• Tidak ada hasil yang ditemukan

nn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "nn"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

MOTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar

( Al Baqarah, 153)

Dalam sebuah pencapaian cita-cita, bukan dilihat dari bagaimana kita mendapatkannya, tetapi dilihat dari bagaimana kita membuatnya bertahan.

(Deddy Corbiuzer)

Yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bukan karena yang satu memiliki kemampuan dan ide lebih baik, tapi karena dia berani mempertaruhkan ide, menghitung

risiko, dan bertindak cepat.

(Andre Malraux)

Semua impian dan rencana semua yang kita lakukan,dan semua kesulitan dan tantangan adalah proses pencerahan pengertian dan peningkatan kemampuan kita untuk naik ke

kelas-kelas kehidupanyang lebih baik.

(2)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa, penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada.

1. Ayahanda tercinta Palendra dan Ibunda tersayang Yunaida dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, motivasi, dan pengorbanan yang tidak akan mungkin terbalaskan serta Ari Yanto yang telah memberikan doa

2. Keluarga besarku, atas motivasi yang telah diberikan dan doa yang terus terucap untuk keberhasilanku.

3. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang selalu membuat keriangan di kampus maupun di luar kampus.

(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada 21 Januari 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Palendra dan Ibu Yunaida.

Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Dwi Tunggal pada 1995 dan selesai pada 1996, Sekolah Dasar (SD) Negeri 6 Penengahan pada 1996 dan selesai pada 2002, kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 3 Bandarlampung pada 2002 dan selesai pada 2005. Memasuki jenjang berikutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Unesco Bandarlampung pada 2005 dan menamatkannya pada 2008. Pada tahun yang sama (2008), penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)

(4)

SANWACANA

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Mahaesa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, oleh sebab itu sebagai wujud rasa hormat sudah selayaknya penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dr. Siti Samhati, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, yang membantu memberikan pengarahan dan saran-saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku Penguji bukan pembimbing, yang telah

memberikan bimbingan, nasihat, dan saran kepada penulis.

(5)

6. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung.

7. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

8. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu staf administrasi Jurusan Bahasa dan Seni Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan.

10. Drs. Suwarlan, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.

11. Dra. Isnora selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus guru pendamping yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

12. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Natar Lampung yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik.

13. Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 1 Air Hitam Lampung Barat yang senantiasa membantu penulis selama melaksanakan PPL.

14. Kedua orangtuaku, ayahanda Palendra dan ibunda Yunaida yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, serta memberikan cinta dan kasih sayang dengan penuh kesabaran dan adik Adi Ari yanto.

15. Keluarga besarku terima kasih untuk doa, kasih sayang, motivasi, dan kebersamaannya. 16. Sahabat-sahabatku yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis

(6)

sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan, bantuan, dan kerjasamanya yang tidak mungkin penulis lupakan.

18. Keluarga baruku saat melaksanakan KKN dan PPL di Lampung Barat yang senantiasa memberikan keceriaan kepada penulis.

19. Teman-teman KKN dan PPL yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis Desi Apriyani, Novria Wandira, Theodora Retno, Shinta Devi, Putri Pravitasari,dan Ratna. 20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, serta teman-teman. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandarlampung, Juni 2012

Penulis

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan perkembangan jiwa peserta didik, antara lain dalam perkembangan komunikasi dengan orang lain dan perwujudan diri setiap individu. Selain itu, bahasa juga sangat penting bagi pembangunan negara dan identitas suatu bangsa. Bahasa menunjukkan citra bangsa, karenanya kemajuan bahasa Indonesia bergantung dari bagaimana bahasa tersebut dikenali, dihargai dan dimanfaatkan oleh bangsanya. Hal tersebut tentunya berkaitan pembinaan dan pengembangan bahasa itu sendiri, dimulai dari bagaimana kualitas pembelajaran pendidikan bahasa yang diberikan oleh para guru kepada peserta didik. Bahasa akan berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat apabila dalam pemakaiannya mengikuti syarat dan kaidah bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi berupa kata-kata atau kalimat yang tepat dan jelas sehingga menimbulkan makna yang efektif dan logis.

(8)

Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 2008 : 1).

Mengarang juga merupakan salah satu aspek pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan menulis. Kemampuan menulis karangan sangat penting dimiliki oleh siswa karena melalui kegiatan menulis karangan siswa dapat mengekspresikan atau menginformasikan kekayaan ilmu, pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman dan imajinasinya kepada orang lain. Kemampuan menulis seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata secara aktif, penguasaan kaidah gramatikal dan penguasaan gaya bahasa, (2) memiliki kemampuan penalaran yang baik, dan (3) memiliki pengatahuan yang baik dan mantap mengenai objek garapannya.

(9)

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006, pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA kelas X, dijelaskan bahwa dalam standar kompetensi siswa mampu mengungkapkan informasi, pikiran, gagasan, ide dan perasaan dalam berbagai bentuk paragraf (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi). Dari standar kompetensi tersebut dijelaskan bahwa keterampilan menulis dimaksudkan agar siswa mampu menuliskan secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks (Depdikbud, 2001 : 4).

(10)

Pemilihan siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan sebagai populasi penelitian didasari atas pertimbangan (1) sebagaimana siswa di SMA lainnya, siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan telah mendapat pengajaran menulis sebagaimana tertera dalam kurikulum yang berlaku, (2) setelah menjalani pembelajaran, siswa dituntut memiliki kemampuan yang memadai dalam menulis, dan (3) siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan perlu mendapat pembinaan yang intensif dalam menulis.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti bertujuan untuk melihat hasil proses serta mengukur hasil pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di jenjang SMA terutama di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Selain itu, kebermaknaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang ada atau tidaknya peningkatan kualitas menulis atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di sekolah menengah atas (SMA). Adapun tujuan utamanya adalah mendeskripsikan kemampuan menulis eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.

1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat menambah referensi penelitian dalam pembelajaran bahasa, khususnya mengenai kemampuan menulis karangan eksposisi sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti selanjutnya.

2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi guru dan siswa yakni sebagai berikut.

a) Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru bidang studi Bahasa Indonesia, khususnya di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 tentang kemampuan siswa menulis ekposisi.

(12)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012.

2. Objek penelitian ini adalah tulisan eksposisi yang memuat tentang kelengkapan isi karangan, penggunaan kalimat efektif, kepaduan antarparagraf, penggunaan diksi (pilihan kata) dan penggunaan ejaan dalam penulisan karangan.

3. Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang beralamat di jalan Dahlia III Natar Kecamatan Natar Lampung Selatan

(13)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kemampuan Menulis

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat dan medianya. Pesan adalah isi atau

muatan yang terkadung di dalam sebuah tulisan. Sedangkan, tulisan adalah sebuah

simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan

demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yakni:

penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan atau media berupa tulisan dan

pembaca sebagai penerima pesan.

Konsep dasar kemampuan menulis selanjutnya penulis jabarkan ke dalam beberapa sub

bab, sub bab tersebut meliputi

2.1.1 Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas

dalam suatu pekerjaan. Selain itu kemampuan juga merupakan sebuah penilaian terkini

atas apa yang dapat dilakukan seseorang (wikipedia.org). Sebuah kemampuan itu

mencakup tiga hal, yakni kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan untuk melakukan

(14)

2.1.2 Pengertian Menulis

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Menulis adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia. Dalam buku yang ditulis

Akhadiah (1988 : 2) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik

serta mengungkapkannya secara tersurat.

Dalam keterampilan berbahasa pada kurikulum di sekolah biasanya mencakup

empat segi, yaitu:

1) Keterampilan menyimak / mendengarkan

2) Keterampilan berbicara

3) Keterampilan membaca

4) Keterampilan menulis

Pada dasarnya keempat keterampilan terebut merupakan satu kesatuan. Dalam

memperoleh keterampilan berbahasa maka biasanya kita melalui suatu hubungan

yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak / mendengarkan

bahasa, kemudian berbicara dan sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.

Menulis adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia. Dalam buku yang ditulis

(Akhadiah, 1988 : 2) menjelaskan bahwa menulis berarti mengorganisasikan

gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.

Dari teori tersebut, menjelaskan bahwa menulis berarti mengorganisasikan

gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat (Akhadiah,

(15)

2.1.3 Pengertian Kemampuan Menulis

Suatu kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang

menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Untuk menulis sebuah

karangan yang sederhana pun, secara teknis seorang penulis dituntut memenuhi

persyaratan dasar dalam menulis tersebut. Dalam hal ini kemampuan menulis

merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan menulis yang hasilnya berupa karangan. Selain itu kemampuan juga

merupakan sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang baik

dalam bidang menulis.

2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis

Kemampuan menulis bagi siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan

kebahasaannya. Seorang siswa dapat menulis karangan dengan baik apabila

mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Untuk dapat menulis dengan baik

ada beberapa faktor yang memengaruhinya, antara lain (1) menguasai

pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata aktif, penguasaan kaidah

gramatikal dan penguasaan gaya bahasa, (2) memiliki kemampuan penalaran yang

baik, (3) memiliki pengetahuan yang baik dan mantap mengenai objek

garapannya (Keraf, 1982 : 2).

Banyak faktor yang memengaruhi kemampuan menulis. Namun, pada prinsipnya

dapat dikategorikan dalam dua faktor yakni faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal diantaranya belum tersedia fasilitas pendukung, berupa

keterbatasan sarana untuk menulis. Faktor internal mencakup faktor psikologis

(16)

yang dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan

akan semakin baik. Faktor lain yang tergolong faktor psikologis adalah faktor

kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis.

Seseorang akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong oleh

kebutuhannya. Faktor teknis meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan

teknik-teknik menulis. Konsep yang berkaitan dengan teori- teori menulis yang

terbatas yang dimiliki seseorang turut berpengaruh. Faktor kedua dari faktor

teknis yakni penerapan konsep. Kemampuan penerapan konsep dipengaruhi

banyak sedikitnya bahan yang akan ditulis dan pengetahuan cara menuliskan

bahan yang diperolehnya.

Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca maka

seseorang yang ingin memiliki kemampuan menulisnya lebih baik, dituntut untuk

memiliki kemampuan membacanya lebih baik pula. Pada prinsipnya keterkaitan

antara kedua keterampilan tersebut sangatlah erat, contohnya ketika kita mencoba

menuliskan sesuatu, pastinya yang kita inginkan adalah tulisan tersebut dibaca

orang lain.

2.1.5 Tujuan Menulis

Setiap penulis harus mengungkapkan dengan jelas tujuan menulisnya / penulisan

yang akan digarapnya. Dengan menentukan tujuan penulisan, maka penulis akan

tahu apa saja yang akan dilakukan pada tahap penulisan tersebut. Tujuan menulis

ini pula merupakan penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi

(17)

1. Memberi (Menjual) Informasi

Sebagian besar tulisan dihasilkan dengan tujuan memberi (baca: menjual)

informasi, teristimewa bila hasil karya tulis tersebut diperjualbelikan. Pada sisi

positif lain, tulisan juga bersifat memperkenalkan atau mempromosikan

sesuatu, termasuk suatu kejadian (berita) atau tempat (pariwisata).

2. Mencerahkan Jiwa

Bacaan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia modern, sehingga karya

tulis selain sebagai komoditi juga layak dipandang sebagai salah satu sarana

pencerahan pikiran dan jiwa.

3. Mengabadikan Sejarah

Sejarah harus dituliskan agar abadi sampai ke generasi selanjutnya.

4. Ekspresi Diri

Tulisan juga merupakan sarana mengekspresikan diri, baik bagi perorangan maupun

kelompok.

5. Mengedepankan Idealisme

Idealisme umumnya dituangkan dalam bentuk tertulis supaya memiliki daya

sebar lebih cepat dan merata.

6. Mengemukakan Opini dan Teori

Buah pikiran pun hampir selalu diabadikan dalam bentuk tulisan.

7. Menghibur

Baik temanya humor maupun bukan, tulisan umumnya juga bersifat

(18)

2.2 Karangan

Dalam membuat karangan atau menulis sebuah karangan seseorang perlu

memiliki suatu keterampilan, seperti keterampilan dalam penggunaan ejaan,

pemilihan kata, pembuatan suatu kalimat. Selain itu, karangan harus mengandung

sesuatu atau isi yang akan disampaikan. Isi tersebut berupa ide, gagasan, perasaan,

atau informasi yang akan diungkapkan penulis kepada pembacanya atau orang

lain.

Menulis karangan adalah komulasi beberapa paragraf yang tersusun dengan

sistematis, koheren, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup ada progresi,

semua memperbincangkan sesuatu serta hidup dalam tulisan yang jelas, runtut,

ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami orang lain (Suyanto, 2000 : 18 ). Ada

juga yang menyatakan bahwa menulis karangan adalah menggungkapkan secara

jujur, tanpa rasa emosional yang berlebihan, realistis, dan tidak menghamburkan

kata-kata secara tidak perlu. Menulis karangan adalah menyusun atau

mengkoordinasikan buah pikiran atau ide yang disajikan ke dalam rangkaian

kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis.

Dari beberapa pernyataan di atas, penulis mengacu pada pendapat yang

menyatakan bahwa menulis karangan adalah menggungkapkan secara jujur, tanpa

rasa emosional yang berlebihan, realistis, dan tidak menghamburkan kata-kata

(19)

2.3 Unsur-Unsur dan Bagian-Bagian Karangan

Baik atau tidaknya suatu karangan apat dilihat dari unsur-unsur kebahasaan yang

membangun karangan itu. Unsur-unsur tersebut meliputi (1) isi, (2) kalimat

efektif, (3) kepaduan antarparagraf, dan (4) penggunaan ejaan.

1. Isi Karangan

Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan.

Gagasan yang baik didukung oleh (a) isi karangan yang dituliskan secara jelas,

(b) isi karangan berupa tulisan yang memberikan suatu pengertian atau

pengetahuan, (c) isi karangan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa,

bagaimana, dan kapan (d) isi karangan disampaikan secara lugas serta

menggunakan bahasa yang baku, (e) isi karangan dapat menggunakan

fakta-fakta, contoh-contoh, angka-angka dan akhir karangan berupa penegasan.

a) isi karangan

isi karangan sejogyanya harus dituliskan secara jelas, agar pembaca

dapat mengerti apa yang dimaksud oleh penulis

b) berupa tulisan yang memberikan pengertian atau pengetahuan

suatu tulisan yang dibuat oleh seseorang pasti terdapat beberapa

pengetahuan yang ia jabarkan. Tulisan tersebut dapat berupa pengertian

suatu kata atau yang lainnya tujuannya agar para pembaca dapat

mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

c) menjawab pertanyaan tentang apa,mengapa, kapan, dan bagaimana

suatu tulisan sebaiknya dapat menjabarkan pegertian atau pengetahuan

yang sifatnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa,

(20)

d) disampaikan dengan lugas dan menggunakan bahasa baku

penggunaan bahasa dalam menulis sebuah tulisan, hendaknya

menggunakan bahasa yang baku, tidak berbelit-belit, dan dapat

dimengerti oleh pembaca.

e) menggunakan contoh, fakta, gambar peta, dan angka-angka dan akhir

karangan berupa penegasan

agar pembaca lebih memahami suatu tulisan, akan lebih baik jika

diperjelas dengan fakta, gambar atau angka-angka untuk memperjelas

tulisan tersebut. Dalam penulisan akhir karangan sebaiknya diberikan

penegasan. Hal ini dikarenakan agar pembaca tidak bertanya-tanya

tentang akhir dari karangan tersebut.

2. Kalimat Efektif

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud tulisan atau lisan, yang

menggungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Kalimat di dalam

karangan harus efektif agar informasi yang disampaikan dapat lebih jelas dan

tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca. Faktor yang perlu

diperhatikan agar kalimat yang diungkapkan efektif, yaitu (a) kehematan dalam

mempergunakan kata-kata, (b) adanya kejelasan subjek dan predikat, (c)

kesejajaran, (d) kecermatan dan (e) kelogisan (Sanusi, 2002 : 1-12).

Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat

isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara

menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap apa yang dibicarakan

(21)

a) kehematan

kalimat dikatakan hemat jika kata-kata yang digunakan tidak berlebihan.

Pengertian hemat di sini bukan berarti kita bisa menghilangkan kata-kata

yang dapat menambah kejelasan. Penghematan dilakukan terhadap

kata-kata yang berlebihan. Maksudnya, andaikan kata-kata-kata-kata itu dihilangkan,

kalimat itu tetap komunikatif, maknanya tidak berubah, dan tidak

bertentangan dengan kaidah tata bahasa.

b) kejelasan Subjek dan Predikat

dalam ragam tulis, kalimat yang benar sekurang-kurangnya terdiri atas

subjek (S) dan predikat (P). Subjek adalah sesuatu yang menjadi inti

pembicaraan. Predikat adalah hal yang menjelaskan inti pembicaraan atau

menjelaskan subjek. Jika tidak terdiri atas unsur subjek dan predikat, maka

suatu pernyataan tidak dapat disebut kalimat.

c) kesejajaran

dalam kalimat yang mengandung rincian, faktor kesejajaran perlu

diperhatikan. Maksud dari kesejajaran adalah kesamaan kelas kata yang

digunakan dalam rincian kalimat, maksudnya jika rincian pertama

menggunakan kata kerja, maka rincian kedua dan seterusnya juga

menggunakan kata kerja. Jika rincian pertama menggunakan kata benda,

maka rincian kedua dan seterusnya menggunakan kata benda.

d) kecermatan

kata merupakan salah satu unsur dasar kalimat yang sangat penting.

(22)

nalar yang terkandung dalam kalimat menjadi terganggu. Oleh karena itu,

penggunaak kata dalam kalimat perlu diperhatikan dengan cermat.

e) kelogisan

kalimat dikatakan logis jika logika mendukung wujud kalimat, meskipun

suatu kalimat benar menurut struktur, benar memiliki subjek dan predikat,

dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. Tetapi apabila struktur

kalimat digunakan tidak logis dan adanya pengurangan dalam penggunaan

subjek dan predikat serta tidak mendukung informasi yang dimengerti oleh

pembaca atau pendengar, maka kalimat itu dikatakan tidak logis.

3. Kepaduan Antarparagraf

Kepaduan berarti keserasian hubungan antargagasan dalam paragraf dalam

sebuah karangan atau keserasian hubungan antarkalimat dalam karangan

tersebut. Keserasian itu menjadikan alur gagasan yang terungkap dalam

karangan tersebut menjadi jelas. kepaduan antarparagraf dalam penjabarannya

kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui

ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait kalimat. Urutan yang logis akan

terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.

4. Penggunaan Ejaan

Ejaan dalam penulisan yang dipakai berpedoman pada Ejaan Yang

Disempurnakan. Ejaan adalah keseluruhan peraturan dalam melambangkan

bunyi-bunyi ujaran, menempatkan tanda baca, memotong suatu kata dan menghubungan

kata-kata. Pemakaian kata yang tepat terutama kebakuan kata yang digunakan.

Kata kata yang digunakan dipilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu

(23)

Suatu karangan yang tersusun sempurna dan baik, betapapun panjang atau

pendeknya, selalu mengandung tiga bagian utama, setiap bagian mempunyai

fungsi yang berbeda-beda dalam (Suyanto, 2011 : 65) yakni sebagai berikut.

1. Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk

menarik minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara

singkat ide pokok atau tema karangan serta menjelaskan kapan dan dibagian

mana suatu hal yang akan diperbincangkan.

2. Bagian Isi

Bagian isi berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara bagian

pendahuluan dan bagian penutup. Bagian isi merupakan penjelasan terperinci

terhadap apa yang diutarakan pada bagian pendahuluan.

3. Bagian Penutup

Bagian penutup adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk memberikan

kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks, melengkapi serta

merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa yang sudah dijelaskan

atau diceritakan.

Ketiga bagian tersebut (pendahuluan, isi, penutup) terjalin erat satu dengan yang

lain serta ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan padu. Bagian

pendahuluan menggambarkan ide pokok secara umum, bagian isi menjelaskan

pertanyaan/jawaban secara terperinci, bagian penutup memberikan kesimpulan /

(24)

2.4 Kriteria Karangan yang Baik

Sebuah karangan selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu bentuk dan isi.

Bentuk berkaitan dengan bahasa, sedangkan isi berkaitan dengan materi yang

terkandung dalam karanga, apapun jenis karangannya. Ditinjau dari kedua aspek

tersebut terdapat beberapa kriteria karangan yang baik, yaitu :

1. Berisi hal-hal yang bermanfaat

Meskipun karangan itu tergolong sederhana, namun isinya memperkaya pengetahuan

pembaca.

2. Pengungkapan jelas

Permasalahan yang dibicarakan dalam karangan dapat dipahami oleh pembaca

secara tepat dan benar. Faktor pendukung utamanya adalah pilihan kata (diksi),

ketepatan skruktur kalimat, akuratnya pemilihan kata hubung, pengorganisasian

ide yang padu, kesesuaian menentukan contoh atau ilustrasi dan lain-lain.

3. Penciptaan kesatuan dalam pengorganisasian

Karangan langsung menjelaskan isi permasalahan dan tidak berbelit-belit.

Perpindahan pembahasan dari satu masalah ke masalah lain berlangsung secara

mulus tanpa menimbulkan kesenjangan. Tiap kalimat mendukung ide utama

paragraf.

4. Efektif dan efisien

Karangan menggunakan kalimat dan kata-kata ringkas, namun dapat

menjangkau makna yang jelas.

5. Ketepatan penggunaan bahasa

Hal yang tercakup di dalamnya adalah kesanggupan pengarang untuk

(25)

Pembentukan kata, penyusunan kelompok kata, penyusunan kalimat, serta

penguasaan ejaan dan tanda baca.

6. Terdapat variasi kalimat

7. Penyusunan kalimat panjang dan pendek berselang-seling. Tidak terdapat

penggunaan kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan cara mencari

sinonimnya.

8. Vitalitas

Pembaca seakan-akan merasa pengarang ada di dekatnya sehingga terjadi

kontak dan timbul jalinan kata maupun kalimat.

9. Cermat

Tidak mengabaikan hal-hal kecil, seperti penulisan tanda baca (tanda titik dan

koma). Cermat dalam memilih kata maupun menyusun kalimat.

10. Objektif

Karangan diungkapkan secara jujur, tidak dimuati emosi dan realitis.

2.5 Jenis-jenis Karangan

Ditinjau dari segi bentuknyaa, karangan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu narasi,

eksposisi, argumentasi, dan deskripsi. Narasi merupakan bentuk karangan yang bertujuan

menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman, yang

dialami manusia berdasarkan perkembangan dari wakti ke waktu. Argumentasi

adalah karangan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan atau informasi yang

disertai dengan bukti-bukti. Selain itu penjabaran menurut bentuk yang ketiga

yaitu deskripsi adalah jenis karangan yang berusaha melukiskan dan mengemukakan

sifat, tingkah laku seseorang, suasana ataupun keadaan suatu tempat. Dari

(26)

karangan eksposisi. Penulis hanya membahas satu jenis karangan sebab yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah agar siswa terampil menulis eksposisi.

2.6 Pengertian Eksposisi

Eksposisi berasal dari kata bahasa Inggris “exsposition” yang berarti “membuka”

atau “memulai”. Eksposisi adalah suatu karangan yang memberikan, mengupas

atau menguraikan suatu informasi yang dilakukan tanpa disertai desakkan atau

paksaan kepada pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkannya. Untuk

memperjelas uraiannya biasanya eksposisi disertai juga dengan grafik, gambar

atau statistik. Selain itu, pengertian eksposisi lainnya adalah karangan yang

berusaha memaparkan atau menerangkan suatu hal atau suatu gagasan.

Pada (Suparno dan Yunus, 2009 : 54 ) menyebutkan bahwa karangan eksposisi

adalah suatu karangan yang bersifat memberitahu, mengupas, menguraikan atau

menerangkan sesuatu yang tujuannya agar pembaca mendapat pengetahuan atau

informasi yang sejelas-jelasnya. Sumber karangan ini dapat diperoleh dari hasil

pengamatan, penelitian atau pengalaman

2.6.1 Tujuan Menulis Eksposisi

Mengarang pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan

maksud orang lain secara jelas dan efektif. Selain itu tujuan menulis eksposisi

menurut (Suparno dan Yunus, 2009 : 54 ) menyebutkan bahwa menulis eksposisi

merupakan bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau

(27)

Tujuan menulis eksposisi adalah memaparkan atau menjelaskan sesuatu /

informasi agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh karena itu, topik-topik

yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan dengan penyampaian

informasi, agar pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas –

jelasnya.

Dari pemaparan di atas, penulis mengacu pada pendapat yang menyebutkan

bahwa karangan eksposisi merupakan bertujuan untuk memberitahu, mengupas,

menguraikan atau menerangkan sesuatu.

2.6.2 Ciri-Ciri Eksposisi

Ciri-ciri eksposisi sebagai berikut.

1. Berupa tulisan yang memberikan pengertian atau pengetahuan

Suatu tulisan yang dibuat oleh seseorang pasti terdapat beberapa pengetahuan

yang ia jabarkan. Tulisan tersebut dapat berupa pengertian suatu kata atau yang

lainnya tujuannya agar para pembaca dapat mengerti apa yang dimaksudkan

oleh penulis.

2. Menjawab pertanyaan tentang apa,mengapa, kapan, dan bagaimana

Suatu tulisan sebaiknya dapat menjabarkan pegertian atau pengetahuan yang

sifatnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa, mengapa, kapan,

bagaimana.

3. Disampaikan dengan lugas dan menggunakan bahasa baku

Penggunaan bahasa dalam menulis sebuah tulisan, hendaknya menggunakan

bahasa yang baku, tidak berbelit-belit, dan dapat dimengerti oleh pembaca.

(28)

Agar pembaca lebih memahami suatu tulisan, akan lebih baik jika diperjelas

dengan fakta, gambar atau angka-angka untuk memperjelas tulisan tersebut.

5. Akhir karangan berupa penegasan

Dalam penulisan akhir karangan sebaiknya diberikan penegasan. Hal ini

dikarenakan agar pembaca tidak bertanya-tanya tentang akhir dari karangan

tersebut.

6. Gaya tulisan bersifat informatif

Gaya bahasa yang digunakan dalam menulis sebuah karangan, sebaiknya

menggunakan bahasa yang bersifat informasi agar pembaca tidak hanya

sekedar membaca saja, tetapi juga mendapatkan informasi dari apa yang ia

baca.

7. Berusaha menjelaskan tentang sesuatu

Suatu bacaan bukan sekedar tulisan saja, melainkan suatu tulisan yang

menjelaskan tentang sesuatu yang terbaru, agar pembaca mendapatkan

informasi dari bacaan tersebut.

2.6.3 Langkah-Langkah Menulis Eksposisi

Langkah-langkah menulis eksposisi sebagai berikut.

1 Menetapkan Tema Tulisan

dalam membuat karangan, apapun bentuk karangannya langkah pertama yang

harus dilakukan ialah menentukan atau menetapkan tema. Tema tulisan inilah

(29)

2 Menentukan Tujuan Penulisan

menentukan tujuan karangan adalah menerangkan pokok persoalan yang

terkandung dalam tema. Untuk itu diperlukan fakta-fakta yang harus disusun

dengan sebaik-baiknya agar mudah dipahami pembaca.

3 Mengumpulkan Bahan Tulisan

bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh melalui berbagai sumber, misalnya

buku, majalah, surat kabar.dan lain-lain atau juga dapat memperoleh dengan

mewawancarai pakar / dibidang masalah yang dibahas.

4 Menentapkan Kerangka Tulisan

dalam menulis karangan diperlukan juga membuat kerangka tulisan, karena

seluruh bahan yang dikumpulkan harus dirinci dan diseleksi dengan cermat.

Tujuan membuat kerangka karangan ini adalah agar Anda mudah

mengembangkan isi karangan.

5 Mengembangkan Tulisan

Setelah kerangka tulisan selesai, lalu dikembangkan sehingga pengembamgan

tulisan dapat dikerjakan dengan baik. Semua pikiran utama dari pikiran yang

terdapat dalam kerangka tulisan dikembangkan menjadi kalimat utama dan

kalimat penjelas. Tentu dalam pengembangan kalimat utama dan kalimat

penjelas dikerjakan dengan memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang

baik dan benar, dan tanda baca yang benar.

2.9.4 Jenis-Jenis Eksposisi

Menurut (Suparno dan Yunus, 2009 : 59) menjabarkan bahwa ada beberapa jenis

(30)

1. Eksposisi Identifikasi

Sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau

unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal

objek itu dengan tepat dan jelas. Jadi, sesuatu yang diidentifikasikan bersifat

fisik atau konkret, atau dapat pula bersifat abstrak atau nonfisik.

Kutipan Identifikasi

Vitamin A terdapat dalam mentega, ikan, buah-buahan berwarna kuning, dan sayur-sayuran. Diet yang rendah vitamin A dapat menyebabkan resistensi yang menurun terhadap infeksi, nafsu makan menurun, dan pencernaan makanan yang tidak sempurna. Kelebihan vitamin A juga memberikan gejala yang tidak dikehendaki orang. Gejala tersebut lerlihat kerontokan rambut apabila kelebihan vitamin A tersebut.

2. Eksposisi Perbandingan

Jenis pengembangan seperti ini yang kita lakukan adalah mengemukakan uraian

yang membandingkan antara hal-hal yang kita lakukan dengan menunjukan

persamaan-persamaan ataupun perbedaan tersebut.

Kutipan Perbandingan/Pertentangan

Pascagempa dengan kekuatan 5,9 skala richter, sebagian Yogyakarta dan Jawa Tengah luluh lantak. Keadaan ini mengundang perhatian berbagai pihak. Bantuan pun berdatangan dari dalam dan luar negeri. Bantuan berbentuk makanan, obat-obatan, dan pakaian dipusatkan di beberapa tempat. Hal ini dimaksudkan agar pendistribusian bantuan tersebut lebih cepat. Tenaga medis dari daerah-daerah lain pun berdatangan. Mereka memberikan bantuan di beberapa rumah sakit dan tenda – tenda darurat

3. Eksposisi Ilustrasi

Jenis pengembangan eksposisi ilustrasi ini sering kita gunakan, karena jenis ini

(31)

menggambarkan yang abstrak. Pengembangan jenis ini berfungsi untuk

mengkonkretkan suatu prinsip umum yang sudah diuraikan sebelumnya.

Kutipan Ilustrasi

Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh – sungguh.

4. Eksposisi Klasifikasi

Dalam pengembangan eksposisi, klasifikasi dapat menunjang kejelasan pokok

masalah. Pokok masalah itupun dapat dilihat dari bagaimana kaitan antara

pokok masalah itu dengan pokok-pokok masalah lainnya. Pengembangan

eksposisi jenis ini dapat dipakai sebagai kerangka karangan dan dapat

menampilkan struktur uraian, karena struktur tersebut merupakan landasan

hubungan antara topik dengan unsur yang terdapat di dalamnya.

Kutipan Klasifikasi

(32)

5. Eksposisi Definisi

Secara umum definisi itu adalah eksposisi terhadap kata-kata. Para pemakai

bahasa biasanya selalu membatasi ragam arti kata-kata dalam bahasanya.

Semakin jelas pembatasan arti itu bagi penulis ataupun bagi pembaca, maka

semakin jelas pula komunikasi gagasan atau ide dalam pikiran penulis atau

pembaca tersebut. Oleh karena itu, definisi banyak digunakan untuk

mengembangkan karangan eksposisi.

Kutipan Definisi

Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.

6. Eksposisi Analisis

Dalam karangan eksposisi kita menjelaskan sesuatu, memberikan keterangan

tentang sesuatu, atau kita mengembangkan suatu gagasan agar eksposisi yang

sudah dibuat dapat dipahami oleh penulis ataupun pembacanya. Eksposisi

memiliki beberapa macam jenis pengembangannya 1). Analisis proses, 2). Analisis

sebab-akibat, 3). Analisis bagian, 4). Analisis fungsional.

Kutipan Analisis proses

(33)

bercampur dengan ragi lalu letakan di tempat lembab jauh dari sinar matahari, setelah beberapa hari diletakan ditempat tersebut jadilah tempe kita.

2.8 Kemampuan Menulis Eksposisi

Kemampuan menulis eksposisi merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk menghasilkan sebuah tulisan, berarti seseorang tersebut sudah mampu

melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah dapat ia lakukan. Sebenarnya sering

sekali dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti: mencatat pesan, membuat

artikel, menulis novel dan lain-lain menghasilkan sebuah karya tulis, kemudian

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau diserahkan kepada orang lain

sebagai bukti karya ilmiah yang kita tulis. Menulis merupakan sebuah proses.

Proses yang melibatkan tahap prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan,

perbaikan dan penyempurnaan.

Dalam mengarangpun seseorang juga memerlukan suatu keterampilan, karena

dengan tidak memiliki keterampilan khusus seseorang tidak akan membuat tulisan

yang dapat menarik minat pembaca untuk membaca karya tulis. Menulis karangan

diartikan sebagai komulasi dari beberapa paragraf yang tersusun secara sistematis,

koheren, menjelaskan secara runtut, ekspresif dan dapat dipahami orang lain. Ada

juga pendapat dari ahli lain yang menyatakan menulis karangan adalah

menggungkapkan secara jujur, tanpa rasa emosional yang berlebihan,realistis, dan

tidak menghamburkan kata-kata secara tidak perlu.

Dalam membuat karangan, di sini penulis memilih eksposisi karena dalam

(34)

gagasan, dan maksud orang lain secara jelas dan efektif. Eksposisi juga dapat

diartikan sebagai suatu karangan yang memberikan, mengupas atau menguraikan

suatu informasi yang dilakukan tanpa disertai desakan atau paksaaan kepada

pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkannya. Dalam menulis

eksposisi terdapat beberapa indikator untuk menilai hasil karangan eksposisi,

meliputi

1. Isi Karangan

Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan.

Gagasan yang baik didukung oleh (a) isi karangan yang dituliskan secara jelas,

(b) isi karangan berupa tulisan yang memberikan suatu pengertian atau

pengetahuan, (c) isi karangan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa,

bagaimana, dan kapan (d) isi karangan disampaikan secara lugas serta

menggunakan bahasa yang baku, (e) isi karangan dapat menggunakan

fakta-fakta, contoh-contoh, angka-angka dan akhir karangan berupa penegasan.

a) isi karangan

isi karangan sejogyanya harus dituliskan secara jelas, agar pembaca dapat

mengerti apa yang dimaksud oleh penulis.

b) berupa tulisan yang memberikan pengertian atau pengetahuan

suatu tulisan yang dibuat oleh seseorang pasti terdapat beberapa

pengetahuan yang ia jabarkan. Tulisan tersebut dapat berupa pengertian

suatu kata atau yang lainnya tujuannya agar para pembaca dapat mengerti

(35)

c) menjawab pertanyaan tentang apa,mengapa, kapan, dan bagaimana

suatu tulisan sebaiknya dapat menjabarkan pegertian atau pengetahuan

yang sifatnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa,

mengapa, kapan, bagaimana.

d) disampaikan dengan lugas dan menggunakan bahasa baku

penggunaan bahasa dalam menulis sebuah tulisan, hendaknya

menggunakan bahasa yang baku, tidak berbelit-belit, dan dapat dimengerti

oleh pembaca.

e) menggunakan contoh, fakta, gambar peta, dan angka-angka dan akhir

karangan berupa penegasan

agar pembaca lebih memahami suatu tulisan, akan lebih baik jika

diperjelas dengan fakta, gambar atau angka-angka untuk memperjelas

tulisan tersebut. Dalam penulisan akhir karangan sebaiknya diberikan

penegasan. Hal ini dikarenakan agar pembaca tidak bertanya-tanya tentang

akhir dari karangan tersebut.

2. Kalimat Efektif

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud tulisan atau lisan, yang

menggungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Kalimat di dalam

karangan harus efektif agar informasi yang disampaikan dapat lebih jelas dan

tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca. Faktor yang perlu

diperhatikan agar kalimat yang diungkapkan efektif, yaitu (a) kehematan dalam

mempergunakan kata-kata, (b) adanya kejelasan subjek dan predikat, (c)

(36)

Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat

isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara

menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap apa yang dibicarakan

(Keraf, 2001 : 35). Berikut ciri-ciri kalimat efektif menurut (Sanusi, 2002 : 1-12)

a) kehematan

kalimat dikatakan hemat jika kata-kata yang digunakan tidak berlebihan.

Pengertian hemat di sini bukan berarti kita bisa menghilangkan kata-kata

yang dapat menambah kejelasan. Penghematan dilakukan terhadap

kata-kata yang berlebihan. Maksudnya, andaikan kata-kata-kata-kata itu dihilangkan,

kalimat itu tetap komunikatif, maknanya tidak berubah, dan tidak

bertentangan dengan kaidah tata bahasa.

b) kejelasan Subjek dan Predikat

dalam ragam tulis, kalimat yang benar sekurang-kurangnya terdiri atas

subjek (S) dan predikat (P). Subjek adalah sesuatu yang menjadi inti

pembicaraan. Predikat adalah hal yang menjelaskan inti pembicaraan atau

menjelaskan subjek. Jika tidak terdiri atas unsur subjek dan predikat, maka

suatu pernyataan tidak dapat disebut kalimat.

c) kesejajaran

dalam kalimat yang mengandung rincian, faktor kesejajaran perlu

diperhatikan. Maksud dari kesejajaran adalah kesamaan kelas kata yang

digunakan dalam rincian kalimat, maksudnya jika rincian pertama

menggunakan kata kerja, maka rincian kedua dan seterusnya juga

menggunakan kata kerja. Jika rincian pertama menggunakan kata benda,

(37)

d) kecermatan

kata merupakan salah satu unsur dasar kalimat yang sangat penting.

Penggunaan atau pembentukan kata yang tidak cermat mengakibatkan

nalar yang terkandung dalam kalimat menjadi terganggu. Oleh karena itu,

penggunaak kata dalam kalimat perlu diperhatikan dengan cermat.

e) kelogisan

kalimat dikatakan logis jika logika mendukung wujud kalimat, meskipun

suatu kalimat benar menurut struktur, benar memiliki subjek dan predikat,

dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. Tetapi apabila struktur

kalimat digunakan tidak logis dan adanya pengurangan dalam penggunaan

subjek dan predikat serta tidak mendukung informasi yang dimengerti oleh

pembaca atau pendengar, maka kalimat itu dikatakan tidak logis.

3. Kepaduan Antarparagraf

Kepaduan berarti keserasian hubungan antargagasan dalam paragraf dalam

sebuah karangan atau keserasian hubungan antarkalimat dalam karangan

tersebut. Keserasian itu menjadikan alur gagasan yang terungkap dalam

karangan tersebut menjadi jelas. kepaduan antarparagraf dalam penjabarannya

kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui

ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait kalimat. Urutan yang logis akan

terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.

4. Penggunaan Ejaan

Ejaan dalam penulisan yang dipakai berpedoman pada Ejaan Yang

Disempurnakan. Ejaan adalah keseluruhan peraturan dalam melambangkan

(38)

kata-kata. Pemakaian kata yang tepat terutama kebakuan kata yang digunakan.

Kata kata yang digunakan dipilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu

merupakan kata-kata baku yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Penggunaan ejaan dalam penelitian ini pada hal-hal yang sering muncul dalam

penulisan karangan, yaitu penggunaan huruf kapital, penulisan kata, meliputi

(1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) kata ulang, (4) gabungan kata (5) kata ganti

ku, mu, nya (6) kata depan di, ke, dari (7) kata ganti si dan sang, (8) partikal,

(9) singkatan dan akronim. Penggunaan tanda baca meliputi (1) pemakaian

tanda baca titik, (2) pemakaian tanda koma, dan (3) pemakaian tanda seru.

1. Pemakaian Huruf Kapital

Penulisan dalam sebuah karangan perlu diperhatikan dalam pemakaian huruf

kapital. Dalam hal ini aturan pemakaian huruf kapital diuraikan secara rinci

sebagai berikut.

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

 Presiden SBY tiba di Jakarta.

 Ibu membeli sayuran di pasar.

 Anto mengerjakan tugasnya di rumah.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

 “Besok aku akan pergi “ kata Yati.

 Ayah berpesan “Janganlah engkau berbohong”

(39)

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan tuhan dan kitab suci termasuk kata ganti Tuhan.

Misalnya :

 Allah

 Yang Maha Penyayang

 Al-quran

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,

dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya :

 Nabi Muhammad

 Sultan Agung

 Sultan Hamengkubuwono IX

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, dan pangkat

yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang

tertentu, nama orang, nama instansi, nama tempat. Misalnya :

 Wakil Presiden Yusuf Kala

 Perdana Menteri Malaysia

 Presiden SBY

f. Huruf kapital dipakai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya :

 Hasan Albana

 Harun Yahya

(40)

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, hari raya, dan

bahasa.

Misalnya :

 Bangsa Persia

 Suku Lampung

 Hari raya Idul Fitri

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan

peristiwa sejarah.

Misalnya :

 Bulan Januari

 Perang Padri

 Bulan Ramadhan

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya :

 Lembah Hijau

 Way Kambas

 Bumi Kedaton

d. Huruf kapital dipakai sebagau huruf pertama semua unsur nama negara,

lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta semua nama dokumen resmi.

Misalnya :

 Badan Pemeriksa Keuangan

 Komisi Pemilihan Umum

(41)

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk lembaga ulang

sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan

ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya :

 Undang-Undang Perlindungan Anak

 Rancangan Undang-Undang Pornografi

 Undang-Undang Hak Asasi Manusia

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam nama buku,

majalah, surat kabar dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,

yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya :

 Saya telah membaca Novel Ketika Cinta Bertasbih.

 Rino telah membaca Koran Radar Lampung.

 Dian sudah membeli Novel Laskar Pelangi.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

pangkat dan sapaan.

Misalnya :

 S.Pd. sarjana pendidikan

 S.E sarjana ekonomi

 S.Ip sarjana ilmu pemerintahan

h. Huruf kapital sebagai huruf kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,

ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan

pengacuan.

(42)

 “ kapan mulai ujian Pak?” Tanya joko.

 “malam ini mulai ronda ya Pak?” Tanya agus.

 Anto bertanya “sekarang waktunya tidur ya Bu?”

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya :

 Sudahkah Anda membayar pajak?

 Sudahkan Anda membayar zakat?

 Sudahkan Anda berpakaian rapi?

2. Penulisan Kata

Dalam penulisan suatu karangan perlu diperhatikan penulisan kata diantaranya

kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, singkatan dan akronim.

a. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh :

 Ibu tiba dari Bandung.

 Taman ini sangat indah.

 Bunga itu tampak cantik. b. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya :

 Keindahan

 Memiliki

(43)

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis

serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya :

 beterima kasih

 menganak sungai

 Ringan tangan

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran

sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

 Menggarisbawahi

 Menyebarluaskan

 Menginformasikan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,

gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

 Adipati

 Proaktif

 Hiperaktif

5. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau

lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diiikuti

dengan tanda titik. Misalnya :

(44)

 M. Toha

 A. Zakaria

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau

organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata

ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya

 SMP Sekolah Menengah Pertama

 MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

 SMA Sekolah Menengah Atas

2. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

titik. Misalnya :

 dll. dan lain-lain

 dkk. dan kawan-kawan

 dsb. dan sebagainya

3. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan

suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang

diberlakukan sebagai kata.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya :

 ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

 LAN Lembaga Administrasi Negara

 KPK Komisi Pemberantasan Korupsi

b. Akronim nama diri yang berupa suku kata atau gabungan huruf awal dan

(45)

 Unila (Universitas Lampung)

 UTB (Universitas Tulang Bawang)

 UBL (Universitas Bandar Lampung)

3. Pemakaian Tanda Baca

Dalam penulisan karangan terdapat pemakaian tanda baca yang harus diperhatikan

diantaranya pemakaian tanda titik, tanda koma, dan tanda seru.

1. Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Contoh :

 Pamanku pergi ke kantor.

 Ibuku pergi ke pasar.

 Dia anak pandai.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan,

ikhtisar, atau daftar.

Contoh :

 I. Latar Belakang

 II. Landasan Teori

 III. Simpulan dan Saran

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu.

Contoh :

(46)

 pukul 5.09.35 (pukul 5 lewat 9 menit 35 detik)

 pukul 10.45.49 (pukul 10 lewat 45 menit 49 detik)

d. Tanda Titik dipakai untuk memisahkan jam, menit, dan detik yang

menunjukkan jangka waktu.

Contoh :

 0.35.20 jam (35 menit, 20 detik)

 1.10.20 jam (1 jam, 10 menit, 20 detik)

 0.10.11 jam (10 menit, 11 detik)

e. Tanda titik dipakai antara nama penulis, judul tulisan, yang tidak berakhir

dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Contoh :

 Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa

 Suyanto, Edi. 2011. Penyuntingan. Yogyakarta:Ardana Media

 Sanusi, A. Effendi. 1996. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Contoh :

 Balita kekurangan gizi di Indonesia berjumlah 1.021 orang.

 Jumlah korban kecelakaan ada 250 orang

 Tingkat kelahiran bayi di Indonesia berjumlah 1.010 orang

g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan

atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.Contoh

 Ayat-Ayat Cinta

(47)

 Gerimis Mengundang

h. Tanda titik tidak dipakai dibelakang (1) alamat pengiriman tanggal surat, (2)

Nama dan alat pengirim surat. Contoh

 Jalan Soemantri Brojonegoro 1

 Jalan Hoscokroaminoto 2

 Jalan Pangeran Antasari

2. Tanda Koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilang. Contoh

 Saya membutuhkan pensil, penghapus, dan mistar.

 Saya membeli tas, baju, dan sepatu.

 Dina memiliki komik, novel, dan buku cerita.

b. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat.

Jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Contoh

 Ketika ayah datang, nenek sedang tidur.

 Ibu ke pasar, ketika Ani tidur

 Paman ke kantor, ketika bibi sedang di dapur.

c. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung

antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh

 …Lagi pula, hujan telah reda..

 ...Andai saja, cuaca cerah..

(48)

d. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,

kasihan. Contoh

Wah, cantik sekali putrimu!

Aduh, kaki Nina terluka!

Ya, dia adikku!

e. Tanda koma dipakai antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat,

(3) tempat dan tanggal, dan (4) nama dan wilayah atau negeri yang ditulis

berurutan. Contoh :

 Bandarlampung, 21 Januari 2011

 Jakarta, 1 Juli 2012

 Bandarlampung, 6 Juni 2012

f. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunannya dalam daftar pustaka. Contoh

 Keraf, Goris. 1997. Komposisi. Nusa Indah: Ende Flores

 Suyanto, Edi. 2011. Penyuntingan. Yogyakarta:Ardana Media.

 Sanusi, A. Effendi. 1996. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

g. Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akedemik yang

mengikutinya untuk membedakan diri dari singkatan nama diri, keluarga,

atau marga. Contoh

 Solihin, S.Pd.

 Edi Suyanto, M.Pd.

(49)

h. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen

yang dinyatakan dengan angka. Contoh

 12,5 liter

 Rp 1.500

 15,4 liter

i. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya

untuk membatasi. Contoh

 Teman saya, Dina pintar sekali.

 Sepupu saya, Ciko lucu sekali.

j. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca dibelakang keterangan

yang terdapat pada awal kalimat. Contoh

 Atas bantuan Ayu, Yuni mengucapkan terima kasih.

 Atas bantuan Bapak/Ibu, Saya ucapkan terima kasih.

k. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian

lain yang mengiringinya dalam kalimat, jika petikan itu berakhir dengan

tanda Tanya atau tanda seru. Contoh :

 “Kapan engkau akan kemari?” Tanya paman.

 “Lusa aku kembali lagi, kata Andi”. 3. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan

atau perintah yang menggambarkan kesungguhan ketidakpercayaan,

atau-pun rasa emosi yang kuat. Contoh

 Buka pintu itu sekarang!

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Desain

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Desain deskriptif bertugas untuk melakukan representasi objektif mengenai

gejala- gejala yang terdepat dalam masalah tersebut (Nawawi dan Martini, 1994 : 73-74). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan menulis karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar

Lampung Selatan.

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar

Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012. Populasi tersebut berjumlah 315 siswa yang tersebar ke dalam sembilan kelas, yaitu kelas X-1 berjumlah 35 orang,

kelas X-2 berjumlah 35 orang kelas X-3 berjumlah 35 orang, kelas X-4 berjumlah 35orang, kelas X-5 berjumlah 35 orang, kelas X-6 berjumlah 35 orang, kelas X-7 berjumlah 35 orang, kelas X-8 berjumlah 35 orang, dan kelas X-9 berjumlah 35

(51)
[image:51.595.117.507.108.296.2]

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1. X-1 35

2. X-2 35

3. X-3 35

4. X-4 35

5. X-5 35

6. X-6 35

7. X-7 35

8. X-8 35

9. X-9 35

Jumlah 315

3.3 Sampel

Dalam penentuan sampel ini, penelitin berpedoman pada pendapat Arikunto yang menyebutkan bahwa, apabila subjek penelitian ini berjumlah besar,

subjek penelitian dapat diambil sebagai sampel berkisar 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 25% atau lebih. Dalam pengambilan sampel

peneliti menggunakan teknik random atau pengambilan secara acak. Sampel diambil sebesar 15% dari jumlah siswa setiap kelas sehingga sampelnya berjumlah kurang lebih 45 siswa. Berikut ini tabel perhitungan sampel dari

jumlah siswa.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah

Siswa 15% dari jumlah

siswa

Sampel yang ditetapkan

1. X-1 35 5,25 5

2. X-2 35 5,25 5

3. X-3 35 5,25 5

4. X-4 35 5,25 5

5. X-5 35 5,25 5

6. X-6 35 5,25 5

7. X-7 35 5,25 5

8. X-8 35 5,25 5

9. X-9 35 5,25 5

[image:51.595.121.505.537.734.2]
(52)

Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah

sebagai berikut.

1. Membuat semua nama subjek penelitian yang menjadi populasi penelitian dari masing-masing kelas, ditulis pada kertas dan digulung rapi.

2. Memasukkan gulungan kertas satu per satu ke dalam sebuah kaleng. 3. Mengambil secara acak sejumlah sampel yang dibutuhkan pada tiap kelas.

4. Memeriksa nama subjek yang didapat dan menjadikannya sebagai sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik tes. Tes yang digunakan adalah tes tertulis (menulis eksposisi) untuk memperoleh

data tingkat kemampuan menulis karangan eksposisi siswa. Siswa diminta untuk membuat karangan tersebut yang masing-masing mendapatkan tema yang berbeda antarsiswa (agama, budaya, ekonomi, kesehatan, lingkungan,

olahraga, pendidikan, sosial, dan teknologi). Lalu setiap siswa diberi waktu 90 menit untuk menulis karangan eksposisi tersebut. Sebenarnya ada

macam-macam cara yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. Cara-cara tersebut adalah mengadakan wawanCara-cara, menngadakan angket, mengadakan observasi, mengadakan penelitian lapangan atau mengadakan penelitian

kepustakaan (Keraf, 1997 : 160 ).

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

(53)

2. Menghitung skor tiap aspek yang diperoleh siswa dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Menentukan persentase tingkat kemampuan menulis eksposisi per aspek per siswa.

∑ = jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimal

4. Menafsirkan hasil penghitungan data terhadap penguasaan berdasarkan taraf kemampuan menulis eksposisi.

Tabel 3.3 Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Eksposisi

No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu

1. Isi Karangan Isi karangan dituliskan secara jelas, isi berupa tulisan yang memberikan suatu pengertian atau pengetahuan, isi karangan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan dan bagaimana, isi karangan disampaikan dengan lugas serta menggunaan bahasa yang baku, isi karangan dapat menggunakan contoh fakta ataupun angka-angka, dan akhir karangan berupa penegasan.

Jika salah satu kriteria dari isi karangan tidak

dituliskan.

Jika dua kriteria dari isi karangan tidak dituliskan

(54)

No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu

Jika tiga kriteria dari isi karangan tidak dituliskan

Jika empat kriteria dari isi karangan tidak dituliskan

2

1

Kurang

Sangat Kurang

2. Kalimat Efektif Kalimat dituliskan dengan dengan sangat jelas, adanya kehematan dalam penulisan kata, adanya subjek dan predikat, adanya

kesejajaran, kecermatan penalaran, dan kelogisan bahasa dalam kalimat tersebut.

Jika terdapat salah satu kriteria dari kalimat efektif yang tidak dituliskan

Jika terdapat dua kriteria dari kalimat efektif yang tidak dituliskan

Jika terdapat tiga kriteria dari kalimat efektif yang tidak dituliskan

Kalimat tidak memenuhi syarat kalimat efektif

5 4 3 2 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

3. Kepaduan

Antarparagraf Kepaduan antarparagraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, bahasa mudah dipahami, dan ungkapan-ungkapan kata dalam pengait kalimat tepat.

(55)

No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu

Kepaduan antarparagraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, bahasa mudah dipahami, tetapi ungkapan-ungkapan kata dalam pengait kalimat dituliskan dengan tidak tepat.

Kepaduan antarparagraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, bahasa sulit dipahami, dan ungkapan-ungkapan kata dalam pengait kalimat tidak tepat.

Paragraf yang ditulis tidak memenuhi syarat kepaduan antarparagraf dengan baik.

3 2 1 Baik Cukup Kurang

4. Penggunaan Ejaan Ejaan diterapkan dengan sangat baik yaitu tepat dalam penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Ejaan diterapkan dengan baik yaitu cukup tepat dalam penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

(56)

No. Indikator Deskriptor Penilaian Skor Mutu

Ejaan kurang karena sebagian besar penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca salah.

Hampir semua penerapan ejaan tidak tepat.

2

1

Kurang

Sangat Kurang

Jumlah 19

Dari tabel di atas, disimpulkan bahwa sebuah tulisan eksposisi yang baik atau

memenuhi kriteria adalah karangan eksposisi yang isinya mengandung paparan sebuah objek atau peristiwa yang digambarkan secara jelas dan rinci. Selain itu,

juga harus disusun secara runtut dan saling bertautan antara kalimat satu dengan kalimat selanjutnya atau paragraf satu dengan paragraf berikutnya. Terakhir yakni dalam penulisan harus disesuaikan dengan kaidah bahasa yang baik dan benar.

[image:56.595.108.512.85.268.2]

Untuk menentukan kemampuan siswa, tolok ukur yang dipakai sebagai berikut. Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Eksposisi

Interval Presentase Tingkat

Kemampuan Keterangan

85-100% Sangat Baik

75-84% Baik

60-74% Cukup

40-59% Kurang

0-39% Sangat Kurang

(57)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 s.d 14 Maret 2012,

dapat disimpulkan bahwa skor kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X

SMA 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 adalah 62%, skor yang

diperoleh ini termasuk dalam kategori cukup.

Kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X SMA 1 Natar Lampung

Selatan tahun pelajaran 2011/2012 ditinjau dari berbagai indikator sebagai

berikut.

1. Kemampuan menulis eksposisi ditinjau dari faktor siste

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.4  Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Eksposisi

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, juga diusulkan peningkatan pertukaran informasi dan eliminasi dua kegiatan non value-added yaitu proses menunggu untuk dikemas (WIP) dan pemindahan ke

Untuk mata pelajaran matematika, keberhasilan proses belajar mengajar terletak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran itu sendiri dan peningkatan kualitas

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran kemampuan menulis karangan eksposisi proses, yang meliputi: (1)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya yang berkaitan dengan proses pencarian kebermaknaan hidup dan memberi pemahaman dan kesadaran

Selain itu, diawal pertemuan peneliti memberikan informasi mengenai tujuan dari pelaksanaan pembelajaran sebelum membagikan angket dan menyampaikan bahwa

Selain itu juga, ada beberapa laporan yang masuk ke Radio Elshinta itu untuk menanyakan atau memberikan informasi mengenai jalan-jalan alternatif yang bisa dilalui

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.. Pemerintah dan

Selain itu Program ini diharapkan dapat memacu para dosen untuk menulis, khususnya menulis buku ajar perguruan tinggi, memberikan pengalaman menulis buku ajar bagi