SKRIPSI
PENGARUH PERANAN AUDIT INTERNAL, KOMITE AUDIT
DAN DEWAN DIREKSI TERHADAP PENERAPAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE PADA PT TOLAN TIGA
INDONESIA
OLEH
NAMA
: YON IVAN SINAGA
NIM
: 120522141
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengeruh Peranan
Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi Terhadapa Penerapan Good
Corporate Governance Pada PT Tolan Tiga Indonesia” adalah benar hasil karya
saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti
oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Maret 2015
Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pengeruh Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi
Terhadapa Penerapan Good Corporate Governance Pada PT Tolan Tiga
Indonesia”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama
penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan,
bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, Msi, AK selaku Ketua Program Studi Departemen
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu
Dra.Mutia Ismail, MM, AK selaku sekretaris Departemen Akuntansi S1
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
5. Bapak Drs, Firman Syarif, Msi, Ak dan Bapak Drs. Rasdianto, Msi selaku
dosen penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan
arahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh staff pada PT Tolan Tiga Indonesia atas kerja sama dan bantuannya
sehingga skrpsi ini dapat diselesaikan ddengan baik.
7. Kedua orangtua penulis, T. Sinaga dan R. Napitu, seluruh keluarga penulis
serta teman-teman atas semangat dan doa yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi
pembaca.
Medan, Maret 2015
Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui apakah Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Penerapan Good Corporate Governance(GCG). Penelitian ini dilakukan di PT Tolsn Tiga Indonesia. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan penelitian assosiatif kasual dengan jumlah sampel 45 responden dari seluruh staf PT. Tolan Tiga Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengumpulkan kembali setelah dua minggu.
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, dengan pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikansi parsial (Uji-t), uji signifikansi simultan (Uji-F) dan koefisien determinasi (�2) .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secata simultan Internal Audit, Komite Audit dan Dewan Direksi berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance. Tetapi secara parsial Internal Audit dan Dewan Direksi berpengaru signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) , sedangkan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadapa penerapan Good Corporate Governance (GCG).
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the impact of the role of internal audit, audit committee and board of directors toward the implementation of Good Corporate Governance (GCG). This research was done in PT Tolan Tiga Indonesia. The kind of the minitbesis is a causal assossiative research with 45 sample of respondent the staff PT Tolan Tiga Indonesia. Konds og data in use are primary and secondary. The primary data are taken from direct questionnaire to respondent pick the after two week.
Analysis model that being used was multiple linear regression, with data quality was tested by using validity test and reliability test. Classic assumption test that was test that being used in research were normality test, heterocedastisity test, multicolinearity test and autocorrelation test. Hypothesis test that being used were partially test (t-test), simultaneously test (f-test) and coefficient determination (�2) in this research.
The result of this research shows that of internal audit, audit committee and board of directors has a significant influence simultaneously toward Good Corporate Governance (GCG). But partiallty, internal and board of directors have significant toward Good Corporate Governance (GCG), where as audit committee are not significant toward Good Corporate Governance (GCG).
DAFTAR ISI
PERNYATAAN --- i
KATA PENGANTAR --- ii
ABSTRAK --- iv
ABSTRACT --- v
DAFTAR ISI --- vi
DAFTAR TABEL --- x
DAFTAR GAMBAR --- xii
DAFTAR LAMPIRAN --- xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah --- 1
1.2.Perumusan Masalah --- 7
1.3.Tujuan Penelitian --- 7
1.4.ManfaatPenelitian --- 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Good Corporate Governance (GCG) --- 9
2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)--- 9
2.1.2. Prisip-Prinsip GCG --- 10
2.1.3. Manfaat Good Corporate Governance --- 13
2.2.Internal Audit --- 15
2.2.2. Fungsi Audit Internal --- 16
2.2.3. Tujuan Audit Internal --- 18
2.2.4. Hubungan Audit Internal dengan Manajemen --- 19
2.2.5. Independensi Audit Internal dalam Pelaporan --- 20
2.2.6. Peranan Audit Internal --- 21
2.2.7. Kode Etik Audit Internal --- 22
2.3.Komite Audit --- 23
2.3.1. Definisi Komite Audit --- 23
2.3.2. Struktur Komite Audit --- 23
2.3.3. Tugas Komite Audit --- 24
2.3.4. Wewenang Komite Audit --- 24
2.3.5. Persyaratan Komite Audit --- 25
2.4.Dewan Direksi --- 26
2.4.1. Definisi Dewan Direksi --- 26
2.4.2. Klasifikasi Dewan Direksi --- 27
2.4.3. Pengangkatan Dewan Direksi --- 28
2.4.4. Fungsi Dewan Direksi --- 29
2.4.5. Pertanggung Jawabab Direksi --- 32
2.5.Tinjauan Penelitian Terdahulu --- 33
2.6.Kerangka Konseptual --- 35
2.7.Hipotesis Penelitian --- 38
3.2.Jenis Penelitian --- 39
3.3.Jenis dan Sumber Data --- 40
3.4.Teknik Penentuan Sampel--- 40
3.5.Teknik Pengumpulan Data --- 43
3.6.Operasional Variabel--- 42
3.7.Pengujian Kualitas Data --- 49
3.7.1. Uji Validitas --- 49
3.7.2. Uji Reliabilitas --- 50
3.8.Modela Analisis Data --- 50
3.9.Uji Asumsi Klasik --- 49
3.9.1. Uji Normalitas --- 51
3.9.2. Uji Heteroskedastisitas --- 51
3.9.3. Uji Multikolinearitas --- 52
3.9.4. Uji Autokorelasi --- 53
3.10. Pengujian Hipotesis --- 54
3.10.1.Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) --- 54
3.10.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) --- 57
3.10.3. Koefisien Determinasi (�2) --- 58
BAB IVANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF) --- 59
4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan --- 59
4.2. Visi dan Misi Perusahaan --- 62
4.4. Aktivitas Perusahaan --- 64
4.5. Pengujian Kualitas Data --- 65
4.5.1. Uji Validitas --- 65
4.5.2. Uji Reliabilitas --- 70
4.6. Hasil Uji Asumsi Klasik --- 73
4.6.1. Uji Normalitas --- 73
4.6.2. Uji Heteroskedastisitas --- 77
4.6.3. Uji Multikolinearitas --- 79
4.6.4. Uji Autokorelasi --- 80
4.7. Hasil Pengujian Hipotesis --- 81
4.7.1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)--- 81
4.7.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) --- 85
4.7.3. Koefisien Determinasi (�2) --- 86
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan --- 88
5.2.Saran --- 90
DAFTAR PUSTAKA --- 91
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu --- 33
3.1 Operasional Variabel --- 46
4.1 Daftar Perusahaan PT Tolan Tiga Indonesia --- 61
4.2 Validasi Peranan Audit Internal --- 65
4.3 Validasi Peranan Komite Audit (Pengujian I) --- 66
4.4 Validasi Peranan Komite Audit (Pengujian II) --- 67
4.5. Validasi Peranan Dewan Direksi --- 67
4.6 Validasi Penerapan GCG (Pengujian I) --- 68
4.7 Valisai Penerapan GCG (Pengujian II) --- 70
4.8 Reliability Statistics Audit Internal --- 71
4.9 Reliability Statistics Komite audit --- 71
4.10 Reliability Statistics Dewan Direksi --- 72
4.11 Reliability Statistics GCG --- 72
4.12 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test --- 77
4.14 Hasil Uji Autokorelasi --- 81
4.15 Hasil Uji-t--- 81
4.16 Hasil Uji-F --- 85
DAFTAR GANBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual --- 35
4.1 Grafik Histogram --- 74
4.2 Grafik P-P Plot --- 75
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
i Struktur Organisasi PT Tolan Tiga Indonesia --- 93
ii Kuesioner Internal Audit --- 94
iii Kuesioner Komite Audit --- 96
iv Kuesioner Dewan Direksi --- 98
ABSTRAK
Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui apakah Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Penerapan Good Corporate Governance(GCG). Penelitian ini dilakukan di PT Tolsn Tiga Indonesia. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan penelitian assosiatif kasual dengan jumlah sampel 45 responden dari seluruh staf PT. Tolan Tiga Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengumpulkan kembali setelah dua minggu.
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, dengan pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikansi parsial (Uji-t), uji signifikansi simultan (Uji-F) dan koefisien determinasi (�2) .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secata simultan Internal Audit, Komite Audit dan Dewan Direksi berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance. Tetapi secara parsial Internal Audit dan Dewan Direksi berpengaru signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) , sedangkan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadapa penerapan Good Corporate Governance (GCG).
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the impact of the role of internal audit, audit committee and board of directors toward the implementation of Good Corporate Governance (GCG). This research was done in PT Tolan Tiga Indonesia. The kind of the minitbesis is a causal assossiative research with 45 sample of respondent the staff PT Tolan Tiga Indonesia. Konds og data in use are primary and secondary. The primary data are taken from direct questionnaire to respondent pick the after two week.
Analysis model that being used was multiple linear regression, with data quality was tested by using validity test and reliability test. Classic assumption test that was test that being used in research were normality test, heterocedastisity test, multicolinearity test and autocorrelation test. Hypothesis test that being used were partially test (t-test), simultaneously test (f-test) and coefficient determination (�2) in this research.
The result of this research shows that of internal audit, audit committee and board of directors has a significant influence simultaneously toward Good Corporate Governance (GCG). But partiallty, internal and board of directors have significant toward Good Corporate Governance (GCG), where as audit committee are not significant toward Good Corporate Governance (GCG).
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan secara umum didirikan memiliki tujuan untuk
memperoleh laba, laba yang diproleh berasal dari pemanfaatan sumber daya
yang ada di perusahaan secara maksimal sehingga laba yang diharapkan
untuk diperoleh juga maksimal. Oleh karena itu, perusahaan akan selalu
mengusahakan agar jumlah laba yang diperoleh terus meningkat dari
tahun-ketahun yang merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan sebuah
perusahaan. Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada
setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan maupun
manufaktur selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan
pengawasan harta bendanya. Seiring dengan makin berkembangnya
perusahaan, maka kegiatan dan masalah yang dihadapi perusahaan akan
semakin sulit untuk mengawasi seluruh kegiatan dan operasi perusahaan,
dimana semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan,
pemborosan, serta kecurangan.
Faktor yang dapat mencegah terjadinya praktik-praktik yang dapat
membahayakan perusahaan itu adalah penerapan good corporate
governance pada perusahaan. Mulai populernya istilah tata kelola
perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing good
perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, baik yang ada di
Indonesia maupu yang ada di luar negeri.
Pentingnya Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, penetapan GCG perlu
didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan
perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan
masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip-prinsip
dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilah adalah:
a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundan-undangan
yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum
secara konsisten.
b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman
dasar pelaksanaan usaha.
c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak
yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan
kepedulian dan melakukan kontrol sosial secara obyektif dan
bertanggung jawab.
Beberapa perusahaan di Indonesia yang bermasalah bahkan tidak mampu
lagi meneruskan kegiatan usahanya akibat menjalankan praktik tata kelola
perusahaan yang buruk, contohnya antara lain adalah PT Indorayon yang
Indorayon merupakan pabrik kertas yang tergolong besar lebih di sebabkan
tata kelola yang buruk oleh perusahaan tersebut dalam mengelola hutan
pinus di sekitar Danau Toba yang menjadi bahan baku utama perusahaan
kertas ini. Akibat pengelolan hutan pinus yang buruk itu telah menimbulkan
kerusakan lingkungan hutan dan menggangu tata air di sekitar Danau Toba.
Masyarakat di sekitar Danau Toba menjadi marah dan mereka
menghentikan secara paksa aktivitas perusahaan , akibatnya PT Indorayon
tidak dapat beroperasi karena hubungan yang tidak baik dengan masyarakat
si sekitar lokasi pasokan bahan bakunya (Agoes dan Ardana, 2009).
Hal yang sama juga dapat kita lihat pada PT Lapindo Brantas yang sampai
saat ini belum tuntas. Kecerobohan PT Lapindo Brantas yang melakukan
eksploitasi minyak dan gas di Sidoarjo bukan saja telah melakukan
pencemaran dan kerusakan lingkungan pada area yang sangat luas, tetapi
juga telah mematikan sumber pencaharian sebagian baesar masyarakat yang
tercemar pada area tersebut. Hal ini terjadi karena tata kelola perusahaan
yang tidak baik pada perusahaan. Di luar negeri juga terjadi hal yang sama
dapat kita lihat pada kasus yang di alami oleh Enron dan WorldCom dan
banyak lagi kasus-kasus yang lainnya ( Agoes dan Ardana, 2009).
Untuk itu di harapkan seluruh perusahaan baik BUMN maupun swasta
untuk mulai mewujudkan good corporate governance guna mencapai
sasaran dan tujuan yang hendak ingin dicapai oleh perusahaan. Dalam upaya
penerapan good corporate governance tersebut ada beberapa bagian
komite audit dan dewan direksi sangatlah penting. Audit internal membantu
organisasi untuk mencapi tujuannya melalui suatu pendekatan yang
sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Peran audit
internal akan semakin dapat diandalkan dalam mengembangkan dan
menjaga efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan risiko dan
good corporate governance guna menopang terwujudnya suatu perusahaan
yang sehat. Suatu mekanisme dalam sistem pengendalian internal
merupakan salah satu sarana utama untuk dapat memastikan bahwa
pengelolaan perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
good corporate governance.
Komoite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam
rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit
bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan Laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,
pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan
standar audit yang berlaku, tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan
oleh manajemen. Pedoman good corporate governance mengatur
banyaknya anggota komite audit dalam suatu perusahaan namun harus
disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan
efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan yang sehamnya
perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan
yang produk dan jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan
yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, komite
audit diketuai oleh komisaris independen dan anggotanya dapat terdiri dari
komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang
anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntansi dan atau
keuangan.
Direksi adalah organ perseroan yang wewenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroaan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di
dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
(UU RI No. 40 Tahun 2007). Dewan direksi sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertangung jawab secara kolegial dalam megelola perusahaan.
Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil
keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun,
pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota dewan direksi termasuk
direktur utama adalah setara. Tugas direktur utama sebagai primus inter
pores adalah mengkordinasikan kegiatan direksi. Keberadaan direksi dalam
perusahaan ibarat nyawa bagi perseroan. Tidak mungkin suatu perusahaan
tanpa adanya direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada direksi tanpa adanya
perusahaan. Oleh karena itu, keberadaan direksi bagi perusahaan sangat
penting. Sekalipun perusahaan itu sebagai badan hukum, yang mempunyai
hukum, bahwa perusahaan dianggap seakan-akan sebagai subjek hukum,
sama seperti manusia.
Gita Gumilang (2009) menyatakan bahwa audit internal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penerapan good corvorate governance pada PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Resa Destari (2008)
menyatakan audit inter berpengaruh positif terhadap penerapan good
corporate governance akan tetapi tidak signifikan sedangkan pengendalian
intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap good corporate
governance pada Bank X Jakarta. Ada juga penelitian Azwar Hanas yang
menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dewan
komisaris, dewan direksi dan komite audit terhadap good corporate
governance pada perusahaan yang listid pada Bursa Efek Jakarta periode
2003 sampai dengan 2005 serta perusahaan yang mengikuti survey kualitas
corporate governance yang dilakukan oleh IICG selama periode tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengeruh Peranan Audit Internal, Komite Audit,
dan Dewan Direksi terhadapa Penerapan Good Corporate Governance pada
1.2. Perumusan Masalah
Bersarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang
menjadi perumausan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh intenal audit terhadap penerapa good
corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.
2. Apakah terdapat pengaruh komite audit terhadap penerapan good
corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.
3. Apakah terdapat pengaruh dewan direksi terhadap penerapan good
corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.
4. Apakah terdapat pengaruh intenal audit, komite audit, dewan direksi
terhadap penerapa good corporate governance pada PT Tolan Tiga
Indonesia secara simultan.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh intenal audit terhadap penerapa good
corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap penerapan good
corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh dewan direksi terhadap penerapan good
corporate governance pada PT Tolan Tiga Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh intenal audit, komite audit, dewan direksi
terhadap penerapa good corporate governance pada PT Tolan Tiga
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan penulis terhadap peranan audit internal,
komite audit, dan dewan direksi terhadap GCG.
2. Bagi PT Tolan Tiga Indonesia, sebagai bahan masukan berupa saran
dalam peningkatan kualitas peranan audit internal audit, komite audit,
dan dewan direksi sejalan dengan penerapan GCG.
3. Bagi pembaca dan pihak lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Good Corporate Governance(GCG)
2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Walupun istilah GCG dewasa ini sangat populer, namun sampai saat ini
belum ada definisi baku yang dapat disepakati oleh semua pihak. Istilah
“corporate governance” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Commitee, Ingris di tahun 1922 yang menggunakan istilah istilah tersebut
dalam laporannya yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report (Agoes
dan Ardana, 2009). Istilah ini sekarang menjadi sangat populer dan telah
diberi banyak definisi oleh berbagai pihak.
Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom Good Corporate
Governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan.
Good Corporate Govenance/tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu
sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi,
2009). Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses
yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan
penilaian kinerjanya.
2.1.2. Prisip-Prinsip GCG
Konsep GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar
para pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi. Organization for
Economic Coorporation and Development (OECD) mencoba untuk
mengembangkan beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan baik oleh
pemerintah maupun para pelaku bisnis dalam mengatur mekanisme
hubungan antar para pemangku kepentingan. Prinsip-prinsip OECD (Agoes
dan Ardana, 2009) mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para
pemegang saham (stockholders) dan perlindungannya; peran para karyawan
dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya; pengungkapan
(disclosure) yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkai dengan struktur
dan operasi perusahaan; serta tanggung jawab dewan terhadap, pemengang
saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara ringkas
prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai berikut (Agoes dan
Ardana, 2009):
a. Perlakuan yang setara antar pemangku kepentingan (fairness)
b. Transparansi (transparency)
c. Akuntabilitas (accountability)
Dalam hubungannya dengan tata kelola Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Menteri Negara BUMN juga mengeluarkan keputusan Nomor
Kep-117/M-MBU/2002 tentan penerapan GCG. Ada lima prinsip menerut
keputusan ini, yaitu:
a. Kewajaran (fainess)
b. Transparansi
c. Akuntabilitas
d. Pertanggungjawaban
e. Kemandirian
Selanjutnya, National Commttee on Governance (NCG,2006)
memublikasikan Kode Indonesia tentang tata kelola perusahaan yang baik
(Indonesia;s Code of Good Corporate Governance) pada tanggal 17 oktober
2006. Sebagaimana dinyatakan dalam kata pengantarnya oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Boediono, walaupun Kode Indonesia
tentang GCG ini bukan merupakan suatu peraturan, tetapi dapat menjadi
pedoman dasar bagi seluruh perusahaan di Indonesia dalam menjalankan
usaha agar kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin dalam jangka
panjang dalam koridor etika bisnis yang pantas. Dalam kode GCG ini, NCG
mengemukakan lima prinsip GCG, yaitu:
a. Transparansi (Transparency)
b. Akuntabilitas (Accountability)
d. Independensi (Independency)
e. Kesetaraan (Fairness)
Penjelasan singkat dari masing-masing prinsip yang telah dikemukakan dapat
diberikan sebagai berikut:
a. Perlakuaan yang setara (fairness) merupakan prinsip agar para pengelola
memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik
pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal)
maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat, dan
yang lainnya). Hal inilah yang memunculkan konsep stakeholders (seluruh
kepentingan pemangku kepentingan), bukan hanya kepentingan
stocholders (pemegang saham saja).
b. Prinsip transparansi (disebut juga prinsip keterbukaan), artinya kewajiban
bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses
keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam penyampaiaan
informasi juga mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus
lengkap, benar, dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan .
c. Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban
untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan
berjalan dengan efektif.
tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan
sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung
jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang
yang diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola
perusaan.
e. Kemandirian sebagai tambahan prinsip dalam mengelola BUMN, artinya
suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan
bersifat profesional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas
dari tekanan/pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang
sehat
2.1.3. Manfaat Good Corporate Governance
Salah satu akar krisis ekonomi di Indonesia dan krisis pasar modal di AS
adalah buruknya kinerja perusahaan-perusahaan besar yang sebagian bessar
merupakan perusahaan publik yang telah terdaftar di bursa. Buruknya
kinerja ini disebabkan oleh berbagai praktik kecurangan yang dilakukan
oleh para eksekutif peusahaan-perusahaan tersebut. Praktik-praktik
manipulasi ini sangat merugikan para investor sehingga para investor tidak
percaya lagi pada institusi pasar modal dan institusi pengawas pasar modal
tersebut. Akibat kepanikan dan kehilangan kepercayaan, para investor
tersebut melakukan penarikan modal besar-besaran secara beruntun dari
bursa sehingga menimbulkan tekanan berat pada indeks harga saham di
memulihkan kepercayaan para investor dan institusi terkait di pasar modal.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan penerapan GCG
adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau
memperkecil peluang praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam
pengelolaan kegiatan organisasi, Tiger dkk, (2003) mengatakan paling tidak
ada lima alasan mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:
a. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company
menunjukkan bahwa para investor institusional lebih menaruh
kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di Asia yang telah
menerapkan GCG.
b. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara
terjadinya krisis finansial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan
lemahnya tata kelola perusahaan.
c. Internasional pasar termasuk liberalisasi pasar finansial dan pasar modal
menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.
d. Kalaupun GCG bukan obat mujarap untuk keluar dari krisis, sistem ini
dapat menjadi dasar bagi berkembangnya sistem nilai baru yang lebih
sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.
e. Secara teoritis praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Konsep GCG merupakan upaya perbaikan terhadap sistem, proses, dan
seperangkat peraturan dalam pengelolaan suatu organisasi yang pada
kewajiban semua pemangku kepentingan dalam arti luas dan khususnya
organ RUPS, Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi dalm arti sempit.
2.2. Internal Audit
2.2.1. Pengertian Audit Internal
Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) (Sawyer’s 2005:9) “audit
internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang
dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi
penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit
tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko,
kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi”.
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan, risiko yang dihadapi perusahaan
telah diidentifikasi dan diminimalisasi, peraturan eksternal serta kebijakan
dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi, sumber daya telah digunakan secara efisien
dan ekonomis, dan tujuan organisasi telah dicapai secara efektif (Sawyer’s,
2005:10). Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan
manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan
Tanggung jawab auditor internal sangat beragam, tergantung pada si
pemberi kerja. Ada staf audit internal yang hanya terdir atas satu atau dua
karyawan yang melakukan audit ketaatan secara rutin. Staf audit internal
lainnya mungkin terdir atas lebih dari 100 karyawan yang memikul
tanggung jawab yang berlainan, termasuk di banyak bidang di luar
akuntansi. Banyak juga auditor internal yang terlibat dalam audit
operasional atau memiliki keahlian dalam mengevaluasi sistem komputer.
Untuk mempertahankan independensi dari fungsi-fungsi bisnis lainnya,
kelompok audit internal biasanya melapor langsung kepada direktur
utama, salah satu pejabat tinggi eksekutif lainnya, atau komite audit dalam
dewan komisaris.
2.2.2. Fungsi Audit Internal
Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan sataf
audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di
atas rencana dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan
tujuan manajemen, sehingga auditor internal itu sendira berada dalam
posisi untuk menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap
manajemen paling penting bagi kesuksesan organisasi.
Menurut Sawyer’s (2005:32) mengatakan bahwa fungsi audit internal
adalah sebagai berikut.
a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh
Setiap tahun kepala eksekitif audit menyiapkan rancan awal audit
khusus untuk aktifitas yang diawasi. Rencana ini dipresentsikan di
depan manajemen ekseskutif dan dewan, dan diubah sesuai dengan
pergeseran strategi organisasi dan kebutuhan serta harapan pegawai
senior. Kepala eksekutif juga memastikan bahwa waktu dan sumber
daya tersedia untuk audit yang sewaktu-waktu diperlukan dan tidak
bisa diperkirakan pada saat rencana awal dibuat.
b. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.
Auditor internal memperluas persepsi tentang manajemen risiko dan
meningkatkan upaya untuk menyakinkan manajen bahwa semua jenis
risiko organisasi telah diperhatikan dengan layak.
c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
Manajer senior biasanya membuat laporan keputusan berdasarkan
laporan yang mereka terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka
sendiri. Laporan yang akurat dan tepat waktu lebih mungkin
menghasilkan keputusan yang bermakna.
d. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
Auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal,
bagaimana proses pengolahannya, dan dimana letak risiko
keamanannya. Dengan semakin banyaknya prosedur audit tradisional
yang diganti dengan pemrosesan data elektronik, semua auditor
Pengamanan data telah menjadi risiko terbesar yang dihadapi oleh
organisasi modern.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional
Akuntansi Publik (2001 : 322.2) mengatakan fungsi auditor internal
adalah membantu kinerja pengendalian entitas. Pada waktu auditor
berusaha memahami pengendalian internal, auditor harus berusaha
memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi
aktivitas audit intern yang relevan dengan pernyataan audit.
2.2.3. Tujuan Audit Internal
Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam
menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal
bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional
perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta
efisiensi dan efektifitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki
peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan
perusahaan dan risiko-risiko terkai dalam menjalankan usaha. Penelaahan
internal atas kontrol-kontrol di bidang akuntansi merupakan hal yang
penting, dan auditor internal haruslah terlibat dalam dalam hal ini.
Kerugian akibat proses produksi yang salah, perekayasaan, pemasaran,
atau pengelolaan persediaan bisa jadi lebih besar dibandingkan kerugian
akibat kelemahandi bidang keuangan. Kontrol manajemen atas aktivitas
keuangan telah semakin kuat selama beberap tahun ini, namun masih ada
perusahaan, kesalahan manajemen dalam mengelola sumber daya dapat
membuat perusahaan bangkrut. Di lain pihak, auditor internal sangat
memerhatikan pemborosan dan kecurangan, dari mana pun sumbernya dan
sekecil apapun jumlahnya.
2.2.4. Hubungan Audit Internal Dengan Manajemen
Audit internal dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit yang
paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas rencana
dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan
manajemen, sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk
menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling
penting bagi kesuksesan organisasi. Kontribusi audit internal menjadi
semakin penting seiring dengan makin berkembang dan makin
kompleksnya sistem usaha dan pemerintahan. Tidak mungkin bagi
eksekutif mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Tetap saja ada hal-hal yang luput dari perhatiaannya. Kegiatan yang tidak
diawasi akan kehilangan efisiensi dan efektivitasnya. Sering dikatakan
bahwa penyubur tanah terbaik adalah bayangan pemiliknya sendiri, akan
tetapi untuk beberapa kegiatan bayangan tersebut sangatlah pendek. Si
pemilik membutuhkan mitra yang berpikir seperti mereka dan dapat
diandalkan sepenuhnya. Dalam banyak kasus tersebut mitra tersebut
Sayangnya, beberapa manajer tidak menyadari manfaat yang menanti
mereka. Kadang kala auditor sendiri tidak memberi pengetahuan ke
manajemen tentang manfaat tersebut. Departemen audit internal mampu
membantu manajemen dalam:
a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh
manajemen puncak.
b. Megidentifikasi dan meminimalkan risiko.
c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
d. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
e. Membantu proses pengambilan keputusan.
f. Menganalisis masa depan, bukan hanya masa lalu.
g. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.
2.2.5. Independensi Audit Internal Dalam Pelaporan
Banyak organisasi audit internal bisa mendapatkan kebebasan yang
diperlukan untuk melaksanakan audit internal secara independen dan
objektif. Independensi audit internal dalam pelaporan, yaitu:
a. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari
fakta-fakta yang dilaporkan.
b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan
c. Menghindari pengunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara
sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan
rekomendasi dalam interpretasi auditor.
d. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor
mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.
2.2.6. Peranan Audit Internal
Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi
sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam kontrol
internal. Tapi harus diingat bahwa auditor internal membentu manajemen,
bukan berperan sebagai manajer itu sendiri. Perbedaan ini memunculkan
keberatan mengenai kontrol akuntansi internal sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Amerika Serikat dan Kanada. Bukti ketaatan pada
Undang-undang ini terletak pada pendokumntasian yang layak. Jika sistem
kontrol didokumentasikan dengan baik, suatu organisasi dapat siap
memetuhi peraturan-peraturan yang relevan. Dokumentasi yang layak
adalah ibarat persediaan audit internal dalam berdagang. Oleh karena itu,
manajemen akan cenderung meminta auditor internal untuk
mendokumentasikan sistem kontrol akuntansi internal kita sehingga kita
2.2.7. Kode Etik Aaudit Internal
Kode etik profesional disusun sebagai hasil dari hubungan yang khusus
antara anggota profesi dan kliem mereka. Praktisi profesional tidak
menjauhi orang-orang yang mereka layani. Prinsip bisnis “hati-hatilah
kepada pembeli” tidak berlaku ketika para profesional memberi jasa
kepada orang awam. Klien harus memercayai para profesional berdasarkan
perilaku yang etis. Kepercayaan ini akan meningkat bila para profesional
diminta untuk bersumpah melayani publik dengan jujur dan rajin dan
untuk bertindak berdasarkan aturan ketat dan perilaku yang etis.
Kode etik IIA yang pertama yang diterapkan pada 13 Desember 1968,
memengaruhi semua anggota IIA. Ketika programCIA diterapkan, kode
etik sendiri untuk CIA dirancang. Namun, CIA yang bukan anggota IIA
tidak dapat dipaksa untuk mematuhi kode etik tersebut sehingga kode etik
CIA memiliki keterbatasan. Semua auditor internal dibatasi oleh kode etik
dan pelanggaran atasnya akan dikenakan sanksi pencabutan keanggotaan
dan gelar CIA. Kode etik berperan penting bagi auditor internal karena
merupakan pernyataan alasan utama adanya profesi auditor internal.
Manajemen harus yakin bisa memercayai auditor internalnya secara
implisit. Manajemen mesti merasa aman bahwa jika auditor internal
melaporkan sesuatu, maka pastilah sesuatu yang benar, absah, dan
2.3. Komite Audit
2.3.1. Definisi Komite Audit
Dalam Keputusan BAPEPAM No. Kep-41/PM/2003 menyatakan
“Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam
rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya”.
Independensi komite audit dari manajemen serta pegetahuan tentang
masalah pelaporan keuangan merupakan determinan yang penting
menyangkut kemampuannya untuk mengevaluasi secara efektif
pengendalian internal dan laporan keuangan yang disiapkan manajemen.
Banyak juga perusahaan tertutup yang membentuk komite audit yang
efektif. Untuk perusahaan tertutup lainnya, tata kelola mungkin
dilakukan oleh patner, trustee, atau komite audit manajemen, seperti
komite keuangan atau anggaran. Pihak-pihak yang bertanggung jawab
mengawasi arah strategi entitas dan akuntabilitas entitas, termasuk
pelaporan keuangan dan pengungkapan, disebut sebagai pihak –pihak
yang memikul tanggung jawab tata kelola oleh standar auditing.
2.3.2. Struktur Komite Audit
Menurut Surat Edaran Ketua BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 tanggal 5
Mei 2000 struktur komite audit adalah:
a. Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan
b. Komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota dan
salah satu dari anggota tersebut merupakan komisaris independen
emite atau perusahaan publik, sedangkan anggota lainnnya
merupakan pihak eksternal yang independen.
c. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris perusahaan
bertindak sebagai ketua komite audit.
2.3.3. Tugas Komite Audit
Komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan
bahwa (Komite Nasional Kebijakan Governance : 2006):
a. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
b. Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.
c. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai
dengan standar audit yang berlaku.
d. Tidak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
2.3.4. Wewenang Komite Audit
Menurut Keputusan BAPEPAM No. Kep-41/PM/2003 wewenang
komite audit adalah:
a. Komite audit berwewenang untuk mengakses secara penuh, bebas
sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya.
b. Dalam melaksanakan wewenangnya komite audit wajib bekerja
sama dengan audit internal.
2.3.5. Persayaratan Keanggotaan Komite Audit
Agoes (2009) menyatakan syarat-syarat mejadi anggota komite audit
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi atau keuangan.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami
laporan perusahaan.
d. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan
perundangan dibidang pasar modal dan peraturan
perundang-undangan terkait lainnya.
e. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang
memberikan jasa audit dan non audit pada emite atau Perusahaan
Publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum
f. Bukan merupakan karyawan kunci Emite atau Perusahaan Publik
dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat oleh komisaris.
g. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung
pada Emite atau Perusahaan Publik. Dalam hal anggota komite
audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam
jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham
tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain.
h. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emite atau Perusahaan
Publik, Komisaris, Direksi, atau Pemegan Saham Utama Emite
atau Perusahaan Publik.
i. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emite atau
Perusahaan Publik.
j. Tidak merangkap sebagai anggota Komite Audit pada Emite atau
Perusahaan Publik lain pada periode yang sama.
k. Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris komite
audit.
2.4. Dewan Direksi
2.4.1. Definisi Dewan Direksi
Direksi adalah salah satu organ perseroan yang paling bertanggung
jawab dalam pengelolaan atau kepengurusan perseroaan. Direksi
suatu perseroan, maka hal penting yang berkaitan dengan
keberadaannya adalah tugas, wewenang, dan taanggung jawabnya
dalam perseroaan tersebut (Widiyono : 2008).
Direksi adalah organ perseroan yang wewenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroaan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroaan serta
mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar (UU RI No. 40 Tahun 2007).
Keberadaan direksi dalam perusahaan ibarat nyawa bagi perseroan.
Tidak mungkin suatu perusahaan tanpa adanya direksi. Sebaliknya,
tidak mungkin ada direksi tanpa adanya perusahaan. Oleh karena itu,
keberadaan direksi bagi perusahaan sangat penting. Sekalipun
perusahaan itu sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan
terpisah dengan direksi, tetapi hal itu hanya berdasarkan fisik huku,
bahwa perusahaan dianggap seakan-akan sebagai subjek hukum, sama
seperti manusia.
2.4.2. Klasifikasi Dewan Direksi
Dewan direksi sebagai organ perusahaan perusahaan bertugas dan
bertangung jawab secara kolegial dalam megelola perusahaan.
Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan
mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan
wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing
direktur utama sebagai primus inter pores adalah mengkordinasikan
kegiatan direksi. Agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara
efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
a. Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta
bertindak independen.
b. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki
pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan
tugasnya.
c. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar
dapat menghasilkan keuntungan (profitabily) dan memastikan
kesinambungan usaha perusahaan.
d. Direksi mempertangungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.3. Pengangkatan Dewan Direksi
Pengangkatan direksi merupakan kewenangan mutlak dari RUPS.
Adapun pihak yang dapat diangkat menjadi anggita direksi adalah
orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali
dalam lima tahun sebelum pengangkatannya pernah:
a. Dinyatakan pailit.
b. Menjadi anggota dewan direksi atau anggota komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan
c. Dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan
keuangan negara dan atau yang berkaitan dengan sektor
keuangan.
Untuk pertama kali, pengangkatan anggota direksi dilakukan oleh
pendiridalam akta pendiri. Anggota dirksi diangkat untuk jangka
waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.
2.4.4. Fungsi Dewan Direksi
Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas
utama, yaitu:
1. Kepengurusan
a. Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta program
jangka panjang dan jangka pendek perusahaan untuk dibicarakan
dan disetujui oleh dewan komisaris atau RUPS sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
b. Direksi harus dapat mengendalikan sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan secara efektif dan efisien
c. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari
pemangku kepentingan.
d. Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite yang dibentuk
untuk mendukung pelaksanaan tugasnya atau kepada karyawan
perusahaan untuk melaksanakan tugas tertentu, namun tanggung
e. Direksi harus memiliki tata tertib pedoman kerja sehingga
pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat
digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja.
2. Manajemen Risiko
a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen
risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan
perusahaan.
b. Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk
penciptaan produk atau jasa baru, harus diperhitungkan secara
seksama dampak risikonya, dalam arti adanya keseimbangan
antara hasil dan beban risiko.
c. Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan
baik, perusahaan perlu memiliki unit kerja atau penanggungjawad
terhasap pengendalian risiko.
3. Pengendalian Internal
a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian
internal perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan
dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan
perundang-undangan.
b. Perusahaan yang selamnya tercatat dalam bursa efek, perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk dan jasanya
mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus
memiliki satuan kerja pengawasan internal.
c. Suatu kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu
direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan
usaha dengan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program
perusahaan; memberikan saran dalam upaya memeperbaiki
efektifitas proses pegendalian risiko; melakukan evaluasi
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, pelaksanaan GCG dan
perundang-undangan; dan memfasilitasi kelancaran pelaksanaan
audit oleh auditor eksternal.
d. Satuan kerja atau pemegang fungsi pengawasan internal
bertanggung jawab kepada diretur utama yang membawahi tugas
pengawasan internal. Satuan kerja pengawasan internal
mempunyai hubungan fungsional dengan dewan komisaris melalui
komite audit.
4. Komunikasi
a. Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara
perusaahaan dengan pemangku kepentingan dengan
memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan.
b. Fungsi sekretaris perusahaan adalah memastikan kelancaran
komunikasi antar perusahaan dengan pemangku kepentingan dan
pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan wajar dari
pemangku kepentingan.
c. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola danamasyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya
digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai pengaruh terhadap kelestarian lingkungan, harus
memiliki sekretaris perusahaan yang fungsinya dapat mencakup
pula hubungan dengan investor .
d. Dalam hal perusahaan tidak memiliki satuan kerjake kepatuhan
tersendir, fungsi untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh sekretaris perusahaan.
e. Sekretaris perusahaan atau pelaksana fungsi sekretaris perusahaan
bertanggun jawab kepada direksi. Laporan pelaksanaan tugas
sekretaris perusahaan disampaikan pula kepada dewan komisaris.
5. Tangung Jawab Sosial
a. Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha
perusahaan, direksi harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung
jawab sosial perusahaan.
b. Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelasdan fokus
2.4.5. Pertanggung Jawaban Direksi
a. Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan
perusahaan dalam bentuk laporan tahunan yang memuat antara lain
laporan keuangan, laporan kegiatan perusahaan, dan laporan
pelaksanaan GCG.
b. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus
untuk laporan keuangan harus memperoleh pengesahaan RUPS.
c. Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
memungkinkan pemegang sahamelakukan penilaian.
2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
pengaruh internal audit, komite audit dan dewan direksi terhadap good
corporate governance yang dijadikan penulis sebagai panduan atau contoh
dalam penulisan penelitian ini.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Peneliti Variabel
Peneliti Hasil Penelitian
Governance Pada
Governance pada PT
Perkebunan
Direksi dan Komite
Audit Terhadap
Dewan Direksi dan
Komite Audit
Audit Dalam Good
Corporate
positif dan signifikan
terhadap Good
Good Corporate
Governance
tetapi hasil tidak
Pengendalian intern
terhadap tata kelola
perusahaan yang
Use of Interpersonal
Likability,
Argument, and
Accounting
Information in a
2.6. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam upaya penerapan good corporate governance ada beberapa bagian
didalam perusahaan yang dapat mewujudkannya, yaitu audit internal, komite
audit dan dewan.
Audit internal membantu organisasi untuk mencapi tujuannya melalui suatu
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses
governance, keberadaan audit internal dalam suatu perusahaan atau
organisasi sangat memiliki pranan yang sangat penting karena audit inernal
yang baik akan menciptakan pengawasan yang baik juga bagi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Audit internal adalah sebuah
penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal
terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk
menentukan apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat
diandalkan, risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan
Good Corporate Governance (Y)
Audit Internal (X1)
Komite Audit (X2)
diminimalisasi, peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal
yang bisa diterima telah diikuti, kriteria operasi yang memuaskan telah
dipenuhi, sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan
tujuan organisasi telah dicapai secara efektif
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan
laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, independensi komite audit dari manajemen serta
pegetahuan tentang masalah pelaporan keuangan merupakan determinan
yang penting menyangkut kemampuannya untuk mengevaluasi secara
efektif pengendalian internal dan laporan keuangan yang disiapkan
manajemen. Pihak-pihak yang bertanggung jawab mengawasi arah strategi
entitas dan akuntabilitas entitas, termasuk pelaporan keuangan dan
pengungkapan, disebut sebagai pihak –pihak yang memikul tanggung jawab
tata kelola oleh standar auditing.
Dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertangung jawab
dalam megelola perusahaan. Dewan direksi sebagai pihak yang sangat
memengaruhi keberhasilan atau kehancuran suatu perusahaan atau
organisasi oleh sebab itu pengangkatan direksi harus sesuai dengan
syarat-syarat yang sudah ditentukan supaya dapat melaksanakan tugas, wewenang
dan tanggung jawabnya dengan baik. Masing-masing anggota direksi dapat
melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian
Good Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan. Pentingnya Good Corporate Governance
(GCG) diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,
transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Konsep
GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para
pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi. Organization for
Economic Coorporation and Development (OECD) mencoba untuk
mengembangkan beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan baik oleh
pemerintah maupun para pelaku bisnis dalam mengatur mekanisme
hubungan antar para pemangku kepentingan. Prinsip-prinsip OECD
mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para pemegang saham
(stockholders) dan perlindungannya; peran para karyawan dan pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholders) lainnya; pengungkapan (disclosure)
yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkai dengan struktur dan operasi
perusahaan; serta tanggung jawab dewan terhadap, pemengang saham, dan
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji
secara emoiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat
dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau
konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina,
2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 = Intenal audit secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penerapa good corporate governance pada PT Tolan Tiga
Indonesia.
H2 = Komite audit secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penerapan good corporate governance pada PT Tolan Tiga
Indonesia.
H3 = Dewan direksi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penerapan good corporate governance pada PT Tolan Tiga
Indonesia.
H4 = Intenal audit, komite audit, dewan direksi secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penerapa good corporate
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Penelitian
Penelitian bisnis adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis
data yang sistematis untuk pengambilan kesimpulan yang objektif dalam
rangka membantu dalam pembuatan keputusan bisnis (Erlina, 2011).
Perhatian utama dalam penelitian bisnis adalah proses perubahan pembuatan
keputusan yang selama ini dilakukan berdasarkan intuisi menjadi
pengambilan keputusan yang berdasarkan pada proses investigasi yang
dilakukan secara sistematis dan objektif. Penelitian bisnis merupakan satu
diantara alat manajerial yang penting dalam proses pengambilan keputusan.
Penelitian bisnis bermanfaat untuk mengurangi ketidak pastian dengan
menyediakan informasi yang akurat untuk memperbaiki proses pembuatan
keputusan itu.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah sebab akibat (causal research), yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan
cara mengamati akibat yang terjadi dan kemungkinan faktor (sebab) yang
menimbulkan akibat tersebut. Dalam penelitian ini, ada variabel independen
yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen yaitu variabel
mengetahui pengaruh peranan audit internal , komite audit, dan dewan
direksi sebagai variabel independen terhadap penerapan good corporate
governance sebagai variabel depanden.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau
narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hasil kuesioner yang telah diisi seluruh pegawai internal audit, komite
audit, dan dewan direksi.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa sejarah
singkat berdirinya perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.
3.4. Teknik Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk
objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sinulingga, 2011).
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa
orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang
berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang
berkaitan dengan masalah penelitian (Erlina,2011).
Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolonglan menjadi populasi
homogeny dan heterogen. Populasi homogeny adalah populasi yang
pengambilan sampel tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara
kuantitatif sepanjang jumlah tersebut telah memenuhi syarat minimum
sampel untuk tujuan analisis data penelitian. Populasi heterogen adalah
populasi yang unsurnya memiliki sifat dan keadaan yang bervariasi
sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kualitatif dan
kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh staf PT Tolan Tiga
Indonesia. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 65 orang yang terdiri
dari staf internal audit, staf komite audit, dan staf dewan direksi.
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karaktristik populasi (Erlina, 2011). Hasil penelitian yang menggunakan
sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh
sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif, akan
mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk
menduga nilai populsi sesungguhnya. Sampel pada penelitian ini adalah
Populasi pada penelitian ini adalah staf internal audit, staf komite audit,
dan staf dewan direksi yang berjumlah 45 orang dengan kriteria pemilihan
sampel yaitu staf yang sudah bekerja pada PT Tolan Tiga Indonesia diatas
lima tahun. Data kuantitatif yang diperoleh melalui pendistribusian
kuesioner terhadap seluruh staf internal audit, komite audit dan dewan
direksi pada PT Tolan tiga Indonesia. Hasil kuesioner tersebut akan
dijadikan sebagai acuan untul diolah dengan menggunakan alat bantu soft
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data diantaranya dari arsip atau
dokumentasi (data sekunder), wawancara (data primer), observasi (data
primer), kuesioner (data primer), dan eksperimen (data primer) (Erlina,
2011). Secara umum, terdapat dua sumber data yang menentukan proses
pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan
interaksi langsung antar pengumpul data dan sumber data. Ada beberapa
teknik pangumpulan data primer yaitu survey, observasi, dan eksperimen.
Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak,
diman data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Sumber
data sekunder misalnya adalah buku, laporan perusahaan, jurnal, internet
dan sebagainya.
Dalam mengumpulkan data primer berupa kuesioner, ada beberapa
langkah yang dilkukan penulis, yaitu:
1. Memberikan kuesioner kepada seluruh responden.
Kuesioner merupakan salah satu alat yang dapat digunakan peneliti
untuk mengumpulkan informasi dari proses wawancara yang
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan atau menerangkan
penomena (Diana dan Riantri , 2014). Untuk kuesioner variabel Internal
Audit (X1) diadaptasi dari penelitian Gita Gumilang pada PTPN III
(Persero) Medan dengan perubahan seperlunya, unntuk variabel Komite