SKRIPSI
OLEH
M TAUFIK AKBAR
110406128
DEPARTEMEN ARSITEKTUR USU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SKRIPSI
OLEH
M TAUFIK AKBAR
110406128
DEPARTEMEN ARSITEKTUR USU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
M TAUFIK AKBAR
110406128
DEPARTEMEN ARSITEKTUR USU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RESTORE THE FORGOTTEN HISTORY IN ROYALE HERITAGE
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 25 Agustus 2015
Judul Skripsi : RESTORE THE FORGOTTEN HISTORY IN ROYALE HERITAGE
Nama Mahasiswa : M TAUFIK AKBAR Nomor Pokok : 110406128
Departemen : Arsitektur
Menyetujui Dosen Pembimbing
Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc, Ph.D
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,
Ir. N. Vinky Rahman, M.T. Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
Telah diuji pada Tanggal: 14 Juli 2015
__________________________________________________________________
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Hj.Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc, Ph.D Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Tavip Kuriniadi Mustafa ,. IAI
KATA PENGANTAR
Perancang bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Perancang ingin menyampaikan penghargaan dan terima-kasih kepada:
1. Ibu Hj.Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, selaku Dosen Pembimbing yang telah Memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi dan telah membimbing dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6. 2. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des, Ph.D., selaku dosen yang telah membantu Memberikan pengarahan dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6.
3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman M.T, selaku Dosen Koordinator Skripsi dan ketua jurusan Teknik Arsitektur.
4. Bapak Ir. Tavip Kurniadi Mustafa IAI selaku Profesional Arsitek yang telah membimbing dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6. 5. Ibu Dr. Hilma Tamiami F., ST.,MSc selaku Dosen Penguji yang telah Memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi dan proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6.
6. Seluruh dosen USU terutama yang mengajar di Fakultas Teknik Arsitektur USU beserta stafnya.
7. Ke orang tua saya yaitu Ayahanda Hamdi Syakban dan Ibunda Erti Pasari yang telah memberikan semangat, dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
8. Kepada kakak-kakak saya Ratu Fortuna S. Hut dan Citra Primadona B.Sc dan yang telah memberikan semangat moril sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
9. Kepada teman-teman kelompok 1 (satu) Perancangan Arsitektur 6 Yoga, Okta dan Dana yang telah bekerjasama sehingga skripsi ini dapat selesai.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa stambuk 2011 yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Perancang menyadari bahwa penyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga perancang sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, perancang berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, terutama mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
PROLOG ... 1
BAB I INTRODUCING ... 5
BAB II FIRST IMPRESSION ... 12
BAB III FAMILIAR FEELING ... 23
BAB IV TO KNOW MORE ... 33
BAB V LET'S BE FRIEND ... 44
BAB VI CONFLICT AND TOLERANCE ... 70
BAB VII IT’S OKE ... 82
BAB VIII LET ME RESTORE... 84
EPILOG... 87
DAFTAR TABEL
No Judul Hal.
3.1 Tabel Studi Banding Bangunan Sejenis ... 26
3.2. Tabel Studi Banding Bangunan dengan Konsep Metafora ... 29
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal.
1.1 Gurney Paragon (Penang, Malaysia)... 7
1.2 Pasar malam tempat pengumpulan dana GNP ... 9
2.1 Peta Kota Medan, Kec. Medan Perjuangan dan lokasi site... 12
2.2 Kondisi Jalan Sutomo yang banjir setelah hujan ... 14
2.3 Kondisi Jalan Veteran yang banjir setelah hujan ... 14
2.4 Kondisi Jalan Martinus Lubis yang becek setelah hujan ... 15
2.5 Kondisi Jalan Seram yang becek setelah hujan... 15
2.6 Penyebaran pasar liar disekitar site ... 16
2.7 Pasar tumpah yang berada di Jalan Veteran ... 17
2.8 Pasar tumpah yang berada di Jalan Martinus Lubis ... 17
2.9 Pendestrian dan bahu jalan yang dijadikan tempat parkir ... 18
2.10 Pedestrian yang dijadikan tempat untuk berjualan... 18
2.11 Kondisi sampah yang berserakan di lokasi site... 19
2.12 Drainase yang sudah beralih fungsi sebagai tempat sampah ... 19
2.13 Peta site yang menunjukan letak-letak bangunan bersejarah. ... 20
2.14 Gedung Nasional Pemuda Tampak depan ... 21
2.15 Pintu masuk gedung Olahraga Tampak depan ... 21
2.16 Tugu Apolo Medan Area ... 22
2.17 Gedung Radio Republik Indonesia (RRI) ... 22
4.1 Street network design Jalan Sutomo ... 36
4.3 Street network design Jalan Martinus Lubis ... 38
4.4 Street network design Jalan Seram ... 38
4.5 Fasiltas umum disekitar site ... 39
4.6 Open space disekitar site ... 40
4.7 Plaza dan open space pada Royale Heritage... 41
4.8 Pasar atau royale market pada lokasi Royale Heritage ... 42
4.9 Parking area untuk outdoor ... 43
5.1 Analogi tema arsitektur yang digunakan... 45
5.2 Penzoningan pada tapak ... 47
5.10 Denah lantai 1 dibawah podium ... 54
5.11 Denah lantai 2 dibawah podium ... 55
5.12 Denah Podium Hotel ... 56
5.13 Denah lantai 2 podium ... 57
5.14 Denah tipikal lantai 3 sampai lantai 14 ... ... 58
5.15 Denah Superior Room ... ... 59
5.17 Denah Super Deluxe Room ... ... 59
5.30 Perspektif bangunan hotel dari jalan Sutomo... ... 68
5.31 Perspektif bangunan hotel dari jalan Veteran ... ... 68
5.32 Perspektif bangunan hotel dari jalan M. Yamin... ... 69
5.33 Perspektif eksterior bangunan dari roof garden luar... ... 69
5.34 Perspektif eksterior bangunan dari kolam renang ... ... 69
6.1 Sistem katilever yang terdapat pada bangunan ... ... 70
6.2 Tampak atas sistem struktur bangunan hotel ... ... 71
6.3 Axonometric sistem struktur bangunan hotel ... ... 71
6.4 Peletakan kolam renang pada lantai 16 sebelum perbaikan ... ... 72
6.6 Groundplan sebelum perbaikan... ... 73
6.7 Groundplan setelah perbaikan ... ... 73
6.8 Sistem struktur bangunan podium dan hotel bintang lima ... ... 75
6.9 Denah Core... ... 75
6.10 Detail kolom dan balok ... ... 76
6.11 Detail Dilatasi... ... 76
6.12 Detail roof garden ... ... 77
6.13 Detail prinsip bangunan hotel ... ... 77
6.14 Skema pendistribusian listrik pada bangunan hotel ... ... 78
6.15 Skema pendistribusian air pada bangunan ... ... 79
6.16 Pembagian zona public, privat dan semi private ... ... 80
6.17 Tangga kebakaran ... ... 81
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Hal.
1. Tabel luas ruangan bangunan hotel ... 90
2. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 93
3. Fortopolio perancangan arsitektur 6 ... 94
4. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 95
5. Fortopolio perancangan arsitektur 6 ... 96
6. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 97
7. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 98
8. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 99
9. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 100
10. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 101
11. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 102
12. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 103
13. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 104
14. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 105
15. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 106
16. Fortopolio perancangan arsitektur 6... 107
ABSTRACT
There are many historic buildings and places in the city of Medan. One of the historic sites in the city of Medan is located in the former function of the building blocks: the National Building, Gymnasium (GOR), RRI, Medan Area roundabout monument and part of the Market Center. Lack of attention and concern for the community and the government so that the region looks very rundown unkempt and smells due to the presence of spilled market. In keeping with the theme of "Sustainablity Architecture and Symbiosis" is still little found in the city of Medan, became one of the potential to increase the interest of tourists and local people to visit the location of Royale Heritage with the use of "Urban Heritage Tourism" in addition to increasing the revenues of the city, to improve the value of tourism in the city of Medan and can introduce the historical buildings in Medan to the public. As a metropolitan city that continues to grow in terms of both social and economic terms. This development will continue to attract investors to the city of Medan to invest and develop. Along with the increase perekonomi of Medan, the hotel occupancy rate in the city field will also increase. Investment Opportunities in the five-star hotel is still wide open field along with the lack of government restrictions on the five-star hotel. The theme chosen designer is Restore the forgotten history in Herige Royale. In accordance with the design of the location of the group 1 (one) is the region Royale Heritage which will be returned back its function as a historical site in the city of Medan. The approach chosen architectural theme for the addition of hotel facilities by using architecture as a metaphor with a bullet object formed by the mass of the building. By revitalizing back Royale Heritage area, where there are two historic buildings, namely the National Building and Sports Hall. So that will be able to improve the return of this region as a tourist destination and historical sites in the city of Medan.
Keywords : Architecture Metaphor , five-star hotel , Historical Area , Bullets , heritage attractions of Medan.
PROLOG
Kata “Restore” atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti “mengembalikan”
merupakan kata yang tepat untuk digunakan untuk mengembalikan keberadaan
suatu objek ke bentuk yang semula. Sesuai dengan lokasi perancangan kelompok
1 (satu) yaitu kawasan Royale Heritage yang akan dikembalikan kembali
fungsinya sebagai situs sejarah di Kota Medan. Kenapa dinamakan Royale
Heritage? dalam bahasa Indonesia Royale memiliki arti “kerajaan” dan Heritage
yang memiliki arti “warisan”, secara keseluruhan memiliki arti warisan kerajaan.
Lokasi ini pernah menjadi saksi sejarah terjadinya pertempuran oleh
masyarakat Kota Medan melawan sekutu (Belanda) yang ingin kembali
menguasai Indonesia pasca kemerdekaan April 1946 sampai bulan Februari 1947,
pertempuran ini dinamakan pertempuran Medan Area, karna berlokasi di Kec.
Medan Area, (www.wikipedia.com). Untuk memperingati pertempuran tersebut
Pemerintah Kota Medan mendirikan Tugu Medan Area yang berada di tengah
persimpangan Jalan Sutomo dan Jalan Veteran. Terdapat beberapa bangunan
bersejarah yang berdiri tidak jauh dari Tugu Medan Area diantaranya Gedung
Nasional pemuda, Gedung Olahraga (GOR) dan bekas Gedung RRI.
Saat ini kunjungan pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan
dalam suatu kota, terutama di Kota Medan. Dimana wisatawan dari berbagai kota
maupun mancanegara akan mengunjungi tempat ini untuk hanya sekedar melihat
hal yang menarik maupun berbelanja, berbisnis (membuka peluang usaha) dan
wisatawan juga berkunjung ke tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah yang
Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian yang telah menjadi andalan
potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara
berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan
daya tarik wisata yang cukup besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan
sejarah budaya, dan kehidupan masyarakat (etnik). Pariwisata di Indonesia
merupakan salah satu penunjang perekonomian yang memilki prospek yang cerah,
tetapi hingga dewasa ini belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan
harapan dalam proses pembangunan di Indonesia (Zain dan Taufik, 2011).
Terdapat banyak objek wisata di Sumatra Utara khususnya Kota Medan yang
wajib dikunjungi oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara diantaranya
Istana Maimun, Lapangan Merdeka, Mesjid Raya Medan, Rumah Tjong A Fie
dan masih banyak lagi yang lainnya. Tempat-tempat tersebut merupakan
peninggalan massa penjajahan Jepang dan Belanda di Indonesia kecuali Istana
Maimun yang merupakan peninggalan Kerajaan Sultan Deli. Sedangkan lokasi
Royale Heritage yang berada tidak jauh dari Lapangan Merdeka mempunyai
banyak nilai sejarah dalam terbentuknya Kota Medan menjadi Kota Metropolitan
sampai saat sekarang ini. Namun keberadaannya cendrung dilupakan bahkan tidak
diperhatikan lagi oleh pemerintah Kota Medan sampai saat ini sehingga kawasan
tersebut tampak kumuh, tidak terawat kotor dan bau.
Mempertahankan dan meningkatkan identitas warisan sejarah sebagai tempat
pariwisata sangat penting untuk dilakukan agar dapat bertahan hidup dan
meningkatkan serta memberikan dampak yang baik bagi kesejahteraan
Berdasarkan teori tersebut untuk mengembalikan fungsi dan kelestarian nilai
sejarah di lokasi ini maka direncanakan penambahan pembangunan fasilitas
pendukung yang sesuai untuk menarik minat para wisatawan diantaranya Hotel
Bintang Lima dan Apartemen. Fasilitas yang direncanakan bukan tanpa alasan,
mengapa ke-dua fasilitas tersebut yang dipilih untuk menarik minat wisatawan?
Jika dilihat dari lokasi Royale Heritage yang mempunyai nilai sejarah yang sangat
tinggi di masa lalu sangat berpotensi jika kawasan ini dijadikan situs sejarah dan
cagar budaya sebagai daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.
Selain itu fasilitas ini secara tidak lansung dapat menambah pendapatan daerah
Kota Medan dari sektor pariwisata.
Terdapat juga beberapa fasilitas tambahan untuk menunjang segala kebutuhan
penghuni hotel maupun apartemen diantaranya pasar yang menjual segala
kebutuhan, convention hall sebagai tempat pameran, taman sebagai tempat
rekreasi dan ruang terbuka sebagai tempat pertunjukan seni bagi para
seniman-seniman di Kota Medan. Sehingga tidak hanya penghuni hotel maupun apartemen
yang dapat menikmati fasilitas semua ini tetapi masyarakat luar yang hanya ingin
sekedar melihat-lihat juga bisa menikmatinya.
Untuk saat sekarang ini perhatian serta dukungan pemerintah sudah mulai ada
pada lokasi ini yaitu dengan penertiban para pedagang liar yang menggelar pasar
tumpah disepanjang jalan pada lokasi site yang kemudian dipindahkan ke pasar
induk Medan Tuntungan sehingga tempat ini secara perlahan-lahan mulai tertata.
Medan mengingat banyak masalah yang terjadi akibat keberadaan pasar tumpah
tersebut.
Lokasi Royale Heritage yang sangat dekat dengan pusat Kota yaitu Lapangan
Merdeka yang menjadi landmark Kota Medan serta Stasiun kareta api yang
terintegrasi lansung ke Bandara Internasional Kuala Namu. Hal tersebut tentu
akan menjadi faktor penunjang mengapa lokasi ini layak dijadikan objek wisata
yang sangat berpontesial.
Pendekatan tema arsitektur yang dipilih untuk penambahan fasilitas Hotel
dengan menggunakan Arsitektur Metafora, arsitektur ini menggunakan analogi
benda atau suatu subjek sebagai bentuk bangunan. Analogi atau subjek yang
digunakan untuk perencanaan pada bentuk bangunan ialah kata "Restore atau
mengembalikan" dengan objek peluru sebagai bentukan massa bangunannya.
Karena tujuan dari penambahan fasilitas Hotel pada lokasi Royale Heritage adalah
mengembalikan kembali nilai serta fungsi bangunan sejarah yang keberadaanya
sudah lama dilupakan dan dibiarkan begitu saja hingga sampai saat sekarang ini.
Sehingga nantinya akan dapat meningkatkan kembali kawasan ini sebagai tujuan
ABSTRACT
There are many historic buildings and places in the city of Medan. One of the historic sites in the city of Medan is located in the former function of the building blocks: the National Building, Gymnasium (GOR), RRI, Medan Area roundabout monument and part of the Market Center. Lack of attention and concern for the community and the government so that the region looks very rundown unkempt and smells due to the presence of spilled market. In keeping with the theme of "Sustainablity Architecture and Symbiosis" is still little found in the city of Medan, became one of the potential to increase the interest of tourists and local people to visit the location of Royale Heritage with the use of "Urban Heritage Tourism" in addition to increasing the revenues of the city, to improve the value of tourism in the city of Medan and can introduce the historical buildings in Medan to the public. As a metropolitan city that continues to grow in terms of both social and economic terms. This development will continue to attract investors to the city of Medan to invest and develop. Along with the increase perekonomi of Medan, the hotel occupancy rate in the city field will also increase. Investment Opportunities in the five-star hotel is still wide open field along with the lack of government restrictions on the five-star hotel. The theme chosen designer is Restore the forgotten history in Herige Royale. In accordance with the design of the location of the group 1 (one) is the region Royale Heritage which will be returned back its function as a historical site in the city of Medan. The approach chosen architectural theme for the addition of hotel facilities by using architecture as a metaphor with a bullet object formed by the mass of the building. By revitalizing back Royale Heritage area, where there are two historic buildings, namely the National Building and Sports Hall. So that will be able to improve the return of this region as a tourist destination and historical sites in the city of Medan.
Keywords : Architecture Metaphor , five-star hotel , Historical Area , Bullets , heritage attractions of Medan.
BAB I
INTRODUCING
Sesuai dengan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Studio Perancangan
Arsitektur 6 (enam) yaitu revitalisasi berbasis pengembangan kawasan
multi-fungsi terpadu dengan tema besar “Sustainability Architecture and Symbiosis”.
Dalam kesempatan ini kawasan yang diajukan kelompok 1 (satu) adalah
revitalisasi kawasan yang berlokasi di Blok bekas fungsi bangunan: Gedung
Nasional, Gedung Olah Raga (GOR), RRI, bundaran Tugu Medan Area dan
sebagian Pusat Pasar yang akan dijadikan sebagai tujuan wisata bersejarah di Kota
Medan.
Dalam bahasa Indonesia kata Sustainability memiliki arti “berkelanjutan”, Architecture memiliki arti “arsitektur” dan Symbiosis yang berasal dari bahasa
yunani memiliki arti interaksi antara 2 (dua) organisme atau dalam arsitektur
hubungan antara dua fungsi atau lebih, yang dapat berdiri sendiri namun juga
dapat berinteraksi antara keduanya dan dapat saling menguntungkan. Dikutip dari
buku James Steele, Suistainable Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi
kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Secara keseluruhan “Sustainability Architecture and Symbiosis” dapat diartikan sebagai arsitektur yang dapat
memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan generasi dimassa yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, serta dapat berinteraksi antara
Tentunya dari tema yang diberikan, perancang memperkirakan tugas ini akan
berlokasi disekitar tempat bersejarah khususnya yang barada di kota Medan.
Banyak sekali bangunan dan tempat besejarah yang berada di Kota Medan. Salah
satu tempat bersejarah di Kota Medan berlokasi di Blok bekas fungsi bangunan:
Gedung Nasional, Gedung Olah Raga (GOR), RRI, bundaran Tugu Medan Area
dan sebagian Pusat Pasar. Namun karna kurangnya perhatian dan kepedulian
masyarakat dan pemerintah Kota sehingga wilayah tersebut terlihat sangat kumuh
tidak terawat dan bau.
Wilayah tersebut sangat berpotensi dijadikan fungsi komersial serta publik
space mengingat tempatnya yang sangat strategis berada dekat dengan pusat Kota
Medan. Selain itu terdapat tiga bangunan dan satu tugu yang akan dijadikan cagar
budaya Kota Medan yaitu Museum RRI, Gelanggang Olahraga, Museum
nasional,bekas markas psms dan Tugu Medan Area yang menjadi salah satu ikon
Kota Medan pada zaman dulu (Medanberita, 2015). Selain itu kawasan ini juga
dekat dengan Stasiun kereta api yang menghubung Medan dengan daerah-daerah
lain yang berada di Sumatra Utara, serta terintegrasi lansung ke Bandara
Internesional Kuala Namu..
Lokasi ini nantinya dapat dijadikan suatu potensi yang dapat dikembangkan
baik dari pihak pemerintah kota maupun pihak swasta untuk bersama-sama
menjadi pelopor dalam mengembangkan serta menata kawasan ini dengan lebih
baik lagi sehingga dapat mengubah pandangan negatif masyarakat terhadap
Contoh kasus nyatanya adalah Hotel Gurney Paragon yang barada di Penang,
Malaysia. Dikawasan ini terdapat bangunan heritage yang dijadikan sebagai
potensi baik dalam bidang pariwisata maupun bidang bisnis (gambar 1.1).
Gambar 1.1 Gurney Paragon (Penang, Malaysia)
(Sumber: Gurneyparagon.com)
Kawasan ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun
mancanegara karna terdapat berbagai fasilitas diantaranya Dancing Fountain,
shopping mall, cafe dan plaza yang barada dalam satu kawasan selain itu itu
wisatawan juga dapat berjalan – jalan disekililing bangunan sambil menikmati
indahnya panorama laut. Sehingga tempat ini sangat cocok dijadikan salah satu
objek wisata terkemuka di Kota Penang. Hal ini dapat diwujudkan berkat kerja
sama pemerintah Malaysia dengan pihak swasta bersama-sama meningkatkan
Kota Penang sebagai tujuan wisata terkemuka. United Nations World Tourism
Organization (UNWTO) pada tahun 2005 mencatat bahwa kunjungan ke obyek
wisata warisan budaya dan sejarah telah menjadi salah satu kegiatan wisata yang
Bedasarkan tema “ Sustainablity Architecture dan Symbiosis” yang masih
sedikit ditemui di kota Medan, menjadi salah satu potensi untuk meningkatkan
minat para wisatawan dan masyarakat sekitar untuk berkunjung ke lokasi Royale Heritage dengan pemanfaatan "Urban Heritage Tourism" selain untuk
meningkatkan pendapatan kota, untuk meningkatkan nilai pariwisata di kota
Medan serta dapat memperkenalkan bangunan bersejarah kota Medan kepada
masyarakat luas (Kristiningrum, 2014).
Urban Heritage Tourism merupakan sebuah konsep pariwisata yang
sebenarnya sederhana dengan memanfaatkan lingkungan binaan maupun alam
yang dimiliki oleh sebuah kota, yang memiliki nilai historis tersendiri. Para
penikmat dan pemerhatinya diajak untuk mengapresiasi serta menginterpretasi
objek-objek yang diamati. Dengan demikian, selain berfungsi sebagai sarana
pendidikan dan rekreasi masyarakat, aktivitas ini sekaligus pula sebagai sarana
pelestari dari kekayaan kota itu sendiri (Martana, Salmon Priaji. 2003).
Jika dielaborasikan antara tema “Sustainability Architecture dan Simbiosis”
serta “Urban heritage tourism” adalah bagaimana mempertahankan serta
melestarikan bangunan sejarah yang ada tanpa merusak bentuk fungsi maupun
nilainya yang dijadikan suatu potensi wisata untuk membuat keduanya saling
berketerkaitan serta saling menguntungkan dengan memberikan suatu ruang
publik sebagai tempat interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat di wilayah
Kota Medan.
Menurut Pemerintah Kota Medan Gedung Nasional dan Gedung Olah Raga
tinggi serta merupakan salah satu simbol pejuangan rakyat Medan dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dapat dijadikan sebagai
landasan dalam menjadikan bangunan ini sebagai Sustainable Architecture dan Symbiosis, sebab bangunan yang bersejarah ini sudah semestinya untuk dilindungi
dan dilestarikan agar nilai, bentuk serta fungsi sejarah yang terkandung
didalamnya tidak berubah bahkan hilang dengan begitu saja akibat tergerus oleh
zaman. Identitas tempat yang kuat akan menjadi modal terbesar untuk
mengembangkan aktivitas di tempat itu, tentu saja, itu akan menjadi dampak yang
besar bagi kesejahteraan masyarakat setempat, (Ginting dan Wahid, 2014).
Berdasarkan sejarah Kota Medan Gedung Nasional yang berada
dipersimpangan Jalan Sutomo dan Veteran dibangun oleh SM Amin Nasution
sebagai Gubenur Sumatra Utara yang pertama pada tahun 1954 dengan dana
swadaya masyarakat (gambar 1.2).
Gambar 1.2 Pasar malam tempat pengumpulan dana gedung nasional
Gagasan itu sudah ada sejak 1935 dengan luas lahan 5.290 m. Tujuan
pembangunan gedung ini sebagai ikon Kota Medan dan pertama kalinya Kota
Medan memiliki gedung berasitektur modern pada zamannya Kawasan ini juga
merupakan Hotel Belinun yang dulunya bernama Hotel Wilhelmina, ada prasasti
perang Medan Area. Disamping Gedung Nasional terdapat Gedung Olah Raga
(GOR). Bangunan tua ini pernah dipakai sebagai perhelatan akbar PON III di
Medan sekitar tahun 1953 silam (Medansib, 2015). Banyak cabang olahraga
dipertandingkan kala itu seperti Basket, Badminton, Tinju, Angkat Besi dan
Binaraga.
Penambahan fasilitas dan bangunan bersejarah sebagai potensi yang
direncanakan pada lokasi – lokasi bersejarah di Kota Medan diharapkan dapat
menarik minat para wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung
ke Kota Medan khususnya. Dengan menambahkan beberapa fasilitas yang sangat
perlu melihat tempat ini sangat stategis jika dijadikan sebagai fungsi komersial
dan ruang publik. Untuk itu fasilitas-fasilitas yang direncanakan oleh perancang
berdasarkan lokasi sebagai warisan sejarah Kota Medan diantara Gedung Nasional
Pemuda dan Gedung olahraga adalah hotel berbintang dan apartemen. Tujuan dari
perencanaan penambahan fungsi hotel berbintang dan apartemen, agar dapat
membuat kawasan ini menjadi lebih hidup serta semakin bernilai dan dapat
mengundang para wisatawan untuk menginap menginap sambil mengenali dan
mempelajari lagi akan nilai-nilai sejarah yang terdapat pada lokasi bekas pusat
Untuk perencanaan bangunan bersejarah Gedung Nasional Pemuda dan
gedung Olahraga sebagai potensi, maka perancang merencanakan akan ada ruang
publik dengan fungsi pendukung diantaranya pasar, taman, dan plaza serta
convention hall yang akan direncanakan pada gedung olahraga dan museum pada
Gedung Nasional Pemuda. Masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke
Kawasan ini diharapkan mendapatkan banyak pembelajaran setelah menikmati
bangunan bersejarah Gedung Nasional dan gedung Olahraga secara keseluruhan
ditambah lagi dengan penataan landscape yang baik sesuai dengan tema dan
konsep yang telah direncanakan oleh perancang. Sehingga para pengunjung dapat
menikmati wisata edukasi dan rekreasi dengan nyaman yang terdapat pada lokasi
dan lingkungan disekitarnya.
Diharapkan dengan adanya rencana penyediaan fasilitas-fasilitas tersebut
dapat menjadi sebuah ruang interaksi sosial bagi kehidupan masyarakat perkotaan
yang ada di kota Medan. Sehingga dengan penambahan beberapa fasilitas tersebut
akan memberikan dampak baik bagi masyarakat khususnya yang berada di Kota
Medan. Pemanfaatan bangunan-bangunan bersejarah sebagai daya tarik bagi
pengunjung hotel maupun apartemen serta masyarakat yang hanya sekedar jalan –
jalan ke tempat ini sesuai dengan tujuan utama perancang.
Dalam kesempatan ini, cakupan yang akan dirancang adalah pembangunan
hotel berbintang dan apartemen pada kawasan Royale Heritage. Sebelum
merancang dilakukan terlebih dahulu studi lapangan untuk mengetahui kondisi
eksisting lokasi tempat perancangan. Untuk lebih lengkapnya akan dibahas pada
BAB II
FIRST IMPRESSION
Selanjutnya perancang melakukan survey ke lapangan, lokasi perancangan
berada di Jalan Sutomo, Kelurahan Pandau, Kec Medan Perjuangan Kota Medan
(gambar 2.1).
Batas-batas site :
bangunan memiliki ketinggian 1-4 lantai berdasarkan peraturan kawasan ini
diperuntukan untuk bangunan rendah (4 lantai), diukur dengan radius yang
lebih jauh lagi terdapat bangunan tinggi lebih dari 20 lantai.
Kesimpulan : Bangunan dapat dibangun lebih dari 20 lantai (20-25 lantai)
Hal pertama yang kita rasakan ketika sampai ke lokasi, perancang melihat
kondisi lokasi perancangan yang terkesan sangat kumuh dan bau. Perancang
melakukan survey ke lokasi pas saat hujan lebat terjadi yang mengakibatkan
banjir yang menggenangi seluruh permukaan jalan disekitar lokasi site (gambar
2.2), (gambar 2.3), (gambar 2.4) dan (gambar 2.5).
(Gambar 2.2 Kondisi Jalan Sutomo yang banjir setelah hujan)
(Gambar 2.4 Kondisi Jalan Martinus Lubis yang becek setelah hujan)
(Gambar 2.5 Kondisi Jalan Seram yang becek setelah hujan)
Pada areal disekitar site terdapat pasar liar terutama Jalan Veteran yang
berkembang sehingga menyebabkan kawasan ini menjadi kotor akibat sampah
yang dibuang sesudah berjualan. Penjual yang tidak teratur serta peran pemerintah
yang kurang menyebabkan tempat ini tidak tertata. Pasar ini mulai beraktifitas
pukul 04.00 wib pagi hari dan tutup 16.00 wib sore harinya dan terus bukan
Gambar 2.6 Penyebaran pasar liar disekitar site
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa pedagang yang berjualan pada
pasar tersebut, diketahui bahwa pasar tersebut tidak dikelola oleh pemerintah
melainkan pihak swasta sehingga mereka membayar uang penyewaan kepada
pihak swasta tersebut.
Masyarakat sekitar yang mayoritas bekerja pedagang menjadikan lokasi ini
sebagai tempat mereka dalam mencari nafkah sehingga waktu terjadi penggusuran
oleh Pemerintah Kota Medan beberapa waktu yang lalu melakukan penertiban dan
penggusuran pasar tumpah diwilayah ini karna sangat mengganggu ketertiban
umum namun banyak dari mereka yang tidak menerima bahkan melakukan
perlawanan karna menolak untuk dipindahkan. Hal tersebut dilatar belakangi
lokasi pasar yang sekarang yaitu Kecamatan Medan Tuntungan yang mereka
rasakan sangat jauh sehingga mereka tidak mempunyai kendaraan dan biaya untuk
berjualan disana. Pada gambar 2.7 dan 2.8 merupakan kondisi pasar tumpah di
(Gambar 2.7 Pasar tumpah yang berada Di Jalan Veteran)
(Gambar 2.8 Pasar tumpah yang berada Di Jalan Martinus Lubis)
Selain itu fungsi pedestrian dan bahu jalan yang berubah menjadi tempat
parkir dan tempat berjualan membuat tidak ada ruang bagi pejalan kaki untuk
mencapai tempat ini sehingga tidak heran pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari
(Gambar 2.9 Pendestrian dan bahu jalan yang dijadikan tempat parkir)
Gambar 2.10 Pedestrian yang dijadikan tempat untuk berjualan
Ditambah lagi sampah hasil limbah pasar dibiarkan berserak begitu saja
sehingga tempat ini menjadi bau, kumuh dan kotor (gambar 2.11). Sistem drainase
mengakibat aliran air menjadi tersumbat sehingga tidak heran tempat ini selalu
banjir apabila turun hujan gambar 2.12).
Gambar 2.11 Kondisi sampah yang berserakan di lokasi site
Gambar 2.12 Drainase yang sudah beralih fungsi sebagai tempat sampah
Pada lokasi site perancangan terdapat 2 (dua) bangunan yang bersejarah
dari lokasi site terdapat 2 (dua) bangunan bersejarah lagi yaitu Gedung bekas RRI
dan Tugu Medan Area (gambar 2.13).
Gambar 2.13 Peta site yang menunjukan letak-letak bangunan bersejarah.
Pada lokasi site terdapat dua bangunan bersejarah yaitu Gedung Nasional
Pemuda (gambar 2.14) dan gedung olahraga (gambar 2.15). Kedua bangunan
tersebut sudah beralih fungsi menjadi gudang karena ada aktifitas pasar tumpah
disekitar site dan lebih parah lagi kondisi bangunan yang terlihat tidak terawat
Gambar 2.14 Gedung Nasional Pemuda Tampak depan
Gambar 2.15 Pintu masuk gedung Olahraga Tampak depan
Selain itu tidak jauh dari lokasi Gedung Nasional dan Gedung Olahraga juga
terdapat bangunan – bangunan bersejarah yang mempunyai nasib yang sama yaitu
tidak terawat, kumuh, rusak dan beralih fungsi diantaranya Tugu Apolo Medan
Area (gambar 2.16) yang beralih fungsi menjadi tempat mangkalnya gerobak
sayur para pedagang pasar saat mereka berjualan tidak hanya itu aroma pesing
ditempat ini (Medanbagus.com, 2014). Gedung bekas Radio Republik Indonesia
bangunan ini yang hancur dan hanya menyisakan kerangkan bangunan serta
beberapa pembatas dinding yang masih ada (gambar 2.17).
Hal tersebut terjadi karna kurangnya perhatian serta tanggung jawab dari
pemerintah dan masyarakat sekitar yang terkesan membiarkan dan lepas tangan
terhadap bangunan bersejarah ini (Medanberita, 2015). Padahal apabila dilihat
kedua bangunan tersebut memiliki arsitektur yang sangat indah dan banyak makna
yang terkandung dari setiap detail-detail bangunan tersebut.
Gambar 2.16 Tugu Apolo Medan Area
BAB III
FAMILIAR FEELING
Berdasarkan hasil survey lapangan (studi lapangan) yang telah dilakukan oleh
perancang dalam berbagai aspek yang terdapat pada lokasi Royale Heritage telah
dilakukan. Tahapan selanjutnya dalam proses perancangan penambahan fasilitas
pada lokasi adalah studi kasus proyek sejenis dan tema sejenis. Pencarian studi
kasus proyek sejenis dan tema sejenis akan sangat membantu perancang dalam
memasuki tahap perancangan, karena studi kasus yang dipilih perancang pada
proyek tentunya memiliki nilai-nilai positif yang dapat diambil untuk di
implementasikan pada tahap berikutnya, seperti menentukan jumlah ruangan,
penataan ruang, organisasi ruang, struktur bangunan, teknologi bangunan yang
dipakai, tampak bangunan, sirkulasi kendaraan, kepekaan seorang arsitek terhadap
lingkungan sekitar serta potensi-potensi yang diterapkan pada bangunan.
Penambahan fasilitas yang dipilih perancang adalah hotel berbintang 5 (lima),
kenapa hotel berbintang 5 (lima)?. Hal ini didukung dengan lokasi site yang luas
sekitar 41.550 m² berada di pusat Kota Medan yang letaknya sangat strategis dari
segi business. Sebagai kota metropolitan yang terus berkembang baik dari segi
sosial maupun dari segi ekonomi. Perkembangan ini akan terus mendatangkan
investor ke Kota Medan untuk berinvestasi dan melakukan pengembangan.
Seiring dengan peningkatan perekonomi Kota Medan, tingkat hunian hotel di
kota medan juga akan mengalami peningkatan. Peluang Investasi hotel berbintang
di medan masih terbuka lebar seiring dengan belum adanya pembatasan dari
pembangunan hotel pasok masih kurang kalau Sabtu dan Minggu sangat sulit
mendapatkan kamar hotel di Medan,”ungkap Wakil Wali Kota Medan Zulmi
Eldin (bisnis-sumatra.com, 2013).
Perkembangan hotel di Medan memberikan sebuah respon positif dimana
makin dibutuhkannya sebuah hotel setelah dibukanya bandara Kuala Namu.
Kompetitor pada pasar hotel berbintang 5 di Medan masih sedikit, dimana hanya
tedapat 6 hotel dengan standar hotel bintang 5 di Medan.
Hotel merupakan sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan
memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta
akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson,1976:27). Hotel merupakan suatu
bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makan
dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum (kamus Webster). Jadi, dapat
disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang menyediakan jasa
penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang diperuntukan bagi
umum dan dikelola secara komersial.
Keputusan menteri KepMenbudpar No KM03/HK.001/MKP.02 yang berisi
bahwa proses klasifikasi perbintangan hotel di Indonesia dilakukan oleh PHRI
atau Perhimpunan Hotel Republik Indonesia. Jika dalam keputusan meteri
sebelumnya, mutu pelayanan hotel menjadi hal terakhir dalam penentuan bintang
hotel, maka dalam Kepmen baru ini disebutkan bahwa mutu pelayanan adalah
kriteria utama dalam pengklasifikasian. Di dalam Kepmen tahun 2002 inilah
muncul istilah Hotel Bintang dan Hotel Melati. Hotel berbintang (1 sampai 5)
PHRI dan Gubernur, sedangkan sertifikat Melati akan diurus oleh PHRI Provinsi
(Badan Pimpinan Daerah).
Terdapat beberapa kriteria fasilitas hotel berbintang 5 diantaranya minimal
terdapat 4 jenis kamar suite room dengan jumlah kamar tipe standart minimum
100 kamar, memiliki kamar mandi pribadi didalam kamar, luas kamar standar
minimum 26 m² dan luas kamar suite minimum 52 m², tempat tidur dan perabot
didalam kamar kualitas nomor satu, menyediakan restoran dengan 3 jenis yang
berbeda salah satunya coffee shop dan terdapat pusat kebugaran, valet parking dan
service dari concierge dengan pengalaman yang matang (Jenishotel.info, 2014).
Untuk studi banding hotel bintang lima perancang memilih hotel yang berada
dikota besar di Indonesia seperti Jakarta diantaranya Hotel Indonesia serta Hotel
JW Marriot (tabel 3.1). Hotel ini berada dipusat kota yang sangat dekat pusat
bisnis serta mudah dalam pencapaiannya. Sesuai dengan lokasi site yang berada di
Kota Medan yang merupakan Kota metropolitan terbesar ketiga diIndonesia.
Sedangkan untuk studi banding terhadap tema konsep bangunan perancang
memilih Hotel Burj Al Arab yang berada di Dubai, dan 30 ST Mary Axe yang
berada di Kota London (table 3.2). Kedua bangunan ini dikembangkan dengan
tema arsitektur. Kedua bangunan ini berhasil menjadi ikon pada kota
masing-masing. Hal tersebut terbukti pada Hotel Burj Al Arab yang menjadi hotel paling
mewah didunia dengan kelas bintang tujuh satu-satunya didunia. Sedangkan 30
ST Mary Axe pernah menjadi predikat dengan bangunan paling cantik didunia
dan bangunan tertinggi kedua di Kota London dengan perkantoran mewah
Orientasi
shading device jenis egg crate (lihat gambar)
Penghuni Pebisnis, ekspatriat, turis Pebisnis, turis
Fasilitas
Orientasi
Nilai positif yang dapat diambil dari studi banding Hotel Indonesia
Kempenski dan Hotel JW Marriot apabila dikaitkan dengan penambahan fungsi
pada lokasi proyek Royale Heritage adalah rancangan yang dibuat harus peka
terhadap konteks lingkungan sekitar dengan aksesbilitas yang dapat ditempuh dari
Akses utama kota Medan. Sehingga memberikan kenyamanan bagi para penghuni
hotel untuk melakukan aktifitas kesehariannya di kota Medan. Dengan
memberikan fasilitas yang super lengkap sehingga dapat menarik jumlah
wisatawan untuk berkunjung ke hotel ini nantinya serta Royale Heritage Hotel
dapat menjadi bintang lima terkemuka di kota Medan.
Sedangkan nilai positif yang dapat diambil dari studi banding Hotel Burj Al
Arab dan bangunan perkantoran 30 ST Mary Axe yang menjadi ikon kota Dubai
dan London apabila dikaitkan dengan penambahan fungsi pada lokasi proyek
Royale Heritage adalah rancangan yang dibuat nantinya dapat menjadi ikon baru
Kota Medan yang berbentuk bangunan dengan konsep modern dan unik.
Apabila kita ke masa lalu ikon kota Medan yang menjadi objek wisata pada
saat ini bisa dibilang itu ke itu saja tanpa dilakukan regenerasi kedepan
diantaranya Istana Maimun, Mesjid Raya, Rumah Chong Afie dan lain
sebagainya. Kebanyakan semua bangunan tersebut merupakan peninggalan
sejarah pada masa kerajaan Sultan Deli serta penjajahan Belanda. Bukan
bermaksud untuk menghilangkan sejarah bangunan diatas di masa depan atau
menyainginya tetapi perancang bertujuan untuk mengangkat kembali
bangunan-bangunan sejarah di Kota Medan dengan cara penggabungan fungsi bangunan-bangunan
BAB IV
TO KNOW MORE
Dari pembahasan pada BAB III mengenai studi banding proyek sejenis yang
dilakukan oleh perancang, terdapat beberapa hal yang nantinya akan berguna bagi
proyek yang akan dilaksanakan. Berdasarkan rencana untuk penambahan fasilitas
hotel bintang lima pada lokasi Royale Heritage. Langkah yang dilakukan untuk
memudahkan perancang dalam menyelesaikan proyek ini adalah melakukan
pemograman. Sebab, dalam pemograman perancang akan menentukan beberapa
hal, pada hotel berbintang yang perlu diperhatikan adalah penentuan jumlah
bintang pada hotel, perhitungan jumlah kamar dan batasan kamar hotel tersebut,
jumlah parkir kendaraan, tingkatan kelas kamar hotel dan jumlah restoran pada
hotel dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk hunian hotel seperti kolam
renang, fitness center dan lain-lain.
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB II mengenai luas lokasi Royale Heritage sekitar 41.550 m² dan luas lokasi yang direncanakan untuk
pembangunan sekitar 24.930 m². Dari data dan tinjauan lokasi secara tidak
langsung memiliki suatu batasan dalam merancang hotel bintang. Jika dilihat dari
kondisi lokasi disekitar Royale Heritage yang sangat strategis berada di tengah
pusat kota dan dekat dengan fasilitas publik lainnya. Sehingga tidak heran harga
tanah yang menjadi cukup tinggi ± 15-20 juta per m² yang saat ini didominasi oleh
pertokoan dengan aktivitas perdagangan. Kurang cocok apabila tempat ini
dijadikan fungsi lain atau hunian dengan kelas menengah kebawah, maka
menegah keatas. Kawasan Royale Heritage ini nantinya akan terbuka untuk umum
khususnya bagi yang berkunjung ke hotel kami ini terutama kalangan menengah
keatas dan tidak menutup kemungkinan bagi mereka kalangan menegah kebawah
juga bisa menikmati semua fasilitas yang berada di lokasi ini.
Pemilihan hotel bintang lima sebagai fasilitas tambahan pada lokasi ini
dengan klasifikasi ekslusif, Karena lokasi yang akan dibangun memiliki bangunan
bersejarah yang berada di pusat kota dan sangat cocok apabila disandingkan
dengan hotel bintang lima sebagai fasilitas tambahannya mengingat masih
kurangnya jumlah hotel bintang lima di Medan sehingga perlu dilakukan
penambahan. Hotel ini dalam konsepnya memiliki suatu tema sehingga wisatawan
yang datang akan merasakan suasana yang berbeda dengan hotel lain.
Menampilkan kesan klasik seperti mengingatkan sejarah masa lalu tetapi tetap
mengedepankan kemewahannya.
Saat sekarang ini terdapat terdapat 6 hotel bintang lima dikota medan
diantaranya Hotel J.W Marriot, Grand Aston, Grand Angkasa, Aryaduta, Grand
Swiss Belhotel dan Hotel Danau Toba dengan jumlah kamar keseluruhannya
sekitar 1508 kamar. Jika dibagi jumlah kamar dengan jumlah hotel yang ada maka
rata-rata hotel berbintang 5 terdapat 251 kamar hotel.
Berdasarkan statistik okupansi hotel 2014, Grand Aston City Hall Medan
menghitung tingkat hunian kamar sebesar 77%. Pihaknya memprediksi, statistik
okupansi kamarnya meningkat jadi 83% di 2015. Rata-rata okupansi dari 2 tahun
adalah sebesar 80%. Dari rata-rata okupansi tersebut akan ditemui jumlah kamar
kamar hotel. Untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung hotel maka dilakukan
penambahan 40% sehingga menjadi 281 kamar.
Berdasarkan perhitungan luas serta jumlah lantai bangunan maka dilakukan
perzoningan dan pembagian jumlah kamar. Kamar hotel yang direncanakan ini
nantinya terbagi menjadi 6 tipe atau kelas kamar yang berbeda (tabel 4.1).
Tabel 4.1 Tipe kamar hotel
`Type Luas (m²) Jumlah Kamar
Superior Room 35 m² 48
Deluxe Room 46 m² 96
Super Deluxe Room 62 m² 96
Executive Suite Room 98 m² 20
Junior Suite Room 113 m² 20
President Suite Room 184 m² 4
Fasilitas yang terdapat di dalam hotel ini memenuhi kriteria standar hotel
bintang lima yang ada di Indonesia diantaranya terdapat kamar dengan tipe
standar dengan jumlah 144 kamar yaitu 48 kamar tipe superior room dan 96
kamar dengan tipe deluxe room. Selain itu terdapat 4 kamar dengan tipe suite
room diantaranya super deluxe room, eksekutif suite room, junior suite room dan
president suite room. Selain itu terdapat 3 jenis restoran yang berbeda diantaranya
restoran Indonesia, restoran Jepang, restoran Barat dan Coffee Shop serta lounge
kapasitas tempat duduk sekitar 2000 orang. Untuk lebih jelasnya tentang
programming hotel ini dapat dilihat pada lampiran pertama.
Untuk menjadikan lokasi Royale Heritage dan lingkungan sekitar lebih teratur
maka dibuat Urban Design Guide Line oleh kelompok 1 (satu). Tim kelompok 1
mendesain beberapa jalan yang dapat terakses ke lokasi Royale Heritage.
Berdasarkan Tata ruang kota Medan tahun 2010, selanjutnya kelompok 1
merencanakan street networkdesign pada jalan yang mengelilingi lokasi site.
Jalan Sutomo yang mempunyai lebar 16,5 m sirkulasi jalan satu arah dengan
4 travel line dengan lebar masing-masing 3,25 m, pada bagian sisi kiri jalan
terdapat jalur sepeda dengan lebar 1,5 m pada bagian sisi kiri dan kanan jalan
terdapat pedestrian dengan lebar masing masing 2 m, pejalan kaki hanya dapat
meyebrang melalui zebra croos, Garis Sepadan Bangunan (GSB) pada jalan ini
adalah 7 m (gambar 4.1).
Jalan Veteran yang mempunyai lebar 10,8 m sirkulasi jalan satu arah dengan
3 travel line dengan lebar masing-masing 3,25 m, pada bagian sisi kiri jalan
terdapat jalur sepeda dengan lebar 1,5 m pada bagian sisi kiri dan kanan jalan
terdapat pedestrian dengan lebar masing masing 2 m, pejalan kaki hanya dapat
meyebrang melalui zebra croos, Garis Sepadan Bangunan (GSB) pada jalan ini
adalah 6 m (gambar 4.2).
Gambar 4.2 Street network design Jalan Veteran
Jalan Martinus Lubis yang mempunyai lebar 8 m sirkulasi jalan satu arah
dengan 2 travel line dengan lebar masing-masing 3,25 m, pada bagian sisi kiri
jalan terdapat jalur sepeda dengan lebar 1,5 m pada bagian sisi kiri dan kanan
jalan terdapat pedestrian dengan lebar masing masing 2 m, pejalan kaki hanya
dapat meyebrang melalui zebra croos, Garis Sepadan Bangunan (GSB) pada jalan
Gambar 4.3 Street network design Jalan Martinus Lubis
Pada Jalan Seram mempunyai lebar 5 m dan dilengkapi dengan marka jalan,
sirkulasi kendaraan satu arah dan mempunyai 1 travel line, pada sisi kiri jalan
terdapat jalur sepeda, Garis Sepadan Bangunan yaitu 2 m (gambar 4.4).
Untuk menunjang sarana perlengkapan umum maka tim kelompok 1
menambahkan beberapa fasilitas umum diantaranya halte bus supaya kendaraan
umum tidak sembangan lagi menaik turunkan penumpang di pinggir jalan. Untuk
tetap menjaga kebersihan disekitar Royale Heritage maka perancang meletakan
tempat sampah pada setiap sudut pedestrian. Selain itu juga terdapat penanda jalan
diantaranya rambu-rambu lalu lintas serta zebra croos untuk tempat menyebrang
(gambar 4.5).
Gambar 4.5 Fasiltas umum disekitar site
Terdapat 2 (dua) open space yang barada disekitar site, diantaranya Tugu
Apollo Medan Area dan bekas Gedung RRI. Tugu Apollo Medan Area
guidelinenya akan dijadikan sebagai open space yang merupakan pedestrian
open space, bangunan ini akan digunakan sebagai museum RRI, public space pada
lingkungan site merupakan pedestrian heritage di Kota Medan (gambar 4.6).
Gambar 4.6 Open space disekitar site
Selanjutnya pada lokasI Royale Heritage terdapat plaza dan open space
terdapat 3 taman (garden) diantaranya Gedung Nasional Garden, Royale Garden
dan Royale Solace Garden. Pertama Gedung Nasional Garden mempunyai
guideline yaitu akses ke Gedung Nasional Garden hanya bisa dilewati melalui
jalur pedestrian, taman ini merupakan point of view dari Royale Heritage, pada
taman ini bisa dapat langsung masuk kedalam Gedung Nasional yang difungsikan
sebagai museum dan café.
Kedua Royale Garden mempunyai guideline taman ini merupakan yang
hall ke hotel, pada taman ini terdapat banyak sculpture dari seniman lokal Medan
dan merupakan public art sekaligus juga bisa digunakan sebagai temapat pameran
dan event lainnya, selain itu pada taman ini nantinya terdapat dancing fountain.
Ketiga Royale Solace Garden mempunyai guideline yaitu taman ini
merupakan one stop entertainment, pada taman ini terdapat amphitheatre yang
difungsikan sebagai pegelaran seni dan event outdoor, juga terdapat colour
fountain yang menyala pada malam hari, terdapat tempat makan untuk menyantap
makanan pada areal pasar dan taman ini memiliki akses terbuka dari semua
pedestrian (gambar 4.7).
Gambar 4.7 Plaza dan open space pada Royale Heritage
Untuk pasar atau royal market guidelinenya yaitu tersedia display sebanyak
600 buah dengan ukuran 2 x 2 m diantaranya 200 display untuk pedagang
dan ikan, 30 display untuk kuliner dan 30 display untuk pedagang souvenir,
tersedia loading dock yang berada di Jalan Seram, terdapat toilet umum dan pos
pengamanan, memiliki information centre sekaligus marketing office, tersedia
penampungan sampah untuk pasar, untuk pedagang sayur, buah, daging dan ikan
berlansung dari ham 5 pagi sampai dengan jam 10 siang (gambar 4.8)
Gambar 4.8 Pasar atau royale market pada lokasi Royale Heritage
Pada parking area yang berada di lokasi ini guidelinenya adalah total parkir
outdoor yang tersedia adalah 200 buah dan parkir sepeda motor sekitar 100 buah,
terdapat parkir sepeda motor dan parkir disabilitas, mempunyai parkir basement
untuk penghuni hotel dan apartemen, mempunyai valet parkir untuk pengunjung
convention hall, serta valet parking untuk pengguna podium hotel dan apartemen
Gambar 4.9 Parking area untuk outdoor
Menurut Juwana (2005), dalam buku berjudul "Sistem bangunan Tinggi",
untuk 5 kamar hotel memerlukan 1 parkir kendaraan roda 4 sehingga total parkir
kendaraan untuk 281 kamar hotel adalah 56 parkir kendaraan roda 4, pengunjung
Convention Room dengan kapasitas 2000 orang diperlukan 300 parkir kendaraan
roda 4 dan staff hotel dari 281 diasumsikan 10% yang menggunakan kendaraan
roda 4 maka memerlukan 28 parkir kendaraan roda 4. Total parkir kendaraan roda
4 yang dibutuhkan untuk hotel ini adalah sekitar 384 tempat parkir. Untuk lift
pengunjung hotel setiap 75 kamar hotel memerlukan 1 lift sehingga dalam fasilitas
hotel ini yang memiliki 281 kamar maka dibutuhkan 3 sampai 4 lift penumpang
dan 1 lift servis.
Tahapan selanjutnya dalam proses perancangan penambahan fasilitas hotel
berbintang lima di lokasi ini adalah membuat konsep dan ide rancangan yang akan
BAB V
LET'S BE FRIEND
Kata dasar yang dijadikan Perancang sebagai judul perencanaan rancangan
adalah Restore yang berarti mengembalikan. Dengan judul perencanaan
rancangan tersebut diharapkan dapat mengembalikan kembali nilai sejarah dan
fungsi bangunan-bangunan yang berada dikawasan Royale Heritage ke bentuk
semula seperti massa kejayaannya yang dulu. Sesuai dengan tujuan dari
perencanaa penataan kawasan ini sebagai situs sejarah di Kota Medan.
Terdapat juga beberapa fasilitas tambahan untuk menunjang segala kebutuhan
penghuni hotel maupun apartemen diantaranya pasar, convention hall, taman dan
ruang terbuka. Sehingga tidak hanya penghuni hotel maupun apartemen yang
dapat menikmati fasilitas semua ini tetapi masyarakat luar yang hanya ingin
sekedar melihat-lihat juga bisa menikmatinya.
Pendekatan teori arsitektur yang digunakan dalam konsep perancangan
bangunan pada lokasi Royale Heritage adalah Arsitektur Metafora. Arsitektur
metafora merupakan arsitektur yang berasal dari analogi suatu objek atau benda
yang kemudian diterapkan dalam bangunan sehingga ketika bangunan tersebut
dilihat dengan mata secara visual terkesan berupa suatu bentuk. Menurut Anthony
C. Antoniades (1990) dalam ”Poethic of Architecture” mengatakan bahwa "Suatu
cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga
dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam
pembahasan. Dengan kata lain,menerangkan suatu subyek dengan subyek lain,
Arsitektur metafora dibagi menjadi 3 bagian yaitu Tangible Metaphors,
Intangible Metaphors dan Combined Metaphors. Tangible Methaphors adalah
yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi
manusia atau kualitas - kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi
dan budaya) - Intangible Metaphors adalah dapat dirasakan karakter visual atau
material - Combined Metaphors adalah gabungan dimana secara konsep dan
visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan
untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.
Analogi objek atau subjek yang digunakan untuk perencanaan pada bentuk
bangunan adalah “peluru” (gambar 5.1). Benda kecil berbentuk selinder memiliki
ujung yang runcing ini menyebabkan banyaknya korban meninggal akibat
peperangan pada saat itu. Terjadi ketidakseimbangan senjata yang kita miliki
dengan senjata lawan yang cendrung lebih modern dan canggih. Bangunan ini
direncanakan nantinya dapat menjadi ikon baru Kota Medan sebagai bangunan
unik yang masih jarang kita temui di Indonesia khususnya di Kota Medan.
Gambar 5.1 Analogi tema arsitektur yang digunakan
Dari analogi yang telah disebutkan maka arsitektur metafora masuk kedalam
bagian Tangible Metaphors. Hal ini dikarenakan bangunan yang direncanakan ini
nantinya akan dapat mengingatkan kita kembali akan sejarah perjuangan masa
lalu dikarenakan bentuknya yang menyerupai peluru. Jika dilihat secara seksama
pada gambar, peluru yang dimaksud seolah-olah dapat megingatkan kita kembali
sejarah betapa bentuk kecil ini yang menyebabkan banyak korban jiwa yang gugur
di medan pertempuran kala itu. Selain itu hotel itu nantinya dapat menjadi simbol
baru Kota Medan seperti halnya menara petronas yang berada di Malaysia,
Marina Bay Sand yang berada di singapure, Menara Pisa yang berada di Itali dan
banyak lagi yang lain. Sehingga dengan kehadiran bangunan hotel bintang lima
ini nantinya akan semakin meningkatkan eksistensi lokasi Royale Heritage
sebagai tujuan pariwisata kota Medan.
Terdapat beberapa tahap yang dilakukan oleh perancang dalam perencanaan
siteplan yaitu tahap awal pembagian zoning (gambar 5.2). Pada tahap ini
perancang melihat kondisi lokasi yang cendrung simetris dan tidak ada masalah
berarti baik kondisi tanah maupun bentuk site. Dimana lokasi hotel yang akan
dibangun ini berada pada bagian kiri site, terdapat dua bangunan tua dibelakang
dan disamping kanan site. Berdasarkan diskusi kelompok kami memutuskan
lokasi ini terbagi menjadi 8 bagian yaitu zona A merupakan bangunan tua
Monumen Nasional yang nantinya akan difungsikan sebagai Museum Kota
Medan, zona B merupakan tempat podium hotel beserta tower hotelnya, zona C
merupakan bekas Gedung Olahraga yang nantinya akan difungsikan sebagai
terdiri dari pasar buah, sayur, daging dan kebutuhan lainnya, zona F merupakan
taman rekreasi dan tempat pertunjukan nantinya,zona G merupakan tempat
podium Apartemen nantinya sedangkan sisanya H dan yang lain dijadikan areal
hijau serta tempat parkir.
Gambar 5.2 Penzoningan pada tapak
Setelah pembagian zona pada tapak selesai, tahap selanjutnya adalah
pembagian ruang terbuka hijau yang direncanakan oleh perancang pada lokasi
tapak. Tempat yang cocok dijadikan ruang terbuka hijau adalah pada bagian
depan Gedung Nasional Pemuda dan disamping Gedung Olahraga (GOR) yang
menjadi ruang publik. Untuk pola bentuk jalur pada ruang publik akan dibuat
mengikuti teori arsitektur yang pernah dipakai sehingga bentuk dari jalur tersebut
dirancang melengkung. Hal ini bertujuan agar bangunan dan ruang publik yang
nantinya direncanakan pada Blockplan akan kelihatan seperti menyatu. Area
publik ini dapat dinikmati oleh seluruh kalangan karena nantinya akan terkoneksi
lansung dengan kedua bangunan bersejarah tersebut yaitu Gedung Nasional
Pemuda dan Gelanggang Olahraga (GOR), sehingga pejalan kaki dapat menikmati
disediakan. Akan terdapat dua akses masuk dan keluar menuju Royale Heritage
bagi kendaraan baik mobil maupun motor untuk parkir basement dan parkir
ground melalui fly over yang disediakan (gambar 5.3).
Gambar 5.3 Blockplan
Pada kawasan sekeliling site, eksisting bangunan memiliki ketinggian 1-4
lantai dan berdasarkan peraturan lahan Kecamatan masuk dalam blok peruntukan
bangunan rendah (4 lantai), namun apabila dianalisa lagi dengan radius yang lebih
jauh lagi terdapat beberapa bangunan yang berkembang dengan ketinggian lebih
dari 20 lantai (gambar 5.4).
Akses kendaraan pengunjung tamu hotel dan pemilik apartemen akan masuk
melalui gerbang utama yang telah disediakan. Gerbang tersebut selanjutnya akan
diteruskan menuju fly over yang akan terintegrasi kelantai 3 podium yang terdapat
lobby utama hotel. Akses ini hanya dikhususnya untuk kendaraan yang menuju
hotel maupun apartemen khususnya mobil. Hal tersebut tentu akan memudahkan
mereka untuk drop off dihotel maupun apartemen sehingga pengguna jalan yang
lain merasa nyaman dan tidak terganggu (gambar 5.5).
Gambar 5.5 Rencana Sirkulasi
Dari segi struktur bangunannya sendiri untuk hotel menggunakan
menggunakan sistem rangka kaku dan kantilever. Struktur rangka kaku adalah
struktur yang terdiri atas elemen-elemen linier, umumnya balok dan kolom, yang
saling dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh joint yang dapat mencegah rotasi
(cantilever ) adalah suatu balok disangga atau dijepit hanya pada salah satu
ujungnya sedemikian sehingga sumbu balok tidak dapat berputar pada titik
tersebut,maka balok tersebut disebut balok gantung (cantilever beam).
Susunan yang digunakan untuk bangunan yang berbentuk lurus dan
melengkung adalah susunan kolom persegi dan radial dengan menggunakan dua
titik acuan sebagai acuan yang kemudian di tarik sesuai dengan jarak yang
diinginkan. Untuk core bangunan direncanakan akan diletakan pada bagian
tengah bangunan sebagai struktur intinya sehingga akan menambah kekuatan
bangunan itu sendiri (gambar 5.6).
Gambar 5.6 Konsep Sistem Struktur Bangunan
Pada konsep massa bangunan akan mengikuti teori arsitektural yang
berhubungan dengan peluru sebagai analoginya. Bentukan massa yang dibuat
perancang tidak mengambil bentuk asli dari peluru yang berbentuk selinder
dengan ujung yang runcing. Tetapi ditransformasi lagi menyerupai elips bertujuan
untuk menghilangkan ruangan mati atau sisa ditengah nantinya, mengingat fungsi
bangunan ini nantinya adalah hotel. Bentuk bangunan ini terbagi kedalam 3
bagian yaitu besar, sedang dan kecil yang artinya makin keatas bangunan ini akan
semakin kecil. Sedangkan pada puncak bangunan ini nantinya akan diletakan
visual yang menyerupai peluru yang sangat besar meskipun dari jarak kejauhan
(gambar 5.7).
Gambar 5.7 Ide atau Konsep bentuk dasar bangunan
Selanjutnya mengelaborasikan tema serta kebutuhan ruang dalam
perencanaan ruang setiap lantai atau denah skematik. Untuk jalur masuk menuju
hotel ada dua akses yakni melalui fly over dan juga basement. Untuk fly over
dapat diakses melalui Jalan Veteran yaitu pintu masuk gerbang utama sedangkan
untuk basement dapat diakses melalui Jalan Sutomo.
Perencanaan Groundplan sendiri dengan penambahan fasilitas bangunan pada
lokasi Royale Heritage (gambar 5.8). Pada bagian kiri site merupakan podium
hotel yang berada dilantai tiga dan empat sedangkan dibawah podium itu sendiri
Gambar 5.8 Groundplan
Perancang merencanakan bahwa nantinya pengunjung semi private dapat
masuk melalui Gedung Nasional Pemuda yang difungsikan sebagai museum
sejarah Kota Medan yang terhubung lansung menuju Royale Garden terdapat
banyak pilihan setelah mereka sampai disini, bisa menuju podium hotel, royale
solace garden dan Convention Hall. Sedangkan untuk pengunjung private mereka
dapat lansung menuju lobby utama hotel yang berada di podium hotel tepatnya
lantai tiga melewati gerbang utama yang melewati fly over yang bisa diakses dari
Jalan Veteran. Sedangkan untuk menuju Convention Hall dapat melalui pintu
masuk utama sama dengan pintu masuk hotel bagi kendaraan, sedangkan bagi
tamu hotel yang ingin menuju ke convention dapat diakses melalui podium hotel
yang nantinya terdapat ruang konektifitas yang akan terhubung langsung ke
convention hall melalui koridor yang telah disediakan.
Pembahasan mengenai perencanaan tata letak ruang hotel bintang lima pada