1
Muthmainnah1, Sovia 2, Amelia Dwi Fitri 3
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 2,3
Dosen Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Latar Belakang : Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB turun menjadi 23 per 1000 balita. Menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka perlu adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan kesakitan dan kematian pada anak. Program terkini dalam proses pelaksanaan percepatan penurunan AKB dan AKABA antara lain yaitu program pemberian ASI eksklusif. Rendahnya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kurangnya informasi dari petugas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
Metode Penelitian : jenis penelitian ini adalah analisis asosiatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 63 ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei-4 Juni 2015. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode proporsional random sampling. Pelaksanaan penelitian yaitu dengan mewawancarai responden. Uji statistik di gunakan adalah chi-square.
Hasil Penelitian : hasil penelitian menunjukan gambaran pemberian ASI tidak eksklusif memiliki proporsi yang lebih besar yaitu 76,2%, gambaran pengetahuan ibu cenderung kurang baik yaitu sebesar 71,4%, gambaran peran petugas kesehatan 66,7% masih kurang baik. Hasil penelitian juga menunjukan terdapat hubungan pengetahuan (p-value=0,022) dan peran petugas kesehatan (p-value=0,004) dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
Kesimpulan : ada hubungan pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian dijadikan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dapat memberikan informasi tentang pemberian ASI eksklusif dengan memberikan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan peranya sebagai edukator, konselor, motivator, dan fasilitator sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pengetahuan, Peran Petugas Kesehatan.
A. PENDAHULUAN
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI(Air Susu Ibu) saja tanpa makanan tambahan lainnya seperti jeruk, susu formula, madu, air putih, atau tanpa makanan tambahan padat seperti pisang, pepaya, biskuit,dan tim hingga usia bayi 6 bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI antara lain faktor sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI, dan faktor petugas
kesehatan. Tingkat keberhasilan pemberian ASI bisa berhasil sukses salah satunya dengan adanya peran tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan praktik menyusi pada ibu.1,2
Faktor lain yang terkait dengan
pemberian ASI eksklusif adalah
pengetahuan. Pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya ASI juga akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Masyarakat yang tidak tahu tentang penting
memperdulikan pemberian ASI kepada bayinya. Selain itu, ibu yang beranggapan bentuk payudara akan rusak serta kecantikan akan hilang apabila menyusui. Semakin rendahnya ibu memberikan ASI eksklusif akan menyebabkan kerawanan gizi pada bayi karena makanan yang kurang dan ASI banyak di ganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan pertumbuhan sampai empat bulan.2
Menurut Penelitian Rahmawati (2010) dengan judul Faktor Yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Perak Kabupaten Pangkep dengan menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan
rancangan Cross Sectional Study.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling (133
responden). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan, peran keluarga, dan peran petugas kesehatan memiliki hubungan dengan pemberian ASI esklusif, sedangkan pekerjaan dan paritas tidak memiliki hubungan dengan pemberian ASI ekslusif.3
Penelitian yang dilakukan oleh Khrist (2011) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Kecamatan Semarang Barat dengan desain penelitian studi cross sectional yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
(55 responden). Hasil penelitian
menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara tempat persalinan, status pekerjaan dan pengetahuan dengan prilaku pemberian ASI eklusif. Hal yang menjadi faktor lain yaitu dukungan petugas kesehatan, peraturan tempat persalinan, faktor sosial budaya, promosi susu formula, faktor lingkungan dan faktor psikologi ibu.4
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Winda (2014) yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Pueksemas Kebun Kopi Kota Jambi. Metode penelitian kiantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan. Jumlah sampel sebanyak 98 responden di ambil dengan tehnik cluster sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemberian ASI eksklusif, sedangkan pendidikan dan pekerjaan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.5
Pemberian ASI yang tidak secara eksklusif akan berdampak tidak baik pada ibu maupun bayi. Dampak pada ibu yaitu adanya kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan, terjadinya anemia
defesiensi besi, kanker ovarium,
osteoporosis (keropostulang), kanker indung telur, dan kanker payudara dalam masa monopouse.6 Menurut Retna, ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.7
eksklusif juga memberi dampak yang tidak baik bagi bayi. Adapun dampak yang dapat terjadi pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI
eksklusif. Menurut UNICEF bayi yang
diberikan susu formula memiliki
kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dengan peluang 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif. Upaya perbaikan gizi kurang pada usia 0-6 bulan didasarkan bahwa gizi kurang pada usia kurang dari 2 tahun akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kecerdasan, dan produktivitas, dimana dampak ini sebagian
besar tidak dapat diperbaiki
(irreversible)/Lost Generation.8
Di Dunia Pada tahun 2012 anak-anak di bawah enam bulan mendapatkan ASI eksklusif berjumlah 39%. Kamboja berhasil meningkatkan tingkat pemberian ASI ekslusif pada tahun 2000 sebesar 11,7% dan tahun 2010 menjadi 74%. Tunisia pemberian ASI eksklusif turun drastis dari 46,5% di tahun 2000 menjadi 6,2% pada akhir dekade ini. Cakupan terendah di dunia adalah di Somalia dan Afrika Selatan. Indonesia adalah peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif artinya indonesia menjadi negara ke tiga terendah pemberian ASI eksklusif. 9
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jambi Angka Kematian Bayi (AKB) di Jambi yaitu 34 bayi per 1000 kelahiran di atas angka Nasional yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian
balita (AKABA) yaitu 40 dari 1000 balita meninggal dunia setiap tahunnya. Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB turun menjadi 23 per 1000 balita. Menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka perlu adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan kesakitan dan kematian pada anak. Program terkini dalam proses pelaksanaan percepatan penurunan AKB dan
AKABA antara lain yaitu program
pemberian ASI eksklusif.10
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Jambi 2013 yaitu sebesar 64% cakupan ini masih sangat jauh di bawah taget pencapaian pemberian ASI eksklusif Nasional yaitu 80%. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Jambi pada tahun 2014 mencapai 62,55%.
Puskesmas Kenali Besar merupakan
puskesmas terendah keberhasilan pemberian ASI ekslusif (23,35%) dari beberapa puskesmas di Kota Jambi.10,11
Berdasarkan survey awal di
Puskesmas Kenali Besar pada tanggal 25 Maret 2015 terhadap 7 ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan, 3 orang ibu memberikan ASI eksklusif dan 4 tidak memberikan ASI eklslusif karena alasan produksi air susu yang sedikit sehingga bayi harus diberikan sun agar kenyang. Kemudian dari 5 ibu
memiliki pengetahuan yang kurang
Berdasarkan uraian tersebut maka maka perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI di Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi Tahun 2015
B. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis asosiatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di di Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
proporsional random sampling sebanyak 63
responden.
C. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik Responden
Frekuensi %
Usia Dewasa Awal Dewasa Akhir Pendidikan Perguruan Tinggi SMA
SMP SD
Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja
60 3 6 48 6 3 49 14
95,2 4,8 9,5 76,2 9,5 4,8 77,8 22,2
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tergolong dewasa awal (95,2%). Sebagian besar ibu memiliki
pendidikan SMA (76,2), dan sebagian responden tidak bekerja (77,8%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi
ASI Eksklusif Frekuensi %
Kurang Baik Baik
48 15
76,2 23,8
Jumlah 63 100
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (76,2%).
Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Ramla (2012) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif pada Bayi 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nabire Kota Kabupaten Nabire. Hasil menunjukan 70,2% responden tidak memberikan ASI eksklusif, dan 29,8% responden memberikan ASI ekslusif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Setyawati (2012) yang berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Desa Tajuk Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa 18% responden
memberikan ASI eksklusif dan 82%
responden tidak memberikan ASI
eksklusif.12,13
Menurut Notoatmodjo bahwa
Pemberian ASI kepada bayi dipengaruhi beberapa faktor salah satunya yaitu pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu tentan ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
eksklusif maka seorang ibu akan
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi
Pengetahuan Frekuensi %
Kurang Baik Baik
45 18
71,4 28,6
Jumlah 63 100
Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang ASI eksklusif (71,4%).
Pengetahuan menggambarkan
seberapa banyak informasi yang dimiliki ibu tentang pemberian ASI eksklusif yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
dalam pemberian ASI eksklusif.
Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dapat diperoleh secara sengaja ataupun tidak di sengaja serta baik secara langsung maupun tidak lansung dari petugas kesehatan. Informasi dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu dapat berasal dari berbagai sumber informasi.14
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayu (2007) yang berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Ekslusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusuif di Puskesmas Ngunter. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang kurang baik
(84%) dan sisanya ibu yang memiliki pengetahuan baik (16%). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Winly dkk (2012) yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Tompaso Kecamatan Tompaso. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sebagian besar pada kategori baik (63%) dan sisanya kurang baik (36,1%).15,16
Pengetahuan merupakan dasar dan landasan ibu dalam berpedoman tentang pentingnya manfaat pemberian ASI ekslusif bagi ibu dan bayi, terutama teknik menusui yang benar. Jika ibu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang ASI eksklusif akan meningkatkan pemberian ASI ekslusif kepada bayinya. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang dimiliki ibu akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi
Peran Petugas
Kesehatan Frekuensi %
Kurang Baik Baik
42 21
66,7 33,3
Jumlah 63 100
Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan peran petugas kesehatan kurang baik (66,7%).
Keluarga Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani
Kabupaten Bone. Hasil penelitian
menunjukan bahwa 56,7%, responden banyak mendapatkan peran dari petugas kesehatan dan 43,3% responden tidak mendapatkan peran dari petugas kesehatan.
Tinggi presentasi responden yang
mendapatkan program-program pemberian pelayanan kesehatan dasar antara lain promosi kesehatan ibu dan anak.6
Dengan peran perawat sebagai
edukator dan konselor maka akan
meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu dalam pemberian ASI eksklusif setelah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan. Dalam penelitian petugas kesehatan ya baik dapat memberikan pengaruh kepada ibu dalam memberikan ASI secara ekslusif kepada anaknya. Petugas kesehatan memberitahukan dampak yang terjadi jika bayi tidak diberikan ASI eksklusif dan apa manfaat jika bayi diberikan ASI eksklusif sehingga ibu mendapatkan pengarahan dan informasi yang jelas dari petugas kesehatan.
Tabel 5 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi
ASI Eksklusif
jumlah
P-Valu e Tidak
Eksklusif Eksklusif
N % N % N %
Penget ahuan
Kurang
Baik 33 52,4 4 6,3 37 58,7 0,022
Baik 16 25,4 10 15,9 26 41,56
Total 49 7,3 14 22,2 63 100,
0
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa dari 34 reponden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik, terdapat 52,4% responden tidak memberikan ASI eksklusif, dan 24,4% responden yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sedangkan dari 14 responden memiliki pengetahuan yang baik, terdapat 22,2% responden tidak memberikan ASI eksklusif, dan 6,3 % responden memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Hasil analisis lebih lanjut diperoleh p-value sebesar 0,022. Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan ibu dalam memberikan ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif, semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif maka seorang ibu maka ibu akan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.22
Tabel 6 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi
ASI Eksklusif
jumlah
P-Value Tidak
Eksklusif Eksklusif
N % N % N %
Peran Petugas Kesehat
an
Kurang
Baik 34 54,0 3 4,8 37 58,7
0,014
Baik 15 23,8 11 17,5 26 41,56
Total 49 77,8 14 22,2 63 100,0
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan denga pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi (p-value= 0,022).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widdefrita (2012) yang berjudul Peran Petugas Kesehatan Dan Status Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Sawah Timur dan Simpang Haru Padang. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermaknan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sawah Timur dan Simpang Haru Padang (p-value= 0,001). Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Fitira, Hasanuddin dan Sitti (2013)
yang berjudul Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi dalam Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Mandale Kabupaten
Pangkep. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandale Kab. Pangkep (p-value=
0,052).19,20
Dalam penelitian peran petugas yang baik dan kurang baik dapat memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Pada saat ibu berkunjung
ke puskesmas petugas kesehatan
memberitahukan tentang pemberian ASI eksklusif sehingga ibu mau memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya karena
telah mendapatkan pengarahan dan
informasi dari petugas kesehatan sehingga dalam pelayanan ibu merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi (p-value=0,022) dan ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi. (p-value=0,004)
Dari kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat diajukan antara lain:
Untuk dinas kesehatan diharapkan dapat
melakukan pembinaan dan pelatihan
terhadap tenaga kesehatan tentang ASI eksklusif dan hal-hal yang terkait dengan ASI eksklusif. Untuk puskesmas diharapkan dapat melakukan penyuluhan yang intensif tentang ASI eksklusif melalui komunikasi langsung petugas kesehatan dengan kader dengdan melakukan kunjungan ke rumah ibu-ibu atau dalam bentuk pertemuan kelompok, terutama ibu-ibu yang memiliki pengetahuan rendah.
Bagi dunia pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi yang bermanfaat dalam
pengebangan ilmu dan peningkatan
program-program yang berkaitan dengan pemberian ASI ekslusif.
Untuk kesempurnaan penelitian
diharapkan ada penelitian selanjutnya yang
meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yang lebih luas seperti faktor sosial budaya, faktor psikologi dan faktor fisik ibu, dan elayanan kesehatan, sehingga dapat lebih bermanfaat dalam pengembangan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Tatanan Penyediaan Fasilitas
Khusus Menyusui dan/atau Memerah Susu Ibu. 2013. hal.1-8.
2. Damay, Y. Dian,S. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT Refika Aditama. 2011. hal.6-28.
3. Rizki Natia, W. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
4. Retna. Asuhan Kebidanan(Nifas). Yogyakarta: Mitra Cedika Pres; 2009. 5. UNICEF (diakses tanggal 12 Desember
2014). Diunduh dari URL:
digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2280.pdf
6. Asma, R. Bahar,B. Salam,A. Hubungan Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan, Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kab. Bone. Universitas Hasanudin Makassar. 2010. hal.1-16.
7. Joesefa, K. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pemberian ASI Eksklusif diWilayah Kerja Puskesmas
Manyaran Kec. Semarang Barat.
Universitas Diponegoro. 2011.
8. Fitria, W. Hubungan antara
pengetahuan, sikap, pendidikan dan pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Kopi Kota Jambi. Universitas Jambi. 2013.
9. UNICEF New York 1 Agustus 2013 (diakses 27 November 2014). Diunduh
dari URL:
10.Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2013: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi; 2014. hal. 122-159.
11.Dinas Kesehatan Kota Jambi. Data Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2012-2014.ofil Puskemas Kenali Besar. 2014.
12.Hakim, Ramlan. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nabire Kota Kabupaten Nabire. Depok: Universitas Indonesia; 2012.
13.Setyawati.Kristin. Hubungan
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang.
Universitas Kristen Satya Wacana; 2012. 14.Soekidjo, N. Ilmu Prilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta; 2010. hal.75-76. 15.Suyaningtyas, A. Nur A, Winarsih.
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Ekslusif Dengan Prilaku Pemberian ASI Eksklusuif Di Puskesmas Ngunter. 2007. URL: https://publikasiilmiah.ums.ac.id. 16.Wenas, W. Dkk. Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso
Kecamatan Tompaso. Manado:
Universitas Sam Ratulangi; 2012.
17.Wowor M, Laoh M Joke, Pangemanan D. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2013.
18.Andayani R,Setyowati, Mardiyaningsih E. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Eksklusif Dengan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Bekerja Dikelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang. Semarang: Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran; 2013.
19.Widdefrita. Mohanis. Peran Petugas Kesehatan Dan Status Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Sawah Timur Dan Simpang Haru Padang. Padang: Universitas Andalas; 2012.