• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN PADA SAAT BENCANA ALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN PADA SAAT BENCANA ALAM"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN PADA SAAT BENCANA ALAM

Oleh Dian Mokoginta

Kasus yang paling menarik adalah mengenai pencurian yang terjadi pada saat bencana alam, dimana banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan pencurian tersebut. Dimana hal tersebut bukan hanya lahir dari dalam diri manusia itu sendiri atau dari disi si pelaku saja, melainkan lahir dari pihak lain yang ada pada sekelilingnya. Pada pasca terjadinya bencana alam di suatu daerah hal tersebut juga bisa menjadi pemicu meningkatnya kejahatan seperti permasalahan pencurian barang-barang milik orang lain yang mana hal tersebut dikarenakan habisnya bahan makanan yang disediakan selama ini dan juga bantuan-bantuan dari pemerintah seperti makanan, obat-obatan yang belum sampai ke tangan masyarakat, kemungkinan tempat yang akan dipasok bala bantuan makanan dan obat-obatan jauh dari posko bantuan yang disediakan oleh pemerintah dan suka relawan.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian normatif-empiris, yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi kekuatan normatif (kodifikasi, perundang-undangan, atau perjanjian) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Setelah data disusun secara sistematis, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data dengan cara analisis kualitatif.

Faktor yang menyebabkan timbulnya tindak pidana pencurian pada saat bencana alam antara lain, pertama, adanya niat dari pelaku tindak pidana pencurian yang dengan sengaja ingin mengambil barang milik orang lain, Kedua, adanya kesempatan yang timbul disebabkan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya untuk mengungsi, ketiga, disebabkan oleh keadaan memaksa karena tidak terpenuhinya kebutuhan selama di pengungsian dengan dalih bantuan dari pemerintah yang lambat sampai di tempat pengungsian. Upaya yang ditempuh oleh pihak kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam adalah dengan upaya preventif dan upaya represif.

Saran, Dalam menanggulangi serta meminimalisir tindak pidana pencurian yang dilakukan pada saat bencana alam harus melibatkan seluruh pihak, mulai dari pemerintah, kepolisian bahkan instansi-instansi terkait dalam memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman bagi pengungsi yang berada di tempat pengungsian..

(2)

ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN PADA SAAT BENCANA ALAM

Oleh

DIAN MOKOGINTA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

0812011020

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 desember 1989. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Arkan dan Ibunda Dahniar. Jenjang pendidikan penulis dimulai pada sekolah TK

Pratama Bandar lampung,sekolah lanjutan tingkat dasar SDN kampung sawah lama Bandar lampung,pindah ke Sekolah Dasar

diselesaikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kenali Kec. Belalau Lampung Barat pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SMPN 1 Belalau lampung barat pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 belalau lampung barat pada tahun 2008.

(6)

Dengan segala kerendahan hati Kupersembahkan

adikarya sederhana ini Kepada:

Bapak Drs.Arkan , Ibunda Dahniar terimakasih untuk

semua kasih sayang dan pengorbanannya,

Semua Keluarga Besarku terimakasih untuk semangat,

do’a dan dukungannya

,

(7)

MOTO

MERENUNG SEPERTI GUNUNG

BERGERAK SEPERTI OMBAK

(Dian Mokoginta)

KEMANAPUN LANGKAH

AWALI

DENGAN

BISMILLAHIRROHMANIRROHIEM

DENGAN MENYEBUT NAMA ALLOH YANG MAHA

PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

(8)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’aalamin

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat serta hidayah-Nya juga kerja keras dan doa yang tiada putusnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCURIAN YANG

DILAKUKAN PADA SAAT BENCANA ALAM

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil, bimbingan, dan saran serta doa dari berbagai pihak, maka izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr. H. Heriyandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati Mauliani, S.H., M.H., Selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H., Sekertaris Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(9)

5. Ibu Diah Gustiniati Mauliani, S.H., M.H., selaku pembimbing II, terima kasih atas kebaikan hati, kesabaran, dan waktu yang telah diberikan untuk membimbing penulis.

6. ibu firganefi ,S.H., M.H., Selaku pembahas 1, terima kasih atas kebaikan hati,kesabaran, dan waktu yang telah diberikan.

7. Ibu rini Fathonah, S.H., M.H., selaku pembahas II yang telah bersedia meluangkan waktunya dan terima kasih atas kritik,saran dan kesabaran yang telah diberikan.

8. ibu Dr.Dra,nunung rodliyah S.H.,M.H., selaku pembimbing akademik penulis yang telah membantu penulis dan terima kasih atas waktunya,kesabaran serta kebaikannya selama ini.

9. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, serta kepada seluruh staf administrasi FH Unila.

10. Kedua Orang Tuaku yang tercinta buat papaku Arkan azhar dan mamaku Dahniar, terima kasih atas semua do’a, kasih sayang, dukungan, motivasi dan pengorbanannya.

11. Saudara-saudaraku yang tercinta, atin Aprilina AR, S.Kep, adek anisa yurida , adek fajrin asabaku, alak syarif arifin, alak nur aziza, nabatin yus kinantan, pakbatin tamhudi, pakbatin indra sunandar, alak duari, alak john hendri terima kasih atas semua do’a,kasih sayang, perhatian, motivasi, dukungan, perngorbananya baik formil dan materill.

(10)

13. Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Lampung aviv,arief rahman hakiem, agus tomi, andri sisnur, ahmad fatoni, jaya, bagus priasmoro, aristo evandi, nico noviansyah, novi irawan yang lainya selalu memberi motivasi dan dukungan. Terimakasih atas semuanya ..

14. Sahabat-sahabatku sang hijau hitam kanda Yoni Patriyadi, Tongji, Heri hidayat, febri kurniawan, Andri Sisnur, , Heriza, Agus tomy, Arif Rahman Hakim. Ahmad fatoni ,Dinda Bagus, Hapes, inggit Terimakasih atas motivasi dan dukunganya .

15. buat polda lampung dan TNI lampung terima kasih atas motivasinya ,semoga alloh swt membalas kebaikan kalian semuanya,amien

16. buat kekasih hatiku tercinta, semoga kau mengerti perasaanku sekian tahun ini, tiada lain aku sayang padamu,harummu masih dihatiku.

17. buat seluruh masyarakat lampung,terimakasih atas motivasinya

18.buat temen-temen media social baik di facebook maupun di twitter, terimakasih motivasinya selamanya

19.buat kawan-kawan seangkatan 2008,terimakasih motivasinya 20.buat keluarga besar lampung barat terimakasih motivasinya

(11)

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang berkepentingan pada umumnya untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi semua.

Semoga Allah SWT meridhoi segala usaha dan ketulusan yang diberikan pada penulis.

Bandar Lampung, 25 juni 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pokok Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 2

1. Pokok Permasalahan ... 2

2. Ruang Lingkup ... 3

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

1. Tujuan Penelitian ... 3

2. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 4

1. Kerangka Teoritis ... 4

2. Kerangka Konsepsional ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencurian ... 9

B. Bencana Alam ... 20

C. Faktor Penyebab Pencurian ... 22

D. Penanggulangan Kejahatan ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 31

B. Data dan Sumber Data ... 31

C. Penentuan Narasumber ... 33

(13)

1. Prosedur Pengumpulan Data ... 34 2. Prosedur Pengolahan Data ... 35 E. Analisis Data ... 35

IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Narasumber ... 36 B. Faktor Penyebab Terjadinya Pencurian yang Dilakukan Pada Saat

Terjadinya Bencana Alam ... 37 C. Upaya Penanggulangan Pencurian yang Dilakukan Pada Saat

Terjadinya Bencana Alam ... 47

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini di Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini begitu banyak sekali musibah dan cobaan yang datang silih berganti yang mana merupakan suatu bencana yang tidak kunjung usai, mulai dari krisis ekonomi yang surut, masalah politik dan keamanan yang berkepanjangan serta menyusul lagi bencana alam yang datang tiada henti.

Kasus yang paling menarik adalah mengenai pencurian yang terjadi pada saat bencana alam, dimana banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan pencurian tersebut. Dimana hal tersebut bukan hanya lahir dari dalam diri manusia itu sendiri atau dari disi si pelaku saja, melainkan lahir dari pihak lain yang ada pada sekelilingnya. Pada pasca terjadinya bencana alam di suatu daerah hal tersebut juga bisa menjadi pemicu meningkatnya kejahatan seperti permasalahan pencurian barang-barang milik orang lain yang mana hal tersebut dikarenakan habisnya bahan makanan yang disediakan selama ini dan juga bantuan-bantuan dari pemerintah seperti makanan, obat-obatan yang belum sampai ke tangan masyarakat, kemungkinan tempat yang akan dipasok bala bantuan makanan dan obat-obatan jauh dari posko bantuan yang disediakan oleh pemerintah dan suka relawan.1

1

(15)

2

Contoh yang dikutip dari media masa mengenai tindakan pencurian harta benda pada saat terjadinya bencana adalah kasus pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya kebakaran. Petugas Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung menangkap dua tersangka pencurian di toko Pasar Tengah yang menjadi korban kebakaran. Keduanya tertangkap tangan saat mencuri di toko tersebut.Dua tersangka adalah Sapril (44), warga Kota Baru, Tanjungkarang Timur; dan Sarip (55), warga Gunung Sari, Tanjungkarang Pusat. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung Komisaris Dery Agung Wijaya mengutarakan, pelaku

sebenarnya ada empat orang.

Berdasarkan contoh kasus yang terjadi, jadi jelas karena adanya bencana alam yang terjadi serta dengan adanya keterlambatan untuk memberikan bantuan makanan, obat-obatan dan juga karena adanya kesempatan atau peluang seseorang untuk melakukan pencurian atau juga dikarenakan keterpaksaan atau memang untuk mencari kesempatan pada saat situasi seperti ini untuk melakukan perbuatan yang menguntungkan diri sendiri. Maka dengan uraian serta penjelasan di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: Analisis Kriminilogis Pencurian yang Dilakukan Pada Saat Bencana Alam.

B. Pokok Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Pokok Permasalahan

a. Apakah faktor penyebab terjadinya pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam?

(16)

3

2. Ruang Lingkup

Penulis membatasi ruang lingkup dalam penelitian terbatas pada kajian hukum pidana yang meliputi:

a. Faktor penyebab terjadinya pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam.

b. Upaya penanggulangan pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam.

b. Untuk mengetahui upaya penanggulangan pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, yaitu : 1. Kegunaan Teoritis

(17)

4

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis dapat memberikan pengertian dan informasi tentang suatu tindakan pencurian yang dilakukan pada saat bencana alam, faktor-faktor penyebabnya, bagaimana tindakan pencurian tersebut pada saat terjadinya bencana alam, dan juga upaya-upaya penanggulangannya. Selain itu sebagai sumbangsih bagi mahasiswa Fakultas Hukum dalam masyarakat luas agar memahami dari apa yang dimaksud apabila terjadi pencurian tersebut.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

a. Teori sebab-sebab terjadinya Kejahatan

Di dalam kriminologi dikenal adanya beberapa teori yang dapat dipergunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kejahatan. Teori-teori tersebut pada hakekatnya berusaha untuk mengkaji dan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penjahat dengan kejahatan, namun dalam menjelaskan hal tersebut sudah tentu terdapat hal-hal yang berbeda antara satu teori dengan teori lainnya.2

Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan pencurian (penjarahan) yang mana hal tersebut sangatlah merugikan seseorang dan membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan orang

lain yakni motivasi intrinsik (intern) dan motivasi ekstrinsik (ekstern). 3

2

Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 9

3

(18)

5

b. Teori Penanggulangan Kejahatan

Dalam hal penanggulangan kejahatan, maka perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan sebelum terjadinya kejahatan serta memperbaiki pelaku yang telah diputuskan bersalah mengenai pengenaan hukuman. Dari usaha-usaha tersebut sebenarnya yang lebih baik adalah usaha mencegah sebelum terjadinya kejahatan daripada memperbaiki pelaku yang telah melakukan kejahatan.

Menurut Soedjono D mengatakan bahwa dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut : “Preventif kejahatan dalam arti luas, meliputi tindakan preventif dan represif. Bertolak pada pemikiran bahwa usaha penanggulangan kejahatan remaja

merupakan langkah utama bagi penanggulangan kejahatan secara umum”.4

1. Tindakan Preventif

Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan.5

2. Tindakan Represif

Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya tindakan pidana.6

Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan timbulnyanya kejahatan, penanggulangan kejahatan kalau diartikan secara luas akan banyak pihak yang terlibat didalamnya antara lain adalah pembentuk undang-undang, kejaksaan, pamong praja dan aparat eksekusi serta orang biasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Soejono D. yang merumuskan sebagai berikut : Kejahatan sebagai perbuatan yang sangat merugikan masyarakat dilakukan oleh anggota masyarakat itu juga, maka masyarakat juga dibebankan kewajiban demi keselamatan dan

4

Soejono, D., Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Alumni, Bandung, 1976, hlm. 42

5

A. Qirom Samsudin M, Sumaryo E., Kejahatan Anak Suatu Tinjauan Dari Segi Psikologis dan Hukum, Liberti, Yogyakarta, 1985, hlm. 46

6

(19)

6

ketertibannya, masyarakat secara keseluruhan ikut bersama-sama badan yang berwenang menanggulangi kejahatan. 7

Berdasarkan uraian di atas maka usaha-usaha untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya kejahatan, maka kepada masyarakat juga di bebankan untuk turut serta bersama-sama aparat penegak hukum guna menanggulangi kejahatan semaksimal mungkin

2. Konseptual a. Analisis

Analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. 8

b. Kriminilogi

Kriminologi mengandung arti yaitu suatu ilmu yang mempelajari kejahatan. Secara etimologis istilah kriminologi berasal dari kata crimen (kejahatan) dan logos (pengetahuan atau ilmu pengetahuan). Istilah Kriminologi pertama kali digunakan oleh P.Topinard, seorang ahli antropologi perancis. Terjadinya kejahatan dan penyebabnya telah menjadi subjek yang banyak mengundang spekulasi, perdebatan, maupun tetitorialitas, diantara penelitian maupun para ahli serta masyarakat. Banyak teori yang berusaha menjelaskan tentang

7

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007. hlm. 114 8

(20)

7

masalah kejahatan, walau banyak sekali teori-teori yang dipengaruhi oleh agama, politik, filsafat, maupun ekonomi. 9

c. Pencurian

Mengenai pencurian biasa ini diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana yang berbunyi : “ Barangsiapa mengambil barang, yang sama

sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah

d. Bencana Alam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.10

E. Sistematika Penulisan

Upaya memudahkan maksud dari penelitian ini serta dapat dipahami, maka penulis membaginya ke dalam 5 (lima) bab secara berurutan dan saling berkaitan hubungannya yaitu sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, selanjutnya merumuskan masalah dalam menentukan Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Konseptual dan Sistematika Penulisan.

9

Soedjono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Alumni, Bandung, 1976, hlm. 3

10

(21)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang dapat dijadikan sebagai dasar atau teori dalam menjawab masalah yang terdiri dari Bab ini menguraikan tentang faktor-faktor penyebab timbulnya pencurian pada saat terjadinya bencana alam, diantaranya faktor intelegensi, faktor usia, faktor jenis kelamin, faktor kebutuhan ekonomi.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan langkah-langkah atau cara yang dilakukan dalam penelitian meliputi Pendekatan Masalah, Sumber dan Jenis Data, Pengumpulan Data dan Pengolahan Data serta Analisa Data.

IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini memuat pembahasan berdasarkan hasil penelitian dari pokok permasalahan tentang: faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam, langkah-langkah yang harus dilakukan guna melindungi harta benda korban bencana alam dan hukuman yang harus dilakukan terhadap para pelaku pencurian yang dilakukan pada saat terjadinya bencana alam.

V. PENUTUP

Bab ini dibahas mengenai kesimpulan terhadap jawaban permasalahan dari hasil penelitian dan saran dari penulis yang merupakan alternatif penyelesaian permasalahan yang ada guna perbaikan di masa mendatang.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pencurian

Pada kenyataannya tindakan dari pencurian itu sangatlah membuat orang resah dan bertambah menderita dengan tindakan tersebut, dan itu menyangkut dengan hukum pidana, secara teorinya hukum pidana menurut C.S.T. Kansil adalah: hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukum yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan. 9

Pada hukum pidana dikenal beberapa rumusan pengertian tindak pidana atau istilah tindak pidana sebagai pengganti istilah Strafbaar Feit. Sedangkan dalam perundang-undangan negara Indonesia istilah tersebut disebutkan sebagai peristiwa pidana, perbuatan pidana atau Tindak pidana. Melihat apa yang dimaksud diatas, maka pembentuk undang-undang sekarang sudah konsisten dalam pemakaian istilah tindak pidana.

Pencurian disebut juga pencurian dengan kualifikasi (gequalificeerde deifstal) atau pencurian khusus dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu sehingga bersifat lebih berat dan maka dari itu diancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi yaitu lebih dari hukuman penjara lima tahun dari Pasal

9

(23)

10

362 KUHP dan hal ini diatur didalam buku II KUHP pada bab XXII dan perumusannya sebagaimana disebut dalam Pasal 363. Menurut P.A.F. Lamintang, bahwa (gequalificeerde deifstal) adalah pencurian yang mempunyai unsur-unsur dari perbuatan pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan lain-lain unsur, sehingga ancaman hukumannya menjadi diperberat.10

Sedangkan M. Sudradjat Bassar mengatakan, bahwa pencurian yang diatur dalam

Pasal 363 KUHP termasuk “pencurian istimewa” maksudnya suatu pencurian

dengan cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan diancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi, yaitu lebih dari hukuman penjara 5 tahun. Pencurian secara kualitatif dapat menimbulkan kerugian yang diderita oleh masyarakat, yaitu kerugian secara ekonomis (materi) dan kerugian secara psikologis (keadaan kejiwaan dari masyarakat yang dilakui perasaan susilanya dengan kejahatan itu). Oleh karena itu pencurian jenis ini harus ditanggulangi secara serius.11

Kejahatan merupakan salah satu bentuk dari “perilaku menyimpang. Kondisi

pelaku kejahatan sering kali dapat dipengaruhi oleh tingkat perekonomian, pendidikan serta iman yang lemah sehingga dengan mudah melakukan tindak kejahatan. Kondisi nyata yang ada sekarang ini, para pelaku kejahatan sepertinya semakin merajalela, Dalam hal ini dapat dikatakan sebagai apa yang dinamakan labeling approach yaitu gejala kejahatan sebagai akibat dari proses-proses sosial yang terjadi dalam masyarakat, kejahatan merupakan suatu perikelakuan manusia

10

P.A.F. Lamintang, dan C. Djisman Samosir, Delik-delik Khusus, Tarsito, Bandung, 1981, hlm. 98

11

(24)

11

yang diciptakan oleh sebagian warga-warga masyarakat yang mempunyai

kekuasaan dan wewenang. Ini berarti bahwa kejahatan merupakan suatu “cap”

yang diberikan terhadap perikelakuan-perikelakuan tertentu dari manusia.

Dalam kriminologi dikenal dengan konsep crime prevention yang objeknya adalah kejahatan dan para pelaku kejahatan (the crime and the criminal) agar tidak melakukan kejahatan (menanggulangi kejahatan) dan agar orang lain tidak menjadi korban dari pada kejahatan yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan). Dan sasaran utama preventif ini adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan, sehingga dengan demikian Pencurian dapat ditanggulangi dan akibat-akibat yang ditimbulkannya seperti kerugian ekonomi, kerugian secara psikologis dan keresahan masyarakat dapat dihindari. Maraknya tindak kejahatan Pencurian merupakan suatu fenomena sosial yang harus dihadapi dan ditanggulangi bersama.12

Penanggulangan Pencurian pada khususnya dan kejahatan pada umumnya berkaitan erat dengan kebijakan kriminal (Criminal Policy), yaitu suatu usaha yang rasional dari masyarakat untuk menanggulangi kejahatan. Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). Tujuan akhir dari kebijakan kriminal adalah "perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat" Kebijakan kriminal (criminal policy) yang merupakan usaha dalam

12

(25)

12

penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui upaya penal (pidana) maupun upaya non penal.13

Menurut Bonger dalam Lamintang ada beberapa mazhab atau aliran dalam kriminologi yaitu mazhab Italia atau mazhab antropologi yang dipelopori oleh C. Lombroso bahwa, sebab kejahatan melihat pada pribadi-pribadi. Menurut mazhab lingkungan (Perancis) oleh A. Lacas-sagne, seseorang melakukan kejahatan karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang ada disekitarnya dan keadaan sosial menimbulkan terjadinya embrio kejahatan. Sedangkan mazhab bio sosiologis yang dikemukakan oleh Ferry, yaitu setiap kejahatan adalah hasil dari unsur-unsur yang terdapat didalam individu, masyarakat dan keadaan fisik. Kemudian mazhab spiritualis mengajarkan bahwa kejahatan itu timbul karena sebab-sebab dari spiritualis yaitu agama.14

(26)

13

tujuan sekunder. Tujuan primer melihat aspek pembalasan (retribution) dan pencegahan (prevention), sedangkan tujuan sekunder adalah perbaikan (rehabilitation) dan penjeraan (deterence).15

Unsur yang memberatkan pidana pada tindak Pencurian yang diatur dalam Pasal 363 ayat (1) angka 3 KUHP ialah karena tindak Pencurian telah dilakukan pada malam hari, yakni:

a. Di dalam sebuah tempat kediaman;

b. Di atas sebuah pekarangan tertutup yang diatasnya terdapat sebuah tempat kediaman;

c. Dilakukan oleh seseorang yang berada disana tanpa sepengetahuan atau bertentangan dengan keinginan orang yang berhak.

Unsur yang memberatkan pidana pada tindak Pencurian yang diatur dalam Pasal 363 ayat (1) angka 4 KUHP ialah karena tindak Pencurian seperti yang dimaksud oleh Pasal 362 KUHP telah dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama.

Unsur yang memberatkan pidana pada tindak Pencurian yang diatur pada Pasal 363 ayat (1) angka 5 KUHP ialah karena untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

15

(27)

14

Pencurian dalam Pasal 363 KUHP disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut:

a. Barang yang dicuri itu adalah hewan. Hewan sebagaimana diterangkan dalam Pasal 101 ialah semua jenis binatang yang memamah biak (kerbau, lembu, kambing, dan sebagainya), binatang yang berkuku satu (kuda, kedelai) dan babi. Kucing, anjing, ayam, itik, dan angsa tidak termasuk hewan, karena tidak memamah biak, tidak berkuku satu, dan bukan pula sejenis babi.

(28)

15

pencuri tidak sengaja menggunakan kesempatan peristiwa kebakaran yang terjadi pada waktu itu.

c. Pencurian itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau di pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada di situ tiada dengan setahunya atau tiada dengan kemauannya yang berhak.

Waktu malam sebagaimana dimaksud oleh Pasal 98 KUHP, adalah waktu antara matahari terbenam dan terbit kembali. Makna rumah disini ialah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal siang dan malam. Gudang dan toko yang tidak didiami pada waktu siang dan malam, tidak termasuk dalam pengertian rumah, sebaliknya gubug, gerbong kereta api dan petakpetak kamar di dalam perahu, apabila didiami siang dan malam, termasuk dalam pengertian rumah.

Pengertian pekarangan tertutup di sini ialah dataran tanah yang pada sekelilingnya ada pagarnya (tembok, bambu, pagar tumbuhtumbuhan yang hidup) dan tanda-tanda lain yang dapat dianggap sebagai batas. Untuk dapat dituntut dengan pasal ini, si pelaku pada waktu melakukan pencurian itu harus masuk ke dalam rumah atau pekarangan tersebut. Apabila hanya menggaet saja dari jendela, tidak dapat digolongkan dengan pencurian yang dimaksud di sini.

(29)

16

1) Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut melakukan perbuatan itu;

2) Orang yang dengan pemberian upah, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau martabat, memakai paksaan, ancaman atau tipu karena memberi kesempatan, ikhtiar atau keterangan, dengan sengaja menghasut supaya perbuatan itu dilakukan, namun dalam hal ini orang yang boleh diminta pertanggungjawaban kepadanya hanyalah perbuatan yang sengaja dibujuk olehnya serta akibat perbuatan itu.

Pada persekutuan dimana pencurian dilakukan beberapa orang dan tiap-tiap pelaku dalam perbuatannya mempunyai kedudukan yang mungkin berbeda-beda, tetapi yang penting jumlah orang pada saat dilakukan pencurian itu terdiri dari dua orang atau lebih, ancaman pidananya tetap sama.

Persekutuan dalam melakukan tindak pidana, dalam KUHP dikenal dengan istilah penyertaan. Penyertaan terdapat pada Pasal 55 KUHP sebagaimana yang telah diterangkan diatas sebelumnya. Namun dalam praktek peradilan tidak selalu mudah untuk menetukan bentuk perbuatan pelaku, apakah orang itu melakukan, menyuruh melakukan, turut melakukan, membantu atau yang menganjurkan. a. Melakukan perbuatan

(30)

17

b. Menyuruh Melakukan

Apabila orang yang disuruh melakukan atau si pembuat materil (manus ministra) tidak dapat dipidana karena; dipaksa, tidak mampu bertanggungjawab, adanya perintah jabatan, dan tidak memenuhi unsur Tindak pidana, maka pelaku adalah orang yang menyuruh melakukan (manus domina). Pertanggungjawaban orang yang menyuruh melakukan dibatasi sampai apa yang disuruhnya, apabila terjadi lebih daripada yang disuruhkan, perbuatan dipertanggungjawabkan kepada pembuat materil.

c. Turut Melakukan

Mereka yang turut melakukan tindak pidana adalah mereka dengan sengaja bersama-sama melakukan tindak pidana, jadi dalam pelaksanaan ada kerjasama yang erat antara mereka, maka untuk dapat menetukan apakah pelaku turut serta melakukan atau tidak, kita tidak melihat kepada perbuatan masing-masing pelaku secara satu per satu dan berdiri sendiri, melainkan kita lihat semua sebagai kesatuan.

d. Menganjurkan

(31)

18

Tidak seperti halnya yang dimaksud oleh Pasal 56 KUHP, yakni yang seorang bertindak, sedang seorang lainnya hanya sebagai pembantu saja. Menurut pasal tersebut pembantu melakukan (mede plichtigheid) dapat diperinci menjadi dua jenis yakni: Pembantuan kejahatan pada waktu perbuatan dialkukan atau bantuan pertolongan berupa akal, materil, maupun idiil; pembantuan sebelum kejahatan dilakukan berupa kesempatan (gelegenheid), saran (middelen), keterangan (inlichtingen). Hal ini menurut Pasal 56 KUHP pembantu melakukan kejahatan yang disengaja sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal 86 KUHP. Untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu, pencurian tersebut melakukan dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian-pakaian palsu.

Pengertian membongkar adalah mengadakan perusakan yang agak besar, misalnya membongkar tembok, pintu, jendela dan sebagainya, dalam hal ini harus ada sesuatu yang rusak, pecah dan sebagainya. Apabila pencuri hanya mengangkat daun pintu dari engselnya dan tidak terdapat kerusakan apa-apa, tidak dapat diartikan membongkar. Pengertian memecah ialah membuat kerusakan yang agak ringan, misalnya memecah kaca jendela dan sebagainya.

(32)

19

a. Masuk ke dalam rumah melalui lubang yang telah ada yang sedianya tidak untuk jalan masuk atau jalan ke luar;

b. Masuk ke dalam rumah melalui lubang dalam tanah yang sengaja digali; c. Masuk ke dalam rumah melalui selokan atau parit yang gunanya sebagai

penutup jalan.

Mengenai anak kunci palsu, terdapat pengaturannya dalam Pasal 100 KUHP. Pengertian anak kunci palsu ialah segala macam anak kunci yang tidak diperuntukkan membuka kunci dari sesuatu barang yang dapat dikunci, seperti almari, peti dan sebagainya, oleh yang berhak atas barang itu. Demikian juga anak kunci duplikat yang penggunaannya bukan oleh yang berhak, dapat dikatakan anak kunci palsu.

Pakaian palsu ialah pakaian yang dikenakan oleh orang yang tidak berhak untuk itu, misalnya seorang pencuri yang mengenakan pakaian seragam polisi, dapat masuk ke dalam rumah seseorang Pengertian perintah palsu ialah perintah yang dibuat sedemikian rupa, seolah-olah perintah itu asli dan dikeluarkan oleh yang berwajib, padahal tidak asli. Dimisalkan disini, seorang pencuri mengaku dirinya sebagai pegawai PLN dan membawa surat keterangan dari petinggi PLN, akhirnya ia dapat masuk ke dalam rumah, padahal sebenarnya itu adalah perintah palsu. Kemudian mencuri barang, yang dimaksudkan pakaian palsu di sini tidak saja pakaian jabatan pemerintah, tetapi boleh juga pakaian seragam perusahaan swasta.

(33)

20

berada di dalam rumah sejak petang hari ketika pintu-pintu rumah itu sedang di buka, kemudian ke luar pada malam harinya, setelah para penghuni rumah itu tidur nyenyak, dengan jalan membongkar, tidak dapat digolongkan dengan pencurian yang dimaksudkan di sini.

Pada ayat, sub dan pasal ini juga antara lain dikatakan, bahwa untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu, dengan jalan membongkar dan sebagainya. Hal ini dapat diartikan bahwa seorang pencopet yang akan mencopet uang di dalam saku baju seseorang, menggunting saku baju seseorang tersebut, dapat dikenakan pasal ini.

Pada Pasal 363 ayat (1) keadaan yang memberatkan dihubungkan dengan pelaku, antara lain pada waktu pelaku memasuki tempat objek kejahatan, misalnya pada waktu orang akan mencuri suatu barang namun terlebih dahulu ia harus memecah kaca etalase, maka di sini terjadi dengan dilakukannya perbuatan yang satu, dengan sendirinya akan dilakukan pula perbuatan yang lain, sehingga perbuatannya dapat dikatakan sebagai perbarengan atau juga disebut concurcus idealis seperti yang diatur dalam Pasal 63 KUHP. Hal-hal yang tersebut di atas ini lah yang menjadi unsur-unsur yang harus dipenuhi agar dapat dikategorikan ke dalam tindak Pencurian.

B. Bencana Alam

(34)

21

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia.

Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain: a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

(35)

22

C. Faktor Penyebab Pencurian

Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan pencurian (penjarahan) yang mana hal tersebut sangatlah merugikan seseorang dan membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan orang lain yakni :

1. Motivasi Intrinsik (Intern) a. Faktor intelegensia

Intelegensi adalah tingkat kecerdasan seseorang untuk atau kesanggupan menimbang dan memberikan keputusan. Dimana dalam faktor kecerdasan seseorang bisa mempengaruhi perilakunya, contoh saja apabila seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi atau kecerdasan, maka ia akan selalu terlebih dahulu mempertimbangkan untung dan rugi atau baik buruk yang dilakukan pada setiap tindakannya. Dan apabila seseorang yang terpengaruh melakukan kejahatan, dialah merupakan pelaku dan apabila dia melakukan kejahatan itu secara sendirian akan dapat dilakukannya sendiri, sehingga dengan melihatnya orang akan ragu apakah benar ia melakukan kejahatan tersebut.16

b. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak

Pada fase ini sangatlah berpengaruh pada seseorang atau pelaku pencurian, dimana pada saat terjadinya pencurian setiap orang pasti butuh makanan dan kebutuhan hidup lainnya yang harus dipenuhi, maka

16

(36)

23

hal tersebut mendorong seseorang untuk melakukan pencurian. 17

Kalaulah hanya mengharapkan dari bantuan pemerintah dan dari bantuan masyarakat lainnya pasti akan lama tiba untuk mereka. Maka dengan keadaan tersebut mereka melakukan tindakan yang tidak sesuai lagi bagi kepentingan umum karena dalam masalah ini ada sebagian orang-orang yang merasa dirugikan yang mana krisis ekonomi akan mengakibatkan pengangguran, kelompok gelandangan, patologi sosial atau penyakit masyarakat. Apabila ditambah dengan kemerosotan moral, agama, dapat membawa kepada dekondensi moral dan kenakalan anak-anak.

Dengan makin meningkatnya kebutuhan hidup, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat ditempuh dengan berbagai hal, baik itu dengan cara yang baik atau dengan cara yang jahat. Maka faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling dominan sehingga orang dapat melakukan kejahatan, karena disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang kian hari kian meningkat.

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan mencuri atau menjarah barang orang lain, baik itu di saat gempa, maupun di saat malam hari.

2. Motivasi Ekstrinsik (Ekstern) a. Faktor pendidikan

Pendidikan dalam arti luas termasuk ke dalam pendidikan formal dan non formal (kursus-kursus). Faktor pendidikan sangatlah menentukan

17

(37)

24

perkembangan jiwa dan kepribadian seseorang, dengan kurangnya pendidikan maka mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang, sehingga bisa menjerumuskan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma dan aturan-aturan hukum yang berlaku.

Apabila seseorang tidak pernah mengecap yang namanya bangku sekolah, maka perkembangan jiwa seseorang dan cara berpikir orang tersebut akan sulit berkembang, sehingga dengan keterbelakangan dalam berpikir maka dia akan melakukan suatu perbuatan yang menurut dia baik tetapi belum tentu bagi orang lain itu baik. Tapi tindkan yang sering dilakukannya itu adalah perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Pendidikan adalah merupakan wadah yang sangat baik untuk membentuk watak dan moral seseorang, yang mana semua itu di dapatkan di dalam dunia pendidikan. Tapi tidak tertutup kemungkinan seseorang yang melakukan kejahatan tersebut adalah orang-orang yang mempunyai ilmu yang tinggi dan mengecap dunia pendidikan yang tinggi pula.

b. Faktor pergaulan

(38)

25

Mengenai pergaulan yang berbeda-beda yang dilakukan oleh seseorang dapat melekat dan sebagai motivasi bagi seseorang, karena dalam sebuah contoh, yang terjadi pada saat bencana alam dimana masyarakat pada saat itu merasa mengalami kekurangan dari segala hal, seperti makanan dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh setiap orang pada saat terjadinya bencana alam, ia melihat orang-orang yang mengambil atau mencuri barang-barang milik orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, di samping karena adanya ajakan dan dorongan dari teman-teman yang lain. Dengan hal tersebut maka ia terdorong dalam dirinya ikut melakukan pencurian barang-barang milik orang lain.

c. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah semua benda dan materi yang mempengaruhi hidup manusia seperti kesehatan jasmani dan kesehatan rohani, ketenangan lahir dan batin. Lingkungan sosial adalah berupa lingkungan rumah tangga, sekolah, dan lingkungan luar sehari-hari, lingkungan sosial dan lingkungan masyarakat. Suatu rumah tangga adalah merupakan kelompok lingkungan yang terkecil tapi pengaruhnya terhadap jiwa dan kelakuan si anak. Karena awal pendidikannya di dapat dari lingkungan ini.

(39)

26

Selain faktor-faktor tersebut di atas ada satu faktor yang menyebabkan orang melakukan kejahatan yaitu faktor kesombongan moral, yang mana dalam faktor ini seseorang melakukan kejahatan tanpa memperhatikan disekelilingnya, yang mana dia mau melakukan suatu kejahatan tanpa memperhatikan keadaan disekelilingnya, asalkan dia mendapatkan apa yang diinginkannya, baik dengan cara baik atau dengan cara jahat dan baik itu dalam keadaan gempa maupun dalam keadaan yang lain. Maka faktor ini merupakan salah satu dari jenis faktor-faktor yang lain, yang mempengaruhi orang melakukan kejahatan.

D. Penanggulangan Kejahatan

Dalam hal penanggulangan kejahatan, maka perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan sebelum terjadinya kejahatan serta memperbaiki pelaku yang telah diputuskan bersalah mengenai pengenaan hukuman. Dari usaha-usaha tersebut sebenarnya yang lebih baik adalah usaha mencegah sebelum terjadinya kejahatan daripada memperbaiki pelaku yang telah melakukan kejahatan.

Menurut Soedjono D mengatakan bahwa dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut : “Preventif kejahatan dalam arti luas, meliputi tindakan preventif dan represif. Bertolak pada pemikiran bahwa usaha penanggulangan kejahatan remaja

merupakan langkah utama bagi penanggulangan kejahatan secara umum”.18

a. Penanggulangan yang terarah harus meliputi tindakan preventif dan rehabilitas sosial.

b. Usaha penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus meliputi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1) Sistem dan organisasi kepolisian yang baik;

18

(40)

27

2) Peradilan yang objektif;

3) Hukum dan perundang-undangan yang wibawa;

4) Koordinasi antara penegak hukum dan aparat pemerintah yang serasi; 5) Pembinaan organisasi kemasyarakatan;

6) Partisipasi masyarakat;19

Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan timbulnyanya kejahatan. Penanggulangan kejahatan kalau diartikan secara luas akan banyak pihak yang terlibat didalamnya antara lain adalah pembentuk undang-undang, kejaksaan, pamong praja dan aparat eksekusi serta orang biasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Soejono D. yang merumuskan sebagai berikut: Kejahatan sebagai perbuatan yang sangat merugikan masyarakat dilakukan oleh anggota masyarakat itu juga, maka masyarakat juga dibebankan kewajiban demi keselamatan dan ketertibannya, masyarakat secara keseluruhan ikut bersama-sama badan yang berwenang menanggulangi kejahatan.20

Dalam usaha untuk menanggulangi kejahatan mempunyai dua cara yaitu preventif (mencegah sebelum terjadinya kejahatan) dan tindakan represif (usaha sesudah terjadinya kejahatan). Berikut ini diuraikan pula masing-masing usaha tersebut: 1. Tindakan Preventif

Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan. Menurut A. Qirom Samsudin M, dalam kaitannya untuk melakukan tindakan preventif adalah mencegah kejahatan lebih baik daripada mendidik penjahat menjadi baik

19

Ibid, 1976, hlm. 42 20

(41)

28

kembali, sebab bukan saja diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih mudah dan akan mendapat hasil yang memuaskan atau mencapai tujuan.21

Selanjutnya Bonger berpendapat cara menanggulangi kejahatan yang terpenting adalah :

1) Preventif kejahatan dalam arti luas, meliputi reformasi dan prevensi dalam arti sempit;

2) Prevensi kejahatan dalam arti sempit meliputi :

a) Moralistik yaitu menyebarluaskan sarana-sarana yang dapat memperteguhkan moral seseorang agar dapat terhindar dari nafsu berbuat jahat.

b) Abalionistik yaitu berusaha mencegah tumbuhnya keinginan kejahatan dan meniadakan faktor-faktor yang terkenal sebagai penyebab timbulnya kejahatan, Misalnya memperbaiki ekonmi (pengangguran, kelaparan, mempertinggi peradapan, dan lain-lain);

c) Berusaha melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kejahatan dengan berusaha menciptakan; Sistem organisasi dan perlengkapan kepolisian yang baik, Sistem peradilan yang objektif dan Hukum (perundang-undangan) yang baik.

3) Mencegah kejahatan dengan pengawasan dan patrol yang teratur;

4) Pervensi kenakalan anak-anak sebagai sarana pokok dalam usahah prevensi kejahatan pada umumnya.22

2. Tindakan Represif

Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya tindakan pidana.23

Tindakan respresif lebih dititikberatkan terhadap orang yang melakukan tindak pidana, yaitu antara lain dengan memberikan hukum (pidana) yang setimpal atas perbuatannya. Tindakan ini sebenarnya dapat juga dipandang sebagai pencegahan untuk masa yang akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparat penegak hukum dalam melakukan penyidikan, penyidikan lanjutan,

21

A. Qirom Samsudin M, Sumaryo E., Kejahatan Anak Suatu Tinjauan Dari Segi Psikologis dan Hukum, Liberti, Yogyakarta, 1985, hlm. 46

22

Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembangunan Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hlm. 15

23

(42)

29

penuntutan pidana, pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai pembinaan narapidana.

Penangulangan kejahatan secara represif ini dilakukan juga dengan tekhnik rehabilitas, menurut Cressey terdapat dua konsepsi mengenai cara atau tekhnik rehabilitasi, yaitu:

a. Menciptakan sistem program yang bertujuan untuk menghukum penjahat, sistem ini bersifat memperbaiki antara lain hukuman bersyarat dan hukuman kurungan.

b. Lebih ditekankan pada usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang biasa, selama menjalankan hukuman dicarikan pekerjaan bagi terhukum dan konsultasi psikologis, diberikan kursus keterampilan agar kelak menyesuaikan diri dengan masyarakat.24

Tindakan represif juga disebutkan sebagai pencegahan khusus, yaitu suatu usaha untuk menekankan jumlah kejahatan dengan memberikan hukuman (pidana) terhadap pelaku kejahatan dan berusaha pula melakukan perbuatan dengan jalan memperbaiki si pelaku yang berbuat kejahatan. Jadi lembaga permasyarakatan bukan hanya tempat untuk mendidik narapidana untuk tidak lagi menjadi jahat atau melakukan kejahatan yang pernah dilakukan.

Kemudian upaya penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(1) Sistem dan operasi Kepolisian yang baik. (2) Peradilan yang efektif.

(3) Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.

(4) Koodinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah yang serasi. (5) Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.

(6) Pengawasan dan kesiagaan terhadpa kemungkinan timbulnya kejahatan. (7) Pembinaan organisasi kemasyarakatan.25

(43)

30

Pokok-pokok usaha penanggulangan kejahatan sebagaimana tersebut diatas merupakan serangkaian upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh Polisi dalam rangka menanggulangi kejahatan.

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Dalam membahas permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis melakukan dua pendekatan yaitu pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan secara empiris guna mendapatkan suatu hasil penelitian benar dan objektif.

a. Pendekatan Yuridis Normatif merupakan pendekatan dalam arti menelaah kaidah-kaidah dan norma-norma serta aturan-aturan yang berkaitan erat dengan permasalahan analisis kriminilogi tindak pidana pencurian yang dilakukan pada saat bencana alam

b. Pendekatan Empiris merupakan pendekatan yang dilakukan dengan mencari, mengumpulkan data dan mempelajari semua informasi melalui wawancara dengan narasumber yang berhubungan dengan penelitian ini yang nantinya akan dijadikan bahan untuk skripsi.

B. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data

(45)

32

2. Jenis data

Jenis data terdiri dari data sekunder (merupakan penelitian hukum kepustakaan) dan data primer (diperoleh langsung dari lokasi penelitian baik melalui quesioner maupun melalui wawancara kepada narasumber).

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan (Library Resarch) yang dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan terhadap bahan-bahan hukum yang ada dan informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder terdiri dari tiga bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat, dalam hal ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah:

a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 hasil Amandemen.

b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

c) Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

2) Bahan Hukum Sekunder

(46)

33

hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer seperti hasil penelitian, petunjuk teknis maupun petunjuk pelaksanaan.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari media massa, kamus Bahasa Indonesia, dan kamus Hukum maupun data yang diperoleh dari internet

2. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari lapangan (field research). Untuk mendapatkan data tersebut peneliti melakukan wawancara (interview), atau menggali informasi dari narasumber yang berkaitan dengan objek penelitian.

C. Penentuan Narasumber

Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah wawancara terhadap narasumber.27 Wawancara ini dipandu dengan interview guide yang disusun secara terbuka. Adapun narasumber penelitian yang diwawancarai adalah:

1. Badan Penanggulangan Bencara Daerah : 1 orang 2. Penyidik Polresta Bandar Lampung : 1 orang 3. Akademisi,Dosen Hukum Universitas Lampung : 1 orang

4. Kriminolog : 1 orang +

Jumlah : 4 orang

27

(47)

34

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui prosedur sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder yaitu melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, dan merangkum dari beberapa buku atau literatur lalu melakukan pengkajian terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer sebagai pendukung data sekunder. Studi lapangan dilakukan dengan kegiatan pengamatan (observation) dan wawancara (interview) atau tanya jawab langsung kepada responden penelitian sebagai usaha untuk menyempurnakan data. Studi lapangan memiliki prosedur sebagai berikut:

1) Pengamatan (observation). Pengamatan dilakukan untuk pengumpulan data secara langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh data yang benar dan objektif.

2) Wawancara (interview)

(48)

35

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka dilakukan pengolahan data sebagai berikut:

a. Seleksi Data

Seleksi data yaitu memeriksa dan memilih data sesuai dengan objek yang akan dibahas, juga dengan mempelajari dan menelaah data yang diperoleh dari hasil penelitian.

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu data yang telah selesai diseleksi, selanjutnya dikelompokkan menurut pokok bahasan sehingga sesuai dengan jenis dan berhubungan dengan pokok bahasan dengan tujuan agar mudah menganalisis data yang akan ditentukan.

c. Sistematika Data

Sistematika data yaitu data yang telah diklasifikasikan kemudian ditempatkan sesuai dengan posisi pokok permasalahan secara sistematis.

E. Analisis Data

(49)

50

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan analisa atas permasalahan dalam penelitian ini, maka disimpulkan hal- hal sebagai berikut:

1. Faktor yang menyebabkan timbulnya tindak pidana pencurian pada saat bencana alam antara lain: adanya niat dari pelaku tindak pidana pencurian yang dengan sengaja ingin mengambil barang milik orang lain, adanya kesempatan yang timbul disebabkan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya untuk mengungsi dan disebabkan oleh keadaan memaksa karena tidak terpenuhinya kebutuhan selama di pengungsian dengan dalih bantuan dari pemerintah yang lambat sampai di tempat pengungsian.

(50)

51

B. Saran

1. Dalam menanggulangi serta meminimalisir tindak pidana pencurian yang dilakukan pada saat bencana alam harus melibatkan seluruh pihak, mulai dari pemerintah, kepolisian bahkan instansi-instansi terkait dalam memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman bagi pengungsi yang berada di tempat pengungsian. Dengan demikian ketika warga yang di tempatkan di pengungsian tidak lagi cemas meninggal-kan harta bendanya selama di tempat pengungsian serta terpenuhinya kebutuhan pokok selama di tempat pengungsian.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Arief, Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996.

Friedman, Lawrence M. The Legal System: A Social Science Perspective, New York: Russell Sage Foundation, 1975.

Fuady, Munir, Dinamika Teori Hukum, Cetakan Pertama, Penerbit: Ghalia Indonesia, Bogor, 2007.

Hamzah, Andi Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997.

Husein, Harun M. Kasasi Sebagai Upaya Hukum, Cetakan Pertama, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 1992.

Kusumaatmadja, Mochtar, Fungsi dan Perkem-bangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Binacipta. Bandung. 1986.

Lamintang, P.A.F. dan Samosir, C. Djisman Delik-delik Khusus, Tarsito, Bandung, 1981.

---, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cet.3, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

Marpaung, Leden, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar. Grafika, Jakarta. 1992.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002

Muhammad, Ali. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Pustaka Amani. Jakarta. 1980

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama Jakarta 2004.

---, Efektivitas Hukum dan Peraan Saksi, Remaja, Karyawa, Bandung, 1988

(52)

Reksodiputra, Mardjono, Pembaharuan Hukum Pidana, Pusat Pelayanan dan Pengendalian Hukum (d/h Lembaga Kriminologi) UI, Jakarta, 1995 Saleh, Roeslan Perbuatan Pidana dan Pertanggun jawaban Dalam Hukum

Pidana, PT Aksara Baru, Jakarta, 1981

Salman, Otje dan Susanto, Anton F. Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali. PT Refika Aditama, Bandung, 2004

Satria, M. Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.

Sianturi, S.R. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya,Cet IV,:Alumni Ahaem-Peteheam, Jakarta, 1996.

Soekamto, Soerjono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004

---, Penelitian Hukum Normatif, PT. Rajawali Press, Jakarta, 1984.

---, Metode Penelitian Sosial, UI Press, Jakarta, 1991

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Cetakan ke empat, Penerbit: Alumni, Bandung, 1986.

Syafruddin, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II. Alumni. Bandung, 2002. 1958 tentang Pemberlakukan Peraturan Hukum Pidana di Seluruh Indonesia (KUHP)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(53)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

C. SUMBER LAINNYA

Arief, Barda Nawawi. Beberapa Aspek Pengembangan Ilmu Hukum Pidana (Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana Indonesia), Pidato Pengukuhan, Diucapkan pada Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Hukum Rapat Senat Terbuka Universitas Diponegoro Semarang, 25 Juni 1994, Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang, 2007.

Hakim,Lukman. Kamus Bahasa Inggris. Penerbit: Tangga Pustaka, Jakarta. 1987

Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1987 Sidharta, B. Arief Filsafat Hukum Pancasila (Bahan Kuliah Umum),

Disampaikan pada Ceramah Umum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, November, 2008

Simorangkir, JCT et.al, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2003

Referensi

Dokumen terkait

menerima materi baca tulis Al- Qur’an pada mata pelajaran Pendidikan Agama?. Islam (PAI) yaitu dengan menggunakan teknik pembelajaran rotating review. dan ingatlah kepada

memiliki seorang suami. Syahnya perkaw inan menurut hukum Islam sebagaimana. termaktub dalam pasal 4 KHI, adalah ... Asas perkaw inan dalam pasal 3 UU Perkaw inan, adalah

Diagram 3.8. Alur aktivitas Pengelola – Staf Administrasi. Alur aktivitas Pengelola – Staf Personalia. Alur aktivitas Pengelola – Staf Keuangan. Alur aktivitas Pengelola –

Peristiwa upwelling yang secara periodik berlangsung selama musim timur (bulan Juni sampai dengan Agustus) di Laut Flores dan selatan Jawa diperkirakan sebagai faktor pemicu

Budaya religius merupakan hal yang sangat penting diterapkan pada kegiatan ekstrakurikuler. Sehingga dapat membantu siswa untuk memperbaiki nilai-nilai pada dirinya ke

Menyadari hidup mereka bergantung pada alam, Desa Sirnajaya juga mulai menyusun aturan desa untuk merawat lingkungan dengan lebih baik, misalnya aturan untuk tidak menebang pohon

Kepada yang terhormat Bapak Rektor Universitas Udayana, Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor, Ibu

Judul : Estimasi Evapotranspirasi Spasial Menggunakan Suhu Permukaan Darat (LST) Dari Data MODIS Terra/Aqua Dan Pengaruhnya Terhadap Kekeringan. 132