• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

Oleh

TANTY YUNITA SAPUTRI

Evaluasi keturunan biasanya dikaitkan dengan kemampuan tetua dalam suatu

persilangan yang disebut daya gabung. Daya gabung adalah kemampuan genotipe

untuk mewariskan karakter yang diinginkan (sifat interest) kepada keturunannya.

Evaluasi daya gabung merupakan salah satu cara menilai kemamampuan kedua

inbred untuk mewariskan sifat interest mereka kepada zuriat hibrida F1.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengevaluasi daya gabung tetua inbred kepada

zuriat kuning kisut polinasi terbuka; (2) mengetahui adanya ragam genetik dan

heritabilitas untuk sifat-sifat interest yang dievaluasi; dan (3) mendapatkan jagung

manis kuning kisut pada tongkolnya.

Penelitian ini dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)

dengan tiga ulangan. Data dianalisis ragam untuk mendapatkan kuadrat nilai

tengah dan kuadrat nilai tengah harapan yang akan digunakan untuk menduga

(2)

broad-Tanti Yunita Saputri

sense (h2BS) dihitung menggunakan model matematika berdasarkan Hallauer dan Miranda. Analisis daya gabung dilakukan dengan analisis boxplot. Segregasi biji

jagung manis true type dihitung dengan cara membandingkan jumlah biji kisut

dengan jumlah biji seluruhnya dalam satu tongkol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, daya gabung umum terbukti pada karakter

tinggi tanaman, posisi tongkol, jumlah daun, jumlah malai, panjang tongkol, dan

jumlah baris biji. Daya gabung khusus terbukti pada karakter diameter tongkol,

dan kadar sukrosa. Nilai ragam genetik (σ2g) dan heritabilitas broad-sense (h2BS) berbeda dari nol untuk karakter jumlah daun, jumlah malai, dan diameter tongkol.

Dari 15 tongkol jagung manis kuning kisut yang diamati. Rasa manis pada

jagung manis ditentukan oleh bentuk tampilan kisut pada biji jagung manis.

Berdasarkan jumlah biji kisut, dapat dilihat bahwa hampir semua sampel yang

(3)

ABSTRACT

THE ESTIMATION OF GENETIC COMPONENTS, COMBINING ABILITY, AND SEED SEGREGATION ON SHRUNKEN

YELLOW SWEET CORN

by

Tanti Yunita Saputri

The progeny analysis is commonly related with the ability of parents in a cross

known as combining ability. The combining ability is the ability of genotypes to

inherit characters of interest to their progenies. The evaluation of combining

ability is a mean to estimate the capacity of both parental inbreds to inherit their

characters of interest to their F1 hybrid progenies.

This study intended to: (1) evaluate the combining ability of parental inbreds to

their-pollinated shrunken yellow progeny; (2) asses the presence of genetic

variance and heritabilty for characters of interest to be evaluated; and (3) obtain

the having shrunken yellow sweet corn on its ears.

This study was accomplished in a Randomized Complete-Block Design (RCBD)

with three replications. Data was analyzed for the variances to estimate for its

mean squares and expected means squares to be utilized to estimate genetic

(4)

Tanti Yunita Saputri

(h2BS) were calculated following mathematical model developed by Hallauer and

Miranda. The combining ability analysis was done using boxplot analysis. The

seed segregation of true-type sweet corn was calculated in a way of comparing

the number of shrunken-seeds with the total number of seeds in the ear.

Base on the result of this study, the general combining ability were proven on the

characters of plant height, ear position, leaf number, male-inflorencence spike

number, ear length, and seed row number. The specific combining ability was

proven on the characters of ear diameter and sugar content. The values of genetic

variation and heritability were different from zero for the characters of leaf

number, male-inflorencence spike number, and ear diameter. All of 15 sweet corn

ears under study were shrunken yellow sweet corn. The sweet taste of sweet corn

was determined by the shrunkeness of the sweet-corn seeds. Based on the

shrunken-seed number, it was proven that almost all of the observed samples

(5)

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

(Skripsi)

Oleh

TANTY YUNITA SAPUTRI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Analisis boxplot untuk tinggi tanaman ... 22

2. Analisis boxplot untuk posisi tongkol ... 23

3. Analisis boxplot untuk jumlah daun …………..………….……….... 23

4. Analisis boxplot untuk jumlah malai ... 24

5. Analisis boxplot untuk diameter tongkol ... 24

6. Analisis boxplot untuk panjang tongkol... 25

7. Analisis boxplot untuk jumlah baris ... 25

(8)

iii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Jagung Manis ... 6

2.2Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis ... 7

2.3Daya Gabung Umum dan Daya Gabung Khusus Jagung Manis .... 8

2.4Genetika Tanaman Jagung Manis ... 9

2.5Ragam Genetik dan Heritabilitas ... 10

2.6Segregasi Jagung Manis dalam Bentuk Biji... 12

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Metode Penelitian ... 14

3.1.1 Pengolahan media tanam ... 14

(9)

iv Halaman

3.1.3 Pengambilan sampel ... 15

3.1.4 Peubah yang diamati ... 15

3.1.5 Analisis data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sifat Vegetatif dan Generatif ... 18

4.2 Ragam Genetik σ2g dan Heritabilitas Broad-sense h2BS ... 19

4.3 Daya Gabung ... 21

4.4 Segregasi ... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W. 1989. Principles of Plant Breeding. John Wiley and sons. New York. NY.

Chaudhary, R.C. 1982. Introduction to Plant Breeding. Oxford and IBH., New Delhi. 267 pp.

Creech, R.G. 1965. Genetic Control of Carbohydrate Syntesis in Maize Endosperm. Genetics 52: 1175-1186.

Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development. Vol.1. Theory and Technique. Macmillan Publ. Co. New York. NY. 536 hlm. Gunawan, A. 2009. Budidaya Tanaman Jagung Lokal (Zea mays L.).

Hallauer, A.R., and J.B. Miranda Fo. 1988. Quantitative Genetics in Maize Breeding. Iowa State University Press. Iowa. USA

.

Hikam, S. 2003. Pemanfaatan Epistasis Bentuk Biji Didalam Perakitan Jagung Manis Harapan Lampung Super Sweet. Poster pada Simposium

Nasional dan Kongres Peragi VIII. Bandar Lampung. 8—10 Juli 2003. Hikam, S. 2003. Program Pengembangan Jagung Manis Lampung Super Sweet

(LASS) Dan Lampung Golden Bantam (LAGB). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Naskah lepas 17 hlm.

Hikam, S. 2004. Biometrika: Penggunaan Biometrika dalam Desain Penelitian, Analisis Data, dan Penyimpulan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Naskah lepas 19 hlm.

Hikam, S. 2008. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Dalam penerbitan 36 hlm.

Hikam, S. 2009. Pemanfaatan Segregasi Epistatik dan Peningkatan Efisiensi Kalmodulin pada Biji dalam Perakitan Jagung Manis Hibrid.

(11)

Hikam, S., P.B. Timotiwu, dan D. Sudrajat. 2009. Perakitan Benih Jagung

Manis Fenotipe Biji Bulat melalui Modifikasi Segregasi Epistatik Dialel 9:7. Dalam 100 inovasi Indonesia. Ristek. http://www.bic.web.id/in/ketahanan-pangan/132-keturunan-yang-manis-dan-nirmanis.html.

Hikam, S. 2010. Teknik Perancangan dan Analisis Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Dalam penerbitan 31 hlm.

Iskandar. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 182 hlm.

Nurmayanti, S. 2011. Pendugaan Komponen Genetik, Daya Gabung, dan Segregasi pada Jagung Manis Dwiwarna. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 44 hlm.

Rubatzky, V.E. and M. Yamaguchi. 1998. World Vegetables : Principles, Production and Nutritive Values. Alih bahasa oleh C. Horison. ITB Press. Bandung. 313 hlm.

Simmonds, N.W. 1979. Principles of Crop Improvement. Longman Inc. New York. 408 hlm.

Sprague, G.F. 1977. Corn and Corn Improvement. American Society of Agronomy, Inc. USA.

Welsh, J.R. 1991. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman.

Diterjemahkan oleh Johanis P. Mogea dari Fundamental of Plant Genetic and Breeding. Penerbit Erlangga. Jakarta. 224 hlm.

Wikipedia. 2010. Hukum Pewarisan Mendel. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pewarisan_Mendel.

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang disukai masyarakat. Jagung manis disukai karena

rasanya yang enak, mengandung karbohidrat, protein, dan vitamin tinggi, serta

kandungan lemaknya rendah. Selain itu juga nilai ekonomi jagung manis tinggi.

Secara komersial harga jagung manis ditentukan oleh kualitas tongkol muda.

Tongkol jagung manis dapat dipanen sebagai jagung semi (78—80 hst; Hikam,

2003).

Secara alami jagung adalah spesies kros (99,9 % kros). Walaupun monoesius,

bunga jantan jagung matang lebih dahulu dibandingkan bunga betinanya

(protandri) (Fehr, 1987). Tabur polen antesis terjadi 4—10 hari sebelum

munculnya rambut tongkol (silk). Adanya selang waktu ini memungkinkan polen

dari satu tanaman untuk memolinasi tongkol tanaman yang lain, sedangkan

tongkolnya sendiri terpolinasi oleh polen tanaman lain.

Ragam genetik merupakan ukuran tentang besarnya perbedaan genetik dari inbred

yang terbaik sampai yang terburuk (Gunawan, 2009). Makin besar ragam genetik

(13)

populasi akan mempengaruhi besarnya heritabilitas. Agar seleksi sifat interest

dapat diturunkan kepada zuriat hibrida, tetua inbred harus memiliki kemampuan

pewarisan sangat penting dalam suatu perakitan varietas baru (Fehr, 1987).

Evaluasi keturunan biasanya dikaitkan dengan kemampuan suatu tetua dalam

suatu persilangan. Kemampuan ini disebut daya gabung. Dengan melihat rerata

keturunan dapat ditentukan apakah suatu tetua mempunyai daya gabung terhadap

tetua lain (Allard, 1989).

Daya gabung adalah kemampuan genotipe untuk memindahkan sifat yang

diinginkan kepada keturunannya. Ada dua macam daya gabung, yakni daya

gabung umum dan daya gabung khusus. Daya gabung umum merupakan

kemampuan suatu genotipe untuk menunjukkan kemampuannya rerata

keturunanannya bila disilangkan dengan sejumlah genotipe lain yang

dikombinasikan. Daya gabung khusus adalah kemampuan suatu kombinasi

persilangan untuk menunjukkan penampilan keturunannya. Evaluasi daya gabung

merupakan salah satu cara menilai kemampuan inbrida berdasarkan daya hasil

persilangan dengan tetuanya yang digunakan sebagai genotipe penguji (Allard,

1989).

Faktor utama yang menentukan keunggulan hibrida adalah daya gabung galur

murni. Pada awalnya, daya gabung merupakan konsep umum untuk

mengklasifikasikan galur murni secara relatif menurut penampilan hibridanya

(Hallauer dan Miranda, 1988). Daya gabung umum merupakan penampilan

(14)

khusus menunjukkan penampilan galur murni dalam suatu kombinasi lainnya

(Sprague dan Tatum, 1942).

Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut

(1) Apakah dapat dievaluasi daya gabung tetua inbred kepada zuriat kuning kisut

polinasi terbuka?

(2) Apakah terdapat ragam genetik dan heritabilitas untuk sifat interest yang

dievaluasi?

(3) Apakah diperoleh biji jagung manis kuning kisut dengan perbandingan 12:4?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut

(1) Mengevaluasi daya gabung tetua inbred kepada zuriat kuning kisut polinasi

terbuka.

(2) Mengetahui adanya ragam genetik dan heritabilitas untuk sifat interest yang

dievaluasi.

(3) Mengevaluasi perbandingan biji jagung manis kuning kisut 12:4.

1.3 Kerangka Pemikiran

Berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis

(15)

Dalam perakitan jagung Srikandi nonsweet dan jagung manis LASS digunakan

pedigri yang diturunkan dari hibrid nonsweet. Jagung manis LASS berasal dari

Srikandi nonsweet yang tersegregasi membentuk tongkol dengan 3 biji kuning

bulat (nonsweet) : 1 biji kuning kisut (sweet). Kriteria seleksi terhadap

pembentukan pedigri selalu tetap untuk keempat belas hibrid awal sampai dengan

generasi self ke-9. Misalnya: (1) tinggi tanaman 150 cm; (2) posisi tongkol 48%

terhadap tinggi tanaman, dan (3) jumlah baris biji per tongkol 12 baris. Sehingga

keempat belas pedigri menunjukkan fenotipe yang sama walaupun genotipe

berbeda. Akibatnya penelitian terdahulu selalu tidak nyata untuk pengukuran

ragam genetik (σ2g) dan heritabilitas broad-sense (h2BS). Dalam penelitian ini

diharapkan setidak-tidaknya ada satu peubah yang menunjukkan σ2g dan h2BS

yang besar untuk kepentingan perakitan jagung manis pada masa yang akan

datang.

Peningkatan kualitas sangat penting dalam pemuliaan jagung manis. Perakitan

jagung manis kuning kisut merupakan hasil dari persilangan tetua kuning bulat

dan kuning kisut. Terdapat daya gabung pada kedua tetua yang digunakan. Daya

gabung dibedakan menjadi dua macam, yaitu daya gabung umum dan daya

gabung khusus. Daya gabung umum adalah kinerja zuriat hibrida merupakan

rerata kinerja kedua tetua inbrednya (aditif). Daya gabung khusus adalah kinerja

zuriat hibrid menyimpang dari DGU sedemikian rupa sehingga sama dengan tetua

inbred terbaik (dominan). Dalam penelitian ini, DGU lebih penting jika daripada

(16)

Dalam penelitian ini akan didapat segregasi jagung manis dalam bentuk biji kisut.

Yang diharapkan adalah varietas F1 dengan segregasi kuning kisut yang di

dalamnya membawa alel manis. Dimana terbentuknya segregan kuning kisut

tersebut terbentuk dari kuning bulat disilangkan dengan kuning kisut.

Di dalam evaluasi inbred diuji banyak sifat interest yang disebut peubah (dalam

penelitian ini digunakan delapan sifat interest). Tidaklah mungkin bahwa seluruh

sifat interest berperan langsung (seleksi langsung) atau berperan tidak langsung

terhadap peningkatan produksi. Kebanyakan sifat interest berdiri sendiri (sifat

kualitatif). Sifat kualitatif tidak terlalu bermanfaat sebagai faktor seleksi yang

diperlukan adalah sifat interestnya yakni (1) berkorelasi nyata dengan produksi;

(2) memiliki ragam genetik yang besar; (3) mudah diamati dan mudah di ukur;

dan (4) lebih disukai bila dapat diukur sebelum panen untuk mempercepat waktu

seleksi.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

hipotesis sebagai berikut

(1) Daya gabung terdapat pada tetua inbred zuriat kuning kisut polinasi terbuka,

dengan semua karakter yang diamati.

(2) Untuk sifat interest yang dievaluasi terdapat ragam genetik dan heritabilitas

pada karakter yang diamati.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis

Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

(monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada satu

tanaman. Bunga jantan terdiri dari beberapa malai dan setiap malai memiliki

spikelet-spikelet yang akan membuka saat bunga telah masak (Hallauer, 1986

dalam Fehr, 1987). Tanaman jagung manis juga dibedakan atas dua bagian yaitu

bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif tanaman jagung manis

meliputi akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatifnya meliputi bunga

dan buah. (wikipedia.org/wiki/Jagung).

Klasifikasi ilmiah

Regnum : Plantae

Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledon

Ordo : Poales

Familia : Poaceae/Gramineae

Genus : Zea

(18)

Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) termasuk dalam kelas

Monocotyledone famili graminae. Jagung manis dapat tumbuh baik di dataran rendah baik sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga

didaerah pegunungan pada ketinggian 1.000—1.800 m di atas permukaan laut.

Jagung manis merupakan tanaman semusim (annual) satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80—100 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

(wikipedia.org/wiki/Jagung).

Pada dasarnya varietas jagung digolongkan ke dalam dua golongan varietas, yaitu

varietas bersari bebas. Yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah

varietas yang benihnya dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanaman.

Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang

mempunyai ciri-ciri dari varietas tersebut (Sparague, 1977).

2.2Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis

Jagung manis di Indonesia umumnya ditanam di dataran rendah baik di tegalan,

sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat didaerah

pegunungan pada ketinggian 1.000—1.800 m di atas permukaan laut. Tanah yang

dikehendaki adalah tanah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan

aerasi dan drainase yang baik. Jagung manis dapat tumbuh baik pada berbagai

macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi

pertumbuhannya. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat

(19)

ini dilakukan untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan deras

(Gunawan, 2009).

Keadaan suhu yang dikehendaki tanaman jagung adalah suhu yang optimal antara

23 ºC – 27 ºC. Suhu sekitar 25 ºC akan mengakibatkan perkecambahan biji jagung

lebih cepat dan suhu tinggi lebih dari 40 ºC akan mengakibatkan kerusakan

embrio sehingga tanaman tidak berkecambah. Keasaman tanah (pH) yang terbaik

untuk jagung manis adalah sekitar 5,5 –7,0. Faktor iklim yang terpenting adalah

jumlah dan pembagian sinar matahari, curah hujan, temperatur, kelembaban dan

angin.

Tanaman jagung manis tergolong pendek. Umur tanaman lebih genjah, tongkol

jagung manis lebih kecil. Jagung manis dapat dipanen pada 60—75 hari setelah

tanam (hst). Jagung manis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, asalkan drainase

baik dan persedian pupuk yang cukup (Iskandar, 2003).

Jagung manis memiliki malai dan rambut berwarna putih. Selain malai dan

rambut, pangkal batang jagung manis juga mengekspresikan warna hijau. Warna

hijau tersebut dapat dilihat 5 hari setelah tanam (hst) (Hikam, 2002).

2.3 Daya Gabung Umum dan Daya Gabung Khusus Pada Jagung Manis

Faktor utama yang menentukan keunggulan hibrida adalah daya gabung inbred.

Pada awalnya, daya gabung merupakan konsep umum untuk mengklasifikasikan

inbred secara relatif menurut penampilan hibridanya (Hallauer dan Miranda,

1988). Daya gabung umum relatif lebih penting dari daya gabung khusus untuk

(20)

penting dari daya gabung umum untuk galur-galur murni yang telah diseleksi

sebelumnya terhadap peningkatan hasil (Sprague dan Tatum, 1942).

Daya gabung umum adalah kemampuan suatu tetua untuk bergabung dengan

fasilitas lain membentuk suatu kombinasi persilangan (Chaudhary, 1982). Daya

Gabung Umum mengukur penampilan zuriat hibrida hasil persilangan dua inbred

dibandingkan dengan rerata sampel acak atau seluruh zuriat hibrida yang

dihasilkan. Daya gabung umum relatif lebih penting daripada daya gabung

khusus untuk menduga kemampuan inbred yang belum diseleksi. Daya gabung

khusus adalah kemampuan suatu inbred untuk bergabung dalam suatu persilangan

khusus misalnya single cross, double cross, ataupun three- way cross (Sprague

and Tatum. Di dalam Briggs. 1967).

Dengan demikian pengembangan kearah hibrida lebih ditekankan pada daya

gabung khusus tetuanya, sedangkan untuk pengembangan kearah varietas sintetik

lebih ditekankan pada daya gabung umumnya. Pengujian daya gabung dapat

dilakukan dengan metode diallele cross, yakni evaluasi terhadap seluruh

kombinasi hibrida silang tunggal dari sejumlah galur murni (Stoskopf dkk., 1993).

2.4 Genetika Tanaman Jagung Manis

Rasa manis pada endosperma jagung dikendalikan secara monoalelik homozigot

resesif. Dengan demikian rasa manis merupakan sifat kualitatif, yaitu fenotipe

merupakan ekspresi langsung genotipe dengan mengabaikan pengaruh lingkungan

(21)

16 hari setelah polinasi (hsp) sedangkan kandungan pati meningkat setelah 20 hsp

kemudian konstan (Creech, 1968).

Menurut Smith (1984), pati adalah polimer sukrosa yang mempunyai bobot

molekul yang tinggi. Kebanyakan pati berbentuk dari campuran dua jenis polimer

amilose dan amilopektin dengan nisbah 3 : 1.

Pada jagung manis seleksi kemanisan endosperm dilakukan pada tongkol muda

(umur 20 hst) melalui pengukuran kadar sukrosa pada cairan biji muda maupun

secara uji organoleptik. Segregasi bentuk biji pada saat tersebut belum tampak,

seluruh biji, manis maupun nirmanis, tampak bulat penuh. Setelah melampaui

usia matang fisiologis (87 hst), biji manis yang kaya akan hidrofolik sukrosa akan

menguapkan airnya sehingga endosperm mengisut. Pada prakteknya, kekisutan

biji matang merupakan marka genetik jagung manis.

Tujuan penting dalam pemuliaan jagung manis adalah memanfatkan gen mutan

tanpa disertai sifat yang tidak diinginkan, misalnya perkecambahan dan

pertumbuhan yang jelek. Tujuan lain meliputi perbaikan sifat tanaman dan

tongkol, misalnya batang yang lebih kuat, tunas liar yang lebih sedikit, tongkol

yang lebih panjang, serta kelobot yang menutupi penuh hingga ujung tongkol

untuk mengurangi masuknya hama (Rubatzky dan Yamaguchi, 1988).

2.5Ragam genetik (σ2g) dan Heritabilitas Broad-Sense (h2BS)

Ragam genetik suatu sifat dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu aditif (σ2A),

(22)

dibagi ke komponen genetik (σ2g) dan lingkungan (σ2e). Ragam genetik

merupakan bagian dari ragam fenotipe yang dianggap sebagai perbedaan dari

lingkungan yang berbeda. Bila populasi tanaman atau individu tanaman di dalam

populasi yang sama dapat dibedakan, seleksi menjadi efektif.

Keefektifan seleksi untuk suatu sifat terletak pada faktor genetik dan lingkungan

dalam perbedaan fenotipe diantara genotipe dalam populasi. Heritabilitas suatu

fenotipe mempunyai pengaruh besar terhadap teknik yang digunakan untuk

perbaikan populasi, silang dalam (inbreding), dan aspek seleksi lain. Secara

definisi heritabilitas berarti nisbah keragaman genotipe ( σ2g) terhadap keragaman

fenotipe (σ2f);h2 = σ2g/σ2f (Welsh, 1991).

Penggunaan heritabilitas bertujuan agar komponen keragaman didalam suatu

fenotipe terpisah sehingga perbedaan kinerja genetik dapat diduga (unbiased

estinate). Hubungan ini dapat dirumuskan sebagai : σ2f = σ2g + σ2i untuk σ2i = σ2

g l. Besarnya heritabilitas suatu sifat mengindikasikan bahwa seleksi terhadap sifat yang bersangkutan dapat dimulai pada generasi awal. Sedangkan

heritabilitas yang kecil menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan terhadap

fenotipe, sehingga seleksi lebih efektif apabila dilakukan pada generasi

berikutnya.

Heritabilitas (h2BS) merupakan proporsi ragam genetik terhadap fenotipe total

h2BS (Chaudhary, 1982). Heritabilitas merupakan penduga kemampuan tetua

mewariskan sifat yang diinginkan kepada zuriatnya (Fehr, 1987). Untuk penduga

(23)

kisaran lingkungan yang besar. Adanya keragaman genetik memungkinkan

dilakukan seleksi pada pool gen tersebut.

2.6Segregasi Jagung Manis dalam Bentuk Biji

Segregasi genetik merupakan pemisahan alel pada fenotipe suatu sifat yang

terdapat pada hibrid akibat adanya persilangan. Persilangan antara jagung

nirmanis dengan jagung manis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan

jagung dengan tampilan seperti jagung nirmanis, tetapi dengan rasa manis seperti

jagung manis. Hal tersebut dapat mengurangi kendala melakukan budidaya

jagung manis, karena hibrid yang dihasilkan memiliki bentuk biji bulat dengan

daya kecambah tinggi. Hukum pertama Mendel yang dikenal dengan hukum

segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet, kedua gen yang

merupakan pasangan alel itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima

satu gen dari alelnya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1) Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter.

Ini adalah konsep mengenai alel.

2) Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari

tetua betina.

3) Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan

terekspresikan. Alel resesif yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan

(24)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung, Desa

Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari

2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK majemuk. Selain

bahan tanam, juga digunakan lima tetua jagung manis yang diambil data tahun

2008 untuk dibandingkan dengan jagung manis kuning kisut yang diambil pada

tahun 2009.

Tabel 1. Lima kultivar jagung manis yang digunakan sebagai tetua dalam penelitian.

Kultivar Cara Polinasi Tahun

(25)

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tugal, polybag, cutter,

stapler, mistar, gunting, meteran, kertas label, tali rafia, karet gelang, jangka sorong, refaktometer, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pengolahan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah polybag dengan ukuran 5 kilogram. Tanah

yang digunakan adalah tanah dari lahan kebun percobaan polinela. Selanjutnya

polybag disusun berdasarkan varietas dan ulangan yang telah ditetapkan. Dengan jarak 100 cm antar baris dan 50 cm dalam barisan. Penanaman dilakukan dengan

cara membuat lubang tanam dengan menggunakan tugal.

3.3.2 Penanaman dan Pemeliharaan

Sebelum ditanam benih dikecambahkan terlebih dahulu, tiap lubang di dalam

polibag ditanam 1 benih jagung manis. Penyulaman dilakukan 7 hari setelah

tanam (hst) dengan menanam 2—3 benih pada lubang tanam di dalam polibag

yang tidak tumbuh. Pemeliharaan dilakukan dengan menyiangi gulma dan

melakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan botol aqua

yang telah dipotong bagian bawah dasarnya sehingga dapat menampung air yang

diberikan dekat pangkal batang tanaman. Selama penelitian pengendalian hama

dan gulma yang tumbuh dilakukan secara mekanis dengan menggunakan tangan

(26)

3.3.3 Pengambilan sampel dan pengambilan contoh biji

Seluruh tanaman dibiarkan menyerbuk secara alami (open polination).

Masing-masing kultivar akan diambil lima sampel vegetatif dan tiga sampel generatif

dalam tiap barisan tanaman. Sampel generatif diperlukan untuk pengukuran kadar

sukrosa pada 16 hari setelah polinasi (hsp) dengan cara menetapkan tanggal

polinasi. Polinasi ditandai dengan pecahnya malai jantan dan bunga betina telah

terserbuki serta telah mengeringnya bunga betina (rambut jagung).

Setelah mencapai 16 hsp pengukuran kadar sukrosa dilakukan dengan cara

memotong bagian ujung tongkol jagung kemudian buat sayatan pada bagian

tengah dan sisi kelobot jagung. Buka secara perlahan kelobot jagung. Ambil biji

jagung dengan cara mencungkilnya dengan hati-hati agar biji jagung tidak pecah.

Biji jagung yang telah diambil kemudian dipecahkan hingga keluar airnya di atas

refraktometer. Kemudian baca dengan cepat angka yang tertera pada alat tersebut.

Tongkol jagung ditutup kembali dan dibungkus dengan menggunakan kantong

polinasi dan diikat dengan karet gelang. Pembungkusan dengan kantong polen

diusahakan cepat dan serapat mungkin untuk mencegah serangga atau hama rusak.

3.3.4 Peubah yang diamati

Pengamatan dilakukan terhadap komponen vegetatif dan generatif dengan peubah

yang diamati sebagai berikut

1. Tinggi tanaman maksimum (cm) diukur mulai dari leher akar sampai dasar

(27)

2. Posisi tongkol relatif (%) diukur letak tongkol dari permukaan tanah

berdasarkan persen terhadap tinggi tanaman;

3. Jumlah daun (helai) dihitung helaian daun terbawah sampai daun bendera;

4. Jumlah malai (helai) dihitung dari pangkal bunga jantan hingga malai

terbawah;

5. Diameter tongkol (cm) diukur dengan menggunakan jangka sorong;

6. Jumlah baris per tongkol dihitung setelah panen;

7. Panjang tongkol (cm) diukur 18 hari setelah polinasi dari pangkal sampai

ujung tongkol;

8. Kadar sukrosa (% Brix) diukur 16 hari setelah polinasi dengan menggunakan

refraktometer.

3.3.5 Analisis data

Penelitian ini dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)

dengan tiga ulangan. Data dianalisis ragam untuk mendapatkan kuadrat nilai

tengah dan kuadrat nilai tengah harapan yang akan digunakan untuk menduga

ragam genetik dan heritabilitas. Ragam genetik (σ2g) dan heritabilitas

broad-sense (h2BS) dihitung menggunakan model matematika berdasarkan Hallauer dan

Miranda (Hikam, 2010).

Tabel 2. Model analisis ragam dan penduga ragam.

Sumber Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Tengah Kuadrat Tengah Harapan

Ulangan (u-1)

Varietas (v-1) KNT2 σ2 + uσ2g

Galat (u-1)(v-1) KNT1 σ2g

(28)
(29)

Dengan menyebut nama Allah SWT kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

kedua orangtuaku terkasih, Ayahanda Sabat Abdul Rachman dan Ibunda Sri Maryati, terima kasih untuk setiap airmata dalam doa yang tulus kalian berikan dalam mengiringi langkahku. Semoga ini merupakan awal kecil dari

persembahan-persembahan besar berikutnya yang akan kuberikan untuk kalian. Semua yang ku tahu tentang kasih sayang, ketulusan, pengorbanan,

dan kebaikan berasal dari kalian.

mas willy, mba’ achie, kalian selalu memiliki cara untuk memberikan semangat kepadaku. Dampingi terus langkah adikmu ini’.

kedua adikku tercinta ”ebing dan uti” jadilah malaikat dalam keluarga kita. Terangi rumah kita dengan kesuksesan kalian.

“nde nani”, kesabaranmu selalu menyemangatiku untuk terus tegar dalam menghadapi cobaan.

seseorang yang kelak akan menjadikan aku bidadari di Jannah-Nya. Orang yang akan selalu menemaniku menghabiskan nafas di dunia ini.

(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 Juli 1988. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, pasangan Bapak Sabat Abdul

rahman dan Ibu Sri Maryati.

Pertama kali penulis mengenyam bangku pendidikan formal adalah di Sekolah

Dasar Negeri (SDN) 2 Way Halim. Masa SD penulis selesaikan pada tahun 2000.

Jenjang pendidikan yang lebih tinggi penulis kenyam di Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) Al Azhar 3 Bandar Lampung. Jenjang ini penulis selesaikan

pada tahun 2003. Penulis meneruskan pendidikan selanjutnya di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Al Azhar 3 Bandar Lampung. Masa SMA penulis ditutup

pada tahun 2006. Di tahun 2006 pulalah penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa pada Jurusan Budidaya Pertanian penulis menjadi

asisten dosen untuk mata kuliah Statistika pada semester gasal tahun 2011 dan

semester genap tahun 2012. Penulis juga pernah menjadi peserta terbaik III dalam

kegiatan Training Organisasi Profesi Budidaya Pertanian (TOP BDP) pada tahun

2006. Pada bulan Juli sampai Agustus 2009, penulis melaksanakan Praktik

(31)

(PERSERO) PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri. Selain aktif

kuliah, penulis juga aktif di kegiatan Himpunan mahasiswa budidaya pertanian

(32)

i SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan selesainya skripsi

ini, penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

1. Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. selaku pembimbing pertama atas bimbingan dan

arahan selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan

arahan selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Ir. Denny Sudrajat, M.P. selaku pembahas atas masukan serta kritikannya

yang tentunya sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

4. Ir. Dad Resiworo J. Sembodo M.S. selaku pembimbing akademik atas

bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Teman-teman tim penelitian jagung manis tahun 2009: Aris Setiawan, Cipta

Arif Martyadi S.P., Nur Afni Uli Gultom S.P., Reisha Ayu Puspita S.P., Sri

Nurmayanti S.P., dan Yorensa Ulan Sari S.P., atas kerjasama mereka selama

penelitian berlangsung.

6. Astria Rizki Rindy S.P., Bahrun, Gusti Anggraini, Gusti Ayu Ningrum S.P.,

Julia Agustina S.P., Mutakin, Siska Safaria S.P., Sahrul Sidiq, dan Tito

Alfredo S.P., atas kesediaan mereka membantu selama penulis melaksanakan

(33)

ii Penulis berharap semoga Allah SWT membalas budi baik mereka. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan terdapat

kekurangan dalam penyampaian maupun kelengkapannya. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis

(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Untuk karakter tinggi tanaman, posisi tongkol, jumlah daun, jumlah malai,

panjang tongkol, dan jumlah baris biji yang terlihat adalah daya gabung

umum. Sedangkan untuk karakter diameter tongkol, dan kadar sukrosa adalah

daya gabung khusus.

2. Nilai ragam genetik (σ2g) dan heritabilitas broad-sense (h2BS) berbeda dari nol untuk karakter jumlah daun, jumlah malai, dan diameter tongkol.

3. Dari 15 tongkol jagung manis kuning kisut yang diamati. Rasa manis pada

jagung manis ditentukan oleh bentuk tampilan kisut pada biji jagung manis.

Berdasarkan jumlah biji kisut, dapat dilihat bahwa hampir semua sampel yang

diamati membawa sifat manis dengan perbandingan 12:4.

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu dicermati cara polinasi tetua-tetua yang

Gambar

Tabel 1. Lima kultivar jagung manis yang digunakan sebagai tetua dalam penelitian.
Tabel 2.  Model analisis ragam dan penduga ragam.

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi dan Pendugaan Parameter Genetik Karakter Morfofisiologi dan Hasil untuk Toleransi Cekaman Aluminium pada Tanaman Jagung ( Zea mays L.). SYUKUR

Genotipe 276-4, 425-3 dan 969 memiliki nilai daya gabung umum untuk karakter panjang tongkol dan jumlah biji per tongkol terbaik di lokasi Bogor dan Lampung.. Sementara,

Uji Daya Hasil dan Pendugaan Nilai Heterosis pada Jagung Hibrida (Zea mays L.).. (Dibimbing oleh SARSIDI SASTROSUMARJO dan

Tabel 8 menunjukan adanya minimal sepasang silangan yang memiliki nilai daya gabung khusus yang berbeda pada peubah umur panen, tinggi letak tongkol, bobot tongkol tanpa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pendugaan daya gabung khusus, nilai heterosis dan nilai tengah karakter maka 12 hibrida berpotensi untuk dijadikan

Persilangan P1/P4 dan P1/P5 mempunyai daya gabung khusus yang baik untuk karakter bobot biji dan jumlah tongkol per tanaman di kondisi cekaman kekeringan.. Persilangan P3/P6,

Analisis variabilitas fenotipik di antara genotip pada karakter komponen hasil jagung manis yang diteliti memiliki jumlah biji per baris, jumlah baris per tongkol, diameter

Analisis ragam menunjukkan bahwa 64 genotipe jagung manis yang dievaluasi memiliki perbedaan yang nyata pada panjang tongkol dan sangat nyata pada diameter tongkol