• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KONFLIK ANTARSUKU DISEKITAR DESA BANJARSARI KECAMATAN WAY SULAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KONFLIK ANTARSUKU DISEKITAR DESA BANJARSARI KECAMATAN WAY SULAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KONFLIK ANTARSUKU DISEKITAR DESA BANJARSARI

KECAMATAN WAY SULAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

(Novi Noor Fachriyah, Adelina Hasyim, Yunisca Nurmalisa)

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh sikap masyarakat terhadap konflik antarsuku disekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Lampung Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan sampel 93 responden. Menggunakan teknik pengumpulan data, wawancara dan dokumentasi, analisis data menggunakan chi quadrat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat derajat keeratan, yaitu dengan koefisien kontigensi C=0,79 dan koefisien kontigensi Cmaks= 0,82. Artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap masyarakat terhadap konflik antarsuku di sekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan pada beberapa indikator mengenai sikap masyarakat dan konfik antarsuku yang meliputi indikator kognisi masyarakat terhadap konflik cenderung kurang baik, indikator afeksi cenderung baik, indikator konasi cenderung kurang baik, indikator menuruti konflik cenderung kurang baik, indikator menghindari konflik cenderung baik dan indikator antipati cenderung baik.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati dari

pasangan Bapak Moh Amin dan Ibu Sumiatun.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Karang Pucung pada

tahun 2004, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Merbau Mataram tahun

2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Merbau Mataram pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat

(PKAB). Saat di bangku kuliah, Penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi

kemahasiswaan di KSR PMI UNIT UNILA periode 2011 – 2012 sebagai ketua

pelaksana Diklat Lapangan dan Latihan Dasar (DIKSAR). Pada Juli 2013, Penulis

mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

(7)

MOTO

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.”

(Q.S. Al Hujarat:13)

“Jadikanlah Sabar Dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan

Seseunggunya Berat, Kecuali Bagi Orang-orang Yang Khusus”

(8)

kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda baktiku kepada:

Ayah tercinta Bapak Moh Amin dan mama tersayang Ibu Sumiatun

yang telah membesarkanku denganpenuh kasih sayang dan kesabaran

yang luar biasa dalam mendidik, membimbing, memberikan semangat,

dans enantiasa berdoa demi keberhasilanku

Kakak tersayang Desy Sufriyanty dan adik tersayangku Yeni

Ameliana dan seseorang yang selalu menemaniku, atas semangat serta

dukungan yang besar dalam menanti keberhasilanku dan do’a yang

tulus

Para pendidikku yang ku hormati, terima kasih atas ilmu yang telah

diberikan

Almamater tercinta, Universitas Lampung

(9)

SANWANCANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafa’atnya di Yaumul

akhir nanti.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Konflik Antarsuku Disekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan”

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh saran maupun kritikan yang bersifat membangun sekaligus merupakan sebuah pembelajaran baik dalam menambah ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan penulis sendiri. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembimbing I dan Bapak Muhammad Mona Adha, S.Pd., M.Pd.,

selaku pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Abdurahman. M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Universitas Lampung.

(10)

FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, sekaligus Penguji Utama, Terimakasih atas saran dan motivasi yang telah diberikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kedua orangtuaku yang tercinta dan seluruh keluargaku terimakasih atas doa, senyum, airmata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan mu untukku yang tiada pernah bisa

dinilai dari segi apapun.

9. Seluruh keluarga yang telah mendoakan keberhasilanku kelak

10. Sahabat terdekatku Rohimin Fellow, Viola Indora, Frentylia Shandi, Sutri Handayani selalu berusaha meluangkan waktu disaat aku butuh teman cerita, yang terus berusaha menasehati dan memberi motivasi saat aku

mulai mengeluh dalam segala hal.

11. Teman-temanku, Anesya, Evi andespa, Muklas Nurahman, Dian Puspita

(11)

bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa, saran, dukungan

serta motivasinya yang selalu kalian berikan kepadaku.

12. Adik tingkat angkatan 2011 dan 2012, Rio, Ridho dan yanda yang selalu

setia saat dibutuhkan.

13. Teman-teman KKN-PPL di desa Chandra Kencana Tulang Bawang Barat, Mba angge, Rima, Noni, Melisa, Mba risa, Puspita, Silvi, Haekal, Rizki

yang selalau memberikan semangat serta canda tawa dalam kebersamaan selama ini untuk bersama-sama meraih kesuksesan.

14. Murid-murid ku di SMP Negeri 05 Tulang Bawang Tengah yang telah memberikan semangat.

15. Teman-teman seperjuangan waktu SMA, Andri, Dedi Yadi, Balutan,

Berthon, Komang, Indah, Yuni Astuti, Alan, Rani, Mega dan Anita, yang selalu memberi dukungannya.

16. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam menyusun Skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penyusun

(12)

Halaman

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN... viii

MOTTO ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian...6

2. Kegunaan Penelitian ...6

a. Kegunaan Teoritis Penelitian...6

b. Kegunaan Praktis Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian... 7

1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian... 7

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ...7

3. Ruang Lingkup Subyek Penelitian ... 8

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian... 8

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori... 9

1. Sikap ... 9

1. Pengertian Sikap ... 9

2. Komponen Sikap ... 12

3. Komponen Pokok Sikap ... 13

4. Ciri-ciri Sikap ... 13

5. Fungsi Sikap ... 14

6. Faktor-faktor Sikap ... 15

7. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 16

2. Masyarakat Desa ... 19

1. Masyarakat ... 19

2. Desa ... 22

a. Pengertian Desa ... 22

b. Unsur Desa ... 22

3.Masyarakat Desa... 23

a. Pengertian Masyarakat Desa ... 23

b. Ciri-ciri Masyarakat Desa ... 23

3. Konflik Antarsuku ... 24

A. Konflik ... 24

1. Pengertian Konflik ... 24

2. Teori Konflik ... 26

3. Penyelesaian konflik ... 26

4. Penyebab Konflik ... 27

B. Suku ... 28

C. Konflik Antarsuku ... 28

1. Pengertian Konflik Antarsuku ... 28

2. Dampak Konflik Antarsuku ... 29

C. Kerangka Pikir ... 29

D. Hipotesis... 31

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 33

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

C. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 36

1. Variabel Penelitian ... 36

2. Definisi Konseptual ... 36

3. Definisi Operasional ... 37

D. Rencana Pengukuran Variabel ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data... 39

1. Teknik Pokok... 39

2. Teknik Penunjang ... 40

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 41

1. Uji Validitas... 41

(14)

2. Penelitian Pendahuluan ... 49

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 49

4. Pelaksanaan Penelitian ... 50

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket... 51

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

1. Sejarah Desa Banjarsari ... 55

2. Keadaan Personel ... 56

3. Letak Administrasi ... 57

4. Luas Wilayah dan Keadaan Desa Banjarsari ... 58

5. Sarana dan Prasarana di Desa Banjarsari ... 59

C. Deskripsi Data... 60

1. Pengumpulan Data... 60

2. Penyajian Data... 60

a. Penyajian Data Indikator Kognisi... 61

b. Penyajian Data Indikator Afeksi... 63

c. Penyajian Data Indikator Konasi ... 66

d. Penyajian Data Indikator Menuruti... 68

e. Penyajian Data Indikator Menghindari/Menjauhi ... 70

f. Penyajian Data Indikator Antipati ... 72

D. Pengujian... 74

1. Pengujian Pengaruh ...74

2. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ... 77

E. Pembahasan... 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 84

B.Saran ... 84

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Konflik yang Prnah Terjadi di Sekitar Desa Banjarsari 4

Tabel 2.1 Data Jumlah Masyarakat di Desa Banjarsari Tahun2013 ... 34

Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Angket 10 Orang di Luar Responden tentang Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Konflik Antarsuku Disekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan untuk Item Ganjil (X) ... 52

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Angket 10 Orang di Luar Responden tentang Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Konflik Antarsuku Disekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan untuk Item Genap (Y) ... 52

Tabel 4.3 Distribusi antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) dengan Item Genap (Y) ... 53

Tabel 4.4 Regenerasi Sistem Kepemimpinan Desa Banjarsari dari Tahun 1989 – sekarang ... 56

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan ... 59

Tabel 4.6 Data Sarana Peribadatan dan Sarana Olahraga di Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan ... 59

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Kognisi... 62

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Indikator Afeksi... 64

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Konasi ... 67

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Menuruti ...69 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Indikator Menjauhi ... 71

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Antipati ... 73

Tabel 4.13 Daftar Kontingensi Pengaruh Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Konflik Antarsuku ... …75

(16)

1. Surat Keterangan Penelitian Dari Pembantu Dekan I

2. Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan

3. Surat Izin Melaksanakan Penelitian

4. Surat Balasan Telah Melaksanakan Penelitian di Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan

5. Kisi-kisi Angket

6. Angket Penelitian

7. Distribusi Hasil Angket Mengenai Sikap Masyarakat Terhadap Konflik

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memilki berbagai macam suku bangsa, sebagaimana menurut sensus

BPS pada tahun 2010, jumlah suku di Indonesia 1.340 suku bangsa. Diantaranya

Suku jawa merupakan kelompok suku terbesar di Indonesia dengan mencapai

41% dari total populasi, kawasan utamanya yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan

Lampung. Terbesar kedua adalah kelompok suku Sunda mencapai 15%,

Kawasan utama yaitu Jawa Barat. Suku Melayu dan suku Madura adalah

kelompok terbesar berikutnya di negara ini.

Melihat banyaknya jumlah suku yang ada di Indonesia maka kemajemukan

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia.

Masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan, dengan

melihat kemajemukan tersebut, maka tidak jarang pula terjadi

perbedaan-perbedaan pandangan dan tujuan sering dipandang sebagai masalah yang hanya

dapat di selesaikan jika kita semua memiliki maksud yang sama. Sehingga

dengan adanya perbedaan tersebut seringkali menimbulkan gesekan-gesekan

sosial oleh adanya seluruh kepentingan masyarakat agar tetap berintegrasi dalam

(19)

2

Namun, akhir-akhir ini perjalanan hidup bangsa Indonesia selalu diwarnai

dengan persoalan-persoalan konflik yang terjadi antara masyarakat lainnya.

Konflik itu sendiri meliputi konflik SARA. Sering kali dalam kelompok

masyarakat terjadi konflik, atau pertentangan yang menjadi penyebab terjadinya

perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentanngan-pertentangan mungkin terjadi

antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok.

Konflik antarsuku yang sering kali terjadi disebagian besar dilatar belakangi

bukan karena perbedaan suku, perbedaan pendapat antar suku atau cara hidup

antar suku yang berbeda, tetapi disebabkan karena kecemburuan sosial,

kecemburuan ekonomi, kesenjangan sosial, dan kesalah pahaman yang

mengakibatkan terjadinya konflik antar suku.

Begitupun konflik yang pernah terjadi disekitar Desa Banjarsari seperti konflik

antarmasyarakat Desa Bali Nuraga dan Way Harong. Konflik tersebut berakar

dari kurang harmonisnya hubungan antara warga pendatang, yaitu kelompok

etnis Bali dan penduduk asli. Warga Bali datang ke Lampung sejak Zaman

Belanda sebagai transmigran. Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, rombongan

yang berdatangan semakin banyak. Sebagian dari mereka adalah korban letusan

Gunung Agung, Bali pada tahun 1963.

Ketika rombongan warga Bali mulai bermukim, gesekan-gesekan bermunculan.

Gesekan itu didorong oleh kesenjangan ekonomi antara kelompok pendatang

dan penduduk asli. Warga pendatang umumnya sukses sebagai pengusaha dan

(20)

lokal juga menuding para pendatang dari Bali ini enggan membaur. Kebiasaan

warga Bali membangun kampung menyerupai desa asalnya di Bali, lengkap

dengan pusat ibadah dan kebudayaannya, dianggap sebagai simbol keengganan

warga Bali membaur dengan warga masyarakat lokal. Karena kecemburuan

sosial dan ekonomi antarmasyarakat Desa secara tidak langsung hal ini

mempengaruhi sikap masyarakat yang ada disekitar Desa yang berkonflik.

Dengan terjadinya konflik tersebut perekonomian, politik dan sosial warga di

sekitar desa terganggu, karena harus dihentikan sementara waktu sampai konflik

mereda.

Masyarakat Desa Banjarsari prihatin terhadap kejadian yang terjadi di Desa

Balinuraga dan konflik yang terjadi disekitar Desa Banjarsari, seperti di Desa

Karang Pucung Kecamatan Way Sulan Lampung Selatan pada tahun 2002 dan

pada awal tahun 2013. Terjadi konflik antarpemuda yang berujung konflik

anatar suku, sehingga membuat masyarakat desa Banjarsari khawatir dan

antipati terhadap masyarakat asing yang berkunjung ke desa Banjarsari, karena

sebagian besar masyarakat Banjarsari adalah suku sunda dan suku jawa.

Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara diketahu bahwa Desa yang

terjadi konflik antar suku disekitar desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan

(21)

4

Tabel 1.1 Data konflik yang terjadi di sekitar desa banjarsari

No Desa Tahun

Konflik

Selesai Belum selesai 1. 2. 3. Karang Pucung Balinuraga Way Horong 2002 2013 2012 2012    

-Sumber : Wawancara Kepala Desa Karang Pucung dan Camat Way Panji

Berdasarkan dari tabel 1.1 diketahui bahwa Desa Karang Pucung terjadi konflik

pada tahun 2002 dan tahun 2013, Desa Bali Nuraga terjadi konflik pada tahun

2012, dan Desa Way Horong terjadi konflik pada tahun 2012

Konflik yang terjadi baru-baru ini di beberapa daerah di Indonesia, seperti

konflik yang terjadi pada tahun 2012 di desa Bali Nuraga dan Way Panji

Lampung Selatan. Karena kesenjangan sosial dan kecemburuan sosial antar

masyarakat desa sehingga mengakibatkan konflik antar suku yang

berkepanjangan dan merugikan warga sekitar. Sehingga berdampak pada sikap

masyarakat terhadap masyarakat desa yang berkonflik tersebut.

Dampak dari konflik anatarsuku yang terjadi di Lampung Selatan

mengakibatkan kewaspadaan masyarakat terhadap suku yang berkonflik.

Seringnya terjadi konflik-konflik kecil dan mengatas namakan perbedaan suku

(22)

belakang tersebut, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh konflik anatr

suku terhadap sikap dan hubungan sosial dalam masyarakat, maka peneliti

tertarik untuk mengambil judul: “Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Konflik

Antarsuku Disekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten

Lampung Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah ini dapat di

identifikasikan sebagai berikut :

1. Masyarakat sekitar konflik terimbas oleh pertikaian yang terjadi

2. Respon yang diberikan masyarakat terhadap masyarakat yang berkonflik

bisa menimbulkan konflik baru

3. Kesenjangan sosial antarpenduduk pendatang dengan penduduk pribumi

berkaitan dengan keharmonisan antar penduduk.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis

membatasi masalah pada pengaruh sikap masyarakat terhadap konflik

antarsuku disekitar Desa Banjarsari kecamatan Way Sulan kabupaten Lampung

(23)

6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

pengaruh sikap masyarakat terhadap konflik antarsuku disekitar Desa

Banjarsari kecamatan Way Sulan kabupaten Lampung Selatan.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh sikap masyarakat

terhadap konflik antarsuku disekitar Desa Banjarsari kecamatan Way Sulan

kabupaten Lampung Selatan

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan

mengembangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan ilmu pendidikan,

khususnya ilmu Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan pada

kawasan Hukum dan kemasyarakatan, mengkaji tentang keanekaragaman

(24)

b. Kegunaan Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk:

1. Masukan untuk masyarakat Desa Banjarsari mengenai sikap

masyarakat terhadap konflik antarsuku.

2. Secara praktis penelitian ini berguna bagi masyarakat di

lingkungan Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Lampung

Selatan yang diharapkan agar lebih mempererat rasa kebersamaan

dalam bermasyarakat, perbedaan suku, agama, ras bukan dijadikan

suatu halangan dalam hidup yang berdampingan.

3. Bagi masyarakat agar dapat lebih saling menghargai satu sama

lain

4. Dapat dijadikan refrensi bagi peneliti yang ingin meneliti

permasalahan ini lebih lanjut.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu yang dalam penelitian ini adalah Ilmu Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan kawasan hukum dan kemasyarakatan,

mengkaji tentang sikap masyarakat terhadap konflik antarsuku disekitar

desa banjarsari.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat Desa

(25)

8

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah konflik antar suku yang

ada disekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Lampung Selatan

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Desa Banjarsari

Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan.

5. Ruang Lngkup Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat Izin

penelitian Pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Sikap

1). Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa.

Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap

mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku.

Menurut Fishbein dalam Ali dan Asrori (2006:141) “Sikap adalah

predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten

terhadap suatu objek”. Menurut W.S Winkel dalam Octama (2013:27)

“Sikap adalah kecenderungan penilaian terhadap objek yang berharga baik

atau tidak berharga atau tidak baik”. Menurut LaPierre dalam Ramli

(2013:1) “Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendesi atau kesiapan

antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikandiri dalam situasi sosial atau

secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan”. Menurut Secord dan Backman Ramli (2013:1) “Sikap

adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan predisposisi

tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan

(27)

10

merupakan predisposisi emosional atau perilaku untuk menyesuaikan diri

terhadap lingkungan disekitarnya.

Menurut Aiken dalam Rahmadani (2009:11), “sikap sebagai predisposisi

atau kecendrungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon

secara positif atau negative dengan intensitas yang moderat atau memadai

terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain. Menurut Berkowitz dalam

Azwar (2005:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah

perasaan atau emosi dan faktor, kedua adalah reaksi/respon atau

kecendrungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu

berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang

(dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.

Kemudian Thurstone dalam bimo walgito (2003:109) “sikap adalah suatu

tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam

hubunganya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif ialah

afeksi senang. Sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak

menyenangkan. ” Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap

objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif

terutama kepada guru dan mata pelajaran yang di terima merupakan tanda

yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang di

iringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajaranya menimbulkan

kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai

(28)

bahwa sikap perasaan emosional dan respon atau reaksi untuk bereaksi.

Respon positif (like) dan negatif (dislike)

Petty Cocopio dalam Azwar S. (2000 : 6) ”Sikap adalah evaluasi umum

yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue”.

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Manifiestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan

dari perilaku yang tertup. Sikap merupakan kesiapan untuk reaksi terhadap

abjek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap

merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu,

situasi atau orang lain yang kemudian di deskripsikan dalam bentuk

sebuah respon kognitif, afektif, dan perilaku individu. Serta kesiapan

seseorang bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi

objek, ide, situasi, atau nilai untuk menentukan apakah orang harus pro

atau kontra terhadap sesuatu.

2). Komponen Sikap

Mengenai komponen sikap, ada tiga macam komponen yaitu kognisi,

efeksi dan konsi, ketiga ranah tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan (beliefs), ide dan

(29)

12

2. Komponen afeksi yang menyangkut emosional seseorang

3. Komponen konasi yang merupakan kecendrungan tingkah laku.

Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan/kepercayaan seseorang

mengenai objek sikap. Kepercayaan terhadap sesuatu sebagai objek sikap

akan mempolapikirkan seseorang, artinya objek sikap dalam hal ini sangat

berperan sekali dalam tugas yang diembannya. Komponen afeksi yang

menyangkut emosional banyak ditentukan oleh kepercayaan. Bila

seseorang telah memandang negative terhadap oranng lain, maka akan

merasa malas dan hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.

Komponen konasi dalam sikap menunjukan kecendrungan berprilaku yang

ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan sikapnya terhadap orang

lain. Bila seseorang merasa tidak suka terhadap orang lain, maka wajar

bila orang tersebut enggan menyapa dan berkomunikasi dengan orang

tersebut.

Antara komponen kognitif, afektif dan kecendrungan itu tidak dapat

dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan yang selaras, saling

berhubungan dan berpadu satu sama lainnya menyebabkan dinamika yang

cukup kompleks dan dapat mempengaruhi kecendrungan perilaku

(30)

3). Komponen Pokok Sikap.

Menurut Alport (1954) yang dikekumakan oleh Notoatmodjo (2003) ada

tiga komponen pokok sikap yaitu:

a. (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecendrungan untuk bertindak.

Kecendrungan untuk bertindak laki-laki dan peremupuan berbeda. Hal ini

dikarenakan, perempuan lebih banyak menggunakan intisiusnya dalam

bertindak disbanding laki-laki. Perempuan lebih banyak memilih dalam

setiap tindakannya sehingga cenderung untuk bertindakpun tidak seagresif

kaum lelaki. Laki-laki lebih banyak menggunakan emosionalnya

disbanding intusiusnya tanpa memikirkan resiko dari tindakannya,

sehingga kaum lelaki paling terkena resiko tindakannya disbanding

perempuan (Smartpsikologi, 2007).

Tiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

4) . Ciri-ciri Sikap

Konsep tentang sikap telah berkembang dan melahirkan berbagai macam

(31)

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai kesiapan untuk

bertindak, sedangkan menurut Oxford Advanced Leaner Dictinary (dalam

rahmadani, 2008), sikap merupakan cara menempetkan atau membawa

diri, merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (2013:16) adalah:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5). Fungsi Sikap

Sikap merupakan suatu perbuatan psikis yag tidak tampak, tetapi dapat

diketahui melalui gejala-gejala yag ditimbulkan, menurut Mar’at fungsi

sikap adalah sebagai berikut:

1. Sikap memiliki fungsi instrumental dan dapat menyesuaikan atau berfungsi pula memberikan pelayanan.

2. Sikap dapat berfungsi sebagai penahan diri atau fungsi mengadaptasi

dunia luar,

3. Sikap berfungsi pula sebagai penerima terhadap suatu objek dan ilmu serta member arti.

4. Sikap dapat pula menunjukan nilai ekspresif dari diri seseorang dan

(32)

Menurut Katz dalam Rahman (2013:129) membagi fungsi sikap dalam 4 kategori

sebagai berikut:

1. Fungsi the knowledge function

Sikap sebagai skema yang memfasilitasi pengelolaan dan penyederhanaan memproses informasi dengan mengintegrasikan antara informasi yang ada dengan informasi yang baru.

2. Fungsi the utilitarian atau instrumental function

Sikap membantu kita mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Fungsi the ego-defensive function

Sikap berfungsi memelihara dan meningkatkan harga diri. Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu untuk melindungi egonya dari abrasi psikologi.

4. Fungsi the value-expressive function

Sikap digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan nilai-nilai dan konsep diri.

Dari pendapat tokoh diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi

sikap akan selalu berkaitan dengan kebutuhan seseorang, baik kebutuhan

yang timbul dalam diri sendiri maupun kebutuhan yang timbul dari luar

dirinya. Seseorang akan bersikap positif apabila objek tersebut memenuhi

kebutuhan yang diinginkaya, dan bersikap netral bila objek tersebut sama

sekali tidak mempengaruhi atau memenuhi kebutuhanya, sedangkan akan

bersikap negatif bilamana objek tersebut tidak memenuhi atau

bertentangan dengan kebutuhan yang diinginkanya.

6). Faktor-faktor Sikap

Menurut Azwar dalam Rina (2013:17) faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap terhadap objek sikap antara lain:

1. Pengalaman pribadi

(33)

16

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

4. Media massa.

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

7). Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan

sembarangan. Tetapi pembentukannya senantiasa berlangsung dalam

interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu. Menurut Gerungan

(2004:166) “ Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok

dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru”. Interaksi di luar

kelompok adalah interaksi dengan hasil buah kebudayaan manusia yang

sampai kepadanya melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio,

televisi, buku,dan risalah. Akan tetapi, pengaruh dari luar diri manusia

karna interaksi di luar kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk

menyebabkan perubahan sikap atau terbentuknya sikap baru. Menurut

Sarlito dalam Santosa (2013:1) menjelaskan bahwa sikap dapat dibentuk

melalui empat macam pembelajaran, yaitu:

1. Pengkondisian klasik yaitu proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga stimulus yang pertama menjadi suatu isyarat bagi adanya stimulus yang kedua.

(34)

3. Belajar melalui pengamatan; proses pembelajaran dengan cara mengamati perilaku seseorang, yang kemudian dijadikan contoh untuk berperilaku serupa.

4. Perbandingan sosial; proses pembelajaran dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, untuk meninjau kembali apakah pandangan kita mengenai suatu hal itu benar atau salah.

Secara lebih kompleks, menurut Bimo Walgito dalam Santosa (2013:2)

“Pembentukan sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh

faktor internal, berupa fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal yang

bisa berupa situasi yang dihadapi individu, norma-norma yang ada dalam

masyarakat, dan hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada

dalam masyarakat”.

Banyak pakar psikologi sosial juga meyakini bahwa sikap merupakan hasil

dari proses belajar. Seorang anak dilahirkan tidak membawa

kecenderungan sikap tertentu terhadap objek-objek yang ada di luar

dirinya. Namun, menurut Baron dan Byrne dalam Rahman (2013:131) “

Temuan kontroversial menunjukkan fakta-fakta bahwa dua anak kembar

identik ternyata memiliki kecenderungan sikap yang sama terhadap

objek-objek tertentu”. Terlepas dari temuan kontroversial tersebut, menurut

Rahman (2013:131) selama ini sikap diyakini terbentuk karena proses

belajar berikut :

1. Sikap terbentuk karena mengamati orang lain atau belajar sosial (Learning by observing others). Dengan mengamat perilaku model, anak membentuk sikap-sikapnya, dan menunjukkan perilaku sesuai dengan sikapnya tersebut.

2. Sikap terbentuk karena reward-punishment (Learning through

(35)

18

mendapatkan punishment. Sikap yang mendapatkan reward

cenderung akan di ulang dan menjadi sikap yang kuat, dan sikap yang mendapatkan hukuman akan hilang atau menjadi sikap yang lemah.

3. Sikap terbentuk karena proses asosiasi (Learning through

association:classical conditioning). Kita mempunyai kecenderungan sikap tertentu pada orang lain kadang karena terjadi asosiasi antara informasi baru dengan informasi yang sudah diketahui.

4. Sikap terbentuk karena pengalaman langsung (Learning by direct experience). Sikap seseorang bisa saja terbentuk karena pengalamannya sendiri.

5. Sikap terbentuk melalui pengamatan terhadap perilaku sendiri (Learning by observing our own behavior) pengamatan terhadap perilakudiri sendiri bisa saja membentuk sikap seseorang.

Sikap terbentuk selama perkembangan individu karena itu sikap dapat

mengalami perubahan. Menurut Secord dan Backman dalam Walgito

(2011:68) salah satu teori perubahan sikap adalah teori rosenberg yang di

kenal dengan sebutan teori konsistensi kognitif-afektif dalam masalah

sikap. Menurut teori ini, komponen afektif akan selalu berhubungan

dengan komponen kognitif dan hubungan tersebut dalam keadaan

konsisten. Selain itu, apabila komponen kognitifnya berubah maka

komponen afektifnya juga akan berubah dan sikapnya akan berubah begitu

juga sebaliknya. Namun demikian, teori ini menitikberatkan pada

pengubahan afektif terlebih dahulu. Pengubahan sikap di samping

pengubahan komponen akan lebih tepat juga dikaitkan dengan fungsi

sikap, sehingga akan lebih jelas arah perubahan sikap yang dikaitkan

dengan perilaku.

Menurut Rosenberg dalam Walgito (2011:68) “Pengertian kognitif dalam

(36)

dengan objek sikap, tetapi juga mencakup kepercayaan tentang hubungan

antara objek sikap dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu”. Di

sisi lain, komponen afektif berhubungan dengan bagaimana perasaan yang

timbul pada diri seseorang menyertai sikapnya bisa positif ataupun negatif

terhadap objek sikap.

2. Masyarakat Desa

1). Masyarakat

Menurut Soleman B. Taneko dalam Syani (2005:25) “Masyarakat

merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup

bersama”.

Menurut Iver dan Page dalam Syani (2005:25) “masyarakat ialah suatu

system dari kebiasaan dan tata-cara, dari wewenang dan kerjasama antar

berbagai kelompok danpenggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta

kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan hubungan

sosisl. Dan masyarakat selalu berubah”.

Menurut R. Soetarno dalam Wandi (2011:24) mengemukakan bahwa

“Masyrakat adalah sekelompok individu yang terdiri darikeluarga-keluarga

yang tinggal di suatu daerah, tiap-tiap individu saling mempunyai

kepentingan untuk mengembangkan hidup bersama dengan norma-norma

(37)

20

Menurut Spencer dalam Jauhari (2011:95) fungsi masyarakat adalah :

1. Masyarakat seperti halnya dengan organisme, dapat berkembang.

2. Organisme dan dan masyarakat berbeda struktur, tetapi sama

perubahan pada fungsi.

3. Pertambahan ukuran organisme dan masyarakat akan berarti berbeda karena bertambah kompleks.

4. Setiap unsur dan bagian secara keseluruhan saling bergantung. Karena

itu, mana kala sebagian berubah akan memepengaruhi unsur dan bagian lainnya.

5. Baik pada organisme maupun pada masyarakat setiap unsur atau

bagian itu sendiri adalah suatu organism atau masyarakat kecil (mikro) 6. Kehidupan seluruh sistem dapat hancur, tetapi unsur dan bagiannya

akan terus berlangsung dalam kurun waktu tertentu.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat beragam selalu

berusaha untuk mengelompokan diri dengan manusia lainnya. Manusia sering

di sebut sebagai Zoon Politicon yang pada dasarnya manusia adalah makhluk

sosial yang hidup saling membutuhkan satu sama lain yang membentuk suatu

kelompok masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat (2009:115) mengemukakan bahwa:

Dalam bahasa Inggris masyarakat dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius berarti kawan, sedangkan istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab yaitu syaraka yang berarti ikut serta atau berpartisipasi, jadi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi.

Menurut Amsia (2011:20) “masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas

peranan-peranan, kelompok-kelompok yang saling berkaitan dan saling

mempengaruhi di mana tindakan-tindakan dan tingkah laku sosial

(38)

“masyarakat disebut pula kesatuan sosial yang mempunyai ikatan-ikatan

kasih sayang yang erat”.

Soekanto (2009:209) menandai adanya unsur-unsur masyarakat antara lain :

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak apapun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.

2. Bercampur untuk waktu yang lama. Kumpulan manusia tidaklah sama dengan kumpulan-kumpulan benda mati.

3. Mereka sadar bahwa mereka adalah suatu kesatuan.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang mampu menimbulkan kebudayaan yang mengikat satu sama lain.

Masyarakat memiliki komponen-komponen yaitu: (a). Populasi, yaitu

warga-warga suatu masyarakat yang di lihat dari sudut pandang kolektif. (b).

Kebudayaan, yaitu hasil karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama dan (c).

Organisasi sosial, yaitu jaringan hubungan antara warga-warga masyarakat

yang bersangkutan.

Ciri-ciri masyarakat yaitu, manusia yang hidup bersama, bercampur untuk

waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu

kesatuan dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Ciri-ciri

mengenai masyarakat di atas selaras dengan definisi masyarakat sebagaimana

menurut J.L Gillin dan J.P Gillin dalam Abdulsyani (2007:32) “bahwa

masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar dan mempunyai

kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama”.

Berdasarkan uraian di atas, maka masyarakat adalah sekelompok manusia

(39)

22

dan berkerja sama satu sama lain, sehingga menghasilkan suatu

kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan guna mencapai rasa persatuan dan tujuan yang

sama.

2). Desa

a. Pengertian Desa

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa,

disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa bukanlah

bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari

perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian

dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak

mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya,

sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.

b. Unsur Desa

Unsur-unsur desa adalah sebagai berikut:

1. Daerah, dalam arti tanah-tanah dalam hal geografis

2. Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran,dan mata pencaharian penduduk desa setempat.

(40)

3). Masyarakat Desa

a. Pengertian Masyarakat Desa

Menurut Taliziduhu Ndraha dalam Wandi (2011:25) masyarakat desa

(penduduk suatu desa) ialah :

“setiap orang yang terdaftar sebagai penduduk/bertempet/berkedudukan

di dalam wilayah desa yang bersangkutan, tidak soal dimna ia mencari

nafkah”.

Sedangkan menurut P.J Bouman dalam Wandi (2011:25) sebagaimana

dikutip oleh I Nyoman Beratha member pengertian masyarakat desa

sebagai berikut :

“Masyarakat desa adalah suatu bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, yang hamper semuanya saling mengenal, kebanyakan diantaranya hidup dari pertanian, perikanan, dan sebagainya, usaha-usaha yang dapat dipengaruhi oleh hokum dan kehendak alam. Dan dalam tempat tinggal itu yang ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan pada paradisi dan kaidah-kaidah sosial”.

Selanjutnya Soerjono Soekanto dalam Wandi (2011:25) , menyatakan

bahwa masyarakat desa adalah :

(41)

24

b. Ciri-ciri masyarakat desa :

Menurut Rouceck dan Warren, ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut:

1. Kelompok primer yang mata pencahariannya di kawasan tertentu berperan besar

2. Komunikasi keluarga terjalin secara langsung, mendalam, dan informal.

3. Kelompok atau asosiasi dibentuk atas dasar faktor geografis 4. Hubungan lebih bersifat mendalam dan langgeng

5. Kehidupan sehari-hari ditandai dengan adanya keseragaman (homogenitas).

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

masyarakat desa adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu

wilayah tertentu yang memiliki ikatan keluarga yang erat, kataatan pada

tradisi/kaidah sosial dan memiliki ketergantungan terganungan terhadap

alam serta memiliki organisasi mempunyai wewenang mengatur dan

mengurus kepentingan sekelompok orang tersebut.

3. Konflik Antar Suku

A. Konflik

1). Pengertian konflik

Menurut Karl Marx dalam Jacobus Ranjabar (2013 : 221) konflik

merupakan “pengakuan adanya struktur kelas dalam masyarakat, kepenti

ekonomi yang saling bertentangan di antara orang-orang yang berada di

dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari posisi kelas ekonomi

terhadap gaya hidup seseorang serta bentuk kesadarannya, serta pelbagai

(42)

Menurut Marx dalam Scott (2012:69) mengatakan “masyarakat manusia

sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi kenflik melalui

konflik”.

Kemudian menurut Robbin (1996:431) mengatakan konflik dalam

organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa

disisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi disisi

lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk menimilisasi

konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain :

1. Pandangan Tradisional ( The Tradirional View)

pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negative, merugikan dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu fungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan diantara orang-orang dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.

2. Pandangan Hubungan Manusia ( The Human Relation View)

Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh kareni itu konflik harus dijadikan sesuatu yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan motivai atau perubahan di dalam kelompok atau organisasi.

3. Pandangan Interaksionis(The Intractionist View).

(43)

26

2). Teori Konflik

Menurut Campbell dalam Imam B. Jauhari (2011: 69) “ Masyarakat

manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi

konflik melalui konflik” menurut Hobbes dalam Imam B. Jauhari (2011: 70)

“ Konflik sosial lebih terjadi di antara kelompok-kelompok atau kelas-kelas

daripada di antara individu-individu”.

Sekali konflik-konflik internal atau kontradiksi-kontradiksi sistem kapitalis

berkembang penuh sampai pada titik penghancuran diri, perebutan dengan

kekerasan atas sarana-sarana produksi yang menjadi hak milik pribadi akan

membuka jalan menuju ke sebuah kehidupan sejati yang bebas,

membahagiakan dan penuh persaudaraan bagi segala manusia.

3). Penyelesaian Konflik

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang no. 7 tahun 2012, bagian

pertama Pasal 6 yakni :

(1). Pencegahan Konflik dilakukan dengan upaya: a. memelihara kondisi damai dalam masyarakat;

b. mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai; c. meredam potensi Konflik; dan

d. membangun sistem peringatan dini.

(2) Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

Bagian Kedua Pasal 7 yakni :

Untuk memelihara kondisi damai di masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, setiap orang berkewajiban:

a. mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan

ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing;

(44)

c. mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan

martabatnya;

4). Penyebab Konflik

Konflik antar suku bangsa di Indonesia bukan menjadi sebuah berita baru.

Permasalahan antar suku di Indonesia terjadi sejak masa penjajahan

Belanda. Hal ini diseabkan oleh keadaan bangsa Indonesia yang terdiri dari

berbagai macam suku bangsa. Masing-masing suku memiliki tata budaya

yang berbeda satu sama lain.

Secara umum, ada beberapa hal yang sering menjadi penyebab terjadinya

konflik anatarsuku bangsa di Indonesia. Beberapa peyebab tersebut antara

lain adalah :

1. Sejarah masa lalu. Dimana masa lalu kehidupan antar suku diwarnai

persaingan yang berjuang pada konflik untuk memperebutkan status dan

juga gengsi. Hal ini terbawa hingga masa kini karena pengaruh budaya

masa lalu.

2. Kecemburuan ekonomi. Biasanya, suku pendatang yang mampu meraih

keberhasilan dibidang ekonomi akan menimbulkan kecemburuan pada

penduduk asli. Akibatnya, terjadi gesekan karena menganggap bahwa

suku pendatang merebut potensi ekonomi yang seharusnya mampu

menyejahterakan suku asli.

3. Rasa fanatisme sempit. Ini menyebabkan pada perasaan bahwa

(45)

28

B. Suku

Suku bangsa atau etnik kelompok etnik merupakan perkumpulan orang yang

memiliki latar belakang budaya, bahasa, kebiasaan, gaya hidup dan cirri-ciri

fisik yang sama. Masing-masing mereka mengidentifikasikan diri antar suku

dengan yang lain. Eksistensi suatu suku akan diakui bila sudah mendapatkan

pengakuan dari masyarakat yang berada di luar suku itu sendiri. Proses

terciptanya sebuah suku dinamakan etnogenesis. System pengaturan yang di

anut oleh sebagian besar pengertian suku bangsa di Indonesia adalah system

berdasarkan garis keturunan ayah, ibu, bahkan keduanya.

C. Konflik Antar Suku

1). Pengertian Konflik Antar Suku

Bahwa konflik antarsuku bangsa ada dan terwujud dalam hubungan

antarsuku bangsa, yang terjadi karena perebutan sumber daya-sumber daya

berharga dan mempertahankan kehormatan jati diri dari anggota-anggota

komuniti suku bangsa setempat dengan golongan-golongan suku bangsa

lainnya. Konflik antarsuku bangsa, pada awalnya dimulai dari warga suku

bangsa yang merasa dirugikan oleh sesuatu perbuatan yang tidak adil yang

dilakukan oleh pihak lawannya, atau karena dirasakan tidak adanya atau

tidak cukupnya aturan main yang adil dan prosedur-prosedur yang dapat

digunakan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan yang dapat

memecahkan dan menghentikan konflik tersebut.

Perbuatan merugikan secara tidak adil tersebut kemudian dilihat dalam

(46)

yang dipunyai oleh para pelaku yang dirugikan, yang kemudian

mengaktifkan sentimen kesuku bangsaan yang penuh dengan muatan

emosi dan perasaan-perasaan untuk menciptakan solidaritas sosial yang

melibatkan warga suku bangsa untuk mencari bantuan dari masing-masing

kerabat dan anggota-anggota suku bangsanya dalam memenangkan konflik

yang terjadi.

Secara hipotesis konflik antarsuku bangsa dapat dicegah bila dalam

hubungan-hubungan sosial antarsuku bangsa-suku bangsa yang berbeda,

yang terwujud dalam kerjasama, persaingan dan konflik dalam

memperebutkan sumberdaya-sumberdaya berharga dan mempertahankan

kehormatan jati diri suku bangsa atau kesuku bangsaannya, terdapat

aturan-aturan main yang adil, tersedianya saluran-saluran komunikasi yang

dapat mereduksi subyektivitas dari stereotip dalam hubungan antar

sukubangsa, dan adanya penegak hukum sebagai pihak ketiga yang netral

dan bertindak selaku wasit yang adil dan dapat dipercaya oleh masyarakat

suku bangsa-suku bangsa

2). Dampak Konflik antar Suku

Adanya berbagai konflik anatarsuku yang terjadi tersebut akan

menimbulkan dampak baik yang bias dirasakan secara langsung atau

tidak.Dampak ini bukan hanya menimpa pada kelompok yang terlibat

konflik saja, tetapi acapkali juga menimpa pada kelompok yang terlibat

(47)

30

Beberapa dampak konflik tersebut antara lain:

1. Menimbulkan hilangnya rasa aman. Masyarakat yang ditinggal di

kawasan konflik akan selalu dihantui ketakutan apabila konflik

kembali muncul

2. Hilangnya persatuan bangsa. Dengan konflik antar suku tersebut,

maka mempersatukan bangsa akan hilang karena masing-masing

pihak enggan untuk diajak berasatu.

3. Rusaknya tata kehidupan. Konflik membuat masyarakat kehilangan

untuk bekerja, mencari nafkah atau mendapatkan pendidikan dan

pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya.

B. Kerangka Pikir

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini

mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari

perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku. Perasaan dan sikap adalah

reaksi/respon atau kecendrungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu

berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike),

menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.

Sebagai reaksi, sikap juga mempengaruhi seseorang/manusia yang membentuk

kearah baik atau buruknya seseorang/manusia. Konflik merupakan pertentangan

diantara orang-orang yang berbeda di dalam kelas berbeda, baik itu dari segi

(48)

berdampak perubahan pada struktur sosial. Pada akhirnya konflik dapat

mempengaruhi sikap masyarakat.

Berdasarkan pemikiran di atas, hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

C. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 110) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan teori dan kerangka pikir di atas, maka dalam penelitian ini hipotesis

penelitian ditetapkan sebagai berikut :

Konflik Antarsuku (Y)

Indikator

1. Mengikuti

2. Menjauhi/mengindar 3. Antipati

Sikap Masyarakat Desa (X)

Indikator

(49)

32

H1 : Ada pengaruh sikap masyarakat terhadap konflik antarsuku disekitar

Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan

Ho : Tidak ada pengaruh sikap masyarakat terhadap konflik antarsuku

disekitar Desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung

(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

uji pengaruh antarvariabel-variabel yang akan diteliti. Uji pengaruh

sebagai salah satu cara untuk memecah suatu masalah atau permasalahan

yang dihadapi serta memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah.

Penelitian ini membahas masalah yang terjadi dalam kehipuan masyarakat

khususnya memaparkan pengaruh konflik antarsuku terhadap sikap dan

hubungan sosial masyarakat desa banjarsari kecawatan way sulan

kabupaten lampung selatan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan komponen terpenting dalam sebuah penelitian

mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam sebuah

penelitian. Menurut Ida Bagoes Mantra dan Kasto dalam Masri

Singarimbun (1987:108) menyatakan bahwa “populasi universe adalah

(51)

34

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada di

[image:51.595.164.515.180.287.2]

desa Banjarsari Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 2.1 Data Jumlah Masyarakat di Desa Banjarsari tahun 2013

No Dusun Jumlah Masyarakat Jumlah Laki-laki Perempuan 1 2 3 Dusun I Dusun II Dusun III 602 665 587 499 627 567 1.101 1.292 1.154

Jumlah 1.854 1.693 3.547

Sumber : Dokumentasi Bagian Kependudukan Desa Banjarsari

Berdasarkan Tabel 2.1, diketahui populasi dalam penelitian ini adalah

berjumlah 3547 orang. Keseluruhan jumlah populasi tersebut tersebar

dalam 3 dusun dengan rincian Dusun I berjumlah 1.101 orang, Dusun

II berjumlah 1.292, dan Dusun III berjumlah 1.154.

2. Sampel

Data yang akan dipakai dalam penelitian ini belum merupakan

keseluruhan dari suatu populasi. Hal ini patut dimengerti mengingat

adanya beberapa kendala seperti populasi yang tak terdefinisikan,

waktu, tenaga, serta masalah heterogenitas atau homogenitas elemen

populasi tersebut. Pada penelitian ini perhitungan sampel akan

menggunakan rumus perhitungan sampel yang digunakan oleh Frank

Lynch (1974:18) sebagai berikut :

n=

.
(52)

n = banyaknya sampel

N =Jumlah Populasi

z = Nilai normal dari variable (1,96) tingkat kepercyaan 90%

P = Harga patokan (0,50)

d = Harga eror (0,10)

dari ketentuan tersebut, maka sampel yang diambil dari populasi

berjumlah 3547 orang adalah :

n=

.

.

n=

, . . .

, , . . .

n =

. , . ,

. , , . ,

n =

, .

,

n =

, .

,

n= 93,47 atau di bulatkan menjadi 93

jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian adalah 93 orang

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitiann ini menggunakan

teknik propotional area random sampling. Di mana sampel yang

diambil setiap dusun ditentukan seimbang atau sebanding dengan

banyaknya sub populasi dalam masing-masing dusun. Hal ini

(53)

36

populasi pada setiap dusun tidak sama. Teknik pengambilan sampel ini

menggunakan rumus Moh. Musa dan Titi Nurfitri (1988:85) yaitu

sebagai berikut :

Keterangan :

Nh = Banyaknya sampel yang dibutuhkan dari setiap dusun

n = Jumlah sampel yang mewakili populasi

Ni = Banyaknya sub populasi dari sekelompok dusun

N = Jumlah keseluruhan populasi

Berdasarkan rumus diatas, maka banyaknya sampel yang dibutuhkan

dari setiap dusun adalah sebgai berikut :

1. Dusun I : . x = , dibulatkan menjadi

2. Dusun II : . x = . dibulatkan menjadi

3. Dusun III : . x = 0. dibulatkan menjadi 0

Jadi total jumlah sampel seluruhnya adalah 93 orang

Proses penyebaran sampel menggunakan purposive sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subyek peneliti, dimana

persyaratan yang dibuat sebagai criteria harus dipenuhi sebagai sampel.

Kriteria dan pertimbangan yang dilakukan dalam memilih sampel agar

lebih terbukti perolehan informasinya yaitu :

1. Subyek telah lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang

(54)

sedang diteliti

3. Subyek mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk

diminta informasi.

C. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Variabel

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

a. Variabel X (variabel bebas): Konflik Antarsuku

b. Variabel Y (variabel terikat): Sikap Masyarakat Desa

2. Definisi Konseptual

Adapun definisi konseptual yang di maksud dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Konflik

Konflik adalah pengakuan adanya struktur kelas dalam masyarakat,

kepenti ekonomi yang saling bertentangan di antara orang-orang

yang berada di dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari

posisi kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang serta bentuk

kesadarannya, serta pelbagai pengaruh dari konflik kelas dalam

(55)

38

2. Sikap

Sikap adalah suatu kebiasaan atau tingkah laku sekelompok

manusia yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki

ikatan keluarga yang erat yang memiliki kecenderungan penilaian

untuk dapat mengekspresikan sesuatu hal atau perasaan melalui

perbuatan baik yang sesuai dengan norma yang berlaku, sikap juga

merupakan cerminan jiwa dalam diri seseorang.

3. Definisi Operasional

Definisi operasional di buat agar dapat memberikan gambaran secara

lebih jelas tentang jenis-jenis variabel. Jenis-jenis variabel ini dapat

diuraikan penjelasannya secara lebih lanjut.

Adapun definisi operasional yang di maksud dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Konflik Antarsuku

Konflik antarsuku merupakan pertentangan diantara orang-orang

yang berbeda berbeda suku yang menyebabkan terjadinya

perpecahan. Adapun indikator-indikator yang dapat dijadikan tolak

ukur dalam Konflik Antarsuku adalah :

1. Kesenjangan sosial

2. Kelas sosial ekonomi.

2. Sikap Masyarakat Desa

Sikap masyarakat desa adalah kecenderungan seorang masyarakat

(56)

dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai untuk menentukan

apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu. Adapun

indikator-indikator yang dapat dijadikan tolak ukur sikap

masyarakat desa adalah sebagai berikut :

1. Kognitif (Pemahaman)

2. Afektif (Perasaan)

3. Konatif (Perilaku)

D. Rencana Pengukuran Variabel

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik scoring pada

alternatif jawaban dalam lembaran angket yang disebar ke responden.

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik scoring pada

alternatif jawaban dalam lembaran angket yang disebar ke responden.

1. Konflik Antarsuku, diukur dengan menggunakan angket tertutup. Indikator

pengukurannya kesenjangan sosial dan kelas ekonomi sosial. Setiap angket

mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b dan c yang meliputi :

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga);

b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua);

c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu).

2. Sikap Masyarakat Desa, diukur dengan menggunakan angket tertutup.

(57)

40

Konatif (Perilaku). Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a,

b dan c yang meliputi :

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga);

b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua);

c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu).

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pokok

a. Angket

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket. Angket atau kuisioner yang berisi daftar

pertanyaan yang secara tertulis yang terdiri dari item-item pertanyaan

yang berkaitan dengan penelitian dan akan dijawab oleh responden

penelitian yaitu masyarakat Desa Banjarsari kecamatan Way Sulan

kabupaten Lampung Selatan.

Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup, yaitu item-item dari

pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawaban yang harus dipilih oleh

responden. Angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang

diperlukan berupa angka yaitu berbentuk skor nilai, tujuannya untuk

memperoleh data utama yang kemudian data tersebut akan dianalisis.

Dalam setiap tes memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing

(58)

a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberikan skor 3;

b. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberikan skor 2;

c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberikan skor 1.

2. Teknik Penunjang

a. Wawancara

Dalam proses wawancara, peneliti mengumpulkan data dan menggali

informasi dengan cara melakukan tanya jawab dan bertatap muka secara

langsung dengan nara sumber atau informan terkait penelitian tersebut,

sehingga informasi yang diperoleh lebih jelas dan akurat. Wawancara

dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan masyarakat Desa

Banjarsari kecamatan Way Sulan kabupaten Lampung Selatan.Kabupaten

Lampung Utara serta pihak-pihak terkait sesuai dengan permasalahan

variabel yang akan diteliti.

b. Observasi

Melakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung terhadap

obyek penelitian, subyek penelitian dan keadaan tempat penelitian.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Untuk memperoleh data yang akurat dalam suatu penelitian, maka alat ukur

yang digunakanpun harus valid, artinya alat ukur tersebut harus dapat

(59)

42

angket, yang disajikan berdasarkan konstruksi teoritisnya. Untuk validitas

angket, peneliti mengadakan uji coba degan melihat indikator variabel X

dan Y yang kemudian dikontruksikan menjadi item-item pertanyaan. Serta

cara mengetahui validitas angket, peneliti melakukan konsultasi angket

dengan dosen ahli penelitian di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung, khususnya dengan dosen Pembimbing I

dan Pembimbing II. Setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat

digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya

memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya.

Untuk reliabilitas angket diadakan uji coba ditempuh dengan cara sebagai

berikut:

a. Menyebarkan angket untuk diujicobakan kepada 10 orang di luar

responden;

b. Hasil uji coba dikelompokan dalam item ganjil dan item genap;

c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product Moment, yaitu:



 

 

                   

N y N x N y x xy rxy

y

x

2 2
(60)

rxy : Hubungan Variabel X dan Y

x : Variabel bebas

y : Variabel terikat

N : Jumlah responden

d. Untuk reliabilitas angket dengan menggunakan rumus Spearman Brown,

sebagai berikut:

rxy=

rgg

rgg

1

)

(

2

Keterangan :

rxy : Koefisisien Reliabilitas seluruh item

rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap

e. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan

kriteria, sebagai berikut:

0, 90 – 1, 00 : Tinggi

0, 50 – 0, 89 : Sedang

0, 00 – 0, 49 : Rendah

G. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penyebaran angket, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

(61)

44

deskriptif dengan mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang

mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Informasi-informasi yang

berhasil dikumpulkan dalam bentuk uraian, yang memberikan gambaran atas

suatu keadaan yang sejelas mungkin.

Untuk mengolah dan menganalisis data, ak

Gambar

Tabel 1.1 Data konflik yang terjadi di sekitar desa banjarsari
Tabel 2.1 Data Jumlah Masyarakat di Desa Banjarsari tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan perilaku seksual sehat remaja, maka teknik modeling ini sebagai salah satu upaya yang dapat diberikan kepada siswa untuk memberikan contoh

Hasil ini menunjukkan yang mana antara kepatuhan ANC dengan kejadian baby blues syndrome tidak terdapat korelasi yang bermakna antara keduanya secara

Kecuali bagi peserta didik yang tinggal di daerah yang ada madrasah diniyah atau pesantren, biasanya mereka mengikuti pendidikan agama Islam di sekolah umum tidak

Rustic Design Interior langsung dapat terlihat dari desain teksturnya yang kasar dan berantakan, dinding batu ekspos, furniture dari bongkahan kayu yang tidak diampelas halus atau

Berdasarkan wawancara prapenelitian terhadap pegawai di RSUP Moh Hoesin Palembang, telah ditemukan kurang lengkapnya hasil rekam medik pasien yang seharusnya dilakukan

Untuk itu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan urutan faktor dari yang paling penting sampai yang paling rendah yang berpengaruh terhadap

Dari penelitan yang dilakukan terdapat dua (2) tujuan utama dalam melakukan review laporan keuangan yaitu 1) memberikan informasi tentang kebenaran format dalam penyusunan

Abstrak -Dalam suatu perusahaan, sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan terhadap sumber daya yang lain. Karena peranan sumber daya