PENGARUH PARTISIPASI SISWA DALAM EKSTRAKURIKULER DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEPATUHAN AKAN
TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BUMI AGUNG WAY KANAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Skripsi)
Oleh
LELY SUGIARTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEPATUHAN AKAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 1 BUMI AGUNG WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Skripsi)
Oleh
Lely Sugiarti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BELAJAR TERHADAP KEPATUHAN AKAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BUMI AGUNG WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama Mahasiswa :
Lely Sugiarti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743031020
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. KOMISI PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Samsi, M.Si Drs. Yon Rizal, M.Si
NIP 19610321 198603 1 003 NIP 19600818 198031 1 005
2. MENGETAHUI,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi
Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Samsi, M.Si ...
Penguji : Drs. I Komang Winatha, M.Si. ...
Sekretaris : Drs. Yon Rizal, M.Si ...
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarta, Sri Sukarsih. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Pembina Pengembangan Bahasa Depdikbud; Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta
A.M. Sadirman. 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Rajawali pers. jakarta
Darrul Isnaini 2006. pengaruh nilai ujian SLTP dan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler terhadap kepatuhan melaksanakan tata tetib sekolah pada siswa MA Mathla’ulanwar Kecapi Padang Cermin Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2005/2006. FKIP Unila Bandar Lampung
Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Hendri 2006. hubungan antara kontribusi keluarga dan motivasi belajar dengan peningkatan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2005/2006. FKIP Unila Bandar Lampung
Sumber: http://www.Depdiknas.go.id/2010/04/28
Sumber http://www.ppsupi.org./abstrakips2004.htm
Sumber http:/www.kedaulatanrakyat.com/2010/03/23
Sumber http://depdiknas.blogspot.co.id/2011/10/ktsp-upaya-kepatuhan.html.
Patmi Rohaida 2009. Pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah,program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap semangat kerja guru pada SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009. FKIP Unila Bandar Lampung
Riduwan 2006. Pengantar statistik. Alfa Beta. Bandung
Riduwan 2010. Metode dan Tehnik Penyusunan Tesis. Alfa Beta. Bandung
Sadirman A.M. 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Rajawali Pers. Jakarta
Sigit Arifin 2006. Hubungan antara ekstrakurikuler olahraga dan motivasi belajar dengan peningkatan prestasi belajar ekonomi/akuntansi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. FKIP Unila Bandar Lampung
Sutopo Yuliardhi 2011. Pengaruh model, rencana pembelajaran dan disiplin kerja guru terhadap kinerja guru dalam melaksanakan KTSP pada SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun 2010/2011. FKIP Unila Bandar Lampung
Sudarmanto, Raden Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta
Sudjana 2005. Metode Statistik.Tarsito;Bandung
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung
Suryosubroto. B. 2002. Proses Belajar Mengajar Di sekolah. Rineka Cipta. yogyakarta
Soemanto, Wasty dan Hidayat Soetopo. 1982. Pengantar Oprasional Administrasi Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya
Motto
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT membantu orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah:153)
Mahkota seseorang itu adalah akalnya, derajat seseorang adalah agamanya dan harga diri seseorang adalah akhlaknya
(Lely)
Allah lah yang membuatmu mampu tersenyum walau dalam keadaan menangis, tempat bertahan ketika kamu merasa hendak menyerah,
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim
Kupersembahkan karya yang sederhana ini sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada:
Bapak Sukasmin S.Pd dan Ibu Rumiyati tercinta yang telah mendidikku sejak kecil, tiada pernah lelah memberi semangat dan
mendoakan aku, memberikan segenap dukungan moril maupun materil yang tak pernah henti, tanpa balasan sedikit pun
Adikku tersayang Amri Alfarizi, Bagus DK Ha’isman terimaksih untuk doa, kasih sayang, dukungan serta keceriyaan yang telah
kalian berikan pada ku,,,
Sahabat-sahabat ku terkasih dan tersayang Supiyanti, Wigati, Ukhti, (Ti4) terimakasih untuk smua yang telah kita lalui selama ini baik
suka maupun duka yang telah kita lalui ...
Semoga kesuksesan akan kita raih bersama,,,,,
Seseorang yang tepat menjadi pendamping ku dan (Insya Allah) nanti menjadi Imamku, terimakasih untuk semua yang telah kau berikan
pada ku,,,
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Desa Sumber Asri, Kecamatan Buay
Madang Kabupaten Baturaja pada tanggal 20 Oktober 1989,
beragama islam dan merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Sukasmin S.Pd dan Ibu
Rumiyati.
Pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh penulis adalah:
1. Sekolah Dasar Negeri 3 Pisang Indah Bahuga Way Kanan, diselesaikan pada
tahun 2001.
2. Madrasah Tsanawiyah Raudlatu Thalibin Bahuga Way Kanan, diselesaikan
pada tahun 2004.
3. Sekolah Menengan Atas Perintis 1 Bandar Lampung, diselesaikan pada
tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis diterima di Universitas Lampung dan terdaftar sebagai
mahasiswi Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada tanggal 24-31 Januari 2010,
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Surabaya, Bali,
Yogyakarta. Pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2011, penulis
melaksanakan Program Pengalaman Lapanagan (PPL) di SMP Negeri 6 Bandar
SANWACANA
Dengan mengucap Alhamdulilah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat serta salam kepada
suri teuladan terbaik sepanjang sejarah ummat manusia.
Sekripsi dengan judul “Pengaruh Partisipasi Siswa Dalam Ektrakurikuler Dan
Motivasi Belajar Terhadap Kepatuhan Akan Tata Tertib Sekolah Pada Siswa
Kelas XI SMA Negeri 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun 2010/2011” adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan diprogram studi
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan,
bimbingan, motivasi, doa dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr.M.Thoha B. Sampurna Jaya, M.Si., selaku Pembantu Dekan I
4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M. H., selaku Pembantu Dekan III FKIP
Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Iskandarsyah, M. H., selaku ketua Jurusan Pendidikan IPS
yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi yang telah membantu, membimbing, memberikan saran, arahan,
masukan dan mencurahkan waktunya dalam membimbing penulis dengan
penuh kesabaran.
7. Bapak Drs. Samsi, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah membantu, memberikan saran, arahan dan
mencurahkan waktunya dalam membimbing penulis.
8. Bapak Drs. Yonrizal, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah membantu,
membimbing, memberikan saran dan mencurahkan waktunya dalam
membimbing penulis dengan penuh kesabaran.
9. Bapak Drs I Komang Winatha, M.Si selaku Penguji yang telah
memberikan banyak arahan, masukan dan bimbingannya kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
10.Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
11.Bapak dan Ibu bagian Akademik, kemahasiswaan, Keuangan,
di sekolah tersebut.
13.Kedua orang tuaku, Bapak Sukasmin S.Pd dan Ibu Rumiyati, Adiku Amri
Alfarizi, Bagus Dk Ha’isman yang telah mendukung, memotivasi dan
menyayangiku, serta doanya untuk keberhasilanku.
14.Sahabat-sahabat terbaik ku, ti4 Supiyanti, Wigati, Ukhti terimakasih untuk
semua kenangan indah yang telah kalian berikan pada ku. Semoga
kecerian dan kesedihan yang telah kita lalui bersama, menjadi doa untuk
kita semua dan keberhasilan akan kita capai bersama.amin
15.Teman-teman angkatan 2007: Sri, Eva, Erna, Sulis, Ucha, Else, Rofiqoh,
Rohmila, Wahyu, Suliyah, Wuri, Silvia, Kadek, Enti, Desi, Mevi, Putu
Ayu, Ade, Emi, Pujirahayu, Septi, Elya, Mulya, Dwi, Aline, Ari, Hendri,
Hendri, Hanafi, Doni, Arius, Mujahidin, Yuliardi, Mb Senja terimakasih
atas semuanya.
16.Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan ’05, ’06, ’07, ’08,
‘09, dan ’10 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
17.Keluarga kecil ku di Asrama 43A, Mb Inoel, Sonem, Mb Tari, Mb mia,
Ira, Vera, Yeni, Septi, Yopi. Terimakasih atas dukungan semangat dan
kebersamaan yang telah kalian bagi bersama ku.
18.Paklek, Bulek dan Mb Eva, makasih atas doa dan dukungannya, dan selalu
sabar mendengarkan keluh kesah ku, selama pembuatan karya kecil ku ini.
19.Sobat-sobat PPLku, Siswa SMP Negeri 6 Bandar Lampung, makasih atas
sedikit harapan semoga sekripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya, khususnya bagi penulis pribadi. Amiin
Bandar Lampung, Februari 2012
Penulis.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Lely Sugiarti NPM : 0743031020
Program Studi : Pendidikan Ekonomi Jurusan : Ilmu Pengetahuan sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Februari 2012 Yang Membuat Pernyataan
1. PENDAHULUAN
Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.
A. Latar Belakang Masalah
tata tertib, suatu lembaga pendidikan tidak akan menjalankan fungsi yang selayaknya, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya. Pada kenyataannya masalah, yang sering terjadi dalam mentaati tata tertib yang berlaku disekolah tersebut. Seperti terlambat masuk sekolah, tidak masuk sekolah/ alpa, atau membolos pada saat jam pelajaran. Hal tersebut merupakan macam-macam pelanggaran tata tertib sekolah.
Kegiatan ektrakurikuler yang ada, kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan kegiatan ektrakurikuler yang paling diminati. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan kegiatan yang dapat mendorong, membangkitkan mengembangkan, dan menmaupun rohani Siswa. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler olahraga juga dapat memberikan pemecahan terhadap permasalahan pengisian waktu senggang dengan memberikan kesantaian, hiburan, pengembangan kepribadiaan, serta untuk mengekspresikan diri sesuai dengan minat, bakat, serta keinginanny. Namun dari beberapa kegiatan ekstrakurikuler dalam pelaksanaannya terpaut dengan waktu, dimana waktu belajar Siswa di rumah akan berkurang serta mempunyai waktu belajar yang singkat. Siswa tidak dapat menggunakan dan mengatur waktu dengan baik, timbul dugaan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat menyebabkan Siswa lalai dalam belajar, dan akan mengalami kesulitan dalam mengikuti dan memahami materi pelajaran yang diberikan. Sehingga prestasi belajarnya akan menurun.
proses belajar mengajar disekolah setiap Siswa harus memiliki kesadaran akan pentingnya kepatuhan melaksanakan peraturan dan tata tertib sekolah yang berlaku sehingga tujuan pembelajaran dapat mencapai target yang maksimal. Namun masih banyak pula siswa yang belum melaksanakan tugas mereka sebagai Siswa yang mentaati peraturan tata tertib sekolah. Bentuk-bentuk dari tingkah laku yang merupakan wujud dari pelanggaran kepetuhan terhadap tata tertib sekolah antara lain: Terlambat masuk sekolah, tidak seragam, membolos, berambut sondrong, tidak upacara, merokok di sekolah, berkelahi dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas, maka tata tertib sekolah merupakan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan sekolah yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh setiap Siswa dan akan dikenakan sanksi jika melakukan pelanggaran.
penuh tanggung jawab. Guna menunjang kelancaran proses kegiatan ekstrakurikuler, sekolah membuat peraturan-peraturan yang lebih dikenal tata tertib, namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut tidak berarti tanpa adanya kepatuhan dari berbagai pihak yang terkait di dalamnya terutama siswa anggota ekstrakurikuler.
Proses belajar motivasi mempunyai peranan besar sebagai pendorong yang membuat Siswa melakukan kegiatan belajar, apabila Siswa mempunyai motivasi yang tinggi ia akan menungjukkan minatnya, aktivitasnya, dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar atau pendidikan yang sedang ditempuh. Sering dijumpai Siswa yang kelihatan pandai tetapi memperoleh prestasi belajar yang rendah, atau sebaliknya Siswa yang kelihatan kurang pandai memperoleh prestasi belajar yang tinggi, karena motivasi yang kuat untuk dapat menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Motivasi tersebut akan menimbulkan dorongan yang kuat sehingga Siswa akan lebih aktif baik dirumah maupun disekolah. Namun agar tercipta proses belajar yang baik harus ada interaksi antara guru dengan murid dalam mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya sikap Siswa yang positif terhadap belajar maka akan berusaha untuk berperilaku sebaik-baiknya agar apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai yaitu dengan mentaati semua tata tertib yang telah dibuat oleh sekolah.
Tabel 1. Rekapitulasi pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang dilakukan Siswa kelas XI SMA Negri 1 Bumi Agung Way Kanan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010-2011
No Jenis Pelanggaran Jumlah Pelanggaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Terlambat Masuk Sekolah Membolos pada jam pelajaran Tidak masuk tanpa keterangan Tidak seragam
Berambut gondrong/pirang Tidak ikut upacara
Atribut tidak lengkap Berkelahi
Membawa hal-hal yang tidak diperlukan disekolah Mengambil buku perpustakaan
10 20 46 5 4 9 7 3 5 1
Jumlah 110
Sumber : TU SMA Negri 1 Bumi Agung Way Kanan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010-2011
Proses belajar mengajar disekolah setiap siswa harus memiliki kesadaran akan pentingnya kepatuhan melaksanakan peraturan dan tata tertib sekolah yang berlaku sehingga tujuan pembelajaran dapat mencapai target yang maksimal.
“Suatu sekolah yang mempunyai peraturan itu dapat berjalan dengan lancar maka harus ada tata tertib disekolah diharapkan kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dicapai. Pengertian tata tertib adalah peraturan-peraturan yang ditaati dan dilaksanakan. Sedangkan menurut Intruksi Menteri pendidikan dan kebudayaan Tgl 1 Mei 1997 No 14/U/1974 “adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggaranya” (B. Suryosubroto,2008: 81)
Dengan demikian dapat disimpulkan tata tertip sekolah merupakan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan sekolah yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh setiap siswa dan akan dikenakan sanksi jika melakukan pelanggaran.
Tata tertib dan peraturan siswa disekolah mencakup aspek-aspek:
a. Tugas dan kewajiban
1. Dalam Kegiatan Intra Sekolah
- Masuk sekolah. Para pelajar harus dating disekolah sebelum pelajaran dimulai
- Waktu belajar, sebelum belajar dimulai pelajaran yang bersangkutan harus sudah siap untuk menerima pelajaran yang akan diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan
- Waktu Istirahat, para pelajar tiada dibenarkan tinggal didalam kelas tetapi tetap dalam halaman gedung sekolah
- Waktu Pulang, para pelajar pulang pada waktu pelajar sidah selesai - Kebersihan dan Keindahan Sekolah, setiap pelajar wajib memelihara
dan menjaga kebersihan sekolah
- Cara berpakaian, para pelajar wajib berpakaian sesuai yang ditentukan sekolah
2. Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler - OSIS
- PMR dll b. Larangan-larangan
1. Meninggalkan sekolah/pelajaran selama jam-jam pelajaran berlangsung, tanpa izin kepala sekolah/guru bersangkutan
2. Membawa rokok dan merokok
3. Berpakaiaan yang tidak senonoh dan bersolek yang berlebihan
4. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat mengganggu jalannya pelajaran/sekolah
c. Sanksi-sanksi Bagi Pelajar
1. Peringatan secara lisan langsung kepada pelajar
2. Peringatan tertulis kepada pelajar dengan tenbusan kepada orang tua 3. Dikeluarkan sementara
4. Dikeluarkan dari sekolah (B.Suryosubroto 2008: 82-83)
Berdasarkan defenisi tersebut, kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah adalah ketaatan dan kesadaran siswa untuk melaksanakan dan mentaati tata tertib yang berlaku disekolah atas dasar rasa hormat dan kesadaran sendiri demi tercapainya tujuan pendidikan.
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui adakah pengaruh partisipasi siswa terhadap ekstrakurikuler dan motivasi belajar dalam kepatuhan akan tata tertib sekolah maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Partisipasi Siswa Terhadap Ekstrakurikuler Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepatuhan Akan Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas XI SMA 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
1. Sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung kurang aktif dalam mengikuti kepatuhan tata tertib disekolah sehingga banyak siswa yang tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler
2. Rendahnya partisipasi siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyebabkan siswa tidak mematuhi kepatuhan tata tertib sekolah.
3. Sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung kurang motivasi belajarnya yang menyebabkan diri siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar.
4. Sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung masih banyak yang melanggar tata tertib sekolah.
5. Penerapan mengikuti ekstrakurikuler disekolah menyebabkan siswa merasa jenuh sehingga perlu meningkatkan yang bervariasi didalam kegiatan ekstrakurikuler.
6. Motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung masih kurang baik sehingga masih banyak siswa yang kurang berpartisipasi dalam meningkatkan tata tertib sekolah.
8. Sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung masih kurang partisipasinya dalam ekstrakurikuler dan motivasi belajarnya yang menyebabkan siswa tidak mematuhi kepatuhan tata tertib sekolah.
9. Adanya siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung yang tidak mematuhi tata tertib sebagian melakukan perkelahian disekolah dikenakan sanksi diskorsing atau diberhentikan dari sekolah.
10. Sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung yang masih melanggar tata tertib sekolah diberikan sanksi terhadap siswa yang naik kelas dengan surat perjanjian.
11. Sebagian besar SMA Negeri 1 Bumi Agung masih kurang baik partisipasinya terhadap ektrakurikuler kegiatan tambahan diluar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan.
12. Sebagian siswa SMA Negeri 1 Bumi Agung tidak dapat menggunakan dan mengatur waktu dengan baik dalam kegiatan ektrakurikuler yang menyebabkan siswa lalai dalam belajar.
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh partisipasi Siswa dalam ekstrakurikuler terhadap kepatuhan akan tata tertib sekolah pada Siswa kelas XI SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap kepatuhan akan tata tertib sekolah pada Siswa XI SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011?
3. Apakah ada pengaruh partisipasi Siswa dalam ekstrakurikuler dan motivasi belajar terhadap kepatuhan akan tata tertib sekolah pada siswa XI SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Mengetahui pengaruh partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler terhadap kepatuhan akan tata tertib sekolah pada siswa kelas XI SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Mengetahuai pengaruh partisipasi siswa dalam ekstrakurikuler dan motivasi belajar terhadap kepatuhan akan tata tertib sekolah pada siswa XI SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011.
F. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai informasi bagi SMA Negeri 1 Bumi Agung Way Kanan dalam meningkatkan disiplin sekolah.
2. Sebagai bahan masukan untuk para guru dalam rangka meningkatkan kepatuhan siswa terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah, guna mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi secara teoristis serta bahan acuan dan bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
4. Sebagai salah satu prasyarat kelulusan program strata satu (S-1) untuk meraih gelar sarjana.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian terdiri atas :
1. Objek Penelitian
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa XI SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011 kelas XI yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan.
4. Waktu penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, pengaruh
antara variabel bebas ( partisipasi siswa dalam ekstrakurikuler dan motivasi belajar )
dengan variabel terikat ( kepatuhan akan tata tertib sekolah ), penelitian yang relevan,
kerangka pikir, dan diakhiri dengan hipotesis. Pembahasan secara rinci beberapa
subbab tersebut dikemukakan sebagai berikut.
A. Tijauan Pustaka
1. Pengertian Kepatuhan Melaksanakan Tata Tertib
1.1 Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah ketaatan kepada suatu perintah atau aturan. Sedangkan ketaatan
yang didasrkan pada rasa hormat, bukan rasa rasa takut. Namun kepatuhan dalam
dimensi pendidikan adalah kerelaan dalam tindakan terhadap perintah-perintah dan
keinginan dari kewibawaan seperti orang tua atau guru. (http://www.depdiknas.go.id)
Proses belajar mengajar disekolah dapat berjalan dengan lancer apabila tata tertib
yang telah ditetapkan dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Guna menunjang
yang lebih dikenal tata tertib, namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut tidak
berarti tanpa adanya kepatuhan dari berbagai pihak yang terkait di dalamnya terutama
siswa sebagai peserta didik.
Demikian kepatuhan siswa disekolah merupakan serangkaian prilaku sisiwa dalam
melaksanakan atau mentaati tata tertib yang berlaku disekolah atas dasar rasa hormat
dan kesadaran sendiri demi tercapainya tujuan pendidikan. Melihat pengertian
kepatuhan maka di dalam kepatuhan terdapat sejumlah unsure.
1. Menerima normal/nilai-nilai. “seseorang dikatakan patuh apabila yang bersangkutan menerima baik kehadiran norma-norma/nilai-nilai dari suatu peraturan meskipun peraturan tertulis.
2. Penerapan norma-norma/nilai-nilai itu dalam hehidupan. “seseorang dikatakan patuh jika norma-norma atau nilai-nilai dari suatu peraturan diwujudkan dalam perbuatan, bila norma atau nilai itu dilaksanakannya maka dapt dikatakan bahwa ia patuh.
3. Menginstropeksi diri. Instropeksi diri adalah suatu perbuatan yang menelaah kebelakang mengenai perbuatan yang pernah dilakukan. “seseorang yang berkeinginan untuk melihat perbuatannya yang lalu dan melakukan perbaikan merupakan suatu sifat bahwa ia berusaha untuk mengikuti aturan-aturan/nilai-nilai yang dinut dalam masyarakat atau kelompok orang.
(Yunita,Erna 2002:23)
Kepatuhan dapat dikatakan sebagai alat kontrol agar tujuan dapat dicapai oleh anak
didik dengan baik dan siswa tunduk pada peraturan sehingga proses belajar mengajar
tidak mengalami hambatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1993:119)
bahwa kepatuhan merupakan suatu masalah yang penting, tanpa adanya kesadaran
akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya pengajaran
moral tindak kesadaran dari kepatuhan seseorang berawal dari karena takut pada
orang, kekuasan atau paksaan, ingin dipuji, kiprah umum, adanya aturan hukum,
adanya manfaat dan kesenangan, memuaskan baginya, hingga sampai pada tingkat
dasar prinsip etis yang layak secara universal (http://www.depdiknas.go.id).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar
disekolah setiap siswa harus memiliki kesadara akan pentingnya kepatuhan
melaksanakan peraturan dan tata tertib sekolah yang berlaku sehingga tujuan
pembelajaran dapat mencapai target yang maksimal.
Suatu sekolah yang mempunyai peraturan itu dapat berjalan dengan lancar maka
harus ada tata tertib disekolah diharapkan kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dicapai. Pengertian tata tertib adalah
peraturan-peraturan yang ditaati dan dilaksanakan. Sedangkan menurut Intruksi
Menteri pendidikan dan kebudayaan Tgl 1 Mei 1997 No 14/U/1974 “adalah
ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung
sanksi terhadap pelanggaranya (B. Suryosubroto,2008: 81)
Berdasarkan pendapat di atas, maka tata tertip sekolah merupakan
peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan sekolah yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh
setiap siswa dan akan dikenakan sanksi jika melakukan pelanggaran.
a. Tugas dan kewajiban
1. Dalam Kegiatan Intra Sekolah
- Masuk sekolah. Para pelajar harus dating disekolah sebelum pelajaran dimulai
- Waktu belajar, sebelum belajar dimulai pelajaran yang bersangkutan harus sudah siap untuk menerima pelajaran yang akan diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan
- Waktu Istirahat, para pelajar tiada dibenarkan tinggal didalam kelas tetapi tetap dalam halaman gedung sekolah
- Waktu Pulang, para pelajar pulang pada waktu pelajar sidah selesai - Kebersihan dan Keindahan Sekolah, setiap pelajar wajib memelihara
dan menjaga kebersihan sekolah
- Cara berpakaian, para pelajar wajib berpakaian sesuai yang ditentukan sekolah
2. Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler - OSIS
- Kepramukaan - Keolahragaan - Kesenian - PMR dll b. Larangan-larangan
1. Meninggalkan sekolah/pelajaran selama jam-jam pelajaran berlangsung, tanpa izin kepala sekolah/guru bersangkutan
2. Membawa rokok dan merokok
3. Berpakaiaan yang tidak senonoh dan bersolek yang berlebihan
4. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat mengganggu jalannya pelajaran/sekolah
c. Sanksi-sanksi Bagi Pelajar
1. Peringatan secara lisan langsung kepada pelajar
2. Peringatan tertulis kepada pelajar dengan tenbusan kepada orang tua 3. Dikeluarkan sementara
4. Dikeluarkan dari sekolah (B.Suryosubroto 2008: 82-83)
Berdasarkan defenisi tersebut, kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah adalah
ketaatan dan kesadaran siswa untuk melaksanakan dan mentaati tata tertib yang
berlaku disekolah atas dasar rasa hormat dan kesadaran sendiri demi tercapainya
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Siswa Di Sekolah
Kepatuhan siswa di sekolah maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa melanggar tata tertib
sekolah tersebut berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Secara
garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua faktor baik yang bersumber dari dalam
diri siswa maupun yang bersumber dari luar diri siswa. Menurut Singgih D. Gurnasa
(1982:82) mengatakan bahwa yang mempengaruhi kepatuhan siswa adalah:
1. Yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri antara lain a. Kesehatan siswa
b. Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran disekolah c. Kemampuan intellectual yang dimiliki oleh anak
2. Yang bersumber dari luar diri siswa yakni antara lain a. Keadaan keluarga yang meliputi
- Suasana keluarga
- Cara orang tua menanamkan disiplin kepada anaknya - Harapan dari orang tua
b. Bimbingan yang diberikan oleh orang tua 3. Keadaan Sekolah
Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dalam hubungannya dengan anak lain dan guru yang menyebabkan ia tidak senang sekolah.
(Yunita,Erna 2002 :25)
Menurut Soemanto (1982:146) pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh
beberapa faktor seperti:
a. Faktor guru b. Faktor lingkungan
c. Faktor peraturan yang berlaku
d. Faktor sangsi terhadap pelanggarannya
Menurut Ametembun dalam Yusniati (1996 : 56) faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Gaya kepemimpinan kepala sekolah
b. Gaya kepemimpinan guru
c. Lingkungan sekolah
Dengan demikian dapat disimpulkan kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib
di sekolah dapat timbul baik dari dalam diri siswa atau karena pengaruh orang lain
atau lingkungan siswa itu sendiri. Sesuai dengan pendapat Arikunto (1993:119)
bahwa kepatuhan merupakan suatu masalah yang penting, tanpa adanya kesadaran
akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya pengajaran
tidak mungkin dapat mencapai targel maksimal
Kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah adalah penting untuk
keberhasilan siswa itu sendiri dalam mengikuti pendidikannya apabila siswa tidak
mematuhi peraturan sekolah, kegiatan proses belajar mengajar tidak dapat terlaksana
dengan baik. Patuhnya siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah akan
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai. Dalam hal ini, pelanggaran tata tertib dilakukan oleh Siswa adalah tidak
masuk tanpa keterangan, terlambat masuk, membolos pada jam pelajaran, tidak
seragam, berambut gondrong/pirang, tidak ikut upacara, atribut tidak lengkap,
berkelah, membawa hal-hal yang tidak diperlukan sekolah, menghilangkan buku
perpustakaan. Sebagai tindak lanjut terhadap Siswa yang melanggar tata tertib
dan bagi Siswa yang berkelahi disekolah dikenakan sanksi diskorsing atau
diberhentikan dari sekolah.
2. Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
2.1 Pengertian partisipasi
Moelyarto Tjokrowinoto partisipasi adalah pernyataan mental dan emosi seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir
dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab
terhadap tujuan tersebut. (Suryasubroto, 2002 :278).
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi
kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan
kelompok dan berbagai janggung jawab pencapaian tujuan itu. Partisipasi yang
dimaksud dalam penelitian ini dalah partisipasi siswa, yaitu keikutsertaan atau
keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.
2.2 Pengertian Kegiatan Ektrakurikuler
Aspek intelektualitas Siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan kurikuler. Namun
untuk mengembangkan potensi Siswa agar dapat berkembang secara maksimal pihak
sekolah menyediakan berbagai macam kegiatan ektrakurikuler yang diharapkan
mampu menjadi wahana bagi Siswa dalam mengembangkan diri. Kegiatan
ektrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran yang
(wahjosumidjo, 2005: 197). Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk
mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa,
misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam ketrampilan dan kepramukaan
diselenggarakan disekolah diluar jam pelajaran biasa. Sedangkan menurut Arikunto
kegiatan ektrakurikuler adalah kegiatan tambahan diluar setruktur program yang pada
umumnya merupakan kegiatan pilihan. (Suryosubroto,2002 :271)
Kegiatan ektrakurikuler merupakan seperangkat pengalaman belajar yang memiliki
nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa, kegiatan ekstrakurikuler
harus dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan siswa (kognetif, efektif,
psikomotor) keterampilan melalui hoby dan minatnya serta pengembangan sikap
siswa.
Kegiatan ektrakurikuler harus direncanakan dan dikembangkan agar dapat menunjang
kegiatan kurikuler. Sehingga pihak sekolah tidak hanya mengutamakan kegiatan
belajar mengajar tetapi juga mendukung kegiatan ektrakurikuler demi pengembangan
siswa secara utuh. Hal ini sesuai pendapat Hasbullah (1999: 116) menyatakan bahwa
aktifitas-aktifitas yang mengandung gejala pendidikan antara lain iyalah organisasi
siswa intra sekolah (OSIS), pelajaran olahraga, kerja bakti, baris berbaris, pramuka,
keterampilan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa kegiatan ektrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran, dilaksanakan disekolah atau diluar
penerapan pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran yang
merupakan tanggung jawab sekolah sebagai pelaksanaan kegiatan.
2.3 Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Direktorat Pendidikan Menengah dalam Suryosubroto (2002: 272) menyatakan
bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah
1. Kegiatan ektrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognetif, afektif, dan psikomotor.
2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
3. Dapat mengetahui mengenal serta membedakan antar hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Ekrtakurikuler diadakan untuk menambah ilmu atau ketrampilan selain ilmu dibidang
akademik. Sealain itu ektrakurikuler dapat digunakan sebagai keahlian yang berguna
sehingga dapat mengambangkan potensi dan prestasi siswa
(http:/www.kedaulatanrakyat.com). Selanjutnya menurut wahjosumidjo (2005: 256)
tujuan dari kegiatan ektrakurikuler adalah untuk memperluas pengetahuan,
memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat
serta dalam rangka usaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan para siswa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara berbudi pekerti
luhur dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat diatas kegiatan ekstrakurikuler selain berguna untuk mengisi
waktu luang siswa, kegiatan tersebut juga bertujuan meningkatkan keimanan dan
filateli, olahraga, bekerja, melatih jiwa kepemimpinan bersosialisasi sehingga
diharapkan dapat menambah motivasi sekolah meningkatkan prestasi akademik
siswa.
2.4 Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Amir Daien dalam Suryosubroto (2002 : 272) kegiatan ektrakurikuler dibagi
dua jenis yaitu:
1. Kegiatan ektrakurikuler yang bersifat rutin. Kegiatan ektrakurikuler yang bersifat rutin adalah bentuk kegiatan ektrakurikuler yang dilakukan secara terus-menerus, seperti: latihan bola voly, latihan sepak boladan sebagainya.
2. Kegiatan ektrakurikuler yang bersifat periodik. Kegiatan ektrakurikuler yang bersifat periodik adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti lintas alam, kemping, pertandingan olahraga dan sebagainya.
Menurut Haddari Nawawi (1985: 176 - 187) jenis kegiatan ektrakurikuler berupa 1. Pramuka sekolah
2. Olah raga dan kesenian
3. Kebersihan dan keamanan sekolah 4. Tabungan pelajar dan pramuka 5. Majalah sekolah
6. Warung/kantin sekolah 7. Usaha kegiatan sekolah
Menurut Wahjosumidjo (2005: 198) jenis kegiatan ektrakurikuler dapat berupa
kepramukaan, Usaha Kegiatan Sekolah (UKS), Olahraga, Wisata siswa, Palang
Merah Remaja (PMR), siswa teladan paskibra dan sebagainya. Berdasarkan uraian
diatas dapat diketahui bahwa jenis-jenis kegiatan dapat di bagi menjadi dua jenis
1. Kegiatan ektrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu jenis kegiatan ektrakurikuler yang dilaksanakan secara terus menerus selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu program kegiatan ektrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu yang lama.
2. Kegiatan ektrakurikuler yang bersifat periodik atau sesaat, yaitu kegiatan ektrakurikuler yang dilaksanakan waktu-waktu tertentu saja.
2.5 Bentuk Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Ektrakurikuler
Partisipasi masing-masing siswa dalam suatu kegiatan ektrakurikuler berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya, baik dalam usaha maupun cara mencapai tujuan yang
diharapkan. Menurut Dusseldrop dalam Suryosubroto (2002: 286)
Kegiatan ektrakurikuler siswa terdiri atas 1. Mendatangi pertemuan
2. Melibatkan diri dalam diskusi
3. Melibatkan diri dalam aspek organisasi dari proses partisipasi, misalnya: mengikuti kegiatan yang dilaksanakan, menyelenggarakan pertemuan kelompok. 4. Mengambil bagian dalam proses keputusan dengan cara menyatakan pendapat atau
masalah, misalnya: tujuan yang harus dicapai oleh kelompok, cara mencapai tujuan, mengalokasikan sumber yang langka, pemilihan perorangan yang mewakili kelompok, penilaian efektivitas-efesiensi dan relevansi kegiatan.
5. Ikut serta memanfaatkan hasil, program misalnya: ikuti serta dalam latihan program atau dengan ikut serta dalam memanfaatkan keuntungan.
Suryosubroto (2002: 288) menyimpulkan bahwa untuk mengukur partisipasi
ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Kritik, usul, saran dan pendapat dari anggota yang terbuka 2. Ketepatan melaksanakan tugas dan kewajiban
3. Kehadiran dalam rapat
Maka dapat disimpulkan untuk mengukur tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan
ektrakurikuler meliputi :
1. Minat terhadap ektrakurikuler
2. Motivasi mengikuti kegiatan ektrakurikuler 3. Kehadiran
4. Keterlibatan dalam kegiatan 5. Partisipasi dalam memberikan ide
6. Ketepatan melaksanakan tugas dan kewajiban
Kegiatan ektrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran
yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
sekolah (wahjosumidjo, 2005: 197).
Berdasarkan uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa kegiatan ektrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran, dilaksanakan disekolah atau diluar
sekolah untuk memperkaya pengetahuan dan peningkatan sikap dalam rangka
penerapan pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran yang
merupakan tanggung jawab sekolah sebagai pelaksanaan kegiatan. Kurangnya
partisipasi siswa dalam ekstrakurikuler, maka perlu diadakan Kegiatan
ekstrakurikuler bertujuan untuk membentuk watak disiplin, kerjasama, tanggung
jawab dan yang terutama menumbuhkan semangat patriotisme. Kegiatan
ekstrakurikuler juga didalamnya mempelajari tentang kecakapan-kecapan peserta
didik yang memiliki potensi diri masing-masing anggota ekstrakulikuler. Dengan
adanya kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti oleh Siswa diharapkan tidak menggangu
kegiatan ekstarkulikuler diharapkan ada perubahan dalam prilaku Siswa yang akan
membentuk Siswa memiliki rasa inisiatif, kreatif rasional dan objektif dalam
memecahkan masalah.
3. Motivasi Belajar
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk
kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah, guru berusaha
menyediakan lingkungan belajar yang konduktif dengan memanfaatkan semua
potensi kelas yang ada. Keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru di manapun dan
kapanpun. Hanya sayangnya, tidak semua keinginan guru itu terkabul semuanya
karena berbagai faktor penyebabnya. Masalah motivasi adalah salah satu dari
sederetan faktor yang menyebabkan itu. Dalam belajar siswa harus aktif, karena tanpa
aktivitas tidak mungkin proses belejar mengajar dapat berjalan dengan baik. Aktivitas
yang dilakukan siswa tentunya berbeda-beda, ada yang malas ada pula yang rajin
dalam belar. Hal ini dipengaruhi oleh rasa keinginan dalam diri siswa untuk
melakukan aktivitas, siswa yang tidak melakukan aktivitas perlu dirangsang atau
diberi motivasi agar siswa tersebut melakukan aktivitas.
Motivasi merupakan kekuatan atau tenaga dan kesiap sediaan dalam diri individu
untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Mc
Donnald memberikan definisi motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam
mencapai tujuan. Dorongan afektif yang dimaksud sering terlihat nyata dalam tingkah
laku seseorang.
Pendapat di atas, motivasi terjadi sebelum suatu tujuan tercapai dengan kata lain
motivasi itu timbul pada saat proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu motivasi
merupakan faktor penting dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Dengan adanya
motivasi setiap individu diharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam
setiap kegiatan.
Menurut Ivor K. Davis (1991:214), motivasi ialah kekuatan yang tersenbunyi dalam
diri seseorang, yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara
yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal dari naluri, kadang pula berpangkal pada
suatu keputusan rasional. Menurut Woodworth dan Marques, motivasi adalah tujuan
jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan tujuan-tujuan
tertentu terhadap situasi sekitarnya. Berdasarkan dua pendapat di atas, motivasi erat
kaitannya dengan suatu situasi kondisi yang berbeda dapat menimbulkan motivasi
yang berbeda pula.
Motivasi belajar dapat menimbulkan rasa senang dan semangat dalam kegiatan
belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mendorong
mereka untuk melakukan kegiatan belajar dalam skala yang lebih tinggi pula. Dengan
usaha yang tekun dan tidak mudah menyerah dan dilandasi oleh motivasi yang kuat,
maka siswa yang belajar akan menghasilkan prestasi yang baik. Intensitas seseorang
(2008:75), mengemukakan bahwa, motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan diri kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat dicapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas dalam hal penumbuhan-penumbuhan
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
kuat, akan mempunyai banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar.
Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar akan memunculkan minat
yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar.
Kesulitan-kesulitan yng dihadapi dalam proses belajar tidak akan membuat mereka putus asa,
justru dengan kesulitan-kesulitan tersebut mereka akan lebih tertantang untuk mencari
solusinya. Apabila dalam menghadapi kesulitan itu mereka mudah menyerah, maka
dapat dikatakan bahwa mereka memiliki motivasi belajar yang rendah. Mereka akan
menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan
belajar.
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki motivasi yang tinggi adalah sebagai berikut: 1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja sendiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu
Jadi motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting di dalam menentukan
keberhasilan belajar. Dengan adanya motivasi belajar menyebabkan kesiapan siswa
dalam belajar yang berarti dapat menghindari siswa dari pelanggaran terhadap tata
tertib sekolah. Motivasi itu bersumber pada kebutuhan. Oleh karena itu, untuk
memahami motivasi perlu memahami berbagai jenis kebutuhan manusia. Menurut
Moslow, kebutuhan manusia dapat diuraikan dari hal yang paling mendasar hingga
yang paling tinggi, yaitu:
1. Kebutuhan fisik biologis (makan, minum, pakaian)
2. Kebutuhan rasa aman (perlindungan, jaminan keamanan, kemerdekaan)
3. Kebutuhan sosial (persahabatan, kerjasama, mencitai dan dicintai, pengakuan, perhatian)
4. Kebutuhan harga diri (penghargaan, pengakuan atas prestasi, pujian)
5. Kebutuhan mengaktualisasikan diri pribadi (bekerja buka semata-mata upah, membantu orang lain tanpa penghargaan imbalan, mencintai keindahan, ingin dekat dan mengabdi kepada Tuhan YME)
Mengingat pentingnya makna motivasi bagi siswa, kepada sekolah dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Ciptakan iklim kerja keras 2. Jadikan prestasi sebagai acuan
3. Tumbuhkan semangat persaingan positif 4. Aktifkan mengenai berbagai kontes 5. Ciptakan semangat cinta almamater 6. Kembangkan nilai seni
7. Tekanan keimanan dan ketakwaan
8. Tradisikan mencipta karya dalam berbagai bentuk (Nursisto, 2002:53)
Untuk memotivasi para siswa, keidak bias pada sekolah dan guru-guru harus
agar dalam diri mereka terbentuk pribadi yang dinamis. Sebagaimana dikemukakan
oleh Carl G. Goeller dan William O. Uraneck, pribadi yang dinamis mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Subur dengan ide-ide, banyak memiliki gairah hidup serta pandai memupuk bakatnya sendiri
2. Selalu ingin maju 3. Tidak bisa tinggal diam
4. Percaya penuh atas kemampuan diri sendiri untuk memecahkan masalah 5. Memiliki daya cipta yang kuat serta ingin menemukan sesuatu yang baru 6. Memiliki semangat yang besar
7. Memantapkan tujuan, nilai, dan gagasan 8. Mendahulukan apa-apa yang penting 9. Bersifat tahan ujian
(Nursisto, 2002:52-53)
Dua tipe motivasi yang juga sama dikemukakan oleh Ivor K. Davis, yaitu :
1. Motivasi intrinsik, mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern mengambil motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktifitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Ini tidak mengherankan, kerena keinginan untuk melacak merupakan factor intrinsik pada semua orang.
2. Motivasi ekstrinsik, mengacu pada faktor-faktor dari luar dan diterapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi intrinsik biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan.
(Ivor K. Davis, 1991:216)
Berdasarkan pengertian dua tipe motivasi di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi
intrinsik dapat menemukan tujuan seseorang. Ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar, yaitu :
1. Memberi angka 2. Hadiah
5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian
8. Hukuman
9. Hasrat untuk belajar
10. Minat dengan menggunakan berbagai macam bentuk belajar 11. Tujuan yang diakui
(Sardiman AM, 2008: 91-94)
Berdasarkan berbagai pengertian motivasi yang telah dikemukakan diatas, maksud
dari motivasi belajar adalah segala usaha yang timbul baik dari dalam maupun dari
luar diri pribadi, untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ada. Dalam hal
ini seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi ia akan lebih cenderung
untuk mematuhi tata tertib yang ada di sekolah. Rendahnya motivasi belajar di SMA
Negeri 1 Bumi Agung Way Kanan kami melakukan penelitian, Siswa yang
mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar akan memunculkan minat yang besar
dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Kesulitan-kesulitan yng
dihadapi dalam proses belajar tidak akan membuat mereka putus asa, justru dengan
kesulitan-kesulitan tersebut mereka akan lebih tertantang untuk mencari solusinya.
Dengan adanya motivasi belajar menyebabkan kesiapan siswa dalam belajar yang
berarti dapat menghindari siswa dari pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
2. Penelitian Yang Relevan
Pada bagian ini diungkapakan beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan
pokok masalah ini, yang dijadikan dasar penelitian relevan dalam penelitian masalah
1. Darrul Isnaini (2006) dengan judul “pengaruh nilai ujian SLTP dan partisipasi
siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler terhadap kepatuhan melaksanakan tata tetib
sekolah pada siswa MA Mathla’ulanwar Kecapi Padang Cermin Lampung
Selatan Tahun Pelajaran 2005/2006”. Dalam penelitian ini mengemukakan
bahwa pengaruh nilai ujian SLTP dan partisipasi siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler terhadap kepatuhan melaksanakan tata tetib sekolah.
2. Hendri (2006) dengan judul “hubungan antara kontribusi keluarga dan motivasi
belajar dengan peningkatan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah pada siswa
kelas VIII di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2005/2006”. Dalam penelitian ini mengemukakan ada hubungan antara
kontribusi keluarga dan motivasi belajar dengan peningkatan kepatuhan terhadap
tata tertib sekolah.
3. Sigit Arifin (2006) dengan judul “hubungan antara ekstrakurikuler olahraga dan
motivasi belajar dengan peningkatan prestasi belajar ekonomi/akuntansi siswa
kelas XI IPS di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007”.
Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa ada hubungan antara ekstrakurikuler
B. Kerangka Pikir
Terjadinya pelanggaran kepatuhan siswa terdapat tata tertib sekolah secara basar
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor yang bersumber dari diri siswa itu sendiri
dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa itu sendiri. Faktor yang bersumber dari
diri siswa itu sendiri diantaranya adalah kesehatan anak, ketidakmampuan anak
mengikuti pelajaran di sekolah, kemampuan intelektual yang dimiliki anak, serta
kurangnya motivasi belajar, sedangkan faktor yang bersumber dari luar diri siswa
diantaranya yaitu: kedaan atau kondisi dan lingkungan sekolah serta masyarakatnya.
Kegiatan ektrakurikuler merupakan kegiatan diluar jam pelajaran sekolah, kegiatan
ini memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembetukan kepribadian siswa. Melalui kegiatan
ektrakurikuler siswa diharapkan mampu menambah pengetahuan, keterampilan
melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap dalam rangka penerapan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari diberbagai mata pelajaran, tujuan
dari kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk memperluas pengetahuan, memahami
keterkaitan antara berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat serta dalam
rangka usaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan para siswa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, berbudi pekerti luhur
dan sebagainya. Namun kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat
pengalaman belajar memiliki nilai-nilai mafaat bagi pembentukan kepribadian siswa.
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler, harus dapat meningkatkan
kemampuan siswa beraspek kognetif, efektif dan psikomotor. Mengembangkan bakat
mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya. Dalam penelitian ini diduga salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah adalah
kegiatan ekstrakurikuler.
Kemampuan intelektual siswa dapat dilihat dari motivasi bejarnya, siswa yang
memiliki kemampuan intelektual baik mampu mempertahankan dan meningkatkan
kemampuannya, hal ini bisa tercapai jika proses belajar mengajar berjalan dengan
baik dan proses belajar mengajar akan berjalan baik jika tata tertib sekolah dipatuhi
oleh setiap siswanya, kepatuhan merupakan suatu masalah yang penting, tanpa
adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan
sebelumnya pengajaran tidak mungkin dapat mencapai targel maksimal. Dalam
penelitian ini diduga salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan siswa dalam
melaksanakan tata tertib sekolah adalah motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada
[image:49.612.140.525.561.699.2]paradigm berikut:
Gambar 1. Paradigma hubungan Variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y
r1
R
r2
Sumber: Sugiyono (2010: 68) Partisipasi siswa dalam ektrakurikuler (X1)
Motivasi belajar (X2)
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan data atau fakta di lapangan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler terhadap
kepatuhan akan tata tertib sekolah pada siswa kelas XI SMA Negari 1 Bumi
Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Ada pengaruh motivasi belajar terhadap kepatuhan akan tata tertib sekolah pada
siswa XI SMA Negari 1 Bumi Agung Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Ada pengaruh partisipasi siswa dalam ekstrakurikuler dan motivasi belajar
terhadap kepatuhan akan tata tertib sekolah pada siswa XI SMA Negari 1 Bumi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi
Antara 0.400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid) (Suharsimi Arikunto 2009:75)
1. Hasil Coba Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya
atau diandalkan. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus alpha.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan manual, tingkat reliabel masing-masing
variabel setelah diuji coba sebagai berikut.
1. Partisipasi Siswa Dalam Esktrakurikuler X1
Berdasarkan perhitungan Manual, diperoleh hasil rhitung > rtabel, yaitu 0,872 >
0,444. Hal ini berarti, alat instrumen yang digunakan adalah reliabel. Jika dilihat
pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0,872, maka memiliki
tingkat reliabilitas sangat tinggi.(Lampiran.3)
2. Motivasi Belajar Siswa X2
Berdasarkan perhitungan Manual, diperoleh hasil rhitung > rtabel, yaitu 0,755 >
pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0,755 maka memiliki
tingkat reliabilitas tinggi.(Lampiran.4)
3. Kepatuhan Akan Tata Tertip Sekolah Y
Berdasarkan perhitungan Manual, diperoleh hasil rhitung > rtabel, yaitu 0,833 >
0,444. Hal ini berarti, alat instrumen yang digunakan adalah reliabel. Jika dilihat
pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0,833 maka memiliki
tingkat reliabilitas sangat tinggi. Dari hasil perbandingan dengan kreteria tersebut,
maka dinyatakan bahwa tingkat reliabilitas dari instrumen X1, X2 dan Y tergolong
sangat tinggi.(Lampiran.5)
A. Teknik Pengujian Analisis Data
Sehubungan data dalam instrumen penelitian ini masih berbentuk ordinal, maka
digunakan Methode Of Successive Interval (MSI) yaitu suatu metode yang digunakan
untuk menaikan atau mengubah tingkat pengukuran dari data ordinal menjadi
interval. Untuk menguji analisis data menggunakan uji statistik parametrik apabila
syaratnya terpenuhi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan uji Kolomogrov-Smirnov,
dilakauakan dengan langkah langkah sebagi berikut:
a). Perumusan hipotesis
H1: sampel berasl dari populasi berdsitribusi tidak normal b). Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar c). Menentukan kumulatif proporsi(kp)
d). Data ditransformasikan ke skor baku Zi: e). Menentukan luas kurva Z (Z – tabel) f). Menentukan a1 dan a2:
a2: selisish Z tabel dan kp pada batas atas (a2=absolut(kp- z-tab ))
a1: selisih Z tabel dan kp pada batas bawah( a1= absolute (a2- fi/n)
g). Nilai mutlak maksimum dari a1 dan a2 dinotasikan dengan D0
h). Menentukan harga D-tabel i ). Kriteria pengujian
Jika D0 ≤ D- tabel maka H0 diterima
Jika D0 ≥ D- tabel maka H0 ditolak
j). Kesimpulan
D0 ≤ D- tabel: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
D0 ≥ D- tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
( Kadir 2010: 109 )
Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi
dari antara satu pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas
Kalmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji
normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data
yang telah di tranformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi
sebenarnya uji Kolmogorov Semirnov adalah uji beda antara data yang di uji beda
antara data yang diuji normalitasnya dengan normal baku.
2. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians
yang sama sebaliknya. Ujian ini digunakan uji Barlett, dengan langkah-langkah
sebagai berikut
S2 = ∑( )
∑( )
2. Menghitung harga satuan B dengan rumus:
B = (log S2).∑(ni-1)
3. Menggunakan uji Chi Kuadrat untuk Uji barlett dengan rumus :
χ 2
hitung = (Ion10)[B − ∑( )Log ]
Ion 10 = 2,3026 disebut logaritma aslidari bilang 10
Kreteria penguji jika χ2 hitung > χ2tabel maka variabel tersebut berdistribusikan tidak
normal (Sudjana,2005:263).
Pengujian homogebitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel
diperoleh dari populasi yang bervarians homogeny atau tidak, uji homogenitas
dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa kelompok data sapel berasal dari populasi
yang dimiliki varians yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang
dibutuhkan adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan
variabel terikatnya memiliki variasi yang sama. Uji Bartlett digunakan karena sebaran
data simetris/normal.
F. Uji Keberatian dan Uji Asumsi Klasik untuk Regresi Ganda
1. Uji Keberartian
Uji kelinieran regresi linier multiple dengan mengunakan st
Keterangan :
: varians regresi : varians sisa
Dengan dk 1 dan dk penyebut n-2 dengan = 0,05 kreteria uji, apabila Fh > Ft maka
Ho ditolak yang menyatakan arah regresi berarti. Sebaliknya apabila Fh < Ft maka
Ho diteriama yang menyatakan koefisien arah regresi tidak berarti. Untuk mencari F
[image:55.612.112.503.366.560.2]hitungan digunakan tabel ANAVA berikut :
Tabel 9. Tabel Analisa Varians
Sumber Varians Dk Jumlah
kuadart (JK)
Kuadart tengah
(KT)
F hitung
Total N -
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Residu
1
1
n-2
( ∑ ) /n
JK ( b/a)
JK (s)
( ∑ ) /n
= JK(b/a)
= ( )
(Sudjana, 2005: 332)
JK ( a) = ( ∑ ) /N
JK b/a = b ∑ − (∑ )(∑ )
JK (S) = JK (T) – JK (a) – JKb/a
Keterangan :
reg = varian regresi sis = varian sisa = banyak responden (Sudjana, 2005: 332)
Uji keberartian digunakan untuk mengetahui keberartian r (uji korelasi) dan untuk
menerima atau menolak hipotesis yang telah diajukan.
2. Uji Kelinieran
Uji Kelineran regresi linier multiple dengan mengunakan statistik F dengan rumus
F =
G S TC S 2 2 Keterangan : TC
S2 = varian tuan cocok
G
S2 = varian galat
Yang akan di pakai untuk menguji tuna cocok regresi linier. Dalam hal ini kita tolak
hipotesisi model regresi linier jika F ≥ F (1-a) (k-2, n-2)
[image:56.612.118.511.590.710.2]Untuk mencari F hitung digunakan tabel ANAVA Sebagi berikut:
Tabel 10. Analisis Varians Sumber
varians dk Jumlah kuadrat JK
Kuadrat tengah F hitung
Tuan cocok k-2 JK(TC)
2 ) ( 2 k TC JK TC S G S TC S 2 2
Galat n –k JK (E) res = ( )
Keterangan :
JK ( a) = ( ∑ ) /n
JK b/a = b ∑ − (∑ )(∑ )
JK (T) = JK (a) –JKb/a JK(T) = ∑
JK (E) = ∑ ∑ − (∑ )
JK (TC) = JK(S) – JK (G) reg = varian regresi sis = varian sisa = banyak responden (Riduwan, 2010:186)
3. Uji Multikolinieritas
Menurut Sudarmanto (2005: 136), uji asumsi tentang multikolonieritas dimaksudkan
untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel
bebas (independen) yang satu dengan variabel variabel bebas (independen) lainnya.
Lebih lanjut, Sudarmanto (2005: 138) menyatakan ada atau tidaknya korelasi
antarvariabel independen dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi
product moment dari Pearson, sebagai berikut.
N X2 X 2
N Y2
Y 2
Y X XY
N rxy
Keterangan:
xy
r = koefisien korelasi antara gejala X dan gejala Y X = skor gejala X
Y = skor gejala Y N = jumlah sampel (Suharsimi Arikunto, 2006:146)
Dengan df = N-1-1dengan tingkat alpha yang ditetapkan, kriteria uji apabila rhitung<
tabel
r , maka tidak terjadi multikorelasi antarvariabel independen, apabila rhitung>rtabel,
maka terjadi multikorelasi antarvariabel independen. (Sudarmanto, 2005: 141).
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun
menurut observasi waktu (seperti data time series) atau urutan tempat/ruang (data
cross section) atau yang timbul pada dirinya sendiri. (Sudarmanto, 2005:143).
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
data pengamatan atau tidak. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam
penelitian ini, dilakukan dengan uji Durbin-Watson dengan kreteria uji bila nilai
statistic Durbin-Watson mendekati angka 2 maka dapat pengamatan tersebut tidak
memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
a. Tentukan hipotesis nol dan alternatif. Hipotesis nol adalah variabel gangguan tidak mengandung autokorelasi dan hipotesis altenatifnya adalah variabel gangguan autokorelasi.
b. Hitung besarnya statistik DW dengan rumus
c. Bandingkan nilai statistik DW dengan nilai teoritik DW sebagai berikut untuk ρ > 0 (autokorelasi positif)
1. Bila DW ≥ du (dengan df n – K – 1) : adalah banyaknya variabel bebas ang
digunakan : H0 diterima jadi ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi pada model regresi itu.
2. Bila DW ≤ dL (dengan df n – K – 1) : Ho ditolak, jadi ρ ≠ 0 berarti ada
autokorelasi positif pada model itu.
3. Bila dL < DW < du : uji itu hasilnya tidak konklusif, sehingga tidak dapat
ditentukan apakah terdapat autokorelasi atau tidak pada model itu. d. Untuk ρ < 0 (autokorelasi negatif)
1. Bila (4- DW) ≥ du ; h0 diterima jadi ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi pada
model itu
2. Bila (4- DW) ≤ dL ; h0 ditolak, jadi ρ ≠ 0 berrti ada autokorelasi positif pada
model itu
3. Bila dL < (4-DW) < du ; uji itu hasilnya tidak konklusif sehingga tidak dapat
ditentukan apakah terdapat autokorelasi atau tidak pada model itu. (Muhamad Firdaus : 100-101)
5. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah variani residual absolut
sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Pendekatan yang digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu rank korelasi dari Spearman.
Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas atau
tidak menggunakan harga koefesien signifikansi dengan membandingkan tingkat
alpha yang ditetapkan maka dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas
diantara data pengamatan tersebut dan sebaliknya (Sudarmanto, 2005:158)
Pengujian rank korelasi Spearman koefisien korelasi rank dari Spearman
didefinisikan sebagai berikut:
<