ABSTRAK
PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN BIOMASSA NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN
YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)
Oleh
VALENTINUS IXMANTO
Lahan alang-alang merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Lahan alang-alang pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan adanya usaha agar dapat mendukung peningkatan produktifitas lahan, salah satunya yaitu dengan pengolahan tanah yang tepat. Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi. Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui program ekstensifikasi (perluasan areal) dan intensifikasi (peningkatan produktivitas). Program perluasan areal hanya bisa memanfaatkan lahan-lahan kritis. Sedangkan untuk program intensifikasi dengan melakukan pengolahan lahan yang baik. Salah satu pengolahan tanah yang dianjurkan adalah olah tanah intensif dan olah tanah konservasi (OTK). Sistem olah tanah konservasi secara tidak langsung akan meningkatkan bahan organik tanah yang merupakan komponen penting dari kualitas dan produktivitas tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah pada lahan bekas Alang-alang (Imperata cylindrica L.) terhadap kandungan biomassa
nitrogen mikroorganisme pada pertanaman jagung (Zea mays L.)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 ulangan. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sistem olah tanah intensif (T1), sistem olah tanah minimum (T2), dan tanpa olah tanah
(T3). Data yang diperoleh ditabulasi dan diuji homogenitas ragamnya dengan uji
Barlett dan aditifitasnya dengan Uji Tukey. Data di analisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNJ5%.
Dari Hasil uji BNJ0.05 menunjukkan bahwa sistem olah tanah intensif (OTI), olah
biomassa nitrogen mikroorganisme (N-mik). Berdasarkan hasil uji korelasi kandungan C-organik, N-total, dan reaksi tanah (pH) tidak berkorelasi dengan N- mik.
Kata kunci : Alang-alang, biomassa nitrogen mikroorganisme (N-mik), sistem olah tanah.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditinjau dari luasannya, maka lahan alang-alang merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan dalam program ektensifikasi lahan pertanian. Namun dalam memanfaatkan lahan ini untuk pertanian tanaman semusim harus dipertimbangkan kendala seperti buruknya sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Permasalahan ini diperburuk lagi oleh kebiasaan petani membuka lahan dengan cara membakar dan membuang bahan organik ke luar lahan, yang mengakibatkan buruknya sifat-sifat tanah.
Menurut Koesterman et al. (1987) dalam Aprisal (2004) lahan yang ditumbuhi
alang-alang (Imperata cylindrica) di Indonesia diperkirakan sekitar 30 juta
hektar, yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Setiap tahun lahan alang-alang bertambah 150-200 ribu hektar (Deptan 1980 dalam
Adiningsih dan Mulyadi, 1992). Sedangkan menurut Sukardi et al. (unpub.,
dalam Garrity et al. 1997) luas padang alang-alang di Indonesia mencapai 8,5
Lahan alang-alang pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah yang dicirikan dengan reaksi tanah masam sampai agak masam, kandungan hara terutama P dan K rendah, bahan organik rendah, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa rendah, kejenuhan Al sedang sampai tinggi (Kesumaningwati, 2009). Oleh sebab itu, perlu dilakukan adanya usaha agar dapat mendukung peningkatan produktifitas lahan, salah satunya yaitu dengan pengolahan tanah yang tepat. Pengelolaan lahan alang-alang dapat dilakukan dengan sistem olah tanah konservasi yang dapat meningkatkan dan
mempertahankan sifat-sifat yang baik.
Berdasarkan penelitian Pirngadi dkk. (1999) sistem olah tanah konvensional tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan sistem olah tanah konservasi atau tanpa olah tanah pada lahan alang-alang. Jika dilihat dari jumlah luasan lahan alang-alang yang ada di Indonesia, sangat berpotensi sekali untuk ekstensifikasi pertanian. Menurut Aprisal (2000) dalam Gonggo, Hermawan
dan Anggraeni, (2005) pemanfaatan lahan alang-alang untuk pertanian dilakukan dengan memperbaiki produktivitasnya yang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan membuka hutan, karena pembukan hutan baru akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3
nyata meningkatkan C-organik tanah, N-total tanah, total mikroorganisme dan produktivitas lahan selama 1 tahun.
Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Selain itu, tanaman jagung juga memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Keunggulan jagung dibandingkan dengan padi yaitu memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi. Oleh karena itu produksinya harus ditingkatkan (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Produksi jagung di Indonesia mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007 sebesar 13,28 juta ton, tahun 2008 meningkat hingga 16,31 juta ton, dan pada tahun 2009 meningkat lagi sebesar 17,63 juta ton (BPS Indonesia, 2010).
dilaksanakan kecuali dengan memanfaatkan lahan-lahan kritis seperti lahan alang-alang.
Salah satu pengolahan tanah yang dianjurkan adalah olah tanah intensif, namun jika pengolahan tanah secara intensif dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan menurunnya produktivitas lahan secara cepat. Beberapa dampak jangka panjang pengolahan tanah yang merugikan adalah a)
mengurangi kandungan bahan organik, infiltrasi dan erosi, b) memadatkan tanah, c) meningkatkan emisi CO2, dan d) mengurangi mikrobia tanah (Umar,
2004).
Sistem budidaya juga menyebabkan terjadinya perubahan fisik tanah , sifat kimia dan aktivitas enzim (Deng dan Tabatabai 1996 dalam Ekenler and
Tabatabai, 2003). Hal ini disebabkan sebagian besar bahan organik tanah telah hilang oleh proses pengolahan tanah dan digunakan tanaman (Arshad et al.
dalam Ekenler and Tabatabai, 2003). Akibatnya, proses biomassa mikroba di permukaan tanah tidak lebih besar daripada dibawah lapisan olah tanah. Dengan demikian, ketersediaan gizi dan produktivitas tanah sebagian besar bergantung pada ukuran dan aktivitas biomassa mikroba.
5
untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi maksimum, dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air. Sistem olah tanah ini berpengaruh positif terhadap indikator kualitas lingkungan, diantaranya infiltrasi meningkat, erosi tanah menurun, bahan organik tanah meningkat, pencemaran air menurun dan pemanasan global juga menurun (Utomo, 2006).
Sistem olah tanah konservasi secara tidak langsung akan meningkatkan bahan organik tanah yang merupakan komponen penting dari kualitas dan
produktivitas tanah. Namun pengukuran bahan organik saja tidak cukup mencerminkan perubahan kualitas tanah dan status haranya (Franzluebbers et
al. 1995;. Bezdicek et al. 1996 dalam Kara and Bolat, 2007). Sehingga
diperlukan pula pengukuran fraksi aktif biologis bahan organik, seperti biomassa nitrogen mikroorganisme (N-mik).
Di dalam tanah 99% nitrogen terdapat dalam bentuk organik, hanya 2-4% nya yang dimineralisasikan menjadi N-anorganik (NH3) (amonifikasi) oleh
berbagai mikrobia heterotrof, kemudian sebagian mengalami nitrifikasi. Sebagian besar amoniak didalam tanah segera berubah menjadi NH4+ akibat
Berdasarkan penelitian Filho et al. ( 2004) Peningkatan N mik: N rasio total
untuk tanam kedelai dapat bermanfaat bagi tanaman berikutnya. Rasio ini lebih baik karena lebih mudah mengungkapkan fraksi mineralisasi N daripada kuantitas N mikroba, hal ini menunjukkan bahwa setelah tanaman kedelai tanah akan memiliki potensi mineralisasi N yang lebih tinggi daripada setelah tanam jagung.
Biomassa mikroba tanah meskipun hanya merupakan bagian kecil dari materi tanah organik, namun memainkan peran penting dalam siklus hara dalam ekosistem terestrial dengan bertindak sebagai sumber nutrisi tanaman yang sangat labil (Jenkinson and Lad, 1981). N-mik merupakan bagian dari
biomassa mikroba tanah yang sangat labil, sehingga keadaannya di alam akan sangat mempenggaruhi hara bagi tanaman.
N-mik juga merupakan bagian dari nitrogen yang dinamis. Nitrogen yang dinamis ini sangat dipengaruhi oleh mineralisasi dan immobilisasi nitrogen. Karena dalam proses mineralisasi nitrogen yang ada dirombak menjadi N tersedia bagi tanaman (NH4+ dan NO3-) khususnya yang memiliki nisbah C/N
7
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah pada lahan bekas Alang-alang (Imperata cylindrica L.) terhadap biomassa
kandungan nitrogen mikroorganisme pada pertanaman jagung (Zea mays L.)
C. Kerangka Pemikiran
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Sistem olah tanah terdiri dari olah tanah intensif (OTI), olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT). Dua sistem terakhir dapat disebut olah tanah konservasi, karena gulma yang tumbuh diberantas dengan menggunakan herbisida dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dijadikan sebagai mulsa.
Dalam hubungannya dengan erosi, maka pengolahan tanah akan merusak agregat tanah akibat terjadinya penurunan kandungan bahan organik tanah (Santoso dan Sibuae, 1984 dalam Rafiudin dkk. 2006). Selain itu juga dapat
menurunkan mineralisasi C dan N potensial (Woods and Schuman, 1988). Menurut Blevins et al. (1977) sistem konservasi tanah dapat menurunkan
Berdasarkan Carter (1992) menunjukkan bahwa sistem persiapan lahan minimum di iklim lembab dapat meningkatkan stabilitas struktural di permukaan tanah tanah liat berpasir halus selama jangka waktu yang relatif singkat. SA et al. (2001) menjelaskan bahwa penyimpanan C-organik tanah
akan mengalami peningkatan yang signifikan pada sistem tanpa olah tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah konvensional. Dan lebih dari 60% peningkatannya terjadi pada lapisan tanah 0-10 cm. Peningkatan C organik yang terjadi berhubungan erat dengan jumlah input residu yang ada. Sedangkan kandungan N-mik menurun dengan meningkatnya kedalaman tanah untuk tiap tanaman ; untuk tanaman jagung, penurunan itu 54-21 mg kg-1, dan untuk kedelai, 71-28 mg kg-1(Filho et al. 2004).
Lahan alang-alang dikategorikan sebagai lahan yang telah terdegradasi atau kondisi tanahnya tidak subur lagi sehingga perlu usaha untuk merehabilitasi agar menjadi lahan yang lebih produktif. Namun alang-alang dapat bermanfaat sebagai tanaman bera untuk kontrol erosi, dan mungkin berkontribusi untuk membangun inokulum MVA (Van Noordwijk et al. 1995a dalam Dalflet et al.
1996).
Yonekura et al. (2010) menjelaskan bahwa lahan yang ditumbuhi alang-alang
9
yang lama, memberikan serasah yang berkesinambungan dan akar yang mati berkontribusi dalam mempertahankan dan meningkatkan tingkat bahan organik tanah.
Barreto et al. (2008) menemukan tingkat C-mik dan N-mik yang tinggi dalam
tanah, hal ini menunjukkan bahwa serasah akan menjadi sumber penting dari C dan N mikroba dalam tegakan eucalyptus. Kualitas serasah organik secara langsung mempengaruhi aktivitas C dan N mikroorganisme. Biomassa mikroba tanah merupakan salah satu indikator untuk menyelidiki kontribusi sel-sel mikroba sebagai nutrisi bagi tanaman di dalam tanah (Marumoto et al.
1982). Inkubasi jangka panjang (40 minggu) untuk mengukur mineralisasi N menunjukkan bahwa Biomassa C dan N akan mengalami penurunan hingga akhir inkubasi. Penurunan cepat terjadi pada minggu ke 4, penurunan lebih lambat pada minggu ke 9 dan penurunan sangat lambat pada akhir inkubasi (Bonde et al. 1988).
Berdasarkan Filho et al. (2004) menunjukkkan bahwa pada sistem tanpa olah
tanah pada tanaman kedelai dan jagung Nmik berkorelasi positif dengan Cmik.
Sedangkan kandungan Nmik pada tanaman kedelai lebih tinggi daripada
tanaman jagung pada berbagai lapisan tanah. Grayston et al. (1998)
menunjukkan bahwa struktur komunitas mikroba dalam tanah ditentukan oleh tanaman yang ada. Miller et al. (1989) juga menjelaskan pentingnya pengaruh
flora rizosfer yang menguntungkan dan mekanisme yang terlibat dalam hubungan ini.
Doran (1987) menjelaskan bahwa efek persiapan lahan dalam jangka panjang dibeberapa situs di Amerika Serikat menemukan bahwa biomassa mikroba pada permukaan TOT rata-rata 54% lebih tinggi daripada tanah yang dibajak. Tingkat biomassa mikroba yang ada erat kaitannya dengan distribusi C total tanah, N tanah, kadar air, dan C larut dalam air. Dan dipengaruhi oleh manajemen pengolahan yang dilakukan.
Hasil penelitian Horwarth dan Geisseler (2009) menerangkan bahwa pada lapisan 0-5 cm OTK (olah tanah konservasi) rata-rata memiliki kandungan biomassa nitrogen lebih tinggi daripada lapisan 0-5 cm OTI. Pada pertanaman gandum dengan sistem olah tanah konvensional memiliki kandungan
biomassa mikroba N dan C yang lebih rendah dibandingkan dengan olah tanah minimum. Selain itu, pada sistem olah tanah konvensional juga memiliki jumlah bakteri pembentuk nitrat yang lebih rendah dibandingkan olah tanah minimum (Gajda, 2007).
N-mik berperan sangat penting dalam ketersediaan hara khususnya nitrogen tersedia bagi tanaman. Ketersediaan N dalam tanah juga dipengaruhi oleh bahan organik yang tersedia. Karena bahan organik merupakan sumber N dan karbon bagi tanah. Permasalahan yang dihadapi pada N-mik menurut
11
berubah secara signifikan dari waktu ke waktu menjadi semakin rendah setiap musim tanam. Selain itu, N-mik pada lapisan atas olah tanah konservasi lebih tinggi dibandingkan olah tanah intensif. Selain itu, N-mik juga sangat
dipengaruhi oleh residu tanaman penutup tanah dan kelembaban tanah.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap NH4+, dikarenakan sebagian
besar amoniak di dalam tanah akan segera berubah menjadi ion ammonium (NH4+). Selain itu, bentuk ion ammonium juga lebih stabil pada kondisi
anaerob dan metode yang dilakukan adalah fumigasi-inkubasi. Jika
dibandingkan bentuk N-NO3- dengan bentuk N-NH4+ , maka bentuk N-NH4+
lebih efisien bagi tanaman karena langsung diimobilisasikan ke dalam bentuk organik. Tanaman juga lebih banyak menyerap amonium dibandingkan N-nitrat, karena ada kaitannya dengan bentuk N-amonium yang segera dapat diimobilisasi menjadi organik. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan amonium lebih mengefisienkan penggunaan energi ATP dibandingkan N-nitrat (Hanafiah, 2005).
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Biomassa nitrogen mikroorganisme (N-mik) pada perlakuan tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah minimum (OTM) lebih tinggi daripada perlakuan olah tanah intensif (OTI).
3. Terdapat korelasi antara N-total terhadap biomassa nitrogen mikroorganisme (N-mik).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 2010).
1. Tanpa Olah Tanah (TOT)
Tanpa olah merupakan bentuk paling ekstrim dari praktek pengolahan tidak intensif. Konsep ini berkembang dari asumsi bahwa secara alami tanaman dapat subur pada tanah yang tidak diusik. Dengan sistem pertanian tanpa olah tanh benih tanaman langsung ditanam (‘direct seedling’). Alat penanam tanpa
olah (‘no-till planter’) berupa coulter pembuka celah tanah diikuti oleh
penabur biji (‘seeder’). Penelitian menunjukkan respon tanaman yang
mulsa untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi (Foth, 1990). Berdasarkan Morgan (1995) TOT adalah suatu sistem penanaman yang dibatasi oleh pengolahan lahan. Menurut Rafiudin dkk. (2006) sistem tanpa olah tanah akan dapat melestarikan tanah dan air, waktu untuk persiapan lahan lebih singkat dan biaya berusaha tani lebih ekonomis
2. Olah Tanah Minimum
Pengolahan tanah minimum (Minimum Tillage) adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan (Deptan, 1994).
3. Olah Tanah Intensif (OTI)
Pengolahan tanah merupakan suatu tindakan yang mempunyai tujuan:
memberantas gulma, memasukkan dan mencampurkan sisa tanaman ke dalam tanah dan menggemburkan tanah sehingga terdapat keadaan olah yang
diperlukan akar dan akhirnya akan meningkatkan peredaran udara, infiltrasi air, pertumbuhan akar dan pengambilan unsur hara oleh akar. Pengolahan tanah secara keseluruhan selain kurang efisien juga akan menyebabkan terjadinya degradasi lahan sehingga daya dukung dan produktivitas tanah menurun yang akhirnya untuk jangka panjang menyebabkan sistem pertanian tersebut tidak berkelanjutan (Manurung dan Syam’un dalam Rafiudin dkk.
15
agregat tanah yang mantap dan mempercepat oksidasi bahan organik didalam tanah. Pengolahan tanah yang berlebihan dapat mempercepat kemerosotan kesuburan tanah dan merusak tanah (Rafiudin dkk. 2006).
B. Potensi Lahan Alang-alang
Alang-alang dapat tumbuh pada tanah dengan berbagai nutrisi, kelembaban dan pH . Meskipun kadang-kadang dilaporkan menjadi gulma pada tanah miskin atau marginal. Alang-alang mendominasi karena kurangnya kompetisi dari jenis tanaman lainnya yang tidak dapat bertahan hidup di tanah marginal (Santoso et al. 1997.). Namun alang-alang tidak mentolerir lingkungan teduh
karena asimilasi karbon melalui jalur fotosintesis C4 (Paulus dan Elmore, 1984).
Alang-alang memiliki efek allelopathic melalui pelepasan zat beracun, terutama dari rimpang yang menunda perkecambahan dan menghambat pertumbuhan tanaman lain (Tjitrosoedirdjo 1993 dalam Dalflet et al. 1996).
Berdasarkan penelitian Eussen et al. (1976) menjelaskan bahwa hasil kering
alang-alang dalam percobaan interaksi antara alang-alang dengan jagung atau sorgum tidak terpengaruh oleh adanya jagung atau sorgum. Hal ini
C. N-mikroorganisme
Memahami dinamika C tanah adalah kunci untuk mengelola bahan organik tanah, meningkatkan kualitas tanah, fungsi ekosistem, dan mengurangi emisi gas dari dalam tanah (Gregorich et al. 2000). Bahan tanah organik merupakan
komponen penting dari kualitas dan produktivitas tanah . Karena bahan organik mempunyai kontribusi yang besar terhadap kapasitas tukar kation, sehingga bahan organik yang rendah akan menyebabkan kapasitas tukar kation juga rendah dan mudah tercuci. Bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami dekomposisi menghasilkan C-organik dan amonium (NH4+) yang akan teroksidasi menghasilkan nitrat (NO3-). Biomassa mikroba
tanah merupakan komponen aktif dari tanah organik , yang bertanggung jawab untuk dekomposisi organik yang mempengaruhi kandungan hara dan
produktivitas tanah, selain itu juga mempunyai pengaruh di sebagian besar proses biogeokimia dalam ekosistem darat (Haney et al. 2001 dalam Kara and
Bolat, 2007). Franzluebbers et al. (1999) menjelaskan bahwa biomassa
mikroba merupakan bagian dari kolam aktif bahan organik tanah yang memiliki pusat peranan dalam mendekomposisi bahan organik, siklus nutrisi dan manipulasi biofisik struktur tanah.
Praktik pengelolaan tanah mempengaruhi struktur komunitas mikroba tanah dan biokimia melalui proses perubahan dalam kuantitas dan kualitas
residu tanaman dalam tanah (Christensen, 1996 dalam Ekenler and Tabatabai,
17
dengan penurunan kualitas tanah yang lebih rendah (Geisseler and Horwath, 2009).
Berdasarkan penelitian Dick (1992) menunjukkan budidaya tanah dalam jangka panjang akan mempengaruhi struktur dan kimia tanah dan mengurangi aktivitas biologis. Namun ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah yang menyebabkan peningkatan produksi biomassa tanaman. Sebaliknya aplikasi pupuk anorganik secara berulang akan dapat menekan produksi enzim tanah tertentu yang terlibat dalam distribusi nutrisi. Omidi et al. (2008) juga
menjelaskan bahwa sifat biologi tanah yang didalamnya termasuk aktivitas enzimatik mikroba adalah indikator yang tepat untuk menentukan kualitas tanah. Dalam praktik pengolahan lahan yang ada, sistem tanpa olah tanah menunjukkan aktivitas enzimatik yang meningkat secara signifikan.
Berdasarkan Hunt et al. (1987) dalam Filho et al. (2004) secara umum tingkat
pertumbuhan jamur lambat dalam media pertumbuhan buatan. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, bakteri tumbuh lebih cepat dalam tanah di bawah pengaruh akar, dan secara signifikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan N-mik tanah dalam rizosfir, karena memiliki C/N ratio lebih rendah dibandingkan jamur.
hutan menunjukkan komunitas mikroba yang lebih aktif, sehingga lebih cepat untuk penambahan substrat karbon.
Sharma et al. (2004) dalam Kara and Bolat (2007) melaporkan bahwa untuk
lahan (hutan, agroforestri, pertanian, dan gurun) memiliki nilai biomassa nitrogen mikroorganisme (30-142 mg g-1), sedangkan Diaz et al. (1988)
melaporkan bahwa untuk tanah hutan berdaun gugur (132-240 mg g-1) dan hutan hijau (42-242 mg g-1). Selain hal diatas ada beberapa penelitian yang menunjukkan kandungan biomassa nitrogen, diantaranya adalah untuk hutan termasuk jenis pohon jarum tanah (52-125 mg g-1), tanah padang rumput (50-463 mg g-1), tanah padang rumput (rata-rata 116 mg g-1), hutan (rata-rata 251,3 mg g-1) dan padang tanah (153,9 mg g-1) ( Martikainen dan Palojarvi, 1990; Cleveland et al. 2003 dalam Kara and Bolat, 2007).
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Percobaan penanaman dilakukan di lahan alang-alang di daerah Blora Indah Kelurahan Segala Mider Tanjung Karang Barat yang memiliki jenis tanah ultisol. Analisis biomassa nitrogen mikroorganisme dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
(Jenkinson dan Powlson), C-organik tanah (metode Walkey & Black), N-total (metode Kjeldahl) dan pH tanah (metode elektrometrik).
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 ulangan. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sistem olah tanah intensif (T1), sistem olah tanah minimum (T2), dan
tanpa olah tanah (T3). Data yang diperoleh ditabulasi dan diuji homogenitas
ragamnya dengan uji Barlett dan aditifitasnya dengan Uji Tukey. Bila asumsi telah terpenuhi (ragam homogen dan non aditivitas) data dianalisis ragam (Anara). Bila F hitung nyata maka rata-rata data akan diuji dengan
menggunakan uji BNJ 5% dan uji korelasi antara N-mik dengan pH tanah, C-organik dan N-total tanah.
D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan alang-alang yang berumur lebih dari10 tahun. Selama ini lahan alang-alang tersebut hanya dikelola dengan
21
digunakan sebagai mulsa. Pada petak olah tanah intensif (OTI) tanah diolah pada saat akan menanam dan sisa tanaman serta gulma dikeluarkan dari petak percobaan.
Pada saat 2 minggu sebelum melakukan penanaman lahan disemprot
menggunakan herbisida glifosat dengan dosis 5 liter ha-1 untuk menghilangkan gulma yang tumbuh, dan kemudian gulma tersebut digunakan sebagai mulsa untuk perlakuan tanpa olah tanah (TOT). Lahan percobaan dibagi menjadi enam kelompok (blok). Tiap kelompok dibagi menjadi 3 petak dengan ukuran 4 m x 2 m sebanyak 18 petak dan jarak antar petak 50 cm. Jarak tanam
tanaman jagung yang digunakan adalah 25 cm x 75 cm dengan Varietas Bisi-816. Lahan akan diberi pupuk kimia dengan dosis 90-120 kg N ha-1, 30-45 kg P2O5 ha-1 dan 0-25 kg K2O ha-1. Pemberian pupuk diberikan secara bertahap,
1/3 pupuk urea ditambah 1/3 pupuk KCl dan seluruh pupuk TSP diberikan pada awal tanam. Sedangkan sisanya diberikan pada 1 bulan setelah tanam dan pada pertumbuhan vegetatif maksimum. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyulaman dan penyiangan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bilamana diperlukan.
E. Pengamatan
1. Variabel utama
Variabel utama yang diamati yaitu nitrogen mikroorganisme tanah (N-mik) dengan menggunakan metode fumigasi-inkubasi (Jenkinson dan Powlson). Proses pelaksanaan analisis yaitu tanah lembab (setara dengan 50 gram berat kering oven) ditempatkan dalam gelas beaker 50 ml. Tanah tersebut kemudian
difumigasi menggunakan kloroform (CHCl3) sebanyak 30 ml dalam desikator
yang telah diberi tekanan 50 cm Hg selama 48 jam. Sedangkan 5 gram tanah inokulan diikat rapat dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
Selanjutnya setelah 48 jam difumigasi tanah dibebaskan dari CHCl3 dengan
cara diberi tekanan 50 cm Hg, kemudian dimasukkan ke dalam toples
berukuran 1 liter yang diberi 10 ml KOH 0,5 N dan 10 ml aquades kemudian ditambahkan 5 gram tanah inokulan (tanah segar) yang telah diaklimatisasi dari lemari pendingin pada saat pertama fumigasi. Tanah kemudian diinkubasi pada suhu 25o C selama 10 hari.
Tanah tanpa fumigasi dan difumigasi yang telah diinkubasi selama 10 hari kemudian diambil 5 gr untuk setiap sampelnya dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian di ekstrak dengan 50 ml KCl 2 M selama 2 jam pada reciprocating shaker. Pada 1 jam pertama saat penyekeran dilakukan
23
pendingin pada suhu 4oC. Hasil ekstrak dianalisis NH4+ menggunakan teknik
Spektrofotometer dan dicatat hasilnya.
Untuk analisis Biomassa N-mik prosesnya yaitu 1 ml sampel hasil ekstraksi ditambahkan 10 ml H2SO4 dan 2 ml buffer Phospate kemudian dikocok agar
larutan tercampur. Kemudian larutan ditambahkan lagi dengan 5 ml Phenol encer dan 2,5 ml NaOCl encer kemudian dikocok kembali. Larutan yang telah dikocok ditambahkan 50 ml aquades dan biarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit dibiarkan bereaksi, sampel yang ada diukur kandungan NH4+
mengggunakan spektrofotometer 630 nm. Kemudian kuantitas NH4+ biomassa
mikroorganisme tanah dihitung dengan rumus :
Biomassa N-Mik tanah =(mg NH4+-N kg-1soil 10 hari-1)fumigasi –
(mg NH4+-N kg-1soil 10 hari-1)tanpa fumigasi/ KN
Keterangan :
KN=0,41 (Carter and Rennie, 1982 dalam Garcia et al. 2000)
2. Variabel Pendukung
Sedangkan variabel pendukung yang akan diamati pada masa panen yaitu : a. Kadar C-organik (metode Walkey & Black)
PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN BIOMASSA NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata Cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN
YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)
(Skripsi)
Oleh
VALENTINUS IXMANTO
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Korelasi antara C-organik tanah dengan biomassa nitrogen
mikroorganisme tanah pada pengamatan saat panen
akibat pengaruh sistem olah tanah pada pertanaman jagung ... 41 2. Korelasi antara N-Total tanah dengan biomassa nitrogen
mikroorganisme tanah pada pengamatan saat panen
akibat pengaruh sistem olah tanah pada pertanaman jagung ... 42 3. Korelasi antara pH (H2O) tanah dengan biomassa nitrogen
mikroorganisme tanah pada pengamatan saat panen
DAFTAR ISI
ii
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
A. Kesimpulan ... 32
B. Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J. S., dan Mulyadi. 1992. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. Dalam PPT (ed). Pemanfaatan lahan alang untuk usahatani berkelanjutan. Pros. Seminar lahan alang-alang. Bogor, 1 Desember 1992.
Aprisal. 2004. Model Reklamasi Lahan Alang-alang dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan di Daerah Transmigrasi PandanWangi Peranap Riau.
Stigma XII (3): 0853-3776.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air Edisi 2 Cetakan 2. Ipb Press. Bogor.
472 hal.
Bps. 2010. Tanaman Panagan. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0. Diakses pada tanggal 28 September 2010.
Allmaras, R.R., S.M. Copeland, P.J. Copeland and M. Oussible. 1996. Spatial relations between oat residue and ceramic spheres when incorporated sequentially by tillage. Soil Sci. Soc. Am. J. 60: 1209-1216.
Bahkri, S. 2007. Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu. Departemen Pertanian. Sulawesi Tengah.
http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id/dokumen/one/29/file/07-juknis-jagung.pdf. Diakses pada tanggal 28 September 2010.
Barreto, P.B., E. F G Rodrigues., A. C. G. Rodrigues., N. F. Barros., S. Fonseca., and A. B. Bittencourt. 2008. Activity, Carbon and Nitrogen of Microbial Biomass in Eucalypt Plantations in an age Sequence. Rev Bras. Solo Ciênc Vicosa 32 (2): 611-619.
Bonde, T. A., J. Schnurer., and T. Rosswal. 1988. Microbial Biomass as a Fraction of Potentially Mineralizable Nitrogen in Soils from long-term Field Experiments. Soil Biol. Biochem. 20: 447-452.
34
Carter, M.R. 1992. Influence of Reduced Tillage Systems on Organic Matter, Microbial Biomass, Macro-aggregate Distribution and Structural Stability of Surface Soil in a Humid Climate. Soil Till. Res. 23: 361-372.
Dalfelt, A, L.O.Næss, RTM. Sutamihardja and N. Gintings.1996. Feasibility Study on:Reforestation of Degraded Grasslands in Indonesia as a Climate Change Mitigation Option. http://www.cicero.uio.no/media/88.pdf. . Diakses pada 28 September 2010.
Diaz-Ravina, M., T. Caraballas and M.J. Acea. 1988. Microbial biomass and activity in four acid soils. Soil Biol. Biochem. 20: 817-823.
Dick, R.P. 1992. A review: Long-term Effects of Agricultural Systems onSoil Biochemical and Microbial Parameters. Agric. Ecosys. Environ. 40: 25-36.
Doran, J. W. 1987. Microbial Biomass and Mineralizable Nitrogen Distributions in no-Tillage and Plowed Soils. Biol Fertil. Soils. 5 (1): 68-75.
Ekenler, M. and M. Tabatabai. 2003. Effects of Liming and Tillage Systems on Microbial Biomass and Glycosidases in Soils. Biol Fertil Soils 39: 51-61.
Eussen, J.H.H., S. Slamet., and D. Soeroto. 1976. Competition Between Alang-alang (Imperatacylindrica (L.) Beauv.) and Some Crop Plants. BIOTROP Bulletin No.10, 1976. BIOTROP. Bogor,Indonesia
Filho, S. de P.V., B. J. Feigl., M. de C. Piccolo., M. S. Neto., and C. C. Cerri.. 2004. Root System and Soil Microbial Biomass
Under no-tillage System. Sci. Agric. 61 (5): 529-537.
Filho, S. de P.V., B. J. Feigl., M. de C. Piccolo., M. S. Neto., and C. C. Cerri. 2008. Soil Microbial Biomass in no-tillage System in the Campos Gerais region – Tibagi, PR (Brazil). Solo Ciênc Vicosa 32 (2): 599-610.
Follett, R.F. 2001. Soil management concepts and carbon sequestration in cropland soils. Soil Till. Res. 61: 77-92.
Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. John Wiley and Sons inc. USA
Franzluebbers, A.J., R.L. Haney and F.M. Hons. 1999. Relationships of Chloroform Fumigation–Incubation to Soil Organic Matter Pools. Soil Biol. Biochem. 31: 395-405.
Gajda, A.M. 2007. Effect of Different Tillage Systems on Some Microbiological Properties of Soils Under Winter Wheat. Int. Agrophysics 22: 201-208.
Moldboard Plowing Overestimated with tilled-zone Sampling Depths. Soil Till. Res. 96: 42–51.
Garcia, F.O. and C.W. Rice. 1994. Microbial Biomass Dynamics in Tallgrass Prairie. Soil Sci. Soc. Am. J. 58: 816-823.
Garcia, S. J. R., J. de J. V. Garcia., E. R. Robles., A. D. B. Gonzales., M. T. Lopez., and S. U. Gomez. 2000. Mid-term Effects of Tillage on Microbial Biomass and Nutrient Distribution in Vertisols and Andisols Under Rain-fed Corn Production. Terra 18 (4): 349-359.
Garrity, D. P., M. Soekardi., M. van Noordwijk., R. de la Cruz., P. S. Pathak., H. P. M. Gunasena., N. van So., G. huijun., and N. M. Majid. 1996. The Imperata grasslands of tropical Asia: area, distribution, and typology.
Agrofor. Syst 36 (1-3): 3-29.
Gonggo, B. M., B. Hermawan dan D. Anggraeni. 2005. Pengaruh Jenis Tanaman Penutup dan Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisika Tanah pada Lahan Alang-alang. J Pert. Indo 7 (1): 44-50.
Grayston, S. J., S. Wang., C.D. Campbell., and A. C. Edward. 1998. Selective Influence of Plant Species on Microbial Diversity in the Rhizosphere. Soil Biol. Biochem. 30: 369-378.
Gregorich, E.G., B.C. Liang, C.F. Drury, A.F. Mackenzie and W.B. McGill. 2000. Elucidation of the Source and Turnover of Water Soluble and Microbial Biomass Carbon in Agricultural Soils. Soil Biol. Biochem. 32 :
581-587.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada. Jakarta. 360
hlm.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah Cetakan keenam. Akademika Pressindo.
Jakarta. 288 hlm.
Horwath, W.R and D.Geisseler. 2009. Short-term Dynamics of Soil Carbon, Microbial Biomass, and Soil Enzyme Activities as Compared to Longer-term Effects of Tillage in Irrigated Row Crops. Biol. Fertil. Soils. 46:
65-72.
Kara, O. I.Bolat. 2008. The Effect of Different Land Uses on Soil Microbial
Biomass Carbon and Nitrogen in Bart›n Province. Turk. J Agric. For.
32: 281-288.
Kesumaningwati, R. 2009. Peranan Mikoriza pada Perbaikan Lahan Bervegetasi
36
Marumoto, T., J. P. E. Anderson., and K. H. Domsch. 1982. Mineralization of Nutrients from Soil Microbial Biomass. Soil Biol. Biochem. 14:469-475.
Megasari, D. 2009. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang terhadap Laju Respirasi Tanah pada Tanaman (Zea mays L) di kebun Percobaan Politeknik Negeri lampung.(Skripsi) Fakultas Pertanian Universitas lampung. 42 hlm.
Miller, H. J., G. Henken., and J. A. van Veen. 1989. Variation and Composition of Bacterial Populations in Rhizosphere of Maize, Wheat and Grass
Cultivars. Canadian J. Microbiol. 16: 656-660.
Morgan, R.P.C. 1995. Soil Erosion and Conservation.Longman. UK.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Ipb Press. Bogor.
240 hlm.
Omidi, H., Z. Tahmasebi., H. Torabi., and M. Miransari. 2008. Soil Enzymatic Activities and Available P and Zn as Affected by Tillage Practices, Canola (Brassica napus L.) Cultivars and Planting Dates. Eur J. Soil Biol. 44:
443-450.
Paul, R. and Elmore, C.D. 1984. Weeds and the C4 syndrome. Weeds Today. 15:
3-4.
Pirngadi, K., Toha, H.M., dan Guswara, A. 1999. Effect of Conservation Tillage and Insitu Organic matter Management on Productivity Increase of Imperata cylindrica Land. http://agris.fao.org/agris
search/search/display.do?f=2003/ID/ID03014.xml;ID2002001445\. Diakses pada tanggal 21 September 2011.
Rafiuddin, R. Padjung dan M. Tandi. 2006. Efek Sistem Olah Tanah dan Super Mikro Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung. J. Agrivigor 5
(3): 239-246
SÁ, J. C. M., C. C. Cerri., W. A. Dick., R. Lal., S. P. V. Filho., M. C. Piccolo., and B. E. Feigl. 2001. Organic Matter Dynamic and Carbon Sequestration Rates for a Tillage Chronosequences in a Brazilian Oxisol. Soil Scie. Soc Am. J. 65: 1486-1499.
Santoso, D., S. adiningsih., E. Mutert., T. Fairhurst., and M. van Noordwijk. 1997. Soil fertility management for reclamation of Imperata grasslands by
smallholder agroforestry. Agrofor Syst 36: 181-202.
Suprapto, H.S. dan H.A.R Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya.
Bogor. 59 hlm.
Sutedjo, M. M.1999. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm
Tracy, B.F. and D.A. Frank. 1998. Herbivore Influence on Soil Microbial
Biomass and Nitrogen Mineralization in a Northern Grassland Ecosystem: Yellowstone National Park. Oecologia. 114: 556–562.
Umar, I. 2004. Makalah Pribadi Falsafah Sains. IPB. Bogor
Utomo, M. 2006. Bahan Buku Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 25 hlm.
Yonekura, Y., S. Ohta., Y. Kiyono., D. Aksa., K. Morisada., N. Tanaka., and M. Kanzaki. 2010. Changes in Soil Carbon Stock after Deforestation and Subsequent Establishment of “Imperata” Grassland in the Asian Humid
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem olah tanah intensif (OTI), olah tanah minimum (OTM), dan tanpa olah tanah (TOT) tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan biomassa nitrogen mikroorganisme pada lahan bekas alang-alang yang ditanami jagung.
2. Tidak terdapat korelasi kandungan C-organik, N-total dan reaksi tanah (pH) dengan kandungan biomassa nitrogen mikroorganisme tanah.
B. Saran
PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN BIOMASSA NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata Cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN
YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)
Oleh
Valentinus Ixmanto
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN BIOMASSA
NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)
Nama Mahasiswa : Valentinus Ixmanto No Pokok Mahasiswa : 0614031059
Jurusan : Ilmu Tanah Fakultas : Pertanian
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc.
NIP 195901311985031002 NIP 196305091987032001
2. Ketua Bidang Ilmu Tanah
Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. ………
Sekretaris : Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc. ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 196108261987021001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Pasir Jaya pada tanggal 10 Oktober 1988, anak pertama dari dua bersaudara keluarga Bapak Wagiono dan Ibu Kristina Karmiati.
Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Gunung Pasir Jaya Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 2000, dilanjutkan di SLTPN 2 Jabung yang diselesaikan pada tahun 2003, serta SMAK BPK Penabur Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2006.
Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karya kecilku
ini untuk bapak dan ibuku yang selalu mendidik,
membimbing dan mendoakanku
Semoga karya kecilku ini dapat menggantikan setitik dari
berjuta pengorbanan yang telah diberikan tanpa batas
Untuk sahabat-sahabatku terkasih yang selalu memberikan
semangat dan dorongan dalam setiap kejenuhan
Serta almater tercinta Universitas Lampung
Keberhasilan adalah kemampuan untuk
melewati dan mengatasi dari satu kegagalan
ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan
semangat.
(Winston Chuchill)
Marilah kepada Ku, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan memberi
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah Terhadap Kandungan Biomassa Nitrogen Mikroorganisme (N-mik) Lahan Bekas Alang-alang (Imperata cylindrica L.) Umur Lebih dari 10 Tahun
yang Ditanami Jagung (Zea mays L.)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. selaku pembimbing pertama dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi. Ibu Prof. Dr. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku penguji atas kritik dan masukannya untuk perbaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku pembimbing akademik yang memberi bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Bidang Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
5. Seluruh Dosen Unila khususnya dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan seluruh staf karyawan Jurusan Ilmu Tanah, atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis.
6. Kedua Orang Tua tercinta bapak dan ibu, serta adikku tersayang atas segala saran, nasihat, doa, kasih sayang, bantuan dan dukungan sepenuhnya. 7. Sahabat-sahabat terbaikku : Nina, Oki
8. Teman-teman penggembala SSV Joni, Albert , Falent , Olive, Titi yang selalu memberikan kehangatan persahabatan dalam melayani.
9. Teman-teman kosan Fitra, Imam, Pranoto dan Rizky
10.Teman-teman seperjuangan ’06 : Azis, Adi, Febri, Dicky, Cipto, Bernov, Udin, Doni, Ferdy, Icha, Nena, Yani, fitri, Jonaety, Desi, Nita, Trisyanti, Nopi, Asri, Fela, Boy, Ryan, Denda, Yulyan, Duwi, Intan, Andrisa, Elva atas segala kebersamaan selama ini.
11.Teman-teman satu tim penelitian : Trisyanti, Nita, Priyadi , Yogi, Febri. 12.Kakak-kakak dan Adik-adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali, yang telah
mendukungku sejauh ini.
Bandar Lampung, Juni 2012