• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3

Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Number Head Together dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013 dan sampel penelitian diperoleh dengan cara memilih dua kelas dari empat kelas secara acak yaitu kelas VIII A dan VIII B. Data pemahaman konsep matematis siswa dianalisis menggunakan uji kesamaan dua rata- rata. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung.

(2)

PENERAPAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3

Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh

Asep Bahrul Hayat

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Asep Bahrul Hayat NPM : 0853021010

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013 Yang Menyatakan

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, pada 18 Agustus 1990. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Salikan dan Ibu Syamsiati.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Bhayangkari pada tahun 1996, pendidikan Sekolah Dasar (SD) yakni di SDN 2 Pelita Bandarlampung dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung dan lulus tahun 2005 serta Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni di SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung hingga tahun 2008.

Tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan Ujian Masuk (UM) Universitas Lampung 2008, S1 Mandiri.

(5)

MOTTO

Keberuntungan terjadi ketika kesempatan

bertemu kesiapan

.”

“Hal yang besar membutuhkan perjuangan yang

Keras.

Kehidupan dan matematika memiliki banyak

kemiripan. Salah satu kemiripan dari keduanya

adalah

(6)

P

ersembahan

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini

sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada

Mamaku Tersayang

(Syamsiati)

yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran, kasih

sayang, dan tak pernah bosan menyemangatiku, serta tak pernah

lelah untuk mendoakanku.

Papaku Tercinta

(Salikan)

yang telah telah menjadi sosok ayah yang sangat aku kagumi,yang

selalu mendukungku dalam menggapai cita-cita.

Kakak

Kakakku

(Iin, Fera,dan Nuril)

yang telah menjadi sumber semangatku untuk membahagiakan

keluarga.

Adindaku

(Astri Fitriani)

yang telah menemaniku saat senang atau pun sedih, selalu menjadi

motivasiku untuk maju, dan selalu menghiasi hariku.

.

Para pendidik dan sahabat-sahabatku yang memberikan

semangat untukku

(7)

xiii DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif ... 9

B. Pembelajaran kooperatif NHT ... 12

C. Pemahaman Konsep Matematis ... 14

D. Kerangka Pikir ... 15

E. Anggapan Dasar ... 17

F. Hipotesis Penelitian ... 18

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 19

B. Data Penelitian ... 19

C. Desain Penelitian ... 20

D. Prosedur Penelitian ... 21

(8)

xiii

F. Teknik Analisis Data ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Analisis Data Pretest Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 32

2. Analisis Data Posttest Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 36

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas ... 24

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 25

3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 26

3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 27

4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 32

4.2 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pretest ... 33

4.3 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pretest ... 33

4.4 Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Pretest ... 34

4.5 Rekapitulasi Data Pretest Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 35

4.6 Rekapitulasi Data Pretest Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional ... 36

4.7 Rekapitulasi Hasil Posttest Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 36

4.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Posttest ... 37

(14)

xv

4.10 Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Posttest ... 38 4.11 Rekapitulasi Data Posttest Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep

Matematis Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT ... 39 4.12 Rekapitulasi Data Post-test Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep

(15)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS)

B.Instrumen Penelitian

B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Pretest dan Posttest B.2 Soal Pretest dan Posttest

B.3 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest B.4 Form Validasi Pretest dan Posttest

C.Analisis Data

C.1 Tabel Analisis Item Hasil Uji Coba Pretest dan Posttest C.2 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba Pretest dan Posttest

C.3 Hasil Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol C.4 Hasil Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen C.5 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

C.6 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol C.7 Uji Homogenitas Varians Data Pretest C.8 Uji Kesamaan Dua Rata-RataData Pretest

C.9 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen C.10 Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol C.11 Uji HomogenitasVarians Data Posttest C.12 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Posttest

(16)

xvii

C.14 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pretest Kelas Kontrol

C.15 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Posttest Kelas Eksperimen

C.16 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Posttest Kelas Kontrol

D.Lain-lain

(17)

1

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan yang dilakukan secara terencana akan mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa dapat aktif dalam mengembangkan potensi diri dan keterampilan yang dimiliki sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. Pendidikan juga akan mengurangi kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan serta dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi masalah yang akan dihadapinya. Dengan demikian, pendidikan dapat membantu mengarahkan siswa dalam menjalani kehidupan yang dapat mewujudkan bangsa yang cerdas dan bermartabat.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 (Guza, 2009: 5) bahwa:

(18)

2

Dalam pendidikan terdapat suatu proses yang dinamakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik, interaksi antar siswa dalam proses belajar, dan interaksi siswa dengan materi pelajaran. Proses interaksi belajar sendiri akan ada jika terjadi sinergi antara guru, siswa, dan materi pelajaran di dalamnya. Jika proses interaksi pembelajaran berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran maka akan membawa hasil yang baik pula, termasuk dalam hal ini pembelajaran dalam matematika.

Pembelajaran matematika sangat ditentukan oleh guru sebagai pendidik. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoritis tetapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena seorang guru dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya berperan untuk menyampaikan materi saja tetapi juga harus berusaha agar materi yang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi siswa. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik, dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa.

(19)

3

dengan skor rata-rata internasional, yaitu 500, tampak bahwa prestasi belajar peserta didik di Indonesia sangat jauh dengan standar internasional, bahkan yang memprihatinkan sekali, Indonesia di bawah peringkat tiga negara tetangganya, yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand. Singapura berada pada posisi ke-3 dengan skor rata-rata 593, Malaysia berada pada peringkat ke-20 dengan memperoleh skor rata-rata 474, dan Thailand pada peringkat ke-29 dengan memperoleh skor rata-rata 441 sedangkan Taiwan berada pada peringkat pertama dengan perolehan skor 598. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kemampuan matematika siswa di Indonesia masih rendah.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa juga ditemukan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Hal ini dapat diketahui dari hasil ujian semester genap tahun pelajaran 2011/2012 kelas VIII, rata-rata nilai ujian kelas VIII adalah 52,5 dan hanya 27% siswa tuntas belajar, yaitu memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih sangat rendah. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Hal ini karena konsep tentang materi tersebut belum dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik dan dimungkinkan karena pemilihan model pembelajaran yang belum tepat.

(20)

4

baik, materi yang dipilih sudah tepat, jika model pembelajaran yang dipergunakan kurang memadai mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Jadi, model pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang penting dan sangat menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi guru dengan siswa, serta interaksi antar siswa yang nantinya akan membentuk sinergi yang menguntungkan untuk semua anggota (Lie, 2008: 33). Supaya pembelajaran matematika dapat menghasilkan hasil yang optimal, hendaknya guru harus pandai memilih model pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, bagaimanapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik secara optimal.

Pada umumnya guru-guru masih banyak yang menggunakan model pembelajaran konvensional, dimana guru aktif memberikan informasi sedangkan peserta didik hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan latihan soal. Dalam pembelajaran konvensional, peserta didik cenderung pasif dan hanya menerima penjelasan dari guru sehingga tujuan pembelajaran cenderung kurang tercapai secara optimal.

(21)

5

model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran. Memahami konsep merupakan salah satu syarat untuk dapat menguasai materi, karena konsep merupakan objek pertama yang dipelajari dalam pembelajaran. Pada setiap pembahasan materi baru, selalu diawali dengan pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara induktif maupun secara deduktif. Pengenalan konsep secara induktif yaitu berupa konsep-konsep yang menyangkut kehidupan sehari-hari, sedangkan pengenalan konsep secara deduktif yaitu berupa pemaparan konsep, definisi, dan istilah-istilah sehingga untuk meningkatkan keberhasilan belajar penguasaan konsep harus diperhatikan.

Sejumlah model pembelajaran telah diterapkan di berbagai sekolah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Namun, mengingat adanya variasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, lingkungan belajar yang berlainan, keadaan peserta didik yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda maka tidak dapat disusun suatu model pembelajaran yang cocok untuk semua jenis kegiatan pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika tetapi tidak setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam setiap materi sehingga pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperlukan pemikiran yang matang dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk suatu kompetensi dasar yang akan disajikan.

(22)

6

anggota kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik secara aktif dan kooperatif bersama peserta didik yang lainnya mengkonstruksikan pengetahuannya melalui diskusi kelompok.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis adalah model Numbered Heads Together (NHT). NHT. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini pada dasarnya merupakan sebuah diskusi kelompok yang heterogen. Pembelajaran yang mengembangkan diskusi dan kerja kelompok akan memberikan aktivitas lebih banyak pada siswa. Pernyataan ini didukung pendapat Nasution bahwa model NHT merupakan model diskusi, sosiodrama, kerja kelompok, pekerjaan di perpustakaan dan laboratorium banyak membangkitkan aktivitas pada anak-anak. Ciri khas NHT ini adalah memberi nomor siswa pada masing-masing kelompok dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini diharapkan dapat melibatkan semua siswa.

(23)

7

umumnya mereka harus mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang ada. NHT juga dinilai lebih memudahkan siswa dalam berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan oleh guru, hal tersebut disebabkan karena pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi dengan siswa lain sedangkan pada model pembelajaran konvensional, siswa duduk dan hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai “Penerapan Model NHT dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini : “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa?”.

Dari rumusan masalah di atas dapat dijabarkan pertanyaan penelitian: “Apakah rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

(24)

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru yaitu memberikan informasi alternatif model pembelajaran matematika yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penguasaan konsep matematika dan memperoleh wawasan dalam penerapan model pembelajaran. 2. Bagi siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar matematika untuk

meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa. 3. Bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

E. Ruang lingkup

1. Model NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dengan langkah- langkah sebagai berikut: penomoran kepada siswa, memberikan pertanyaan atau tugas, berfikir bersama, dan menjawab tugas yang diberikan oleh guru.

2. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa dalam

memahami materi pelajaran yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah diadakan tes. Indikator pemahaman konsep tersebut ialah :

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

(25)

II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran kooperatif

Suherman (2003: 260) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup siswa yang bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Selanjutnya Lie (2004: 29) mengungkapkan bahwa

cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Karakteristik pembelajaran kooperatif (Arends, 2004: 356) adalah:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menguasai materi. b. Kelompok terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.

c. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok.

(26)

10

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Aktivitas Guru

1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa. 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas. 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.

(27)

11

Robert E. Slavin dan Nancy A. Madden dalam penelitian “ School Practices That

Improve Race Relations” yang termuat dalam American Educational Research

Journal (dalam Zamroni, 2000: 146) mengatakan bahwa dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, cooperative learning dalam pembelajaran menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh siswa, kemampuan lebih baik untuk melakukan hubungan sosial, meningkatkan percaya diri, serta dapat mengembangkan rasa saling percaya sesama baik individu maupun kelompok untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan pembelajaran kooperatif, menurut Abdurrahman (2009: 123) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompok saling membantu demi keberhasilan kelompok.

2) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasi belajar anggota-anggota kelompoknya, sehingga mereka saling mengetahui teman yang memerlukan bantuan.

3) Terdiri dari anak-anak yang berkemampuan atau memiliki karakteristik heterogen.

4) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.

5) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.

6) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya mempertahankan hubungan interpersonal antaranggota kelompok.

7) Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong,

(28)

12

8) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakukan intervensi jika terjadi masalah antaranggota kelompok.

9) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga terjadi aktivitas siswa seperti saling berdiskusi, beragumentasi, membantu, dan mengasah kemampuan yang dimiliki.

B. Pembelajaran Kooperatif NHT

Dalam pembelajaran kooperatif terhadap sejumlah model yang salah satu diantaranya dapat digunakan dalam pembelajaran. Salah satu dari model pembelajaran kooperatif itu adalah NHT. Model ini merupakan salah satu dari banyak tipe atau variasi pembelajaran kooperatif. Menurut Lie (2007:59) model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide–ide dan mem-pertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Sejalan dengan pendapat di atas, Trianto (2007:62) menjelaskan bahwa NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

(29)

13

Inti dari kedua pendapat di atas NHT adalah variasi pembelajaran kooperatif dengan cara memberi nomor pada setiap siswa yang ada dalam setiap kelompok.

Ada empat langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu: 1. Langkah 1-Penomoran

Guru membagi siswa dalam beberapa tim beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing- masing kelompok memiliki nomor 1 sampai 4 ataupun 5.

2. Langkah 2- Mengajukan Pertanyaan

Guru memberikan tugas atau pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan, tugas atau pertanyaan dapat bervariasi.

3. Langkah 3- Berfikir Bersama

Siswa menyatukan pendapat atau solusi untuk menemukan jawaban dan memastikan bahwa semua anggota kelompok mengetahui jawabannya. 4. Langkah 4- Menjawab

Guru memanggil sebuah nomor siswa dari masing masing kelompok yang memiliki nomor itu mengajukan tangan dan melaporkan jawaban dari tugas yang telah diberikan (Trianto, 2007: 63)

Selain itu ada beberapa kelebihan dari NHT sebagaimana diungkapkan Candler (Meliyani, 2005: 19) yaitu :

a. NHT mudah dilakukan karena langkah- langkahnya cukup sederhana;

b. Siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.

(30)

14

C. Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Rosser (Willis, 1996: 80) menyatakan bahwa:

Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda-beda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Konsepkonsep itu adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda juga. Walaupun konsep-konsep kita berbeda, konsep-konsep itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan nama-nama yang kita berikan pada konsep-konsep itu, yang telah kita terima bersama.

Wardhani (2008: 8) mengemukakan bahwa konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep biasa dibatasi dalam suatu ungkapan yang disebut definisi. Dengan adanya definisi, menurut Soedjadi (2000: 14), orang dapat membuat ilustrasi atau gambaran atau lambang dari konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud konsep tertentu.

(31)

15

matematika menjadi hal yang sangat diperlukan siswa agar dapat memahami konsep pada materi ajar berikutnya.

Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/ PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (dalam Wardhani, 2008: 10), diuraikan indikator siswa memahami konsep matematis, yaitu (a) mampu menyatakan ulang suatu konsep, (b) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat ter-tentu sesuai dengan konsepnya, (c) memberi contoh dan noncontoh dari konsep, (d) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (e) me-ngembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep, (f) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan (g) mengaplikasi-kan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep materi ajar matematika yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah diadakan tes. Dalam penelitian ini, yang menjadi indikator pemahaman konsep, yaitu menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan non-contoh, menggunakan, memanfaatkan, memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep.

D. Kerangka Pikir

(32)

16

satu syarat untuk dapat menguasai materi. Pada setiap pembahasan materi baru, selalu diawali dengan pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara induktif maupun secara deduktif. Pengenalan konsep secara induktif yaitu berupa konsep-konsep yang menyangkut kehidupan sehari-hari, sedangkan pengenalan konsep-konsep secara deduktif yaitu berupa pemaparan konsep, definisi, dan istilah-istilah. Sehingga untuk meningkatkan keberhasilan belajar pemahaman konsep harus diperhatikan. Rendahnya pemahaman konsep yang terjadi pada siswa merupakan permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius dari guru.

Pemahaman konsep siswa yang rendah dapat terjadi karena proses pembelajaran yang berlangsung selama ini yaitu pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dengan cara ceramah, tanya jawab, dan latihan soal pada LKS. Ceramah merupakan model pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru yang aktif dalam menyampaikan informasi sedangkan siswa hanya bertugas untuk menerima informasi, yang akibatnya siswa menjadi pasif. Pada pembelajaran ini memang guru dapat menguasai kelas, tetapi guru tidak mampu untuk mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraian yang telah disampaikan oleh guru. Jadi, pembelajaran seperti ini akan membuat pemahaman konsep siswa menjadi rendah.

(33)

17

kerja sama didalam kelompoknya. Kegiatan awal dari pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT ini adalah penomoran, yaitu guru membagi siswa dalam setiap kelompok 4-5 orang dan memberikan nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing kelompok memiliki nomor, selanjutnya guru meberikan tugas kepada siswa untuk dapatkan diselesaikan, siswa menyatukan pendapat untuk menemukan jawaban, dan guru akan memanggil sebuah nomor dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengajukan tangan dan melaporkan jawaban dari tugas yang diberikan. Pembelajaran menggunakan model NHT ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk termotivasi dalam diskusi kelompok agar siswa dapat menjawab dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pembelajaran NHT melibatkan siswa dalam mengembangkan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman konsep matematis siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Dengan demikian, model pembelajaran NHT diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

E. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VIII semester ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep siswa selain model pembelajaran tidak diperhatikan.

(34)

18

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis, yaitu:

(35)

III METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII tahun pela-jaran 2012/2013 yang berjumlah 4 rombongan belajar. Dari empat rombongan belajar tersebut dipilih dua rombongan belajar secara acak sebagai sampel pene-litian.

Kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII A dengan jumlah siswa 38 orang sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang mengikuti pem-belajaran konvensional dan kelas VIII B dengan jumlah siswa 34 orang sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang mengikuti model pembelajaran kooperatif NHT.

B. Data Penelitian

(36)

20

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain pretest-posttest control design. Pada penelitian ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan masing-masing diberi pretest untuk mengetahui pemahaman konsep matematis awal siswa, kemudian pada kelas eksperimen diberi perlakuan, yaitu pembelajaran dengan menerapkan model NHT, sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran dilakukan secara konvensional, yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Di akhir pembelajaran pada masing- masing kelas akan dilakukan posttest untuk mengetahui pemahaman dan peningkatan pemahaman konsep matematis siswa. Posttest dilakukan hanya satu kali pada masing- masing kelas. Berikut adalah pretest-posttest control design

[image:36.595.113.512.475.538.2]

sebagaimana menurut Furchan (1982: 368):

Tabel 3.1. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

E Y1 X1 Y2

K Y1 X2 Y2

Keterangan:

E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol

X1 = perlakuan pada kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan model NHT

(37)

21

Y2 = pemahaman konsep matematis siswa setelah diberi perlakuan

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan, yaitu

1. Observasi awal, melihat kondisi lapang atau sekolah seperti jumlah kelas, jumlah siswa, karakteristik siswa, dan cara guru mengajar.

2. Merencanakan penelitian

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk kelas eksperimen dan pembela-jaran konvensional untuk kelas kontrol.

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa/LKS yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

c. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal tes pemahaman konsep matematis, kemudian membuat soal beserta aturan penskorannya.

3. Melakukan validasi instrumen. 4. Melakukan uji coba instrumen.

5. Menghitung reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal tes. 6. Melakukan perbaikan instrumen.

7. Mengadakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

8. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen.

(38)

22

berdasarkan hasil nilai ujian semester ganjil kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. 9. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

10. Menganalisis data. 11. Membuat kesimpulan.

E. Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas isi dari suatu tes pemahaman konsep dapat diketahui dengan jalan mem-bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep dengan tu-juan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk pelajaran matematika, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum. Penyusunan soal tes diawali dengan kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal disusun dengan memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai.

(39)

23

      

2

2 11 1 1 t i S S n n r

menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga tes tersebut dikategorikan valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulangkali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg (stabil). Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2008: 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

Keterangan :

11

r = Koeffisien reliabilitas n = Banyaknya butir soal

2

i

S = Jumlah varians skor dari tiap butir item

2

t

S = Varians total

(40)

24

IA

JB

JA

DP

[image:40.595.112.510.209.334.2]

tinggi karena koefisien reliabilitasnya tinggi yaitu antara 0,70 s.d 0,90. Oleh karena itu, instrumen tes matematika tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koeffisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Antara 0,00 s.d 0,20 Reliabilitas sangat rendah Antara 0,20 s.d 0,40 Reliabilitas rendah Antara 0,40 s.d 0,70 Reliabilitas sedang Antara 0,70 s.d 0,90 Reliabilitas tinggi

Antara 0,90 s.d 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

(Noer, 2010: 22) 3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Daya pembeda ditentukan dengan rumus

Keterangan :

DP = indeks daya pembeda satu soal butir tertentu

(41)

25

[image:41.595.113.509.166.288.2]

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

10 . 0

 DP

Negatif Sangat Buruk

19 . 0 10

.

0 DP Buruk

29 . 0 20

.

0 DP Sedang

49 . 0 30

.

0 DP Baik

50 . 0

DP Sangat Baik

Setelah menghitung daya pembeda soal. Untuk soal pretest dan post-test

diperoleh hasil bahwa soal nomor 1 memiliki interpretasi daya beda 0,49 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 2 memiliki interpretasi daya beda 0,34 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 3 memiliki inter-pretasi daya beda 0,33sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 4 memiliki interpretasi daya beda 0,51 sehingga termasuk soal dengan kategori sangat baik, soal nomor 5 memiliki interpretasi daya beda 0,43 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, Soal nomor 6 memilikai interprestasi daya beda 0,34 sehingga termasuk soal dengan katagori baik, Soal nomor 7 memiliki 0,32 sehingga termasuk soal dalam kategori baik. Dari 7 soal tersebut, dapat diketahui bahwa semua nomor memiliki interprestasi daya beda dengan kategori baik (Lampiran C.2).

4. Tingkat Kesukaran

(42)

26 T T

I

J

TK

terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran suatu butir soal

JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diolah

IT = jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

[image:42.595.110.510.417.538.2]

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) seperti tabel berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai tingkat kesukaran

Nilai Interpretasi

15 , 0 00

,

0 TK Sangat sukar

30 , 0 16

,

0 TKSukar

70 , 0 31

,

0 TK Sedang

85 , 0 71

,

0 TK Mudah

00 , 1 86

,

0 TK Sangat mudah

Setelah menghitung tingkat kesukaran soal. Untuk soal pre-test dan post-test

(43)

27

kesukaran 0,57 sehingga termasuk kategori soal yang sedang, soal nomor 6 memiliki interpretasi indeks kesukaran 0,57 sehingga termasuk kategori soal yang sedang, soal nomor 7 meiliki interpretasi indeks kesukaran 0,68 sehingga termasuk soal yang sedang. Dari 7 soal tersebut, dapat diketahui bahwa 3 soal memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah yaitu butir soal nomor 1, 2 dan 3, serta 4 soal dengan kategori sedang yaitu butir soal nomor 4, 5, dan 6 (Lampiran C.2).

[image:43.595.115.512.432.607.2]

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran setiap butir soal yang telah diuraikan di atas, maka hasil tes uji coba tersebut direkap pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No Soal Reliabilitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda 1

0,85 (tinggi)

0,81 (mudah) 0,49 (baik)

2 0,77 (mudah) 0,34 (baik)

3 0,71 (mudah) 0,33 (baik)

4 0,69 (sedang) 0,51 (baik)

5 0,57 (sedang) 0,43 (baik)

6 0,57 (sedang) 0,34 (baik)

7 0,68 (sedang) 0,36 (baik)

(44)

28

   k i i i i hitung E E O x 1 2 2

F. Teknik Analisis Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan pretest, dan

posttest. Sebelum melakukan analisis data, seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan. Data-data tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya. Sebelum dilakukan uji hipotesis akan dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan awal populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

dengan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapan k = banyaknya kelas interval

(45)

29

pada data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa juga dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, dengan kriteria uji yaitu data berdistribusi normal jika x2hitungx2tabel

.

2. Uji Homogenitas Varians Populasi

Uji homogenitas varians ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki varians yang homogen atau sebaliknya. Menurut Sudjana (2005: 251) untuk menguji homogenitas varians ini dapat menggunakan uji F. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 :

2 2 2 1 

  (kedua populasi memiliki varians yang homogen)

H1 :

2 2 2 1 

  (kedua populasi memiliki varians yang tidak homogen)

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

Fhitung =

Kriteria uji: terima Ho jika Fhitung < dengan

diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang α. Untuk n1-1 adalah dk

pembilang (varians terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya ada-lah menguji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata skor. Apabila data yang di-

terkecil Varians

(46)

30

peroleh normal dan homogen maka digunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji t). Adapun hipotesis untuk uji ini sebagai berikut:

H0 : 1 2 (Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang

meng-ikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan atau lebih rendah daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1 :1 2 (Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang

meng-ikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 237) sebagai berikut:

dengan

keterangan:

= skor rata-rata pretest/posttest dari kelas eksperimen = skor rata-rata pretest/posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol

(47)

31

= varians gabungan

Kriteria pengujian: terima H0 jika dengan derajat kebebasan dk =

(n1 + n2 – 2) dan peluang dengan taraf signifikan . Untuk nilai t

lainnya H0 ditolak.

Apabila data normal tetapi tidak homogen, maka menggunakan uji t’.

Statistik uji:

dengan:

Keterangan: w1 =

w2 =

t1 =

t2 =

Keputusan uji:

(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran koopertif tipe NHT dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Secara umum siswa yang memperoleh pembelajaran koopertif tipe NHT menunjukkan peningkatan konsep matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti kelas konvensional dalam hal berikut :

1. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pem-belajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

(49)

44 1. Diharapkan guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep

mate-matis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara optimal.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arends, Richard I. 2008. Learning To Teaach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Anita Lie. 2008. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.

Jakarta: Grasindo.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Guza, Afnil. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Asa Mandiri.

http://nces.ed.gov/pubsearch/pubsinfo.asp?pubid=2009001

http//:suhadinet.wordpress.com

Ibrahim. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press. Lie, A. 2002. Cooperatif Learning: Mempraktekkan Cooperatif Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Gramedia Widiaswara.

Meliyani, M. 2005. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP . FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila.

Sardiman, M.A. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada

(51)

Slavin, R.E (2008). Psikologi Pendidikan (terjemahan). Bandung: Macan Jaya Cemerlang

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suherman, E. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA –UPI.

Trianto. 2007. Model- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.

Willis, Judy. 2007. Cooperative Learning Is a Brain Turn- On. Middle Scholl journal. Vol 38 no.4

Gambar

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3.1. Desain penelitian
Tabel 3.2  Interpretasi Nilai Koeffisien Reliabilitas
Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep yang di peroleh dari hasil belajar siswa dapat di telaah melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di awal dan di akhir pada kelas yang diberi perlakuan

Data tes yang akan dikumpulkan berupa hasil tes pemahaman konsep dan tes kemampuan spasial matematis siswa (pretes dan postes). Instrumen tes dibuat untuk mengumpulkan data

Pada soal nomor 6 dengan indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, jumlah skor kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh kedua kelas sampel sama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik pada kelas yang tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII F MTs Wathoniyah Islamiyah Kebarongan melalui pembelajaran Numbered

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa yang berupa data kuantitatif yakni skor tes yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :” Terdapat perbedaan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa menggunakan