• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Aktivitas Antioksidan Pada Pembuatan Tempe dari Kedelai, jagung dan Dedak Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Aktivitas Antioksidan Pada Pembuatan Tempe dari Kedelai, jagung dan Dedak Padi"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA PEMBUATAN

TEMPE DARI KEDELAI, JAGUNG DAN DEDAK PADI

SKRIPSI

Oleh :

RINI MINDASARI

050305012 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Judul Skripsi : Studi Aktivitas Antioksidan Pada Pembuatan Tempe dari Kedelai, jagung dan Dedak Padi

Nama : Rini Mindasari

NIM : 050305012

Departemen : Teknologi Pertanian

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pertanian

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS Linda Masniary Lubis, STP.M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen

(3)

Abstract

RINI MINDASARI: A Study on The Activity of Antioxidant in Making Tempe from Soybean, Maize and Rice Bran.

Supervised by Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS and Linda Masniary Lubis, STP, M.Si.

Indonesia as tropical country has many crop which have potencies as sources of antioxidant, among

other things bulk. This research is conducted to know the activity antioxidant from bulk extract soybean, maize

and rice bran sangrai by using method tiosianat. Each; Every treatment determined by rate proksimat. The

research was conducted at Januari - Februari 2010 at The Laboratory of Food Technology, Faculty of

Agriculture, North Sumetera University, Medan, using factorial Completely Randomized Design (CRD) with two

factor, addition mixture of soy and maize (K) 0:4, 3:1, 2:2, 1:3 and 4:0, and rice bran concentration 0 %, 5 %, 10

%, 15 % dan 20 %. Parameters analysed water rate, ash content, protein content, fat content, harsh fibre content,

ekstraksi of component of antioxidant and activity antioxidant.

The results show that addition mixture of soy and maize and rice bran concentration, had highly

significant effect on moisture content, ash content, protein content, content of fat and harsh fibre content.Activity

antioxidant of at highest hexane extract at treatment of K4 and D5, each owning factor protektif of equal to 2,608

and 2,594, α-tokoferol 1,97. Extract of Hexane of K4 and D5 can maintain the sour oxidation of linoleat of up to 16,437 and 16,350 day.

Keyword: Soybean, Maize, Rice Bran, The Activity of Antioxidant in Making Tempe. ABSTRAK

RINI MINDASARI: Studi tentang Aktivitas Antioksidan pada Pembuatan Tempe dari Kedelai, Jagung dan Dedak

Padi. Dibimbing oleh Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS dan Linda Masniary Lubis, STP, M.Si.

Indonesia sebagai negara tropik yang mempunyai berbagai jenis tanaman yang berpotensi menghasilkan

antioksidan, di antaranya biji-bijian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak

kedelai, jagung dan dedak padi sangrai dengan menggunakan metode tiosianat. Setiap perlakuan ditentukan kadar

proksimatnya. Penelitian dilakukan pada Januari - Februari 2010 di Laboratorium Teknologi

Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktorial

yaitu campuran kedelai dan jagung sangrai (K) dengan perbandingan 0:4, 3:1, 2:2, 1:3 dan 4:0, dan konsentrasi

dedak padi sangrai (D) sebesar 0 %, 5 %, 10 %, 15 % dan 20 %. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, kadar

abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, ekstraksi komponen antioksidan dan aktivitas antioksidan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jenis perlakuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Aktivitas antioksidan pada

ekstrak heksan tertinggi pada perlakuan K4 dan D5, masing-masing memiliki faktor protektif sebesar 2,608 dan 2,594, sedangkan α-tokoferol 1,97. Ekstrak heksan K4 dan D5 dapat mempertahankan oksidasi asam linoleat sampai dengan 16,437 dan 16,350 hari.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 7 Maret 1987 dari Ayahanda

Ponimin, S.Pd dan Ibunda Farida Hanum. Penulis merupakan anak keempat dari

empat bersaudara.

Pada tahun 1991 penulis memasuki taman kanak-kanak Tut Wuri Handayani

di Mabar, lulus tahun 1993. Tahun 1993 memasuki SD Negeri 060943 di Medan,

lulus tahun 1999. Tahun 1999 memasuki SLTP Negeri 11 di Medan, lulus tahun

2002. Tahun 2002 memasuki SMU Swasta SINAR HUSNI Helvetia, lulus tahun

2005. Tahun 2005 memasuki Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian,

Departemen Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian melalui

jalur PMP.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif organisasi Ikatan Mahasiswa

Teknologi Hasil Pertanian (IM-THP), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),

Agriculture Technology Moslem (ATM).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di

PT. SOCFIN INDONESIA Bangun Bandar, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,

Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Aktivitas Antioksidan Pada Pembuatan

Tempe dari Kedelai, Jagung dan Dedak Padi”, yang disusun sebagai salah satu syarat

untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu

Linda Masniary Lubis, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Kepada kedua orang tua yang tercinta Ayahanda dan Ibunda beserta Abangda

yang telah memberikan dukungan penuh baik dari segi moril maupun materil. Terima

kasih penulis ucapkan kepada seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknologi Hasil

Pertanian. Khusus untuk ibu Netty Herawati, Agoung Gedhe Pratama, STP dan

keluarga yang telah memberikan dukungan dan pelajaran yang sangat berharga bagi

penulis. Penulis menyampaikan terima kasih atas motivasi dan bantuannya, serta

rekan-rekan asisten Laboratorium Teknologi Pangan (Isti, Irfan, Dian dan adik

asisten stambuk 07) yang telah banyak membantu serta teman-teman stambuk 2005

(6)

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

penelitian ini dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, wasalam.

Medan, Juli 2010

(7)
(8)

Motode Penelitian ... 26 Data pengamatan analisa proksimat kedelai, jagung dan dedak ... 36

Data pengamatan analisa aktivitas antioksidan kedelai, jagung dan dedak sangrai ... 37

Pengaruh Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Air Tempe (%) ... 41

Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Perbandingan Kedelai dan Jagung Sangrai dengan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai pada Kadar Air Tempe (%) ... 42

Kadar Abu (%) Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Abu Tempe (%) ... 43

Pengaruh Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Abu Tempe (%) ... 44

Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Perbandingan Kedelai dan Jagung Sangrai dengan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai pada Kadar Abu Tempe (%) ... 46

Kadar Protein (%) Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Protein Tempe (%) ... 46

(9)

Kadar Protein Tempe (%) ... 48

Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Perbandingan Kedelai dan Jagung Sangrai dengan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai pada Kadar Protein Tempe (%) ... 50

Kadar Lemak (%) Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Lemak Tempe (%) ... 52

Pengaruh Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Lemak Tempe (%) ... 53

Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Perbandingan Kedelai dan Jagung Sangrai dengan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai pada

Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Perbandingan Kedelai dan Jagung Sangrai dengan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai pada Kadar Serat Kasar Tempe (%) ... 58

Analisis Aktivitas Antioksidan Ekstrak Heksan dan Etanol pada Berbagai Perlakuan Biji-bijian ... 58

(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

1. Sumber Antioksidan pada Bahan Pangan ... 8

2. Senyawa Antioksidan dalam Bahan Pangan ... 9

3. Komposisi Kimia Kacang Kedelai Berdasarkan Berat Kering ... 12

4. Komposisi Kimia dari Bagian-bagian Jagung (g/100 g butir jagung) ... 15

5. Komposisi Kimia Dedak Padi ... 19

6. Komposisi Kimia Dedak, Bekatul Padi dan Bekatul Serealia ... 20

7. Komposisi Kimia Tempe Kedelai Murni ... 23

8. Data Pengamatan Analisa Proksimat Kedelai, Jagung dan Dedak ... 36

9. Data Pengamatan Analisa Aktivitas Antioksidan Kedelai, Jagung dan Dedak Padi ... 37

10. Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Parameter yang Diamati ... 38

11. Pengaruh Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Parameter yang Diamati . ... 39

12. Uji LSR Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Air Tempe (%) ... 40

13. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Air Tempe (%) ... 41

14. Uji LSR Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Abu Tempe (%) ... 43

(11)

16. Uji LSR Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Protein Tempe (%) ... 47

17. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Protein Tempe (%) ... 48

18. Uji LSR Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Perbandingan Kedelai dan Jagung dengan Konsentrasi Dedak Padi terhadap Kadar Protein Tempe (%) ... 50

19. Uji LSR Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Lemak Tempe (%) ... 52

20. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Dedak Padi terhadap Kadar Lemak Tempe (%) ... 53

21. Uji LSR Pengaruh Campuran Kedelai dan Jagung terhadap Kadar Serat Kasar Tempe (%) ... 55

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

1. Skema Pelaksanaan Pendahuluan ... 34

2. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 35

3. Histogram hubungan Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Air Tempe (%) ... 41

4. Grafik hubungan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Air Tempe (%) ... 42

5. Histogram hubungan Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Abu Tempe (%) ... 44

6. Grafik hubungan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Abu Tempe (%) ... 46

7 Histogram hubungan Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Protein Tempe (%) ... 48

8. Grafik hubungan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Protein Tempe (%) ... 49

9. Histogram hubungan Interaksi Antara Jumlah Perbandingan Kedelai dan Jagung Sangrai dengan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap

Kadar Protein Tempe (%) ... 51

10. Histogram hubungan Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Lemak Tempe (%) ... 53

11. Grafik hubungan Konsentrasi Dedak Padi Sangrai terhadap Kadar Lemak Tempe (%) ... 54

12. Histogram hubungan Campuran Kedelai dan Jagung Sangrai terhadap Kadar Serat Kasar Tempe (%) ... 56

(13)

14. Hasil Uji Tiosianat Ekstrak Heksan Biji-bijian ... 60

15. Periode Induksi Aktivitas Antioksidan Ekstrak Heksan Biji-bijian ... 61

16. Faktor Protektif Aktivitas Antioksidan Ekstrak Heksan Biji-bijian ... 61

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1. Data Pengamatan Analisis Kadar Air Tempe (%) ... 76

2. Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Air Tempe (%) ... 77

3. Data Pengamatan Analisis Kadar Abu Tempe (%) ... 78

4. Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Abu Tempe (%) ... 79

5. Data Pengamatan Analisis Kadar Protein Tempe (%) ... 80

6. Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Protein Tempe (%) ... 81

7. Data Pengamatan Analisis Kadar Lemak Tempe (%) ... 82

8. Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Lemak Tempe (%) ... 83

9. Data Pengamatan Analisis Kadar Serat Kasar Tempe (%) ... 84

(15)

Abstract

RINI MINDASARI: A Study on The Activity of Antioxidant in Making Tempe from Soybean, Maize and Rice Bran.

Supervised by Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS and Linda Masniary Lubis, STP, M.Si.

Indonesia as tropical country has many crop which have potencies as sources of antioxidant, among

other things bulk. This research is conducted to know the activity antioxidant from bulk extract soybean, maize

and rice bran sangrai by using method tiosianat. Each; Every treatment determined by rate proksimat. The

research was conducted at Januari - Februari 2010 at The Laboratory of Food Technology, Faculty of

Agriculture, North Sumetera University, Medan, using factorial Completely Randomized Design (CRD) with two

factor, addition mixture of soy and maize (K) 0:4, 3:1, 2:2, 1:3 and 4:0, and rice bran concentration 0 %, 5 %, 10

%, 15 % dan 20 %. Parameters analysed water rate, ash content, protein content, fat content, harsh fibre content,

ekstraksi of component of antioxidant and activity antioxidant.

The results show that addition mixture of soy and maize and rice bran concentration, had highly

significant effect on moisture content, ash content, protein content, content of fat and harsh fibre content.Activity

antioxidant of at highest hexane extract at treatment of K4 and D5, each owning factor protektif of equal to 2,608

and 2,594, α-tokoferol 1,97. Extract of Hexane of K4 and D5 can maintain the sour oxidation of linoleat of up to 16,437 and 16,350 day.

Keyword: Soybean, Maize, Rice Bran, The Activity of Antioxidant in Making Tempe. ABSTRAK

RINI MINDASARI: Studi tentang Aktivitas Antioksidan pada Pembuatan Tempe dari Kedelai, Jagung dan Dedak

Padi. Dibimbing oleh Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS dan Linda Masniary Lubis, STP, M.Si.

Indonesia sebagai negara tropik yang mempunyai berbagai jenis tanaman yang berpotensi menghasilkan

antioksidan, di antaranya biji-bijian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak

kedelai, jagung dan dedak padi sangrai dengan menggunakan metode tiosianat. Setiap perlakuan ditentukan kadar

proksimatnya. Penelitian dilakukan pada Januari - Februari 2010 di Laboratorium Teknologi

Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktorial

yaitu campuran kedelai dan jagung sangrai (K) dengan perbandingan 0:4, 3:1, 2:2, 1:3 dan 4:0, dan konsentrasi

dedak padi sangrai (D) sebesar 0 %, 5 %, 10 %, 15 % dan 20 %. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, kadar

abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, ekstraksi komponen antioksidan dan aktivitas antioksidan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jenis perlakuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Aktivitas antioksidan pada

ekstrak heksan tertinggi pada perlakuan K4 dan D5, masing-masing memiliki faktor protektif sebesar 2,608 dan 2,594, sedangkan α-tokoferol 1,97. Ekstrak heksan K4 dan D5 dapat mempertahankan oksidasi asam linoleat sampai dengan 16,437 dan 16,350 hari.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup

sebagian masyarakat serta munculnya berbagai industri pangan maupun non pangan,

telah memberikan dampak yang nyata terhadap tingkat dan kondisi kesehatan

manusia, lebih-lebih karena masalah gizi yang tidak seimbang. Berbagai upaya telah

banyak dilakukan oleh pakar-pakar kesehatan dunia untuk mengatasi atau mencegah

timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Saat ini ada kecenderungan pencegahan

penyakit degeneratif dengan melihat akibat timbulnya penyakit tersebut, sedangkan

penyebab timbulnya penyakit tersebut belum pernah diungkapkan.

Antioksidan dengan berat molekul rendah bentuk tunggal dalam jumlah

banyak akan memberikan pengaruh yang kurang baik dibandingkan dengan

antioksidan yang beragam. Biji-bijian ternyata kaya akan antioksidan berat molekul

rendah, namun antioksidan tersebut masih dalam bentuk terikat satu dengan yang

lain, yang berarti tidak dalam bentuk bebas (terpolimerisasi), sehingga bila dikosumsi

tidak dapat menunjukkan potensinya secara efektif dalam menangkal radikal bebas.

Melalui proses pemasakan yang sesuai dan fermentasi diduga antioksidan

terpolimerisasi tersebut bisa lepas dan bergerak bebas, sehingga mudah diserap oleh

tubuh, pemanfaatannya lebih maksimal.

Tanpa disadari radikal bebas sebagai senyawa reaktif yang dihasilkan dari

makanan, polusi udara, enersi solar, bahan kimia yang terkandung di dalam bahan

(17)

penggunaan secara berlebihan dapat menghasilkan radikal bebas yang berbahaya bagi

manusia. Anti oksidan yang terkandung di dalam biji-bijian (kedelai, jagung dan

dedak padi) diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam

menurunkan jumlah radikal bebas yang terbentuk di dalam bahan pangan maupun di

dalam tubuh.

Pada era globalisasi dan adanya krisis moneter yang berkepanjangan,

berdampak pada kenaikan harga bahan pangan dan harga obat-obatan sintetik yang

relatif sangat tinggi, sehingga masyarakat beralih pada pemanfaatan obat alternatif

yaitu senyawa fitokimia tumbuhan yang saat ini telah banyak beredar di pasaran,

seperti jamu, minuman atau makanan fungsional maupun dalam bentuk supplemen.

Kedelai yang selama ini digunakan sebagai bahan baku tempe, ternyata

mengandung komponen bioaktif yang memiliki aktifitas antioksidan yang potensial.

Begitu juga sayuran, buah-buahan maupun bubuk teh banyak mengandung

antioksidan. Dari daftar komposisi pangan Indonesia tertera data mengenai kadar

karoten total dan kadar asam askobat dalam berbagai macam sayuran, tetapi tidak

terdapat data mengenai kadar antioksidan lain seperti senyawa fenolik, tokoferol,

flavonoid, vitamin B2, dan katekin. Beberapa penelitian mengenai antioksidan alami

yang telah dilakukan di Indonesia terutama yang berasal dari rempah-rempah

sedangkan dari biji-bijian belum pernah diteliti.

Tempe berpotensi sebagai sumber antioksidan yang dapat melawan

(18)

Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab

darah, pencegah

Komposisi gizi tempe yaitu kadar

memiliki nilai biologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan

aktivitas

karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah

Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada

tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut,

nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi

protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi

tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan

yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi

buruk dan diare kronis. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar

raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi

(kembung perut).

Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga

mengandung lignin estrogen tanaman, asam fitat, saponin, fitosterol, tokotrienol,

adanya senyawa-senyawa fenol yang berpengaruh positif bagi kesehatan. Jagung

mengandung lutein, merupakan antioksidan yang sangat kuat. Selain itu jagung

merupakan sumber asam folat, mengandung sedikit likopen yang sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan kesehatan sel. Bukan itu saja, jagung memiliki 2 jenis asam

(19)

dengan tumbuhan polong lainnya, misalnya kacang hijau, kedelai maka jagung akan

menyediakan protein lengkap.

Begitu juga dedak merupakan hasil limbah dari penggilingan padi yang

banyak mengandung protein, lemak, serta kasar. Kandungan protein dedak padi lebih

tinggi dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan niasin.

Dari beberapa kesimpulan diatas dan di lihat dari segi komposisi gizi yang

terkandung di setiap biji-bijian tersebut, sehingga penulis menyatukan ketiga bahan

tersebut menjadi suatu produk yang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi.

Penulis berharap produk yang dihasilkan lebih memiliki antioksidan yang berguna

bagi kesehatan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang pembuatan

tempe dari kacang kedelai, jagung dan dedak padi serta memperhatikan pengaruh

aktivitas antioksidan yang dilakukan dengan judul penelitian “Studi Aktivitas

Antioksidan pada Pembuatan Tempe dari Kacang Kedelai, Jagung dan Dedak

Padi”.

Tujuan Penelitian

Mempelajari potensi kedelai, jagung dan dedak padi dalam bentuk tempe

sebagai sumber antioksidan. Selain itu memberikan informasi ilmiah tentang manfaat

biji-bijian yang mengandung antioksidan yang berguna untuk kesehatan.

Kegunaan Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi pada Program Studi Ilmu dan

(20)

sumber informasi tentang biji-bijian yang memiliki aktivitas antioksidan pada tempe

dari kedelai, jagung dan dedak padi.

Hipotesa Penelitian

Adanya pengaruh jumlah perbandingan kedelai dan jagung, konsentrasi dedak

padi dan interaksi antara jumlah perbandingan kedelai dan jagung dengan konsentrasi

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau

lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam.

Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan

mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat

menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam

oksidasi lipid (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).

Untuk kehidupannya, manusia maupun hewan tergantung pada oksigen.

Oksigen yang esensial berguna untuk kehidupan, bekerja melalui mekanisme reaksi

berurutan di dalam sel-sel tubuh, mempunyai batasan fungsi dan kemudian dapat

memberikan efek samping. Reaksi oksidasi yang lebih kompleks akan menghasilkan

radikal bebas, yang apabila tidak terdapat system antioksidan, akan menghancurkan

elemen vital sel-sel tubuh. Nampaknya secara praktis, semua penyakit yang menimpa

manusia melibatkan oksidasi pada tingkat subseluler dari sel, apakah sebagai

penyebab atau sebagai reaksi lanjutan. Selanjutnya kerusakan jaringan akan

merupakan bagian atau keseluruhan gejala patologi (Muchtadi, 2009).

Hidup dapat menimbulkan perubahan di dalam sel misalnya karena konsumsi

pangan yang tidak seimbang, konsumsi lemak hewani secara berlebihan, makanan

diasap atau alkohol, kurang mengkonsumsi sayuran, atau karena kontaminasi pada

(22)

degeneratif di mana radikal bebas (reaksi oksidasi) berperan sebagai faktor

penyebabnya antara lain : penyakit ginjal, diabetes, kardiovaskuler dan kanker

(Sunarni, 2005).

Teh mengandung sejumlah besar flavonoid, termasuk katekin, epikatekin,

kuersetin, epigalokatekin, epikatekin galat dan epigalokatekin galat. Katekin dan

kuersetin dapat menghambat oksidasi terhadap LDL serta menjaga sel-sel limfoid

terhadap efek sitotoksik dari LDL teroksidasi. Katekin dapat memperlambat oksidasi

terhadap plasma darah bersama dengan antioksidan eksogen seperti α-tokoferol dan

β-karoten. Minum teh dapat menghambat ekspresi “oncogene” dalam paru-paru.

Ekstrak polifenol teh menstimulir ekspresi enzim detoksikasi dalam kultur sel

hepatoma (Kustamiyati, 2006).

Di beberapa tempat di Perancis, angka kematian penduduk akibat penyakit

jantung koroner rendah, padahal konsumsi asam lemak jenuh tinggi dan kadar

kolesterol plasma juga tinggi dan hal ini dikenal sebagai ”French paradox”.

Tingginya konsumsi anggur (wine) merah ditemukan berkorelasi dengan

”French paradox” tersebut. Anggur (wine) merah mengandung banyak senyawa

fenolik seperti p-koumarat, sinnamat, kaffeat, ferulat, asam vanilat yang dapat

menghambat oksidasi terhadap LDL (Ashok dan Ali, 1999).

Jahe (Zingiber officinale, Roscoe) merupakan salah satu rempah yang umum

digunakan untuk keperluan rumah tangga dan secara universal diketahui juga dapat

dimanfaatkan untuk kesehatan. Antioksidan utama yang terkandung dalam jahe

adalah gingerol, shogaol dan gingeron. Ekstrak jahe mempunyai sifat antioksidan,

(23)

menggunakan mikrosom hati tikus menunjukkan bahwa gingerol yang diisolasi dari

rimpang jahe pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pembentukan kompleks

askorbat-besi (ferro) yang dapat menginduksi peroksidasi lipid. Demikian juga

gingerol dari jahe dapat menghambat fungsi platelet karena dapat menghambat

pembentukan tromboksan dan dapat menghambat terjadinya peradangan (inflamasi).

Selain itu, ekstrak jahe dapat pula menghambat biosintesis kolesterol dalam hati

(Muchtadi, 2009).

Banyak bukti yang mendukung terdapatnya efek protektif dari konsumsi

sayuran dan buah-buahan dalam jumlah banyak terhadap risiko timbulnya kanker dan

penyakit akibat penuaan lainnya. Konsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah

tinggi, telah terbukti dapat mencegah timbulnya osteoporosis dengan cara menjaga

densitas tulang tetap baik, menurunkan risiko timbulnya penyakit kardio-vaskuler,

serta mencegah kanker prostat dan kanker paru-paru (De Pooter, 1985).

Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu

antioksidan alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan

buatan (sintetik) merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia

(Kochhar dan Rossell, 1990).

Aktivitas antioksidan yang berasal dari makanan di dalam tubuh, sangat

tergantung pada ketersediaan hayatinya. Pada Tabel 1 disajikan beberapa macam

bahan pangan yang merupakan sumber antioksidan zat gizi

Tabel 1. Sumber antioksidan pada bahan pangan

Jenis Antioksidan Contoh Bahan Pangan

(24)

Vitamin E Biji bunga matahari, biji-bijian yang mengandung kadar minyak tinggi, kacang-kacangan, susu dan hasil olahannya

Vitamin C (Asam Askorbat)

Buah-buahan (jeruk, kiwi, dan lain-lain), sayur-sayuran (sebagian rusak selama pemasakan), kentang

Vitamin B2 (Riboflavin) Susu, produk hasil olahan susu, daging, ikan, telur, serealia utuh, kacang-kacangan

Seng (Zn) Bahan pangan hewani : daging, udang, ikan, susu

dan hasil olahannya

Tembaga (Cu) Hati, udang, biji-bijian, serealia (kadar dalam makanan tergantung pada konsentrasi Cu dalam tanah)

Selenium (Se) Serealia, daging, ikan (kadar dalam makanan

tergantung pada konsentrasi Se dalam tanah)

Protein Ovalbumin dalam telur, gliadin dalam gandum

Sumber : Belleville-Nabet (1996).

Bahan pangan mengandung senyawa-senyawa yang tidak dikategorikan

sebagai zat gizi, tetapi mempunyai aktivitas antioksidan. Pada Tabel 2 ada beberapa

contoh senyawa antioksidan non-gizi yang terdapat dalam bahan pangan sebagai

berikut :

Tabel 2. Senyawa antioksidan dalam bahan pangan

Jenis Antioksidan Contoh Bahan Pangan

Biogenik amin Antioksidan berdasarkan fungsi amin dan fenol,

contohnya dalam keju

jumlah dan posisi OH, senyawa polifenol banyak terdapat dalam sayur-sayuran daun

(25)

- Heterosida flavonoat

Senyawa-senyawa ini dapat berperan dalam pencegahan timbulnya berbagai

reaksi patologis. Di dalam bahan pangan terdapat pula senyawa-senyawa antinutrisi,

misalnya fitat yang dapat mengkelat mineral, lipoksigenase yang dapat merusak

vitamin A, asam askorbat oksidase yang dapat mengoksidasi vitamin C, oligosakarida

(ikatan alfa-galaktosidik) yang dapat menimbulkan flatulensi, asam lemak tidak jenuh

yang merupakan substrat peroksidasi lipid. Perlu diketahui bahwa

komponen-komponen tersebut dapat mempunyai sifat antioksidan pada suatu konsentrasi

tertentu, akan tetapi dapat pula bertindak sebagai pro-oksidan pada konsentrasi lain

(Belleville-Nabet, 1996).

Sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, herbal dan beberapa jenis minuman

(misalnya teh, saribuah, anggur merah), merupakan bahan pangan yang kaya akan

antioksidan. Dalam buah-buahan, anggur misalnya, terkandung senyawa polifenol

seperti asam kaftarat, ester asam kafeat dengan asam tartarat, katekin flavon 3-ol dan

antosianin. Beri (berry), termasuk blueberry, strawberry, blackberry dan crowberry,

(26)

asam sinamat; serta flavonoid termasuk antosianin, pro-antosianin, flavonol dan

katekin. Buah jeruk mengandung polifenol asam hidroksinamat, termasuk p-koumarat

dan asam ferulat, limonoid dan naringin. Bahkan di dalam kulit dan biji buah jeruk

terkandung senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan. Tomat,

kacang-kacangan, brokoli, bit, jamur, jagung, kubis putih, kale, bunga kol, bayam, bawang

putih, bawang merah dan kedelai, adalah contoh sayuran yang mengandung

antioksidan. Kunyit, bangle, jahe, kencur, serai, lengkuas, merupakan contoh

rempah-rempah dan herbal yang mengandung antioksidan (Sahidi, 1997).

Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diizinkan dan sering digunakan

untuk makanan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil

galat, tetra-butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan

tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk

tujuan komersial. Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a)

senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b)

senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c)

senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan

sebagai bahan tambahan pangan (Rohdiana, 2001).

Tinjauan Umum Kedelai, Jagung dan Dedak Padi

Kacang kedelai

Kacang kedelai (Glycine max L) dikenal sebagai sumber utama protein nabati

yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri pangan dan nonpangan. Industri

(27)

dimana-mana dalam bentuk industri kecil atau rumah tangga

(Syarief dan Irawati, 1988).

Di Indonesia, kacang kedelai dikonsumsi dalam bentuk makanan berupa tahu

(endapan protein kedelai) atau tempe. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tahu

kurang berfungsi sebagai bahan penurun kolesterol dibandingkan dengan tempe. Hal

ini terutama disebabkan karena dalam tahu kandungan serat maupun asam lemak

tidak jenuhnya sangat rendah. Selain dari adanya serat dan asam lemak tidak jenuh,

dalam kacang kedelai (juga dalam leguminosa lainnya) terdapat zat-zat lain yang juga

dapat berfungsi menurunkan kadar kolesterol, antara lain sterol tanaman, saponin, dan

tokotrienol (Rukmana dan Yuyun, 1996).

Komposisi Kimia Kedelai

Secara fisik setiap biji kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran dan bentuk

biji serta komposisi kimianya. Perbedaan sifat fisik dan kimia tersebut dipengaruhi

oleh varietas dan kondisi tempat kedelai itu tumbuh. Menurut Dziedzic and Kearsley,

(1995) komposisi rata-rata kedelai 10 varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 3

sebagai berikut :

Tabel 3. Komposisi Kimia Kacang Kedelai Berdasarkan Berat Kering

Komposisi Terendah (%) Tertinggi (%) Rata-rata (%)

Abu 3,67 5,90 4,99

Lemak kasar 14,95 22,90 19,63

Serat kasar 4,34 7,60 5,53

Protein (N x 6.25) 36,62 53,19 42,78

Gula (total sukrosa) 2,70 11,97 7,97

P 0,42 0,82 0,66

K 1,29 2,17 1,67

Ca 0,16 1,47 0,28

(28)

Kedelai selain mengandung asam amino yang relatif lebih lengkap, juga asam

lemak tidak jenuh tinggi yang dapat menurunkan total kolesterol dalam darah. Bentuk

kolesterol di dalam darah ada 2 jenis yaitu low density lipoprotein (LDL) dan high

density lipoprotein (HDL). Jumlah yang dianggap aman adalah kandungan LDL

60 – 70 %, sedang HDL sekitar 25 % (Cahyadi, 2007).

Kacang kedelai mengandung sekitar 9 % air, 40 % protein, 18 % lemak, 3,5 %

serat, 7 % gula dan sekitar 18 % zat lainnya. Minyak kedelai banyak mengandung

asam lemak tidak jenuh sebesar lebih kurang 86 % terdiri dari asam lemak linoleat

sekitar 52 %, 30 % asam oleat, 2 % asam linolenat dan 2 % asam lemak jenuh

lainnya. Asam lemak jenuh hanya sekitar 14 %, yaitu 10 % asam palmitat, 2 % asam

stearat dan 2 % asam arachidat. Dibandingkan dengan kacang tanah dan kacang hijau,

maka kacang kedelai mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap

(Warintek ristek, 2008).

Kacang kedelai kaya akan lysine dan tryptophan tetapi kekurangan akan

asam-asam amino metionin dan systein, sedangkan pada serealia kandungan

lysinenya rendah tetapi mengandung asam-asam amino metionin yang tinggi

sehingga kacang kedelai merupakan pelengkap yang baik untuk serealia. Mutu

protein dapat dinilai dari perbandingan asam aminonya yang terkandung dalam

protein tersebut, dimana asam amino esensial dalam suatu perbandingan yang

menyamai atau melebihi kebutuhan manusia (berdasarkan pola FAO) mempunyai

mutu yang tinggi atau lebih rendah (Winarno dan Rahman, 1974).

Cara penyimpanan kacang kedelai agar tidak terjadi reaksi yang menyebabkan

(29)

kacang kedelai. Jika kedelai disimpan ditempat lembab dan suhu yang tidak teratur

menyebabkan kacang berbintik-bintik coklat yang menyebabkan kelarutan protein

kedelai dalam air menurun (Deliani, 2008).

Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein dan

genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat

antioksidan factor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan

paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis

pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri

Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penuaan (aging) dapat dihambat bila

dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup.

Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah

cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini

(Wikipedia, 2008).

Jagung

Sebagai tanaman serealia, jagung bisa tumbuh hampir di seluruh dunia.

Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua

setelah beras. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai

salah satu bahan baku untuk pengolahan pakan ternak dan industri

(Purwono dan Hartono, 2008).

Beberapa serealia juga mengandung senyawa yang telah diidentifikasi oleh

(30)

mempunyai pengaruh positif bagi kesehatan. Di antaranya adalah: (a) lignan estrogen

tanaman (fitoestrogen) yang diduga mampu menekan risiko penyakit jantung koroner,

dan telah terbukti bias menekan pertumbuhan sel kanker pada binatang percobaan, (b)

asam fitat mengurangi kadar gula bahan pangan yang sangat penting bagi penderita

diabetes, serta memberi efek perlindungan terhadap risiko perkembangan sel kanker

kolon (usus besar), (c) saponin, fitosterol, squalen, orisanol dan tokotrienol mampu

menurunkan kadar kolesterol dalam darah, (d) senyawa-senyawa fenol yang berperan

sebagai antioksidan, yakni mampu mengikat ion-ion radikal bebas, sehingga tidak

berbahaya bagi tubuh (Siswono, 2005).

Komposisi Kimia Jagung

Komposisi kimia dari bagian-bagian biji jagung diperinci pada Tabel 4

sebagai berikut :

Tabel 4. Komposisi kimia dari bagian-bagian jagung (g/100 g butir jagung)

Bagian/fraksi Persentase Abu Protein Minyak Pati Gula

Terhadap

Biji

Endosperma 83 0,31 9,4 0,8 86,4 0,64

Lembaga 11 10,10 18,8 34,5 8,2 10,18

"Dedak" 5 0,84 3,7 1,0 7,3 0,34

Pangkal biji 0,8 1,6 9,3 3,8 5,3 1,54

Sumber : Syarief dan Irawati, (1988).

Pemanfaatan jagung sebagai bahan industri pertanian lebih luas dari pada

beras dan gandum. Tepung maizena (tepung aci) dan minyak jagung merupakan salah

satu proses pengolahan yang terintegrasi, sedang bungkil dan hasil samping

(31)

jagung selanjutnya dapat diolah menjadi gula fruktosa tinggi (high fructose syrup)

melalui proses enzimatis (α-amilase, β-amilase dan glukoisomerase)

(Syarief dan Irawati, 1988).

Pada lembaga, kandungan lemak biji jagung terkendali secara genetik,

berkisar antara 3 – 18 %. Kandungan asam lemak jenuh pada minyak jagung relatif

rendah, yaitu asam palmitat 11 % dan asam stearat 2 %. Sebaliknya, kandungan asam

lemak tidak jenuhnya cukup tinggi, terutama asam linoleat yang mencapai 24 %,

sedangkan asam linolenat dan arakhidonatnya sangat kecil (Lehninger, 1999).

Minyak jagung relatif stabil walaupun kandungan asam tidak jenuhnya tinggi

seperti asam linolenat dan linoleatnya masing-masing 1,0 – 1,2 % dan 43,4 – 55,4 %

karena mengandung antioksidan alami yang tinggi. Mutu minyak jagung cukup

tinggi karena distribusi asam lemaknya yang berimbang, terutama oleat dan linoleat,

oleh karena itu pemanfaatan biji jagung utuh nilai gizinya lebih tinggi dibanding

dengan biji jagung yang telah dihilangkan lembaganya (Suarni, 2005).

Jagung mengandung lutein, merupakan antioksidan yang sangat kuat, dapat

mengurangi resiko kemerosotan maskular yang berkaitan dengan usia harapan hidup

yang dapat menyebabkan kebutaan di kalangan orang tua. Jagung merupakan sumber

asam folat, mengandung sedikit likopen yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

kesehatan sel. Namun, jagung memiliki 2 jenis asam amino essensil yang kurang,

yang sangat diperlukan tubuh, yaitu lisin dan triptofan. Bila jagung dikonsumsi

dengan buncis, kacang hijau dan tumbuhan polong lainnya, maka jagung akan

(32)

Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70 % dari bobot biji.

Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana, yaitu glukosa, sukrosa dan

fruktosa, 1 – 3 % dari bobot biji. Pati terdiri atas dua jenis polimer glukosa, yaitu

amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan rantai unit-unit D-glukosa yang

panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan α(1→4), sedangkan

amilopektin strukturnya bercabang. Ikatan glikosidik yang menggabungkan residu

glukosa yang berdekatan dalam rantai amilopektin adalah ikatan α(1→4), tetapi titik

percabangan amilopektin merupakan ikatan α(1→6). Bahan yang mengandung

amilosa tinggi jika direbus, amilosanya tergelatinisasi oleh air panas, sehingga terlihat

warna putih seperti susu (Lehninger 1982).

Dedak padi

Dedak padi adalah hasil samping dari pabrik penggilingan padi dalam

memproduksi beras, yaitu bagian luar (kulit ari) beras yang dibuang pada waktu

dilakukan (pemutihan) beras. Definisi dedak (bran) adalah hasil samping proses

penggilingan padi, terdiri atas lapisan sebelah luar butiran padi dengan sejumlah

lembaga biji. Sementara bekatul (polish) adalah lapisan tipis dari butiran padi yang

melindungi butiran beras termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Namun, karena

alat penggilingan padi tidak memisahkan antara dedak dan bekatul maka umumnya

dedak dan bekatul bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul

saja (Rasyaf, 2002).

Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan simpan bekatul, yaitu dengan

(33)

ditempatkan pada penggorengan, lalu dipanaskan langsung (tanpa minyak goreng),

diaduk sekitar 10 menit. Kelemahan cara ini adalah bekatul menjadi berwarna coklat

tua dan kadang-kadang terasa hangus. Bekatul dapat digunakan untuk campuran

makanan kecil, kue kering atau makanan lain yang tidak memerlukan pengembangan

volume pada produk akhirnya (Widowati, et al., 2000).

Teknologi ekstrusi merupakan salah satu cara pengawetan/pengolahan bekatul

dengan sistem high temperature short time (HTST). Teknologi ini cukup efektif

untuk pengawetan bekatul, tetapi biaya proses cukup besar. Pemanasan yang tinggi

(> 121 oC) berpotensi merusak vitamin dan protein. Pemanfaatan bekatul dan menir

dalam pembuatan sereal sarapan telah diteliti oleh Hermanianto, et al., (1997).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bekatul yang digunakan sebagai

bahan formulasi (dengan jagung) harus segar. Apabila melampaui ambang batas

kesegaran akan mengurangi cita rasa produk yang dihasilkan. Uji pengembangan

volume dan organoleptik menunjukkan bahwa produk dengan formula 30 % bekatul

tidak berpengaruh nyata pada cita rasa dan pengembangan volume

(Hermanianto, et al., 1999).

Pemasakan dengan cara ekstrusi cukup efekif dalam hal stabilisasi dedak,

pelet yang dihasilkan dapat disimpan selama lebih dari 3 bulan. Selama masa

penyimpanan, kadar asam lemak bebas pelet dedak relatif konstan. Demikian juga

dengan perolehan minyak yang diperoleh. Hal-hal ymg mempengaruhi stabilisasi

antara lain temperatur ekstrusi, penambahan air dan kadar air selama penyimpanan

(34)

Komposisi Kimia Dedak Padi

Kelebihan penambahan dedak padi dalam ransum dapat menyebabkan ransum

mengalami ketengikan selama penyimpanan. Bulk desinty dedak padi yang baik

adalah 337,2 - 350,7 g/l. Dedak padi yang berkualitas baik mengandung protein

rata-rata dalam bahan kering adalah sebesar 12,4 %, lemak 13,6 % dan serat kasar

11,6 %. Kandungan protein dedak padi lebih berkualitas dibandingkan jagung. Dedak

padi kaya akan thiamin dan sangat tinggi dalam niasin (Bidura, 1998).

Dedak, kedelai, jagung, sorgum dan biji-bijian lain kaya dengan Mg, suatu

mineral yang ternyata merupakan co-faktor untuk lebih dari 300 enzim metabolisme,

termasuk enzim yang terlibat pada penggunaan gula tubuh dan sekresi insulin. Dedak

padi per 100 gramnya mengandung 600 – 700 mg Mg, kalsium sebanyak

500 – 700 mg, zink 1,7 mg dan phosphor sebesar 1000 – 2000 mg

(Kurniati dan Nugrahaeni, 2009).

Produk dedak padi yang telah dipasarkan di Amerika Serikat mempunyai

spesifikasi sebagai berikut :

Tabel 5. Komposisi Kimia Dedak Padi

Komposisi Nilai (%)

(35)

Protein bekatul mempunyai nilai gizi lebih rendah dibandingkan telur dan

protein hewani, jagung dan terigu. Bekatul juga merupakan sumber asam lemak tak

jenuh esensial, mengandung bermacam-macam vitamin (B1, B2, B3, B5, B6 dan

tokoferol), asam pangamat (pangamic acid, B15), serat pangan, serta mineral, natrium,

kalium, dan khlor yang terkandung dalam bekatul mudah diserap dan dikeluarkan.

Bekatul juga kaya akan serat pangan (dietary fiber) (Wikipedia, 2009).

Perbandingan komposisi kimia dedak, bekatul padi dan bekatul serelia

disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Komposisi kimia dedak, bekatul padi dan bekatul serealia

Keterangan Dedak Padi Bekatul Padi Bekatul Bekatul

Gandum Rye

(36)

mucor javanicus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".

Starter tempe adalah bahan yang mengandung biakan jamur tempe, digunakan

sebagai agensia pengubah kedelai rebus menjadi tempe akibat tumbuhnya jamur

tempe pada kedelai dan melakukan kegiatan fermentasi yang menyebabkan kedelai

berubah karakteristiknya menjadi tempe (Brown, et al., 1988).

Berdasarkan atas tingkat kemurniannya, ragi tempe dapat dibedakan atas

murni tunggal, campuran dan murni campuran. Tingkat kemurnian ragi tersebut

dibedakan berdasarkan jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada ragi.

Pada ragi campuran selain kapang terdapat pula bakteri, khamir dan ragi. Ragi inilah

yang banyak dijual dipasaran dan digunakan dalam pembuatan tempe secara

tradisional. Ragi jenis murni tunggal dan murni campuran dapat diperoleh dengan

cara memproduksi sendiri dengan memanfaatkan mikroorganisme yang sesuai dan

yang kita inginkan (Astawan dan Wresdiyati, 2004).

Tempe memiliki banyak manfaat. Selain memiliki kandungan serat tidak larut

yang tinggi dan protein, tempe juga mengandung zat antioksidan berupa karoten,

vitamin E, dan isoflavon. Itulah sebabnya tempe sering disebut-sebut sebagai bahan

makanan yang dapat mencegah kanker (Wardlaw, 1999).

Adanya kandungan vitamin B12 pada tempe, dipandang sebagai sesuatu yang

unik oleh para ahli. Sampai saat ini penyebab atau asal vitamin itu belum diketahui

dengan pasti. Ada yang menduga vitamin B12 itu berasal dari kapang yang tumbuh

pada tempe, tetapi ada pula yang mengatakan berasal dari unsur lain. Bakteri ini

sebenarnya merupakan mikroba kontaminasi. Vitamin B12 sangat berguna untuk

(37)

penyakit anemia (kurang darah). Selain itu, tempe juga banyak mengandung mineral,

kalsium dan fosfor (Supriyono, 2003).

Tempe mengandung vitamin B12 yang satu-satunya sumber vitamin yang

potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok

pada pembuatan tempe. Vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama

fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8 – 47 kali, piridoksin 4 – 14 kali,

niasin 2 – 5 kali, biotin 2 – 3 kali, asam folat 4 – 5 kali dan asam pantotenat 2 kali

lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan

seperti Klebsiella pneumonia dan Citrobacter freundii (Wikipedia, 2009).

Kacang kedelai mengandung sejenis enzim, yaitu enzim anti tripsin yang

bekerja dalam menghambat aktivitas tripsin dalam usus untuk mencerna protein,

tetapi enzim ini tidak aktif bila dipanaskan. Umumnya kedelai tidak digunakan dalam

bentuk kedelai segar tetapi diolah terlebih dahulu sehingga menjadi bahan makanan

lain yang memiliki nilai gizi tinggi seperti halnya tempe. Keuntungan dari tempe

sebagai bahan makanan adalah karena tempe lebih mudah dicerna dan rasanya lebih

enak (Suprapti, 2003).

Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan fisik maupun

kimianya. Protein kedelai dengan adanya aktivitas kapang proteolitik akan diuraikan

menjadi asam-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami

peningkatan. Adanya peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan

mengalami peningkatan. Nilai pH untuk tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai

6,5. kedelai yang telah difermentasi menjadi tempe akan lebih mudah dicerna. Selama

(38)

bagian-bagian yang lebih mudah larut, mudah dicerna dan bau langu dari kedelai dapat

dihilangkan (Suliantri dan Rahayu, 1990).

Komposisi Kimia Tempe

Adapun komposisi kimia tempe kedelai murni dapat dilihat pada Tabel 7

sebagai berikut :

Tabel 7. Komposisi Kimia Tempe Kedelai Murni

Komposisi Nilai Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI., (1992).

Isoflavon merupakan senyawa antioksidan yang terdapat dalam kedelai

(Potter, 1995) dan tempe (Kasmidjo, 1990). Lovatti, et al., (1990) melaporkan bahwa

isolate kedelai mengandung isoflavon yang dapat menurunkan kolesterol LDL dan

menaikkan kolesterol HDL dibandingkan dengan pemberian kasein. Penurunan

kolesterol LDL dan meningkatnya kolesterol HDL kemungkinan juga dapat

disebabkan pengaruh senyawa antioksidan isoflavon, yang terdapat di dalam tempe

maupun kedelai (Marsono, et al., 1997 dalam Deliani, 2008).

Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.

(39)

8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang

dapat menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan

inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium,

magnesium dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh

(Hidayat, et al., 2006).

Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B

kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E dan K). Tempe merupakan sumber

vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara

lain vitamin B1, B2, asam pantotenat, asam nikotinat, vitamin B6 dan B12

(40)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2009 di

Laboratorium Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kedelai dan jagung

diperoleh dari Pusat Pasar, Sambu, Medan. Dedak padi yang diperoleh dari Kilang

Padi di Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Reagensia

Reagensia yang digunakan pada penelitian ini adalah aquades, NaOH, H2SO4,

etanol 96 %, hexan, alkohol, K2SO4 dan CuSO4 , gas N2, buffer fosfat 0,1 M pH 7,

asam linoleat 50 mM dalam etanol 99 %, air bebas ion, etanol 75 %, 50 µl amonium

tiosianat 30 % dan 50 µl FeCl2.4H2O 20 mM dalam HCl 3,5 %, indikator mengsel.

Alat Penelitian

Adapun peralatan yang terlibat dan digunakan pada penelitian ini adalah

evaporator, beaker glass, blender, desikator, alat destruksi, erlenmeyer, timbangan,

gelas ukur, inkubator, kertas saring, kompor gas, oven, pompa vakum, pendingin

balik, penangas air, plastik, pipet skala, pipet tetes, pipet volume, spatula, stoples,

(41)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan dua faktor, yang terdiri dari:

Faktor I : Jumlah perbandingan Kedelai dan Jagung (K) yang terdiri dari 5 taraf,

yaitu :

K1 = 4 : 0

K2 = 3 : 1

K3 = 2 : 2

K4 = 1 : 3

K5 = 0 : 4

Faktor II : Konsentrasi Dedak (D) yang terdiri dari 5 taraf, yaitu :

D1 = 0 %

D2 = 5 %

D3 = 10 %

D4 = 15 %

D5 = 20 %

Kombinasi perlakuan (Tc) = 5 × 5 = 25, dengan jumlah minimum perlakuan (n)

adalah : Tc (n-1) ≥ 15

25 (n-1) ≥ 15

25n - 25 ≥ 15

25n ≥ 40

(42)

Sehingga, untuk lebih meningkatkan ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan

sebanyak 3 kali.

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)

faktor dengan model :

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + єijk

Dimana :

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor D pada taraf

ke-j dengan ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor K pada taraf ke-i

βj : Efek faktor D pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor D pada taraf ke-j

Єijk : Efek galat faktor K pada taraf ke-i dan faktor D pada taraf ke-j dalam

ulangan ke-k

Pelaksanaan Pendahuluan

Kedelai dan jagung berkualitas baik (tidak berlubang, tidak terkontaminasi

kapang) yang diberi perlakuan penyanggraian sesuai matang konsumen kemudian

dikeringkan dengan oven vakum suhu 40 – 50 oC, dihancurkan, diayak dengan

ayakan 40 mesh. Penyanggraian dilakukan dengan alat penyanggrai dari tanah liat

dengan menggunakan bahan bakar arang, dijaga pada suhu 85 – 90 oC selama

(43)

Selanjutnya tepung biji dikemas dan disimpan dalam desikator dan siap untuk

di analisa dengan parameter pengukuran kadar air dengan metode oven

(AOAC, 1970), kadar abu dengan metode tanur (Apriyantono, et al., 1989), kadar

protein dengan menggunakan metode kjeldhal (Sudarmadji, et al., 1984), kadar

lemak dengan menggunakan aparat soxhlet (Sudarmadji, et al., 1984), penentuan

kadar serat kasar (Apriyantono, et al., 1989), ekstraksi komponen antioksidan

ditentukan berdasarkan penelitian Mulyani, et al., (1998) dan aktivitas antioksidan

dengan menggunakan metode tiosianat (Chen, et al., 1996).

Pelaksanaan Penelitian

Kedelai dan Jagung yang berkualitas baik dan diberi perlakuan dengan

penyanggraian sesuai matang konsumen serta dedak yang disangrai selama

15 menit dengan alat penyanggrai dari tanah liat dengan menggunakan bahan bakar

arang, dijaga pada suhu 85 - 90 oC selama 2,5 jam. Kedelai dan jagung direndam

dengan asam laktat 1 % selama + 12 jam. Ditiriskan dan dibersihkan bahan dengan

air. Dikukus bahan (kedelai dan jagung) selama 30 menit. Bahan (kedelai dan jagung)

ditambahkan laru tempe sebanyak 0,2 %, Tepung beras merah 0,4 % dan konsentrasi

dedak padi (0, 5, 10, 15, dan 20 %) dari bahan. Dikemas bahan yang telah dicampur

dengan menggunakan plastik yang dilubangi. Dilakukan fermentasi selama 2 - 3 hari

pada suhu kamar. Tempe yang telah jadi dipotong tipis, selanjutnya dikeringkan

dalam oven pada suhu 50 oC. Setelah kering, tempe digiling dan diayak dengan

(44)

Tepung tempe dikemas dan disimpan dalam desikator dan siap untuk di

analisa dengan parameter pengukuran kadar air dengan metode (AOAC, 1970), kadar

abu dengan metode tanur (Apriyantono, et al., 1989), kadar protein dengan

menggunakan metode kjeldhal (Sudarmadji, et al., 1984), kadar lemak dengan

menggunakan aparat soxhlet (Sudarmadji, et al., 1984), penentuan kadar serat kasar

(Apriyantono, et al., 1989), ekstraksi komponen antioksidan ditentukan berdasarkan

penelitian Mulyani, et al., (1998) dan aktivitas antioksidan dengan menggunakan

metode tiosianat (Chen, et al., 1996).

Parameter Penelitian

Penentuan Kadar air (AOAC, 1970)

Dikeringkan aluminium foil dalam oven selama 15 menit dan didinginkan

dalam desikator, kemudian ditimbang. Ditimbang bahan yang telah dihaluskan

sebanyak 5 gram dalam aluminium foil. Dikeringkan dalam oven pada suhu

105 oC selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang.

Dikeringkan kembali dalam oven selama 30 menit. Didinginkan dalam desikator

selama 15 menit, ditimbang. Diulang perlakuan sampai berat bahan konstan. Dihitung

kadar air dengan rumus :

(45)

Penentuan Kadar abu (Apriyantono, et al., 1989)

Disiapkan cawan pengabuan, kemudian bakar dalam tanur, didinginkan dalam

tanur dan ditimbang. Ditimbang sebanyak 3 – 5 gram sampel dalam cawan tersebut,

kemudian letakkan dalam tanur pengabuan, dibakar sampai didapat abu berwarna

abu-abu atau sampai beratnya tetap : pertama suhu 400 oC dan kedua pada suhu 550

o

C. Didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Kemudian dihitung kadar

abunya dengan rumus :

Penentuan Kadar protein (Sudarmadji, et al., 1984)

Ditimbang contoh sebanyak 0,2 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu

kjeldhal. Ditambahkan 2 gram campuran K2SO4 dan CuSO4 dengan perbandingan 1 :

1 dan 3 ml H2SO4. Didestruksi sampel sampai cairan berwarna hijau jernih dan

dibiarkan dingin. Ditambahkan 10 ml aquadest ke dalam sampel, dipindahkan ke

erlenmeyer. Disediakan penampung 25 ml H2SO4 0,02 N ditambah 3 – 5 tetes

indikator mengsel. Disuntikkan + 7 ml NaOH 40 % atau lebih ke dalam sampel

sampai terbentuk warna hitam dan segera didestilasi. Didestilasi sampai volume

tampungan bertambah 100 ml menjadi 125 ml. Dititrasi hasil tampungan dengan

larutan NaOH 0,02 N yang telah distandarisasi sampai berwarna hijau jernih kembali.

Dilakukan hasil yang sama untuk blanko. Dihitung kadar protein dengan rumus :

Kadar abu = Berat abu X 100 % Berat contoh

(46)

Keterangan = a : berat contoh (gr)

b : titrasi blanko (ml)

c : titrasi contoh (ml)

N : Normalitas NaOH yang digunakan

FK : Faktor Konversi

Penentuan Kadar lemak (Sudarmadji, et al., 1984)

Diambil labu didih yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet yang

akan digunakan. Dikeringkan bahan dalam oven. Didinginkan bahan dalam desikator

dan ditimbang. Ditimbang 2 gram bahan, dimasukkan dalam selongsong. Diletakkan

selongsong yang berisi sampel dalam alat ekstraksi soxhlet. Kemudian dipasang alat

kondensor diatasnya dan labu dididih dibawahnya. Dituangkan hexan atau pelarut

lemak ke dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian. Dilakukan refluks selama 4 jam

sampai pelarut yang turun kembali ke labu didih berwarna jernih. Dikeringkan

bungkusan sampel pada suhu 105 oC selama 1 – 2 jam didinginkan dalam desikator

dan ditimbang. Dilakukan perhitungan berat lemak dan % lemak dengan rumus :

Berat lemak = Berat awal – Berat akhir – Berat selongsong

Penentuan Kadar serat kasar (Apriyantono, et al., 1989)

Haluskan bahan sehingga dapat melalui ayakan diameter 1 mm dan campurlah

baik-baik. Ditimbang 2 gram bahan kering dan ekstraksi lemaknya dengan soxhlet.

Dipindahkan bahan ke dalam erlenmeyer 600 ml. Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 % Lemak = Berat Lemak (g) x 100 %

(47)

mendidih (1,25 gram H2SO4 pekat/100 ml = 0,255 N H2SO4) dan tutuplah dengan

pendingin balik, dididihkan selama 30 menit dengan kadang kala

digoyang-goyangkan. Disaring suspensi melalui kertas saring dan residu yang tertinggal dalam

erlenmeyer dicuci dengan aquadest mendidih. Kemudian dicuci residu dalam kertas

saring sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (uji dengan kertas lakmus).

Dipindahkan secara kuantitatif residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer kembali

dengan spatula, dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH mendidih (1,25 gram

NaOH/100 ml = 0,313 N NaOH) sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke

dalam erlenmeyer. Dididihkan dengan pendingin balik sambil kadang kala

digoyang-goyangkan selama 30 menit. Disaring kembali melalui kertas saring kering yang

diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10 %, dicuci lagi residu

dengan aquadest mendidih dan kemudian dengan lebih kurang 15 ml alkohol.

Dikeringkan kertas saring beserta isinya pada suhu 110 oC sampai beratnya konstan

(1 – 2 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang dengan mengurangkan berat

kertas saring yang digunakan. Kadar serat kasar dihitung dengan rumus :

Ekstraksi komponen antioksidan (Mulyani, et al., 1998)

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan dua jenis pelarut yaitu heksan dan

etanol sebanyak 50 gram sampel kering diekstrak dengan 250 ml heksan selama 10

jam dengan aparat soxhlet. Ekstrak yang diperoleh (ekstrak H) dipekatkan dengan

(48)

H ini disimpan dalam lemari es sebelum dianalisis. Residu ekstraksi kemudian

dikeringanginkan selama satu malam untuk kemudian diekstrak dengan etanol.

Sebanyak 20 gram residu soxhlet dicampur dengan 100 ml etanol dan

dishaker selama 5 jam, setelah itu ditambahkan 75 ml etanol dan dipanaskan dalam

penangas air bersuhu 70 oC selama satu jam, campuran kemudian disaring dengan

menggunakan kertas saring whatman nomor 42. Residu dicuci dengan 100 ml etanol

dan diekstrak ulang, filtrat yang diperoleh disatukan dan dipekatkan dengan

evaporator vakum suhu 50 oC dan dimurnikan dengan gas N2. Ekstrak yang diperoleh

(ekstrak E) disimpan dalam lemari es sebelum dianalisis.

Penentuan Aktivitas antioksidan (Chen, et al., 1996)

Metode yang digunakan adalah metode tiosianat menurut Chen et al., (1996).

Dalam uji ini terdapat dua tahap yaitu tahap oksidasi dan tahap analisis. Pada tahap

oksidasi, 2 ml buffer fosfat 0,1 M pH 7 ditambah 2 ml asam linoleat 50 mM dalam

etanol 99 % dan 1 ml air bebas ion, dicampur dengan 200 µg/ml ekstrak hexan dan

etanol dari biji-bijian di dalam tabung bertutup yang gelap, kemudian campuran

diinkubasi pada suhu 37 oC dan selanjutnya disebut campuran contoh. Pada tahap

analisis, tiap dua hari sekali 50 µ l campuran contoh di analisis lebih lanjut dengan

penambahan 2,35 ml etanol 75 %, 50 µ l amonium tiosianat 30 % dan 50 µ l

FeCl2.4H2O 20 mM dalam HCl 3,5 %. Setelah diinkubasi 3 menit diukur

(49)

Aktivitas antioksidan dari sampel dinyatakan sebagai periode induksi yaitu

waktu (hari) yang dibutuhkan oleh sampel untuk mencapai nilai absorbansi 0,3.

Selanjutnya aktivitas antioksidan juga dinyatakan dalam faktor protektif yaitu

(50)

1. Pelaksanaan Pendahuluan

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Pendahuluan

Alat penyangraian dari tanah liat dengan menggunakan arang

dengan suhu 85 - 90 oC selama

2,5 jam.

Dilakukan Analisa : 1. Kadar Air (%) 2. Kadar Abu (%) 3. Kadar Protein (%) 4. Kadar Lemak (%) 5. Kadar Serat Kasar (%)

6. Ekstraksi Komponen Antioksidan 7. Aktivitas Antioksidan

Dikemas dengan plastik dan disimpan dalam desikator

Dikeringkan dengan oven pada suhu 40 - 50 oC

Dihancurkan

Diayak dengan ayakan 40 mesh Penyangraian sesuai matang konsumen

(51)

2. Pelaksanaan penelitian

Gambar 2. Skema Pelaksanaan Penelitian

Digiling dan diayak dengan ayakan 40 mesh

Dilakukan Analisa :

Tempe dipotong tipis selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 50 oC

Ditambahkan :

- Laru tempe 0,2 %,

- Tepung beras merah 0,4 % - Konsentrasi dedak padi

(0,5,10,15, dan 20 %) dari Bahan

Dikemas bahan yang telah dicampur dengan menggunakan plastik yang dilubangi

Difermentasi selama 2-3 hari pada suhu kamar

Tempe

Dedak disangrai Kedelai dan Jagung diberi

perlakuan penyangraian

Dikukus bahan selama 30 menit Ditiriskan dan dibersihkan dengan air Kedelai dan Jagung direndam dengan

(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan

Dari hasil pengamatan dan analisa proksimat kedelai, jagung dan dedak

terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data pengamatan analisa proksimat kedelai, jagung dan dedak

Perlakuan Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar

Air Abu Protein Lemak Serat

(%) (%) (%) (%) Kasar

(%)

Kedelai rebus 3,350 3,179 37,074 24,057 3,224

Kedelai kukus 2,957 3,823 38,467 19,973 5,418

Kedelai sangrai 4,864 4,267 37,722 22,681 6,761

Jagung rebus 4,110 1,927 11,252 6,743 4,112

Jagung kukus 26,880 2,405 12,019 5,964 3,814

Jagung sangrai 4,885 2,356 11,531 7,652 4,141

Dedak sangrai 3,683 10,270 15,265 15,865 13,456

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan

jagung kukusdan terendah pada kedelai kukus. Kadar abu tertinggi diperoleh pada

perlakuan dedak sangrai dan terendah pada jagung rebus. Kadar protein tertinggi

diperoleh pada perlakuan kedelai kukusdan terendah pada jagung rebus.Kadar lemak

tertinggi diperoleh pada perlakuan kedelai rebus dan terendah pada jagung kukus.

Kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan dedak sangrai dan terendah pada

kedelai rebus.

Dari hasil pengamatan dan analisa aktivitas antioksidan kedelai, jagung dan dedak

(53)

Tabel 9. Data pengamatan analisa aktivitas antioksidan kedelai, jagung dan dedak

Perlakuan Periode Induksi Faktor Protektif

(hari)

Kedelai rebus 14,341 2,275

Kedelai kukus 13,794 2,189

Kedelai sangrai 16,548 2,625

Jagung rebus 11,500 1,825

Jagung kukus 11,458 1,818

Jagung sangrai 12,083 1,917

Dedak sangrai 14,381 2,282

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh

pada perlakuan kedelai sangrai, jagung sangraidan dedak sangrai. Terendah pada

kedelai kukus dan jagung rebus. Oleh karena itu, dari hasil pengamatan dan analisa

aktivitas antioksidan kedelai, jagung dan dedak yang dipakai adalah kedelai, jagung

dan dedak sangrai yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi daripada yang lain.

Penelitian Utama

Pengaruh campuran kedelai dan jagung sangrai terhadap parameter yang diamati

Dari hasil penelitian dan analisis statistika yang telah dilakukan diperoleh

bahwa penyangraian memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar

protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Pengaruh campuran kedelai dan jagung

(54)

Tabel 10. Pengaruh campuran kedelai dan jagung sangrai terhadap parameter yang

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan

K5 dan terendah pada K1. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 dan

terendah pada K5.Kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 dan terendah

pada K5.Kadar lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 dan terendah pada K5.

Kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 dan terendah pada K5.

Pengaruh konsentrasi dedak padi sangrai terhadap parameter yang diamati

Dari hasil penelitian dan analisis statistika yang telah dilakukan diperoleh

bahwa penyangraian memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar

protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Pengaruh konsentrasi dedak padi sangrai

terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 11.

(55)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan

D1 dan terendah pada D5. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan D5 dan

terendah pada D1.Kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan D2 dan terendah

pada D5.Kadar lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan D2 dan terendah pada D5.

Kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan D5 dan terendah pada D1.

Kadar air (%)

Pengaruh campuran kedelai dan jagung sangrai terhadap

kadar air tempe (%)

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa campuran

kedelai dan jagung sangrai memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01)

terhadap kadar air tempe. Hasil uji LSR pengaruh campuran kedelai dan jagung

sangrai terhadap kadar air tempe dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Uji LSR pengaruh campuran kedelai dan jagung sangrai terhadap kadar air tempe (%)

Jarak LSR Campuran Rataan Notasi

0,05 0,01 kedelai:jagung 0,05 0,01

- - - K1= 4:0 7,843 e D

2 0,165 0,220 K2= 3:1 8,503 d C

3 0,174 0,230 K3= 2:2 8,974 c B

4 0,180 0,236 K4= 1:3 9,292 b A

5 0,183 0,241 K5= 0:4 9,483 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % pada tabel yang sama.

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata

dengan K2, K3, K4, dan K5.. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K3, K4, dan

Gambar

Tabel 4. Komposisi kimia dari bagian-bagian jagung (g/100 g butir jagung)
Tabel 5. Komposisi Kimia Dedak Padi
Tabel 6. Komposisi kimia dedak, bekatul padi dan bekatul serealia
Gambar 1. Skema Pelaksanaan Pendahuluan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari sekian banyak kota di Indonesia, Kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah dapat men-cover kebutuhan stok darah hariannya Namun dari hasil wawancara

[r]

[r]

Berkat taufik serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “POLA PERESEPAN DIARE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KRATON PEKALONGAN

Hal ini disebabkan karena ketika tidak terjadi packet loss maka nilai jitter sebesar 0ms (tidak ada variasi jeda waktu antar paket yang diterima host receiver ) sudah cukup

VHEDJDL VHRUDQJ LVWUL ´ (SP: 53).. Tergambar dalam beberapa kutipan di atas, citra perempuan tradisional yang lembut, ikhlas, sabar, dan setia. Berbeda dalam hubungan

[r]

Menetapkan Talak Raj’ī karena Syiqaq Akibat tidak Perawan Pertimbangan hakim dalam menetapkan talak raj‟ī diawali dengan usaha untuk mendamaikan kedua belah pihak