MOTO
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar
( Al Baqarah, 153)
Dalam sebuah pencapaian cita-cita, bukan dilihat dari bagaimana kita mendapatkannya, tetapi dilihat dari bagaimana kita membuatnya bertahan.
(Deddy Corbiuzer)
Yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bukan karena yang satu memiliki kemampuan dan ide lebih baik, tapi karena dia berani mempertaruhkan ide, menghitung
risiko, dan bertindak cepat.
(Andre Malraux)
Semua impian dan rencana semua yang kita lakukan,dan semua kesulitan dan tantangan adalah proses pencerahan pengertian dan peningkatan kemampuan kita untuk naik ke
kelas-kelas kehidupanyang lebih baik.
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa, penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada.
1. Ayahanda tercinta Palendra dan Ibunda tersayang Yunaida dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, motivasi, dan pengorbanan yang tidak akan mungkin terbalaskan serta Ari Yanto yang telah memberikan doa
2. Keluarga besarku, atas motivasi yang telah diberikan dan doa yang terus terucap untuk keberhasilanku.
3. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang selalu membuat keriangan di kampus maupun di luar kampus.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada 21 Januari 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Palendra dan Ibu Yunaida.
Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Dwi Tunggal pada 1995 dan selesai pada 1996, Sekolah Dasar (SD) Negeri 6 Penengahan pada 1996 dan selesai pada 2002, kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 3 Bandarlampung pada 2002 dan selesai pada 2005. Memasuki jenjang berikutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Unesco Bandarlampung pada 2005 dan menamatkannya pada 2008. Pada tahun yang sama (2008), penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
SANWACANA
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Mahaesa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, oleh sebab itu sebagai wujud rasa hormat sudah selayaknya penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Dr. Siti Samhati, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
2. Ibu Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, yang membantu memberikan pengarahan dan saran-saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku Penguji bukan pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, dan saran kepada penulis.
6. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung.
7. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu staf administrasi Jurusan Bahasa dan Seni Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan.
10. Drs. Suwarlan, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.
11. Dra. Isnora selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus guru pendamping yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
12. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Natar Lampung yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik.
13. Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 1 Air Hitam Lampung Barat yang senantiasa membantu penulis selama melaksanakan PPL.
14. Kedua orangtuaku, ayahanda Palendra dan ibunda Yunaida yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, serta memberikan cinta dan kasih sayang dengan penuh kesabaran dan adik Adi Ari yanto.
15. Keluarga besarku terima kasih untuk doa, kasih sayang, motivasi, dan kebersamaannya. 16. Sahabat-sahabatku yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan, bantuan, dan kerjasamanya yang tidak mungkin penulis lupakan.
18. Keluarga baruku saat melaksanakan KKN dan PPL di Lampung Barat yang senantiasa memberikan keceriaan kepada penulis.
19. Teman-teman KKN dan PPL yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis Desi Apriyani, Novria Wandira, Theodora Retno, Shinta Devi, Putri Pravitasari,dan Ratna. 20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, serta teman-teman. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandarlampung, Juni 2012
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan perkembangan jiwa peserta didik, antara lain dalam perkembangan komunikasi dengan orang lain dan perwujudan diri setiap individu. Selain itu, bahasa juga sangat penting bagi pembangunan negara dan identitas suatu bangsa. Bahasa menunjukkan citra bangsa, karenanya kemajuan bahasa Indonesia bergantung dari bagaimana bahasa tersebut dikenali, dihargai dan dimanfaatkan oleh bangsanya. Hal tersebut tentunya berkaitan pembinaan dan pengembangan bahasa itu sendiri, dimulai dari bagaimana kualitas pembelajaran pendidikan bahasa yang diberikan oleh para guru kepada peserta didik. Bahasa akan berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat apabila dalam pemakaiannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi berupa kata-kata atau kalimat yang tepat dan jelas sehingga menimbulkan makna yang efektif dan logis.
Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 2008 : 1).
Mengarang juga merupakan salah satu aspek pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan menulis. Kemampuan menulis karangan sangat penting dimiliki oleh siswa karena melalui kegiatan menulis karangan siswa dapat mengekspresikan atau menginformasikan kekayaan ilmu, pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman dan imajinasinya kepada orang lain. Kemampuan menulis seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata secara aktif, penguasaan kaidah gramatikal dan penguasaan gaya bahasa, (2) memiliki kemampuan penalaran yang baik, dan (3) memiliki pengatahuan yang baik dan mantap mengenai objek garapannya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006, pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA kelas X, dijelaskan bahwa dalam standar kompetensi siswa mampu mengungkapkan informasi, pikiran, gagasan, ide dan perasaan dalam berbagai bentuk paragraf (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi). Dari standar kompetensi tersebut dijelaskan bahwa keterampilan menulis dimaksudkan agar siswa mampu menuliskan secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks (Depdikbud, 2001 : 4).
Pemilihan siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan sebagai populasi penelitian didasari atas pertimbangan (1) sebagaimana siswa di SMA lainnya, siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan telah mendapat pengajaran menulis sebagaimana tertera dalam kurikulum yang berlaku, (2) setelah menjalani pembelajaran, siswa dituntut memiliki kemampuan yang memadai dalam menulis, dan (3) siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan perlu mendapat pembinaan yang intensif dalam menulis.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti bertujuan untuk melihat hasil proses serta mengukur hasil pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di jenjang SMA terutama di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Selain itu, kebermaknaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang ada atau tidaknya peningkatan kualitas menulis atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di sekolah menengah atas (SMA). Adapun tujuan utamanya adalah mendeskripsikan kemampuan menulis eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.
1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat menambah referensi penelitian dalam pembelajaran bahasa, khususnya mengenai kemampuan menulis karangan eksposisi sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti selanjutnya.
2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi guru dan siswa yakni sebagai berikut.
a) Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru bidang studi Bahasa Indonesia, khususnya di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 tentang kemampuan siswa menulis ekposisi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012.
2. Objek penelitian ini adalah tulisan eksposisi yang memuat tentang kelengkapan isi karangan, penggunaan kalimat efektif, kepaduan antarparagraf, penggunaan diksi (pilihan kata) dan penggunaan ejaan dalam penulisan karangan.
3. Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang beralamat di jalan Dahlia III Natar Kecamatan Natar Lampung Selatan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kemampuan Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat dan medianya. Pesan adalah isi atau
muatan yang terkadung di dalam sebuah tulisan. Sedangkan, tulisan adalah sebuah
simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan
demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yakni:
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan atau media berupa tulisan dan
pembaca sebagai penerima pesan.
Konsep dasar kemampuan menulis selanjutnya penulis jabarkan ke dalam beberapa sub
bab, sub bab tersebut meliputi
2.1.1 Pengertian Kemampuan
Kemampuan merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan. Selain itu kemampuan juga merupakan sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang (wikipedia.org). Sebuah kemampuan itu
mencakup tiga hal, yakni kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan untuk melakukan
2.1.2 Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Menulis adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia. Dalam buku yang ditulis
Akhadiah (1988 : 2) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik
serta mengungkapkannya secara tersurat.
Dalam keterampilan berbahasa pada kurikulum di sekolah biasanya mencakup
empat segi, yaitu:
1) Keterampilan menyimak / mendengarkan
2) Keterampilan berbicara
3) Keterampilan membaca
4) Keterampilan menulis
Pada dasarnya keempat keterampilan terebut merupakan satu kesatuan. Dalam
memperoleh keterampilan berbahasa maka biasanya kita melalui suatu hubungan
yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak / mendengarkan
bahasa, kemudian berbicara dan sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.
Menulis adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia. Dalam buku yang ditulis
(Akhadiah, 1988 : 2) menjelaskan bahwa menulis berarti mengorganisasikan
gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.
Dari teori tersebut, menjelaskan bahwa menulis berarti mengorganisasikan
gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat (Akhadiah,
2.1.3 Pengertian Kemampuan Menulis
Suatu kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang
menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Untuk menulis sebuah
karangan yang sederhana pun, secara teknis seorang penulis dituntut memenuhi
persyaratan dasar dalam menulis tersebut. Dalam hal ini kemampuan menulis
merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan menulis yang hasilnya berupa karangan. Selain itu kemampuan juga
merupakan sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang baik
dalam bidang menulis.
2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis
Kemampuan menulis bagi siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan
kebahasaannya. Seorang siswa dapat menulis karangan dengan baik apabila
mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Untuk dapat menulis dengan baik
ada beberapa faktor yang memengaruhinya, antara lain (1) menguasai
pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata aktif, penguasaan kaidah
gramatikal dan penguasaan gaya bahasa, (2) memiliki kemampuan penalaran yang
baik, (3) memiliki pengetahuan yang baik dan mantap mengenai objek
garapannya (Keraf, 1982 : 2).
Banyak faktor yang memengaruhi kemampuan menulis. Namun, pada prinsipnya
dapat dikategorikan dalam dua faktor yakni faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal diantaranya belum tersedia fasilitas pendukung, berupa
keterbatasan sarana untuk menulis. Faktor internal mencakup faktor psikologis
yang dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan
akan semakin baik. Faktor lain yang tergolong faktor psikologis adalah faktor
kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis.
Seseorang akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong oleh
kebutuhannya. Faktor teknis meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan
teknik-teknik menulis. Konsep yang berkaitan dengan teori- teori menulis yang
terbatas yang dimiliki seseorang turut berpengaruh. Faktor kedua dari faktor
teknis yakni penerapan konsep. Kemampuan penerapan konsep dipengaruhi
banyak sedikitnya bahan yang akan ditulis dan pengetahuan cara menuliskan
bahan yang diperolehnya.
Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca maka
seseorang yang ingin memiliki kemampuan menulisnya lebih baik, dituntut untuk
memiliki kemampuan membacanya lebih baik pula. Pada prinsipnya keterkaitan
antara kedua keterampilan tersebut sangatlah erat, contohnya ketika kita mencoba
menuliskan sesuatu, pastinya yang kita inginkan adalah tulisan tersebut dibaca
orang lain.
2.1.5 Tujuan Menulis
Setiap penulis harus mengungkapkan dengan jelas tujuan menulisnya / penulisan
yang akan digarapnya. Dengan menentukan tujuan penulisan, maka penulis akan
tahu apa saja yang akan dilakukan pada tahap penulisan tersebut. Tujuan menulis
ini pula merupakan penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi
1. Memberi (Menjual) Informasi
Sebagian besar tulisan dihasilkan dengan tujuan memberi (baca: menjual)
informasi, teristimewa bila hasil karya tulis tersebut diperjualbelikan. Pada sisi
positif lain, tulisan juga bersifat memperkenalkan atau mempromosikan
sesuatu, termasuk suatu kejadian (berita) atau tempat (pariwisata).
2. Mencerahkan Jiwa
Bacaan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia modern, sehingga karya
tulis selain sebagai komoditi juga layak dipandang sebagai salah satu sarana
pencerahan pikiran dan jiwa.
3. Mengabadikan Sejarah
Sejarah harus dituliskan agar abadi sampai ke generasi selanjutnya.
4. Ekspresi Diri
Tulisan juga merupakan sarana mengekspresikan diri, baik bagi perorangan maupun
kelompok.
5. Mengedepankan Idealisme
Idealisme umumnya dituangkan dalam bentuk tertulis supaya memiliki daya
sebar lebih cepat dan merata.
6. Mengemukakan Opini dan Teori
Buah pikiran pun hampir selalu diabadikan dalam bentuk tulisan.
7. Menghibur
Baik temanya humor maupun bukan, tulisan umumnya juga bersifat
2.2 Karangan
Dalam membuat karangan atau menulis sebuah karangan seseorang perlu
memiliki suatu keterampilan, seperti keterampilan dalam penggunaan ejaan,
pemilihan kata, pembuatan suatu kalimat. Selain itu, karangan harus mengandung
sesuatu atau isi yang akan disampaikan. Isi tersebut berupa ide, gagasan, perasaan,
atau informasi yang akan diungkapkan penulis kepada pembacanya atau orang
lain.
Menulis karangan adalah komulasi beberapa paragraf yang tersusun dengan
sistematis, koheren, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup ada progresi,
semua memperbincangkan sesuatu serta hidup dalam tulisan yang jelas, runtut,
ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami orang lain (Suyanto, 2000 : 18 ). Ada
juga yang menyatakan bahwa menulis karangan adalah menggungkapkan secara
jujur, tanpa rasa emosional yang berlebihan, realistis, dan tidak menghamburkan
kata-kata secara tidak perlu. Menulis karangan adalah menyusun atau
mengkoordinasikan buah pikiran atau ide yang disajikan ke dalam rangkaian
kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis.
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis mengacu pada pendapat yang
menyatakan bahwa menulis karangan adalah menggungkapkan secara jujur, tanpa
rasa emosional yang berlebihan, realistis, dan tidak menghamburkan kata-kata
2.3 Unsur-Unsur dan Bagian-Bagian Karangan
Baik atau tidaknya suatu karangan apat dilihat dari unsur-unsur kebahasaan yang
membangun karangan itu. Unsur-unsur tersebut meliputi (1) isi, (2) kalimat
efektif, (3) kepaduan antarparagraf, dan (4) penggunaan ejaan.
1. Isi Karangan
Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan.
Gagasan yang baik didukung oleh (a) isi karangan yang dituliskan secara jelas,
(b) isi karangan berupa tulisan yang memberikan suatu pengertian atau
pengetahuan, (c) isi karangan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa,
bagaimana, dan kapan (d) isi karangan disampaikan secara lugas serta
menggunakan bahasa yang baku, (e) isi karangan dapat menggunakan
fakta-fakta, contoh-contoh, angka-angka dan akhir karangan berupa penegasan.
a) isi karangan
isi karangan sejogyanya harus dituliskan secara jelas, agar pembaca
dapat mengerti apa yang dimaksud oleh penulis
b) berupa tulisan yang memberikan pengertian atau pengetahuan
suatu tulisan yang dibuat oleh seseorang pasti terdapat beberapa
pengetahuan yang ia jabarkan. Tulisan tersebut dapat berupa pengertian
suatu kata atau yang lainnya tujuannya agar para pembaca dapat
mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
c) menjawab pertanyaan tentang apa,mengapa, kapan, dan bagaimana
suatu tulisan sebaiknya dapat menjabarkan pegertian atau pengetahuan
yang sifatnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa,
d) disampaikan dengan lugas dan menggunakan bahasa baku
penggunaan bahasa dalam menulis sebuah tulisan, hendaknya
menggunakan bahasa yang baku, tidak berbelit-belit, dan dapat
dimengerti oleh pembaca.
e) menggunakan contoh, fakta, gambar peta, dan angka-angka dan akhir
karangan berupa penegasan
agar pembaca lebih memahami suatu tulisan, akan lebih baik jika
diperjelas dengan fakta, gambar atau angka-angka untuk memperjelas
tulisan tersebut. Dalam penulisan akhir karangan sebaiknya diberikan
penegasan. Hal ini dikarenakan agar pembaca tidak bertanya-tanya
tentang akhir dari karangan tersebut.
2. Kalimat Efektif
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud tulisan atau lisan, yang
menggungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Kalimat di dalam
karangan harus efektif agar informasi yang disampaikan dapat lebih jelas dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca. Faktor yang perlu
diperhatikan agar kalimat yang diungkapkan efektif, yaitu (a) kehematan dalam
mempergunakan kata-kata, (b) adanya kejelasan subjek dan predikat, (c)
kesejajaran, (d) kecermatan dan (e) kelogisan (Sanusi, 2002 : 1-12).
Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat
isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara
menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap apa yang dibicarakan
a) kehematan
kalimat dikatakan hemat jika kata-kata yang digunakan tidak berlebihan.
Pengertian hemat di sini bukan berarti kita bisa menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan. Penghematan dilakukan terhadap
kata-kata yang berlebihan. Maksudnya, andaikan kata-kata-kata-kata itu dihilangkan,
kalimat itu tetap komunikatif, maknanya tidak berubah, dan tidak
bertentangan dengan kaidah tata bahasa.
b) kejelasan Subjek dan Predikat
dalam ragam tulis, kalimat yang benar sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek (S) dan predikat (P). Subjek adalah sesuatu yang menjadi inti
pembicaraan. Predikat adalah hal yang menjelaskan inti pembicaraan atau
menjelaskan subjek. Jika tidak terdiri atas unsur subjek dan predikat, maka
suatu pernyataan tidak dapat disebut kalimat.
c) kesejajaran
dalam kalimat yang mengandung rincian, faktor kesejajaran perlu
diperhatikan. Maksud dari kesejajaran adalah kesamaan kelas kata yang
digunakan dalam rincian kalimat, maksudnya jika rincian pertama
menggunakan kata kerja, maka rincian kedua dan seterusnya juga
menggunakan kata kerja. Jika rincian pertama menggunakan kata benda,
maka rincian kedua dan seterusnya menggunakan kata benda.
d) kecermatan
kata merupakan salah satu unsur dasar kalimat yang sangat penting.
nalar yang terkandung dalam kalimat menjadi terganggu. Oleh karena itu,
penggunaak kata dalam kalimat perlu diperhatikan dengan cermat.
e) kelogisan
kalimat dikatakan logis jika logika mendukung wujud kalimat, meskipun
suatu kalimat benar menurut struktur, benar memiliki subjek dan predikat,
dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. Tetapi apabila struktur
kalimat digunakan tidak logis dan adanya pengurangan dalam penggunaan
subjek dan predikat serta tidak mendukung informasi yang dimengerti oleh
pembaca atau pendengar, maka kalimat itu dikatakan tidak logis.
3. Kepaduan Antarparagraf
Kepaduan berarti keserasian hubungan antargagasan dalam paragraf dalam
sebuah karangan atau keserasian hubungan antarkalimat dalam karangan
tersebut. Keserasian itu menjadikan alur gagasan yang terungkap dalam
karangan tersebut menjadi jelas. kepaduan antarparagraf dalam penjabarannya
kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait kalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.
4. Penggunaan Ejaan
Ejaan dalam penulisan yang dipakai berpedoman pada Ejaan Yang
Disempurnakan. Ejaan adalah keseluruhan peraturan dalam melambangkan
bunyi-bunyi ujaran, menempatkan tanda baca, memotong suatu kata dan menghubungan
kata-kata. Pemakaian kata yang tepat terutama kebakuan kata yang digunakan.
Kata kata yang digunakan dipilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu
Suatu karangan yang tersusun sempurna dan baik, betapapun panjang atau
pendeknya, selalu mengandung tiga bagian utama, setiap bagian mempunyai
fungsi yang berbeda-beda dalam (Suyanto, 2011 : 65) yakni sebagai berikut.
1. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk
menarik minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara
singkat ide pokok atau tema karangan serta menjelaskan kapan dan dibagian
mana suatu hal yang akan diperbincangkan.
2. Bagian Isi
Bagian isi berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara bagian
pendahuluan dan bagian penutup. Bagian isi merupakan penjelasan terperinci
terhadap apa yang diutarakan pada bagian pendahuluan.
3. Bagian Penutup
Bagian penutup adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk memberikan
kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks, melengkapi serta
merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa yang sudah dijelaskan
atau diceritakan.
Ketiga bagian tersebut (pendahuluan, isi, penutup) terjalin erat satu dengan yang
lain serta ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan padu. Bagian
pendahuluan menggambarkan ide pokok secara umum, bagian isi menjelaskan
pertanyaan/jawaban secara terperinci, bagian penutup memberikan kesimpulan /
2.4 Kriteria Karangan yang Baik
Sebuah karangan selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu bentuk dan isi.
Bentuk berkaitan dengan bahasa, sedangkan isi berkaitan dengan materi yang
terkandung dalam karanga, apapun jenis karangannya. Ditinjau dari kedua aspek
tersebut terdapat beberapa kriteria karangan yang baik, yaitu :
1. Berisi hal-hal yang bermanfaat
Meskipun karangan itu tergolong sederhana, namun isinya memperkaya pengetahuan
pembaca.
2. Pengungkapan jelas
Permasalahan yang dibicarakan dalam karangan dapat dipahami oleh pembaca
secara tepat dan benar. Faktor pendukung utamanya adalah pilihan kata (diksi),
ketepatan skruktur kalimat, akuratnya pemilihan kata hubung, pengorganisasian
ide yang padu, kesesuaian menentukan contoh atau ilustrasi dan lain-lain.
3. Penciptaan kesatuan dalam pengorganisasian
Karangan langsung menjelaskan isi permasalahan dan tidak berbelit-belit.
Perpindahan pembahasan dari satu masalah ke masalah lain berlangsung secara
mulus tanpa menimbulkan kesenjangan. Tiap kalimat mendukung ide utama
paragraf.
4. Efektif dan efisien
Karangan menggunakan kalimat dan kata-kata ringkas, namun dapat
menjangkau makna yang jelas.
5. Ketepatan penggunaan bahasa
Hal yang tercakup di dalamnya adalah kesanggupan pengarang untuk
Pembentukan kata, penyusunan kelompok kata, penyusunan kalimat, serta
penguasaan ejaan dan tanda baca.
6. Terdapat variasi kalimat
7. Penyusunan kalimat panjang dan pendek berselang-seling. Tidak terdapat
penggunaan kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan cara mencari
sinonimnya.
8. Vitalitas
Pembaca seakan-akan merasa pengarang ada di dekatnya sehingga terjadi
kontak dan timbul jalinan kata maupun kalimat.
9. Cermat
Tidak mengabaikan hal-hal kecil, seperti penulisan tanda baca (tanda titik dan
koma). Cermat dalam memilih kata maupun menyusun kalimat.
10. Objektif
Karangan diungkapkan secara jujur, tidak dimuati emosi dan realitis.
2.5 Jenis-jenis Karangan
Ditinjau dari segi bentuknyaa, karangan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu narasi,
eksposisi, argumentasi, dan deskripsi. Narasi merupakan bentuk karangan yang bertujuan
menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman, yang
dialami manusia berdasarkan perkembangan dari wakti ke waktu. Argumentasi
adalah karangan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan atau informasi yang
disertai dengan bukti-bukti. Selain itu penjabaran menurut bentuk yang ketiga
yaitu deskripsi adalah jenis karangan yang berusaha melukiskan dan mengemukakan
sifat, tingkah laku seseorang, suasana ataupun keadaan suatu tempat. Dari
karangan eksposisi. Penulis hanya membahas satu jenis karangan sebab yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah agar siswa terampil menulis eksposisi.
2.6 Pengertian Eksposisi
Eksposisi berasal dari kata bahasa Inggris “exsposition” yang berarti “membuka”
atau “memulai”. Eksposisi adalah suatu karangan yang memberikan, mengupas
atau menguraikan suatu informasi yang dilakukan tanpa disertai desakkan atau
paksaan kepada pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkannya. Untuk
memperjelas uraiannya biasanya eksposisi disertai juga dengan grafik, gambar
atau statistik. Selain itu, pengertian eksposisi lainnya adalah karangan yang
berusaha memaparkan atau menerangkan suatu hal atau suatu gagasan.
Pada (Suparno dan Yunus, 2009 : 54 ) menyebutkan bahwa karangan eksposisi
adalah suatu karangan yang bersifat memberitahu, mengupas, menguraikan atau
menerangkan sesuatu yang tujuannya agar pembaca mendapat pengetahuan atau
informasi yang sejelas-jelasnya. Sumber karangan ini dapat diperoleh dari hasil
pengamatan, penelitian atau pengalaman
2.6.1 Tujuan Menulis Eksposisi
Mengarang pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan
maksud orang lain secara jelas dan efektif. Selain itu tujuan menulis eksposisi
menurut (Suparno dan Yunus, 2009 : 54 ) menyebutkan bahwa menulis eksposisi
merupakan bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau
Tujuan menulis eksposisi adalah memaparkan atau menjelaskan sesuatu /
informasi agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh karena itu, topik-topik
yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan dengan penyampaian
informasi, agar pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas –
jelasnya.
Dari pemaparan di atas, penulis mengacu pada pendapat yang menyebutkan
bahwa karangan eksposisi merupakan bertujuan untuk memberitahu, mengupas,
menguraikan atau menerangkan sesuatu.
2.6.2 Ciri-Ciri Eksposisi
Ciri-ciri eksposisi sebagai berikut.
1. Berupa tulisan yang memberikan pengertian atau pengetahuan
Suatu tulisan yang dibuat oleh seseorang pasti terdapat beberapa pengetahuan
yang ia jabarkan. Tulisan tersebut dapat berupa pengertian suatu kata atau yang
lainnya tujuannya agar para pembaca dapat mengerti apa yang dimaksudkan
oleh penulis.
2. Menjawab pertanyaan tentang apa,mengapa, kapan, dan bagaimana
Suatu tulisan sebaiknya dapat menjabarkan pegertian atau pengetahuan yang
sifatnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa, mengapa, kapan,
bagaimana.
3. Disampaikan dengan lugas dan menggunakan bahasa baku
Penggunaan bahasa dalam menulis sebuah tulisan, hendaknya menggunakan
bahasa yang baku, tidak berbelit-belit, dan dapat dimengerti oleh pembaca.
Agar pembaca lebih memahami suatu tulisan, akan lebih baik jika diperjelas
dengan fakta, gambar atau angka-angka untuk memperjelas tulisan tersebut.
5. Akhir karangan berupa penegasan
Dalam penulisan akhir karangan sebaiknya diberikan penegasan. Hal ini
dikarenakan agar pembaca tidak bertanya-tanya tentang akhir dari karangan
tersebut.
6. Gaya tulisan bersifat informatif
Gaya bahasa yang digunakan dalam menulis sebuah karangan, sebaiknya
menggunakan bahasa yang bersifat informasi agar pembaca tidak hanya
sekedar membaca saja, tetapi juga mendapatkan informasi dari apa yang ia
baca.
7. Berusaha menjelaskan tentang sesuatu
Suatu bacaan bukan sekedar tulisan saja, melainkan suatu tulisan yang
menjelaskan tentang sesuatu yang terbaru, agar pembaca mendapatkan
informasi dari bacaan tersebut.
2.6.3 Langkah-Langkah Menulis Eksposisi
Langkah-langkah menulis eksposisi sebagai berikut.
1 Menetapkan Tema Tulisan
dalam membuat karangan, apapun bentuk karangannya langkah pertama yang
harus dilakukan ialah menentukan atau menetapkan tema. Tema tulisan inilah
2 Menentukan Tujuan Penulisan
menentukan tujuan karangan adalah menerangkan pokok persoalan yang
terkandung dalam tema. Untuk itu diperlukan fakta-fakta yang harus disusun
dengan sebaik-baiknya agar mudah dipahami pembaca.
3 Mengumpulkan Bahan Tulisan
bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh melalui berbagai sumber, misalnya
buku, majalah, surat kabar.dan lain-lain atau juga dapat memperoleh dengan
mewawancarai pakar / dibidang masalah yang dibahas.
4 Menentapkan Kerangka Tulisan
dalam menulis karangan diperlukan juga membuat kerangka tulisan, karena
seluruh bahan yang dikumpulkan harus dirinci dan diseleksi dengan cermat.
Tujuan membuat kerangka karangan ini adalah agar Anda mudah
mengembangkan isi karangan.
5 Mengembangkan Tulisan
Setelah kerangka tulisan selesai, lalu dikembangkan sehingga pengembamgan
tulisan dapat dikerjakan dengan baik. Semua pikiran utama dari pikiran yang
terdapat dalam kerangka tulisan dikembangkan menjadi kalimat utama dan
kalimat penjelas. Tentu dalam pengembangan kalimat utama dan kalimat
penjelas dikerjakan dengan memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, dan tanda baca yang benar.
2.9.4 Jenis-Jenis Eksposisi
Menurut (Suparno dan Yunus, 2009 : 59) menjabarkan bahwa ada beberapa jenis
1. Eksposisi Identifikasi
Sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau
unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal
objek itu dengan tepat dan jelas. Jadi, sesuatu yang diidentifikasikan bersifat
fisik atau konkret, atau dapat pula bersifat abstrak atau nonfisik.
Kutipan Identifikasi
Vitamin A terdapat dalam mentega, ikan, buah-buahan berwarna kuning, dan sayur-sayuran. Diet yang rendah vitamin A dapat menyebabkan resistensi yang menurun terhadap infeksi, nafsu makan menurun, dan pencernaan makanan yang tidak sempurna. Kelebihan vitamin A juga memberikan gejala yang tidak dikehendaki orang. Gejala tersebut lerlihat kerontokan rambut apabila kelebihan vitamin A tersebut.
2. Eksposisi Perbandingan
Jenis pengembangan seperti ini yang kita lakukan adalah mengemukakan uraian
yang membandingkan antara hal-hal yang kita lakukan dengan menunjukan
persamaan-persamaan ataupun perbedaan tersebut.
Kutipan Perbandingan/Pertentangan
Pascagempa dengan kekuatan 5,9 skala richter, sebagian Yogyakarta dan Jawa Tengah luluh lantak. Keadaan ini mengundang perhatian berbagai pihak. Bantuan pun berdatangan dari dalam dan luar negeri. Bantuan berbentuk makanan, obat-obatan, dan pakaian dipusatkan di beberapa tempat. Hal ini dimaksudkan agar pendistribusian bantuan tersebut lebih cepat. Tenaga medis dari daerah-daerah lain pun berdatangan. Mereka memberikan bantuan di beberapa rumah sakit dan tenda – tenda darurat
3. Eksposisi Ilustrasi
Jenis pengembangan eksposisi ilustrasi ini sering kita gunakan, karena jenis ini
menggambarkan yang abstrak. Pengembangan jenis ini berfungsi untuk
mengkonkretkan suatu prinsip umum yang sudah diuraikan sebelumnya.
Kutipan Ilustrasi
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh – sungguh.
4. Eksposisi Klasifikasi
Dalam pengembangan eksposisi, klasifikasi dapat menunjang kejelasan pokok
masalah. Pokok masalah itupun dapat dilihat dari bagaimana kaitan antara
pokok masalah itu dengan pokok-pokok masalah lainnya. Pengembangan
eksposisi jenis ini dapat dipakai sebagai kerangka karangan dan dapat
menampilkan struktur uraian, karena struktur tersebut merupakan landasan
hubungan antara topik dengan unsur yang terdapat di dalamnya.
Kutipan Klasifikasi
5. Eksposisi Definisi
Secara umum definisi itu adalah eksposisi terhadap kata-kata. Para pemakai
bahasa biasanya selalu membatasi ragam arti kata-kata dalam bahasanya.
Semakin jelas pembatasan arti itu bagi penulis ataupun bagi pembaca, maka
semakin jelas pula komunikasi gagasan atau ide dalam pikiran penulis atau
pembaca tersebut. Oleh karena itu, definisi banyak digunakan untuk
mengembangkan karangan eksposisi.
Kutipan Definisi
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
6. Eksposisi Analisis
Dalam karangan eksposisi kita menjelaskan sesuatu, memberikan keterangan
tentang sesuatu, atau kita mengembangkan suatu gagasan agar eksposisi yang
sudah dibuat dapat dipahami oleh penulis ataupun pembacanya. Eksposisi
memiliki beberapa macam jenis pengembangannya 1). Analisis proses, 2). Analisis
sebab-akibat, 3). Analisis bagian, 4). Analisis fungsional.
Kutipan Analisis proses
bercampur dengan ragi lalu letakan di tempat lembab jauh dari sinar matahari, setelah beberapa hari diletakan ditempat tersebut jadilah tempe kita.
2.8 Kemampuan Menulis Eksposisi
Kemampuan menulis eksposisi merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk menghasilkan sebuah tulisan, berarti seseorang tersebut sudah mampu
melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah dapat ia lakukan. Sebenarnya sering
sekali dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti: mencatat pesan, membuat
artikel, menulis novel dan lain-lain menghasilkan sebuah karya tulis, kemudian
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau diserahkan kepada orang lain
sebagai bukti karya ilmiah yang kita tulis. Menulis merupakan sebuah proses.
Proses yang melibatkan tahap prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan,
perbaikan dan penyempurnaan.
Dalam mengarangpun seseorang juga memerlukan suatu keterampilan, karena
dengan tidak memiliki keterampilan khusus seseorang tidak akan membuat tulisan
yang dapat menarik minat pembaca untuk membaca karya tulis. Menulis karangan
diartikan sebagai komulasi dari beberapa paragraf yang tersusun secara sistematis,
koheren, menjelaskan secara runtut, ekspresif dan dapat dipahami orang lain. Ada
juga pendapat dari ahli lain yang menyatakan menulis karangan adalah
menggungkapkan secara jujur, tanpa rasa emosional yang berlebihan,realistis, dan
tidak menghamburkan kata-kata secara tidak perlu.
Dalam membuat karangan, di sini penulis memilih eksposisi karena dalam
gagasan, dan maksud orang lain secara jelas dan efektif. Eksposisi juga dapat
diartikan sebagai suatu karangan yang memberikan, mengupas atau menguraikan
suatu informasi yang dilakukan tanpa disertai desakan atau paksaaan kepada
pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkannya. Dalam menulis
eksposisi terdapat beberapa indikator untuk menilai hasil karangan eksposisi,
meliputi
1. Isi Karangan
Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan.
Gagasan yang baik didukung oleh (a) isi karangan yang dituliskan secara jelas,
(b) isi karangan berupa tulisan yang memberikan suatu pengertian atau
pengetahuan, (c) isi karangan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa,
bagaimana, dan kapan (d) isi karangan disampaikan secara lugas serta
menggunakan bahasa yang baku, (e) isi karangan dapat menggunakan
fakta-fakta, contoh-contoh, angka-angka dan akhir karangan berupa penegasan.
a) isi karangan
isi karangan sejogyanya harus dituliskan secara jelas, agar pembaca dapat
mengerti apa yang dimaksud oleh penulis.
b) berupa tulisan yang memberikan pengertian atau pengetahuan
suatu tulisan yang dibuat oleh seseorang pasti terdapat beberapa
pengetahuan yang ia jabarkan. Tulisan tersebut dapat berupa pengertian
suatu kata atau yang lainnya tujuannya agar para pembaca dapat mengerti
c) menjawab pertanyaan tentang apa,mengapa, kapan, dan bagaimana
suatu tulisan sebaiknya dapat menjabarkan pegertian atau pengetahuan
yang sifatnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa,
mengapa, kapan, bagaimana.
d) disampaikan dengan lugas dan menggunakan bahasa baku
penggunaan bahasa dalam menulis sebuah tulisan, hendaknya
menggunakan bahasa yang baku, tidak berbelit-belit, dan dapat dimengerti
oleh pembaca.
e) menggunakan contoh, fakta, gambar peta, dan angka-angka dan akhir
karangan berupa penegasan
agar pembaca lebih memahami suatu tulisan, akan lebih baik jika
diperjelas dengan fakta, gambar atau angka-angka untuk memperjelas
tulisan tersebut. Dalam penulisan akhir karangan sebaiknya diberikan
penegasan. Hal ini dikarenakan agar pembaca tidak bertanya-tanya tentang
akhir dari karangan tersebut.
2. Kalimat Efektif
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud tulisan atau lisan, yang
menggungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Kalimat di dalam
karangan harus efektif agar informasi yang disampaikan dapat lebih jelas dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca. Faktor yang perlu
diperhatikan agar kalimat yang diungkapkan efektif, yaitu (a) kehematan dalam
mempergunakan kata-kata, (b) adanya kejelasan subjek dan predikat, (c)
Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat
isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara
menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap apa yang dibicarakan
(Keraf, 2001 : 35). Berikut ciri-ciri kalimat efektif menurut (Sanusi, 2002 : 1-12)
a) kehematan
kalimat dikatakan hemat jika kata-kata yang digunakan tidak berlebihan.
Pengertian hemat di sini bukan berarti kita bisa menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan. Penghematan dilakukan terhadap
kata-kata yang berlebihan. Maksudnya, andaikan kata-kata-kata-kata itu dihilangkan,
kalimat itu tetap komunikatif, maknanya tidak berubah, dan tidak
bertentangan dengan kaidah tata bahasa.
b) kejelasan Subjek dan Predikat
dalam ragam tulis, kalimat yang benar sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek (S) dan predikat (P). Subjek adalah sesuatu yang menjadi inti
pembicaraan. Predikat adalah hal yang menjelaskan inti pembicaraan atau
menjelaskan subjek. Jika tidak terdiri atas unsur subjek dan predikat, maka
suatu pernyataan tidak dapat disebut kalimat.
c) kesejajaran
dalam kalimat yang mengandung rincian, faktor kesejajaran perlu
diperhatikan. Maksud dari kesejajaran adalah kesamaan kelas kata yang
digunakan dalam rincian kalimat, maksudnya jika rincian pertama
menggunakan kata kerja, maka rincian kedua dan seterusnya juga
menggunakan kata kerja. Jika rincian pertama menggunakan kata benda,
d) kecermatan
kata merupakan salah satu unsur dasar kalimat yang sangat penting.
Penggunaan atau pembentukan kata yang tidak cermat mengakibatkan
nalar yang terkandung dalam kalimat menjadi terganggu. Oleh karena itu,
penggunaak kata dalam kalimat perlu diperhatikan dengan cermat.
e) kelogisan
kalimat dikatakan logis jika logika mendukung wujud kalimat, meskipun
suatu kalimat benar menurut struktur, benar memiliki subjek dan predikat,
dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. Tetapi apabila struktur
kalimat digunakan tidak logis dan adanya pengurangan dalam penggunaan
subjek dan predikat serta tidak mendukung informasi yang dimengerti oleh
pembaca atau pendengar, maka kalimat itu dikatakan tidak logis.
3. Kepaduan Antarparagraf
Kepaduan berarti keserasian hubungan antargagasan dalam paragraf dalam
sebuah karangan atau keserasian hubungan antarkalimat dalam karangan
tersebut. Keserasian itu menjadikan alur gagasan yang terungkap dalam
karangan tersebut menjadi jelas. kepaduan antarparagraf dalam penjabarannya
kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait kalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.
4. Penggunaan Ejaan
Ejaan dalam penulisan yang dipakai berpedoman pada Ejaan Yang
Disempurnakan. Ejaan adalah keseluruhan peraturan dalam melambangkan
kata-kata. Pemakaian kata yang tepat terutama kebakuan kata yang digunakan.
Kata kata yang digunakan dipilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu
merupakan kata-kata baku yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Penggunaan ejaan dalam penelitian ini pada hal-hal yang sering muncul dalam
penulisan karangan, yaitu penggunaan huruf kapital, penulisan kata, meliputi
(1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) kata ulang, (4) gabungan kata (5) kata ganti
ku, mu, nya (6) kata depan di, ke, dari (7) kata ganti si dan sang, (8) partikal,
(9) singkatan dan akronim. Penggunaan tanda baca meliputi (1) pemakaian
tanda baca titik, (2) pemakaian tanda koma, dan (3) pemakaian tanda seru.
1. Pemakaian Huruf Kapital
Penulisan dalam sebuah karangan perlu diperhatikan dalam pemakaian huruf
kapital. Dalam hal ini aturan pemakaian huruf kapital diuraikan secara rinci
sebagai berikut.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Presiden SBY tiba di Jakarta.
Ibu membeli sayuran di pasar.
Anto mengerjakan tugasnya di rumah.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
“Besok aku akan pergi “ kata Yati.
Ayah berpesan “Janganlah engkau berbohong”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan tuhan dan kitab suci termasuk kata ganti Tuhan.
Misalnya :
Allah
Yang Maha Penyayang
Al-quran
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Nabi Muhammad
Sultan Agung
Sultan Hamengkubuwono IX
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama orang, nama instansi, nama tempat. Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kala
Perdana Menteri Malaysia
Presiden SBY
f. Huruf kapital dipakai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
Hasan Albana
Harun Yahya
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, hari raya, dan
bahasa.
Misalnya :
Bangsa Persia
Suku Lampung
Hari raya Idul Fitri
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya :
Bulan Januari
Perang Padri
Bulan Ramadhan
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya :
Lembah Hijau
Way Kambas
Bumi Kedaton
d. Huruf kapital dipakai sebagau huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta semua nama dokumen resmi.
Misalnya :
Badan Pemeriksa Keuangan
Komisi Pemilihan Umum
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk lembaga ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya :
Undang-Undang Perlindungan Anak
Rancangan Undang-Undang Pornografi
Undang-Undang Hak Asasi Manusia
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam nama buku,
majalah, surat kabar dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
Saya telah membaca Novel Ketika Cinta Bertasbih.
Rino telah membaca Koran Radar Lampung.
Dian sudah membeli Novel Laskar Pelangi.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat dan sapaan.
Misalnya :
S.Pd. sarjana pendidikan
S.E sarjana ekonomi
S.Ip sarjana ilmu pemerintahan
h. Huruf kapital sebagai huruf kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
“ kapan mulai ujian Pak?” Tanya joko.
“malam ini mulai ronda ya Pak?” Tanya agus.
Anto bertanya “sekarang waktunya tidur ya Bu?”
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Sudahkah Anda membayar pajak?
Sudahkan Anda membayar zakat?
Sudahkan Anda berpakaian rapi?
2. Penulisan Kata
Dalam penulisan suatu karangan perlu diperhatikan penulisan kata diantaranya
kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, singkatan dan akronim.
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh :
Ibu tiba dari Bandung.
Taman ini sangat indah.
Bunga itu tampak cantik. b. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
Keindahan
Memiliki
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
beterima kasih
menganak sungai
Ringan tangan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
Menggarisbawahi
Menyebarluaskan
Menginformasikan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
Adipati
Proaktif
Hiperaktif
5. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diiikuti
dengan tanda titik. Misalnya :
M. Toha
A. Zakaria
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya
SMP Sekolah Menengah Pertama
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
SMA Sekolah Menengah Atas
2. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik. Misalnya :
dll. dan lain-lain
dkk. dan kawan-kawan
dsb. dan sebagainya
3. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diberlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya :
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
KPK Komisi Pemberantasan Korupsi
b. Akronim nama diri yang berupa suku kata atau gabungan huruf awal dan
Unila (Universitas Lampung)
UTB (Universitas Tulang Bawang)
UBL (Universitas Bandar Lampung)
3. Pemakaian Tanda Baca
Dalam penulisan karangan terdapat pemakaian tanda baca yang harus diperhatikan
diantaranya pemakaian tanda titik, tanda koma, dan tanda seru.
1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh :
Pamanku pergi ke kantor.
Ibuku pergi ke pasar.
Dia anak pandai.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh :
I. Latar Belakang
II. Landasan Teori
III. Simpulan dan Saran
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh :
pukul 5.09.35 (pukul 5 lewat 9 menit 35 detik)
pukul 10.45.49 (pukul 10 lewat 45 menit 49 detik)
d. Tanda Titik dipakai untuk memisahkan jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Contoh :
0.35.20 jam (35 menit, 20 detik)
1.10.20 jam (1 jam, 10 menit, 20 detik)
0.10.11 jam (10 menit, 11 detik)
e. Tanda titik dipakai antara nama penulis, judul tulisan, yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh :
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa
Suyanto, Edi. 2011. Penyuntingan. Yogyakarta:Ardana Media
Sanusi, A. Effendi. 1996. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh :
Balita kekurangan gizi di Indonesia berjumlah 1.021 orang.
Jumlah korban kecelakaan ada 250 orang
Tingkat kelahiran bayi di Indonesia berjumlah 1.010 orang
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.Contoh
Ayat-Ayat Cinta
Gerimis Mengundang
h. Tanda titik tidak dipakai dibelakang (1) alamat pengiriman tanggal surat, (2)
Nama dan alat pengirim surat. Contoh
Jalan Soemantri Brojonegoro 1
Jalan Hoscokroaminoto 2
Jalan Pangeran Antasari
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilang. Contoh
Saya membutuhkan pensil, penghapus, dan mistar.
Saya membeli tas, baju, dan sepatu.
Dina memiliki komik, novel, dan buku cerita.
b. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat.
Jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Contoh
Ketika ayah datang, nenek sedang tidur.
Ibu ke pasar, ketika Ani tidur
Paman ke kantor, ketika bibi sedang di dapur.
c. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh
…Lagi pula, hujan telah reda..
...Andai saja, cuaca cerah..
d. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan. Contoh
Wah, cantik sekali putrimu!
Aduh, kaki Nina terluka!
Ya, dia adikku!
e. Tanda koma dipakai antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat,
(3) tempat dan tanggal, dan (4) nama dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan. Contoh :
Bandarlampung, 21 Januari 2011
Jakarta, 1 Juli 2012
Bandarlampung, 6 Juni 2012
f. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Contoh
Keraf, Goris. 1997. Komposisi. Nusa Indah: Ende Flores
Suyanto, Edi. 2011. Penyuntingan. Yogyakarta:Ardana Media.
Sanusi, A. Effendi. 1996. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
g. Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akedemik yang
mengikutinya untuk membedakan diri dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga. Contoh
Solihin, S.Pd.
Edi Suyanto, M.Pd.
h. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka. Contoh
12,5 liter
Rp 1.500
15,4 liter
i. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
untuk membatasi. Contoh
Teman saya, Dina pintar sekali.
Sepupu saya, Ciko lucu sekali.
j. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca dibelakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat. Contoh
Atas bantuan Ayu, Yuni mengucapkan terima kasih.
Atas bantuan Bapak/Ibu, Saya ucapkan terima kasih.
k. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat, jika petikan itu berakhir dengan
tanda Tanya atau tanda seru. Contoh :
“Kapan engkau akan kemari?” Tanya paman.
“Lusa aku kembali lagi, kata Andi”. 3. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan ketidakpercayaan,
atau-pun rasa emosi yang kuat. Contoh
Buka pintu itu sekarang!
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Desain
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Desain deskriptif bertugas untuk melakukan representasi objektif mengenai
gejala- gejala yang terdepat dalam masalah tersebut (Nawawi dan Martini, 1994 : 73-74). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan menulis karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar
Lampung Selatan.
3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar
Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012. Populasi tersebut berjumlah 315 siswa yang tersebar ke dalam sembilan kelas, yaitu kelas X-1 berjumlah 35 orang,
kelas X-2 berjumlah 35 orang kelas X-3 berjumlah 35 orang, kelas X-4 berjumlah 35orang, kelas X-5 berjumlah 35 orang, kelas X-6 berjumlah 35 orang, kelas X-7 berjumlah 35 orang, kelas X-8 berjumlah 35 orang, dan kelas X-9 berjumlah 35
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah Siswa
1. X-1 35
2. X-2 35
3. X-3 35
4. X-4 35
5. X-5 35
6. X-6 35
7. X-7 35
8. X-8 35
9. X-9 35
Jumlah 315
3.3 Sampel
Dalam penentuan sampel ini, penelitin berpedoman pada pendapat Arikunto yang menyebutkan bahwa, apabila subjek penelitian ini berjumlah besar,
subjek penelitian dapat diambil sebagai sampel berkisar 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 25% atau lebih. Dalam pengambilan sampel
peneliti menggunakan teknik random atau pengambilan secara acak. Sampel diambil sebesar 15% dari jumlah siswa setiap kelas sehingga sampelnya berjumlah kurang lebih 45 siswa. Berikut ini tabel perhitungan sampel dari
jumlah siswa.
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No. Kelas Jumlah
Siswa 15% dari jumlah
siswa
Sampel yang ditetapkan
1. X-1 35 5,25 5
2. X-2 35 5,25 5
3. X-3 35 5,25 5
4. X-4 35 5,25 5
5. X-5 35 5,25 5
6. X-6 35 5,25 5
7. X-7 35 5,25 5
8. X-8 35 5,25 5
9. X-9 35 5,25 5
[image:51.595.121.505.537.734.2]Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah
sebagai berikut.
1. Membuat semua nama subjek penelitian yang menjadi populasi penelitian dari masing-masing kelas, ditulis pada kertas dan digulung rapi.
2. Memasukkan gulungan kertas satu per satu ke dalam sebuah kaleng. 3. Mengambil secara acak sejumlah sampel yang dibutuhkan pada tiap kelas.
4. Memeriksa nama subjek yang didapat dan menjadikannya sebagai sampel.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik tes. Tes yang digunakan adalah tes tertulis (menulis eksposisi) untuk memperoleh
data tingkat kemampuan menulis karangan eksposisi siswa. Siswa diminta untuk membuat karangan tersebut yang masing-masing mendapatkan tema yang berbeda antarsiswa (agama, budaya, ekonomi, kesehatan, lingkungan,
olahraga, pendidikan, sosial, dan teknologi). Lalu setiap siswa diberi waktu 90 menit untuk menulis karangan eksposisi tersebut. Sebenarnya ada
macam-macam cara yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. Cara-cara tersebut adalah mengadakan wawanCara-cara, menngadakan angket, mengadakan observasi, mengadakan penelitian lapangan atau mengadakan penelitian
kepustakaan (Keraf, 1997 : 160 ).
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.
2. Menghitung skor tiap aspek yang diperoleh siswa dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Menentukan persentase tingkat kemampuan menulis eksposisi per aspek per siswa.
∑ = jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimal
4. Menafsirkan hasil penghitungan data terhadap penguasaan berdasarkan taraf kemampuan menulis eksposisi.
Tabel 3.3 Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Eksposisi
No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu
1. Isi Karangan Isi karangan dituliskan secara jelas, isi berupa tulisan yang memberikan suatu pengertian atau pengetahuan, isi karangan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan dan bagaimana, isi karangan disampaikan dengan lugas serta menggunaan bahasa yang baku, isi karangan dapat menggunakan contoh fakta ataupun angka-angka, dan akhir karangan berupa penegasan.
Jika salah satu kriteria dari isi karangan tidak
dituliskan.
Jika dua kriteria dari isi karangan tidak dituliskan
No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu
Jika tiga kriteria dari isi karangan tidak dituliskan
Jika empat kriteria dari isi karangan tidak dituliskan
2
1
Kurang
Sangat Kurang
2. Kalimat Efektif Kalimat dituliskan dengan dengan sangat jelas, adanya kehematan dalam penulisan kata, adanya subjek dan predikat, adanya
kesejajaran, kecermatan penalaran, dan kelogisan bahasa dalam kalimat tersebut.
Jika terdapat salah satu kriteria dari kalimat efektif yang tidak dituliskan
Jika terdapat dua kriteria dari kalimat efektif yang tidak dituliskan
Jika terdapat tiga kriteria dari kalimat efektif yang tidak dituliskan
Kalimat tidak memenuhi syarat kalimat efektif
5 4 3 2 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
3. Kepaduan
Antarparagraf Kepaduan antarparagraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, bahasa mudah dipahami, dan ungkapan-ungkapan kata dalam pengait kalimat tepat.
No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu
Kepaduan antarparagraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, bahasa mudah dipahami, tetapi ungkapan-ungkapan kata dalam pengait kalimat dituliskan dengan tidak tepat.
Kepaduan antarparagraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, bahasa sulit dipahami, dan ungkapan-ungkapan kata dalam pengait kalimat tidak tepat.
Paragraf yang ditulis tidak memenuhi syarat kepaduan antarparagraf dengan baik.
3 2 1 Baik Cukup Kurang
4. Penggunaan Ejaan Ejaan diterapkan dengan sangat baik yaitu tepat dalam penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Ejaan diterapkan dengan baik yaitu cukup tepat dalam penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu
Ejaan kurang karena sebagian besar penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca salah.
Hampir semua penerapan ejaan tidak tepat.
2
1
Kurang
Sangat Kurang
Jumlah 19
Dari tabel di atas, disimpulkan bahwa sebuah tulisan eksposisi yang baik atau
memenuhi kriteria adalah karangan eksposisi yang isinya mengandung paparan sebuah objek atau peristiwa yang digambarkan secara jelas dan rinci. Selain itu,
juga harus disusun secara runtut dan saling bertautan antara kalimat satu dengan kalimat selanjutnya atau paragraf satu dengan paragraf berikutnya. Terakhir yakni dalam penulisan harus disesuaikan dengan kaidah bahasa yang baik dan benar.
[image:56.595.108.512.85.268.2]Untuk menentukan kemampuan siswa, tolok ukur yang dipakai sebagai berikut. Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Eksposisi
Interval Presentase Tingkat
Kemampuan Keterangan
85-100% Sangat Baik
75-84% Baik
60-74% Cukup
40-59% Kurang
0-39% Sangat Kurang
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 s.d 14 Maret 2012,
dapat disimpulkan bahwa skor kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X
SMA 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 adalah 62%, skor yang
diperoleh ini termasuk dalam kategori cukup.
Kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X SMA 1 Natar Lampung
Selatan tahun pelajaran 2011/2012 ditinjau dari berbagai indikator sebagai
berikut.
1. Kemampuan menulis eksposisi ditinjau dari faktor siste