SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA
PERSEDIAAN, NILAI PERSEDIAAN, DAN PROFIT MARGIN
TERHADAP NILAI PERSUHAAN PADA PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
O l e h :
ARTHA SITUMORANG 070503112
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin
terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi
yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar adanya. Apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan
oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 04 Mei 2011 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih
dan karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus
Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera
Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh
bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril
maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan
dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, MM, Ak, selaku Dosen Penguji I dan
Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak, selaku Dosen Penguji II, atas segala saran dan
masukan yang telah diberikan.
5. Orang tua penulis, Ayahanda Longser Situmorang dan Ibunda Rosdiana
Sibarani yang telah memberikan doa dan dukungan yang tulus baik moril
maupun materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
6. Buat Abangku Parulian dan Agus, keluarga Kakak Frida/ Abang Pasaribu,
keluarga Kakak Henny/ Abang Panjaitan dan ponakanku Rachel dan
Agatha, dan juga adikku Anita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat
dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian
selanjutnya. Semoga Tuhan yang Maha Esa menyertai kita semua.Amin.
Medan, 04 Mei 2011 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 19 perusahaan yang go public diperoleh 11 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder.
Penelitian ini menganalisis pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan karena Fhitung < Ftabel (2,522< 3,23) dan nilai signifikansi penelitian > 0,05 yaitu 0,077 > 0,05.
Kata Kunci : Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, Profit
ABSTRACT
The objective of this research is to know the simultaneous influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm of food and beverages companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009.
This research is classified as causal research and replication of former research. Population of this research are food and beverages firms on Indonesian Stock Exchange during the period of 2007 to 2009. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 19 food and beverages firms, 11 are used as the samples of this research. The used data of this research is secondary data.
This research has analyzed the influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm. The used statistic method is linear duoble regression with assumption classic test for the first.
The result of this research shows that inventory cost flow method, inventory value and profit margin didn’t have simultaneous significant effect to Value of the Firm because Fcount < Ftable (2,522< 3,23) and significancy value more than 0,05 as 0,077 > 0,05.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN...i
KATA PENGANTAR ...ii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ...v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Rumusan Masalah Penelitian ...5
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6
A. Persediaan ...6
1. Definisi dan Pengklasifikasian Hutang...6
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang...8
1. Struktur Kepemilikan ...8
a. Kepemilikan Manajerial...8
b. Kepemilikan Institusional ...10
2. Free Cash Flow ...10
C. Teori Keagenan ...11
1. Agency Theory ...11
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...12
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian ...14
1. Kerangka Konseptual ...14
2. Hipotesis penelitian ...17
BAB III METODE PENELITIAN ………18
A. Desain Penelitian ………18
B. Populasi dan Sampel ………...18
C. Jenis dan Sumber Data ………20
D. Metode Pengumpulan Data ………20
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….20
F. Metode Analisis Data ...23
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...28
B. Analisis Hasil Penelitian ...28
1. Analisis Statistik Deskriptif ...28
2. Uji Asumsi Klasik ………..30
a. Uji Normalitas ………30
b. Uji Multikolonieritas ………..34
c. Uji Heteroskedasitas ………...34
d. Uji Autokorelasi ……….36
3. Analisis Regresi ………...37
a. Persamaan Regresi ………..37
b. Pengujian Hipotesis ………39
c. Analisis Koefisien determinasi ………...41
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………...42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...45
A. Kesimpulan ...45
B. Keterbatasan ...46
C. Saran ...46
DAFTAR PUSTAKA ...48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 13
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 19
Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel………23
Tabel 4.1 Descriptive statistic ... 29
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 31
Tabel 4.3 Coefficients ... 34
Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin Watson ...36
Tabel 4.5 Coefficientsa ... 38
Tabel 4.6 Coefficientsa ... 39
Tabel 4.7 ANOVAb ... 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 15
Gambar 4.1 Regression Standardized Residual... 32
Gambar 4.2 Observed Cum Prob ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Data Penelitian...50
Lampiran ii Descriptive ...54
Lampiran iii Regression ... 54
Lampiran iv Multikolonieritas ... 56
Lampiran v One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 57
Lampiran vi Autokorelasi... 57
Lampiran vii Normalitas ... 58
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 19 perusahaan yang go public diperoleh 11 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder.
Penelitian ini menganalisis pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan karena Fhitung < Ftabel (2,522< 3,23) dan nilai signifikansi penelitian > 0,05 yaitu 0,077 > 0,05.
Kata Kunci : Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, Profit
ABSTRACT
The objective of this research is to know the simultaneous influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm of food and beverages companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009.
This research is classified as causal research and replication of former research. Population of this research are food and beverages firms on Indonesian Stock Exchange during the period of 2007 to 2009. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 19 food and beverages firms, 11 are used as the samples of this research. The used data of this research is secondary data.
This research has analyzed the influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm. The used statistic method is linear duoble regression with assumption classic test for the first.
The result of this research shows that inventory cost flow method, inventory value and profit margin didn’t have simultaneous significant effect to Value of the Firm because Fcount < Ftable (2,522< 3,23) and significancy value more than 0,05 as 0,077 > 0,05.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan perusahaan lazimnya bertujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham (stokcholders). Kemakmuran para pemegang
saham dapat dilihat dari nilai perusahaannya, semakin tinggi nilai perusahaan,
semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham, sehingga dapat dikatakan
bahwa nilai perusahaan yang tinggi akan menjadi keinginan para pemilik modal
(pemegang saham). Dewasa ini, perkembangan dunia usaha yang semakin
meningkat dan banyaknya persaingan usaha, untuk dapat menarik minat investor,
perusahaan dituntut untuk dapat memiliki manajemen yang baik. Manajemen
harus dapat menetapkan arah kebijakan yang tepat bagi perusahaannya agar dapat
mempertahankan eksistensinya di dalam dunia usaha.
Pada umumnya, faktor keuangan merupakan kunci utama yang akan
mempengaruhi perkembangan perusahaan. Faktor keuangan berbicara tentang
bagaimana mencari dana, mendapatkan dana, dan mengalokasikan dana tersebut
agar efisien dalam penggunaannya. Terdapat tiga fungsi manajemen keuangan,
yang terdiri dari tiga keputusan atau kebijakan utama yang harus dilakukan oleh
perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan
dividen. Dikatakan bahwa kombinasi ketiganya akan memaksimumkan nilai
Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
mendapatkan laba yang optimal, memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham, menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta untuk mengembangkan
usahanya. Salah satu sumber informasi yang penting dan dapat memberikan
gambaran kondisi keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu yang dapat
dicapai perusahaan adalah laporan keuangan. Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan, laporan keuangan harus dapat dipahami dan mudah dimengerti,
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan, serta
harus dilakukan secara konsisten agar dapat diperbandingkan.
Alasan perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk
memenuhi keinginan para investor dalam kaitannya dengan market value
perusahaan, sehingga dalam memilih metode tersebut selayaknya berdampak pada
tingkat return yang diharapkan oleh investor (SAK, 2002). Tujuan utama
perusahaan umumnya bukanlah memaksimumkan profit akan tetapi
memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan (maximization wealth of
stockholders). Mereka memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui
maksimalisasi nilai perusahaan.
Persediaan barang, sebagai elemen utama dari modal kerja, merupakan
aktiva yang selalu dalam keadaan berputar karena secara terus menerus
mengalami perubahan. Masalah investasi dalam persediaan merupakan masalah
pembelanjaan aktif. Bagi perusahaan makanan dan minuman, persediaan menjadi
kelancaran operasi perusahaan. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan
operasi perusahaan kemungkinan besar mengalami penundaan, atau perusahaan
beroperasi pada kapasitas yang rendah (Sartono, 1996). Jika perusahaan tidak
bekerja dengan full-capacity, berarti aset dan tenaga kerja langsung tidak dapat
didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya
produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang
diperoleh (Riyanto, 1990). Sebaliknya apabila persediaan terlalu besar maka akan
mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas
perusahaan menurun. Jika perusahaan memiliki persediaan yang cukup besar,
perusahaan dapat memenuhi pesanan dengan cepat. Namun, persediaan yang
besar tersebut juga membawa konsekuensi berupa biaya yang timbul untuk
mempertahankan persediaan. Selain itu bahaya yang mungkin timbul adalah
keusangan atas persediaan.
Keadaan perekonomian dunia yang mengalami ketidakstabilan pada
periode 2008-2009 menjadi sebuah fenomena yang sangat signifikan sehingga
berdampak terjadinya krisis global, yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi
perusahaan, tidak terlepas terhadap perusahaan makanan dan minuman. Hal ini
mengakibatkan para investor dan kreditor berhati-hati dalam melakukan
penanaman modal pada suatu perusahaan demi mengantisipasi risiko yang terjadi.
Ditambah dengan tingginya persaingan pada industri ini tentunya akan menambah
tantangan bagi manajemen untuk mendapatkan modal tambahan. Kinerja
perusahaan yang baik diperlukan untuk menarik minat investor untuk berinvestasi
karena sangat berhubungan dengan profit yang dapat mempengaruhi tingkat
kemakmuran perusahaan dimana hal ini sangat berhubungan dengan keputusan
investor dalam investasi.
Besarnya investasi perusahaan pada persediaan harus dikelola dengan
tepat. Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal mempunyai efek yang
langsung terhadap profit margin perusahaan (Riyanto, 1990). Profit margin
adalah rasio yang mengindikasikan kemampuan suatu badan usaha untuk
menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu. Berbagai metode perlu dicoba
untuk mengatur persediaan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya
yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika
kehabisan persediaan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi profit
(Husnan dan Pudjiastuti, 1996).
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya.
Puspitaningtyas (2002), meneliti pengaruh penerapan metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap market value perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa
metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value,
nilai persediaan berpengaruh signifikan dan profit margin tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap market value.
Purwanto (2005), meneliti pengaruh penerapan metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan gross profit margin terhadap market value
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan hasil penelitian menunjukkan
persediaan dan nilai persediaan, untuk variabel gross profit margin hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan gross profit margin terhadap
market value. Sementara Sari (2007), meneliti analisis pengaruh profit margin dan metode arus biaya persediaan terhadap market value (studi kasus pada industri
barang konsumsi yang terdaftar di BEJ tahun 2004-2005), hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa profit margin berpengaruh signifikan positif terhadap market
value.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dilihat adanya ketidakkonsistenan
hasil penelitian mereka. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian
kembali untuk mengetahui pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan,
nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini
peneliti mengambil variabel dependen yang berbeda yaitu nilai perusahaan karena
nilai market value masih sangat berpengaruh dengan nilai perusahaan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah data yang
digunakan sebagai sampel dan penggunaan tahun dalam menguji dampak yang
ditimbulkan penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit
margin terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini penulis mengambil sampel
perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007
sampai dengan tahun 2009, sehingga diharapkan penelitian ini dapat
memperbaharui penelitian sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan
penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis
Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya,
maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode arus biaya berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit
margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya
maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah penerapan metode arus biaya berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
2. Untuk mengetahui apakah nilai persediaan nilai perusahaan.
3. Untuk mengetahui apakah profit margin berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
4. Untuk mengetahui apakah penerapan metode arus biaya persediaan, nilai
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:
1. Sebagai tambahan informasi bagi calon investor demi ketepatan keputusan
investasi yang diambil.
2. Sebagai masukan bagi manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan
penggunaan metode dalam menentukan akuntansi persediaan yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
3. Memperluas wawasan penulis khususnya mengenai pengaruh penerapan
metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap
nilai perusahaan.
4. Sebagai bahan referensi dan sumber informasi bagi pembaca dan pihak-pihak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam
operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar
terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan
terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi.
Menurut Stice dan Skousen (2004:653), “persediaan ditujukan untuk
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan
dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses
produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”. Kieso et al
(2002:443) mengatakan bahwa “persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva
yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan
digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Pendapat Warren et al (2005:440) mengatakan persediaan adalah “barang
dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan
bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.
Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa
mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Dengan demikian, persediaan adalah barang untuk dijual dalam operasi bisnis
saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang
sering berlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang perputaran
persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan
supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting dan
mempunyai peranan yang sangat besar bagi perusahaan, seperti memperlancar
jalannya operasi perusahaan yang dilakukan secara berurut- urut mulai dari
bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi yang selanjutnya akan
didistribusikan kepada konsumen. Bagi banyak perusahaan, terutama yang
berkiprah dalam bisnis eceran dan grosir, persediaan merupakan aktiva paling
besar yang dimiliki oleh perusahaan dibanding dengan unsur aktiva lancar
lainnya.
Persediaan digolongkan kedalam aktiva lancar (current asset) karena
umumnya persediaan dapat diubah menjadi kas atau aktiva lainnya dalam
suatu daur kegiatan usaha (operating cycle) perusahaan. Barang dagang yang
usang dan tak dapat dijual, jika jumlahnya material harus dikeluarkan dari
klasifikasi ini kecuali jika dapat dilempar ke pasar yang ada dalam periode
penjualan normal.
2. Metode Pencatatan Persediaan a. Sistem Periodik
Weygandt et al (2007:262) mengemukakan bahwa “dalam
barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara terus-menerus dalam satu
periode”. Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir
periode akuntansi (secara periodik)”. Dyckman et al (2008:381)
mengatakan bahwa “dalam sistem persediaan periodik, dilakukan
perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ada ditangan pada
akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan”.
b. Sistem Perpetual
Menurut Niswonger et al (1999:366) ”dalam sistem persediaan
perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan
cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun
persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan
stok pada tanggal tersebut”.
Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian
yang paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan
dapat ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan
membandingkan perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan.
Pemesanan kembali barang secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan
persediaan dapat dicapai dengan membandingkan saldo buku tambahan
dengan tingkat persediaan maksimum dan minimum yang ditentukan
terlebih dahulu.
Dyckman et al (2000:383) mengatakan bahwa, “ apabila sistem
perpetual untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan,
pengeluaran, dan saldo ditangan”. Dengan informasi ini, kuantitas periodik
dan penilaian barang yang ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi
perhitungan periodik tidak diperlukan kecuali memverifikasi jumlah
persediaan. Perhitungan periodik biasanya dilakukan secara tahunan untuk
tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan dengan catatan
perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian yang
dibutuhkan (misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus
disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan
pencatatan.
3. Penilaian Persediaan
a. Pendekatan Dasar Biaya
Metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran
yang digunakan sebagai media kontrak antara economic agent yang
berkaitan dengan persediaan (Lee dan Hsieh, 2003:86).
Jadi metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran
yang digunakan sebagai media kontrak antara economic agent yang
berkaitan dengan persediaan yang mempengaruhi laporan keuangan
dimana pemilihan metode arus biaya persediaan harus mempertimbangkan
nilai-nilai yang dapat mendukung nilai perusahaan yang disesuaikan
yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO, dan metode weighted
average.
1) Metode Identifikasi Khusus
Dyckman et al (2000:392) mengatakan bahwa, “metode
identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang
disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya
dapat diidentifikasi setiap waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah
besar atau mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani,
mungkin bisa dilaksanakan pendanaan atau penomoran setiap barang
ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan dilakukannya
identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada
tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan.
Dengan demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan
arus biaya secara langsung dengan arus biaya periodik.
2) Metode LIFO (Last In First Out)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14) merumuskan metode
LIFO sebagai berikut, “rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang
yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih
dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang
dibeli atau diproduksi terlebih dahulu”. Dyckman et al (2000:396)
mengatakan bahwa, “metode LIFO untuk kalkulasi biaya persediaan
menandingkan persediaan yang dinilai pada biaya per unit akuisisi
tetap ada persediaan akhir dibebankan pada biaya per unit terlama
yang terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok
penjualan yang dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul.
3) Metode FIFO (First In First Out)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:200) merumuskan metode
FIFO sebagai berikut,” formula MPKP/ FIFO mengasumsikan barang
dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan
terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah
yang dibeli atau diproduksi kemudian”.Sebagian perusahaan
mengeluarkan barang sesuai dengan urutan pembeliannya. Hal ini
terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan
produk-produk yang modelnya cepat berubah. Sebagai contoh, toko bahan
pangan menyusun produk-produk susu dalam rak-rak berdasarkan
tanggal kadaluarsanya. Begitu juga dengan toko pakaian yang
memajang pakaian sesuai dengan musim. Jadi, metode FIFO dapat
dikatakan kosisten dengan arus periodik atau pergerakan barang.
4) Metode Rata-Rata
a) Rata-rata tertimbang (sistem pencatatan periodik)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:21) merumuskan metode
rata-rata sebagai berikut:
secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan perusahaan.
Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan
urutan pembeliannya dan menghitung harga pokok penjualan serta
persediaan akhir. Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung
dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya
pembelian periode berjalan. Biaya rata-rata tertimbang per unit
yang sama digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang
pada akhir perode. Dyckman et al (2000:393) mengatakan bahwa,
“biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi
jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode
berjalan dengan jumlah unit persediaan awal ditambah unit
pembelian selama periode tersebut”
b) Rata-rata bergerak (sistem pencatatan perpetual)
Apabila digunakan sistem pencatatan perpetual, maka
biaya per unit rata-rata bergerak digunakan. Metode rata-rata
bergerak biasanya dipandang objektif, konsisten, dan tidak
mudah melakukan manipulasi karena sistem perpetual yang
melakukan pencatatan setiap terjadinya transaksi dalam metode
ini memberikan biaya rata-rata periode berjalan atas dasar
berkelanjutan.
Metode ini tidak menandingkan biaya unit paling akhir
biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai
persediaan akhir. Oleh karena itu, jika biaya per unit meningkat
atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan
memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada
diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.
b. Penilaian Tambahan
Menurut Niswonger dan Fees dalam buku “Prinsip-Prinsip
Akuntansi” yang diterjemahkan oleh Ruswinarto dan Wibowo (1999:406)
menyatakan bahwa “dalam situasi tertentu, persediaan bisa dinilai selain
dari pada harga pokok”. Situasi semacam ini timbul manakala harga pokok
persediaan pengganti lebih rendah dari pada harga pokok yang dicatat dan
persedian tidak dapat dijual pada harga jual normal karena
ketidaksempurnaan, usang, perubahan gaya, atau sebab-sebab lain. Oleh
karena itu, berbagai metode dicoba untuk mengatur persediaan dengan
tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki
persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan
(Husna dan Pudjiastuti, 1996). Pencatatan tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar,
penilaian pada nilai realisasi bersih, metode eceran, dan metode laba kotor.
1. Nilai Terendah Antara Harga Pokok atau Harga Pasar
Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah
daripada biaya pengembaliannya maka metode nilai terendah
Method-LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk mengganti
barang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada
jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok. Dalam bisnis
yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun, tetapi dalam
bisnis yang teknologinya berubah cepat ( misalnya televisi dan
komputer), penurunan harga sering terjadi. Keunggulan utama
dari metode LCM adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih) akan
berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar.
Skousen et al (2001:395) mengatakan dasar pedoman
dalam penerapan aturan ini adalah:
a) Menetapkan nilai pasar sebagai berikut:
1. Biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan terendah.
2. Harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah.
3. Harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga tertinggi (sebagian dalam praktik, pada saat biaya penggantian, harga tertinggi dan harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah selalu nilai di tengah-tengah).
b) Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah yang lebih rendah.
2. Penilaian pada Nilai Realisasi Bersih
Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang
hanya bisa dijual dengan harga dibawah harga pokok harus
dengan nilai realisasi bersih. Warren et al (2005:457) mengatakan
bahwa, “nilai realisasi bersih (net realizable) adalah estimasi
harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi
penjualan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14,5)
menjelaskan bahwa “persediaan harus diukur berdasarkan biaya
atau nilai realisasi bersih, yang lebih rendah (The Lower of Cost
and Net Realizable Value)”. Nilai persediaan bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode berikutnya.
Apabila kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai
persediaan dibawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka
jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik (reversed)
sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah
yang terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah
direvisi. Hal ini timbul misalnya, jika suatu barang persediaan
yang dicantumkan sebesar nilai realisasi karena harga jualnya
telah turun masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga
jualnya telah meningkat.
3. Metode Eceran
Untuk penentuan harga pokok persediaan, Warren et al
(2005:459) mengatakan, “metode persediaan eceran (retail
hubungan antara harga pokok barang dagang yang sama”. Untuk
menggunakan metode ini harga eceran dari semua barang dagang
harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran
ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan
dari harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode
bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung
dengan mengalihkan persediaan eceran dengan rasio biaya
terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang tersedia untuk
dijual.
4. Metode Laba Kotor
Soemarso (2002:394) menyatakan bahwa, “metode laba
bruto atau metode laba kotor (gross profit method): metode
penerapan harga pokok persediaan secara taksiran yang didasarkan
atas hubungan yang terdapat dalam periode yang lalu antara laba
bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan
estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk
mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya
diestimasikan dari tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan
setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual
selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor,
penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen:
dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk
dijual guna mendapat estimasi persediaan akhir barang dagang.
Metode laba kotor sangat berguna dalam mengestimasi
persediaan untuk laporan keuangan bulanan atau triwulan dalam
sistem persediaan periodik. Metode ini juga berguna dalam
mengestimasi harga pokok barang dagang yang rusak akibat
kebakaran atau bencana lainnya.
B. Profit Margin
Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh
selisih antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dibagi
dengan penjualan bersih. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai
kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang
langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran untuk
pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Untuk keputusan investasi, investor lebih menyukai perusahaan yang
melaporkan laba yang lebih besar (dengan asumsi besaran perusahaan sama dan
berada dalam satu industri). Ini bermakna bahwa perbedaan dalam laba
mencerminkan perbedaan kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan bukan
semata-mata karena perbedaan artifisial sebagai akibat pemilihan teknik-teknik
mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan yang akan
direspon oleh investor (Riyanto, 1990:69).
Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan
menekan profit margin perusahaan. Besar kecilnya profit margin juga akan
mempengaruhi perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan
laba rugi. Respon investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi
pada perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham
perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan nilai perusahaan,
sehingga dapat dilihat bahwa profit margin berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Berkenaan dengan laporan laba rugi perusahaan, Wolk dan Tearney
(1997) menyatakan bahwa “manajer melihat laba stabil sebagai aliran earning
yang lebih stabil atau earning yang rendah akan mendorong penilaian yang lebih
tinggi bagi perusahaan”. Ronen dan Sadan (1997:84) memberi penjelasan
alternatif bahwa “laba yang stabil memfasilitasi para manajer untuk memprediksi
secara lebih baik aliran kas masa depan yang didasarkan pada nilai perusahaan”.
Sementara itu, Beaver dan Dukes dalam Belakoui (1993:84) menyatakan bahwa
“metode yang menghasilkan angka-angka laba yang mempunyai hubungan paling
dekat dengan harga-harga surat berharga adalah metode yang paling konsisten
C. Nilai perusahaan
Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalisasi nilai
perusahaannya. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan atau pemegang saham, sebab dengan nilai yang tinggi berarti
menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan dapat
tercermin melalui harga saham. Semakin tinggi harga saham berarti kemakmuran
pemegang saham akan meningkat. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai
perusahaan. Pada dasarnya harga saham dihitung dari nilai sekarang dividen yang
akan diterima, jadi semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi tingkat
pengembalian kepada investor dan itu berarti semakin tinggi juga nilai perusahaan
terkait dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri, yaitu untuk memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham.
Dalam penelitian Sugihen (2003), dikatakan bahwa, “nilai perusahaan
adalah ekspektasi nilai investasi pemegang saham (harga pasar ekuitas) dan/ atau
ekspektasi nilai total perusahaan (harga pasar ditambah dengan nilai pasar utang,
atau sama dengan ekspektasi harga pasar aktiva)”. Nilai perusahaan
mencerminkan kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target
struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam
mengefektifkan penggunaan aktiva (aktivitas investasi) dan kemampuan
manajemen operasi dalam mengefisienkan proses produksi dan distribusi
(aktivitas operasi) perusahaan.
Perusahaan yang go public dapat diukur nilainya dengan melihat harga
maka nilai perusahaan adalah sebesar kapitalisasi saham yang beredar tentunya
dengan asumsi pasar modal yang efisien. Dengan demikian, apabila harga pasar
saham meningkat berarti pula nilai perusahaan meningkat. Ini dapat dicapai
dengan pengoptimalan kinerja perusahaan secara holistik. Semua usaha itu akan
tercermin dari pengembalian kepada pemegang saham (berupa dividen tunai) dan
harga saham yang semakin tinggi.
D. Tinjauan Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu tersebut dapat diuraikan melalui tabel berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian
1. Ika Ratna Sari (2007)
Analisis pengaruh profit margin dan metode arus biaya persediaan terhadap market value (studi kasus pada industri
adalah profit margin dan metode arus biaya persediaan.
Variabel dependen
adalah market value.
Profit margin dan metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value.
Profit margin berpengaruh signifikan positif terhadap market value.
2 Yudha putriani
Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value perusahaan. Metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh secara signifikan tehadap market value.
Nilai persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value.
Gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value.
Seluruh variabel independen (metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin) hanya mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen (market value) adalah sebesar 42.7%. Sedangkan sisanya (100%- 42.7%=57.3%) mampu dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model. adalah metode arus
biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin
Variabel dependen adalah market value
Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin berpengaruh signifikan terhadap market value.
Metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value.
Nilai persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap market value.
Profit margin tidak berpengaruh
signifikan terhadap market value
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian 1. Kerangka Konseptual
Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis
antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam penelitian
ini, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono, 2003).
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar,
2003). Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003). Kerangka konseptual
yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang
diteliti (Sugiyono, 2007).
Dari berbagai kerangka teori tersebut menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, akan tetapi dalam
penelitian ini akan dilihat tiga variabel yang dianggap cukup penting dan
cukup dominan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Adapun tiga variabel
itu adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin.
Dengan demikian, maka dibangun sebuah kerangka konseptual penelitian
H1
Profit margin mengindikasikan kemampuan suatu badan usaha untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga untuk menilai
kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran
yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan (Syahrul Nizar dan
Ardiyos, 2000). Profit margin yang tinggi sangat diinginkan karena
mengindikasikan pendapatan yang dihasilkan melebihi harga pokok
penjualan. Informasi laba juga bermanfaat dalam menetapkan nilai
perusahaan (Smith dan Skousen, 1999) sehingga profit margin berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Morse dan Richardson dalam Taqwa (2003:102) menyatakan bahwa
“berbagai alternatif metode arus biaya persediaan memungkinkan
manajemen memilih metode mana yang akan diterapkan dalam perusahaan
sesuai dengan karakteristik perusahaan”. Oleh karena itu, manajemen dalam
mengambil kebijakan pemilihan metode arus biaya persediaan pasti akan
mempertimbangkan hal-hal yang dapat mendukung nilai perusahaan
(Dyckman, 1999).
Berbagai metode dicoba untuk mengatur persediaan dengan tujuan
untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki
persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan
(Husnan dan Pudjiastuti, 1996). Penentuan besarnya investasi atau alokasi
modal dalam persediaan yang mempunyai efek langung terhadap
keuntungan perusahaan akan direspon oleh investor (Riyanto, 1990). Respon
investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut, sehingga akan menaikkan harga saham perusahaan.
Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan kenaikan nilai
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah
yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan
perumusan masalah dan konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : metode arus biaya persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H2 : nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H3 : profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H4 : metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin secara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan klausal yang berguna untuk
menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan dan profit margin sebagai variabel bebas dan
nilai perusahaan sebagai variabel terikat.
B.Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi suatu objek penelitian (Kuncoro, 2003:103).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and
beverages yang terdaftar di BEI yang berjumlah 19 selama tahun
2007-2009.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Metode pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan (judgement
ini adalah 11 perusahaan. Adapun yang menjadi kriteria dalam penentuan
sampel adalah :
1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2009 dan tidak didelisting selama periode penelitian.
2. Perusahaaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan telah
diaudit selama tahun 2007-2009.
3. Perusahaan sampel menerapkan satu dari metode persediaan apakah FIFO
atau Weighted Average. Kriteria ini dipilih karena tujuan dalam penelitian
ini untuk membandingkan antara penerapan FIFO dan Weighted Average.
4. Pada tahun sampel perusahaan tidak melakukan perubahan metode
akuntansi persediaan, misalnya dari FIFO ke rata-rata atau sebaliknya dari
rata-rata ke FIFO.
Tabel 7.1
Daftar Populasi dan Sampel No
6 Pioneerindo Gourment International (d/h Putra Sejahtera Pioneerindo Tbk)
× × × ×
7 Prasida Aneka Niaga Tbk 5
8 Sekar Laut Tbk 6
9 Siantar Top tbk 7
10 Sinar Mas Agro Resources and Technology Corporation Tbk
8
11 Tunas Baru Lampung Tbk × × × ×
12 Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk
9
13 Sierad produce Tbk × × × ×
15 Cahaya Kalbar Tbk × × × ×
16 Davomas Abadi Tbk × × × ×
17 Multi Bintang Indonesia Tbk 11
18 Fast Food Indonesia Tbk × × × ×
19 PT Sekar Bumi Tbk × × × ×
C.Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk angka. Data ini merupakan data sekunder yaitu data
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan data
dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory). Penelitian ini
menggunakan data yang diambil dari 19 perusahaan Food and Beverages
(section) selama periode waktu 3 tahun (series) yaitu tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009.
D.Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dengan
komputer yaitu teknik pengumpulan data-data atas kejadian historis yang
tertulis dalam dokumen atau berupa arsip data dengan format elektronik. Data
yang dikumpul adalah data yang berkenaan dengan objek yang diteliti yang
diperoleh dari Indonesian Stock Exchange (IDX). Peneliti juga melakukan
penelitian kepustakaan dengan cara pengkajian dan pendalaman
masalah yang diteliti guna memperoleh dasar teoritis dan acuan untuk
mengolah data yang diperoleh dari penelusuran internet.
E.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen
Variabel independen menurut Erlina dan Mulyani (2007:34) adalah
“variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel
dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel
dependen lainnya”. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Metode arus biaya persediaan
Metode arus biaya persediaan merupakan metode yang digunakan
perusahaan selama masa pengamatan. Variabel ini merupakan
variabel dummy dimana ada dua pilihan metode, yaitu metode FIFO
dan Weighted Average.
b. Nilai persediaan
Metode yang digunakan perusahaan untuk mengatur persediaan
dengan tujuan menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena
memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika
kehabisan persediaan.
c. Profit margin
Profit margin adalah bagian dari rasio profitabilitas yang digunakan
untuk menilai kemampuan manajemen perusahaan dalam
mengontrol berbagai pengeluaran yang digunakan dalam
menghasilkan penjualan.
Profit margin =
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya
variabel independen. Variabel Dependen dalam penelitian ini
menggunakan market to book value of assets ratio (MKTBKASS).
Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan
kesempatan investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio , semakin
tinggi kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan tersebut yang
berkaitan dengan aset di tempat.
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Defenisi operasional Pengukuran Skala
Nilai
perusahaan (Y)
Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan kesempatan investasi
Total asset dikurang total ekuitas ditambah jumlah saham beredar yang dikalikan dengan harga penutupan saham dan kemudian dibagikan dengan pokok yang digunakan oleh perusahaan selama periode pengamatan
Dummy variabel (menggunakan metode bernilai 1, dan
menggunakan metode FIFO bernilai 0)
Nominal
Nilai persediaan (X2)
Metode yang digunakan perusahaan untuk mengatur persediaan dengan tujuan menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan.
Ln Nilai Persediaan Akhir Rasio
Profit margin
Laba bersih setelah pajak per penjualan bersih
Rasio
F.Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat
memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Adapun metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Statistik Deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan
menjadi sebuah informasi.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model yang baik, maka analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian
hipotesis. Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi:
b.Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005:110) uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah variabel independen dan variabel dependen
berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah model yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
melihat normalitas data dilakukan dengan melihat histogram atau pola
distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Analisis statistic dilakukan dengan uji statistic non parametrik
kolmogorov smirnov (K-S). Kriteria pengambilan keputusan adalah
apabila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal,
(Ghozali, 2005). Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah
model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto (2005) yaitu:
1. Melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu logaritma
natural, akar kuadrat, logaritma 10.
2. Lakukan timing, yaitu memangkas observasi bersifat outlier,
3. Lakukan winsorising yaitu mengubah nilai-nilai data outliers
menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan
supaya distribusinya normal.
c. Uji Heteroskedasitas
Menurut Ghozali (2005:11) uji heteroskedasitas bertujuan untuk
melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Suatu model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas. Deteksi ada
tidaknya gejala heteroskedasitas adalah dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi gejala
heteroskedasitas.
d.Uji Autokorelasi
Pada data time series sering ditemukan adanya masalah
autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:95) uji autokorelasi menguji
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Cara yang dapat digunakan untuk menguji
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dillihat dari
criteria berikut ini:
1. Bilai nilai DW lebih besar dari pada batas (DU) dan 4-DU, maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, artinya tidak autokorelasi
positif atau negatif,
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (DL) koefisien
autokorelasi lebih besar dari pada nol, artinya ada autokorelasi
positif,
3. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah
(DL), maka tidak dapat disimpulkan apakah ada autokorelasi atau
tidak,
4. Bila nilai DW > 4 – DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari nol, artinya ada autokorelasi negatif.
e. Uji Multikolinieritas
Multikorelinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita
sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal (Erlina, 2008:105).
Variabel-variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang
memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika
terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka
konsekuansinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak
dapat ditaksir dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinieritas.
Pengujiuan multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai
variance inflation factor (VIF) dan korelasi diantara variabel
independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi
multikolinieritas diantara variabel independen. Disamping itu, suatu
model dikatakan terdapat gejala multikolinieritas, jika korelasi
diantara variabel independen lebih besar dari 0,1 (Ghozali, 2005:95).
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan
hubungan antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi ke dalam
suatu bentuk fungsi tertentu. Dimana varibel dependen dapat
diprediksikan melalui variabel independen secara individual, sehingga
dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau turunnya variabel
dipenden dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan variabel
independen.
Dalam penelitian ini terdapat tiga varibel independen, yaitu metode
arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin dan satu variabel
ini analisis regresi berganda. Persamaan umum regresi berganda adalah
sebagai berikut :
Y = a + b1X1 +b2X2+b3X3+ e Dimana :
Y = nilai perusahaan
X 1 = metode arus biaya persediaan
X2 = nilai persediaan
X3 = profit margin
a = konstanta
b1 = angka arah (koefisien regresi) variabel DMET
b2 = koefisien regresi variabel SED
b3 = koefisien regresi PM
e = error
Dalam analisis data ini, penulis akan menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 18.00, sehingga dapat
diketahui hasilnya secara langsung.
a. Uji t (uji secara parsial)
Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan
menggunakan “uji t” yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
(tingkat signifikansi) antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Secara statistik, nilai ini dapat diukur melalui nilai koefisien
for Windows versi 18.00. Uji statistik t menunjukkan apakah variabel independen X1, X2 dan X3 yang dimasukkan ke dalam model regresi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Y.
Dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut:
- H0: b1 = 0, artinya DMET, SED, PM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Food
and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
- H0: b1 ≠ 0, artinya DMET, SED, PM mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Cara menguji hipotesis ini adalah dengan membandingkan
nilai t hasil perhitungan (t hitung / (t*)) dengan nilai t menurut tabel,
dengan tingkat signifikansi (α) = 5% dan derajat kebebasan df = n-k.
Adapun kriteria uji t adalah sebagai berikut:
H0 diterima apabila t-hitung (t*) ≤ t-tabel (tt), pada α tertentu H1 diterima apabila t-hitung (t*) ≥ t-tabel (tt), pada α tertentu
b. Uji F (uji secara simultan)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Menurut
Ghozali (2005) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
dependen/ terikat”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan
signifikansi Fhitung dengan ketentuan:
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda.
Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 18 for windows. Prosedur dimulai dengan memasukkan
variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan
output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan, didapat 11 perusahaan food and beverages yang memenuhi
kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode
2007-2009.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
sebenarnya tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif
memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai
rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan
data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market
Directory berupa data keuangan sampel perusahaan food and beverages dari tahun
2007 sampai tahun 2009 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.
Variabel dari penelitian ini terdiri dari metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan, profit margin sebagai variabel bebas (independent variabel) dan nilai
perusahaan sebagai variabel terikat (dependent variabel. Statistik deskriptif dari
variabel tersebut dari sampel perusahaan food and beverages selama periode tahun
2007 sampai dengan tahun 2009 disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2007 sampai Tahun 2009
Tabel diatas menunjukkan bahwa metode arus biaya persediaan (DMET)
dan variabel nilai persediaan (SED) dan variabel nilai perusahaan (MKTBKASS)
memiliki nilai minimum positif, sedangkan profit margin (PM) memiliki nilai
minimum negatif. Untuk nilai maksimum, semua variabel memiliki nilai yang
positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:
a Variabel metode arus biaya persediaan (DMET) memiliki nilai minimum 0,00
dan nilai maksimum 1,0 dengan rata-rata DMET 0,7273 dengan jumlah
b Variabel nilai persediaan (SED) memiliki nilai minimum 23,84 dan nilai
maksimum 29,43 dengan rata-rata SED 25,7708 dengan jumlah sampel
sebanyak 33 observasi
c Variabel profit margin (PM) memiliki nilai minimum -0,14dan nilai
maksimum 0,22 dengan rata-rata PM 0,0547 dengan jumlah sampel sebanyak
33 observasi
d Variabel nilai perusahaan (MKTBKASS) memiliki nilai minimum 0,27 dan
nilai maksimum 9,41 dengan rata-rata MKTBKASS 1,7931 dengan jumlah
sampel sebanyak 33 observasi
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan
perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual
berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan
uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat
hipotesis:
Dalam uji Kormogrov-Smirnov, pedoman yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yaitu:
1) jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribisi data tidak normal,
2) jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal.
Tabel 4.2 Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 33
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.46145241
Most Extreme Differences
Absolute .202
Positive .202
Negative -.115
Kolmogorov-Smirnov Z 1.162
Asymp. Sig. (2-tailed) .134
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 1,162 dan signifikansinya pada 0,134 maka disimpulkan data terdistribusi
secara normal karena p = 0,134 > 0,05. Data yang terdistribusi secara normal
tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data
Gambar 4.1 Histogram
Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa grafik histogram pola distribusi
tidak melenceng ke kiri atau ke kanan menunjukkan bahwa data telah
Gambar 4.2 Grafik normal P-P Plot
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal
karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal
yang tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan. Demikian pula dengan
hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada grafik normal plot,
terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak
mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam