• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengeruh Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi Terhadapa Penerapan Good Corporate Governance Pada PT Tolan Tiga Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengeruh Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi Terhadapa Penerapan Good Corporate Governance Pada PT Tolan Tiga Indonesia"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERANAN AUDIT INTERNAL, KOMITE AUDIT

DAN DEWAN DIREKSI TERHADAP PENERAPAN GOOD

CORPORATE GOVERNANCE PADA PT TOLAN TIGA

INDONESIA

OLEH

NAMA

: YON IVAN SINAGA

NIM

: 120522141

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengeruh Peranan

Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi Terhadapa Penerapan Good

Corporate Governance Pada PT Tolan Tiga Indonesia” adalah benar hasil karya

saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti

oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan

informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila

dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang

ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2015

Yang membuat pernyataan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pengeruh Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi

Terhadapa Penerapan Good Corporate Governance Pada PT Tolan Tiga

Indonesia”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan

penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama

penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan,

bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua

Departemen Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, Msi, AK selaku Ketua Program Studi Departemen

Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu

Dra.Mutia Ismail, MM, AK selaku sekretaris Departemen Akuntansi S1

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,

(4)

5. Bapak Drs, Firman Syarif, Msi, Ak dan Bapak Drs. Rasdianto, Msi selaku

dosen penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan

arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staff pada PT Tolan Tiga Indonesia atas kerja sama dan bantuannya

sehingga skrpsi ini dapat diselesaikan ddengan baik.

7. Kedua orangtua penulis, T. Sinaga dan R. Napitu, seluruh keluarga penulis

serta teman-teman atas semangat dan doa yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat

dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,

penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi

pembaca.

Medan, Maret 2015

Penulis,

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui apakah Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Penerapan Good Corporate Governance(GCG). Penelitian ini dilakukan di PT Tolsn Tiga Indonesia. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan penelitian assosiatif kasual dengan jumlah sampel 45 responden dari seluruh staf PT. Tolan Tiga Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengumpulkan kembali setelah dua minggu.

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, dengan pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikansi parsial (Uji-t), uji signifikansi simultan (Uji-F) dan koefisien determinasi (�2) .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secata simultan Internal Audit, Komite Audit dan Dewan Direksi berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance. Tetapi secara parsial Internal Audit dan Dewan Direksi berpengaru signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) , sedangkan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadapa penerapan Good Corporate Governance (GCG).

(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the impact of the role of internal audit, audit committee and board of directors toward the implementation of Good Corporate Governance (GCG). This research was done in PT Tolan Tiga Indonesia. The kind of the minitbesis is a causal assossiative research with 45 sample of respondent the staff PT Tolan Tiga Indonesia. Konds og data in use are primary and secondary. The primary data are taken from direct questionnaire to respondent pick the after two week.

Analysis model that being used was multiple linear regression, with data quality was tested by using validity test and reliability test. Classic assumption test that was test that being used in research were normality test, heterocedastisity test, multicolinearity test and autocorrelation test. Hypothesis test that being used were partially test (t-test), simultaneously test (f-test) and coefficient determination (�2) in this research.

The result of this research shows that of internal audit, audit committee and board of directors has a significant influence simultaneously toward Good Corporate Governance (GCG). But partiallty, internal and board of directors have significant toward Good Corporate Governance (GCG), where as audit committee are not significant toward Good Corporate Governance (GCG).

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN --- i

KATA PENGANTAR --- ii

ABSTRAK --- iv

ABSTRACT --- v

DAFTAR ISI --- vi

DAFTAR TABEL --- x

DAFTAR GAMBAR --- xii

DAFTAR LAMPIRAN --- xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah --- 1

1.2.Perumusan Masalah --- 7

1.3.Tujuan Penelitian --- 7

1.4.ManfaatPenelitian --- 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Good Corporate Governance (GCG) --- 9

2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)--- 9

2.1.2. Prisip-Prinsip GCG --- 10

2.1.3. Manfaat Good Corporate Governance --- 13

2.2.Internal Audit --- 15

(8)

2.2.2. Fungsi Audit Internal --- 16

2.2.3. Tujuan Audit Internal --- 18

2.2.4. Hubungan Audit Internal dengan Manajemen --- 19

2.2.5. Independensi Audit Internal dalam Pelaporan --- 20

2.2.6. Peranan Audit Internal --- 21

2.2.7. Kode Etik Audit Internal --- 22

2.3.Komite Audit --- 23

2.3.1. Definisi Komite Audit --- 23

2.3.2. Struktur Komite Audit --- 23

2.3.3. Tugas Komite Audit --- 24

2.3.4. Wewenang Komite Audit --- 24

2.3.5. Persyaratan Komite Audit --- 25

2.4.Dewan Direksi --- 26

2.4.1. Definisi Dewan Direksi --- 26

2.4.2. Klasifikasi Dewan Direksi --- 27

2.4.3. Pengangkatan Dewan Direksi --- 28

2.4.4. Fungsi Dewan Direksi --- 29

2.4.5. Pertanggung Jawabab Direksi --- 32

2.5.Tinjauan Penelitian Terdahulu --- 33

2.6.Kerangka Konseptual --- 35

2.7.Hipotesis Penelitian --- 38

(9)

3.2.Jenis Penelitian --- 39

3.3.Jenis dan Sumber Data --- 40

3.4.Teknik Penentuan Sampel--- 40

3.5.Teknik Pengumpulan Data --- 43

3.6.Operasional Variabel--- 42

3.7.Pengujian Kualitas Data --- 49

3.7.1. Uji Validitas --- 49

3.7.2. Uji Reliabilitas --- 50

3.8.Modela Analisis Data --- 50

3.9.Uji Asumsi Klasik --- 49

3.9.1. Uji Normalitas --- 51

3.9.2. Uji Heteroskedastisitas --- 51

3.9.3. Uji Multikolinearitas --- 52

3.9.4. Uji Autokorelasi --- 53

3.10. Pengujian Hipotesis --- 54

3.10.1.Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) --- 54

3.10.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) --- 57

3.10.3. Koefisien Determinasi (�2) --- 58

BAB IVANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) --- 59

4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan --- 59

4.2. Visi dan Misi Perusahaan --- 62

(10)

4.4. Aktivitas Perusahaan --- 64

4.5. Pengujian Kualitas Data --- 65

4.5.1. Uji Validitas --- 65

4.5.2. Uji Reliabilitas --- 70

4.6. Hasil Uji Asumsi Klasik --- 73

4.6.1. Uji Normalitas --- 73

4.6.2. Uji Heteroskedastisitas --- 77

4.6.3. Uji Multikolinearitas --- 79

4.6.4. Uji Autokorelasi --- 80

4.7. Hasil Pengujian Hipotesis --- 81

4.7.1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)--- 81

4.7.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) --- 85

4.7.3. Koefisien Determinasi (�2) --- 86

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan --- 88

5.2.Saran --- 90

DAFTAR PUSTAKA --- 91

(11)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu --- 33

3.1 Operasional Variabel --- 46

4.1 Daftar Perusahaan PT Tolan Tiga Indonesia --- 61

4.2 Validasi Peranan Audit Internal --- 65

4.3 Validasi Peranan Komite Audit (Pengujian I) --- 66

4.4 Validasi Peranan Komite Audit (Pengujian II) --- 67

4.5. Validasi Peranan Dewan Direksi --- 67

4.6 Validasi Penerapan GCG (Pengujian I) --- 68

4.7 Valisai Penerapan GCG (Pengujian II) --- 70

4.8 Reliability Statistics Audit Internal --- 71

4.9 Reliability Statistics Komite audit --- 71

4.10 Reliability Statistics Dewan Direksi --- 72

4.11 Reliability Statistics GCG --- 72

4.12 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test --- 77

(12)

4.14 Hasil Uji Autokorelasi --- 81

4.15 Hasil Uji-t--- 81

4.16 Hasil Uji-F --- 85

(13)

DAFTAR GANBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual --- 35

4.1 Grafik Histogram --- 74

4.2 Grafik P-P Plot --- 75

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

i Struktur Organisasi PT Tolan Tiga Indonesia --- 93

ii Kuesioner Internal Audit --- 94

iii Kuesioner Komite Audit --- 96

iv Kuesioner Dewan Direksi --- 98

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui apakah Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Penerapan Good Corporate Governance(GCG). Penelitian ini dilakukan di PT Tolsn Tiga Indonesia. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan penelitian assosiatif kasual dengan jumlah sampel 45 responden dari seluruh staf PT. Tolan Tiga Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengumpulkan kembali setelah dua minggu.

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, dengan pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikansi parsial (Uji-t), uji signifikansi simultan (Uji-F) dan koefisien determinasi (�2) .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secata simultan Internal Audit, Komite Audit dan Dewan Direksi berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance. Tetapi secara parsial Internal Audit dan Dewan Direksi berpengaru signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) , sedangkan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadapa penerapan Good Corporate Governance (GCG).

(16)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the impact of the role of internal audit, audit committee and board of directors toward the implementation of Good Corporate Governance (GCG). This research was done in PT Tolan Tiga Indonesia. The kind of the minitbesis is a causal assossiative research with 45 sample of respondent the staff PT Tolan Tiga Indonesia. Konds og data in use are primary and secondary. The primary data are taken from direct questionnaire to respondent pick the after two week.

Analysis model that being used was multiple linear regression, with data quality was tested by using validity test and reliability test. Classic assumption test that was test that being used in research were normality test, heterocedastisity test, multicolinearity test and autocorrelation test. Hypothesis test that being used were partially test (t-test), simultaneously test (f-test) and coefficient determination (�2) in this research.

The result of this research shows that of internal audit, audit committee and board of directors has a significant influence simultaneously toward Good Corporate Governance (GCG). But partiallty, internal and board of directors have significant toward Good Corporate Governance (GCG), where as audit committee are not significant toward Good Corporate Governance (GCG).

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan secara umum didirikan memiliki tujuan untuk

memperoleh laba, laba yang diproleh berasal dari pemanfaatan sumber daya

yang ada di perusahaan secara maksimal sehingga laba yang diharapkan

untuk diperoleh juga maksimal. Oleh karena itu, perusahaan akan selalu

mengusahakan agar jumlah laba yang diperoleh terus meningkat dari

tahun-ketahun yang merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan sebuah

perusahaan. Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada

setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan maupun

manufaktur selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan

pengawasan harta bendanya. Seiring dengan makin berkembangnya

perusahaan, maka kegiatan dan masalah yang dihadapi perusahaan akan

semakin sulit untuk mengawasi seluruh kegiatan dan operasi perusahaan,

dimana semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan,

pemborosan, serta kecurangan.

Faktor yang dapat mencegah terjadinya praktik-praktik yang dapat

membahayakan perusahaan itu adalah penerapan good corporate

governance pada perusahaan. Mulai populernya istilah tata kelola

perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing good

(18)

perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, baik yang ada di

Indonesia maupu yang ada di luar negeri.

Pentingnya Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk

mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan

peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, penetapan GCG perlu

didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan

perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan

masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip-prinsip

dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilah adalah:

a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundan-undangan

yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum

secara konsisten.

b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman

dasar pelaksanaan usaha.

c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak

yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan

kepedulian dan melakukan kontrol sosial secara obyektif dan

bertanggung jawab.

Beberapa perusahaan di Indonesia yang bermasalah bahkan tidak mampu

lagi meneruskan kegiatan usahanya akibat menjalankan praktik tata kelola

perusahaan yang buruk, contohnya antara lain adalah PT Indorayon yang

(19)

Indorayon merupakan pabrik kertas yang tergolong besar lebih di sebabkan

tata kelola yang buruk oleh perusahaan tersebut dalam mengelola hutan

pinus di sekitar Danau Toba yang menjadi bahan baku utama perusahaan

kertas ini. Akibat pengelolan hutan pinus yang buruk itu telah menimbulkan

kerusakan lingkungan hutan dan menggangu tata air di sekitar Danau Toba.

Masyarakat di sekitar Danau Toba menjadi marah dan mereka

menghentikan secara paksa aktivitas perusahaan , akibatnya PT Indorayon

tidak dapat beroperasi karena hubungan yang tidak baik dengan masyarakat

si sekitar lokasi pasokan bahan bakunya (Agoes dan Ardana, 2009).

Hal yang sama juga dapat kita lihat pada PT Lapindo Brantas yang sampai

saat ini belum tuntas. Kecerobohan PT Lapindo Brantas yang melakukan

eksploitasi minyak dan gas di Sidoarjo bukan saja telah melakukan

pencemaran dan kerusakan lingkungan pada area yang sangat luas, tetapi

juga telah mematikan sumber pencaharian sebagian baesar masyarakat yang

tercemar pada area tersebut. Hal ini terjadi karena tata kelola perusahaan

yang tidak baik pada perusahaan. Di luar negeri juga terjadi hal yang sama

dapat kita lihat pada kasus yang di alami oleh Enron dan WorldCom dan

banyak lagi kasus-kasus yang lainnya ( Agoes dan Ardana, 2009).

Untuk itu di harapkan seluruh perusahaan baik BUMN maupun swasta

untuk mulai mewujudkan good corporate governance guna mencapai

sasaran dan tujuan yang hendak ingin dicapai oleh perusahaan. Dalam upaya

penerapan good corporate governance tersebut ada beberapa bagian

(20)

komite audit dan dewan direksi sangatlah penting. Audit internal membantu

organisasi untuk mencapi tujuannya melalui suatu pendekatan yang

sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas

pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Peran audit

internal akan semakin dapat diandalkan dalam mengembangkan dan

menjaga efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan risiko dan

good corporate governance guna menopang terwujudnya suatu perusahaan

yang sehat. Suatu mekanisme dalam sistem pengendalian internal

merupakan salah satu sarana utama untuk dapat memastikan bahwa

pengelolaan perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip

good corporate governance.

Komoite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam

rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit

bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan Laporan keuangan

disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,

struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,

pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan

standar audit yang berlaku, tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan

oleh manajemen. Pedoman good corporate governance mengatur

banyaknya anggota komite audit dalam suatu perusahaan namun harus

disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan

efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan yang sehamnya

(21)

perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan

yang produk dan jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan

yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, komite

audit diketuai oleh komisaris independen dan anggotanya dapat terdiri dari

komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang

anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntansi dan atau

keuangan.

Direksi adalah organ perseroan yang wewenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroaan, sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di

dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

(UU RI No. 40 Tahun 2007). Dewan direksi sebagai organ perusahaan

bertugas dan bertangung jawab secara kolegial dalam megelola perusahaan.

Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil

keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun,

pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota dewan direksi termasuk

direktur utama adalah setara. Tugas direktur utama sebagai primus inter

pores adalah mengkordinasikan kegiatan direksi. Keberadaan direksi dalam

perusahaan ibarat nyawa bagi perseroan. Tidak mungkin suatu perusahaan

tanpa adanya direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada direksi tanpa adanya

perusahaan. Oleh karena itu, keberadaan direksi bagi perusahaan sangat

penting. Sekalipun perusahaan itu sebagai badan hukum, yang mempunyai

(22)

hukum, bahwa perusahaan dianggap seakan-akan sebagai subjek hukum,

sama seperti manusia.

Gita Gumilang (2009) menyatakan bahwa audit internal berpengaruh positif

dan signifikan terhadap penerapan good corvorate governance pada PT

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Resa Destari (2008)

menyatakan audit inter berpengaruh positif terhadap penerapan good

corporate governance akan tetapi tidak signifikan sedangkan pengendalian

intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap good corporate

governance pada Bank X Jakarta. Ada juga penelitian Azwar Hanas yang

menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dewan

komisaris, dewan direksi dan komite audit terhadap good corporate

governance pada perusahaan yang listid pada Bursa Efek Jakarta periode

2003 sampai dengan 2005 serta perusahaan yang mengikuti survey kualitas

corporate governance yang dilakukan oleh IICG selama periode tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengeruh Peranan Audit Internal, Komite Audit,

dan Dewan Direksi terhadapa Penerapan Good Corporate Governance pada

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Bersarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang

menjadi perumausan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh intenal audit terhadap penerapa good

corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.

2. Apakah terdapat pengaruh komite audit terhadap penerapan good

corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.

3. Apakah terdapat pengaruh dewan direksi terhadap penerapan good

corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.

4. Apakah terdapat pengaruh intenal audit, komite audit, dewan direksi

terhadap penerapa good corporate governance pada PT Tolan Tiga

Indonesia secara simultan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh intenal audit terhadap penerapa good

corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap penerapan good

corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh dewan direksi terhadap penerapan good

corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh intenal audit, komite audit, dewan direksi

terhadap penerapa good corporate governance pada PT Tolan Tiga

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

memperdalam pengetahuan penulis terhadap peranan audit internal,

komite audit, dan dewan direksi terhadap GCG.

2. Bagi PT Tolan Tiga Indonesia, sebagai bahan masukan berupa saran

dalam peningkatan kualitas peranan audit internal audit, komite audit,

dan dewan direksi sejalan dengan penerapan GCG.

3. Bagi pembaca dan pihak lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Good Corporate Governance(GCG)

2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Walupun istilah GCG dewasa ini sangat populer, namun sampai saat ini

belum ada definisi baku yang dapat disepakati oleh semua pihak. Istilah

“corporate governance” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

Commitee, Ingris di tahun 1922 yang menggunakan istilah istilah tersebut

dalam laporannya yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report (Agoes

dan Ardana, 2009). Istilah ini sekarang menjadi sangat populer dan telah

diberi banyak definisi oleh berbagai pihak.

Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom Good Corporate

Governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan

eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka

atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan.

Good Corporate Govenance/tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu

sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi,

(26)

2009). Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses

yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan

penilaian kinerjanya.

2.1.2. Prisip-Prinsip GCG

Konsep GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar

para pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi. Organization for

Economic Coorporation and Development (OECD) mencoba untuk

mengembangkan beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan baik oleh

pemerintah maupun para pelaku bisnis dalam mengatur mekanisme

hubungan antar para pemangku kepentingan. Prinsip-prinsip OECD (Agoes

dan Ardana, 2009) mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para

pemegang saham (stockholders) dan perlindungannya; peran para karyawan

dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya; pengungkapan

(disclosure) yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkai dengan struktur

dan operasi perusahaan; serta tanggung jawab dewan terhadap, pemengang

saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara ringkas

prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai berikut (Agoes dan

Ardana, 2009):

a. Perlakuan yang setara antar pemangku kepentingan (fairness)

b. Transparansi (transparency)

c. Akuntabilitas (accountability)

(27)

Dalam hubungannya dengan tata kelola Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), Menteri Negara BUMN juga mengeluarkan keputusan Nomor

Kep-117/M-MBU/2002 tentan penerapan GCG. Ada lima prinsip menerut

keputusan ini, yaitu:

a. Kewajaran (fainess)

b. Transparansi

c. Akuntabilitas

d. Pertanggungjawaban

e. Kemandirian

Selanjutnya, National Commttee on Governance (NCG,2006)

memublikasikan Kode Indonesia tentang tata kelola perusahaan yang baik

(Indonesia;s Code of Good Corporate Governance) pada tanggal 17 oktober

2006. Sebagaimana dinyatakan dalam kata pengantarnya oleh Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Boediono, walaupun Kode Indonesia

tentang GCG ini bukan merupakan suatu peraturan, tetapi dapat menjadi

pedoman dasar bagi seluruh perusahaan di Indonesia dalam menjalankan

usaha agar kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin dalam jangka

panjang dalam koridor etika bisnis yang pantas. Dalam kode GCG ini, NCG

mengemukakan lima prinsip GCG, yaitu:

a. Transparansi (Transparency)

b. Akuntabilitas (Accountability)

(28)

d. Independensi (Independency)

e. Kesetaraan (Fairness)

Penjelasan singkat dari masing-masing prinsip yang telah dikemukakan dapat

diberikan sebagai berikut:

a. Perlakuaan yang setara (fairness) merupakan prinsip agar para pengelola

memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik

pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal)

maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat, dan

yang lainnya). Hal inilah yang memunculkan konsep stakeholders (seluruh

kepentingan pemangku kepentingan), bukan hanya kepentingan

stocholders (pemegang saham saja).

b. Prinsip transparansi (disebut juga prinsip keterbukaan), artinya kewajiban

bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses

keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam penyampaiaan

informasi juga mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus

lengkap, benar, dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan .

c. Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban

untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan

keuangan yang dapat dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan

berjalan dengan efektif.

(29)

tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan

sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung

jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang

yang diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola

perusaan.

e. Kemandirian sebagai tambahan prinsip dalam mengelola BUMN, artinya

suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan

bersifat profesional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas

dari tekanan/pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang

sehat

2.1.3. Manfaat Good Corporate Governance

Salah satu akar krisis ekonomi di Indonesia dan krisis pasar modal di AS

adalah buruknya kinerja perusahaan-perusahaan besar yang sebagian bessar

merupakan perusahaan publik yang telah terdaftar di bursa. Buruknya

kinerja ini disebabkan oleh berbagai praktik kecurangan yang dilakukan

oleh para eksekutif peusahaan-perusahaan tersebut. Praktik-praktik

manipulasi ini sangat merugikan para investor sehingga para investor tidak

percaya lagi pada institusi pasar modal dan institusi pengawas pasar modal

tersebut. Akibat kepanikan dan kehilangan kepercayaan, para investor

tersebut melakukan penarikan modal besar-besaran secara beruntun dari

bursa sehingga menimbulkan tekanan berat pada indeks harga saham di

(30)

memulihkan kepercayaan para investor dan institusi terkait di pasar modal.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan penerapan GCG

adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau

memperkecil peluang praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam

pengelolaan kegiatan organisasi, Tiger dkk, (2003) mengatakan paling tidak

ada lima alasan mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:

a. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company

menunjukkan bahwa para investor institusional lebih menaruh

kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di Asia yang telah

menerapkan GCG.

b. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara

terjadinya krisis finansial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan

lemahnya tata kelola perusahaan.

c. Internasional pasar termasuk liberalisasi pasar finansial dan pasar modal

menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.

d. Kalaupun GCG bukan obat mujarap untuk keluar dari krisis, sistem ini

dapat menjadi dasar bagi berkembangnya sistem nilai baru yang lebih

sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.

e. Secara teoritis praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Konsep GCG merupakan upaya perbaikan terhadap sistem, proses, dan

seperangkat peraturan dalam pengelolaan suatu organisasi yang pada

(31)

kewajiban semua pemangku kepentingan dalam arti luas dan khususnya

organ RUPS, Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi dalm arti sempit.

2.2. Internal Audit

2.2.1. Pengertian Audit Internal

Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) (Sawyer’s 2005:9) “audit

internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang

dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi

penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit

tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan

menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko,

kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi”.

Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang

dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda

dalam organisasi untuk menentukan apakah informasi keuangan dan

operasi telah akurat dan dapat diandalkan, risiko yang dihadapi perusahaan

telah diidentifikasi dan diminimalisasi, peraturan eksternal serta kebijakan

dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, kriteria operasi yang

memuaskan telah dipenuhi, sumber daya telah digunakan secara efisien

dan ekonomis, dan tujuan organisasi telah dicapai secara efektif (Sawyer’s,

2005:10). Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan

manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan

(32)

Tanggung jawab auditor internal sangat beragam, tergantung pada si

pemberi kerja. Ada staf audit internal yang hanya terdir atas satu atau dua

karyawan yang melakukan audit ketaatan secara rutin. Staf audit internal

lainnya mungkin terdir atas lebih dari 100 karyawan yang memikul

tanggung jawab yang berlainan, termasuk di banyak bidang di luar

akuntansi. Banyak juga auditor internal yang terlibat dalam audit

operasional atau memiliki keahlian dalam mengevaluasi sistem komputer.

Untuk mempertahankan independensi dari fungsi-fungsi bisnis lainnya,

kelompok audit internal biasanya melapor langsung kepada direktur

utama, salah satu pejabat tinggi eksekutif lainnya, atau komite audit dalam

dewan komisaris.

2.2.2. Fungsi Audit Internal

Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan sataf

audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di

atas rencana dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan

tujuan manajemen, sehingga auditor internal itu sendira berada dalam

posisi untuk menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap

manajemen paling penting bagi kesuksesan organisasi.

Menurut Sawyer’s (2005:32) mengatakan bahwa fungsi audit internal

adalah sebagai berikut.

a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh

(33)

Setiap tahun kepala eksekitif audit menyiapkan rancan awal audit

khusus untuk aktifitas yang diawasi. Rencana ini dipresentsikan di

depan manajemen ekseskutif dan dewan, dan diubah sesuai dengan

pergeseran strategi organisasi dan kebutuhan serta harapan pegawai

senior. Kepala eksekutif juga memastikan bahwa waktu dan sumber

daya tersedia untuk audit yang sewaktu-waktu diperlukan dan tidak

bisa diperkirakan pada saat rencana awal dibuat.

b. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.

Auditor internal memperluas persepsi tentang manajemen risiko dan

meningkatkan upaya untuk menyakinkan manajen bahwa semua jenis

risiko organisasi telah diperhatikan dengan layak.

c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.

Manajer senior biasanya membuat laporan keputusan berdasarkan

laporan yang mereka terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka

sendiri. Laporan yang akurat dan tepat waktu lebih mungkin

menghasilkan keputusan yang bermakna.

d. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.

Auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal,

bagaimana proses pengolahannya, dan dimana letak risiko

keamanannya. Dengan semakin banyaknya prosedur audit tradisional

yang diganti dengan pemrosesan data elektronik, semua auditor

(34)

Pengamanan data telah menjadi risiko terbesar yang dihadapi oleh

organisasi modern.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional

Akuntansi Publik (2001 : 322.2) mengatakan fungsi auditor internal

adalah membantu kinerja pengendalian entitas. Pada waktu auditor

berusaha memahami pengendalian internal, auditor harus berusaha

memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi

aktivitas audit intern yang relevan dengan pernyataan audit.

2.2.3. Tujuan Audit Internal

Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam

menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal

bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional

perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta

efisiensi dan efektifitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki

peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan

perusahaan dan risiko-risiko terkai dalam menjalankan usaha. Penelaahan

internal atas kontrol-kontrol di bidang akuntansi merupakan hal yang

penting, dan auditor internal haruslah terlibat dalam dalam hal ini.

Kerugian akibat proses produksi yang salah, perekayasaan, pemasaran,

atau pengelolaan persediaan bisa jadi lebih besar dibandingkan kerugian

akibat kelemahandi bidang keuangan. Kontrol manajemen atas aktivitas

keuangan telah semakin kuat selama beberap tahun ini, namun masih ada

(35)

perusahaan, kesalahan manajemen dalam mengelola sumber daya dapat

membuat perusahaan bangkrut. Di lain pihak, auditor internal sangat

memerhatikan pemborosan dan kecurangan, dari mana pun sumbernya dan

sekecil apapun jumlahnya.

2.2.4. Hubungan Audit Internal Dengan Manajemen

Audit internal dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit yang

paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas rencana

dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan

manajemen, sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk

menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling

penting bagi kesuksesan organisasi. Kontribusi audit internal menjadi

semakin penting seiring dengan makin berkembang dan makin

kompleksnya sistem usaha dan pemerintahan. Tidak mungkin bagi

eksekutif mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Tetap saja ada hal-hal yang luput dari perhatiaannya. Kegiatan yang tidak

diawasi akan kehilangan efisiensi dan efektivitasnya. Sering dikatakan

bahwa penyubur tanah terbaik adalah bayangan pemiliknya sendiri, akan

tetapi untuk beberapa kegiatan bayangan tersebut sangatlah pendek. Si

pemilik membutuhkan mitra yang berpikir seperti mereka dan dapat

diandalkan sepenuhnya. Dalam banyak kasus tersebut mitra tersebut

(36)

Sayangnya, beberapa manajer tidak menyadari manfaat yang menanti

mereka. Kadang kala auditor sendiri tidak memberi pengetahuan ke

manajemen tentang manfaat tersebut. Departemen audit internal mampu

membantu manajemen dalam:

a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh

manajemen puncak.

b. Megidentifikasi dan meminimalkan risiko.

c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.

d. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.

e. Membantu proses pengambilan keputusan.

f. Menganalisis masa depan, bukan hanya masa lalu.

g. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.

2.2.5. Independensi Audit Internal Dalam Pelaporan

Banyak organisasi audit internal bisa mendapatkan kebebasan yang

diperlukan untuk melaksanakan audit internal secara independen dan

objektif. Independensi audit internal dalam pelaporan, yaitu:

a. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari

fakta-fakta yang dilaporkan.

b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan

(37)

c. Menghindari pengunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara

sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan

rekomendasi dalam interpretasi auditor.

d. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor

mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.

2.2.6. Peranan Audit Internal

Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi

sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam kontrol

internal. Tapi harus diingat bahwa auditor internal membentu manajemen,

bukan berperan sebagai manajer itu sendiri. Perbedaan ini memunculkan

keberatan mengenai kontrol akuntansi internal sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang Amerika Serikat dan Kanada. Bukti ketaatan pada

Undang-undang ini terletak pada pendokumntasian yang layak. Jika sistem

kontrol didokumentasikan dengan baik, suatu organisasi dapat siap

memetuhi peraturan-peraturan yang relevan. Dokumentasi yang layak

adalah ibarat persediaan audit internal dalam berdagang. Oleh karena itu,

manajemen akan cenderung meminta auditor internal untuk

mendokumentasikan sistem kontrol akuntansi internal kita sehingga kita

(38)

2.2.7. Kode Etik Aaudit Internal

Kode etik profesional disusun sebagai hasil dari hubungan yang khusus

antara anggota profesi dan kliem mereka. Praktisi profesional tidak

menjauhi orang-orang yang mereka layani. Prinsip bisnis “hati-hatilah

kepada pembeli” tidak berlaku ketika para profesional memberi jasa

kepada orang awam. Klien harus memercayai para profesional berdasarkan

perilaku yang etis. Kepercayaan ini akan meningkat bila para profesional

diminta untuk bersumpah melayani publik dengan jujur dan rajin dan

untuk bertindak berdasarkan aturan ketat dan perilaku yang etis.

Kode etik IIA yang pertama yang diterapkan pada 13 Desember 1968,

memengaruhi semua anggota IIA. Ketika programCIA diterapkan, kode

etik sendiri untuk CIA dirancang. Namun, CIA yang bukan anggota IIA

tidak dapat dipaksa untuk mematuhi kode etik tersebut sehingga kode etik

CIA memiliki keterbatasan. Semua auditor internal dibatasi oleh kode etik

dan pelanggaran atasnya akan dikenakan sanksi pencabutan keanggotaan

dan gelar CIA. Kode etik berperan penting bagi auditor internal karena

merupakan pernyataan alasan utama adanya profesi auditor internal.

Manajemen harus yakin bisa memercayai auditor internalnya secara

implisit. Manajemen mesti merasa aman bahwa jika auditor internal

melaporkan sesuatu, maka pastilah sesuatu yang benar, absah, dan

(39)

2.3. Komite Audit

2.3.1. Definisi Komite Audit

Dalam Keputusan BAPEPAM No. Kep-41/PM/2003 menyatakan

“Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam

rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya”.

Independensi komite audit dari manajemen serta pegetahuan tentang

masalah pelaporan keuangan merupakan determinan yang penting

menyangkut kemampuannya untuk mengevaluasi secara efektif

pengendalian internal dan laporan keuangan yang disiapkan manajemen.

Banyak juga perusahaan tertutup yang membentuk komite audit yang

efektif. Untuk perusahaan tertutup lainnya, tata kelola mungkin

dilakukan oleh patner, trustee, atau komite audit manajemen, seperti

komite keuangan atau anggaran. Pihak-pihak yang bertanggung jawab

mengawasi arah strategi entitas dan akuntabilitas entitas, termasuk

pelaporan keuangan dan pengungkapan, disebut sebagai pihak –pihak

yang memikul tanggung jawab tata kelola oleh standar auditing.

2.3.2. Struktur Komite Audit

Menurut Surat Edaran Ketua BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 tanggal 5

Mei 2000 struktur komite audit adalah:

a. Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan

(40)

b. Komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota dan

salah satu dari anggota tersebut merupakan komisaris independen

emite atau perusahaan publik, sedangkan anggota lainnnya

merupakan pihak eksternal yang independen.

c. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris perusahaan

bertindak sebagai ketua komite audit.

2.3.3. Tugas Komite Audit

Komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan

bahwa (Komite Nasional Kebijakan Governance : 2006):

a. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

b. Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.

c. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai

dengan standar audit yang berlaku.

d. Tidak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

2.3.4. Wewenang Komite Audit

Menurut Keputusan BAPEPAM No. Kep-41/PM/2003 wewenang

komite audit adalah:

a. Komite audit berwewenang untuk mengakses secara penuh, bebas

(41)

sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugasnya.

b. Dalam melaksanakan wewenangnya komite audit wajib bekerja

sama dengan audit internal.

2.3.5. Persayaratan Keanggotaan Komite Audit

Agoes (2009) menyatakan syarat-syarat mejadi anggota komite audit

adalah sebagai berikut:

a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan

pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang

pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.

b. Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang

pendidikan akuntansi atau keuangan.

c. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami

laporan perusahaan.

d. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan

perundangan dibidang pasar modal dan peraturan

perundang-undangan terkait lainnya.

e. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang

memberikan jasa audit dan non audit pada emite atau Perusahaan

Publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum

(42)

f. Bukan merupakan karyawan kunci Emite atau Perusahaan Publik

dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat oleh komisaris.

g. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung

pada Emite atau Perusahaan Publik. Dalam hal anggota komite

audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam

jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham

tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain.

h. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emite atau Perusahaan

Publik, Komisaris, Direksi, atau Pemegan Saham Utama Emite

atau Perusahaan Publik.

i. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak

langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emite atau

Perusahaan Publik.

j. Tidak merangkap sebagai anggota Komite Audit pada Emite atau

Perusahaan Publik lain pada periode yang sama.

k. Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris komite

audit.

2.4. Dewan Direksi

2.4.1. Definisi Dewan Direksi

Direksi adalah salah satu organ perseroan yang paling bertanggung

jawab dalam pengelolaan atau kepengurusan perseroaan. Direksi

(43)

suatu perseroan, maka hal penting yang berkaitan dengan

keberadaannya adalah tugas, wewenang, dan taanggung jawabnya

dalam perseroaan tersebut (Widiyono : 2008).

Direksi adalah organ perseroan yang wewenang dan bertanggung

jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

perseroaan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroaan serta

mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar (UU RI No. 40 Tahun 2007).

Keberadaan direksi dalam perusahaan ibarat nyawa bagi perseroan.

Tidak mungkin suatu perusahaan tanpa adanya direksi. Sebaliknya,

tidak mungkin ada direksi tanpa adanya perusahaan. Oleh karena itu,

keberadaan direksi bagi perusahaan sangat penting. Sekalipun

perusahaan itu sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan

terpisah dengan direksi, tetapi hal itu hanya berdasarkan fisik huku,

bahwa perusahaan dianggap seakan-akan sebagai subjek hukum, sama

seperti manusia.

2.4.2. Klasifikasi Dewan Direksi

Dewan direksi sebagai organ perusahaan perusahaan bertugas dan

bertangung jawab secara kolegial dalam megelola perusahaan.

Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan

mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan

wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing

(44)

direktur utama sebagai primus inter pores adalah mengkordinasikan

kegiatan direksi. Agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara

efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

a. Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta

bertindak independen.

b. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki

pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan

tugasnya.

c. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar

dapat menghasilkan keuntungan (profitabily) dan memastikan

kesinambungan usaha perusahaan.

d. Direksi mempertangungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.3. Pengangkatan Dewan Direksi

Pengangkatan direksi merupakan kewenangan mutlak dari RUPS.

Adapun pihak yang dapat diangkat menjadi anggita direksi adalah

orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali

dalam lima tahun sebelum pengangkatannya pernah:

a. Dinyatakan pailit.

b. Menjadi anggota dewan direksi atau anggota komisaris yang

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan

(45)

c. Dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan

keuangan negara dan atau yang berkaitan dengan sektor

keuangan.

Untuk pertama kali, pengangkatan anggota direksi dilakukan oleh

pendiridalam akta pendiri. Anggota dirksi diangkat untuk jangka

waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.

2.4.4. Fungsi Dewan Direksi

Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas

utama, yaitu:

1. Kepengurusan

a. Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta program

jangka panjang dan jangka pendek perusahaan untuk dibicarakan

dan disetujui oleh dewan komisaris atau RUPS sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar.

b. Direksi harus dapat mengendalikan sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan secara efektif dan efisien

c. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari

pemangku kepentingan.

d. Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite yang dibentuk

untuk mendukung pelaksanaan tugasnya atau kepada karyawan

perusahaan untuk melaksanakan tugas tertentu, namun tanggung

(46)

e. Direksi harus memiliki tata tertib pedoman kerja sehingga

pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat

digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja.

2. Manajemen Risiko

a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen

risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan

perusahaan.

b. Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk

penciptaan produk atau jasa baru, harus diperhitungkan secara

seksama dampak risikonya, dalam arti adanya keseimbangan

antara hasil dan beban risiko.

c. Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan

baik, perusahaan perlu memiliki unit kerja atau penanggungjawad

terhasap pengendalian risiko.

3. Pengendalian Internal

a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian

internal perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan

dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan

perundang-undangan.

b. Perusahaan yang selamnya tercatat dalam bursa efek, perusahaan

negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk dan jasanya

(47)

mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus

memiliki satuan kerja pengawasan internal.

c. Suatu kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu

direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan

usaha dengan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program

perusahaan; memberikan saran dalam upaya memeperbaiki

efektifitas proses pegendalian risiko; melakukan evaluasi

kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, pelaksanaan GCG dan

perundang-undangan; dan memfasilitasi kelancaran pelaksanaan

audit oleh auditor eksternal.

d. Satuan kerja atau pemegang fungsi pengawasan internal

bertanggung jawab kepada diretur utama yang membawahi tugas

pengawasan internal. Satuan kerja pengawasan internal

mempunyai hubungan fungsional dengan dewan komisaris melalui

komite audit.

4. Komunikasi

a. Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara

perusaahaan dengan pemangku kepentingan dengan

memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan.

b. Fungsi sekretaris perusahaan adalah memastikan kelancaran

komunikasi antar perusahaan dengan pemangku kepentingan dan

(48)

pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan wajar dari

pemangku kepentingan.

c. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan

negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola danamasyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya

digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang

mempunyai pengaruh terhadap kelestarian lingkungan, harus

memiliki sekretaris perusahaan yang fungsinya dapat mencakup

pula hubungan dengan investor .

d. Dalam hal perusahaan tidak memiliki satuan kerjake kepatuhan

tersendir, fungsi untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan dilakukan oleh sekretaris perusahaan.

e. Sekretaris perusahaan atau pelaksana fungsi sekretaris perusahaan

bertanggun jawab kepada direksi. Laporan pelaksanaan tugas

sekretaris perusahaan disampaikan pula kepada dewan komisaris.

5. Tangung Jawab Sosial

a. Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha

perusahaan, direksi harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung

jawab sosial perusahaan.

b. Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelasdan fokus

(49)

2.4.5. Pertanggung Jawaban Direksi

a. Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan

perusahaan dalam bentuk laporan tahunan yang memuat antara lain

laporan keuangan, laporan kegiatan perusahaan, dan laporan

pelaksanaan GCG.

b. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus

untuk laporan keuangan harus memperoleh pengesahaan RUPS.

c. Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS

diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk

memungkinkan pemegang sahamelakukan penilaian.

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di bawah ini ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

pengaruh internal audit, komite audit dan dewan direksi terhadap good

corporate governance yang dijadikan penulis sebagai panduan atau contoh

dalam penulisan penelitian ini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Peneliti Variabel

Peneliti Hasil Penelitian

(50)

Governance Pada

Governance pada PT

Perkebunan

Direksi dan Komite

Audit Terhadap

Dewan Direksi dan

Komite Audit

Audit Dalam Good

Corporate

positif dan signifikan

terhadap Good

Good Corporate

Governance

tetapi hasil tidak

(51)

Pengendalian intern

terhadap tata kelola

perusahaan yang

Use of Interpersonal

Likability,

Argument, and

Accounting

Information in a

(52)

2.6. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dalam upaya penerapan good corporate governance ada beberapa bagian

didalam perusahaan yang dapat mewujudkannya, yaitu audit internal, komite

audit dan dewan.

Audit internal membantu organisasi untuk mencapi tujuannya melalui suatu

pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses

governance, keberadaan audit internal dalam suatu perusahaan atau

organisasi sangat memiliki pranan yang sangat penting karena audit inernal

yang baik akan menciptakan pengawasan yang baik juga bagi perusahaan

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Audit internal adalah sebuah

penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal

terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk

menentukan apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat

diandalkan, risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan

Good Corporate Governance (Y)

Audit Internal (X1)

Komite Audit (X2)

(53)

diminimalisasi, peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal

yang bisa diterima telah diikuti, kriteria operasi yang memuaskan telah

dipenuhi, sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan

tujuan organisasi telah dicapai secara efektif

Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan

laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum, independensi komite audit dari manajemen serta

pegetahuan tentang masalah pelaporan keuangan merupakan determinan

yang penting menyangkut kemampuannya untuk mengevaluasi secara

efektif pengendalian internal dan laporan keuangan yang disiapkan

manajemen. Pihak-pihak yang bertanggung jawab mengawasi arah strategi

entitas dan akuntabilitas entitas, termasuk pelaporan keuangan dan

pengungkapan, disebut sebagai pihak –pihak yang memikul tanggung jawab

tata kelola oleh standar auditing.

Dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertangung jawab

dalam megelola perusahaan. Dewan direksi sebagai pihak yang sangat

memengaruhi keberhasilan atau kehancuran suatu perusahaan atau

organisasi oleh sebab itu pengangkatan direksi harus sesuai dengan

syarat-syarat yang sudah ditentukan supaya dapat melaksanakan tugas, wewenang

dan tanggung jawabnya dengan baik. Masing-masing anggota direksi dapat

melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian

(54)

Good Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang

kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan

dan mengendalikan perusahaan. Pentingnya Good Corporate Governance

(GCG) diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,

transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Konsep

GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para

pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi. Organization for

Economic Coorporation and Development (OECD) mencoba untuk

mengembangkan beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan baik oleh

pemerintah maupun para pelaku bisnis dalam mengatur mekanisme

hubungan antar para pemangku kepentingan. Prinsip-prinsip OECD

mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para pemegang saham

(stockholders) dan perlindungannya; peran para karyawan dan pihak-pihak

yang berkepentingan (stakeholders) lainnya; pengungkapan (disclosure)

yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkai dengan struktur dan operasi

perusahaan; serta tanggung jawab dewan terhadap, pemengang saham, dan

(55)

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji

secara emoiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat

dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau

konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina,

2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 = Intenal audit secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penerapa good corporate governance pada PT Tolan Tiga

Indonesia.

H2 = Komite audit secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penerapan good corporate governance pada PT Tolan Tiga

Indonesia.

H3 = Dewan direksi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penerapan good corporate governance pada PT Tolan Tiga

Indonesia.

H4 = Intenal audit, komite audit, dewan direksi secara simultan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap penerapa good corporate

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Penelitian

Penelitian bisnis adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis

data yang sistematis untuk pengambilan kesimpulan yang objektif dalam

rangka membantu dalam pembuatan keputusan bisnis (Erlina, 2011).

Perhatian utama dalam penelitian bisnis adalah proses perubahan pembuatan

keputusan yang selama ini dilakukan berdasarkan intuisi menjadi

pengambilan keputusan yang berdasarkan pada proses investigasi yang

dilakukan secara sistematis dan objektif. Penelitian bisnis merupakan satu

diantara alat manajerial yang penting dalam proses pengambilan keputusan.

Penelitian bisnis bermanfaat untuk mengurangi ketidak pastian dengan

menyediakan informasi yang akurat untuk memperbaiki proses pembuatan

keputusan itu.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah sebab akibat (causal research), yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan

cara mengamati akibat yang terjadi dan kemungkinan faktor (sebab) yang

menimbulkan akibat tersebut. Dalam penelitian ini, ada variabel independen

yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen yaitu variabel

(57)

mengetahui pengaruh peranan audit internal , komite audit, dan dewan

direksi sebagai variabel independen terhadap penerapan good corporate

governance sebagai variabel depanden.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau

narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

hasil kuesioner yang telah diisi seluruh pegawai internal audit, komite

audit, dan dewan direksi.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa sejarah

singkat berdirinya perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.

3.4. Teknik Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk

objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sinulingga, 2011).

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa

orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang

berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang

berkaitan dengan masalah penelitian (Erlina,2011).

Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolonglan menjadi populasi

homogeny dan heterogen. Populasi homogeny adalah populasi yang

(58)

pengambilan sampel tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara

kuantitatif sepanjang jumlah tersebut telah memenuhi syarat minimum

sampel untuk tujuan analisis data penelitian. Populasi heterogen adalah

populasi yang unsurnya memiliki sifat dan keadaan yang bervariasi

sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kualitatif dan

kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh staf PT Tolan Tiga

Indonesia. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 65 orang yang terdiri

dari staf internal audit, staf komite audit, dan staf dewan direksi.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan

karaktristik populasi (Erlina, 2011). Hasil penelitian yang menggunakan

sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh

sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif, akan

mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk

menduga nilai populsi sesungguhnya. Sampel pada penelitian ini adalah

Populasi pada penelitian ini adalah staf internal audit, staf komite audit,

dan staf dewan direksi yang berjumlah 45 orang dengan kriteria pemilihan

sampel yaitu staf yang sudah bekerja pada PT Tolan Tiga Indonesia diatas

lima tahun. Data kuantitatif yang diperoleh melalui pendistribusian

kuesioner terhadap seluruh staf internal audit, komite audit dan dewan

direksi pada PT Tolan tiga Indonesia. Hasil kuesioner tersebut akan

dijadikan sebagai acuan untul diolah dengan menggunakan alat bantu soft

(59)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data diantaranya dari arsip atau

dokumentasi (data sekunder), wawancara (data primer), observasi (data

primer), kuesioner (data primer), dan eksperimen (data primer) (Erlina,

2011). Secara umum, terdapat dua sumber data yang menentukan proses

pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan

interaksi langsung antar pengumpul data dan sumber data. Ada beberapa

teknik pangumpulan data primer yaitu survey, observasi, dan eksperimen.

Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak,

diman data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Sumber

data sekunder misalnya adalah buku, laporan perusahaan, jurnal, internet

dan sebagainya.

Dalam mengumpulkan data primer berupa kuesioner, ada beberapa

langkah yang dilkukan penulis, yaitu:

1. Memberikan kuesioner kepada seluruh responden.

Kuesioner merupakan salah satu alat yang dapat digunakan peneliti

untuk mengumpulkan informasi dari proses wawancara yang

dibutuhkan untuk menjawab permasalahan atau menerangkan

penomena (Diana dan Riantri , 2014). Untuk kuesioner variabel Internal

Audit (X1) diadaptasi dari penelitian Gita Gumilang pada PTPN III

(Persero) Medan dengan perubahan seperlunya, unntuk variabel Komite

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Tabel 4.2 Validitas Peranan Internal Audit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya penerapan Good Corporate Governance, peran awal audit internal adalah membantu organisasi mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematik dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah benar auditor internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance ( GCG).. Penelitian ini dilakukan di

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah good corporate governance (diproksikan ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi dan ukuran komite audit) dan corporate

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari audit internal terhadap penerapan Good Corporate Governance pada PT.. Telekomunikasi

Tabel 4.3 : Rata – Rata Skor Jawaban Responden Terhadap Indikator Penerapan Good Corporate

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengaruh Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Ukuran Direksi

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini membuktikan bahwa variabel good corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris dan ukuran

Berdasarkan pengujian, dapat disimpulkan bahwa, dari keempat prinsip penerapan good corporate governance yaitu dewan komisaris, dewan direksi, dewan pengawas