• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

STUDI PENGARUH BEBAN TIDAK SETIMBANG

TERHADAP RELE GANGGUAN TANAH

(APLIKASI GARDU INDUK BINJAI)

TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro Program Pendidikan Sarjana Ekstension

OLEH:

NAMA

: WIRA TUA. SARAGI

NIM

: 020422055

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

STUDI PENGARUH BEBAN TIDAK SETIMBANG TERHADAP RELE GANGGUAN TANAH

(APLIKASI GARDU INDUK BINJAI)

OLEH:

NAMA : WIRA TUA. SARAGI NIM : 020422055

Disetujui Oleh : Pembimbing

Ir. Syahrawardi NIP: 131 273 469

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara

Ir Nasrul Abdi, MT NIP : 131 459 554

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Dari hasil studi ini diperoleh bahwa rele gangguan tanah bekerja

berdasarkan setting arus yang telah disesuaikan untuk melakukan proteksi

transformator sistem dari arus gangguan tanah ke alat proteksi.

Rele proteksi akan merasakan adanya gangguan, apabila arus yang

dirasakan oleh rele melebihi dari arus settingnya, rele akan bekerja memberi

sinyal ke Circuit Bracker (CB) untuk membuka.

Apabila arus gangguan lebih kecil dari nilai settingnya maka rele tidak

akan bekerja.

Untuk arus gangguan yang kecil, rele arus gangguan tanah yang cocok

(4)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyusun dan

menyelasaikan tugas akhir ini.

Penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk

menyelesaikan program studi pendidikan sarjana ekstension pada jurusan teknik

elektro Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul tugas akhir ini adalah “STUDI PENGARUH BEBAN

TIDAK SETIMBANG TERHADAP RELE GANGGUAN TANAH (APLIKASI GARDU INDUK BINJAI)”.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan baik moril

maupun materi dari para dosen serta dukungan dari berbagai pihak, tugas akhir ini

akan sulit diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT dan Bapak Rahmat Fauzi, ST. MT sebagai

Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Syahrawardi, sebagai Dosen Pembimbing.

3. Seluruh Staf Dosen Pengajar Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

(5)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

5. Ir. DJ. Saragi dan K. Sirait selaku orang tua penulis yang tercinta dan

tersayang, serta keluargaku.

6. Rekan-rekan Stambuk 2002 PPSE Teknik Elektro Ekstension Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh teman-teman seperjuangan dalam penyusunan tugas akhir.

8. Seluruh Staf Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tugas

akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang memerlukannya.

Medan, 28 Maret 2008 Penulis,

(6)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR GAMBAR ……….…….… vii

DAFTAR TABEL ………..…… viii

BAB I PENDAULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………. 1

1.2. Perumusan Masalah……… 3

1.3. Tujuan Penulisan………..….. 3

1.4. Batasan Masalah………..……... 3

1.5. Metode Penulisan ……… 4

1.6. Sistematika Penulisan………...……... 4

BAB II SISTEM YANG TAK SEIMBANG 2.1. Pengertian Sistem Yang Tak Seimbang……… 6

2.2. Sistem Komponen Simetris……….. 6

2.3. Operator a………. 8

2.4. Hubungan Antara Operator a Dengan Komponen Simetris………... 8

2.5. Impedansi Urutan ………. 10

2.6. Impedansi Fasa Yang Tak Seimbang ……….. 11

2.7. Analisa Sistem Tak Seimbang Dengan Metode Komponen Simetris ………. 17

(7)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

BAB III BEBAN TAK SEIMBANG

3.1. Pengertian Beban Tak Seimbang ……….………... 21

3.2. Analisa Beban Tak Seimbang Pada Sistem Yang

Ditahan ………. 23

3.2.1. Kondisi Beban Ditahan ………... 23

3.2.2. Kondisi Beban Yang Tak Ditanahkan ….… 25

3.3. Analisa Beban Tak Seimbang Pada Sistem

Yang Tak Ditanahkan……….. 26

3.3.1. Kondisi Beban Ditanahkan ……….. 26

3.3.2. Kondisi Beban Yang Tak Ditanahkan ……. 27

BAB IV RELE GANGUAN TANAH

4.1. Pinsip Kerja Rele Gangguan Tanah ……… 29

4.2. Setting Arus Rele Gangguan Tanah ……….... 32

4.2.1. Setting Arus Rele Gangguan Tanah Di

Feeder 20 KV ( Out Going Relay ) ………. 32

4.2.2. Setting Arus Rele Gangguan Tanah

Di Incoming Transformator…….…………. 33

4.3. Rele Gangguan tanah Terarah (Direktonial

Earth Faul Relay)……….. 34

4.4. Rele Gangguan Tanah Pada Sistem Daya Lisrik …. 36

4.4.1. Rele Gangguan Tanah Pada Sistem Yang

Netralnya Tak Ditanahkan ………... 36

4.4.2. Rele Gangguan Tanah Pada Sistem Yang

Ditanahkan Dengan Komponen Petersen …. 37

4.4.3. Rele Gangguan Tanah Pada Sistem Yang

(8)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

BAB V PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP KERJA RELE GANGGUAN TANAH

5.1. Kondisi Sistem Dan Beban Ditanahkan …………. .. 39

5.2. Hubungan Arus Residu Dengan Rele

Gangguan Tanah ... 40

5.3. Contoh Perhitungan Pengaruh Ketidakseimbangan

Beban Terhadap Kerja Rele Gangguan Tanah ……. 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 45

B. Saran ………..……… 45

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2-1 Tiga Himpunan Fasor Seimbang Yang

Merupakan Komponen Simetris Dari

fasor Tidak Seimbang………. 7

Gambar 2-2 Penjumlahan Secara Grafis Komponen-Komponen Pada Gambar 2-1 Untuk Mendapatkan Tiga Fasor Tidak Seimbang ………. 7

Gambar 2-3 Formasi Simetris ……… 11

Gambar 2-4 Transposisi saluran transmisi fasa-tiga yang tdak simetris … 13 Gambar 2-5 Konfigurasi Formasi Vertikal dan Formasi Horizontal ……. 16

Gambar 2-6 Jala-Jala Tidak Setimbang Dengan Kawat Netral Sebagai Jalur Kembali ……… 19

Gambar 3-1a Hubungan Bintang Jalur Kembali Memakai Kawat Netral ……….. 22

Gambar 3-1b Hubungan Bintang Jalur Kembali Melalui Tanah …………. 22

Gambar 3-1c Hubungan Delta ………. 22

Gambar 3-2 Rangkaian Sistem Beban Tidak Seimbang ……… 23

Gambar 4-1 Transformator Keseimbangan Inti ………. 29

Gambar 4-2 Transformator Arus Netral Pada Sistem ……… 30

Gambar 4-3 Karakteristik Rele ……….. 32

Gambar 4-4 Rangkaian Rele Gangguan Tanah Di Feeder 20 KV ……….. 33

Gambar 4-5 Beberapa Metode Untuk Memperoleh Tegangan Residu Atau Tegangan Netral Ketanah ……….. 35

(10)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 4.7 Rangkaian Kumparan Peterson Berfungsi Untuk

Menunjukkan Saluran Yang Terganggu Pada Sistem ……... 37

Gambar 5-1 Diagram Rele Gangguan Tanah ……….. 40

DAFTAR TABEL

Halaman

(11)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Penggunaan energi listrik memegang peranan penting dalam kehidupan

modern, baik di kawasan industri maupun di kalangan masyarakat. Energi listrik

di abad ini sangat penting dan merupakan salah satu kebutuhan perekonomian

yang berdasarkan atas tantangan yang dihadapi oleh umat manusia dalam

meningkatkan derajat hidupnya. Aspek aspek atau persyaratan dasar yang harus

dipenuhi oleh pengadaan listrik juga mengalami perkembangan oleh sebab itu,

pelayanan energi listrik kepada konsumen diharapkan dapat berjalan dengan baik

dalam arti dapat mencukupi energi listrik dengan kualitas yang memuaskan dan

berkontinuitas. Terutama untuk Negara Indonesia, mengingat banyaknya sektor–

sektor diluar tenaga listrik yang membutuhkan dana untuk pembangunan, maka

pengembangan di sektor tenaga listrik menjadi salah satu faktor penting yang

harus dipertimbangkan . Oleh karena itu, pemakaian energi listrik di suatu negara

harus di anggap sebagai tolak ukur kemajuan rakyatnya.

Untuk mencapai sasaran ini banyak faktor yang harus diperhatikan,

misalkan, sistem distribusi, tegangan dan frekuensi yang konstan maupun

keseimbangan sistem.

Pada sistem distribusi tiga fasa keseimbangan sistem merupakan hal yang

penting, karena sistem yang tidak seimbang akan menyebabkan dampak yang

(12)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

sistem. Ketidakseimbangan sistem ini dapat disebabkan oleh impedansi fasa tidak

seimbang dan beban yang tidak seimbang pula.

Pada hantaran udara formasi dari ketiga hantaran pada tiga fasa akan

mempengaruhi impedansi masing-masing fasanya. Kondisi fasa yang tidak

seimbang umumnya terjadi pada jaringan pedesaan, yang cenderung dihubungkan

dengan transformator dan jaringan distribusi satu fasa dan beban rumah tangga

yang biasanya beban satu fasa. Untuk daerah industri hal ini mungkin juga terjadi

dengan pemasangan beban yang tidak terkontrol.

Ketidakseimbangan sistem dapat dibagi dua yaitu ketidakseimbangan tetap

(static) dan ketidakseimbangan sistem dinamis. Ketidakseimbangan sistem

dinamis merupakan ketidakseimbangan yang bervariasi terhadap waktu. Keadaan

ini dapat berlangsung dalam beberapa menit, detik dan bahkan lebh kecil lagi.

Fluktuasi beban merupakan penyebab utama dari ketidakseimbangan dinamis ini.

Dalam menganalisis ketidakseimbangan sistem, keadaan sistem dan beban

diperlukan. Keadaan yang dimaksud apakah sistem maupun beban ditanahkan

atau tidak. Analisis sistem yang tidak seimbang dapat dilakukan dengan metode

komponen simetris, analisis ini menunjukkan adanya komponen urutan yaitu

komponen urutan positif, komponen urutan negatif dan komponen urutan nol.

Timbulnya komponen urutan nol pada sistem seimbang ditinjau dari keadaan yang

ditanahkan.

Komponen urutan yang dimaksud adalah komponen urutan tegangan, arus

dan impedansi. Dari besaran arus dan impedansi dapat diuraikan menjadi urutan

positif, negatif dan nol. Besaran tegangan terjadi dari tegangan urutan positif,

urutan negatif dan urutan nol. Begitu pula dengan arus dan impedansi mempunyai

urutan positif, urutan negatif dan urutan nol. Arus urutan nol yang terjadi pada

impedansi mempunyai urutan positif, urutan negatif dan urutan nol. Arus

(13)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

untuk mendeteksi suatu gangguan tanah. Deteksi ini dapat dilakukan dengan

menggunakan rele yaitu rele gangguan tanah.

Fungsi rele gangguan tanah adalah untuk mendeteksi suatu gangguan

tanah. Gangguan tanah yang menetap tidak boleh dibiarkan terlalu lama, walau

kecil sekalipun, karena dapat membawa efek negatif pada sistem maupun

makhluk hidup di sekitar daerah gangguan. Titik gangguan harus dialokalisir dan

diperbaiki.

Bekerjanya rele gangguan tanah, bilamana terjadi aliran arus urutan nol

(residu) pada rele gangguan tanah. Untuk mendapatkan arus residu ini ada

beberapa metode yang harus dipergunakan dan salah satunya ada yang

berdasarkan ketidakseimbangan arus fasa yang terjadi akibat gangguan fasa ke

tanah.

Ketidakseimbangan beban dapat ditandai dengan tidak seimbangnya aliran

arus pada masing-masing fasanya dalam sistem tiga fasa. Jika hal ini dihubungkan

dengan salah satu metode untuk mendapatkan arus residu, hubungan ini

menunjukkan adanya aliran arus residu pada rele gangguan tanah akibat

ketidakseimbangan arus fasa. Dari keterkaitan ini tampak bahwa

ketidakseimbangan beban dapat menyebabkan terjadinya aliran arus residu pada

rele gangguan tanah.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu apakah yang

menyebabkan ketidakseimbangan sistem maupun beban itu sendiri terhadap rele

gangguan tanah.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui

sebab-sebab terjadinya ketidakseimbangan beban terhadap rele gangguan tanah.

(14)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Adapun batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini antara lain :

1. Perhitungan untuk mencari arus residu hanya disinggung pada penggunaan

komponen simetris dan operator a serta menggunakan impedansi urutan

sendiri

2. Perhitungan beban tak seimbang hanya dilakukan pada kondisi beban yang

ditanahkan dan kondisi beban yang tak ditanahkan

3. Setting arus dari rele gangguan tanah hanya dilakukan pada rele arus lebih

dan rele gangguan tanah.

1.5. Metode Penulisan

Ada 3 macam metode yang digunakan dalam pembuatan Tugas Akhir ini,

yaitu:

a. Studi literatur, dilakukan dengan mempelajari beberapa referensi yang

memuat masalah yang berhubungan dengan tujuan penulisan.

b. Studi kasus, dengan mengumpulkan data yang ada dilapangan untuk

mendukung penulisan makalah tugas akhir, yang dilakukan di Gardu

Induk Binjai.

c. Studi bimbingan/diskusi, salah satunya adalah melakukan konsultasi

dengan dosen pembimbing tugas akhir.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman pada penulisan ini maka sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I Pada Bab ini tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II Pada Bab ini dibahas tentang sistem yang tak seimbang dengan klasifikasinya sebagai berikut:

1. Sistem Komponen Simetris

2. Operator a

(15)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

4. Impedansi urutan

5. Impedansi fasa yang tidak seimbang

6. Analisa sistem yang tak seimbang dengan metode komponen

simetris

7. Penentuan imedansi urutan sendiri

BAB III Pada Bab ini dibahas tentang beban tak seimbang dengan klasifikasi dan menganalisa kondisi beban, yaitu:

1. Kondisi beban yang ditanahkan

2. Kondisi beban yang tidak ditanahkan

BAB IV Pada Bab ini dibahas tentang rele gangguan tanah yang memiliki klasifikasi sebagai berikut:

1. Prinsip kerja rele gangguan tanah

2. Setting arus rele gangguan tanah di feeder 20 KV (Out going

relay) dan Di Incoming Transformator

3. Rele gangguan tanah terarah

4. Rele gangguan tanah pada sistem daya listrik yang memiliki

bagian sebagai berikut: Rele gangguan tanah pada sistem yang

diketanahkan dengan kumparan petersen, rele gangguan tanah

pada sistem yang diketanahkan dengan tahanan.

BAB V Pada Bab ini dibahas tentang ketidakseimbangan beban terhadap kerja rele gangguan tanah yang memiliki klasifikasi sebagai

berikut :

1. Kondisi sistem dan beban diketanahkan

2. Hubungan arus residu dengan rele gangguan tanah

3. Contoh perhitungan pengaruh ketidakseimbangan beban

(16)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

BAB VI Pada Bab ini dibahas tentang kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

SISTEM YANG TAK SEIMBANG

2. 1. Pengertian Sistem Yang Tak Seimbang

Sistem daya listrik menyalurkan daya dari generator tiga fasa ke beban

tiga fasa yang umumnya seimbang dengan impedansi sama pada setiap fasanya.

Akan tetapi sistem akan berubah tak seimbang apabila tegangan, arus dan

impedansi setiap fasanya tak sama (tak seimbang). Penyebab tak seimbangnya

tegangan, arus dan impedansi ini dapat disebabkan oleh adanya beban yang tak

seimbang. Penyebab beban menjadi tak seimbang itu sendiri diakibatkan oleh

adanya gangguan arus hubung singkat dan penyambungan-penyambungan yang

tak merata pada beban di setiap fasanya. Jadi suatu sistem dikatakan tidak

seimbang apabila tegangan, arus dan impedansi tidak seimbang pada kondisi kerja

normal.

2. 2. Sistem Komponen Simetris

Menurut Fortescue suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n fasa dapat

diuraikan menjadi n fasor-fasor seimbang yang disebut komponen simetris.

Sistem tiga fasa yang tidak seimbang dapat diuraikan menjadi tiga

komponen simetris yaitu :

1. Komponen-komponen urutan positif terdiri dari 3 fasor-fasor yang sama

besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120° dan

(17)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

2. Komponen–komponen urutan negatif terdiri dari 3 fasor-fasor yang sama

besarnya, terpisah antara satu dengan lainnya dalam fasa sebesar 120° dan

mempunyai fasa yang berlawanan dengan fasor-fasor aslinya.

3. Komponen-komponen urutan nol terdiri dari 3 fasor-fasor yang sama besar

dan pergeseran fasa satu dengan yang lainnya nol.

Suatu sistem tiga fasa tegangan masing-masing fasornya adalah Va, Vb dan

Vc. Dalam keadaan tidak seimbang uraian komponen fasor-fasor seimbangnya

yaitu komponen urutan positif ditandai dengan Va1, Vb1 dan Vc1, komponen urutan

negatif ditandai dengan Va2, Vb2 dan Vc2 dan komponen urutan nol Va0, Vb0 dan

Vc0 komponen ini dapat diperlihatkan pada gambar 2-1.

Fasor-fasor tidak seimbang adalah jumlah dari komponen fasor-fasor

urutan nya maka:

Va = Va1 + Va2 + Va0 ………...……….. (2-1)

Vb = Vb1 + Vb2 + Vb0 ………. (2-2)

Vc = Vc1 + Vc2 + Vc0 ………. (2-3)

VbI

VcI VaI

Vb2

Va2

Vc2

Va0

Vb0

Vc0

a. Urutan Positif b. Urutan Negatif c. Urutan Nol

(18)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 2.2. Penjumlahan secara grafis komponen-komponen pada Gambar 2.1 untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang

Operator a adalah suatu perputaran sebesar 1200 dengan arah yang

berlawanan dengan jarum jam dan besarnya sama dengan satu dan sudut 1200

didefenisikan sebagai berikut.

866

Operatornya akan terlihat seperti dibawah ini.

866

2. 4. Hubungan antara operator a dengan komponen simetris

Pada Gambar 2-1 terlihat bahwa Vb1 dan Vc1 sebagai hasil kali fungsi

operator a dengan Va1, begitu juga Vb2, Vc2 terhadap Va2 maupun Vb0, Vc0 terhadap

Va0. Hubungan ini mendapat persamaan sebagai berikut :

Vb1 = a2Va1 Vc1 = aVa1

Vb2 = aVa2 Vc1 = a2Va2

Vb0 = Va0 Vc0 = Va0 ……….. (2-4)

Persamaan (2-4) dimasukkan ke Persamaan (2-1), (2-2) dan (2-3) maka

(19)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Va = Va1 + Va2 + Va0 ……….…….... (2-5)

Vb = a2Va1 + aVa2 + Va0 ………...……….... (2-6)

Vc = aVa1 + a2Va2 + Va0 ………. (2-7)

Dalam bentuk matrik

Dengan mengalikan Persamaan (2-8) dengan A-1 didapatkan

Dari Persamaan (2-5), (2-6), (2-7), (2-9), (2-10), (2-11), di atas mengenai

(20)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

0

Dalam sistem tiga fasa arus kembali In jumlah arus fasanya.

n c b

a I I I

I + + = ……….. (2-18)

Dengan Persamaan (2-18) ke Persamaan (2-15) maka didapatkan

0

3 a

n I

I = ……….. (2-19)

2. 5. Impedansi Urutan

Impendasi suatu rangkaian bila arus-arus urutan positip yang mengalir,

maka impedansinya disebut impedansi terhadap arus urutan positip. Jika arus-arus

negatip saja yang mengalir maka impedansinya disebut impedansi terhadap arus

urutan negatip. Begitu juga dengan arus urutan nol. Impedansi suatu rangkaian

terhadap arus urutan ini disebut dengan istilah impedansi urutan positip,

impedansi urutan negatip dan impedansi urutan nol.

Dalam sistem tiga fasa masing-masing fasa ditandai dengan a, b dan c,

impedansi urutan dapat didefenisikan sebagai beikut.

1. Impedansi urutan positip

1

2. Impedansi urutan negatip

(21)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

3. Impedansi urutan nol

0

a a ao

I V

Z = ;

0 0

b b b

I V

Z = ;

0 0

c c c

I V

Z = ………. (2-22)

Pada jaringan tiga fasa yang seimbang, komponen arus urutan yang

berbeda tidak saling berpengaruh satu dengan yang lainnya, arus positif akan

menimbulkan tegangan jatuh urutan positip saja, begitu pula dengan urutan

negatip dan urutan nol.

Impedansi dari rangkaian statis adalah sama untuk urutan positip dan

negatip, tetapi dapat berbeda untuk urutan nol. Untuk mesin berputar pada

umumnya berbeda untuk tiga fasa.

Dalam penggambaran komponen impedansi urutan pada suatu sistem daya

hanya urutan positip yang mengandung tegangan (ggl) yang terhubung seri

dengan impedansinya. Sedangkan untuk komponen urutan negatip dan nol hanya

mengandung impedansi saja.

2.6. Impedansi Fasa Yang Tidak Seimbang

Sistem tiga fasa hantaran udara ditandai masing-masing fasa a, b dan c.

Pada sistem seimbang induktansi pada masing-masing fasa adalah sama besarnya.

a. Jarak-jarak antara Ketiga Kawat Sama (Simetris) 1

3 2

d31 d12

d23

d12 = d23 = d31 = d

i2,r2 i1,r1

i3,r3

(22)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Analisa rangkaian fasa-tiga sama dengan analisa rangkaian fasa tunggal

yang terdiri dari dua kawat paralel.

Pada kawat pertama saja dengan arus i1 dan jalan balik arus terletak di tak

terhingga. Fluks-lingkup pada kawat 1 karena arus i1 saja (i2 = i3 = 0).

λ lilitan-weber

Bila arus pada kawat 2 = i2, dan i1 = i3 = 0, maka fluks lingkup pada kawat 1

karena arus pada kawat 2,

12

λ lilitan-weber

Demikian juga bila ada arus pada kawat 3,i3,

31

λ lilitan-weber

Bila arus-arus i1, i2 dan i3 ada bersama-sama maka jumlah fluks lingkup

pada kawat 1:

Bila arus-arus fungsi sinus dan simetris sebagaimana umumnya,

(23)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Jadi arus total pada jalan balik yang terletak di tak terhingga itu sama dengan nol,

Subsitusi i1 =−i2i3, dan d =d12+d31 dalam Persamaan (2-23) diperoleh:

Dan karena

1

= mendekati 1 maka Persamaan (2-24) menjadi:

)

b. Jarak-jarak antara Ketiga Kawat Tidak Sama

Bila jarak-jarak antara ketiga kawat-kawat itu tidak sama (tidak simetris)

maka fluks-lingkup pada kawat 1 tergantung dari arus-arus i2 dan i3, demikian

juga halnya untuk kawat 2 dan 3. Jadi induktansi L1, L2 dan L3, demikian juga

reaktansi X1, X2 dan X3 tidak sama.

Untuk mengatasi kesulitan ini, kawat-kawat dari rangkaian fasa-tiga sering

di-transposisi pada jarak-jarak tertentu, sehingga tiap-tiap fasa menduduki tiap

kedudukan kawat untuk 1/3 dari panjang kawat. Keadaan ini membutuhkan paling

sedikit dua titik transposisi. Sehingga membagi jarak itu dalam tiga daerah,

(24)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 2.4. Transposisi saluran transmisi fasa-tiga yang tidak simetris ia

Daerah I Daerah II Daerah III

ib

Transposisi ini gunanya untuk mengatasi ketidak-simetrisan yang

disebabkan oleh kedudukan kawat yang tidak simetris. Dengan kata lain

impedansi perfasa dari rangkaian fasa-tiga yang tidak simetris menjadi simetris

oleh karena transposisi tersebut.

Dalam Gambar 2-7, angka 1,2 dan 3 menyatakan posisi kawat, dan huruf

a, b dan c menyatakan fasa. Juga kelihatan bahwa tiap fasa menduduki ketiga

posisi untuk 1/3 panjang kawat.

Misalkanlah ketiga kawat itu terdiri dari bahan yang sama dan mempunyai

(25)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

a

Daerah III

c

Jumlah fluks-lingkup fasa-a untuk seluruh panjang kawat h:

(26)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Di mana:

Dari Persamaan

km

Sistem tiga fasa yang tidak simetris dan tanpa ditransposisi harga induktansi untuk

ketiga fasa tidak sama, begitu juga dengan impedansinya. Hantaran udara dengan

(27)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

impedansi hantaran b yang di tengah akan lebih kecil jika dibandingkan dengan

hantaran a dan c disebelah luar.

a b

c

b c

a

A. Formasi Vertikal A. Formasi Horizontal

Gambar 2.5. Konfigurasi formasi vertikal dan formasi horizontal

Ketidakseimbangan impedansi ketiga fasa hantaran tersebut (beban seimbang)

akan mengakibatkan arus dan tegangan tidak setimbang.

2.7. Analisis Sistem Tidak Setimbang Dengan Metode Komponen Simetris

Pada sistem yang simetris, bila ada gangguan komponen-komponen

simetris arus yang mengalir akan menimbulkan tegangan jatuh dalam urutan yang

sama.

Ia1 akan menimbulkan Ia1 Za1 saja

Ia2 akan menimbulkan Ia2 Za2 saja

Ia0 akan menimbulkan Ia0 Za0 saja

Pada sistem-sistem yang tidak simetris, suatu komponen arus urutan akan

menimbulkan tegangan jatuh kesemua urutan bersama-sama.

Ia1 akan menimbulkan Ia1 Za1 ; Ia1 Za2; Ia1 Z0

Ia2 akan menimbulkan Ia2 Za1 ; Ia2 Za2; Ia2 Z0

Ia0 akan menimbulkan Ia0 Za1 ; Ia0 Z0; Ia0 Z0

Pada umumnya,

(28)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Vb = a2Ia1 Zb1 + aIa2 Zb2+ Ia0 Zb0……… (2-33)

Persamaan 2-35, 2-36 dan 2-37 dapat secara umum ditulis sebagai berikut:

Va1 = Ia1 Z11 + Ia2Z12+ Ia0 Z10

Z = + + = impedansi sendiri terhadap arus urutan positip

)

Z = + + = impedansi sendiri terhadap arus urutan negatip

(29)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

)

dihasilkan Ia0 dengan Ia0

)

dihasilkan Ia0 dengan Ia0

)

Persamaan-persamaan impedansi diatas merupakan Persamaan (2-39).

Perlu diketahui bahwasannya:

20

2.8. Penentuan Impedansi Urutan Sendiri

Suatu jala-jala tiga fasa yang tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar

(30)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 2.6. Jala-jala Tidak seimbang dengan kawat netral sebagai jalur kembali

a

b

c

n

Zac

Zbc

Zcn

Zaa

Zbb

Zcc

Znn

Zan

Zbn

Impedansi sendiri masing-masing fasanya Zaa, Zbb dan Zcc, impedansi netral Znn.

Mutual impedansi antara fasa dan netral ialah Zab, Zbc, Zac, Zan, Zbn, dan Zcn.

Jadi,

Zab = Zba atau Zac = Zca dan sebagainya.

Jatuh tegangan seri

Va = (Ia Zaa + IbZab + IcZac – InZan ) + (In Znn – IaZan – IbZbn - IcZcn)

Vb = (Ia Zba + IbZbb + IcZbc – InZbn ) + (In Znn – IaZbn – IbZbn - IcZcn)

Vc = (Ia Zca + IbZcb + IcZcc – InZcn ) + (In Znn – IaZan – IbZbn - IcZcn) ……… (2-40)

Dan untuk arus adalah

Ia + Ib+ Ic= In

Ia =Ia1 + Ia2 +Ia0

Ib =a2Ia1+ aIa2 +Ia0

Ic =aIa1 + a2 aIa2 +Ia0

Bila hanya urutan positif saja yang mengalir pada ketiga fasa maka Ia2 = Ia0 =0,

jadi

(31)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Maka jatuh Tegangan

Va = Ia1 (Zaa + a2Zab + aZac) - Ia1 (Zaa + a2Zbn + aZcn)

Vb = Ia1 (Zba + a2Zbb + aZbc) - Ia1 (Zaa + a2Zbn + aZcn)

Vc = Ia1 (Zca + a2Zcb + aZcc) - Ia1 (Zaa + a2Zbn + a Zcn) ………. (2-41)

BAB III

BEBAN TIDAK SEIMBANG

3. 1. Pengertian Beban Tak Seimbang

Suatu beban tiga fasa seimbang apabila arus yang dihasilkannya seimbang,

(32)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

beban yang tak seimbang dapat ditandai dengan tidak seimbangnya arus yang

mengalir pada sistem, kondisi ini dipengaruhi oleh tegangan yang dibangkitkan

sistem tidak seimbang, impedansi fasanya tidak sama dan impedansi beban yang

tidak sama.

Dalam perencanaan sistem daya listrik, sistem direncanakan seimbang.

Keseimbangan dimaksud di sini adalah tegangan yang dibangkitkan seimbang

dan impedansi perfasanya sama (impedansi penyaluran). Munculnya

ketidakseimbangan arus umumnya disebabkan oleh impedansi beban yang tidak

sama perfasanya.

Dalam pemasangan beban, beban yang dihubungkan ke sistem dipasang

seimbang. Beberapa karakteristik peralatan menyebabkan gelombang arus dalam

beban menjadi tidak seimbang. Sebagai contoh di daerah perumahan tiap-tiap

rumah biasanya dipasang dengan satu fasa dari sistem tiga fasa yang

mengakibatkan beban tidak seimbang. Seperti diketahui di rumah-rumah

bermacam-macam alat rumah tangga yang dihidup matikan secara tidak teratur

oleh konsumen. Kemudian di daerah industri banyak peralatan yang bersifat tidak

seimbang, misalnya pemanasan dengan termostat, mesin bubut, tungku listrik,

motor-motor pemutar dan sebagainya. Penyebab lain dengan pemasangan

transformator distribusi satu fasa serta pemasangan beban yang tidak terkontrol,

seperti pencurian energi listrik.

Sistem tiga fasa hubungan beban dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu :

1. Hubungan bintang dengan jalur kembali melalui penghantar netral atau

tanah.

(33)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009 a

n

b c

Zc

Zb

Za

(a)

a

b c

Zc

Zb

Za

(b)

Zn

a

b

c

Zbc

Zab

(c)

Zac

Gambar 3.1. a. Hubungan Bintang jalur kembali memakai kawat netral

b. Hubungan Bintang jalur kembali melalui tanah

c. Hubungan Delta

Pada Sistem tiga fasa yang masing-masing fasanya ditandai dengan fasa a,

b dan c seperti pada Gambar 3-1 suatu beban dikatakan tidak seimbang bilamana :

c b

a Z Z

Z ≠ ≠ atau ZabZacZbc

Dalam menganalisa pada tulisan ini, beban dianggap suatu beban statis dengan

tidak mempunyai impedansi bersama.

Tegangan urutan fasa terhadap terminal beban didapatkan dengan

persamaan.

Va1 = Ia1 Z11 + Ia2 Z12 + Ia0 Z10

Va2 = Ia1 Z21 + Ia2 Z22 + Ia0 Z20 ………..(3-1)

Va0 = Ia1 Z01 + Ia2 Z12 + Ia0 Z00

Dimana:

(34)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Suatu beban terhubung delta seperti terlihat pada Gambar (3-1c) patokan

arus tegangan dan impedansi pada fasa b dan c. Hubungan tegangan urutan adalah

sebagai berikut:

Vbc1, Vca1 = aVbc1, Vab1 = aVbc1 adalah tegangan urutan positip fasa-fasa

pada delta.

Vbc2, Vca2 = aVbc2, Vab2 = aVbc2 adalah tegangan urutan negatip fasa-fasa

pada delta.

Tegangan urutan nol fasa-fasa pada terminal beban Delta ( ) adalah nol,

arus urutan nol yang berputar pada delta ditandai dengan Ibc0.

Tegangan fasa-fasa pada terminal beban delta yang disebabkan oleh arus

urutan yang mengalir adalah:

Vbc = Ibc1 Zbc1 + Ibc2 Zbc2+ Ibc0 Zbc0

Tegangan fasa-fasa pada terminal beban delta yang disebabkan oleh arus

urutan yang mengalir adalah:

Vbc = Ibc1 Zbc1 + Ibc2 Zbc2+ Ibc0 Zbc0

Vca = a2Ica1 Zca1 + aIca2 Zca2+ Ica0 Zca0

Vab = aIab1 Zab1 + a2Iab2 Zab2+ Iab0 Zab0 ……….. (3-2)

3.2. Analisis Beban Tidak Seimbang Pada Sistem Yang Ditanahkan 3.2.1. Kondisi beban ditanahkan

Gambar 3.2. Rangkaian Sistem Beban Tidak Setimbang

a

E

a

Z

0

c

a

2

E

a

a’

aE

a

Z

1

Z

nG

b

Z

2

Z

a

Z

nL

c’

b’

Z

b

Z

c

(35)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Keterangan gambar:

Ea = tegangan yang dibangkitkan

Z1, Z2, Z0 = impedansi urutan generator

Za, Zb, Zc = impedansi beban per fasa

Zn1 = impedansi pentanahan beban

Zng = impedansi pentanahan generator

Tegangan urutan fasa pada titik a untuk

1. Bagian Simetris

Va1 = Ea – Ia1Z1; Va2 = -Ia2 Z2; Va0 = -Ia0(Z0+3ZnG) ... (3-3)

2. Bagian tidak simetris

Va1 = Ia1 Z11 + Ia2 Z12+ Ia0 Z10

Va2 = Ia1 Z21 + Ia2 Z22+ Ia0 Z20

Va0 = Ia1 Z01 + Ia2 Z02+ Ia0 Z00 ……….. (3-4)

Masukkan Persamaan (3-3) ke Persamaan (3-4) maka didapatkan

Ea = Ia1 (Z11 + Z1) +Ia2 Z12 + Ia0 Z10

0 = Ia1 Z21 + Ia2 (Z22 +Z2) + Ia0 Z20

0 = Ia1 Z01 + Ia2 Z02 + Ia(Z00 + Z0 + 3ZnG) ………. (3-5)

Dalam bentuk matriks sebagai berikut:

Dengan metode matrik maka didapatkan sebagai berikut:

Ia1= ( 11/ )Ea+ ( 12/ )0 + ( 13/ )0 = ( 11/ )Ea

Ia2= ( 21/ )0 + ( 22/ )Ea+ ( 23/ )0 = ( 22/ )Ea

(36)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Dimana:

11 = (Z22 + Z2) (Z00 + Z0 + 3ZnG) - (Z02Z20)

22 = (Z11 + Z1) (Z00 + Z0 + 3ZnG) - (Z01Z10)

33 = (Z11 + Z1) (Z22 + Z2) - (Z21Z12)

T = ( 11) ( 22) - ( 33)

= (Z11 + Z1) (Z22 + Z2 ) (Z00 + Z0 + 3ZnG ) + Z12 Z20Z01 + Z10Z21Z02 -

Z10Z01 (Z22 + Z2) - Z02Z20 (Z11 + Z1) - Z21Z12 (Z00 + Z0 + 3ZnG)

……….. (3-7)

Jika beban merupakan beban statis, dimana:

Z00 = Z11 + ZnL

Maka didapat:

11 = (Z22 + Z2) (Z11 + 3ZnL + Z0 + 3ZnG) - (Z12Z10)

22 = (Z11 + Z1) (Z11 + 3ZnL+ Z0 + 3ZnG) – (Z12Z10)

33 = (Z11 + Z1) (Z22 + Z2) - (Z12Z10)

T = ( 11) ( 22) - ( 33)

T = (Z11 + Z1) (Z22 + Z2) (Z11 + 3ZnL + Z0 + 3ZnG) + (Z12)3 + (Z10)3 –

Z12Z10 (Z22 + Z2) – Z10Z12 (Z11+Z1) – Z10Z12 (Z11 + 3ZnL + Z0 +

3ZnG)

T = (Z11 + Z1) (Z22 + Z2) (Z11 + 3ZnL + Z0 + 3ZnG) + Z12(Z12)2 +

Z10(Z10)2 – Z12Z10 (Z11 + 3ZnL + Z0 + 3ZnG) ……….. (3-8)

Arus urutan adalah

Ia1 = [(Z22 + Z2) (Z11 + 3ZnL + Z0 + 3ZnG) – (Z12Z10)/ ] Ea

Ia2 = [(Z11 + Z1) (Z11 + 3ZnL + Z0 + 3ZnG) – (Z12Z10)/ ] Ea

Ia0 = [(Z11 + Z1) (Z22 + Z2) - (Z12Z10)/ ] Ea ……… (3-9)

3.2.2. Kondisi beban yang tidak ditanahkan

Perhatikan Gambar (3-2) suatu beban yang tidak ditanahkan maka nilai

(37)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

∆T = (Z11 + Z1) [(Z22 + Z2) ((Z11 + ∞ + Z0 + 3ZnG) + Z12(Z12)2 Z10(Z10)2

Z12Z10(Z11 + ∞ + Z0 + 3ZnG)]

= ∞

Maka didapatkan nilai Ia0 adalah

Ia0 = [ (Z11 + Z1) [(Z22 + Z2) - ((Z12 Z10 )/ ∞ ] Ea

= 0

Bila mana Ia0 = 0 maka didapatkan persamaan

Ea = Ia1 + (Z11 + Z1) – Ia2Z12

0 = Ia1Z21 + Ia2(Z22 + Z2)

0 = Ia1Z01 + Ia2Z02………(3.10)

Ia1 = {(Z22 + Z2) + [(Z11 + Z12)(Z22 + Z12)-Z21Z12]}Ea…………..(3-11)

Ia2 = {(Z11 + Z1) + [(Z11 + Z12)(Z22 + Z12)-Z21Z12]}Ea…………..(3-12)

3.3. Analisa Beban Tidak Seimbang Pada Sistem Yang Tidak Ditanahkan

Pada sistem yang tidak ditanahkan ZnG adalah tak terhingga (∞). Apabila

sistem dihubungkan pada suatu beban bagaimanapun keadaannya, tidak ada arus

urutan nol yang mengalir. Yang ada hanya arus urutan positif dan negatif.

Besarnya arus urutan positif dan negatif nilainya sama dengan sistem yang tidak

ditanahkan pada kondisi beban yang tidak ditanahkan.

3.3.1. Kondisi beban yang ditanahkan

Suatu beban ditanahkan dengan impedansi (ZnL) maka besar arus urutan

nol adalah sebagai berikut

Ia0 = [(Z11 + Z1)(Z22+Z2) – (Z12Z10)/ ∆]Ea

∆T = (Z11 + Z1) [(Z22 + Z2) ((Z11 + ∞ + Z0 + 3ZnG) + Z12(Z12)2 Z10(Z10)2

Z12Z10(Z11 + ∞ + Z0 + 3ZnG)]

= ∞

Maka:

(38)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

= 0

Untuk Arus Ia1 dan Ia2 dengan Jalan yang sama pada kondisi sistem ditanahkan

pada beban yang tidak ditanahkan adalah

Ia1 ={(Z22 + Z2)/[(Z11 + Z1) (Z22 + Z2) – (Z21Z12]} Ea

Ia1 ={(Z11 + Z1)/[(Z11 + Z1) (Z22 + Z2) – (Z21Z12]} Ea

3.3.2. Kondisi beban yang tidak ditanahkan

Ia0 = [(Z11 + Z1)(Z22 +Z2) – (Z12Z10)/ ∆]Ea

∆T = (Z11 + Z1) [(Z22 + Z2) ((Z11 + ∞ + Z0 + 3ZnG) + Z12(Z12)2 Z10(Z10)2

Z12Z10(Z11 + ∞ + Z0 + ∞)]

= ∞

Maka:

Ia0 = [(Z11 + Z1)(Z22 +Z2) – (Z12Z10)/ ∞]Ea

= 0

Untuk arus Ia1 dan Ia2 nilainya sama dengan Persamaan (3-11) dan (3-12) pada

kondisi beban yang ditanahkan pada sistem ditanahkan yaitu :

Ia1 = {(Z22 + Z2)/[(Z11 + Z1)(Z22 + Z2) – Z21Z12]}Ea

(39)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

BAB IV

RELE GANGGUAN TANAH

Suatu gangguan yang terjadi pada sistem daya listrik dapat mengakibatkan

efek kerusakan pada peralatan, sistem dan keselamatan umum di daerah

penyaluran daya, oleh karena itu gangguan perlu diamankan secepat mungkin.

Koordinasi kerja sistem pengaman (proteksi tidak akan lepas dari ketiga effek

yang di atas. Pemutusan harus hanya terjadi pada daerah yang terganggu saja.

Karena itu kerja sistem pengaman harus efektif. Kemampuan untuk merasakan

gangguan harus sensitif, ketepatan kerja harus tepat dan dapat dipercaya

keandalannya.

Gangguan tanah adalah terhubungnya konduktor fasa dengan beban atau

tempat yang terhubung dengan tanah sehingga beban atau tempat tersebut

bertegangan dan mengalirkan arus ke tanah. Gangguan ini merupakan gangguan

yang terbesar dari semua jenis gangguan sistem daya listrik. Karena itu pengaman

terhadap gangguan tanah in merupakan suatu hal yang penting.

Rele gangguan tanah (Ground Fault Relay) adalah pengaman terhadap

gangguan tanah. Arus atau tegangan nol (residu) merupakan penggerak rele ini.

Sistem daya listrik pada umumnya titik netralnya ditanahkan, baik pentanahan

langsung (Solid Grounded) maupun melalui impedansi, karena itu arus residu

merupakan penggerak utama rele gangguan tanah. Tegangan residu biasanya

digunakan pada sistem yang tidak ditanahkan. Rele gangguan tanah terarah

(Directional Ground Fault Relay) mempergunakan arus dan tegangan residu.

Munculnya arus urutan nol yang terjadi pada rele gangguan tanah

umumnya disebabkan oleh adanya suatu gangguan tanah yang terjadi pada sistem

daya listrik.

Di samping itu ada lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan munculnya

arus urutan nol (residu). Faktor-faktor ini dapat menyebakan bekerjanya rele

gangguan tanah dari hal yang tidak diinginkan. Karena itu faktor-faktor yang

diinginkan ini perlu diperhatikan, terutama sekali dalam menentukan setting rele

(40)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

4. 1. Prinsip Kerja Rele Gangguan Tanah

Suatu sistem tenaga listrik tiga fasa mengalami gangguan tanah.

Gangguan tanah ini akan mengakibatkan terjadinya aliran arus ke tanah. Besarnya

gangguan tanah ini bervariasi, mulai dari kecil sampai yang besar. Dengan

menggunakan metode komponen simetris dapat ditentukan besar arus gangguan

tanah yang terjadi. Arus urutan nol (residu) yang merupakan sumber penggerak

rele gangguan tanah, beberapa metode untuk mendapatkannya:

1. Transformator Keseimbangan Inti (Core Balance Transformator)

Transformator keseimbangan inti umumnya dipergunakan pada proteksi

tegangan rendah. Prinsip kerja dari Transformator keseimbangan inti seperti

terlihat pada Gambar 4-1 Konduktor fasa dan netral semua lewat melalui daerah

yang sama.

Di bawah kondisi normal, keseimbangan dan ketidakseimbangan beban

satu fasa hubung singkat tanpa melibatkan tanah. Semua arus keluar dan kembali

melalui transformator arus. Fluksi bersih yang dihasilkan dalam transformator

arus keseimbangan inti akan nol dan arus tidak akan mengalir ke rele. Dimana

suatu gangguan tanah terjadi, arus gangguan tanah kembali ke rangkaian

konduktor peralatan dan mungkin bagian tanah lainnya. Fluksi yang dihasikan

(41)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 4.1. Transformator Keseimbangan Inti

Rele gangguan tanah yang dihubungkan dengan transformator arus

keseimbangan inti ini sangat sensitif dan mampu untuk mendeteksi arus gangguan

tanah dalam miliAmpere.

2. Transformator arus dipasang pada netral sistem yang ditanahkan

Pemasangan transformator arus seperti Gambar 4.3 di bawah ini. Rele

dihubungkan dengan sekunder tansformator arus dan primernya dihubungkan ke

netal sistem yang ditanahkan.

Arus gangguan tanah yang kembali melalui netral ditransformasikan

melalui transformator arus. Besarnya arus gangguan tanah tergantung pada tipe

pentanahan dan lokasi dimana terjadinya gangguan. Batasan proteksi tidak hanya

terbatas pada gulungan transformator atau generator itu sendiri, rele akan

merasakan gangguan di luar gangguan transformator atau generator. Karena itu

proteksi semacam ini dikatakan gangguan tanah tak terbatas.

Rele

CT

In

N

Ic

Ib

Ia A

B

C Ic

Gambar 4.2. Transformator arus netral pada sistem

Untuk dapat bekerjanya rele gangguan tanah membutuhkan arus residu

yang cukup besar. Kerja rele biasanya dihubungkan dengan keterlambatan waktu.

Hubungan antara arus kerja rele dengan keterlambatan waktu membentuk

(42)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Karakteristik ini ada beberapa macam yaitu :

• Rele arus lebih dengan arus seketika (Instantaneouse Moment)

• Rele arus lebih dengan waktu tertentu (Definite Time Over Curent Relay)

• Rele arus waktu berbanding terbalik (Inverse Time Over Curent Olay)

1. Rele arus lebih dengan waktu seketika (Instantaneouse Moment)

Yaitu: Saat rele mulai bekerja sampai rele menutup kontak trip bekerja

dalam waktu yang sangat cepat dan singkat, yaitu sekitar 20 ms

sampai 50 ms.

Pada rele ini waktu bekerja tidak dapat diatur menurut kebutuhan

yang diinginkan, yang dapat diatur hanya arus kerja selesai dengan

kebutuhan yang diinginkan. Rele ini bekerja tidak tergantung

waktu, tetapi berdasarkan arus setting yang diberikan pada rele

tersebut.

2. Rele arus lebih dengan waktu tertentu (Definite Time Over Curent Relay)

Yaitu: Saat rele mulai bekerja sampai rele menutup kontak trip

diperpanjang dengan waktu tertentu dan tidak tergantung pada

arus yang menggerakkan rele.

Keuntungan dari rele arus lebih dengan waktu tertentu adalah

mudah dikoordinasikan dengan rele sejenisnya. Rele arus lebih

dengan waktu tertentu ini baik untuk seksinya sedikit, karena kerja

rele hampir sama jika terjadi gangguan dekat sumber atau pada

ujung saluran.

3. Rele arus waktu berbanding terbaik (Invers Time Over Curent Relay)

Yaitu: Rele arus lebih waktu berbanding terbalik adalah saat rele mulai

bekerja sampai rele menutup kontak trip mempunyai waktu yang

berbanding terbalik dengan besarnya arus yang menggerakkan rele

(43)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Dengan demikian rele arus lebih ini bekerja dimana tundaan

waktunya tergantung kepada besar kerja arus hubung singkat.

Semakin besar arus hubung singkat yang terjadi, maka tunda waktu

kerja dari rele lebih kecil.

Gambar 4.3. Karakteristik Rele

4. 2. Setting Arus Rele Gangguan Tanah

(44)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

BEBAN TRAFO DISTRIBUSI / INDUSTRI 937

GFR/OCR

937

GFR/OCR

20 KV 150 KV

GI 30 MVA 150 KV/20 KV

GFR/OCR

935

Gambar 4.4. Rangkaian Rele Gangguan Tanah di Feeder 20 KV

GFR/OCR

Setelan Arus Rele Gangguan Tanah

Untuk menentukan Iset rele gangguan tanah biasanya dipilih 10% - 20%

dari I set OCRnya (Over Current Relay) dimana untuk setelan arus OCR

dihitung berdasarkan arus beban mengalir dipenyulangan atau incoming

transformator :

Untuk rele arus lebih yang terpasang dipenyulang tersebut.

Untuk rele arus leih yang terpasang di incoming transformator dihitung

berdasarkan arus nominal transformator tersebut.

Rele invers biasanya diset sebesar (1,05 – 1,1) x I beban sedangkan relay

defenite diset sebesar (1,02 -1,3) x I nominal

Untuk data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2 (Data Setting Over

Current & Ground Fault Gardu Induk Binjai).

Setting Arus Over Current Relay

I set (primer) = Iset x I beban

= 1,05 x 937 Amp = 983, 85 Amp

I set (sekunder) =

CT Ratio Iset(primer)

= 0.8198Amp

5 600

85 , 983

=

(45)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

I set (sekunder) =

4.2.2. Setting Arus Rele Gangguan Tanah Di Incoming Transformator

Diketahui data sebagai berikut :

Kapasitas Transformator = 30 MVA

Tegangan = 150/20KV

Rasio CT = (1000/5) Amp

Setting Arus Over Current Relay

In = Amp

Iset primer

55

Setelan Arus Ground Foult Relay

I set (primer) = 30% x 910,4 Amp = 273,12 Amp

4. 3. Rele Gangguan Tanah Terarah (Directional Earth Fault Relay)

Rele arah (Directional Relay) digunakan apabila arus gangguan mengalir

dari banyak jurusan ke titik gangguan melalui lokasi rele. Rele yang digunakan

untuk rele arah gangguan tanah mempunyai jenis yang sama seperti yang

digunakan untuk rele proteksi arus lebih. Kumparan arusnya adalah dari elemen

arah dihubungkan guna mendeteksi pada arus residu dari transformator arus, dan

kumparan tegangan dihubungkan pada tegangan yang sesuai guna memberikan

(46)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

dan tegangan residu Vr kopel, pada rele akan sebanding dengan Ir x Vr cos (Q- )

dimana: Q = adalah sudut kopel maksimum dari rele dan

= adalah sudut anatara tegangan dan arus yang dipakai.

Arus residu untuk proteksi saluran didapat dari penjumlahan arus-arus fasa

yang menggunakan transformator arus tiga fasa atau sebuah transformator arus

jenis “keseimbangan inti”. Bila arus –arus dari fasanya dinyatakan dengan IA, IB,

IC, hubungan vektornya adalah :

IA + IB + IC = 0; dalam keadaan normal

IA + IB + IC = Ir; dalam keadaan gangguan satu fasa ketanah

Tegangan residu Vr dapat diperoleh dengan beberapa cara seperti dalam

Gambar 4-4. Nilai tegangan fasa-fasa dari ketiga kawat dinyatakan IA, IB, IC maka

jumlah ketiga vektor adalah :

VA + VB + VC = 0 ; dalam keadaan normal

VA + VB + VC = Vr : dalam keadaan gangguan satu fasa ke tanah

Gambar 4.5. Beberapa metode untuk memperoleh tegangan residu atau tegangan netral ke tanah

(b) Dengan tiga buah transformator tunggal, belitan tersier dihubung delta terbuka

(c) Dengan transformator fasa tunggal dihubungkan pada netral transformator

(47)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

(d) Dengan tiga buah transformator tunggal terhubung bintang dan transformator

bantu terhubung delta terbuka.

Besar Vr (tegangan residu) pada saat gangguan terjadi tergantung dari

metode pentanahan netral dari sistem dan tahanan gangguan. Pada sistem yang

normal tegangan ketiga fasa ke tanah sama besar dan berbeda 120°. Tetapi bila

mana terjadi gangguan tanah, tegangan ke tanah pada fasa yang terganggu akan

berkurang tergantung pada metode pentanahan netral sistem, dan tegangan ke

tanah pada fasa yang sehat mungkin bertambah besar.

Pada sistem yang terisolir atau yang ditanahkan melalui kumparan peterson,

tegangan residu Vr naik 3 kali tegangan fasa ke netral dari keadaan normal.

Sedangkan pada sistem yang ditanahkan langsung Vr mempunyai harga

maksimum yang sama besar dengan tegangan fasa ke netral.

4.4. Rele Gangguan Tanah Pada Sistem Daya Listrik

4.4.1. Rele gangguan tanah pada sistem yang neralnya tidak diketanahkan

Arus gangguan tanah pada sistem yang netralnya tidak ditanahkan adalah

kecil. Arus gangguan tanah ini tidak dipengaruhi oleh impedensi sumber maupun

tahanan dan resitensi jaringan, tetapi hanya dipengaruhi tegangan sistem dan

kapasitansi ke tanah dari seluruh jaringan pada sistem tersebut.

Rele Arus Lebih Dengan Arah

Rele arus lebih terarah ini mendeteksi arus kapasitif pada saat terjadinya

gangguan satu fasa ke tanah, sehingga rele ini mendapat sumber dari

transformator arus dan transfamator tegangan dengan hubungan segitiga terbuka.

Metode ini dapat bekerja selektif dan sistem yang mempunyai panjang seluruh

(48)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 4.6. Rangkaian Rele Gangguan Tanah Terarah

4.4.2. Rele gangguan tanah pada sistem yang diketanahkan dengan kumparan peterson

Pada sistem pentanahan dengan kumparan Peterson, kumparan Peterson

ditala terhadap kapasitansi ke tanah dari sistem, dimana arus gangguan tanah di

kompensasi oleh arus kumparan peterson yang induktif sehingga arus gangguan

menjadi kecil.

Dengan demikian gangguan dapat dengan segera ditekan atau dipadamkan.

(49)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 4.7. Rangkaian Kumparan Peterson berfungsi untuk menunjukkan saluran yang terganggu pada sistem

Jadi dengan kumparan Peterson sebenarnya sistem itu telah dilindungi dari

ganguan tanah, walaupun gangguan masih belum hilang karena arus gangguan

telah menjadi kecil. Walaupun demikian gangguan itu harus dililangkan.

Gangguan ini timbul akibat terjadinya tegangan tembus (breakdown) pada isolator

yang telah buruk keadaannya, adanya kenaikan tegangan dari fasa-fasa yang tidak

terganggu menjadi 3 kali tegangan fasa sebelum gangguan. Dalam hal ini

perlunya tindakan pencegahan dengan bantuan peralatan proteksi untuk

melokalisir daerah gangguan. Gangguan yang tidak menetap tidak boleh terlalu

lama dibiarkan dari waktu yang telah ditetapkan dan titik gangguan harus segera

dilokalisir dan diperbaiki. Proteksi untuk menunjukkan adanya gangguan dan

letaknya gangguan tersebut memerlukan rele khusus dan harus sensitif sekali

(50)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

4.4.3. Rele gangguan tanah pada sistem yang diketanahkan melalui tahanan

Pentahanan melalui tahanan ada 2 macam yaitu pentanahan dengan

tahanan rendah dan tahanan tinggi.

1. Pentanahan dengan tahanan rendah

Pentanahan dengan tahanan rendah ini di PT. PLN (Persero) biasanya

mempergunakan nilai 12-40 Ohm. Nilai tahanan 12 Ohm untuk jaringan kabel

tanah, arus gangguan tanah maksimum 1000 Ampere, sedangkan tahanan 40

Ohm dipergunakan pada jaringan saluran udara dengan kabel tanah dengan

arus gangguan tanah maksimum 300 Amprere. Proteksi tanah mempergunakan

rele arus lebih. Arus gangguan tanah variasinya kecil sehingga efektif

penggunaan rele dengan karakteristik arus terbalik (inverse time) sebaiknya

dipergunakan rele karakteristik waktu tetap yang lebih selektif dan mudah

penyetelannya.

Arus gangguan tanah yang tidak terlalu besar, dalam penyetelannya arus lebih,

arus kapasitif (terutama sistem kabel tanah) perlu diperhatikan.

2. Pentanahan dengan tahanan tinggi

Pentanahan dengan tahanan tinggi di PT. PLN (Persero) mempergunakan nilai

tahanan 500 Ohm, arus gangguan tanah maksimum 25 Ampere.

Arus gangguan tanah relatif kecil, pengaman dengan rele arus normal tidak

dapat dipergunakan lagi dan harus dipakai rele arus tanah terarah yang lebih rumit

dan mahal. Demikian pula selektifitas (diskriminitas) hanya dilakukan dengan

waktu.

BAB V

PENGARUH KETIDAK SEIMBANGAN BEBAN TERHADAP KERJA RELE GANGGUAN TANAH

Rele gangguan tanah merupakan peralatan proteksi gangguan tanah yang

(51)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

muncul bukan saja saat terjadinya suatu gangguan, namun terjadi juga pada faktor

seperti beban yang tidak seimbang.

Seperti ketidakseimbangan beban pada sistem daya listrik, belum tentu

akan menghasilkan arus urutan nol pada rele gangguan tanah. Tetapi hal ini perlu

diperhatikan kondisi sistem dan beban maupun metode deteksi arus urutan nol

untuk rele ganguan tanah.

Pada uraian bab-bab terdahulu, telah dipaparkan bahwa arus urutan nol

terjadi pada keadaan beban tidak seimbang pada kondisi sistem dan beban

ditanahkan serta metode arus urutan nol. Terjadinya arus urutan nol pada rele

gangguan tanah akan mempengaruhi kerja rele gangguan tanah. Pada uraian

berikut ini akan diterangkan bagaimana pengaruh terjadinya dan seberapa jauh

ketidaksetimbangan beban dapat mempengaruhi rele gangguan tanah.

5.1. Kondisi Sistem Dan Beban Diketanahkan

Keadaan ini dapat dilihat pada Gambar 3-2 pada Bab III, karena adanya

beban yang tidak seimbang akan terjadi sirkulasi arus ke tanah, sistem antara

sumber dan beban yang ditanahkan dan diteruskan oleh rele ganguan tanah ke

netral sumber. Aliran arus ke tanah ini akan dirasakan oleh rele gangguan tanah

seolah-olah adanya gangguan tanah.

Ketidakseimbangan yang cukup besar membuat arus urutan nol yang

cukup besar sehingga mampu untuk menggerakkan rele gangguan tanah. Besarnya

arus urutan nol (residu) yang terjadi tergantung pada impedansi urutan sistem,

impedansi pentanahan, tanahan tanah dan tegangan sistem.

Hal ini dapat diliat pada Rumus 5-1 di bawah ini.

a E Z Z Z Z Z Z I

∆+ − +

= 11 1 11 2 12 10 0

) )(

(

……….. (5-1)

Rumus 5-1 di atas dengan mengabaikan unsur-unsur induktansi bersama dan

kapasitansi saluran.

Di PT. PLN (Persero) sistem ini diterapkan pada sistem distribusi 3 fasa 3

kawat tegangan 20 KV, pentanahan transformator dengan pentanahan langsung.

(52)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

maksimum. Sistem seperti ini sulit untuk membuat sensitifitas yang tinggi, karena

sulit untuk membedakan arus residu yang diakibatkan oleh gangguan tanah atau

beban yang tidak setimbang.

5.2. Hubungan Arus Residu Dengan Rele Gangguan Tanah

Pada waktu tidak ada gangguan tanah, penjumlahan dari ketiga arus

saluran adalah nol (secara teoritis).

0

= +

+ b c

a I I

I ……… (5-2)

Sehingga jumlahdari ketiga arus sekunder CT juga sama dengan nol.

0

= + + bs cs

sa I I

I ………. (5-3)

Penjumlahan vektor dari (Isa +Ibs +Ics)disebut dengan arus residu (IR).

CB

CB

CB

A

B

C Ias

Ibs

Ics

Rele IR

N

Gambar 5-1. Diagram Rele Gangguan Tanah

Apabila tidak terjadi gangguan tanah maka:

0

= + +

= as bs cs

R I I I

I ……….. (5-4)

Karena rele gangguan tanah tidak bekerja, tetapi apabila terjadi gangguan

tanah sistem menjadi terganggu dan (Ias +Ibs +Ics) memiliki nilai tertentu, oleh

(53)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

yang mengalir lebih besar dari pada nilai arus pick-up, maka rele gangguan tanah

akan bekerja.

Kejadian di atas menerangkan cara rele gangguan tanah bekerja akibat

adanya gangguan tanah. Tetapi apabila terjadi gangguan ketidaksetimbangan

beban cara kerja rele gangguan tanah sebagai berikut:

Pada kondisi sistem seimbang jumlah arus fasa adalah nol sehingga tidak ada arus

yang mengalir pada rele (Ias +Ibs +Ics =0). Aliran arus terjadi akibat tidak

seimbangnya aliran arus pada fasa-fasa sistem (Ias +Ibs +Ics).

Ketidakseimbangan fasa-fasa sistem diakibatkan oleh gangguan satu fasa atau dua

fasa ke tanah maupun beban yang tidak seimbang.

Bila terjadi gangguan beban yang tidak seimbang maka (Ias +Ibs +Ics)

akan memiliki nilai tertentu sehingga ada arus yang mengalir melalui rele.

Apabila arus yang melalui rele lebih besar dari arus setting rele, maka rele akan

bekerja. Namun rele gangguan tanah membutuhkan arus yang cukup besar

sehingga gangguan ketidakseimbangan beban yang terlalu kecil tidak akan dapat

membuat rele bekerja. Ketidakseimbangan beban yang sudah melewati batas

normal memungkinkan rele gangguan tanah untuk bekerja apalagi dalam beban

yang cukup besar. Ketidakseimbangan beban yang sudah melewati batas normal

ini diakibatkan adanya fluktuasi beban. Kondisi ini dimungkinkan terjadi pada

waktu yang amat singkat akan tetapi sudah dapat membuat rele gangguan tanah

bekerja.

5.3. Contoh Perhitungan Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Kerja Rele Gangguan Tanah

Perhitungan ini dilakukan pada sistem distribusi tiga fasa tiga kawat 20 kV

mempergunakan transformator Daya 30 MW. Pentanahan netralnya melalui

tahanan 40 Ohm dan setting primer rele gangguan tanah pada setting sensitif yaitu

10% dari arus tanah maksimum yang terjadi pada sistem impedansi induktif

urutannya adalah X1 = X2 = X0 = 38,3 %.

(54)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Arus gangguan tanah:

n

ZG = Impedansi gangguan

Arus gangguan maksimum bilamana ZG = 0 maka Persamaan (*) menjadi

n

Perhitungan ini didasarkan pada transformator 30 MW (MVA)

Impedansi dasar adalah =

Impedansi urutan transformator X1, X2 dan X0 adalah:

(55)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009

Setting primer rele gangguan tanah:

10% x 286,36 Ampere = 28,638 ~ 30 Ampere

2. Pengaturan Arus Beban

Arus beban diatur dengan anggapan faktor daya untuk ketiga fasa adalah

sama, ketidakseimbangan yang diatur hanya besaran saja, jadi arus fasanya

mempunyai selisih sudut satu dengan yang lainnya 1200. Ketidakseimbangan arus

diatur sedemikian rupa sehingga didapat arus residu sama dengan setting primer

arus rele gangguan tanah. Pengaturan ini dilakukan dari beban kecil sampai

dengan arus beban penuh, fasa yang diaturnya hanya satu yaitu fasa b saja.

Ketidakseimbangan arus ini dapat menentukan besar komponen arus

simetrisnya, dimana:

Arus residu : In = Ia0 = Ia + Ib +Ic

Arus urutpositif : Ia1 = 1/3 (Ia + aIb + a2Ic)

Arus urutan negatif : Ia2 = 1/3 (Ia + a2Ib + aIc)

Contoh perhitungan

Ia = 200∠00 =200 Ampere

Ib = 170∠-1200 = -85 – j147,22 Ampere

Ic = 200∠1200 = -100 + j173,2 Ampere

Arus residu

In = 3Ia0 = Ia + Ib +Ic

= 200 – 85 – j147,22 – 100 + j173,2

= 15 + j25,98 Ampere

= 30 ∠ 600 Ampere

Arus urutan positif

Ia1 = 1/3 (Ia + aIb + a2Ic)

= 1/3 (200∠00 + 1∠-1200 x 170∠-1200 + 1∠2400 x 200∠1200)

= 1/3 (200∠00 + 170∠00 + 200∠00)

= 1/3 (5700∠ 00)

(56)

Wira Tua Saragi : Studi Pengaruh Beban Tidak Setimbang Terhadap Rele Gangguan Tanah (Aplikasi Gardu Induk Binjai), 2008.

USU Repository © 2009 Arus urutan negatif

Ia2 = 1/3 (Ia + a2Ib + aIc)

= 1/3 (200∠00 + 1∠2400 x 170∠-1200 + 1∠1200 x 200∠1200)

= 1/3 (200∠00 + 170∠1200 + 200∠2400)

= 1/3 (200-85 + j147,22 – 100 + j173,2)

= 1/3 (15 – j25,98 )

= 1/3 (30 ∠-600)

= 10∠-600 Ampere

Untuk beban contoh perhitungan yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.1.

berikut.

Tabel 5.1. Contoh Perhitungan

Ia Ib Ic In Ia1 Ia2

(A) (A) (A) (A) (A) (A)

50∠00 20∠-1200 50∠1200 30∠600 40∠00 10∠-600

100∠00 70∠-1200 100∠1200 30∠600 90∠00 10∠-600

200∠00 170∠-1200 200∠1200 30∠600 190∠00 10∠-600 300∠00 270∠-1200 300∠1200 30∠600 290∠00 10∠-600 400∠00 370∠-1200 400∠1200 30∠600 390∠00 10∠-600 500∠00 470∠-1200 500∠1200 30∠600 490∠00 10∠-600 600∠00 570∠-1200 600∠1200 30∠600 590∠00 10∠-600 700∠00 670∠-1200 700∠1200 30∠600 690∠00 10∠-600 800∠00 770∠-1200 800∠1200 30∠600 790∠00 10∠-600 866∠00 836∠-1200 866∠1200 30∠600 856∠00 10∠-600

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar

Tabel 5.1 Contoh Perhitungan ……………………………………….. 44
Gambar 2.1. Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan               komponen simetris dari fasor tak seimbang
Gambar 2.2. Penjumlahan secara grafis komponen-komponen pada                        Gambar 2.1 untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang
Gambar 2.3. Formasi Simetris
+7

Referensi

Dokumen terkait

Batasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah Sistem pakar ini hanya membahas gejala - gejala depresi berdasarkan instrumen Beck Depression Inventory II (BDI

Keragaman yang dapat dijelaskan oleh biplot komponen utama dua dimensi ini sebesar 73,01% yang berarti bahwa interpretasi biplot yang dihasilkan mampu menerangkan

[r]

Pertama , kata ‘abd tidak dipergunakan dalam pengertian budak yang dikuasai tanpa kemerdekaan sama sekali sebagaimana makna historis, kecuali hanya tiga kali: (1) Sekali

Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh fraksi berat serat serabut kelapa pada 5%, 15%, 25%, 35% dan 45% terhadap kekuatan kejut biokomposit, serta menganalisa

Menurut Sugiyono (2011:35), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih ( independent )

Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas mangrove yang meliputi jenis-jenis mangrove, keanekaragaman mangrove,

Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pemlastis polietilen glikol 400, dietilen glikol, dan dimetil ftalat terhadap kemampuan bioplastik