mengkaji tentang tanda-tanda. Tanda tersebut merupakan perangkat yang dipakai dalam mencari suatu jalan di dunia, di tengah kehidupan manusia, dan bersama manusia manusia.17

Semiotika mempelajari objek-objek, peristiwa dan seluruh kebudayaan sebagai suatu tanda. Umberco Eco menjelaskan bahwa semiotika tanda di definisikan sebagai sesuatu yang terbangun atas dasar konvensi sosial, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.18

Sebuah peristiwa atau kejadian bahkan kebudayaan yang dianggap sebagai sebuah tanda dapat dipahami melalui semiotika. Dengan mempelajari semiotika, manusia akan mengerti makna yang terjadi dalam kehidupan. Karena setiap tanda pasti memiliki sebuah makna yang harus dipahami.

Pada dasarnya, semiotika mempelajari tentang kode-kode sebagai tanda atau sesuatu yang memiliki makna. Semiotika digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotika juga meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta semua tanda yang dapat diterima oleh semua panca indera. Tanda-tanda tersebut akan membentuk sebuah sistem kode yang secara sistematis menyampaikan sebuah pesan atau informasi tertulis dari perilaku manusia yang kemudian diterima sehingga maknanya akan lebih mudah di mengerti.19

16

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 15 17

Ibid,.

18

Kris Budiman, Kosa Semiotika, (Yogyakarta: LKIS, 1999), hlm. 107-108 19

(42)

Dalam perkembangannya, semiotika mempunyai dua tokoh sentral yang memiliki latar belakang berbeda, yaitu Charles Sanders Pierce dan Ferdinand De Saussure. Saussure berpandangan bahwa semiotika merupakan sebuah kajian yang memperlajari tentang tanda-tanda yang menjadi bagian dari kehidupan sosial.20 Saussure memiliki latar belakang keilmuan linguistik. Ia memandang tanda sebagai sesuatu yang dapat dimaknai dengan melihat hubungan antara petanda dan penanda yang biasa disebut signifikasi. Dalam hal ini Saussure menegaskan bahwa dalam memaknai sebuah tanda perlu adanya kesepakatan sosial. Tanda tanda tersebut berupa bunyi-bunyian dan gambar.21 Saussure juga menyebutkan objek yang dimaknai sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contohnya, ketika orang menyebut

kata ―anjing‖ dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda

kesialan. Penanda dan petanda yang dikemukakan Saussure merupakan sebuah kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi sebuah koin. Jadi Saussure lebih mengembangkan bahasa dalam pandangan semiotikanya.

Sedangkan Pierce memandang bahwa semiotika merupakan sesuatu yang berkaitan dengan logika.22 Logika mempelajari bagaimana manusia bernalar yang menurut Pierce dapat dilakukan melalui tandatanda. Tanda-tanda tersebut memungkinkan manusia dalam berpikir, berkomunikasi dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh kehidupan manusia. Tanda yang dimaksud Pierce dapat berupa tanda visual yang bersifat verbal maupun non-verbal. Selain itu dapat juga berupa lambang, contohnya lampu merah yang mewakili sebuah larangan.

20

Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), hlm. 4

21

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 22

(43)

Perbedaan kedua tokoh ini dalam mengkaji semiotika terlihat jelas bagaimana sebuah tanda dapat dimaknai. Saussure mengkaji semiotika melalui bahasa yang dituturkan oleh manusia. Sedangkan Pierce lebih kepada logika atau cara berpikir manusia dalam melihat suatu tanda yang dapat dimaknai di kehidupan sehari-hari.

Terdapat tiga cabang penelitian (branches of inquiry) dalam semiotika, yaitu sintatik, semantik, dan pragmatik. Pertama, sintatik merupakan suatu cabang penyelidikan yang mengkaji tentang hubungan formal antara satu tanda dengan tanda lain yang mengendalikan tuturan dan interpretasi. Kedua, semantik yaitu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan antara tanda dengan design objek-objek yang diacunya. Menurut Moris, design yang dimaksud adalah makna tandatanda sebelum digunakan dalam urutan tertentu. Ketiga, pragmatik adalah cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan antara tanda dengan interpretasi.23 Cabang yang dikemukakan Moris tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain yang dapat dimaknai sebagai tingkatan atau level. Ketiga cabang tersebut juga memiliki spesifikasi kerja dan objek kajian tersendiri, sehingga apabila dipakai untuk metode analisa akan menghasilkan

―pembacaan‖ yang mendalam.

Selain itu terdapat beberapa elemen penting dalam semiotik, yaitu komponen tanda, aksis tanda, tingkatan tanda, dan relasi antar tanda.30 Komponen tanda yang merupakan komponen penting pertama dalam semiotik memandang praktik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan seni selain

23

(44)

sebagai fenomena bahasa, juga dapat dipandang sebagai tanda. Lalu, komponen penting selanjutnya adalah aksis tanda, analisis tanda yang mengkombinasikan pembendaharaan tanda atau kata dengan cara pemilihan dan pengkombinasian tanda berdasarkan aturan atau kode tertentu, sehingga menghasilkan ekpresi yang memiliki makna. Selanjutnya adalah tingkatan tanda. Dalam tingkatan tanda yang dikembangkan oleh Roland Barthes ini terdapat dua tingkatan lainnya, yaitu denotasi (makna sebenarnya) dan konotasi (makna tidak sebenarnya). Terakhir adalah relasi tanda. Relasi atau hubungan tanda ini terdapat dua bentuk interaksi, yaitu metafora dan metomimi.

Studi semiotik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tanda, kode, dan kebudayaan. Tanda adalah kode adalah suatu medan asosiatif yang memiliki gagasan-gagasan struktural. Kode ini merupakan beberapa jenis dari hal yang sudah pernah dilihat, dibaca, dan dilakukan yang bersifat konstitutif bagi penulisan yang dilakukan dunia ini.24 kebudayaan merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dalam sebuah kelompok masyarakat karena telah diterapkan secara turun temurun.

Tanda memiliki cara penyampaian makna yang berbeda dan hanya dapat dipahami oleh seseorang yang menggunakannya. Sedangkan untuk studi yang membahas tentang kode, mencakup bagaimana cara kode dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalammengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia. Kebudayaan yang menjadi tempat tanda dan kode bekerja menjelaskan bagaimana keberadaan

24

(45)

dan bentuk dan penggunaan kode-kode tersebut. Tanda atau kode dapat

ditemukan dimana saja. Misalnya, sebuah rambu lalu lintas ―tikungan tajam‖

yang terletak dipinggir jalan. Rambu tersebut untuk memberitahukan bahwa terdapat sebuah tingkungan yang harus dilewati secara hati-hati. Rambu tersebut merupakan sebuah tanda atau kode yang ditempatkan sesuai dengan fungsinya.25

b. Semiotika dalam Fotografi (Charles Sanders Pierce)

Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika. Peirce mengusulkan kata

semiotika (yang sebenarnya telah digunakan oleh ahli filsafat Jerman Lambert pada abad XVIII) sebagai sinonim kata logika.26

Menurut Pierce, semua gejala (alam dan budaya) harus dilihat sebagai

tanda. Pandangan itu disebut ―pansemiotik‖. Model tanda yang dikemukakan

Peirce adalah trikotomis atau triadik. Prinsip dasarnya ialah bahwa tanda

bersifat representatif, yaitu tanda adalah ―suatu yang mewakili sesuatu yang

lain‖, (something that represent something else).Teori Pierce mengatakan

bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Tanda yang mewakili disebut respresentamen Referent).

Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuhannya ke dalam tiga jenis hubungan yaitu:

1. Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan, ikon bisa berupa, foto, peta geografis, penyebutan atau penempatan.

25

Anthon Freddy Susanto, Semiotika Hukum dari Dekonstruksi Teks Menuju Progresivitas Makna, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hlm. 27

26

(46)

2. Indeks, Jika berhubungan dengan kedekatan eksistensi misalnya, asap hitam tebal membubung menandai kebakaran, wjah yang muram menandai hati yang sedih, dan sebaginya.

3. Simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konversi.27

Proses pemaknaan tanda pada Pierce mengikuti hubungan prosesual antara tiga titik, yaitu representanmen (R) Objek (O)interpretan (I). R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental yang merujuk pada suatu yang diwakili olehnya. Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan R dengan O. Oleh karna itu, bagi Pierce, tanda tidak hanya representatif, tetapi, tetapi juga interpretatif. Pierce membedakan tiga jenis tanda, yakni indeks, ikon dan lambang.

Peirce mengumukakan teori segetiga makna triangel meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object dan interpretant.28

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk

27

www.id.wikipedia.org/wiki/kajian-semiotika Diakses pada 10 Mei 14 Mei 2017 Jam 22:30 WIB

28

(47)

(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuhan tanda adalah konteks sosial yang menjadi refrensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Menurut Peirce, Seperti dikutip Eco, ―Semothing which stands

somebody for something in some respect or capacity‖ (tanda adalah segala

beberapa hal atau kapasitas). Definisi Peirce tidak menuntut kualitas keadaan yang secara sengaja diadakan dan diupayakan. Lebih dari itu, triade Peirce bisa juga dipakai untuk yang tidak dihasilkan oleh manusia, tetapi dapat diterima oleh manusia; misilanya gejala meteorologis dan macam indeks yang lain.29

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan atara penanda dan petandanya bersifat bersama bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Misalnya, potret pada peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Misalnya, asap menandakan bahwa adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini berdasarkan perjanjian masyarakat.30

29

Alex Sobur, " Teks Media: Suatu Kata Pengantar untuk Analisis Wacana Analisis Semiotika dan

Analisis Framing”, (Bandung:Rosdakarya, 2006), hlm. 109 30

(48)

3. ETIKA

a. Pengertian

Secara etimologi (bahasa) ―etika berasal sari bahasa Yunani kuno,

yaitu ethos (bentuk tunggal) atau etha (bentuk jamak). Dalam bentuk tunggal,

ethos berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.31

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998), Etika dirumuskan dalam tiga arti yaitu:

1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dalam bukunya Abdulkadir, Betnes mengemukakan bahwa

31

(49)

―Urutan tiga arti diatas kurang menjelaskan adanya pengertian etika,

sebaiknya arti ketiga tersebut ditempatkan di depan karena lebih mendasar dari pada arti pertama dan rumusan juga bisa di pertajam lagi.32

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungan dengan baik buruk. Etika sebagai cabang filsafat mempunyai pengertian yang lebih mendalam dari pada pengertian harfiah. Dari definisi tersebut bisa di simpulkan bahwa, etika adalah ilmu yang membicarakan masalah baik dan buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sebagian ilmu, etika mengandung dua pengertian yang (1) sebagai ilmu dan (2) pedoman baik buruknya perilaku.33

Etika menurut sudut pandang Islam atau perspektif islam adalah

Istilah etika Islam etika diterjemahkan dengan ―Islamic Ethic” ke dalam

bahasa inggris, dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan terjemahannya istilah iadab atau akhlaq, sebagian sarapan dari bahasa arab dan dua kata kunci itu digunakan dalam mengurai masalah etika Islam.34 Dalam Firman

Allah Qur’an Surat An Nissa ayat 79

ﺃ ﺻ ﺑ ﺣ ﺔ ﻪ ﺃ ﺻ ﺑ ﻴ ﺔ ﺃ ﺭ ﺱ ﺭ ﻻ ﻰ ﺑ ﻪ ﺷ ًﺪﻴ 35

―Kebijakan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan

keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (muhammad) menjadi rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah allah yang menjadi Saksi‖.36

b. Macam-macam

32

Prof. Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Citra Adtya Bakti, 2014),hlm. 13 33

Sri Ayu Astuti, Kebebasan Pers dan Etika Pers Dalam Persfektif Islam (Yogyakarta:Genta Publishing, 2015), hlm. 114

34

Ibid, hlm. 120 35

Al-QuranOnline, www.alquran-online.com2015/06/teks/bacaan-surat-an-nisa-latin.html?m=1www, diakses 23 April 2017 Jam 05:54 WIB

36

(50)

Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptaanya.

Berdasarkan perkembangan etika, etika dibagi menjadi tiga macam yaitu antara lain :

1) Etika Deskreptif

Dalam pengertian ini, etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasayarakat. Etika bersangkutan dengan pencatatan terhadap corak-corak predikat secara tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam masyarakat. Sehingga ilmu ini hanya bersifat pemamparan atau penggambaran saja.37

Etika foto jurnalistik dalam islam di jelaskan juga dalam memiih foto jurnalistik atau berita harus biajaksana, penuh nasihat yang baik serta berargumentasi yang jelas sehingga foto jurnalistik dan berita yang di

paparkan akan sesuai dengan kenyataan yang ada. Dalam Qur’an Surat An

Nahl ayat 125 telah di sebutkan bahwa

37

(51)

―Serulah ke jalan Tuhanmu dengan penuh kebijakan (Hikmah), nasihat yang baik, serta bantalah mereka dengan bantahan (argumentasi) yang

lebih baik‖.38

2) Etika Normatif

Etika sering dipandang sebagai ilmu yang mengadakan ukuran – ukuran atau norma – norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika Normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku.39

Etik foto jurnalistik menurut perspektif Islam dalam memamparkan foto jurnalistik dan berita harus adanya perkataan yang baik dan benar serta tidak mecari keburukan orang lain. Firman Allah yang

menjelaskaan etika tersebut pada Qura’an surat Al Israa’ ayat 53 dan Al

Hujurat Ayat 13.

―Hendaklah mereke mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)‖40

―Kaum mukmin dilarang terlalu banyak prasangka, karena sesungguhnya

sebagian prasangka itu dosa. Dilarang pula salling memata – matai (Mencari – cari kesalahan orang lain) dan saling menfitnah atau bergunjing

(ghibah, membicarakan aib orang lain)‖.41

c. Jenis-Jenis

Dalam kehidupan masyarakat dikenal dua jenis etika yaitu, etika pribadi dan etika social.

38

Asep Syamsul M. Ramli, Jurnalistik Dakwah Visi dan MisiDakwah Bil Qalam (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 42

39

Sri ayu Astuti, Kebebasan Pers dan Etika Pers dalam perspektif Islam (Yogyakarta:Genta Publising), hlm. 115

40 Mushaf Al-qur’an, Q.S Al Isra’ ayat 53 (Bogor : Creative Media Crop, 2007) 41

(52)

1. Etika social berkaitan dengan kewajiban, sikap, dan pola prilaku manusia dalam rangka hubungan sesama manusia lainnya. Sikap pola yang dimaksud adalah sikap dan pola prilaku manusia didalam bidang kegiatannya masing-masing, secara khusus atau terbatas ruang lingkupnya.

2. Etiak pribadi, berkaitan dengan kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. 42

d. Etika Pemutaran Gambar

Foto jurnalistik dalam penerbitanya bukan tidak memiliki aturan yang mengikatnya, aturan mengenai foto jurnalistik di Indonesia ada pada kode etik yang disebut kode etik jurnalistik dan juga telah tertera di kode etik Pewarta Foto Indonesia (PFI). Aturan tentang pemuatan gambar dan etikanya juga ada dalam kode etik jurnalis Televisi Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, keputusan KPI. Ada tiga faktor penting yang menjadi pegangan dasar bagi para jurnalistik dan redaksi media massa cetak maupun elektronik yang dirumuskan oleh pewarta foto Indonesia (PFI) yaitu :

1. Manfaat, dalam arti harus mempertimbangkan bahwa harus memilih yang terbaik untuk orang banyak.

2. Mutlak seseorang wartawan foto harus mengambil gambar apabila memang foto tersebut harus disiarkan agar masyrakat tahu peristiwa sebenarnya.

3. Gabungan manfaat dan mutlak.

42

(53)

Dalam setiap media pers sebenranya harus memiliki kebijakan masing-masing dalam etika pemuatan gambar atau foto jurnalistik. Foto jurnalistik adalah sebuah produk yang dihasilkan dari seorang jurnalis atau dari bagian dunia jurnalistik yang menggunakan bahasa visual atau melalui sebuah gambar (foto) untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dan tidak keluar dari kode etik jurnalistik yang sudah ada. Dalam foto jurnalistik ada etika yang harus selalu dijungjung tinggi, ada pesan dan berita yang ingin disampaikan, ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, dan ada momentum yang harus ditampilkan dalam sebuah foto. Dan tidak lupa hal yang terpenting dari foto jurnalistik adalah nilai-nilai kejujuran yang selalu didasarkan pada fakta objektif semata. 43

Namun bukan hal yang jarang terjadi pelanggaran tentang pemuatan atau pempublikasian foto jurnalistik di media online maupun media lainnya. Terkadang pihak pers hanya melihat dari segi keuntungan dan naiknya media tersebut tanpa melihat dan memperhatikan sisi etika dan pendidikanya, terutama dalam media online yang dituntut ke up to datenya untuk menginformasikan berita yang secara cepat. Seperti terbitnya foto jurnalistik atau sebuh foto berita yang memperlihatkan sisi kekeran yang sudah menggar kode etik baik dalam Pewarta Foto Indonesia atau etika pemuatan gambar.

Perilaku yang melanggar ini yang membuat masyarakat resah dan banyak juga yang ternyata menjadi terpengaruh atas foto-foto yang seharusnya tidak dimuat karena opini pada masyarakat akan berbedadengan opini yang diciptakan oleh sebuah media. Karena cara pandang setiap masyarakat berbeda

43

(54)

tergantung dari beberapa hal yakni status sosial, pendidikan, pekerjaan dan umur.

Adapun kategori-kategori foto jurnalistik yang beretika dalam penelitian ini berdasarkan rumusan PFI, yaitu :

1. Norma kesopanan, bahwa foto jurnalistik harus mencerminkan, mengindahkan nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga foto yang disajikan adalah yang memenuhi norma kesopnan, kepantasan dan tidak membuat pembaca merasa terganggu dan rishi. 2. Pedoman etika foto jurnalistik, yaitu meliputi :

a. Ganguan atas pengambilan foto dimana hak privasi seseorang memang diperlukan.

b. Penggunaan foto untuk kepentingan produk tertentu tanpa persetujuan, sepihak, sehingga menyebabkan seseorang terlihat buruk.

c. Pengambilan foto yang memang terjadi tetapi foto bersifat pribadi dan memalukan seseorang. 44

Pemaknaan dalam penelitian ini menggunakan tipologi tanda Peirce atau teori segitiga makna peirce yang antara lain :

1) Ikon : ikon adalah hubungan kemiripan atau kesamaan antara tanda dan acuanya. Ikon adalah tanda yang muncul dari perwakilan fisik. Misalnya, patung manga di Indramayu adalah ikon kotaIndramayu, patung pangeran diponogoro adalah ikon pangeran diponogoro, sedangkan gedung sate adalah ikon dari kota Bandung.

44

(55)

2) Indeks : yaitu tanda yang muncul dari hubungan sebab akibat. Istilah lain untuk indeks yaitu sinyal atau gejala. Misalnya, awan gelap sebagai tanda akan hujan.

3) Symbol : yaitu tanda yang muncul dari kesepakatan. Misalnya, lampu lalulintas berwarna merah berarti kendaraan harus berhenti.45

e. Kode Etik Pewarta Foto Indonesia

Tegaknya kebebasan pers, masyarakat foto jurnalistik yang profesional, mandiri dan independen, serta terpenuhinya hak masyarakat untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi visual yang interaktif dan benar, disertai kenyataan adanya pluralisme dalam masyarakat yang kritis, maka Jurnalis Indonesia senantiasa aktif untuk mengambil peran pemberitaan visual sebagai tanggung jawab sosial dan berfungsi menyuarakan kebenaran visual yang punya integritas dan bisa di percaya. Atas dasar itu, Jurnalis Indonesia mentapkan kode etik sebagai berikut :

1) Jurnalis menjunjung tinggi hak masyarakat untuk memperoleh informasi visual dalam karya foto jurnalistik yang jujur dan bertanggung jawab. 2) Jurnalis dalam menjalankan tugas harus mendahulukan kepentingan

umum untuk mendapatkan informasi visual.

3) Jurnalis adalah insan profesional yang mandiri dan indipenden

4) Jurnalis tidak memanfaatkan profesinta di luar kepentingan jurnalistik. 5) Jurnalis menghargai hak cipta setiap karya foto jurnalistik dengan

mencantumkan akreditas yang sesungguhnya.

6) Jurnalis menjunjung tinggi kepentingan umum dengan tidak mengabaikan kehidupan pribadi sumber berita.

45

(56)

7) Jurnalis menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. 8) Jurnalis tidak menerima suap dalam segala perwujudan.

9) Jurnalis menempuh cara yang etis untuk memperoleh bahan pemberitaan. 10) Jurnalis menghindari visualisasi yang menggambarkan atau mengesankan sikap kebencian, merendahkan, diskriminasi terhadap ras, suku bangsa agama dan golongan.

11) Jurnalis melindungi kehormatan pihak korban kejahatan susila dan pelaku yang menyesatkan.

12) Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran pihak korban kejahatan susila dan pelaku kriminal di bawah umur.

13) Jurnalis tidak memanipulasi sehingga mengaburkan fakta.

14) Hal lain berkaitan dengan kasus-kasus tertentu menyangkut kode etik Pewarta foto indonesia akan dikonsultasikan dengan Dewan Penasihat dan Komisi Etik.46

Persoalan etika di dalam dunia fotografi hingga hari ini memang selalu menjadi bahan peredebatan dan pergunjingan yang menarik. Di luar negri misalnya, cara kerja para paparazi (fotografer bebas) yang sering mengabaikan etika dan melanggar hak pribadi orang lain, banyak mendapat protes dan kecaman.47

Sekalipun belum adanya kode etik yang tertulis secara formal bagi para fotografer kecuali fotografer yang bekerja di dalam lerja jurnalistik, tapi setiap fotografer dalam kerjanya di tuntut untuk senantiasa menjunjung tinggi

46

Rita Gani, Ratri Rizki Kusumalestari, Jurnalistik Foto” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 159-160

47

Modul Lab Fotografi Universitas Gunadarma,

(57)

atau menghormati norma-norma dan nilai-nilai etika yang ada di masyarakat. Hal utama yang harus diperhatikan ketika melakukan kera profesinya adalah menghadiri perbuatan-perbuatan yang melanggar hak pribadi orang lain.

Adapun syarat-syarat suatu foto berita berhasil menurut pendapat Prof. Bernd Heydemann :

a. Foto berita harus mampu menonjolkan diri, melawan membanjirnya informasi berita.

b. Foto berita harus disajikan sedemikian rupa, sehingga dengan mudah diterima oleh pengamat.

c. Foto berita harus mampu menyajikan beritanya dengan kekayaan detail gambar, yang dengan mudah dapat dikenal. (Prinsip originalitas harus diperhatikan).

d. Foto berita jangan menyampaikan ulangan dari gaya pemberitaan untuk mencegah efek kebosanan dari pembaca.

e. Foto berita harus mampu merangsang daerah-daerah sensitif dari proses penyampaian informasi dalam masyarakat.

f. Foto berita harus benar-benar terjadi karena bila terjadi pemalsuan dalam jangka waktu tertentu dapat terjadi penolakan (prinsip dapat dipercaya harus diperhatikan).

(58)

1) Informatif, foto ini mampu menjelaskan dirinya secara ringkas apa yang ingin disampaikan, segera terbaca tanpa harus dibebani kata panjang lebar. 2) Relevan, Isi yang dikandungnya secara mendukung tema pokok cerita

atau penulisan, artinya tema foto tidak melenceng dari tema tulisan.

3) Faktual, Subjek foto tidak diada-adakan tapi memang ada dan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

4) Otentik,

Ada dua p

Gambar

Tabel 4.0 No. Tanggal
A.Gambar 4.0  Ikon
Gambar 4.1
Gambar 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data yang diperoleh selama dalam penelitian ini yang mencakup hasil dari siklus I dan siklus II, semua mengalami peningkatan baik kemampuan guru

Gambaran Family Functioning dan Kualitas Hidup pada Anggota Keluarga yang Merawat Penderita Skizofrenia ( Family Functioning and Quality of Life to Family Member of

Bekas Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri, Datuk Azmi Khalid berpendapat bahawa kes pembantu rumah menghilang diri adalah kerana situasi atau tempat bekerja tidak sesuai dan juga

Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2014 merupakan gabungan laporan keuangan konvensional dan unit usaha syariah yang

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis daya dukung lingkungan perairan melalui pendekatan model beban limbah N untuk pengembangan budidaya ikan kerapu sistem

Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) adalah pungutan negara yang dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia yang memperoleh SIUP dan SIKPI, sebagai imbalan atas kesempatan

a) Suasana kelas masih sangat kaku, hanya beberapa siswa saja yang antusias dalam kegiatan kelompok. b) Sebagian siswa kurang aktif dalam belajar. Pada siklus II